Universitas Kristen Maranatha viii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan sampel penelitian berjumlah 15 orang.
Alat ukur yang digunakan untuk menjaring derajat forgiveness adalah kuesioner EFI yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Forgiveness dari Enright. Jumlah item keseluruhan adalah 66 item yang mewakili 3 aspek forgiveness dengan reabilitas 0,752 dan validitas 0,518 – 0,942. Data yang diperoleh dari alat ukur tersebut kemudian diolah dengan menggunakan analisa statistik dalam bentuk persentase lalu ditabulasi silang dengan data penunjang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (60%) memiliki derajat forgiveness tinggi dan 6 responden (40%) memiliki derajat forgiveness rendah. Sebagian besar responden dengan derajat forgiveness tinggi memilik afektif, kognitif, dan perilaku yang positif. Tinggi rendahnya derajat forgiveness cenderung terkait dengan pengalaman individu mengenai forgiveness.
Universitas Kristen Maranatha ix
ABSTRACT
This research aimed to find out the degree of forgiveness toward illegal pregnant woman whom being ignored by her spouse at Foundation “X”and”Y” Bandung. This research used descriptive method combine with survey technique. As the samplers were using purposive sampling method and being taken from 15 people as the selective sampler.
Measuring instrument used to measure degree of forgiveness is EFI questionnaire which modified by researcher on Theory Forgiveness from Enright. The total items are 66 items that represent 3 aspects forgiveness with the reliability 0.752 and validity 0,518 – 0,942. The indicators that produce the data’s will be analyzed using the percentage and will be proceed using the cross tabulation with the supporting data available.
The result of the research showed that 9 respondents have higher degree of forgiveness and 6 respondents have lower degree of forgiveness. Respondents with higher degree of forgiveness have positive affective, positive cognitive and positive behavior. The high and low indicator of degree f forgiveness related with the individual experience of forgiveness.
Universitas Kristen Maranatha
x
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian
Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian
KATA PENGANTAR
ABSTRAK ……….. vii
ABSTRACT ……….viii
DAFTAR ISI ………... x
DAFTAR TABEL ………... xiv
DAFTAR BAGAN ……….. xv DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ………10
1.3.2 Tujuan Penelitian ………. 10
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ……… 10
1.4.2 Kegunaan Praktis ………. 10
xi
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian ……….. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Forgiveness ……… 18
2.1.1 Definisi Forgiveness ……… 18
2.1.2 Dasar-dasar Teori Forgiveness ……… 20
2.1.2.1 Pseudo-Forgiveness ………. 22
2.1.2.2 Enright’s Cognitive Affective Behavioral Process Model (Model Proses Kognitif Afektif Behavioral Enright) ………... 22
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Forgiveness ………... 24
2.1.4 Fase-Fase Dalam Proses Forgiveness ………. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN ... 29
3.2 BAGAN PROSEDUR PENELITIAN ………. 29
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian ……… 29
3.3.2 Definisi Operasional ……….. 30
3.4ALAT UKUR 3.4.1 Modifikasi Enright Forgiveness Inventory (EFI) ………. 31
3.4.2 Data Sosio –Demografik ……….. 34
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas 3.4.3.1Validitas ………. 35
xii
Universitas Kristen Maranatha 3.5Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
3.5.1 Populasi Sasaran ……….. 37
3.5.2 Karakteristik Sampel ……… 37
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ………. 37
3.6Teknik Analisis Data ………. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 39
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Diabaikan oleh Pasangan ……….. 40
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan …. 41 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Forgiveness ………. 41
4.2.2 Tabulasi Silang Derajat Forgiveness dengan Aspek Afektif, Perilaku, dan Kognitif ………. 42
4.3. Pembahasan ……….. 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 48
5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian ... 49
xiii
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ………. 50
DAFTAR RUJUKAN ………. 52
Universitas Kristen Maranatha xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ……….. 38
Tabel 3.2 Skor Item Positif ……….. 39
Tabel 3.3 Skor Item Negatif ………. 39
Tabel 3.4 Skor Pseudo-Forgiveness ……… 40
Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 42
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 43
Table 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 44
Table 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Diabaikan oleh Pasangan ………... 46
Table 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan … 47 Tabel 4.4. Derajat Forgiveness ……… 46
Universitas Kristen Maranatha xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ……… 17
Universitas Kristen Maranatha xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner
Lampiran B Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran C Hasil Penelitian
Lampiran D Lampiran D – Data Penelitian dan Crosstabs Derajat
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pacaran adalah masa persiapan menuju pernikahan. Masa saling mengenal
lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert
Lumoindong, Menang Atas Masalah Hidup; 191). Pacaran mungkin merupakan
periode yang sangat menyenangkan dan mungkin paling indah dalam kehidupan
para remaja, namun periode ini juga merupakan masa paling kritis bagi mereka.
Kelalaian sekecil apa pun dalam mengelola masa pacaran dapat berakibat fatal
sehingga menyebabkan penyesalan seumur hidup. Tidak sedikit para remaja yang
gagal mengelola masa pacaran mereka pada koridor yang patut sehingga
terjerumus ke dalam pergaulan bebas (Surbakti. 2009:89).
Berdasarkan penelitian dari Australian National University (ANU) dan
Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) tahun 2010/2011 di
Jakarta, Tangerang dan Bekasi (Jatabek), dengan ukuran sampel 3006 (usia 17-24
tahun), menunjukkan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan
kelahiran setelah menikah, dan 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran
sebelum menikah. (www.jabar.bkkbn.go.id, 1 Oktober 2012)
Besarnya persentase di atas menunjukkan kehamilan di luar nikah sering
terjadi. Hal ini dikarenakan norma-norma dalam pergaulan semakin pudar,seorang
2
Universitas Kristen Maranatha banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Ketika hubungan mereka
membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum
menikah dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah atau kuliahnya,
ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan itu
diketahui oleh orangtua dan orang lain. Untuk menghilangkan janin yang tidak
dikehendaki tersebut maka dilakukanlah aborsi (www.putracenter.net, 24
november 2012).
Aborsi dilakukan dengan alasan masih terlalu muda, masih ingin
melanjutkan pendidikan, tidak memiliki biaya, tidak ingin memiliki anak tanpa
ayah, malu sebagai aib keluarga, dan takut dikucilkan oleh keluarga dan
masyarakat (www.aborsi.org, 28 Februari 2013). Ketika upaya aborsi yang
dilakukan tidak berhasil, ada pria yang mau bertanggungjawab dengan melakukan
pernikahan secepatnya, ada juga pria yang tidak mau bertanggungjawab bahkan
mengabaikan kekasih beserta janinnya (www.putracenter.net, 24 November
2012).
Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangan ternyata harus
menghadapi masalah psikologis dan sosial, antara lain meliputi pengucilan,
stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan
sebagainya
.
Depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah dapat terjadi karena rasa malu, tidak diterima dalam lingkungan masyarakat sekitar, dikucilkandan akhirnya merasa putus asa serta menganggap bahwa dirinya tidak pantas
untuk hidup dan mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri
3
Universitas Kristen Maranatha menahan depresi atau kecemasan yang berlarut-larut
.
Perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja yang baru mengetahui kehamilan,bercampur dengan perasaan marah, benci, frustasi bahkan depresi baik kepada diri
sendiri maupun kepada pasangan (www.gunadarma.ac.id, 3 April 2014)
Perasaan marah, benci, frustasi bahkan depresi baik kepada diri sendiri
maupun kepada pasangan dari orang yang tidak dapat memaafkan (unforgiving)
diri sendiri terutama kepada pasangan. Toussaint, Williams, Musick, dan Everson
(2001, dalam Worthington, 2005) menyatakan bahwa sikap unforgiving yang
terus-menerus dapat berpengaruh secara negatif terhadap kesehatan fisik individu,
dan sebaliknya. Temoshok & Chandra (2000, dalam Worthington, 2005)
menyatakan bahwa emosi-emosi negatif akan menyebabkan berbagai efek negatif
dalam diri ibu sendiri, janin dalam kandungan, dan pada perkembangan mental
dan kepribadian anak.
Pada ibu hamil yang terus menerus menerapkan sikap unforgiving muncul
gejala-gejala seperti adanya perasaan sedih, putus asa, terkadang beberapa ada
yang merasa cemas, timbul perasaan tidak berharga dan bersalah, perilaku ibu
kepada hal-hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak
jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya
kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, gangguan
perkembangan janin, bahkan dapat terjadi keguguran. (www.mommiesdaily.com,
7 April 2014)
Ketika ibu belum bisa menerima kehamilannya dan kehadiran anaknya,
4
Universitas Kristen Maranatha merasa tertolak. Hasil penelitian Rohner menunjukkan bahwa pengalaman masa
kecil seseorang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya (karakter
dan kecerdasan emosinya). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola asuh
orang tua yang menolak (rejection) anaknya, akan mempengaruhi perkembangan
emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa
kelak. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orang tuanya bisa menjadi
pribadi yang tidak peduli dengan orang lain, cepat tersinggung, berpandangan
negatif terhadap orang lain dan terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif
kepada orang lain, atau merasa minder dan tidak merasa dirinya berharga
(Megawangi, 2003, dalam Mengasuh dengan Hati, 2004).
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sikap unforgiving wanita hamil
di luar nikah kepada orang yang telah menghamili dan mengabaikannya sangat
berdampak negatif. Untuk dapat mengurangi dampak-dampak negatif di atas
wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya perlu melepaskan emosi
negatif, rasa marah, kebencian, kepahitan, dendam mereka terhadap pria yang
telah menghamili dan mengabaikannya. Melepaskan rasa marah, kebencian,
pikiran negatif, dan dendam merupakan sikap forgiveness (pengampunan).
Forgiveness memiliki pengertian yaitu kesediaan untuk melepaskan hak yang dimiliki individu untuk membenci, memberikan penilaian negatif, dan
perilaku tidak peduli terhadap orang yang menyakiti secara tidak adil, sambil
mengembangkan kualitas (sifat) yang tidak semestinya diberikan, seperti kasih
sayang (belas kasihan), kemurahan hati, dan bahkan cinta bagi orang tersebut
5
Universitas Kristen Maranatha kognisi, dan perilaku negatif dan munculnya afeksi, kognisi, dan perilaku yang
positif (Enright & The Human Developmental Study Group, 1991). Forgiveness
(pengampunan) merupakan sikap karena merupakan kecenderungan seseorang
bertingkahlaku yang harus melibatkan perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), dan
tindakan (perilaku).
Aspek afeksi merupakan perasaan atau emosi seseorang terhadap sesuatu.
Kognisi merupakan pikiran, fakta, pandangan, pengetahuan, penilaian terhadap
sesuatu. Perilaku merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak. Ketika
ada seseorang yang melakukan ketidakadilan, kognitif menilai negatif bahwa
orang tersebut jahat, salah. Pikiran tersebut memicu munculnya perasaan marah,
kecewa, kesal, geram, dan mungkin putus asa. Perasaan-perasaan marah, kecewa,
kesal, putus asa wajar terjadi, namun jika perasaan-perasaan tersebut bertahan di
dalam tubuh dan intensitasnya semakin tinggi, maka akan mengganggu kepada
perilakunya. Perilaku yang mungkin muncul bisa seperti keinginan untuk bunuh
diri, membalas dendam, bahkan membunuh (Forgiveness Therapy, 2010).
Dalam kasus ini, forgiveness dapat diartikan sebagai kesediaan wanita
hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya untuk melepaskan hak yang
dimilikinya untuk menyatakan perasaan negatif (kebencian, kemarahan), penilaian
negatif tentang pelaku (menghukum, menyalahkan) dan perilaku yang negatif
terhadap pelaku (balas dendam) dan menggantinya dengan perasaan positif (kasih
sayang, cinta), penilaian yang positif, perilaku yang positif menolong, tawaran
6
Universitas Kristen Maranatha memiliki hak untuk mendapatkannya karena telah mengabaikan dirinya dan anak
yang ada di dalam kandungannya.
Berdasarkan beberapa studi eksperimental yang dilakukan oleh Enright,
kelompok yang mengaplikasikan forgiveness menunjukkan emosional yang lebih
sehat, menunjukkan fungsi kerja jantung yang lebih sehat, penurunan kecemasan,
depresi, peningkatan self-esteem (harga diri), kesehatan psikologis yang lebih baik
(psychological well-being), menunjukkan intensitas kemarahan yang berkurang,
menunjukkan harapan akan masa depan yang lebih optimis (Enright, 2009).
Pentingnya sikap forgiveness ini dirasakan pula oleh Yayasan “X” dan
“Y”. Yayasan “X” dan “Y” merupakan yayasan di Kota Bandung yang bergerak
melayani wanita-wanita yang tidak menginginkan kehamilannya akibat hubungan
di luar nikah dan mencegah terjadinya aborsi. Kedua Yayasan ini berfokus pada
pencegahan terjadinya aborsi yang dilakukan oleh wanita-wanita yang tidak
menginginkan kehamilannya. Selain pencegahan aborsi, para wanita hamil di luar
nikah yang diabaikan pasangannya juga dibina dengan tujuan agar wanita tersebut
dapat menerima kondisi kehamilannya, dapat mengampuni pelaku yang telah
menghamili dan mengabaikannya, serta menata kehidupan selanjutnya.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti terdahap Ibu S
selaku pendiri dan pembina di Yayasan “Y”, hampir seluruh wanita hamil di luar
nikah yang datang ke tempatnya merupakan wanita yang diabaikan oleh
pasangannya. Mereka datang ke Yayasan tersebut ada yang dengan usaha sendiri
7
Universitas Kristen Maranatha Mereka datang dalam keadaan bingung, cemas, putus asa, malu, bercampur
dengan perasaan depresi.
Berikut ini terdapat dua buah kasus mengenai wanita hamil di luar nikah
yang diabaikan pasangannya. Kasus pertama adalah kasus I. I menjalin hubungan
dengan A sampai akhirnya hubungan mereka membuahkan janin. Ketika
memberitahukan kehamilannya kepada A, I dituduh hamil karena berselingkuh
dengan pria lain dan dipaksa untuk melakukan aborsi. Ketika usaha aborsi gagal
dilakukan, A menghilang begitu saja. Dalam diri I timbul rasa diri tidak berharga,
timbul juga rasa marah, benci, dan sakit hati kepada A karena telah dimanfaatkan,
difitnah, dan dicampakkan begitu saja.
Dalam keadaan seperti itu, I mencari informasi mengenai yayasan yang
mau menampung wanita-wanita seperti dirinya dan memutuskan untuk
mendatangi sebuah yayasan. Di sana I dibimbing untuk dapat menerima
kehamilannya, dan I dapat menyadari bahwa kejadian ini bukan sepenuhnya salah
A, tapi juga karena I yang tidak dapat menjaga dirinya. Anak I dapat lahir tanpa
cacat sedikitpun. I merasa sangat bersyukur karena usaha aborsi yang pernah
dilakukannya tidak merusak janinnya.
Kemudian I membesarkan anaknya dengan bantuan keluarga. Suatu hari
ketika mendengarkan sebuah kotbah, I menyadari bahwa selama ini dirinya belum
mengampuni pria yang telah menghamili dan mengabaikannya. I hanya mengubur
dalam-dalam semua luka-lukanya sehingga ketika menjalani kehidupannya dan
dalam membesarkan anaknya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
8
Universitas Kristen Maranatha anaknya dengan lebih bahagia, lebih bisa bersyukur lagi dan tidak ada keinginan
untuk membalas dendam.
Kasus kedua berasal dari M. M berpacaran dengan H. Ketika mengetahui
kehamilannya H mendesak M untuk menggugurkan kandungannya. M meminum
berbagai macam jamu dan obat-obatan peluntur janin namun ternyata tidak
berhasil. M berbalik mendesak H untuk memertanggungjawabkan perbuatannya
namun ternyata pipi M ditampar dan kepalanya dipukul. Setelah kejadian tersebut
H menghilang dan M baru mengetahui bahwa selama ini sebenarnya H sudah
memiliki istri.
Ketika keluarga M mengetahui kehamilannya, M dikurung di rumah
pamannya. S tidak boleh ke luar rumah, tidak boleh kuliah, telepon genggam
disita. Hampir setiap hari M menangis, merasa kesepian, merasa bodoh, jijik
dengan dirinya sendiri. Jika teringat dengan H, M merasa sangat sakit hati, kesal,
marah,benci dengan H yang telah memermainkan dirinya, membohongi dirinya
ternyata sudah memiliki seorang istri, melakukan kekerasan fisik, meninggalkan
ketika mengetahui dirinya hamil, membuat diri M dikucilkan oleh keluarga, harus
menanggung malu dan kehamilan seorang diri. Ketika M mengingat H, M bisa
marah-marah, berteriak-teriak, sampai ingin bunuh diri. M tidak akan memaafkan
H dan berjanji akan membunuh H jika bertemu kembali.
Ketika keadaan semakin parah akhirnya M dibawa ke Yayasan “X” Pada
masa awal kedatangannya M sering melamun, gelisah, menangis, emosi tidak
9
Universitas Kristen Maranatha memberikan anaknya kepada orang lain untuk diadopsi. M tidak menginginkan
anaknya karena anak itu mengingatkan M akan H yang dibencinya.
Dari kedua kasus di atas dapat dilihat bahwa wanita hamil di luar nikah
yang diabaikan dapat terlihat pemaafanya (forgiveness) dilihat dari aspek afektif,
kognitif, dan perilaku. Ketika I menyadari bahwa tidak sepenuhnya kesalahan A
(kognitif positif), tidak ada keinginan untuk membalas dendam kepada A
(perilaku positif), dan membuat I merasa lebih bahagia dan dapat bersyukur
(afektif positif). Berbeda dengan kasus M, ketika M teringat H yang telah
mempermainkan dirinya, membohongi dirinya, melakukan kekerasan fisik, dan
meninggalkan (kognitif negatif) menimbulkan perasaan sangat sakit hati, kesal,
marah,benci (afektif negatif) sehingga membuat M ingin membalas dendam jika
bertemu dan memberikan anaknya untuk diadopsi (perilaku negatif).
Dari kedua kasus di atas tampak bahwa penghayatan wanita hamil di luar
nikah memiliki sikap pemaafan (forgiveness) yang berbeda sehingga
menimbulkan perilaku yang berbeda saat ini. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang
diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Melalui penelitian ini ingin diketahui forgiveness berikut aspek-aspeknya
10
Universitas Kristen Maranatha
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai
forgiveness pada wanita hamil di luar nikah di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai
aspek-aspek dan derajat forgiveness yang sedang dihayati oleh wanita hamil di
luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian
lanjutan mengenai forgiveness pada wanita hamil di luar nikah dan
diabaikan pasangannya.
Memberikan informasi bagi psikologi klinis mengenai pentingnya
forgiveness pada wanita hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberi informasi kepada wanita hamil di luar nikah dan diabaikan
pasangannya mengenai pentingnya forgiveness dalam membantu
pemulihan wanita hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya.
Memberi informasi kepada para pembina di Yayasan “X” dan “Y”
mengenai pentingnya forgiveness dalam membantu pemulihan wanita
11
Universitas Kristen Maranatha
Memberi informasi bagi keluarga yang anggota keluarganya hamil di luar
nikah dan diabaikan pasangannya mengenai pentingnya dukungan
keluarga pada proses forgiveness.
1.5 Kerangka Pikir
Dalam pengertian umum, wanita hamil di luar nikah wanita yang
mengandung janin tanpa adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang
diikrarkan dalam sebuah perkawinan (Chian Friantoe, 2012). Dalam Budaya
Timur, wanita yang hamil di luar nikah seringkali dinilai buruk oleh agama dan
masyarakat. Selain cibiran dan sumpah-serapah keluarga dan masyarakat sekitar,
wanita hamil di luar nikah tidak jarang terkena stigma sebagai wanita murahan
yang tidak memiliki akhlak yang baik, tidak bisa menjaga diri (Sawali,2008).
Perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja yang
baru mengetahui kehamilan, bercampur dengan perasaan depresi, rasa benci dan
marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan (BPPKTJT, 2001).
Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau
bertanggungjawab. Dalam kasus ini, wanita hamil di luar nikah yang diabaikan
oleh pasangannya menjadi offended person atau korban dari suatu perbuatan yang
salah. Pria yang telah menghamili dan mengabaikan menjadi offender atau pelaku
kesalahan.
Sebagai korban, wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya
merasa terluka. Luka yang dirasakan oleh korban dapat memunculkan perasaan
12
Universitas Kristen Maranatha melepaskan afeksi, kognisi, dan perilaku negatif terhadap offender diperlukanlah
sikap forgiveness (pemaafan).
Menurut Enright, forgiveness adalah kesediaan untuk melepaskan hak
yang dimiliki individu untuk membenci, memberikan penilaian negatif, dan
perilaku tidak peduli terhadap orang yang melukai secara tidak adil, pada saat
bersamaan mengembangkan kualitas-kualitas rasa belas kasihan, murah hati, dan
bahkan cinta bagi orang tersebut (Enright and Human Development Study Group,
1991). Secara sederhana, forgiveness dapat diartikan sebagai penghentian afeksi, kognisi, perilaku negatif dan munculnya afeksi, kognisi, perilaku terhadap
offender (Enright et al.,1991).
Aspek afektif merupakan seluruh perasaan atau emosi offended terhadap
offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya muncul emosi negatif seperti kemarahan, kebencian, bahkan dendam. Ketika wanita hamil
di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk memaafkan pria yang
telah mengabaikannya, maka timbulah rasa belas kasihan, kemurahan hati,
hilangnya keinginan untuk membalas dendam.
Aspek kognitif merupakan seluruh pemikiran yg dimiliki oleh offended
mengenai sikap offender seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang
offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya muncul pemikiran negatif seperti menganggap offender sebagai seorang yang sangat jahat
yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja, menyalahkan offender. Ketika
wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk
13
Universitas Kristen Maranatha menilai pasangan dengan sudut pandang offender, wanita tersebut mencoba
berpikir bahwa mungkin saja selama ini pasangannya juga sebenarnya merasakan
ketakutan, memiliki rasa bersalah dan penyesalan.
Aspek perilaku merupakan kecenderungan untuk bertindak atau kesiapan
seseorang untuk bereaksi terhadap offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang
diabaikan pasangannya muncul keinginan untuk membalas dendam kepada
offender dengan melaporkan ke polisi agar mendapatkan hukuman penjara, atau bahkan bisa saja sampai timbul keinginan untuk membunuh. Ketika wanita hamil
di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk memaafkan pria yang
telah mengabaikannya, maka berhentinya usaha untuk membalas dendam, bahkan
bisa saja menolong offender.
Derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan
pasangannya dapat diukur dari keseluruhan afeksi, kognisi, dan perilaku negatif
dan positif. Semakin banyak afeksi, kognisi, dan perilaku yang negatif, maka
derajat forgiveness akan semakin rendah. Semakin banyak afeksi, kognisi, dan
perilaku yang positif, maka derajat forgiveness akan semakin tinggi.
Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya yang
memiliki derajat forgiveness yang rendah menunjukkan emosi yang tidak stabil,
kemarahan, dendam sehingga berpikir bahwa offender tidak layak untuk
dimaafkan, dan adanya usaha membalas dendam dengan berbagai cara seperti
menceritakan keburukan offender kepada orang-orang, berusaha memenjarakan,
sampai berusaha untuk membunuhnya. Pada wanita hamil di luar nikah yang
14
Universitas Kristen Maranatha menunjukkan rasa belas kasihan, dapat mengambil hikmah yang baik dari
kejadian ini, melihat offender sebagai orang yang layak dimaafkan karena tidak
bersalah sepenuhnya, tidak ada usaha untuk membalas dendam, bahkan
memberikan dukungan moral kepada offender untuk menjadi manusia yang lebih
baik lagi.
Enright (2001)mengungkapkan empat faktor yang dapat mempengaruhi
derajat forgiveness. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat keparahan (severity) dari
luka yang dialami, seberapa jauh pengalaman yang dialami oleh individu terkait
forgiveness, kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami oleh individu, kualitas hubungan kedua individu yang memiliki keterkaitan utama dengan
kejadian yang tidak adil.
Tingkat keparahan (severity) dari luka yang dialami wanita yang hamil di
luar nikah dan diabaikan pasangannya. Semakin parah luka emosional yang
dialami, semakin besar usaha dan waktu yang akan dibutuhkan untuk
mengendalikan atau menuntaskan kemarahan yang ditimbulkannya.Contohnya,
bagaimana penghayatan wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan
pasangannya mengenai peristiwa yang menyakitkan ini. Saat ia menghayati
bahwa lukanya amat dalam, maka diperlukan waktu dan usaha yang lebih untuk
mengampuni offender dibandingkan dengan wanita yang menghayati bahwa luka
yang dirasakannya tidak terlalu dalam.
Seberapa jauh pengalaman yang dialami oleh wanita hamil di luar nikah
yang diabaikan pasangan terkait forgiveness. Hal ini meliputi pengaruh dari
15
Universitas Kristen Maranatha tersebut menghadapi ketidakadilan dan mempraktekkan forgiveness, serta apakah
wanita tersebut pernah dimaafkan oleh orang lain. Contohnya, wanita yang hamil
di luar nikah yang diabaikan pasangannya akan lebih mudah untuk mengampuni
ketika orangtua mengampuni kesalahannya mempermalukan nama keluarga dan
mau menerima dirinya apa adanya, dibandingkan dengan wanita yang hamil di
luar nikah yang diabaikan pasangannya yang tidak diterima kembali oleh
keluarganya bahkan sampai diusir dari rumah.
Kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami oleh wanita hamil di
luar nikah yang diabaikan pasangannya. Jika kejadian tersebut sudah berlalu
bertahun-tahun lampau, mungkin wanita tersebut sudah menjalani banyak hal
terkait forgiveness. Contohnya wanita yang hamil di luar nikah dan diabaikan
pasangannya beberapa tahun yang lalu. Dalam kurun waktu tersebut, ia mungkin
sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya saat ini. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan wanita yang baru saja mengetahui dirinya hamil dan
pasangannya baru saja mengabaikannya, ia merasakan ketidakadilan yang sangat
dan masih sulit menerima hal tersebut.
Kualitas hubungan antara wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan
pasangannya dengan (mantan) pasangnnya akan memengaruhi sejauh mana
wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya merasa terluka.
Contohnya, semakin lama dan berkualitas hubungan keduanya ketika berpacaran
maka rasa sakitnya akan semakin kuat karena banyaknya harapan-harapan masa
depan, mungkin saja sudah pernah membicarakan mengenai pernikahan dan
16
Universitas Kristen Maranatha berbeda halnya jika orang yang menyakitinya adalah orang yang baru dikenalnya
dan pacaran yang dijalaninya baru satu atau dua bulan.
Dengan melihat aspek afektif, kognitif, dan perilaku mengenai forgiveness
pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya, dapat mengukur
derajat forgiveness yang dimiliki oleh individu tersebut saat ini. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
1. Tingkat keparahan luka yang dialami
2. Pengalaman yang dialami oleh offended
terkait forgiveness
3. Kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil
dialami
4. Kualitas hubungan offender dan offended
17
Universitas Kristen Maranatha
1.6. Asumsi
Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya mengalami suatu
kejadian yang menempatkan dirinya sebagai korban dari suatu
ketidakadilan.
Pengabaian yang dilakukan oleh pasangan (pria yang telah
mengabaikannya) menimbulkan rasa sakit yang mendalam sehingga
memunculkan kemarahan, kebencian, dan keinginan untuk membalas
dendam maka dari itu diperlukanlah pemaafan.
Aspek afektif, kognitif, dan perilaku yang dihayati oleh wanita hamil di
luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung
mempengaruhi tinggi rendahnya derajat forgivenessnya.
Derajat forgiveness yang dimiliki wanita hamil di luar nikah yang
diabaikan pasangannya memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor tingkat
keparahan luka yang dialami, pengalaman yang dimiliki oleh wanita yang
hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya terkait forgiveness, kurun
waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami, serta kualitas hubungan
antara wanita yang hamil di luar nikah dengan pasangan yang
Universitas Kristen Maranatha 48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan
pembahasan terhadap 15 orang wanita hamil di luar nikah yang diabaikan
pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota Bandung, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan
“X” dan “Y” Kota Bandung pada umumnya memiliki derajat
forgiveness yang tinggi.
2. Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan
“X” dan “Y” Kota Bandung yang memiliki derajat forgiveness yang
tinggi cenderung menunjukkan afektif, perilaku, dan kognitif yang
positif pula.
3. Faktor pengalaman dimaafkan cenderung memiliki keterkaitan
dengan derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang
diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota Bandung.
4. Tingkat keparahan luka yang dihayati oleh wanita hamil di luar
nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota
Bandung cenderung memiliki keterkaitan dengan aspek afektif,
49
Universitas Kristen Maranatha
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, dan dengan menyadari adanya
berbagai keterbatasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka
peneliti merasa perlu mengajukan beberapa saran, yaitu :
5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian
- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti secara lebih
mendalam mengenai setiap aspek yang dihayati terkait dengan
forgiveness.
- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti secara lebih
mendalam mengenai pengaruh pengalaman dimaafkan oleh
keluarga terhadap forgiveness wanita hamil di luar nikah yang
diabaikan pasangannya.
- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai
pengaruh dukungan sosial terhadap forgiveness wanita hamil di luar
nikah yang diabaikan pasangannya.
5.2.2 Saran Untuk Lembaga
- Untuk Yayasan X” dan “Y” Kota Bandung dapat melakukan
penerapan terstruktur mengenai forgiveness dalam pendampingan
wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya untuk dapat
menerima kondisinya saat ini dan meningkatkan kesejahteraan
50
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyani,V. 2009. Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri. Jakarta : PT. Elex Media Kumpotindo.
Enright, Robert D. 2001. Forgiveness is a Choice : A Step-by-Step Process for Resolving Anger and Restoring Hope. Washington DC : American Psychological Association.
Enright, Robert D. , Elizabeth A. Gassin & Ching Ru-Wu. 1992. Forgiveness : a developmental view. Journal of Moral Education, Vol. 21, No. 2.USA : University of Wisconsin –Madison.
Enright, Robert D. and Joanna North. 1998. Exploring Forgiveness. USA: The Handbook of Moral Behavior and Development . Hillsdale NJ : Erlbaum.
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. Boston: Allyn & Bacon.
51
Subkoviak, Michael J., Robert D. Enright, Ching Ru-Wu, Elizabeth A. Gassin, Suzanne Freedman, Leanne M. Olson and Issidoros Sarinopoulos. 1995. Measuring Interpersonal Forgiveness in Late Adolescence and Middle Adulthood. Journal of Adolescence, 18, page 641-655.
Sunarti, Euis. 2004. Mengasuh dengan Hati. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Surbakti, E.B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Universitas Kristen Maranatha 52
DAFTAR RUJUKAN
Apriani, Arista. 2010. Karya Tulis Ilmiah. Hubungan Antara Pengetahuan
Tentang Risiko Kehamilan Remaja di Luar Nikah dengan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah pada Siswa SMAN 2 Magetan. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
http://www.aborsi.org , diakses 28 Februari 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran , diakses 19 Februari 2013.
http://www.jabar.bkkbn.go.id , diakses 19 Februari 2013.
http://www.mommiesdaily.com, diakses 7 April 2014.
http://muda.kompasiana.com/2012/04/24/pacaran-gaul-dan-pacaran-menuju-pernikahan-457032.html , diakses 27 Februari 2013.
http://putracenter.com/tinjauan-hukum-mengenai-aborsi-dan-akibatnya, diakses 28 Februari 2013.
http://putracenter.net/tag/marieed-by-accident/ , diakses 28 Februari 2013.
53
Universitas Kristen Maranatha http://sehat-enak.blogspot.com/2010/03/depresi-selama-kehamilan-dapat.html,
diakses 29 Juli 2013.
http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/27/gaya-pacaran-abg-jaman-sekarang-538563.html , diakses 19 Februari 2013.
Wijayanti, Yollanda. 2011. Skripsi: Studi Kasus mengenai Forgiveness pada