• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Forgiveness Pada Wanita Hamil di Luar Nikah yang diabaikan Pasangannya di Yayasan "X" dan "Y" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Forgiveness Pada Wanita Hamil di Luar Nikah yang diabaikan Pasangannya di Yayasan "X" dan "Y" Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha viii

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan sampel penelitian berjumlah 15 orang.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring derajat forgiveness adalah kuesioner EFI yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Forgiveness dari Enright. Jumlah item keseluruhan adalah 66 item yang mewakili 3 aspek forgiveness dengan reabilitas 0,752 dan validitas 0,518 – 0,942. Data yang diperoleh dari alat ukur tersebut kemudian diolah dengan menggunakan analisa statistik dalam bentuk persentase lalu ditabulasi silang dengan data penunjang.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (60%) memiliki derajat forgiveness tinggi dan 6 responden (40%) memiliki derajat forgiveness rendah. Sebagian besar responden dengan derajat forgiveness tinggi memilik afektif, kognitif, dan perilaku yang positif. Tinggi rendahnya derajat forgiveness cenderung terkait dengan pengalaman individu mengenai forgiveness.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ix

ABSTRACT

This research aimed to find out the degree of forgiveness toward illegal pregnant woman whom being ignored by her spouse at Foundation “X”and”Y” Bandung. This research used descriptive method combine with survey technique. As the samplers were using purposive sampling method and being taken from 15 people as the selective sampler.

Measuring instrument used to measure degree of forgiveness is EFI questionnaire which modified by researcher on Theory Forgiveness from Enright. The total items are 66 items that represent 3 aspects forgiveness with the reliability 0.752 and validity 0,518 – 0,942. The indicators that produce the data’s will be analyzed using the percentage and will be proceed using the cross tabulation with the supporting data available.

The result of the research showed that 9 respondents have higher degree of forgiveness and 6 respondents have lower degree of forgiveness. Respondents with higher degree of forgiveness have positive affective, positive cognitive and positive behavior. The high and low indicator of degree f forgiveness related with the individual experience of forgiveness.

(3)

Universitas Kristen Maranatha

x

DAFTAR ISI

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian

KATA PENGANTAR

ABSTRAK ……….. vii

ABSTRACT ……….viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiv

DAFTAR BAGAN ……….. xv DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ………10

1.3.2 Tujuan Penelitian ………. 10

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ……… 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ………. 10

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian ……….. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Forgiveness ……… 18

2.1.1 Definisi Forgiveness ……… 18

2.1.2 Dasar-dasar Teori Forgiveness ……… 20

2.1.2.1 Pseudo-Forgiveness ………. 22

2.1.2.2 Enright’s Cognitive Affective Behavioral Process Model (Model Proses Kognitif Afektif Behavioral Enright) ………... 22

2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Forgiveness ………... 24

2.1.4 Fase-Fase Dalam Proses Forgiveness ………. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN ... 29

3.2 BAGAN PROSEDUR PENELITIAN ………. 29

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian ……… 29

3.3.2 Definisi Operasional ……….. 30

3.4ALAT UKUR 3.4.1 Modifikasi Enright Forgiveness Inventory (EFI) ………. 31

3.4.2 Data Sosio –Demografik ……….. 34

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas 3.4.3.1Validitas ………. 35

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha 3.5Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Populasi Sasaran ……….. 37

3.5.2 Karakteristik Sampel ……… 37

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ………. 37

3.6Teknik Analisis Data ………. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………. 39

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Diabaikan oleh Pasangan ……….. 40

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan …. 41 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Forgiveness ………. 41

4.2.2 Tabulasi Silang Derajat Forgiveness dengan Aspek Afektif, Perilaku, dan Kognitif ………. 42

4.3. Pembahasan ……….. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 48

5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian ... 49

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ………. 50

DAFTAR RUJUKAN ………. 52

(7)

Universitas Kristen Maranatha xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ……….. 38

Tabel 3.2 Skor Item Positif ……….. 39

Tabel 3.3 Skor Item Negatif ………. 39

Tabel 3.4 Skor Pseudo-Forgiveness ……… 40

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 42

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 43

Table 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 44

Table 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Diabaikan oleh Pasangan ………... 46

Table 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan … 47 Tabel 4.4. Derajat Forgiveness ……… 46

(8)

Universitas Kristen Maranatha xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ……… 17

(9)

Universitas Kristen Maranatha xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner

Lampiran B Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran C Hasil Penelitian

Lampiran D Lampiran D – Data Penelitian dan Crosstabs Derajat

(10)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pacaran adalah masa persiapan menuju pernikahan. Masa saling mengenal

lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert

Lumoindong, Menang Atas Masalah Hidup; 191). Pacaran mungkin merupakan

periode yang sangat menyenangkan dan mungkin paling indah dalam kehidupan

para remaja, namun periode ini juga merupakan masa paling kritis bagi mereka.

Kelalaian sekecil apa pun dalam mengelola masa pacaran dapat berakibat fatal

sehingga menyebabkan penyesalan seumur hidup. Tidak sedikit para remaja yang

gagal mengelola masa pacaran mereka pada koridor yang patut sehingga

terjerumus ke dalam pergaulan bebas (Surbakti. 2009:89).

Berdasarkan penelitian dari Australian National University (ANU) dan

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) tahun 2010/2011 di

Jakarta, Tangerang dan Bekasi (Jatabek), dengan ukuran sampel 3006 (usia 17-24

tahun), menunjukkan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan

kelahiran setelah menikah, dan 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran

sebelum menikah. (www.jabar.bkkbn.go.id, 1 Oktober 2012)

Besarnya persentase di atas menunjukkan kehamilan di luar nikah sering

terjadi. Hal ini dikarenakan norma-norma dalam pergaulan semakin pudar,seorang

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Ketika hubungan mereka

membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum

menikah dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah atau kuliahnya,

ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan itu

diketahui oleh orangtua dan orang lain. Untuk menghilangkan janin yang tidak

dikehendaki tersebut maka dilakukanlah aborsi (www.putracenter.net, 24

november 2012).

Aborsi dilakukan dengan alasan masih terlalu muda, masih ingin

melanjutkan pendidikan, tidak memiliki biaya, tidak ingin memiliki anak tanpa

ayah, malu sebagai aib keluarga, dan takut dikucilkan oleh keluarga dan

masyarakat (www.aborsi.org, 28 Februari 2013). Ketika upaya aborsi yang

dilakukan tidak berhasil, ada pria yang mau bertanggungjawab dengan melakukan

pernikahan secepatnya, ada juga pria yang tidak mau bertanggungjawab bahkan

mengabaikan kekasih beserta janinnya (www.putracenter.net, 24 November

2012).

Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangan ternyata harus

menghadapi masalah psikologis dan sosial, antara lain meliputi pengucilan,

stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan

sebagainya

.

Depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah dapat terjadi karena rasa malu, tidak diterima dalam lingkungan masyarakat sekitar, dikucilkan

dan akhirnya merasa putus asa serta menganggap bahwa dirinya tidak pantas

untuk hidup dan mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha menahan depresi atau kecemasan yang berlarut-larut

.

Perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja yang baru mengetahui kehamilan,

bercampur dengan perasaan marah, benci, frustasi bahkan depresi baik kepada diri

sendiri maupun kepada pasangan (www.gunadarma.ac.id, 3 April 2014)

Perasaan marah, benci, frustasi bahkan depresi baik kepada diri sendiri

maupun kepada pasangan dari orang yang tidak dapat memaafkan (unforgiving)

diri sendiri terutama kepada pasangan. Toussaint, Williams, Musick, dan Everson

(2001, dalam Worthington, 2005) menyatakan bahwa sikap unforgiving yang

terus-menerus dapat berpengaruh secara negatif terhadap kesehatan fisik individu,

dan sebaliknya. Temoshok & Chandra (2000, dalam Worthington, 2005)

menyatakan bahwa emosi-emosi negatif akan menyebabkan berbagai efek negatif

dalam diri ibu sendiri, janin dalam kandungan, dan pada perkembangan mental

dan kepribadian anak.

Pada ibu hamil yang terus menerus menerapkan sikap unforgiving muncul

gejala-gejala seperti adanya perasaan sedih, putus asa, terkadang beberapa ada

yang merasa cemas, timbul perasaan tidak berharga dan bersalah, perilaku ibu

kepada hal-hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak

jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya

kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, gangguan

perkembangan janin, bahkan dapat terjadi keguguran. (www.mommiesdaily.com,

7 April 2014)

Ketika ibu belum bisa menerima kehamilannya dan kehadiran anaknya,

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha merasa tertolak. Hasil penelitian Rohner menunjukkan bahwa pengalaman masa

kecil seseorang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya (karakter

dan kecerdasan emosinya). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola asuh

orang tua yang menolak (rejection) anaknya, akan mempengaruhi perkembangan

emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa

kelak. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orang tuanya bisa menjadi

pribadi yang tidak peduli dengan orang lain, cepat tersinggung, berpandangan

negatif terhadap orang lain dan terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif

kepada orang lain, atau merasa minder dan tidak merasa dirinya berharga

(Megawangi, 2003, dalam Mengasuh dengan Hati, 2004).

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sikap unforgiving wanita hamil

di luar nikah kepada orang yang telah menghamili dan mengabaikannya sangat

berdampak negatif. Untuk dapat mengurangi dampak-dampak negatif di atas

wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya perlu melepaskan emosi

negatif, rasa marah, kebencian, kepahitan, dendam mereka terhadap pria yang

telah menghamili dan mengabaikannya. Melepaskan rasa marah, kebencian,

pikiran negatif, dan dendam merupakan sikap forgiveness (pengampunan).

Forgiveness memiliki pengertian yaitu kesediaan untuk melepaskan hak yang dimiliki individu untuk membenci, memberikan penilaian negatif, dan

perilaku tidak peduli terhadap orang yang menyakiti secara tidak adil, sambil

mengembangkan kualitas (sifat) yang tidak semestinya diberikan, seperti kasih

sayang (belas kasihan), kemurahan hati, dan bahkan cinta bagi orang tersebut

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha kognisi, dan perilaku negatif dan munculnya afeksi, kognisi, dan perilaku yang

positif (Enright & The Human Developmental Study Group, 1991). Forgiveness

(pengampunan) merupakan sikap karena merupakan kecenderungan seseorang

bertingkahlaku yang harus melibatkan perasaan (afeksi), pikiran (kognisi), dan

tindakan (perilaku).

Aspek afeksi merupakan perasaan atau emosi seseorang terhadap sesuatu.

Kognisi merupakan pikiran, fakta, pandangan, pengetahuan, penilaian terhadap

sesuatu. Perilaku merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak. Ketika

ada seseorang yang melakukan ketidakadilan, kognitif menilai negatif bahwa

orang tersebut jahat, salah. Pikiran tersebut memicu munculnya perasaan marah,

kecewa, kesal, geram, dan mungkin putus asa. Perasaan-perasaan marah, kecewa,

kesal, putus asa wajar terjadi, namun jika perasaan-perasaan tersebut bertahan di

dalam tubuh dan intensitasnya semakin tinggi, maka akan mengganggu kepada

perilakunya. Perilaku yang mungkin muncul bisa seperti keinginan untuk bunuh

diri, membalas dendam, bahkan membunuh (Forgiveness Therapy, 2010).

Dalam kasus ini, forgiveness dapat diartikan sebagai kesediaan wanita

hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya untuk melepaskan hak yang

dimilikinya untuk menyatakan perasaan negatif (kebencian, kemarahan), penilaian

negatif tentang pelaku (menghukum, menyalahkan) dan perilaku yang negatif

terhadap pelaku (balas dendam) dan menggantinya dengan perasaan positif (kasih

sayang, cinta), penilaian yang positif, perilaku yang positif menolong, tawaran

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha memiliki hak untuk mendapatkannya karena telah mengabaikan dirinya dan anak

yang ada di dalam kandungannya.

Berdasarkan beberapa studi eksperimental yang dilakukan oleh Enright,

kelompok yang mengaplikasikan forgiveness menunjukkan emosional yang lebih

sehat, menunjukkan fungsi kerja jantung yang lebih sehat, penurunan kecemasan,

depresi, peningkatan self-esteem (harga diri), kesehatan psikologis yang lebih baik

(psychological well-being), menunjukkan intensitas kemarahan yang berkurang,

menunjukkan harapan akan masa depan yang lebih optimis (Enright, 2009).

Pentingnya sikap forgiveness ini dirasakan pula oleh Yayasan “X” dan

“Y”. Yayasan “X” dan “Y” merupakan yayasan di Kota Bandung yang bergerak

melayani wanita-wanita yang tidak menginginkan kehamilannya akibat hubungan

di luar nikah dan mencegah terjadinya aborsi. Kedua Yayasan ini berfokus pada

pencegahan terjadinya aborsi yang dilakukan oleh wanita-wanita yang tidak

menginginkan kehamilannya. Selain pencegahan aborsi, para wanita hamil di luar

nikah yang diabaikan pasangannya juga dibina dengan tujuan agar wanita tersebut

dapat menerima kondisi kehamilannya, dapat mengampuni pelaku yang telah

menghamili dan mengabaikannya, serta menata kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti terdahap Ibu S

selaku pendiri dan pembina di Yayasan “Y”, hampir seluruh wanita hamil di luar

nikah yang datang ke tempatnya merupakan wanita yang diabaikan oleh

pasangannya. Mereka datang ke Yayasan tersebut ada yang dengan usaha sendiri

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Mereka datang dalam keadaan bingung, cemas, putus asa, malu, bercampur

dengan perasaan depresi.

Berikut ini terdapat dua buah kasus mengenai wanita hamil di luar nikah

yang diabaikan pasangannya. Kasus pertama adalah kasus I. I menjalin hubungan

dengan A sampai akhirnya hubungan mereka membuahkan janin. Ketika

memberitahukan kehamilannya kepada A, I dituduh hamil karena berselingkuh

dengan pria lain dan dipaksa untuk melakukan aborsi. Ketika usaha aborsi gagal

dilakukan, A menghilang begitu saja. Dalam diri I timbul rasa diri tidak berharga,

timbul juga rasa marah, benci, dan sakit hati kepada A karena telah dimanfaatkan,

difitnah, dan dicampakkan begitu saja.

Dalam keadaan seperti itu, I mencari informasi mengenai yayasan yang

mau menampung wanita-wanita seperti dirinya dan memutuskan untuk

mendatangi sebuah yayasan. Di sana I dibimbing untuk dapat menerima

kehamilannya, dan I dapat menyadari bahwa kejadian ini bukan sepenuhnya salah

A, tapi juga karena I yang tidak dapat menjaga dirinya. Anak I dapat lahir tanpa

cacat sedikitpun. I merasa sangat bersyukur karena usaha aborsi yang pernah

dilakukannya tidak merusak janinnya.

Kemudian I membesarkan anaknya dengan bantuan keluarga. Suatu hari

ketika mendengarkan sebuah kotbah, I menyadari bahwa selama ini dirinya belum

mengampuni pria yang telah menghamili dan mengabaikannya. I hanya mengubur

dalam-dalam semua luka-lukanya sehingga ketika menjalani kehidupannya dan

dalam membesarkan anaknya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha anaknya dengan lebih bahagia, lebih bisa bersyukur lagi dan tidak ada keinginan

untuk membalas dendam.

Kasus kedua berasal dari M. M berpacaran dengan H. Ketika mengetahui

kehamilannya H mendesak M untuk menggugurkan kandungannya. M meminum

berbagai macam jamu dan obat-obatan peluntur janin namun ternyata tidak

berhasil. M berbalik mendesak H untuk memertanggungjawabkan perbuatannya

namun ternyata pipi M ditampar dan kepalanya dipukul. Setelah kejadian tersebut

H menghilang dan M baru mengetahui bahwa selama ini sebenarnya H sudah

memiliki istri.

Ketika keluarga M mengetahui kehamilannya, M dikurung di rumah

pamannya. S tidak boleh ke luar rumah, tidak boleh kuliah, telepon genggam

disita. Hampir setiap hari M menangis, merasa kesepian, merasa bodoh, jijik

dengan dirinya sendiri. Jika teringat dengan H, M merasa sangat sakit hati, kesal,

marah,benci dengan H yang telah memermainkan dirinya, membohongi dirinya

ternyata sudah memiliki seorang istri, melakukan kekerasan fisik, meninggalkan

ketika mengetahui dirinya hamil, membuat diri M dikucilkan oleh keluarga, harus

menanggung malu dan kehamilan seorang diri. Ketika M mengingat H, M bisa

marah-marah, berteriak-teriak, sampai ingin bunuh diri. M tidak akan memaafkan

H dan berjanji akan membunuh H jika bertemu kembali.

Ketika keadaan semakin parah akhirnya M dibawa ke Yayasan “X” Pada

masa awal kedatangannya M sering melamun, gelisah, menangis, emosi tidak

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha memberikan anaknya kepada orang lain untuk diadopsi. M tidak menginginkan

anaknya karena anak itu mengingatkan M akan H yang dibencinya.

Dari kedua kasus di atas dapat dilihat bahwa wanita hamil di luar nikah

yang diabaikan dapat terlihat pemaafanya (forgiveness) dilihat dari aspek afektif,

kognitif, dan perilaku. Ketika I menyadari bahwa tidak sepenuhnya kesalahan A

(kognitif positif), tidak ada keinginan untuk membalas dendam kepada A

(perilaku positif), dan membuat I merasa lebih bahagia dan dapat bersyukur

(afektif positif). Berbeda dengan kasus M, ketika M teringat H yang telah

mempermainkan dirinya, membohongi dirinya, melakukan kekerasan fisik, dan

meninggalkan (kognitif negatif) menimbulkan perasaan sangat sakit hati, kesal,

marah,benci (afektif negatif) sehingga membuat M ingin membalas dendam jika

bertemu dan memberikan anaknya untuk diadopsi (perilaku negatif).

Dari kedua kasus di atas tampak bahwa penghayatan wanita hamil di luar

nikah memiliki sikap pemaafan (forgiveness) yang berbeda sehingga

menimbulkan perilaku yang berbeda saat ini. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk meneliti mengenai forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang

diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini ingin diketahui forgiveness berikut aspek-aspeknya

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai

forgiveness pada wanita hamil di luar nikah di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai

aspek-aspek dan derajat forgiveness yang sedang dihayati oleh wanita hamil di

luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

lanjutan mengenai forgiveness pada wanita hamil di luar nikah dan

diabaikan pasangannya.

 Memberikan informasi bagi psikologi klinis mengenai pentingnya

forgiveness pada wanita hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberi informasi kepada wanita hamil di luar nikah dan diabaikan

pasangannya mengenai pentingnya forgiveness dalam membantu

pemulihan wanita hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya.

 Memberi informasi kepada para pembina di Yayasan “X” dan “Y”

mengenai pentingnya forgiveness dalam membantu pemulihan wanita

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

 Memberi informasi bagi keluarga yang anggota keluarganya hamil di luar

nikah dan diabaikan pasangannya mengenai pentingnya dukungan

keluarga pada proses forgiveness.

1.5 Kerangka Pikir

Dalam pengertian umum, wanita hamil di luar nikah wanita yang

mengandung janin tanpa adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang

diikrarkan dalam sebuah perkawinan (Chian Friantoe, 2012). Dalam Budaya

Timur, wanita yang hamil di luar nikah seringkali dinilai buruk oleh agama dan

masyarakat. Selain cibiran dan sumpah-serapah keluarga dan masyarakat sekitar,

wanita hamil di luar nikah tidak jarang terkena stigma sebagai wanita murahan

yang tidak memiliki akhlak yang baik, tidak bisa menjaga diri (Sawali,2008).

Perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja yang

baru mengetahui kehamilan, bercampur dengan perasaan depresi, rasa benci dan

marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan (BPPKTJT, 2001).

Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau

bertanggungjawab. Dalam kasus ini, wanita hamil di luar nikah yang diabaikan

oleh pasangannya menjadi offended person atau korban dari suatu perbuatan yang

salah. Pria yang telah menghamili dan mengabaikan menjadi offender atau pelaku

kesalahan.

Sebagai korban, wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya

merasa terluka. Luka yang dirasakan oleh korban dapat memunculkan perasaan

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha melepaskan afeksi, kognisi, dan perilaku negatif terhadap offender diperlukanlah

sikap forgiveness (pemaafan).

Menurut Enright, forgiveness adalah kesediaan untuk melepaskan hak

yang dimiliki individu untuk membenci, memberikan penilaian negatif, dan

perilaku tidak peduli terhadap orang yang melukai secara tidak adil, pada saat

bersamaan mengembangkan kualitas-kualitas rasa belas kasihan, murah hati, dan

bahkan cinta bagi orang tersebut (Enright and Human Development Study Group,

1991). Secara sederhana, forgiveness dapat diartikan sebagai penghentian afeksi, kognisi, perilaku negatif dan munculnya afeksi, kognisi, perilaku terhadap

offender (Enright et al.,1991).

Aspek afektif merupakan seluruh perasaan atau emosi offended terhadap

offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya muncul emosi negatif seperti kemarahan, kebencian, bahkan dendam. Ketika wanita hamil

di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk memaafkan pria yang

telah mengabaikannya, maka timbulah rasa belas kasihan, kemurahan hati,

hilangnya keinginan untuk membalas dendam.

Aspek kognitif merupakan seluruh pemikiran yg dimiliki oleh offended

mengenai sikap offender seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang

offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya muncul pemikiran negatif seperti menganggap offender sebagai seorang yang sangat jahat

yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja, menyalahkan offender. Ketika

wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha menilai pasangan dengan sudut pandang offender, wanita tersebut mencoba

berpikir bahwa mungkin saja selama ini pasangannya juga sebenarnya merasakan

ketakutan, memiliki rasa bersalah dan penyesalan.

Aspek perilaku merupakan kecenderungan untuk bertindak atau kesiapan

seseorang untuk bereaksi terhadap offender. Pada wanita hamil di luar nikah yang

diabaikan pasangannya muncul keinginan untuk membalas dendam kepada

offender dengan melaporkan ke polisi agar mendapatkan hukuman penjara, atau bahkan bisa saja sampai timbul keinginan untuk membunuh. Ketika wanita hamil

di luar nikah yang diabaikan pasangannya bersedia untuk memaafkan pria yang

telah mengabaikannya, maka berhentinya usaha untuk membalas dendam, bahkan

bisa saja menolong offender.

Derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan

pasangannya dapat diukur dari keseluruhan afeksi, kognisi, dan perilaku negatif

dan positif. Semakin banyak afeksi, kognisi, dan perilaku yang negatif, maka

derajat forgiveness akan semakin rendah. Semakin banyak afeksi, kognisi, dan

perilaku yang positif, maka derajat forgiveness akan semakin tinggi.

Pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya yang

memiliki derajat forgiveness yang rendah menunjukkan emosi yang tidak stabil,

kemarahan, dendam sehingga berpikir bahwa offender tidak layak untuk

dimaafkan, dan adanya usaha membalas dendam dengan berbagai cara seperti

menceritakan keburukan offender kepada orang-orang, berusaha memenjarakan,

sampai berusaha untuk membunuhnya. Pada wanita hamil di luar nikah yang

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha menunjukkan rasa belas kasihan, dapat mengambil hikmah yang baik dari

kejadian ini, melihat offender sebagai orang yang layak dimaafkan karena tidak

bersalah sepenuhnya, tidak ada usaha untuk membalas dendam, bahkan

memberikan dukungan moral kepada offender untuk menjadi manusia yang lebih

baik lagi.

Enright (2001)mengungkapkan empat faktor yang dapat mempengaruhi

derajat forgiveness. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat keparahan (severity) dari

luka yang dialami, seberapa jauh pengalaman yang dialami oleh individu terkait

forgiveness, kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami oleh individu, kualitas hubungan kedua individu yang memiliki keterkaitan utama dengan

kejadian yang tidak adil.

Tingkat keparahan (severity) dari luka yang dialami wanita yang hamil di

luar nikah dan diabaikan pasangannya. Semakin parah luka emosional yang

dialami, semakin besar usaha dan waktu yang akan dibutuhkan untuk

mengendalikan atau menuntaskan kemarahan yang ditimbulkannya.Contohnya,

bagaimana penghayatan wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan

pasangannya mengenai peristiwa yang menyakitkan ini. Saat ia menghayati

bahwa lukanya amat dalam, maka diperlukan waktu dan usaha yang lebih untuk

mengampuni offender dibandingkan dengan wanita yang menghayati bahwa luka

yang dirasakannya tidak terlalu dalam.

Seberapa jauh pengalaman yang dialami oleh wanita hamil di luar nikah

yang diabaikan pasangan terkait forgiveness. Hal ini meliputi pengaruh dari

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha tersebut menghadapi ketidakadilan dan mempraktekkan forgiveness, serta apakah

wanita tersebut pernah dimaafkan oleh orang lain. Contohnya, wanita yang hamil

di luar nikah yang diabaikan pasangannya akan lebih mudah untuk mengampuni

ketika orangtua mengampuni kesalahannya mempermalukan nama keluarga dan

mau menerima dirinya apa adanya, dibandingkan dengan wanita yang hamil di

luar nikah yang diabaikan pasangannya yang tidak diterima kembali oleh

keluarganya bahkan sampai diusir dari rumah.

Kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami oleh wanita hamil di

luar nikah yang diabaikan pasangannya. Jika kejadian tersebut sudah berlalu

bertahun-tahun lampau, mungkin wanita tersebut sudah menjalani banyak hal

terkait forgiveness. Contohnya wanita yang hamil di luar nikah dan diabaikan

pasangannya beberapa tahun yang lalu. Dalam kurun waktu tersebut, ia mungkin

sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya saat ini. Hal ini berbeda jika

dibandingkan dengan wanita yang baru saja mengetahui dirinya hamil dan

pasangannya baru saja mengabaikannya, ia merasakan ketidakadilan yang sangat

dan masih sulit menerima hal tersebut.

Kualitas hubungan antara wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan

pasangannya dengan (mantan) pasangnnya akan memengaruhi sejauh mana

wanita yang hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya merasa terluka.

Contohnya, semakin lama dan berkualitas hubungan keduanya ketika berpacaran

maka rasa sakitnya akan semakin kuat karena banyaknya harapan-harapan masa

depan, mungkin saja sudah pernah membicarakan mengenai pernikahan dan

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha berbeda halnya jika orang yang menyakitinya adalah orang yang baru dikenalnya

dan pacaran yang dijalaninya baru satu atau dua bulan.

Dengan melihat aspek afektif, kognitif, dan perilaku mengenai forgiveness

pada wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya, dapat mengukur

derajat forgiveness yang dimiliki oleh individu tersebut saat ini. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

1. Tingkat keparahan luka yang dialami

2. Pengalaman yang dialami oleh offended

terkait forgiveness

3. Kurun waktu sejak kejadian yang tidak adil

dialami

4. Kualitas hubungan offender dan offended

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Asumsi

 Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya mengalami suatu

kejadian yang menempatkan dirinya sebagai korban dari suatu

ketidakadilan.

 Pengabaian yang dilakukan oleh pasangan (pria yang telah

mengabaikannya) menimbulkan rasa sakit yang mendalam sehingga

memunculkan kemarahan, kebencian, dan keinginan untuk membalas

dendam maka dari itu diperlukanlah pemaafan.

 Aspek afektif, kognitif, dan perilaku yang dihayati oleh wanita hamil di

luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Bandung

mempengaruhi tinggi rendahnya derajat forgivenessnya.

Derajat forgiveness yang dimiliki wanita hamil di luar nikah yang

diabaikan pasangannya memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor tingkat

keparahan luka yang dialami, pengalaman yang dimiliki oleh wanita yang

hamil di luar nikah dan diabaikan pasangannya terkait forgiveness, kurun

waktu sejak kejadian yang tidak adil dialami, serta kualitas hubungan

antara wanita yang hamil di luar nikah dengan pasangan yang

(27)

Universitas Kristen Maranatha 48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan

pembahasan terhadap 15 orang wanita hamil di luar nikah yang diabaikan

pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota Bandung, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan

“X” dan “Y” Kota Bandung pada umumnya memiliki derajat

forgiveness yang tinggi.

2. Wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan

“X” dan “Y” Kota Bandung yang memiliki derajat forgiveness yang

tinggi cenderung menunjukkan afektif, perilaku, dan kognitif yang

positif pula.

3. Faktor pengalaman dimaafkan cenderung memiliki keterkaitan

dengan derajat forgiveness pada wanita hamil di luar nikah yang

diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota Bandung.

4. Tingkat keparahan luka yang dihayati oleh wanita hamil di luar

nikah yang diabaikan pasangannya di Yayasan “X” dan “Y” Kota

Bandung cenderung memiliki keterkaitan dengan aspek afektif,

(28)

49

Universitas Kristen Maranatha

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, dan dengan menyadari adanya

berbagai keterbatasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka

peneliti merasa perlu mengajukan beberapa saran, yaitu :

5.2.1 Saran untuk Pengembangan Penelitian

- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti secara lebih

mendalam mengenai setiap aspek yang dihayati terkait dengan

forgiveness.

- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti secara lebih

mendalam mengenai pengaruh pengalaman dimaafkan oleh

keluarga terhadap forgiveness wanita hamil di luar nikah yang

diabaikan pasangannya.

- Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai

pengaruh dukungan sosial terhadap forgiveness wanita hamil di luar

nikah yang diabaikan pasangannya.

5.2.2 Saran Untuk Lembaga

- Untuk Yayasan X” dan “Y” Kota Bandung dapat melakukan

penerapan terstruktur mengenai forgiveness dalam pendampingan

wanita hamil di luar nikah yang diabaikan pasangannya untuk dapat

menerima kondisinya saat ini dan meningkatkan kesejahteraan

(29)

50

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyani,V. 2009. Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri. Jakarta : PT. Elex Media Kumpotindo.

Enright, Robert D. 2001. Forgiveness is a Choice : A Step-by-Step Process for Resolving Anger and Restoring Hope. Washington DC : American Psychological Association.

Enright, Robert D. , Elizabeth A. Gassin & Ching Ru-Wu. 1992. Forgiveness : a developmental view. Journal of Moral Education, Vol. 21, No. 2.USA : University of Wisconsin –Madison.

Enright, Robert D. and Joanna North. 1998. Exploring Forgiveness. USA: The Handbook of Moral Behavior and Development . Hillsdale NJ : Erlbaum.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. Boston: Allyn & Bacon.

(30)

51

Subkoviak, Michael J., Robert D. Enright, Ching Ru-Wu, Elizabeth A. Gassin, Suzanne Freedman, Leanne M. Olson and Issidoros Sarinopoulos. 1995. Measuring Interpersonal Forgiveness in Late Adolescence and Middle Adulthood. Journal of Adolescence, 18, page 641-655.

Sunarti, Euis. 2004. Mengasuh dengan Hati. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Surbakti, E.B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

(31)

Universitas Kristen Maranatha 52

DAFTAR RUJUKAN

Apriani, Arista. 2010. Karya Tulis Ilmiah. Hubungan Antara Pengetahuan

Tentang Risiko Kehamilan Remaja di Luar Nikah dengan Sikap Terhadap Hubungan Seksual Pranikah pada Siswa SMAN 2 Magetan. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

http://www.aborsi.org , diakses 28 Februari 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran , diakses 19 Februari 2013.

http://www.jabar.bkkbn.go.id , diakses 19 Februari 2013.

http://www.mommiesdaily.com, diakses 7 April 2014.

http://muda.kompasiana.com/2012/04/24/pacaran-gaul-dan-pacaran-menuju-pernikahan-457032.html , diakses 27 Februari 2013.

http://putracenter.com/tinjauan-hukum-mengenai-aborsi-dan-akibatnya, diakses 28 Februari 2013.

http://putracenter.net/tag/marieed-by-accident/ , diakses 28 Februari 2013.

(32)

53

Universitas Kristen Maranatha http://sehat-enak.blogspot.com/2010/03/depresi-selama-kehamilan-dapat.html,

diakses 29 Juli 2013.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/27/gaya-pacaran-abg-jaman-sekarang-538563.html , diakses 19 Februari 2013.

Wijayanti, Yollanda. 2011. Skripsi: Studi Kasus mengenai Forgiveness pada

Referensi

Dokumen terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

[r]

shown by the results of this study that most students believe that group work. assessment is helpful and has many benefits for the

Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi.. hapus

Meski pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan tentang perkawinan melalui Keluarga Berencana, ataupun undang-undang perkawinan, sebenarnya tugas kita sebagai generasi

APP’s Vision 2020 Roadmap not only covers our pulpwood suppliers, it extends to include clear environmental commitments for our mills, focussed on our energy, carbon, water and

Telah dilakukan Rekondisi turbin generator pada mini plant boiler agar daya keluaran yang dikonversikan dari Steam Boiler di Workshop Instrumentasi dapat

Perhitungan indeks antimikrobial metode Kirby Bauer pada edible film dengan penambahan tepung tapioka, kitosan, gliserin dengan variasi aquadest dan ekstrak kulit