• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI : Studi Eksperimen di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI : Studi Eksperimen di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

(Studi Eksperimen di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Dian Suprianti

1001558

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning

(PBL)

terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Sosiologi

(Studi Eksperimen di Kelas XI SMA

PGII 1 Bandung)

Oleh

Dian Suprianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Sosiologi pada fakultas pendidikan Ilmu Sosial

©Dian Suprianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Pernyataan ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terimakasih ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan ... xii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. LatarBelakangPenelitian ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 6

C. RumusanMasalah ... 7

D. TujuanPenelitian …... 8

E. ManfaatPenelitian ... 8

F. StrukturOrganisasi ... 9

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis Penelitian ... 11

1. Model Pembelajaran ... 11

A. Definisi Model Pembelajaran ………... 11

B. Ciri-Ciri model Pembelajaran ..……….. 12

2. Tinjauan Model Pembelajaran Problem based introduction (PBI) ... 13

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) ... 13

(6)

Based Introduction (PBI) ... 15

d. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) ... 16

e. Kekurangan Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) ... 17

f. Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) Dalam Pembelajaran sosiologi ... 17

3. Tinjauan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 19

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 19

b. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 20

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 21

d. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 22

e. Kelemahan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 23

f. Teori Belajar yang melandasi Pendekatan Problem Based Learning (PBL) ... 23

g. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran sosiologi ... 25

4. Tinjauan hasil Belajar ... 26

a. Pengertian Hasil Belajar ... 26

5. Pengertian Peserta Didik ... 28

6. Penelitian Terdahulu ... 29

7. Kerangka Pikir dan Hipotesis ... 30

a. Kerangka pikir ... 30

(7)

BAB III Metode Penelitian ...………...……….... 32

1. Lokasi dan Subjek Populasi/sampel penelitian ... 35

2. Desain Penelitian ... 36

3. Metode Penelitian ... 37

4. Definisi Operasional Variabel ... 40

5. Instrumen Penelitian ... 43

6. Proses Pengembangan Instrumen ... 43

A. TesHasilBelajar ... 44

a. Analisis Item Tes ... 45

b. Tingkat Kesukaran ... 50

7. LembarObservasi ... 50

8. Teknik Pegumpulan Data ... 51

9. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 55

A. Deskripsi data Hasil Penelitian ... 55

1. Profil Tempat Penelitian... 55

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Data Hasil Belajar Peserta Didik ... 59

b. HasilPengukuran Pre Test ... 59

c. Hasil Pengukuran Pos Test ... 61

B. HasilObservasiKegiatanPembelajaran Pada Kelas Eksperimendan Kontrol ... 66

C. Temuan dan Kendala dalam Proses Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Based Introduction dan Problem Based Learning ... 72

BAB V Simpulan dan Saran ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Saran ……….………. 77

Daftar Pustaka ....………. 78

(8)

Lampiran 2 ... 102

Lampiran 3 ... 105

Lampiran 4 ... 187

Lampiran 5 ... 193

Lampiran 6 ... 230

(9)

Dian Suprianti (2014). Pembimbing I : Prof. Dr. Gurniwan kamil Pasya, M.Si. Pembimbing II : Mirna Nur Alia A, S.Sos., M.Si. Perbedaan Model PembelajaranProblem Based Introduction (PBI) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi. Studi Eksperimen Di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung.

Hasil pengamatan pada pembelajaran sosiologi menunjukkan bahwa pembelajaran sosiologi belum kondusif. Hal ini disebabkan oleh beberapa fakor yakni; (1) tenaga pengajar masih terfokus pada penggunaan model pembelajaran konvensional, belum digunakannya model pembelajaran yang berbasis terhadap masalah dalam pembelajaran di kelas, (2) pemberian tugas yang kurang memotivasi siswa dalam mengembangkan potensinya terutama dalam pengembangan materi-materi sosiologi sebagai upaya memacu berfikir kritis dan keaktifan siswa di kelas. Hal tersebut menjadi tolak ukur peneliti untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung. Perbaikian tersebut dilakukan melalui penerapan model pembelajaran problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan

Quasi Eksperimen.). Jenis pengumpulan data penelitian dan teknik pengolahan data adalah analisis item tes dengan membuat pedoman penilaian dan kunci jawaban, membuat ketentuan tingkat signifikan tiap item, menentukan indeks kesukaran tiap item, memperbaiki dan mengganti item, serta uji-t dengan menggunakan short method. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan adanya perbedaan antara kelas eksperimen yang 1 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based introduction dengan kelas kontol. Adanya perbedaan tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada tingkat ekpercayaan 99%. Kemudian pengujian hipotesis yang kedua yaitu tidak adanya perbedaan antara kelas eksperimen ke 2 yaitu menggunakakn model pembelajaran problem based learning dengan kelas kontrol hal ini dapat dibuktikan dengan dari perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 99%, pengujian hipotesis yang berikutnya yaitu adanya perbedaan keberhasilan belajar antara kelas eksperimen yang ke 1 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based introduction dan kelas eksperimen yang ke 2 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, terdapat nya perbedaan keberhasilan belajara antara kedua kelas tersebut dapat dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 99%.

(10)

Dian Suprianti (2014). Pembimbing I : Prof. Dr. Gurniwan kamil Pasya, M.Si. Pembimbing II : Mirna Nur Alia A, S.Sos., M.Si. Perbedaan Model PembelajaranProblem Based Introduction (PBI) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi. Studi Eksperimen Di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung.

The results of observations on the learning of sociology show that the learning of sociology still not conducive.It is caused by some fakor videlicet; ( 1 ) teachers still focused on the use of conventional kind of classroom not yet used a model of learning based to a problem in their experiences in the classroom ( 2 ) the granting of a duty that is less motivates students in developing its potential rlsks especially in the development of materials sociology as an effort to spur think critically and liveliness students in the class.It becomes yardstick researchers to improve the condition of their experiences in the class xi smas pgii 1 bandung.Perbaikian will be done through the application of a model of learning problems fee-based introduction and the model of learning problems based learning to perceive the difference study result of the students.This research using quasi experiment. ).A kind of collecting data research and technical data processing is analysis items test by making guidelines, judgment and the answer key make provision every item, a significant degree determine the index every item, the lurch fix and replace items, and uji-t by using a short method.This research result indicates that found of the difference between a class of an experimenter whose 1 that is by using model of learning the problem with the class kontol fee-based introduction.Absence of difference is evidenced of a result of calculation through test hypotheses by using uji-t on the level of trust 99 %.Then the testing of hypotheses the second which are not of the difference between a class of experiment to 2 namely menggunakakn model of learning problems based learning with the class control it can be proven by the test of reckoning through the hypothesis by using uji-t 99 %, on the level of trust the testing of hypotheses the next is the difference between the success of the class learned the experiments to 1 that is by using model of learning problems fee-based introduction and a class the experiments to 2 that is by using model of learning problems based learning, his success belajara there are differences between the two classes is demonstrable of a result of calculation through test hypotheses by using uji-t on the level of trust 99 %.

(11)

Dian Suprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkna dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan untuk mendapatkan tujuan dari pembelajaran tersebut.

Dunia pendidikan tidak akan terlepas dari peran guru sebagai fasilitator yang dapat menyampaikan atau memfasilitasi para peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan. Guru yang akan menjadi fasilitator kepada peserta didik agar dapat lebih mudah mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkannya. Menurut Sofan dan Iif (2010, hlm. ) Mengacu pada konsep peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, insfiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan pendidikan suatu bangsa memerlukan proses dan waktu secara bertahap. Menurut Hasan (1996, hlm. 2)

pendidikan merupakan suatu interaksi sosial antara peserta didik dan pendidik, pelaksanaan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dari peserta didik. Sebagaimana dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah ‘usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

(12)

Pendidikan juga memiliki posisi yang penting dalam diri manusia sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang sehingga akan mengalami kesulitan dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian pendidikan haruslah dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya agar setiap manusia dapat memiliki kemampuan dan kualitas yang baik untuk dapat bersaing dalam berbagai bidang kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Menurut Natalie (2013) bahwa

Tujuan pembelajaran sosiologi mempunyai tujuan khusus sama seperti tujuan mata pelajaran lain, adapun tujuan pendidikan sosiologi menurut permendiknas pada tingkat SMA yaitu:

1. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial;

2. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat; 3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan

bermasyarakat.

Tujuan pembelajaran di atas menjadi tolak ukur para pendidik untuk melaksanakan pendidikan sosiologi secara baik, akan tetapi dalam kenyataanya masih banyak sekali proses pembelajaran yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang seharusnya tercapai. Pembelajaran sosiologi merupakan suatu mata pelajaran yang dikenal sebagai pembelajaran yang membutuhkan daya hapalan yang kuat, karena pada dasarnya mata pelajaran sosiologi ini lebih banyak mengungkap konsep-konsep serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Model konvensional yang digunakan pada umumnya akan menimbulkan suatu kejenuhan tersendiri yang menimpa para peserta didik sehingga peserta didik akan mengalami berbagai kesulitan dalam memahami isi pembelajaran yang disampaikan.

(13)
(14)

Permasalahan yang terjadi pada kelas XI IPS 3 tidak berbeda jauh dengan kelas XI IPS 2, peserta didik ketika pendidik memberikan materi pembelajaran kurang antusias, tetapi ketika diberikan pekerjaan rumah mereka tidak mengerjakannya. Permasalahan antara kedua kelas ini hampir keseluruhannya sama karena memang peserta didik terbiasa dengan model pembelajaran yang berpusat kepada guru yang menimbulkan kemalasan pada diri peserta didik apabila diberikan tugas yang lain. kemudian peserta didik di kelas XI IPS 3 ketika diberikan ulangan harian tidak berbeda jauh dengan kelas XI IPS 2 mereka menganggap bahwa akan adanya remedial karena terlihat ketika mereka mengerjakan soal yang diberikan seperti tidak bersungguh-sungguh.

Permasalahan yang terjadi pada kelas XI IPS 4 hampir sama seperti siswa yang keseluruhan memiliki pemikiran yang sama dengan kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 terlihat sangat menyepelekan pekerjaan rumah dan tidak bersungguh-sungguh ketika mengerjakan soal harian karena menganggap akan adanya remedial. Pola pikir peserta didik tersebut karena adanya kebiasaan seperti itu siswa akan merasa sulit ketika pendidik memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan sehingga yang terjadi yaitu hampir keseluruhan guru memberikan tugas untuk dikerjakan didalam proses pembelajaran berlangsung setelah memberikan materi memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya yang akan dikerjakan didalam kelas nya masing-masing. Permasalahan-permasalahan diatas menunjukan bahwa ternyata kurangnya kedisiplinan dan motivasi terhadap pembelajaran sosiologi di Sekolah Menengah Atas yang harusnya peran penting dalam pembentukan karakter siswa, dan menyiapkan peserta didik yang memiliki nilai-nilai kerja keras dan saling menghormati antar setiap individu.

(15)

ketertarikan pada diri peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu. Pola tersebut dapat menggambarkan kegiatan guru dan peseta didik dalam mewujudkan kondisi belajar yang menyebabkan terjadinya proses belajar. karena pada umumnya ketertarikan ini akan menjadi kunci utama peserta didik untuk dapat lebih memahami pembelajaran sosiologi. Jalan alternatif yang diambil peneliti yaitu dengan melakukan suatu eksperimen yang bersifat quasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based introduction (PBI)

dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Dalam hal ini yang akan ditekankan yaitu bagaimana perbedaan dari penggunaan model pembelajaran tersebut sehingga hasil belajar yang akan dicapai siswa akan mengalami peningkatan.

Model pembelajaran problem based introduction (PBI) merupakan model pembelajaran berdasarkan masalah, pada tingakatan SMA siswa sudah dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-harinya. Problem based introduction (PBI) memusatkan pada permasalahan yang bermakna dan mempunyai arti bagi siswa atau peserta didik, peran guru menyiapkan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Peserta didik dilatih untuk bekerjasama dengan para siswa lainya, dibutuhkan pemahaman akan suatu permasalahan agar siswa dapat menyelidiki permasalahan tersebut.

(16)

pernah dilaksanakan pada kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3 karena biasanya peserta didik hanya diberikan model pembelajaran yang berpusat kepada gurunya.

Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan diatas tentang model pembelajaran problem based introduction (PBI) dengan model pembelajaran

problem based learning (PBL) yang merupakan dua alternatif model pembelajaran yang akan di teliti lebih mendalam. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar yang akan diraih siswa. Kedua model tersebut yaitu model pembelajaran problem based introduction dan model pembelajaran

problem based learning belum pernah digunakan pada ketiga kelas tersebut, peserta didik lebih banyak mendapatkan model pembelajaran yang hanya berpusat pada tenaga pendidik, tenaga pendidika sebagai objek tunggal selama pembelajaran berlangsung, diharapkan penggunaan model pembelajaran yang menarik diharapkan akan menarik perhatian siswa dan membangkitkan minat belajar, akibatnya bila minat belajar meningkat maka keseriusan siswa dalam pembelajaran pun akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Maka Berdasarkan berbagai asumsi latar belakang diatas merupakan dasar pentingnya penelitian ini dilakukan. Hal ini didasarkan pada kondisi pembelajaran sosiologi di sekolah SMA PGII 1 Bandung yang hampir kebanyakan masih menggunakan model pembelajaran konvensional, salah satunya yaitu model ceramah atau diskusi. Maka peneliti mengambil alternatif penggunaan model pembelajaran yang lebih kreatif dan efisien yang diharapkan dapat mendukung peningkatan terhadap pemahaman materi siswa sehingga hasil belajar dapat meningkat serta membantu siswa memecahkan berbagai masalah-masalah sosial yang ada pada lingkunganya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil tema mengenai “Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) Dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi masih rendah ditandai dengan rendahnya pencapaian presentase ketuntasan belajar siswa yang dilihat dari patokan KKM siswa.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk melakukan pembelajaran secara aktif.

3. Model pembelajaran berbasis masalah belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran yang ada di kelas XI IPS 2, XI IPS 3 dan XI IPS 4 SMA PGII 1 Bandung.

4. Penerapan model atau pendekatan pembelajaran belum maksimal dan tidak variatif, guru lebih banyak menggunakan pembelajaran langsung dengan menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada guru.

5. Rendahnya motivasi belajar siswa akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan monoton dan membosankan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai “Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) Dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Sosiologi (Studi Eksperimen di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung).

(18)

1. Adakah PerbedaanModel Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajara Sosiologi di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung ?

2. Adakah Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung ?

3. Adakah Perbedaan Model Pembelajaran Problem Baed Introduction (PBI) dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based

Introduction (PBI) dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung

2. Untuk Mengetahui Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kelas XI SMA PGII 1 Bandung

3. Untuk mengetahui Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi di kelas XI SMA PGII 1 Bandung

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat yang bersifat teoretis dan kegunaan yang bersifat praktis.

(19)

Secara teoritik hasil Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Khususnya manfaat pada mata pelajaran sosiologi.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis ini, diharapkan bermanfaat untuk dunia pendidikan, antara lain : a. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan serta keterampilan dalam

menerapkan model pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar selanjutnya.

b. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan memperhatikan model-model pembelajaran yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka.

c. Bagi Guru, Menambah wawasan serta keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar selanjutnya. d. Bagi Sekolah, menjadi bahan masukan yang positif bagi sekolah untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu dan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar menjadi lebih efektif dan efisien

3. Struktur Organisasi

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada penulisan bab ini secara garis beras penulis memaparkan masalah yang dikaji. Adapun sub bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(20)

buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Memaparkan mengenai serangkaian tahapan yang akan ditempuh penulis ketika melakukan penelitian guna mendapatkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan permasalahan yang sedang dikaji, mulai dengan persiapan, pelaksanaan sampai pada pengolahan data, definisi operasional dan laporan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Memaparkan serangkaian isi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan kendala yang ditempuh pada proses penelitian yaitu tentang perbedaan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi (studi eksperimen di kelas XI SMA PGII 1 Bandung) BAB V KESIMPULAN

(21)

Dian Suprianti, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Mengah Atas PGII 1 Bandung yang beralamat di Jalan Panatayuda No 2 Bandung. pemilihan lokasi ini dikarenakan peneliti sebelumnya sudah melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran sosiologi di kelas XI SMA PGII 1 Bandung. Permasalahan yang terlihat yaitu hasil belajar siswa yang sebagian masih dibawah standar KKM, tenaga pengajar dalam pemberian materi pembelajaran masih terfokus pada model pembelajaran konvensional, belum digunakannya model pembelajaran yang berbasis terhadap masalah, pemberian tugas yang kurang memotivasi siswa dalam mengembangkan materi-materi sosiologi sebagai upaya memacu berfikir kritis dan keaktifan siswa di kelas. kemudian peneliti yang merupakan tenaga pengajar yang sedang melakukan PPL pada mata pelajaran sosiologi sehingga dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dapat dilakukan secara komprehensif. Adapun waktu penelitian ini dilakukan yaitu pada semester genap (II), mulai tanggal 3 februari 2014 selama 3 minggu.

Menurut Margono (2000, hlm. 121) menjelaskan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Menurut Arikunto (2010, hlm. 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

(22)

orang ataupun benda lainnya, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh suatu objek.

Populasi dalam penelitian ini dipilih siswa kelas XI SMA PGII 1 Bandung. Jumlah populasi kelas XI SMA PGII 1 Bandung sejumlah 222 peserta didik, dengan rincian kelas XI IPA 1 24 peserta didik, XI IPA 2 36 peserta didik, XI IPA 3 36 peserta didik, XI IPS 1 21 peserta didik, XI IPS 2 36 peserta didik, XI IPS 3 36 peserta didik dan XI IPS 4 33 peserta didik.

Menurut Arikunto (2010, hlm. 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2009, hlm. 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam Penelitianini sebanyak 3 rombongan belajar. Rencana penelitian ini akan dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung. Dengan populasi yang terdapat didalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI, sedangkan sampelnya adalah peserta didik leas XI IPS 2, XI IPS 3 dan XI IPS 4.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan sendiri sampel yang akan diambil, berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Pengelompokan yang terdiri atas kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Kelas XI IPS 2 sebagai eksperimen 1 dengan pembelajaran problem based Introduction, Kelas XI IPS 3 sebagai kelompok eksperimen 2 dengan pembelajaran problem based learning , Sedangkan kelas XI IPS 4 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional dimana pendidik terbiasa menggunakan pembelajaran

ceramah dan diskusi kelompok. Sampel yang

digunakandenganpengambilansampel non

acakataudisesuaikandengantujuanpenelitian. Sampel yang akan diambil akan dilihat dari hasil belajar peserta didik dari ketiga kelas tersebut, dapat dilihat dari nilai yang hampir sama dengan jenis kelamin yang sama.

(23)

Menurut Sugiono (2007, hlm. 79) mengatakan bahwa desain penelitian adalah sesuatu yang berkaitan dengan metode dan alasan mengapa metode tersebut digunakan dalam penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah The Static Group Pretest-posttest design. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Berikut desain penelitian yang digunakan

Keterangan:

E1 : Kelompok Eksperimen 1

E2 : Kelompok Eksperimen 2

C : Kelompok Kontrol

F1 : Pretest Kelompok Eksperimen 1

F2 : Pretest Kelompok Eksperimen 2

F3 : Pretest Kelas Kontrol

X1 : Model Pembelajaran problem based introduction (PBI)

X2 : Model Pembelajran problem based learning (PBL)

P1 : Posttest Kelompok Eksperimen 1

P2 : Posttest Kelompok Eksperimen 2

P3 : Posttest Kelas Kontrol

3. Metode Penelitian

Penelitaian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keberhasilan antara model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Sosiologi di SMA PGII 1 Bandung.

Kelompok Pretest Treatment Posttest

E1 F1 X1 P1

E2 F2 X2 P2

(24)

Menurut Arikunto (2006, hlm. 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, menurut Hadi (1985, hlm. 465) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahuai akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Dari pendapat itu dapat dikatakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat atau pengaruh antara variabel yang satu dengan lainnya dengan cara memberi perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang umumnya terdapat sampel eksperimen dan sampel kontrol.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen. Eksperimen adalah penelitian yang memiliki derajat kepastian yang dianggap paling tinggi. desain eksperimental semu (Quasi Eksperimen Design) dimana pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada, mengingat pengontrolan yang ketat dalam situasi interaksi antara manusia dengan manusia sulit dilakukan.Quasi eksperimen adalah eksperimen yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperimen (eksperimen units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak.Metode penelitian Quasi Eksperimen merupakan jenis eksperimen yang tidak sebenarnya karena jenis eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat sikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu. Metode

(25)

Menurut Sugiyono, (2007, hlm. 79) Desain yang digunakan dalam penelitian Quasi eksperimen ini adalah Non Equivalent (pre test and post test)

control group design yaitu sebagai berikut : Kelas Eksperimen : O1 X O2

--- Kelas Kontrol : O1 O2

Keterangan:

O1 : Pre tes hasil belajar O2 : Post tes hasil belajar

X : Metode pembelajaran problem based introduction (PBI) dan problem based learning (PBL)

--- : Subjek tidak dikelompokan secara acak

Penelitian ini membagi kelompok menjadi tiga kelompok eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol. Peserta didik kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan dengan model pembelajaran problem based introduction (PBI). Peserta didik kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan peserta didik kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Proses penelitian terhadap ketiga kelas kelompok penelitian tersebut di jelaskan pada gambar bagan ini analisis alur perlakuan penelitian berikut ini :

Kelas XI. Kelas XI. Kelas XI.

(KE1) (KE2) (KK)

O1 X1 O2 O1 X2 O2 O1 O2

XA XB XC

(26)

H3

Gambar 3. 1 Bagan alur perlakuan Penelitian Keterangan :

(KE1) : Kelas Eksperimen 1 (KE2) : Kelas Eksperimen 2 (KK) : Kelas Kontrol O1 : Observasi 1 (Pre tes) O2 : Observasi 2 (Pos tes) X1 : Perlakuan 1 (PBI) X2 : Perlakuan 2 (PBL)

A : Hasil Kelas Eksperimen 1 B : Hasil Kelas Eksperimen 2 C : Hasil Kelas Kontrol

H1, H2, H3 : Hipotesis 1, Hipotesis 2, Hipotesis 3

Berdasarkan gambar bagan 3.1 alur perlakuan penelitian, tiap kelas penelitian mendapatkan observasi kesatu yaitu pre tes, kemudian kelas X1 IPS 2 Sebagai kelas eksperimen 1 akan mendapatkan perlakuan 1 dengan model pembelajaran problem based introduction (PBI), kelas XI IPS 3 Sebagai kelas eksperimen 2 akan mendapatkan perlakuan 2 dengan model pembelajaran

problem based learningdan kelas XI IPS 4 Sebagai kelas kontrol mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah mendapatkan perlakuan, ketiga kelas penelitian mendapatkan observasi kedua yaitu post test. Hasil pre test dan post test setiap kelas penelitian di uji untuk mendapatkan uji t yang akan menjawab hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3.

4. Definisi Operasional Variabel

(27)

penelitian merupakan suatu keadaan yang dimanipulasi, dikendalikan atau di observasi oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2007. Hlm, 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini mengkaji tentang implementasi model pembelajaran Sosiologi di kelas XI SMA dengan model pembelajaran problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa. Penelitian ini juga membandingkan hasil perlakuan antara model pembelajaran problem based introduction dengan model pembelajaran konvensional, model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran konvensional, serta model pembelajaran problem based introduction dengan model pembelajaran problem based learning.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu model pembelajaran

(28)
(29)

dan menyiapkan

Instrumen penelitian merupakan alat yang esensial untuk mengumpulkan data. Data yang diperlukan dalam penelitian eksperimen ini adalah data yang dapat menunjukan hasil belajar peserta didik setelah belajar sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning. Untuk itu penelitian ini menggunakan instrumen :

1. Tes kemampuan, terdiri dari :

 Pre-tes, tes ini diberikan sebelum pelajaran mengenai suatu materi pokok, dan diberikan sebagai tes individual.

(30)

seperti pre-tes. Post test dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan. Siswa akan memperoleh skor dari pretest dan postest. Skor inilah yang dikumpulkan sebagai bahan analisis.

2. Lembar observasi, untuk mengobservasi keterlaksanaan model pembelajaran

problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning

dalam kegiatan pembelajaran.

3. Dokumentasi, data yang dikumpulkan langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, dan foto-foto kegiatan penelitian.

6. Proses Pengembangan Instrumen

Perangkat instrumen penelitian yang baik adalah mengukur apa yang hendak diukur. Proses pengujian instrumen penelitian dengan mengukur uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada tiap butir soal tes kepada kelas uji coba soal.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes hasil dalam bentuk soal pilihan ganda pada materi mobilitas dan struktur sosial.

A. Tes Hasil Belajar

(31)

secara 2 tahap dikelas yang berbeda. Instrumen tes yang telah melalui tahap perbaikan dan signifikan akan diberikan pada kelas sampel. Setelah tes tersebut dilakukan maka selanjutnya membandingkan hasil pretest dan postest untuk kelas masing-masing. hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah apakah ada perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol, sehingga akan terlihat model pembelajaran manakah yang lebih efektif dan dapat melihat perbedaan keberhasilan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.

Tes diberikan sebanyak dua kali pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kelas kontrol. Tes pertama (pre tes) diberikan sebelum sampel mendapatkan perlakuan, tes kedua (pos tes) diberikan sesudah sampel mendapatkan perlakuan. Peserta didik pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Kemudian dicari manakah dari ketiga model pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Instrumen tes diujicobakan pada peserta didik di SMA PGII 1 Bandung. Berikut tahapan yang dilakukan pada proses uji coba soal pre tes dan pos tes :

a. Analisis item Tes

Analisis butir ini merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari soal yang dibuat. Langkah dan ketentuan melakukan analisa item test. Menurut (Sumaatmadja, 1984: 138) yaitu dimulai dari membuat kunci jawaban, menentukan pedoman penilaian, menentukan tingkat kesukaran tiap item, menghitung tingkat signifikan dan indeks kesukaran tiap item. Langkah dan ketentuan melakukan analisis item soal tersebut sebagai berikut :

1) Membuat Pedoman Penilain dan Kunci Jawaban

Menurut Sumaatmadja(1984, Hlm. 138-141) Pedoman penilaian obyektif test yang menggunakan metode statistik, menggunakan rumus umum sebagai berikut :

S = R - W O – 1 Keterangan :

S : angka (skor) yang diperoleh dari penebakan

(32)

W : jumlah item yang dijawab salah (wrong)

0 : banyak pilihan (option)

1 : angka tetap

2) Membuat Ketentuan Tingkat Signifikan tiap Item

Tingkat signifikan tiap item didasarkan atas selisih jawabn yang salah diantara kelompok rendah (WL) dengan kelompok tinggi (WH) atau WL – WH . angka selisih yang signifikan untuk tiap item yang memperlihatkan daya pembeda menurut J.C Syanley (dalam Sumaatmadja 1984, hlm. 139), dinyatakan pada tabel 3.3 Berikut ini :

Tabel 3.3 Tingkat Pembeda Tiap Item yang Signifikan yang Ditunjukan Oleh perbedaan WL - WH

(33)

Tiap item dihitung (WL– WH), jika angka ini sesuai dengan tabel diatas atau lebih tinggi daripada itu, berati memiliki daya pembeda yang signifikan, sehingga tidak perlu diganti ataupun diperbaiki .

3) Menentukam Indeks Kesukaran Tiap Item

Menurut Sumaatmadja (1984, Hlm. 134) Tingkat kesukaran item soal merupakan gambaran kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes. Untuk menentukan tingkat kesukaran pada analisa item ini digunakan rumus indeks kesukaran (difficulty indeks) sebagai berikut :

Difficult Indeks = (WL– WH) 100 × 0 2n (0-1) Keterangan :

WL : kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab item dengan salah.

WH : kelompok tinggi yang membuat kesalahan, menjawab item dengan salah.

100 : konstanta

N : 27% dari yang dites (27% dari N)

N : jumlah individu yang dites

O : banyak pilihan pada item (option)

Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang dites (27% N). Keseluruhan kelompok tinggi = 27 %dari seluruh yang dites (27% N).

Menentukan tiga tingkatan kesukaran item, digunakan ketentuan :

Item mudah : jika 16 % yang ditest tidak dapat menjawab item tersebut.

Item sedang : jika 50 % yang ditest tidak dapat menjawab item tersebut.

Item sukar : jika 84% yang ditest tidak dapat menjawab item tersebut.

J.C Syanley dalam buku Measurement Today’s school mengemukakan rumus untuk mencari (WL + WH) nilai pada tingkatan kesukaran yang dapat dilihat pada tabel 3.4 Berikut :

(34)

Presentase yang ditest yang menjawab item dengan salah

Jumlah pilihan (option )tiap item

2 3 4 5

Untuk mengukur hasil penelitian eksperimen ini menggunakan pre tes dan pos tes berupa alat tes yaitu soal dengan bentuk pilihan ganda yang menggunakan option berjumlah 5.maka yang dilihat adalah urutan kebawah dari option 5, kemudian jumlah kelompok rendah dari kelompok tinggi yaitu 27 %. 25 = 8. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Mudah : 0,256n = 0,256.8 = 2,05  ≤ 2

Sedang : 0,800n = 0,800.8 = 6,4  3- 7

Sukar : 1,344n = 1,344.8 = 10,75  ≥ 8 4) Memperbaiki dan mengganti item

Menurut Sumaatmadja (1984, hlm. 140) Untuk memperbaiki dan mengganti item, digunakan pedoman sebagai berikut :

Item-item yang diganti :

a) Jika daya pembeda (WL – WH) tidak signifikan, dan indeks kesukaran lebih besar dari 100

b) Jika daya pembedanya tidak signifikan, dan indeks kesukaran sama dengan nol (tidak mempunyai indeks kesukaran)

Item-item yang diperbaiki :

a) Jika daya pembedannya signifikan, tetapi indeks kesukaran lebih dari 100 b) Jika daya pembedanya tidak signifikan, tetapi indeks kesukaran kurang

dari 100

Hasil uji coba soal terhadap 25 item pretest pilihan jamak (pilihan ganda) berdasarkan daya pembeda dan indeks kesukaran, didapatkan hasil pengukuran yang dijelaskan pada tabel 3.5 Hasil uji pre tes berdasarkan daya pembeda dan indeks kesukarannya sebagai berikut

(35)

Nomor

Berdasarkan tabel diatas analisa uji coba soal pre tes di dapatkan item-item soal yang harus diganti dan diperbaiki.

a) Item yang harus diganti yaitu nomor 5,7,9, 11,12,13,14,22

b) Item yang harus diperbaiki, yaitu nomor 2, 3, 4, 6, 8, 10, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 24, 25.

(36)

Tabel 3.6 Hasil uji coba pos tes berdasarkan daya pembeda dan indeks

Berdasarkan tabel diatas analisa uji coba soal pre tes di dapatkan item-item soal yang harus diganti dan diperbaiki.

a) Item yang harus diganti yaitu nomor 3, 6, 7, 19 dan 25

b) Item yang harus diperbaiki, yaitu nomor 1,2,4,5,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,23,24.

(37)

Menurut Supranata (2004, hlm. 233) Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemempuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk indeks.

Tingkat kesukaran butir soal diukur dengan rumus :

P = x N

Keterangan :

P : proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran x : banyaknya peserta tes yang menjawab benar

N : jumlah peserta tes

Hasil pengukuran tingkat kesukaran butir soal di kelompokkan berdasarkan klasifikasi criteria tingkat kesukaran soal, yang dijelaskan pada tabel 3.7 Kriteria tingkat kesukaran berikut ini :

Tabel 3.7 kriteria tingkat kesukaran

Interval Tingkat Kesukaran

P< 0.3 Sukar

0.3 ≤ P≤ 0.7 Sedang

P> 0.7 Mudah

( Supranata 2004, hlm. 233)

7. Lembar Observasi

(38)

pembelajaran problem based learning. Lembar ini diisi oleh observer saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

8. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperlukan sebagai alat untuk mengumpulkan data atau instrumen penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik tes dan lembar observasi. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk engukur keterampilan pengetahuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok.test yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis sebanyak dua kali yaitu pretest dan postset. Peneliti memilih tes tertulis dikarenakan peneliti menganggap bahwa tes tertulis dapat mengetahui kemampuan dari setiap peserta didik terhadap soal yang diberikan. Lembar observasi peseta didik, yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.

9. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data melalui tes hasil belajar, yaitu data pretest dan data postest terhadap kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Prosedur pengolahan data-data tersebut dilakukan melalui analisis data kualitatif dan analisis kuantitatif.

1. Analisis Data Kuantitaif

Data kauntitatif diperoleh melalui hasil uji coba instrumen, data pretest dan data postest.

a. Data Hasil tes

Data hasil tes dari peserta didik digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik yang mendapatan model pembelajaran dengan menggunakan

(39)

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, dan peseta didik yang menggunakan model pembelajaran problem based introduction dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran problem based learning. Data yang diperoleh dari hasil tes diolah melalui tahapan :

1) Menguji soal pre test dan post test

Pengujian soal pre test dan post test dilakukan dikelas yang berbeda, tidak menggunakan kelas eksperimen yang digunakan. Cara yang digunakan dalam pengujian soal pre test dan post test dilakuakn pertama dengan membuat pedoman penilain dan kunci jawaban sebagai pedoman penilaian obyektif test. Kemudian membuat ketentuan tingkat signifikan tiap item soal. Tingkat signifikan tiap item didasarkan atas selisish jawaban yang salah diantara kelompok rendah (WL) dengan kelompok tinggi (WH) atau (WL – WH). Kemudian langkah yang diambil yaitu menentukan indeks kesukaran tiap item tes. Tingkat kesukaran item tes merupakan gambaran kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal tes. Setelah melakukan serangkaian proses peneliti akan melihat item-item soal mana saja yang akan diganti dan diperbaiki karena apabila tidak dilakukan perbaikan atau pergantian item soal akan berakibat terhadap soal-soal yang akan diberikan kepada peserta didik.

2) Setelah mendapatkan nilai pre test dan post test dilakukan uji T, dengan menggunakan short method

Short method dapat dilakukan ketika peneliti sudah mendapatkan nilai-nilai yang akan menjadi tolak ukur perbedaan keberhasilan model pembelajaran. short method dipilih karena menurut peneliti jauh lebih efisien penggunaannya.

Hipotesis yang akan diuji :

(40)

Ho : tidak terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem

based introduction dengan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar peserta didik.

H1 : terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based

introduction dengan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar peserta didik.

b) Skor pos tes pengukuran hasil belajar anatara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol.

Ho : tidak terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem

based learning dengan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar peserta didik.

H1 : terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based

learning dengan model konvensional pada hasil belajar peserta didik. c) Skor pos tes pengukuran hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dengan

kelas eksperimen 2.

Ho : tidak terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem based introduction dengan model pembelajaran problem based learning pada hasil belajar peserta didik.

H1 : tidak terdapat perbedaan keberhasilan model pembelajaran problem

based introduction dengan model pembelajaran problem based leraning

pada hasil belajar peserta didik.

b. Perbedaan model pembelajaran problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning

Penelitian ini menggunakan Matched Subjects, dimana matching dilakukan terhadap subjek demi subjek. Matched Subjects menggunakan kombinasi ordinal dan nominal, sehingga peserta didik akan dikelompokan berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan skor pretest yang sama atau mendekati.

(41)

3. 8 Matched subjects berdasarkan skor pre tes No. L/P Kelas Eksperimen 1

Problem Based

Introduction

Kelas Eksperimen 2

Problem Based

Learning

Kelas Kontrol Konvensional

XI SOSIAL 2 XI SOSIAL 3 XI SOSIAL 4 Subjek Skor Subjek Skor Subjek Skor

1 L Fajri M 16 Haqi 16 Arif B 16

2 L Rizky S 14 Habiel 14 Naufal C 14

3 L Nidya Boy P 13 M Aria 13 M Kamal L 13

4 L Revi R 13 Ricky N 13 Fahmi L 13

5 L M Aji P 10 Ramdani 10 Fajar I 10

6 P Anysa Dewi 16 Salma M 16 Jasmine A 16 7 P Sylvia K 13 Syafira N 13 Qutrunnada 13 8 P Zulfanida H 13 Disa N 13 Fatimah N 13

9 P Dinda 10 Rika D 10 Dwyza R 10

10 P Syfa N 9 Ichfa N 9 Lyyalia A 9

(42)

Dian Suprianti, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pemaparan rumusan masalah, data hasil penelitian peneliti menarik kesimpulan bahwa ditemukan adanya perbedaan antara kelas eksperimen yang pertama yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

problem based introduction dengan kelas kontol. Adanya perbedaan tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, Kemudian pengujian hipotesis yang kedua yaitu tidak adanya perbedaan antara kelas eksperimen ke dua yaitu menggunakakn model pembelajaran problem based learning dengan kelas kontrol hal ini dapat dibuktikan dengan dari perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, pengujian hipotesis yang berikutnya yaitu adanya perbedaan keberhasilan belajar antara kelas eksperimen yang pertama yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem based introduction dan kelas eksperimen yang ke dua yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran problem based learning, terdapat nya perbedaan keberhasilan belajara antara kedua kelas tersebut dapat dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.

(43)

Dian Suprianti, 2014

kemampuan memahami dan memaknai materi pembelajaran yang sedang dipelajarai dikelas. Berbagai kendala muncul pada saat penerapan model pembelajaran problem based introduction, salah satunya seperti belum terbiasanya peserta didikdalam kegiatan belajar menggunakan model tersebut karena peserta didik terbiasa dengan model pembelajaran yang secara langsung guru memberikan materi.

Temuan dari hasil penelitian, yaitu pada ketiga kelas eksperimen ada kecenderungan peserta didik memliki nilai pre test yang lebih rendah dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki nilai pre test yang lebih tinggi. Peningkatan kenaikan tertinggi terdapat pada kelas eksperimen pertama yang menggunakan model pembelajaran problem based introduction hal tersebut memperlihatkan penggunaan model pembelajaran problem based introduction

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.Penggunaan model pembelajaran

problem based introduction diharapkan dapat dijadikan alternatif pemilihan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan aspek kognitif peserta didik khususnya pada mata pelajaran sosiologi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran problem based introduction dan problem based learning dapat dijadikan alternatif model pembelajaran bagi guru Sekolah Menengah Atas Khusunya pada mata pelajaran Sosiologi

(44)

Dian Suprianti, 2014

dalam lagi agar model pembelajaran problem based learning dapat lebih efektif untuk digunakan dalam pembelajaran terutama pembelajaran sosiologi.

3. Bagi Siswa, siswa harus bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan bekerja sama dengan kelompoknya, agar potensi yang dimiliki oleh setiap siswa dapat berkembang.

4. Bagi sekolah dan penentu kebijakan sekolah, untuk dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif, khususnya model-model pembelajaran

problem based introduction dan model pembelajaran problem based learning. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

(45)

Dian Suprianti, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Amri, S. Dan Ahmadi, I. (2010) Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.

Arikunto, S. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

BadanStandarNasionalPendidikan.(2006)Standar Isi UntukSatuanPendidikanDasardanMenengah;

StandarKompetensidanKompetensiDasar SMA/MA.Jakarta. Buanatiwi. (2013) Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hadi, S. (2004) Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Hasan, S.H. (1996) Pendidikan Ilmu Sosial. Senayan-Jakarta: Jalan Pintu Satu.

Hidayat, S.U. (2011) Model-Model Pembelajaran Berbasis Paikem. Bandung: CV Siliwangi & CO 2011.

Komalasari, K. (2010) Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: CV Siliwangi.

MalihahdanKolip.(2011)PengantarSosiologi. Jakarta: KencanaPrenada MediaGroup.

Margono. (2000) Metodologi Pengajaran. Bandung : Bumi aksara Munawar. (2001) Hasil Belajar. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.

(46)

Kardi, M. dan Nur (2000) Pengajaran Langsung. Surabaya : University Press.

Rohana. A. (1997) Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. (2010) Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, S. (2007)SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: RajaGrafinfoPersada.

Sugiyono. (2007) Metode Penelitian. Bandung : Tarsito.

Sumaatmadja, N. (1984) Metodologi Pengajaran IPS. Bandung : Alumni.

Supranata, S. (2004) Anlalisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya.

ThobronidanMustofa.(2012)BelajardanPembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

ThobronidanMustofa.(2012)BelajardanPembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Skripsi :

(47)

Laurisden, B. (2012) Problem Based Learning Applied To Team Environments. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Widyaningsih, W. (2012)Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Minyak Bumi Penenlitian Eksperimen di Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Internet:

Bumiku Blog. (2013)Problem Based Introduction. [online]. Tersedia: http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/model-pembelajaran-problem-based.html

[September 29,2013]

Jakarimba, W. (2012)PesertaDidik

(Kajianfilosofis).[Online].Tersedia.http://wardonojakarimba.blogspot.com/2 012/05/peserta-didik-kajian-filosofis.html

[April 29, 2013]

Buanatiwi. (2012) Model Pembelajaran Based Learning. [online]. Tersedia: http://buanatiwi.wordpress.com/2012/04/09/model-pembelajaran-problem-based-learning/

[September 29,2013]

Nada Blog. (2012) Model Pembelajaran Based Learning. [online]. Tersedia: http://buanatiwi.wordpress.com/2012/04/09/model-pembelajaran-problem-based-learning/

(48)

Natalie. Kurikulum Sosiologi SMA/MA(KTSP). [Online]. Tersedia :

http://nataliatriandyani.blogspot.com/p/kurikulum-sosiologi-smama-ktsp.htm?m=1 [April 25, 2013]

Wijaya, E. (2012) Wawasan Cerita Nusantara. [online]. Tersedia: http://wacanawebsite.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-kooperatif-make-match.html?m=1

Gambar

Tabel 3.3 Tingkat Pembeda Tiap Item yang Signifikan yang Ditunjukan Oleh
Tabel 3.5 Hasil uji coba pretest berdasarkan daya pembeda dan indeks kesukarannya
Tabel 3.6 Hasil uji coba pos tes berdasarkan daya pembeda dan indeks kesukarannya
Tabel 3.7 kriteria tingkat kesukaran

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran apabila dilakukan test, rata-rata peserta didik mampu menjawab soal terkait materi yang diajarkan, akan tetapi pada saat dilakukan Ulangan Tengah

Di sakola, masih kénéh loba tanaga pendidik (guru) nulis ka siswa contona nyieun karangan atawa ngarang. Kasalahan guru dina méré tugas ngarang ka siswa nya éta

Tujuan peneliti melaksanakan penelitian ini yaitu ingin mengetahui perbedaan model pembelajaran Think – Talk – Write (TTW), model pembelajaran Traffinger dengan

Penelitian dilaksanakan di MAN Kunir Wonodadi Blitar pada tanggal 15 Februari – 20 Februari 2016. Pada penelitian ini peneliti menggunakan.. beberapa teknik dalam

Kemudian permasalahan ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di MTsS Lam Ujong Aceh Besar yang berkaitan dengan kemampuan

Berdasarkan Hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika yang mengajar di kelas XI IPA 2 SMA Swasta Bina Siswa pada tanggal 23 Juli 2018

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan 1 ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun sebelumnya yang dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran