PESERTA DIDIK SMP PADA MATERI SUHU DAN KALOR
TESIS
OLEH SITI SAPARINA
NIM P2A520018
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
JANUARI, 2023
i
PESERTA DIDIK SMP PADA MATERI SUHU DAN KALOR
TESIS
Karya Tulis untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA
OLEH SITI SAPARINA
NIM P2A520018
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
JANUARI, 2023
ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : SITI SAPARINA
Tempat/Tanggal lahir : Senaung/18 Agustus 1991
NIM : P2A520018
Program Studi : Magister Pendidikan IPA
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam tesis/karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, pengolahan, serta pemikiran saya melalui pengarahan dari Pembimbing I dan II yang ditetapkan.
2. Tesis/karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah disajikan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Jambi ataupun di perguruan tinggi lainnya.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan di atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan tesis/karya ilmiah ini.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab serta ditandatangani di atas materi.
Jambi, Januari 2023 Yang Membuat Pernyataan,
SITI SAPARINA NIM P2A520018
iii
iv
Tesis berjudul “Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem Based Learning yang Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP pada Materi Suhu dan Kalor” yang disusun oleh SITI SAPARINA, NIM P2A520018 telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 23 Desember 2022
Dewan Penguji
1. Dr. Dra. Zurweni, M.Si. Ketua ____________
NIP 196407081992032001
2. Prof. Drs. Maison, M.Si., Ph.D. Sekretaris ____________
NIP 196705031993031004
3. Prof. Dr. Dra. Risnita, M.Pd. Penguji Utama ____________
NIP 196707081998032001
4. Nazarudin, S.Si, M.Si., Ph.D. Anggota ____________
NIP 197404121999031004
5. Dr. Dra. Evita Anggereini, M.Si. Anggota ____________
NIP 196703071991032002
Jambi, Januari 2023
Mengesahkan, Mengetahui,
Direktur Pascasarjana, Ketua Program Studi,
Universitas Jambi Magister Pendidikan IPA
Prof. Dr. H. Haryadi, S.E., M.M.S. Dr. Sri Purwaningsih, S.Si., M.Si.
NIP 196504011990031002 NIP 197401242000032001
v
Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis. Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi, Pembimbing I. Dr. Dra. Zurweni, M.Si. Pembimbing II. Prof. Drs. Maison, M.Si., Ph.D.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan keefektifan E-LKPD pada materi Suhu dan Kalor. Penelitian ini dilatar belakangi dengan peserta didik yang masih pasif saat memecahkan masalah, kurang antusias saat mengerjakan LKPD, kurang terasahnya keterampilan berpikir kritis, dan masih banyak peserta didik yang salah pemahaman konsep materi, dan penggunaan LKPD dengan aplikasi liveworksheet masih belum pernah digunakan di sekolah tersebut.
Penelitian pengembangan ini menggunakan desain model pengembangan Lee & Owens.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan tes. Teknik analisis data terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil validasi terhadap pengembangan E-LKPD oleh ahli materi dan ahli media dinyatakan layak dan dapat diujicobakan, sedangkan hasil respon guru diperoleh kategori sangat baik, hasil respon peserta didik pada ujicoba satu-satu diperoleh persentase 92,08% dalam kategori sangat baik, hasil respon peserta didik pada ujicoba kelompok kecil diperoleh persentase 92.22%
dalam kategori sangat baik. Hasil analisis pretest-posttest keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan uji n-gain diperoleh skor 0,60 dengan kategori sedang. Dan hasil analisis n-gain dari pretest-posttest pemahaman konsep diperoleh hasil yaitu 0,66 dan dapat diinterpretasikan dengan kategori sedang. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa E- LKPD berbasis Problem Based Learning dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik dalam pembelajaran IPA, khususnya materi Suhu dan Kalor.
Kata Kunci: Berpikir Kritis, liveworksheets, LKPD elektronik, pemahaman konsep, problem based learning
vi
Problem Based Learning to Improve Critical Thinking Skills and Concept Understanding Students'. Thesis. Jambi University Science Education Masters Program, Advisor I. Dr.
Dra. Zurweni, M.Si. Advisor II. Prof. Drs. Maison, M.Si., Ph.D.
One of the earliest and most widely studied areas in physics education research is students’ conceptual understanding. Over time these conceptual difficulties have been given several labels, including misconceptions, naive conceptions, and alternative conceptions. This research used the R&D method with Lee & Owens design. The data collection techniques used questionnaires and tests. Quantitative data analysis used a Likert scale, while qualitative data analysis used a spiral model. Based on the results of the E-Worksheet validation by experts, the product is declared feasible and can be implemented. In addition, the results of teacher and student responses showed a very good category. In the small group trial, it showed a percentage of 92.22% in the very good category. Based on the results of the N-gain test of students' critical thinking skills, a score of 0.60 was obtained in the medium category. From the n-gain analysis of the pretest-posttest concept understanding students the result is 0.66 and can be interpreted as being in the moderate category. Based on the results of this research, it can be concluded that the integrated E-Worksheet Problem Based Learning was one of the learning media that can improve critical thinking skills and concept understanding in science learning, especially the concept of temperature and heat.
Keywords: Concept Understanding, critical thinking, E-Worksheet, problem-based learning.
vii
hidayahnya lah peneliti dapat menyelesaikan dengan baik tesis dengan judul
“Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem Based Learning yang Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP pada Materi Suhu dan Kalor”. Dalam penyelesaian tesis ini peneliti banyak memperoleh bantuan, motivasi, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak, untuk itu dengan ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D, Rektor Universitas Jambi yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana dan prasarana sehingga memudahkan penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Magister Pendidikan IPA.
2. Bapak Prof. Dr. H. Haryadi, S.E., M.M.S., Direktur Pascasarjana Universitas Jambi yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas administrasi perkuliahan pada Program Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Jambi.
3. Ibu Dr. Sri Purwaningsih, S.Si., M.Si., Ketua Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi dan sebagai dosen pengajar yang telah memberikan motivasi secara tulus dan ikhlas dalam mengarahkan bimbingan sehingga sampai pada persetujuan judul tesis.
4. Ibu Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si., Sekretaris Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi yang telah membantu dalam proses administrasi serta memberikan motivasi dan arahan selama mengikuti Pendidikan.
5. Ibu Dr. Dra. Zurweni, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk arahan, saran, masukan serta motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Prof. Drs. Maison, M.Si., Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran, masukan serta motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Ibu Prof. Dr. Dra. Risnita, M.Pd, sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan kritikan, saran, masukan dan arahan dalam menyelesaikan tesis.
8. Bapak Nazarudin, S.Si, M.Si., Ph.D, sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan kritikan, saran, masukan dan arahan dalam menyelesaikan tesis.
9. Ibu Dr. Dra. Evita Anggereini, M.Si, sebagai Dosen Penguji III yang telah memberikan kritikan, saran, masukan dan arahan dalam menyelesaikan tesis.
viii
11. Ibu Dr. Dra. Wilda Syahri, M. Pd, selaku validator ahli materi yang telah bersedia meluangkan waktu pada penelitian ini.
12. Para Dosen Program Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Jambi yang telah tulus dan ikhlas memberikan arahan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan.
13. Para Staf Program Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Jambi yang telah memberikan pelayanan administrasi sehingga dapat memberikan kelancaran selama proses perkuliahan hingga terselesaikan tesis ini.
14. Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Muaro Jambi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
15. Guru Mata Pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 6 Muaro Jambi yang telah membantu selama proses penelitian.
16. Orang tua, suami, anak-anak dan teman-teman Magister Pendidikan IPA Angkatan 2020, serta seluruh siswa-siswi kelas VII dan VIII SMPN 6 Muaro Jambi.
Semoga Allah SWT menganugerahi rahmat untuk semua orang yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jambi, Januari 2023 Penulis
SITI SAPARINA P2A520018
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Pengembangan ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Spesifikasi Produk ... 10
1.6 Pentingnya Pengembangan ... 11
1.7 Asumsi dan Batasan Pengembangan ... 11
1.8 Definisi Istilah ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
2.1 Penelitian Relevan... 14
2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)... 19
2.3 Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (E-LKPD) ... 23
2.4 Model Problem Based Learning ... 24
2.4.1 Pengertian Model Problem Based Learning ... 24
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning... 25
2.4.3 Tahapan Model Problem Based Learning... 27
2.5 Aplikasi Liveworksheet ... 29
2.6 Taksonomi Bloom ... 30
2.7 Keterampilan Berpikir Kritis ... 32
2.7.1 Pengertian Berpikir Kritis ... 32
2.7.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 33
2.7.3 Langkah dan Proses Berpikir Kritis pada Pemecahan Masalah ... 34
2.8 Pemahaman Konsep ... 37
2.8.1 Pengertian Pemahaman Konsep ... 37
2.8.2 Indikator Pemahaman Konsep ... 38
2.9 2.8 Materi Suhu dan Kalor ... 42
2.9.1 Suhu ... 42
2.9.2 Kalor ... 46
2.10Kerangka Berpikir ... 49
x
3.2.1 Tahap Analisis (Analysis) ... 55
3.2.2 Tahap Desain (Design) ... 57
3.2.3 Tahap Pengembangan (Development) ... 59
3.2.4 Tahap Pelaksanaan (Implementation) ... 60
3.2.5 Tahap penilaian (Evaluation) ... 61
3.3 Uji Coba Produk ... 61
3.3.1 Desain Uji Coba... 61
3.3.2 Subjek Uji Coba... 62
3.3.3 Jenis Data ... 64
3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 64
3.4.1 Angket Uji Validitas ... 64
3.4.2 Angket Respon Guru dan Siswa ... 66
3.4.3 Instrumen Tes ... 67
3.5 Tekhnik Analisis Data ... 68
3.5.1 Analisis Uji Efektivitas ... 70
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 75
4.1 Tahap Analisis ... 76
4.1.1 Analisis Kebutuhan Guru dan Peserta Didik ... 76
4.1.2 Analisis Karakteristik Peserta Didik ... 77
4.1.3 Analisis Tujuan ... 78
4.1.4 Analisis Materi ... 78
4.1.5 Analisis Tekhnologi Pendidikan ... 79
4.1.6 Analisis Media ... 79
4.2 Tahap Desain ... 80
4.2.1 Menentukan Tim Pengembang... 80
4.2.2 Menyusun Jadwal Pengembangan ... 81
4.2.3 Spesifikasi Media ... 81
4.2.4 Struktur Materi... 82
4.2.5 Pembuatan Flowchart dan Story Board... 82
4.2.6 Evaluasi ... 82
4.3 Tahap Pengembangan ... 83
4.3.1 Prototipe Produk ... 83
4.3.2 Validasi dan Revisi Tim Ahli... 87
4.3.3 Validasi Praktisi ...100
4.4 Tahap Implementasi dan Evaluasi ...102
4.4.1 Uji Coba Satu-Satu ...102
4.4.2 Uji Coba Kelompok Kecil ...104
4.4.3 Uji Efektivitas E-LKPD ...106
BAB V PEMBAHASAN ...115
5.1 Deskripsi Singkat E-LKPD ...115
5.2 Analisis Data ...116
5.3 Keterbatasan Pengembangan ...127
xi
DAFTAR RUJUKAN ...131
xii
Tabel Halaman
2.1. Langkah-langkah Model PBL ... 28
2.2. Langkah dan Proses Berpikir Kritis pada Pemecahan Masalah ... 35
2.3 Matriks Sintaks PBL dengan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep .... 41
2.4 Koefisien Muai Panjang Beberapa Bahan ... 44
2.5 Kalor Jenis Beberapa Bahan ... 47
3.1. Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Materi ... 65
3.2. Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media ... 65
3.3. Kisi-kisi Angket Penilaian Guru ... 66
3.4. Kisi-kisi Angket Respon Peserta Didik ... 66
3.5. Kisi-kisi Soal Pretest-Posttest Berpikir Kritis Peserta Didik ... 67
3.6. Kriteria Skala Likert ... 69
3.7. Kriteria Persentase Kelayakan ... 70
3.8. Kriteria N-gain score ... 72
3.9. Kriteria Pengambilan Keputusan Tes Diagnostik ... 73
4.1. Hasil Validasi Media Pembelajaran Tahap Pertama ... 88
4.2. Hasil Revisi Validasi Media Pembelajaran Tahap Pertama ... 89
4.3. Hasil Validasi Media Pembelajaran Tahap Kedua ... 90
4.4. Hasil Revisi Validasi Ahli Media Pembelajaran Tahap Kedua ... 91
4.5. Hasil Validasi Media Pembelajaran Tahap Ketiga ... 93
4.6. Hasil Validasi Materi Pembelajaran Tahap Pertama ... 94
4.7. Hasil Revisi Validasi Materi Pembelajaran Tahap Pertama ... 95
4.8. Hasil Validasi Materi Pembelajaran Tahap Kedua ... 98
4.9. Hasil Revisi Validasi Materi Pembelajaran Tahap Kedua ... 99
4.10. Hasil Revisi Validasi Materi Pembelajaran Tahap Kedua ...100
4.11. Hasil Validasi Praktisi ...101
4.12. Hasil Angket Respon Peserta Didik pada Uji Coba Satu-satu...102
4.13. Hasil Angket Respon Peserta Didik pada Uji Coba Kelompok Kecil ...104
4.14. Kriteria Pengambilan Keputusan Tes Diagnostik four tier ...107
4.15. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ....108
4.16. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...109
4.17. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...109
4.18. Hasil Uji T-Test Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...110
4.19. Hasil Uji N-Gain untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...110
4.20. Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep Peserta Didik ...111
4.21. Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep Peserta Didik ...112
4.22. Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep Peserta Didik ...112
4.23. Hasil Uji T-Test Pemahaman Konsep Peserta Didik ...113
4.24. Hasil Uji N-Gain untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...113
4.25. Jumlah Peserta Didik yang mendapatkan Jawaban Benar Setiap Soal Pemahaman Konsep pada Pretest-Posttest ...114
xiii
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 51
3.1. Model Pengembangan Lee and Owens (2004) ... 53
3.2. Prosedur Pengembangan Media E-LKPD Model Lee & Owens ... 54
3.3. Desain Ujicoba Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem Based Learning ... 62
3.4. Pengolahan data kualitatif... 68
4.1. Bagian Pendahuluan E-LKPD ... 85
4.2. Bagian Isi E-LKPD pada Menu Kedua ... 86
4.3 Uraian Menu Penutup ... 86
5.1. Diagram Hasil Ujicoba Satu-satu ...118
5.2. Diagram Hasil Ujicoba Kelompok Kecil ...119
5.3. Diagram Hasil Tes Berpikir Kritis ...120
5.4. Diagram Pretest-Postest Pemahaman Konsep ...122
5.5. Diagram Jumlah Siswa yang Memperoleh Jawaban Benar ...125
xiv
Lampiran Halaman
1. Hasil Wawancara Guru ...135
2. Hasil Angket Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik ...137
3. Silabus IPA Kelas VII ...140
4. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Berpikir Kritis Siswa ...145
5. Pedoman Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik ...148
6. Soal dan Jawaban Instrumen Berpikir Kritis ...150
7. Soal Four Tier Diagnostic Test ...155
8. Tabel Deskripsi Tes Diagnostik ...160
9. Flowchart dan Story Board ...161
10. Hasil Pretest Instrument Berpikir Kritis ...170
11. Hasil Pottest Instrument Berpikir Kritis ...171
12. Hasil Pretest Menggunakan Instrumen Four-Tier Test...172
13. Hasil Posttest Menggunakan Instrumen Four-Tier Test ...177
14. Rekapitulasi Nilai Pretest-Posttest Pemahaman Konsep Peserta Didik....182
15. Hasil SPSS Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji T Pretest-Posttest Keterampilan Berpikir Kritis ...183
16. Hasil SPSS Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji T Pretest-Posttest Pemahaman Konsep ...184
17. Surat Izin Penelitian...185
18. Surat Keterangan Selesai Penelitian ...186
19. Angket Validasi Ahli Media ...187
20. Surat Keterangan Hasil Validasi Media ...199
21. Angket Validasi Ahli Materi ...200
22. Surat Keterangan Hasil Validari Materi ...209
23. Hasil Angket Penilaian dan Tanggapan Guru ...210
24. Hasil Angket Ujicoba Satu-satu ...214
25. Link Produk E-LKPD ...223
26. RPP ...224
27. Dokumentasi Peneliti ...236
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran merupakan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, khususnya tekhnologi pembelajaran dewasa ini. Tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di depan mata. Berbagai perangkat komputer beserta koneksinya dapat menghantarkan peserta didik belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat. Untuk itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan TIK (Sutrisno, 2011:03).
Menurut Friedman dalam Sutrisno (2011:09) dalam memasuki abad ke-21, bisnis digital diberbagai sektor mulai marak dibanyak negara. Keadaan ini menyebabkan pergeseran paradigma pembelajaran harus dihadapi untuk mempersiapkan pendidikan menyongsong era global. Dalam hal ini, salah satu keterampilan abad ke-21 menurut terjadinya perubahan evolusi berpikir. Setiap siswa di abad ini, diharapkan memiliki keterampilan berfikir yaitu bagaimana berpikir kritis, mencari solusi, kreatif, berinovasi, komunikasi, kolaborasi, serta memiliki keterampilan informasi dan media (ICT literacy).
Pembelajaran dalam jaringan atau daring (online) adalah bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara spesifik menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet. Pembelajaran ini diterapkan pada masa pandemi sebab pembelajaran tak mungkin dilakukan secara tatap muka. Walaupun pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh atau daring, keterampilan berpikir
serta pemahaman konsep peserta didik dalam belajar tetap menjadi perhatian lebih bagi guru.
Berdasarkan observasi pembelajaran yang telah dilakukan di SMPN 6 Muaro Jambi pada bulan Juni 2021, terdapat beberapa permasalahan pada proses pembelajaran IPA kelas VII yang sedang berlangsung, yaitu peserta didik masih pasif ketika mencoba memecahkan masalah, peserta didik kurang antusias ketika mengerjakan LKPD, peserta didik kurang tekun dalam mengerjakan tugas, kurang terasahnya keterampilan berpikir kritis peserta didik, serta masih banyak peserta didik yang keliru terhadap pemahaman konsep materi, dan penggunaan LKPD menggunakan aplikasi liveworksheet masih belum pernah digunakan.
Pembelajaran yang dilakukan selama daring yaitu peserta didik diarahkan melalui google meet atau via whatsapp, menyimak penjelasan guru, mengerjakan tugas yang dibagikan melalui google classroom, lalu peserta didik mengerjakan LKPD pada buku tugas, serta mengerjakan evaluasi. Peserta didik tidak diberi kesempatan untuk berpikir, mencari solusi, serta memecahkan sendiri materi yang meraka kerjakan, tetapi hanya diberikan penungasan tanpa umpan balik yang berasal dari peserta didik. Hal ini berdampak pada rendahnya keterlibatan serta kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran.
Melihat masalah yang telah dipaparkan diatas, disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA pada kelas VII SMPN 6 Muaro Jambi selama daring masih belum berjalan efektif. Hal tersebut dikarenakan masih banyak peserta didik yang mendapatkan sajian berasal dari guru tanpa meminta peserta didik berpikir serta memecahkan masalah tersebut sebagai akibatnya menyebabkan peserta didik menjadi pasif. Kurangnya keterampilan berpikir kritis peserta didik tidak terlepas
dari kegiatan yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran. Pada dasarnya berpikir kritis mengandung dua aspek yaitu aspek kecenderungan (disposition) dan keterampilan (ability). Hal ini diungkapkan oleh Facione dalam Prasadi (2020), yang menyatakan bahwa aspek kecenderungan menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah, sedangkan aspek keterampilan menunjukkan kecakapan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Aspek kecenderungan menunjukkan afektif, sedangkan aspek keterampilan menunjukkan psikomotor. Kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang sangat erat.
Sementara itu, Johnson dalam Prasadi (2020), juga mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis, terarah, dan jelas yang digunakan untuk membentuk dan membangun perkembangan kepercayaan dan mengambil tindakan untuk berpendapat dengan cara terorganisasi dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian.
Selain itu, pemahaman materi peserta didik juga sangat perlu diperhatikan.
Dalam proses pembelajaran, masing-masing peserta didik bisa saja memiliki konstruksi pengetahuan yang berbeda terhadap sesuatu yang dilihatnya. Karena setiap peserta didik memiliki pemahaman dan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara konsepsi peserta didik dengan konsep ilimiah (Wardana & Maison, 2019:2). Ketidaksesuaian antara pemahaman konsepsi peserta didik dan konsepsi ilmiah yang sering dimiliki ilmuwan sering disebut dengan miskonsepsi. Miskonsepsi peserta didik yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini sering tidak disadari oleh peserta didik, misalnya “kalor dapat mengalir jika ada perbedaan jumlah
kalor”, ini jelas keliru, konsepsi yang benar adalah kalor dapat berpindah jika ada perbedaan temperatur. Contoh lainnya, “jika suatu zat dibagi menjadi beberapa bagian, maka temperatur zat berbeda-beda tergantung ukuran masing-masing bagian”, konsepsi ini juga keliru karena zat yang dibagi temperaturnya tetap jika tidak ada kalor yang hilang. Miskonsepsi ini dapat berdampak pada penurunan hasil belajar peserta didik.
Untuk itu guru perlu menggunakan model serta teknik pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu menghilangkan pembelajaran yang pasif serta meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Model pembelajaran yang tepat di waktu ini terlebih pada kurikulum 2013 ialah model pembelajaran berbasis Problem Base Learning (PBL). Menurut Tan dalam Apriani (2020: 12) PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja secara berkelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, memberdayakan, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Di dalam PBL pusat pembelajaran adalah siswa (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar siswa). Model PBL dapat mereduksi miskonsepsi siswa dengan cara memberikan suatu masalah yang berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada materi suhu dan kalor sehingga masalah-masalah tersebut dapat berimplikasi pada terbentuknya keterampilan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah sekaligus mengkonstruksi pengetahuan baru.
Model pembelajaran PBL terdiri dari 5 langkah pokok pembelajaran yaitu, (1) orientasi terhadap masalah, (2) pengorganisasian peserta didik untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan baik secara individu maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sanjaya ( 2006: 220) menyebutkan keunggulan PBL antara lain: 1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; 2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; 3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; 4) melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau buku saja; 5) PBL dianggap lebih menyenangkan dan miliki dalam dunia nyata; 8) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar secara terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Supaya pembelajaran dapat berjalan lebih efektif, maka digunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) agar dalam memecahkan masalah, langkah- langkahnya dapat lebih terorganisir. Pada Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar yang disusun oleh Diknas dalam Prastowo (2012), lembar kerja peserta didik (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. Instruksi dan langkah kegiatan yang diberikan harus jelas
kompetensi dasar apa yang akan dicapai. Pada masa pengintegrasian TIK seperti sekarang, LKPD kemudian tidak hanya berbentuk konvensional tetapi juga berbentuk elektronik.
Aplikasi liveworkheet adalah sebuah aplikasi yang disediakan gratis oleh mesin pencari Google. Aplikasi ini memungkinkan guru mengubah lembar kerja tradisional yang dapat dicetak (dokumen, pdf, jpg,, atau PNG) menjadi latihan online interaktif sekaligus otomatis mengoreksi. Siswa dapat mengerjakan lembar kerja secara online dan mengirimkan jawaban mereka kepada guru juga secara online. Kelebihan aplikasi ini baik untuk siswa karena interaktif dan memotivasi, dan bagi guru aplikasi ini dapat menghemat waktu dan untuk menghemat kertas.
Walaupun E-LKPD berbantuan liveworkheet ini sangat mendukung dalam proses pembelajaran online, tetapi juga dapat disajikan dalam proses pembelajaran offline. E-LKPD berbantuan liveworkheet ini menjadi salah satu pilihan guru dalam memilih tekhnik pembelajaran dan mampu memotivasi siswa dalam belajar. Sesuai dengan penelitian dari (Putra & Ekasari, 2018) yang menjelaskan keunggulan LKPD yang dilengkapi dengan gambar yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan sesuai dengan konsep yang dipelajari, sehingga peserta didik termotivasi untuk menilai kebenaran dari hasil analisis gambar fenomena yang ditemukan. Sejalan dengan penelitian Mispa (2022) penggunaan e-LKPD berbasis liveworksheet dapat membantu peserta didik lebih memahami konsep yang dipelajari berdasarkan dari pengalaman secara langsung baik itu melalui wacana, gambar maupun video.
Penelitian yang dilakukan oleh Regita Dwi Yanti (2020) berhasil mengembangkan lembar kerja peserta didik elektronik (e-LKPD) berbasis
problem based learning pada materi pesawat sederhana di sekolah menengah pertama yang valid dan praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kevalidan lembar kerja peserta didik termasuk dalam kategori sangat valid dengan nilai validasi isi sebesar 4,42, validasi Bahasa sebesar 4,50 dan validasi desain sebesar 4,91. Pada tahap one to one evaluation termasuk dalam kategori sangat praktis dengan persentase dari rata-rata skor sebesar 83,69%. Pada tahap small group evaluation termasuk dalam kategori sangat praktis dengan persentase dari rata-rata skor sebesar 92,09%. Dengan demikian, produk lembar kerja peserta didik elektronik (e-LKPD) berbasis problem based learning pada materi pesawat sederhana di sekolah menengah pertama yang telah dikembangkan telah valid dan praktis.
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk mengimplementasikan LKPD yang dikembangkan pada pembelajaran IPA kelas VII SMP pada materi Suhu dan Kalor. Adapun alasannya yaitu bahwa materi tentang Suhu dan Kalor merupakan materi yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun fenomenanya cukup sulit untuk dijelaskan secara ilmiah oleh peserta didik. Materi Suhu dan Kalor ini merupakan materi yang kaya tentang konsep yang saling berkaitan satu sama lain. Misalnya dalam menjelaskan kalor sebagai energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain sebagai hasil dari perbedaan suhu, disitu terdapat dua konsep yaitu energi dan suhu. Dengan demikian, agar peserta didik lebih mudah untuk memahami konsep tersebut secara lengkap, maka diperlukan kegiatan praktikum yang dilakukan secara langsung oleh peserta didik itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan fokus “Pengembangan E-LKPD Berbasis Problem Based Learning
yang Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP pada Materi Suhu dan Kalor”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana prosedur pengembangan E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik?
2. Bagaiamana kelayakan E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik secara konseptual dan praktikal?
3. Bagaimana penilaian guru terhadap E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik?
4. Bagaimana respon peserta didik terhadap E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep?
5. Bagaimana efektivitas E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik?
1.3 Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan pengembangan pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pengembangan E-LKPD berbasis Problem
Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik.
2. Untuk mengetahui kelayakan E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik secara konseptual dan praktikal.
3. Untuk mengetahui penilaian guru terhadap E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik.
4. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep.
5. Untuk mengetahui efektivitas E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Memberikan kemudahan dalam mempelajari materi IPA Terpadu.
b. Memberikan suasana pembelajaran IPA yang menarik dan menyenangkan.
c. Membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA pada materi Suhu dan Kalor.
2. Bagi guru
a. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam memilih dan menggunakan bahan ajar IPA Terpadu yang relevan, efektif dan
inovatif. D a n dapat menggunakan E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan bepikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik.
b. Memberikan kemudahan pada guru dalam mengemas pembelajaran IPA Terpadu pada materi Suhu dan Kalor.
1.5 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk E-LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik pada materi Suhu dan Kalor yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Produk E-LKPD berbasis Problem Based Learning pada materi Suhu dan Kalor dikembangkan menggunakan aplikasi Microsoft Office, pdf dan Liveworksheet.
2. Produk E-LKPD berbasis Problem Based Learning pada materi Suhu dan Kalor dapat diakses secara online.
3. Fitur yang disediakan dalam E-LKPD berbasis Problem Based Learning pada materi Suhu dan Kalor meliputi:
a. Pendahuluan berupa deskripsi singkat, kompetensi inti, kompetensi dasar pembelajaran fisika materi Suhu dan Kalor, tujuan pembelajaran dan penjelasan singkat mengenai E-LKPD yang dikembangkan serta petunjuk penggunaan.
b. Kegiatan belajar berupa indikator pembelajaran, aktivitas pembelajaran, tugas, rangkuman dan tes formatif.
c. Materi Suhu dan Kalor yang disajikan dengan berbagai multi representasi antara lain: teks, gambar, persamaan, video/simulasi.
d. Bahan pustaka yang dapat digunakan dan diakses untuk menambah pemahaman terkait materi Suhu dan Kalor.
e. Glosarium
f. Biodata singkat perancang media.
4. Media E-LKPD berbasis Problem Based Learning ini dapat diakses melalui perangkat komputer maupun handphone dengan syarat tersedianya akses internet.
1.6 Pentingnya Pengembangan
Materi-materi IPA Terpadu khususnya pada bagian Fisika yang bersifat abstrak menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi dan kesulitan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Peserta didik juga dapat mengalami miskonsepsi dalam memahami konsep- konsep pelajaran fisika. LKPD yang beredar masih kurang interaktif apalagi dalam pembelajaran daring saat ini. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan E- LKPD interaktif yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik SMP pada materi Suhu dan Kalor. E-LKPD interaktif ini dapat diakses melalui laptop, komputer dan handpone secara online sehingga diperlukan akses internet yang stabil.
1.7 Asumsi dan Batasan Pengembangan
Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan asumsi bahwa: dengan E- LKPD berbasis Problem Based Learning yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik SMP pada materi Suhu dan Kalor. Selain itu, E-LKPD berbasis Problem Based Learning ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yaitu: penelitian ini hanya membatasi pada materi Suhu
dan Kalor, menggunakan program Liveworksheet dan ditujukan untuk upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik.
1.8 Defenisi Istilah 1. Pengembangan
Pengembangan adalah proses menghasilkan produk yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
2. E-LKPD (Lembar Kerja Peresta Didik Elektronik)
E-LKPD adalah Lembar Kerja Peresta Didik Elektronik yang merupakan lembaran latihan peserta didik yang dikerjakan secara digital dan dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan selama jangka waktu tertentu.
3. Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja secara berkelompok yang sistematis, sehingga peserta didik dapat mengasah, memberdayakan, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
4. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan.
5. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam
bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.
6. Liveworksheet
Liveworksheet adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan guru dapat mengubah lembar kerja tradisional yang dapat dicetak (dokumen, pdf, jpg , atau PNG) menjadi latihan online interaktif sekaligus otomatis mengoreksi.
Peserta didik dapat mengerjakan lembar kerja secara online dan mengirimkan jawaban mereka kepada guru juga secara online pula.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan
Dalam dunia pendidikan telah banyak penelitian tentang pengembangan media yang telah mendukung dan meningkatkan proses pembelajaran sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik. Beberapa contoh penelitian berikut ini merupakan penelitian-penelitian yang relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Gunawan (2019), yang berjudul “Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL): Efeknya terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik SMA pada materi suhu dan kalor. Efektivitas penggunaan model PBL lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik, ditunjukkan dengan nilai effect size pemahaman konsep sebesar 0,36 dan nilai effect size berpikir kritis sebesar 0,66. Selain itu berdasarkan hasil uji manova, baik nilai signifikansi pemahaman konsep maupun nilai signifikansi kurang dari 0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model PBL terhadap pemahamman konsep dan berpikir kritis peserta didik SMA.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Jalal, dkk, (2022), yang berjudul
“Analisis Deskripsi Capaian Pemahaman Konsep Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI”. Penelitian ini mendeskripsikan pengaruh dan capaian
pemahaman konsep peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai pengaruh dan capaian pemahaman konsep peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kerinci terhadap mata pelajaran fisika. Hasil dari data-data diproses melalui perhitungan statistik didapatkan hasil nilai tes dari belajar fisika diperoleh nilai minimum 50, mean 62.76, median 64.00, modus 70, dan nilai maximum 70 yang termasuk dalam kategori rendah yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 11 Kerinci terhadap pembelajaran fisika.
Kemudian menurut penelitian dari Taqwa, dkk (2019), yang berjudul
“Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Mahasiswa Calon Guru”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman konsep mahasiswa pendidikan fisika dalam memahami konsep kalor. Penelitian dilakukan pada mahasiswa S1 pendidikan fisika (37 mahasiswa tahun pertama, 21 mahasiswa tahun kedua, dan 14 mahasiswa tahun ketiga) dan 24 mahasiswa S2 pendidikan fisika. Data yang diungkap difokuskan pada pemahaman konsep kalor jenis dan kapasitas kalor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa masih mengalami kekeliruan dalam memahami beberapa konsep, diantaranya (1) menyatakan bahwa kalor jenis dipengaruhi oleh massa, kalor dan perubahan suhu, (2) memaknai kalor jenis besar sebagai benda yang mudah mengalami kenaikan suhu, dan (3) menyatakan bahwa kapasitas kalor dipengaruhi oleh kalor dan kenaikan suhu.
Penelitian oleh Anggraini (2022), yang berjudul “Attitude and Understanding of Concepts: It’s Influence in Science Learning”. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 358 siswa SMP dengan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket sikap sains siswa, angket pemahaman konsep, dan lembar wawancara. Analisis data yang digunakan berupa statistik deskriptif, regresi linier sederhana, dan Miles Huberman untuk data kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah rata-rata keseluruhan siswa berada pada kategori baik pada kedua variabel, diketahui juga terdapat pengaruh sebesar 51,2% pengaruh sikap IPA siswa terhadap pemahaman konsep siswa. Hal ini tentunya menggambarkan bahwa siswa SMP di kecamatan Telaipura cukup baik dalam memahami konsep-konsep hukum Newton.
Penelitian Saputri (2021), yang berjudul “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test Berbasis Website untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Materi Suhu dan Kalor”. Dalam penelitian ini telah dikembangkan four-tier diagnostic test berbasis web untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP pada materi suhu dan kalor. Hasil pengembangan four-tier diagnostic test berbasis web dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP pada materi suhu dan kalor dengan skor kelayakan sebesar 93,52% dengan kriteria “Sangat Layak”.
Produk yang dihasilkan memiliki dua bagian utama, yaitu four-tier diagnostic testdan data hasil analisis four-tier diagnostic test.
Penelitian dari Noviarni, dkk (2021), yang berjudul “Pengembangan E- LKPD Materi Momentum dan Impuls Berbasis Android Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk e-LKPD pada materi momentum dan impuls untuk peserta didik Kelas X yang valid, praktis, dan mampu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Hasil penelitian ini diperoleh e-LKPD yang dikembangkan: a) kevalidan dengan kriteria
valid berdasarkan penilaian ahli dengan skor rata-rata 80% dari aspek materi;
82,5% dari aspek desain, dan 85,71% dari aspek bahasa. b) kepraktisan dengan kriteria praktis berdasarkan angket respon oleh peserta didik dan guru dengan skor rata-rata 83,33% pada tahap uji perorangan; 86,88% pada tahap kelompok kecil;
dan 82,5% penilaian oleh guru. c) keefektifan dengan kriteria tinggi berdasarkan hasil N-gain sebesar 0,73.
Penelitian Lestari (2020), yang berjudul “The Effectiveness of PBL Assisted by Digital Storytelling Media towards Science Literacy and Critical Thinking Skills”. Kemampuan literasi sains dan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa. Banyak peneliti menyarankan agar Berbasis Masalah Pembelajaran (PBL) dapat meningkatkan literasi ilmiah dan kritis pemikiran. Penggunaan media digital story telling diyakini dapat membantu memotivasi siswa untuk lebih fokus dan gembira dalam belajar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk selidiki keefektifan PBL yang dibantu oleh digital storytelling media untuk meningkatkan literasi sains dan keterampilan berpikir kritis kelima siswa kelas siswa sekolah dasar. Hasil analisis triangulasi kuesioner, observasi, dan data wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran model PBL yang dibantu oleh media digital story telling efektif dalam meningkatkan literasi sains siswa dan keterampilan berpikir kritis. Media digital story telling telah membantu siswa untuk memahami konteks, lebih termotivasi untuk belajar, dan dapat memfasilitasi siswa menjadi lebih kritis dan melek dalam memahami masalah.
Penelitian Astuti (2018), yang berjudul “Pengembangan LKPD berbasis PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik pada Materi Kesetimbangan Kimia”. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan LKPD berbasis PBL untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi kesetimbangan kimia yang valid, praktis dan efektif digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis PBL yang dikembangkan telah dilakukan validasi, yang dinyatakan sangat valid. LKPD berbasis PBL dikatakan praktis dan efektif, karena pada uji kepraktisan yang berhubungan dengan: (1) keterlaksanaan LKPD, menunjukkan seluruh aspek dalam pembelajaran berada pada kategori terlaksana seluruhnya, (2) guru memberikan respon yang positif terhadap LKPD yang digunakan, dan (3) kesesuaian ativitas guru dengan model pembelajaran berbasis masalah berada pada batas interval toleransi. LKPD ini juga memenuhi kriteria keefektifan, dengan hasil: (1) Aktivitas peserta didik berada pada batas interval toleransi; (2) Keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,824 yang termasuk dalam kategori tinggi, dan (3) Peserta didik memberikan respon yang positif terhadap LKPD berbasis PBL yang digunakan.
Penelitian Fitriyah (2021) yang berjudul “Pengembangan E-LKPD Berbasis Android Dengan Model Pembelajaraan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Berfikir Peserta Didik”. Hasil penelitian yaitu bahwa pada kelas eksperimen dengan penerapan model problem based learning mengalami kenaikan, dengan hasil uji gain score bahwa pada kelas eksperimen dalam kriteria sedang. sedangkan pada kelas kontrol juga mengalami kenaikan dalam berpikir kritis, dengan hasil uji gain score dalam kriteria rendah. Hasil respons siswa terhadap penggunaan E-LKPD ini dengan kriteria sangat baik. E-LKPD berbasis
android diharapkan dapat mendorong siswa dalam memotivasi semangat dalam belajar.
Penelitian Dasmasela (2021), yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD) Berbasis Problem Based Learning dalam Pokok Bahansan Suhu dan Kalor Kelas XI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa telah berhasil mengembangkan produk e-LKPD fisika berbasis problem based learning pada materi suhu dan kalor untuk peserta didik kelas XI SMA PIRI 1 Yogyakarta dengan analisis data validasi sebesar 59% sehingga memenuhi kriteria kelayakan dan respon peserta didik sebesar 62% sehingga masuk dalam kategori baik (B).
Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti sebelumnya yakni peneliti akan mengambangkan E-LKPD berbasis Problem Base Learning yang berorientasi keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep peserta didik pada materi Suhu dan Kalor tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik LKPD atau sering juga disebut LKS merupakan salah satu bahan ajar yang berperan penting dan paling sering digunakan dalam pembelajaran. LKPD merupakan lembar kerja yang berbentuk cetak, berisi ringkasan materi dan fenomena yang memicu pemikiran peserta didik, terdapat petunjuk praktikum harus dikerjakan oleh peserta didik setelah selesai pembelajaran. Jadi, LKPD merupakan bahan ajar cetak yang digunakan peserta didik untuk membangun konsep dan penguasaan materi. Menurut Prastowo (2012:204) mengatakan LKPD merupakan suatu bahan ajar yang berupa lembaran
lembaran berisi tugas yang dikerjakan oleh peserta didik, berisi petunjuk, langkah- langkah untuk penyelesaian suatu tugas berupa teori maupun praktik yang telah disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. Menurut Trianto (2010:111) menjelaskan bahwa LKPD dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi.
Beberapa manfaat penyusunan LKPD yaitu untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik atau aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar, mengubah kondisi belajar dari teacher centered menjadi student centered, membantu guru mengarahkan peserta didiknya untuk menguasai materi melalui konsep dan fakta. LKPD juga dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat atau motivasi peserta didik. Andi Prastowo (2012:205) menyebutkan empat fungsi LKPD antara lain: memaksimalkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan, menjadi sarana peserta didik untuk berlatih, dan mempermudah guru dalam melaksanakan pengajaran kepada peserta didik.
Menurut Darmodjo dan Kaligis sebagaimana dikutip oleh Rohaeti (2008:
3), bahwa LKPD yang akan disusun harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini, yaitu syarat dikdatik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat didaktik sebagai berikut: dapat mengajak peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, memberi penekanan terhadap peserta didik untuk menemukan konsep, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik dan pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik. LKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat konstruksi sebagai berikut: menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan dan mudah dipahami oleh peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas serta tidak bertele-tele. LKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat teknik sebagai berikut:
1) Tulisan
Dalam penulisan LKPD yang harus diperhatikan, yaitu: menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, menggunakan bingkai untuk menentukan kalimat perintah dan jawaban peserta didik.
2) Gambar
Gambar yang baik dalm LKPD adalah gambar yang menarik sekaligus dapat menyampaikan isi dari materi pelajaran yang sedang di pelajari.
3) Penampilan
Penampilan LKPD harus unik dan menarik, karena dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar.
LKPD merupakan hal penting yang menunjang pembelajaran, maka dari itu penyusunan LKPD harus dilakukan secara baik dan LKPD yang disusun harus inovatif, kreatif, dan memperhatikan langkah-langkah dan kaidah penyusunan LKPD yang baik. Desain LKPD yang baik sangat dibutuhkan agar tercapainya proses pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih berperan aktif (Munandar dkk, 2015:27). Selain itu, LKPD dibuat dengan menyesuaikan
karakteristik peserta didik, situasi, kegiatan pembelajaran yang dihadapi, dan kondisi lingkungan sekolah (Marsa dkk, 2016:45). Menurut Prastowo (2012:212), langkah-langkah dalam menyusun LKPD adalah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKPD.
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKPD. Materi yang digunakan ditentukan dengan cara melakukan analisis terhadap materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang diajarkan.
1) Menyusun peta kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPDnya. Menyusun peta kebutuhan di ambil dari hasil analisi kurikulum dan kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis. Hal-hal yang biasa di analisis untuk menyusun peta kebutuhan diantaranya, SK, KD, indikator pencapaian, dan LKPD yang sudah digunakan.
2) Menentukan judul LKPD
Judul ditentukan dengan melihat hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau dari pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi sebuah judul LKPD. Jika kompetensi dasar tersebut tidak terlalu besar.
3) Penulisan LKPD
Dalam penulisan LKPD terdapat empat acuan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
b. Penentuan alat penilaian atau penilaian yang digunakan.
c. Penyusunan materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
d. Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan LKPD.
Ada beberapa kelebihan dalam penggunaan LKPD, yaitu LKPD dapat digunakan oleh guru dalam pemberian tugas kepada peserta didik, harga LKPD murah dan terjangkau oleh semua kalangan, sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar sewaktu-waktu, gambar yang ditampilkan menarik sehingga memotivasi peserta didik dalam belajar, materi dalam LKPD disampaikan secara singkat dan jelas.
LKPD yang baik yaitu harus memenuhi syarat dikdaktik, konstruksi, dan teknik. Berikut beberapa kekurangan LKPD yang digunakan yang harus kita perbaiki: Tugas-tugas yang terdapat dalam LKPD tidak hanya berupa soal tanpa ada contoh dan materi yang jelas, penampilan dan gambar LKPD yang disajikan kurang menarik sehingga peserta didik menjadi cepat bosan, isi LKPD belum sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.
2.3 Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (E-LKPD)
Penyajian bahan ajar telah mengalami kemajuan menyesuaikan perkembangan teknologi saat ini. Bahan ajar yang mulanya berbentuk cetak dapat dirancang menggunakan media digital menjadi bahan ajar elektronik.
Menurut Nadya berdasarkan yang dikutip oleh Sholehah (2021), E-LKPD adalah salah satu media berbantu komputer yang awalnya berbentuk cetak diubah ke dalam bentuk elektronik. Di dalamnya terdapat gambar, animasi dan video-video
yang lebih efektif agar peserta didik tidak merasa bosan. E-LKPD merupakan sebuah bentuk penyajian bahan ajar yang disusun secara terurut kedalam unit pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format elektronik yang didalamnya terdapat animasi, gambar video navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif dengan program. Media elektronik yang dapat diakses oleh peserta didik mempunyai manfaat dan karakteristik yang berbeda-beda. E-LKPD yang akan dikembangkan memanfaatkan situs Liveworksheets. Situs web ini digunakan untuk media utama pengembangan lembar kerja siswa. Untuk mencari atau membuat berbagai macam lembar kerja seperti E-LKPD.
Untuk membuatnya cukup mudah yaitu dengan mengunggah LKPD berbentuk file (pdf) yang disiapkan terlebih dahulu, kemudian edit LKPD dengan perintah yang tersedia di laman pengeditan tersebut. beberapa perintah yang ada di lembar tersebut diantaranya yaitu; drang and drop, bergabung dengan panah, latihan berbicara, pilihan benar, sehingga menjadi E-LKPD. E-LKPD ini memiliki kelebihan dibandingkan LKPD yang dicetak. Oleh karenanya, keberhasilan proses belajar mengajar amat bergantung pada guru, tersedianya bahan yang memadai berbasis TIK secara terintegrasi untuk melakukan proses pendidikan, serta pemanfaatanya setepat mungkin (Sutrisno: 25).
2.4 Model Problem Based Learning
2.4.1 Pengertian Model Problem Based Learning
Menurut Hmelo-Sliver dalam Apriani (2020: 12) model PBL adalah seperangkat model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri.
Keberhasilan PBL tergantung pada kemampuan guru menghadapkan siswa
dengan masala-masalah realistis yang akan membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk mandiri (self-directed).
Tujuan penting dalam penerapan model PBL adalah membawa dunia nyata ke ruang kelas untuk diselidiki dan dianalisis.
Menurut Tan (2003: 25) PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja secara berkelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, memberdayakan, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah/PBL yaitu a) terjadi pembelajaran bermakna, b) dalam situasi PBL, siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dalam konteks yang relevan, c) PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kelebihan model PBL menurut Yamin (2013:136) yaitu:
a. Menciptakan pembelajaran yang bermakna, dimana peserta didik dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata.
b. Dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
c. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja. Motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Lebih lanjut Sanjaya (2006:220) juga mengemukakan kelebihan model PBL yang sejalan dengan pendapat Yamin (2013) yaitu:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.
f. Pemecaham masalah dapat membantu peserta didik untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.
g. Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari peserta didik.
h. Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kemampuan menyuaikan dengan pengetahuan baru.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam proses pembelajarannya. Menurut
Putra dalam Apriani (2020:55) model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki kekurangan, yakni:
a. Tujuan dari model pembelajaran PBL tidak akan tersampaikan pada siswa yang tidak aktif.
b. Alokasi waktu yang dibutuhkan model pembelajaran ini cukup banyak, sehingga guru harus pintar memanage waktu dengan baik.
c. Tidak semua mata pelajaran dapat menerapkan model PBL.
2.4.3 Tahapan Model Problem Based Learning
Sebelum menerapkan fase-fase pembelajaran berbasis masalah, maka guru harus merencanakan pelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah yang meliputi mengidentifikasi topik, menentukan tujuan belajar, mengidentifikasi masalah, dan mengakses materi (Eggen & Kauchak, 2013:308). Eggen dan Kauchak (2013) menjelaskan fase-fase dalam menerapkan pelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1. Fase 1 : Mereview dan menyajikan masalah
Dalam fase ini, guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan.
2. Fase 2 : Menyusun strategi
Pada fase ini siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberi mereka umpan balik soal strategi.
3. Fase 3 : Menerapkan strategi
Siswa menerapkan strategi-sttrategi mereka saat guru secara cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpan balik. Pada fase ini, guru
harus memberika sokongan (scaffolding) yaitu dukungan pengajaran yang membantu siswa menyelesaikan tugas-tugas yang tak mampu mereka selesaikan sendiri.
4. Fase 4 : Membahas dan mengevaluasi hasil
Pada fase ini, guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang akan mereka dapatkan.
Sejalan dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2013), Arends (2008:43) juga mengemukakan bahwa sebelum menerapkan fase-fase model PBL, maka guru haruss merencanakan pelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah.
Menurut Arend (2008:51-54) meliputi memutuskan sasaran dan tujuan pelajaran, merancang situasi bermasalah yang tepat, serta mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistic untuk investigasi. PBL terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Lebih lanjut Arends (2008:57) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model PBL
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1. Orientasi peserta didik pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlihat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membimbing pengalaman individual/kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Menurut Hosnan dalam Apriani (2020: 64) tahapan-tahapan PBL yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu.
2.5 Aplikasi Liveworksheet
Aplikasi liveworksheet adalah suatu aplikasi yang disediakan secara gratis oleh mesin pencari Google. Aplikasi ini membolehkan guru mengganti lembar kerja tradisional yang bisa dicetak (dokumen, pdf, jpg, ataupun PNG) menjadi latihan online interaktif yang sekalian secara otomatis dapat mengoreksi hasil evalusinya. Siswa bisa mengerjakan lembar kerja secara online serta mengirimkan jawaban mereka kepada guru secara online pula. Kelebihan aplikasi ini sangat baik untuk siswa karena bersifat interaktif dan mampu menumbuhkan motivasi, sedangkan kelebihannya untuk guru yaitu, aplikasi ini mampu meminimalisir waktu dan dapat menghemat kertas.
Guru dapat menggunakan langsung lembar kerja yang telah disediakan oleh aplikasi ataupun guru juga bisa membuat sendiri formatnya sesuai kebutuhan materi. Jika guru menggunakan lembar kerja yang sudah tersedia, guru dapat mengcopy link yang tersedia dan langsung dapat disebarkan kepada siswa. Dan apabila guru ingin membuat format membuat lembar kerja sendiri, guru wajib mengunggah dokumen berupa format doc, pdf, jpg. Setelah itu guru cuma butuh menggambar kotak di lembar kerja serta memasukkan jawaban yang benar.
Pemakaian lembar kerja untuk partisipan didik juga lumayan mudah. Siswa dapat membuka lembar kerja, melaksanakan latihan serta mengklik "Selesai". Setelah itu mereka memilah" Kirim jawaban aku ke guru" serta masukkan email guru