• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Spiritualitas dengan Kecenderungan Bunuh Diri pada Orang Dewasa Awal di Kabupaten Gunung Kidul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Spiritualitas dengan Kecenderungan Bunuh Diri pada Orang Dewasa Awal di Kabupaten Gunung Kidul."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN KECENDERUNGAN

BUNUH DIRI PADA ORANG DEWASA AWAL DI KABUPATEN

GUNUNG KIDUL

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh :

Rizki Annistia Nazri G0111075

Pembimbing :

Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi., Psikolog Arif Tri Setyanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Ar-Ra’d:11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

dan hanya kepada Tuhan mu lah hendaknya kamu berharap (Alam Nasyhrah:6-8)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji syukur bagi ALLAH SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya. Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Psikologis. Penulis menyadari terselesainya karya ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hartono, dr, M.Si. selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Hardjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Rin Widya Agustin, S.Psi.,M.Psi., Psikolog. Selaku pembimbing utama. Terimakasih atas kesempatan, kesabaran, bimbingan, ilmu, dan waktu yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Arif Tri Setyanto, S.Psi.,M.Psi, Psikolog. Selaku pembimbing pendamping. Terimakasih atas kesabaran, dukungan, dan ilmu yang bermanfaat.

5. Dra. Suci Murti Karini, M.Si.,Psikolog. Selaku penguji I dan Arista Adi Nugroho, S.Psi.,MM. Selaku penguji II. yang telah memberikan masukan, saran, dan perbaikan demi lebih sempurnanya penyelesaian karya ini. 6. Seluruh dosen, pegawai dan staff tata usaha Program Studi Psikologi

(8)

viii

motivasi, bekal ilmu yang sangat berharga, bantuan dan dukungannya kepada penulis.

7. Seluruh warga gunung kidul di kecamatan wonosari, karangmojo, nglipar, dan semin yang begitu sangat ramah dan mau meluangkan waktu membantu peneliti dan teman-teman dalam pengumpulan data.

8. Kepada yang begitu luar biasanya Marashadi, Yassinta, Nurul, Inta, Trini, Sharen, Intan, Melinda, Luthfi, Virga, Nugi, Luthfi, Ismi, Raiza. Para sahabat yang selalu ada dalam suka duka.

9. Keluarga besar dan sahabat-sahabat serta teman-teman yang berada di Medan. Dan Seluruh keluarga di Solo, pakde, bude, dan sepupu-sepupu tersayang. Terimakasih untuk segala doa dan dukungannya.

10. Seluruh keluarga besar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, kakak tingkat angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, Dan adik tingkat 2012, 2013, 2014. Keluarga INDIGO 2011 yang telah membersamai dalam setiap perjuangan. Terimakasih karena telah menjadi bagian dari diri Penulis

Semoga segala bantuan dan kebaikan mendapat balasan yang baik oleh ALLAH SWT serta selalu di Rahmati, di Ridhoi dan diberikan Hidayah-Nya. Akhir kata, penulis berharap karya yang telah dihasilkan ini dapat bermanfaat bagi semua.

(9)

ix

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN KECENDERUNGAN BUNUH DIRI PADA ORANG DEWASA AWAL DI KABUPATEN

GUNUNG KIDUL

Rizki Annistia Nazri NIM G0111075

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

rizki.annistia@gmail.com

ABSTRAK

Menghadapi berbagai tugas perkembangan yang sangat kompleks pada individu dewasa awal tidak jarang akan menimbulkan tekanan. Peran dan tanggung jawab yang sulit dan berat sebagai individu dewasa awal membuat individu dewasa awal menjadi tidak realistik dan bahkan mengalami kegagalan dalam melaksanakan perannya. Hal tersebut berdampak pada munculnya frustrasi, keputusasaan, ketidakberdayaan, kegagagalan, dan kehilangan harapan serta akhirnya melakukan bunuh diri. Spiritualitas sebagai bagian terdalam dan esensial dari diri individu memiliki peran penting yang berhubungan dengan emosi atau perilaku. Sebagai makhluk sosial dan beragama, kekosongan akan spiritual akan menimbulkan permasalahan psikososial didalam kehidupan yang pada akhirnya akan membuat individu melakukan bunuh diri sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kecenderungan bunuh diri pada orang dewasa awal di Kabupaten Gunugkidul.

Sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik purposive incidental sampling yang meliputi orang dewasa awal di kabupaten Gunung Kidul dengan jumlah responden 125 orang (laki-laki = 39, perempuan = 86) yang berusia 18-40 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa skala spiritualitas dan skala kecenderungan bunuh diri. Hasil Reliabilitas skala kecenderungan bunuh diri adalah 0,746 dan hasil reliabilitas untuk skala spiritualitas 0,744. Hal ini menunjukkan bahwa skala kecenderungan bunuh diri dan skala spiritualitas memenuhi syarat keandalan alat ukur sehingga mampu digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Analisis data penelitian menggunakan uji regresi linier sederhana pada SPSS 22.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kecenderungan bunuh diri. Dengan hasil signifikansi p-value 0.173 (p>0.05) dan nilai T.hitung sebesar 1.372 dengan nilai T.tabel pada taraf signifikansi 0.05 sebesar 1.660. Nilai T.hitung <T.tabel (1.372<1.660). Sumbangan efektif spiritualitas terhadap kecenderungan bunuh diri pada orang dewasa awal adalah sebesar 1.5%. Sedangkan sisanya sebesar 98.5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

(10)

x

THE RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUALITY WITH SUICIDAL TENDENCIES IN YOUNG ADULT IN GUNUNG KIDUL DISTRICT

Rizki Annistia Nazri NIM G0111075

Psychology Department, Faculty of Medicine Sebelas Maret University

rizki.annistia@gmail.com

ABSTRACT

Facing the task of development is very complex at the beginning of adult period and sometimes it cause pressure as the impact. Taking some difficult role and responsibilities as an early adult individuals make someone become unrealistic and even failure in carrying out his/her role. It has an impact on the emergence of frustration, despair, hopelessness, the failure, loss of hope and eventually committed suicide. Spirituality as the deepest and essential part of an individual has an important role associated with emotions or behavior. As social and religious beings, spiritual emptiness will be lead to psychosocial problems in life that will ultimately make people commit suicide as a shortcut to resolve the issue. This study aims to determine the relationship between spirituality with suicidal tendencies in early adult individuals in Gunung Kidul district.

The research sample was obtained by using purposive sampling incidental that includes 125 respondents (male = 39, female = 86) who are early adult individuals (aged 18-40) in Gunung Kidul district. Spirituality scale and suicidal tendencies scale are being used as instruments for data collection. Results suicidal tendencies scale reliability was (0.746) and the results of reliability for the scale of spirituality (0.744). This suggests that the scale of suicidal tendencies and scale of spirituality qualify the reliability of the measuring instrument so it can be used as a measuring tool of research.

Simple linear regression was using for data analysis in this study. The ouput of simple linear regression analysis resulted 0.0173 (p > 0.05) as the level of corelation significancy with T value (1.372) < T table (1.660). The results showed that there is no significant relationship between spirituality with suicidal tendencies. Effective contribution to the spirituality of suicidal tendencies in adult baseline was 1.5%. While the remaining 98.5% influenced or explained by other variables not included in this study.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... Halaman Pengesahan……… Halaman Pernyataan………. Motto………. Persembahan………. Kata pengantar……….. Abstrak………..…… Abstract………. ii iii iv v vi vii ix x Daftar Isi... xi

Daftar Tabel... xiv

Daftar Bagan... Xvi Daftar Lampiran... Xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1. Tujuan Penelitian... 2. Manfaat Penelitian... 9 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 11

A. Kecenderungan Bunuh Diri... 11

(12)

xii

2. Karakteristik Kecenderungan Bunuh Diri... 13

3. Faktor-faktor Risiko... 17

4. Faktor Penyebab Bunuh Diri... 23

B. Spiritualitas... 25

1. Pengertian Spiritualitas... 25

2. Karakteristik & Dimensi Spiritualitas... 29

3. Perkembangan Spiritualitas... 35

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas... 37

C. Perbedaan Religiusitas dan Spiritualitas... 41

D. Dewasa Awal... 44

1. Pengertian Dewasa Awal... 44

2. Perkembangan Masa dewasa Awal : Perkembangan Fisik, Kognitif, danEmosional …………... 45

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal... 52

4. Permasalahan pada Masa Dewasa Awal... 59

E. Hubungan antara Spiritualitas denganKecenderungan Bunuh Diri pada Orang Dewasa awal di Kabupaten Gunung Kidul... 79

F. Kerangka Pemikiran... 85

G. Hipotesis... 85

BAB III. METODE PENELITIAN... 86

A. Identifikasi Variabel... 86

B. Definisi Operasional... 86

(13)

xiii

2. Spiritualitas... 87

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling... 1. Populasi... 89 89 2. Sampel... 89

3. Sampling... 90

D. Metode Pengumpulan Data... 90

1. Skala Kecenderungan Bunuh Diri... 91

2. Skala Spiritualitas... 93

E. Validitas dan Reliabilitas... 97

F. Teknik Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN……… A. Persiapan Penelitian……….. B. Pelaksanaan Penelitian………. C. Hasil Analisis Data Penelitian………. D. Pembahasan………... BAB V PENUTUP………... 99 101 101 117 126 140 150 A. Kesimpulan………... 150

B. Saran………. 150

Daftar Pustaka... 153

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Skor Skala Kecenderungan Bunuh Diri... 92

Tabel 2. Blue Print Skala Kecenderungan Bunuh Diri... 92

Tabel 3. Ditribusi Skor Skala Spiritualitas... 94

Tabel 4. Blue Print Skala Spiritualitas... 95

Tabel 5. Kriteria Skoring Skala... 110

Tabel 6. Distribusi item valid dan gugur Skala Spiritualita……… 111

Tabel 7. Hasil Reliabilitas Skala Spiritualitas……….…….. 114

Tabel 8. Distribusi butir item valid dan gugur Skala Kecenderungan Bunuh Diri………..……… 114

Tabel 9. Hasil Reliabilitas Skala Kecenderungan Bunuh Diri……… 116

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas……… 117

Tabel 11. Hasil Uji Linieritas antara Spiritualitas dengan Kecenderungan Bunuh Diri………. 118

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana……… 119

Tabel 13. Kontribusi Spiritualitas terhadap Kecenderungan Bunuh Diri... 120

Tabel 14. Analisis Data Empirik………. 121

Tabel 15. Deskriptif Data Penelitian………... 122

Tabel 16. Kriteria dan Kategori Responden Penelitian………...……... 123

Tabel 17. Penyebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 125

Tabel 18. Hubungan Pekerjaan dengan Kecenderungan Bunuh Diri………. 126

(15)

xv

Tabel 20. Hubungan Penghasilan dengan Kecenderungan Bunuh Diri……. 127 Tabel 21. Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan………... 128 Tabel 22. Hubungan Pendidikan dengan Kecenderungan Bunuh Diri……... 129 Tabel 23. Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 129

Tabel 24. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Bunuh Diri….. 130 Tabel 25. Kriteria dan Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala

Spiritualitas Berdasarkan Usia..………...

131

Tabel 26. Data Deskriptif Spiritualitas Berdasarkan Kategori Usia……...… 133 Tabel 27. Kriteria dan Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala

Kecenderungan Bunuh Diri Berdasarkan Usia……….…….

135

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Alat Ukur Penelitian……….. 161

Lampiran 2. Validitas dan Realibilitas……… 171

Lampiran 3. Distribusi Item Skala Spiritualitas dan Kecenderungan Bunuh Diri……….

178

Lampiran 4. Hasil Statistik Data Penelitian………….………...…… 223

Lampiran 5. Dokumentasi………... 235

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk hidup tidak dapat terlepas dari berbagai persoalan kehidupan. Persoalan hidup ini dapat hadir dalam kehidupan setiap manusia dengan kadar serta bobot masalah yang berbeda-beda. Banyaknya hal yang harus dihadapi dalam proses kehidupan, sering kali menimbulkan berbagai persoalan hidup yang membuat beberapa individu berada dalam kesulitan dan tekanan. Individu yang sehat cenderung merespons setiap persoalan secara positif, sementara individu yang memberikan respon negatif cenderung menunjukkan emosi negatif berupa rasa malu, rasa bersalah, amarah, ketakutan, dan kesedihan yang akhirnya akan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya (Hawari, 2010). Perilaku tidak berdaya ini akan menimbulkan ketidakmampuan bahkan rasa putus asa bagi individu yang tidak mampu menghadapi persoalan hidup tersebut sehingga individu tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya sebagai bentuk penyelesaian masalah.

(19)

tidak berdaya, putus asa, apatis, kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi, serta akhirnya melakukan bunuh diri.

Berbagai hal-hal sulit dan tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan kerap dialami individu saat menjalani proses kehidupannya. Saat-saat sulit ini apabila berada dalam intensitas yang berat dan memunculkan pemikiran bahwa tidak ada jalan lain untuk menghadapinya akan memberikan kotribusi yang kuat munculnya rasa putus asa dan pemikiran akan kegagalan dalam menjalani hidup. Kegagalan tersebut dapat diartikan sebagai tidak tercapainya target-target, tujuan-tujuan, dan impian-impian dalam hidup (Keliat, 1995).

Menurut Oltmanns & Emery (2013) kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi akan membuat seseorang sangat rentan terhadap kecenderungan bunuh diri. Ketika perjalanan menuju tujuannya tiba-tiba gagal, orang yang mengatribusikan kegagalan atau kekecewaan tersebut akan melihat dirinya tidak berguna, tidak kompeten, atau tidak pantas dicintai. Kesulitan secara interpersonal inilah yang sering mencetuskan timbulnya kecenderungan bunuh diri.

(20)

Bunuh diri merupakan tindakan mematikan diri sendiri agar terlepas dari tekanan atau permasalahan yang sedang dihadapi. Menurut Kaplan (2010), bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri adalah suatu hubungan antara kebutuhan yang tidak terpenuhi, perasaan keputusasaan dan ketidakberdayaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung, penyempitan pilihan yang dirasakan, dan kebutuhan untuk meloloskan diri dari persoalan kehidupan.

Banyaknya kasus bunuh diri baik di negara sendiri maupun luar negeri mengindikasikan bahwa bunuh diri telah menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Keinginan seseorang melakukan bunuh diri atau adanya kecenderungan bunuh diri bukanlah suatu cara yang tepat bagi seseorang untuk mengatasi setiap persoalan yang sedang dihadapi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat 1 jutakematian setiap tahun akibat bunuh diri sebagai penyebab kematian terbesar ketiga yang sering terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun (Jerome, 1996). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tindakan bunuh diri di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, tercatat pada tahun 2005 sekitar 50 ribu orang Indonesia melakukan tindakan bunuh diri dan itu berarti sebanyak 1500 penduduk Indonesia melakukan bunuh diri per harinya.

(21)

39 kasus, dan Jawa Barat 27 kasus. Kasus bunuh diri tersebut didominasi usia 15-30 tahun, penyebab dilakukannya bunuh diri tersebut karena keputusasaan dan depresi, tekanan hidup, gangguan kejiwaan, dan termasuk bunuh diri dalam kasus terorisme (Liputan6.com).

Meninjau kasus bunuh diri di Indonesia, kabupaten GunungKidul menempati peringkat tertinggi nasional yaitu 9 per 100.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya. Polres GunungKidul mencatat telah terjadi 250 kasus bunuh diri pada rentang tahun 2005-2013. Angka tersebut didominasi oleh usia lanjut (65 tahun keatas), usia dewasa tengah (40-65 tahun), usia dewasa awal (20-40 tahun), dan sebagian sisanya adalah usia remaja (12-19 tahun). Sementara data percobaan bunuh diri pada tahun 2007- 2013 tercatat 13 kasus. Angka tersebut didominasi oleh usia dewasa muda (20 - 40 tahun) sebanyak 8 kasus, selanjutnya dewasa tengah (40 - 65 tahun) sebanyak 2 kasus, kemudian usia remaja (12 – 19 tahun) sebanyak 2 kasus dan usia lanjut (diatas 65 tahun) sebanyak 1 kasus.

(22)

harus dialami orang-orang dewasa awal tersebut, Hurlock (2003) berpendapat bahwa usia ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang, dan apabila orang dewasa awal menemui kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi, mereka akan ragu untuk meminta pertolongan dan nasehat orang lain karena takut kalau dianggap “belum dewasa”.

Orang-orang dewasa awal yang telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik, akan merasakan ketenangan secara emosional. Tetapi apabila orang-orang dewasa awal tersebut belum mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya akan menyebabkan timbulnya ketegangan emosi yang dapat berlangsung sampai usia tiga puluhan. Seperti yang dikemukakan Hurlock (2003), apabila orang-orang dewasa awal belum mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupan mereka, maka mereka akan sering mengalami gangguan secara emosional, sehingga akhirnya mereka akan memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri.Tekanan yang dialami oleh orang-orang dewasa awal yang diakibatkan karena masalah-masalah dari tugas-tugas perkembangannya inilah yang menjadi pemicu munculnya kecenderungan bunuh diri pada orang-orang dewasa awal.

(23)

tidak memiliki kesiapan dalam menerima status barunya. Permasalahan yang dihadapinya akan menyebabkan stress berkepanjangan dan tidak terkontrolnya emosi didalam dirinya, yang pada akhirnya orang dewasa tersebut merasa kecewa dan putus asa dengan dirinya. Sehingga membuat orang dewasa tersebut mengalami tekanan dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.

Menghadapi tekanan dalam hidup bukanlah suatu kemudahan bagi individu. Beban jiwa yang semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaaan akan lebih sering terasa. Hal tersebut akan membuat individu kehilangan harapannya bahkan merasa tidak dapat menemukan alternatif dari setiap persoalan yang dihadapi. Individu sebagai makhluk yang beragama (homo religius) mendorong individu untuk mencari suatu kekuatan yang dapat

melindungi dan membimbing saat berada disituasi yang sulit.

Agama merupakan suatu spiritual nourishment (gizi rohani). Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa keagamaan akan menimbulkan permasalahan psiko-sosial di dalam kehidupan individu.Spiritualitas tidak semata sebagai bahan kajian, melainkan penghayatan atau “the way of being” maka seseorangsenantiasa

akan merasakan kehadiran Tuhan di manapun dan kapan pun berada. Orang yang meyakini dan merasakan betul hubungan intim antara dirinya dan Zat Yang Agung dan sekaligus Pengasih maka tidak ada yang lain, kecuali ketenangan dan kestabilan yang dirasakan.

(24)

(2001) juga mendefinisikan spiritualitas sebagai usaha individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan pemaknaan pribadi dalam konteks kehidupan.

Seseorang yang telah memiliki spiritualitas yang baik berarti Ia telah menemukan tujuan dalam hidup dengan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sebagai zat Yang Maha Tinggi, begitu juga sebaliknya seseorang yang memiliki spiritualitas rendah belum menemukan tujuan dalam hidup sehingga masih terombang-ambing dalam kebingungan meskipun Ia telah menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, seperti yang dikemukakan oleh Sila, Anwar, Rahman, Anwar, & Habibah (2007) bahwa orang yang mengalami kehausan spiritual merasa kehidupannya kosong dan kehilangan makna hidup yang sebenarnya, meskipun mereka telah menjalankan sholat, berpuasa dan amalan sunat lainnya (dalam agama islam) namun mereka juga belum terpuaskan dan tidak merasakan manfaat sedikitpun.

Pendidikan agama yang selama ini dilakukan, seperti pendidikan agama islam di sekolah, madrasah, tabligh akbar atau yang disuarakan resmi oleh organisasi agama tidak mampu memberikan jawaban atas persoalan spiritualitas para pemeluknya. Mereka merasa kehidupannya kosong dan kehilangan makna hidup yang sebenarnya, walaupun mereka telah berusaha mencari jawaban ataupun solusi di tengah kehidupan duniawi namun semua itu tidak mendapatkan hasil (Sila, Anwar, Rahman, Anwar, & Habibah, 2007). Dikarenakan rasa putus asa tersebut tidak jarang mereka memikirkan untuk mengakhiri hidup saja.

(25)

spiritualitas hanya untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup. Tidak terkecuali pada orang-orang dewasa awal yang telah memiliki kematangan dalam berpikir dan mengambil keputusan. Mereka membutuhkan spiritualitas sebagai prinsip untuk mendapatkan makna dan tujuan hidup dengan kedamaian didalam jiwa. Masa-masa penuh harapan serta perubahan-perubahan sosial membuat orang-orang dewasa muda selalu rentan terhadap tekanan dan rasa frustasi. Sehingga tidak jarang orang dewasa yang merasa tidak mampu melewati tekanan dalam hidupnya mengambil penyelesaian dengan jalan pintas bunuh diri. Ketidakmampuan dalam menghadapi persoalan hidup inilah yang menunjukkan adanya kekosongan jiwa, yaitu tidak adanya muatan keTuhanan, dan untuk mengisi kekosongan jiwa tersebut perlu adanya muatan keTuhanan yang dapat ditempuh dengan mencari spiritualitas. Spiritualitas sebagai esensial dari diri individu yang berkaitan dengan pencarian makna, tujuan, harapan dan prinsip hidup untuk mendapatkan kedamaian dalam diri, menjadikan spiritualitas menjadi bagian terpenting dalam kehidupan orang-orang dewasa awal yang sedang berada dalam masa perubahan-perubahan secara sosial. Besarnya harapan-harapan yang ingin dicapai pada usia ini diharapkan tidak memberikan kekhawatiran akan adanya rasa putus asa yang dapat membuat orang dewasa tersebut memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

(26)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara spiritualitas dengan kecenderungan bunuh diri pada orang dewasa awal di kabupaten Gunung Kidul?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kecenderungan bunuh diri pada orang dewasa awal di kabupaten Gunung Kidul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi, khusunya pada ilmu psikologi klinis dan psikologi terapan lainnya.

b. Manfaat Praktis

(27)

2) Bagi seluruh pihak terkait yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengetahui gambaran mengenai kecenderungan bunuh diri dan menambah pemahaman akan spiritualitas.

Referensi

Dokumen terkait

Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Tengah merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna Indonesia Tengah di sebut pula wilayah fauna kepulauan

Perusahaan telah mengembangkan bisnis distribusi gas bumi melalui jaringan pipa dari 3,187 km panjang dengan kapasitas 692 MMSCFD, yang terdiri dari kota-kota utama di

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi

Elemen yang umum dari semua hubungan akrab (selanjutnya diistilahkan hubungan dekat) adalah saling ketergantungan (interdependence), suatu aso- siasi dekat dimana dua orang

Hal ini dapat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

Pri zdravljenju rakavih krvnih bolezni s citostatiki ali s presaditvijo kostnega mozga pride v obdobju aplazije do okuŽb, do katerih pride zaradinevtropenije' Nastanejo

Airil Haimi, dibangunkan pula Inventori Psikometrik Keusahawanan Riza-Airil atau IKRA-Azam dengan 270 item yang melihat, mengukur serta menilai kecenderungan serta potensi