• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG DILANGGAN

PT. PERUSAHAAN LISTRIK NASIONAL BATAM TAHUN 2009

TESIS

ATIEK ADRIJANI NOTOKUSUMO NRM: 0906592956

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DEPOK

(2)
(3)
(4)

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas Limpahan Rahmat dan KehendakNya maka tesis ini dapat kami selesaikan. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana dengan Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Tesis ini dapat kami susun tidak terlepas dari peran dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas penelitian ini. Oleh karena itu kiranya dari hati yang paling dalam kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H Amal C Sjaaf, SKM, dr. Dr.PH selaku Ketua Program Studi, yang banyak memberi perhatian dan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

2. dr. Sandi Iljanto, MPH selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan di tengah kesibukan yang luar biasa masih menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan dan arahan, sehingga memotivasi kami untuk segera menyelesaikan tugas penelitian ini.

3. Besral, SKM, MSc. yang juga telah membantu tugas kami dalam memberikan wawasan dan pemahaman di bidang biostatistik, sehingga kami dapat melakukan analisa dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan tepat sasaran.

4. Direktur Utama PT PLN Batam Ir Sriyono D siswoyo, Msc , beserta jajarannya yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada kami guna melakukan penelitian di PT PLN Batam, yang kiranya hasil tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan pada PT PLN Batam.

(5)

menyelesaikan studi dan tesis ini.

6. Kepada suami saya Ir. Sulistyo Adi Widodo yang banyak memberikan dukungan dan dorongan, serta terhadap putri tercinta Amira Nabila dan putra tercinta M Akmal Firmansyah yang dengan ikhlas mendukung Bundanya belajar.

7. Kepada Ibu dan Bapak saya yang telah memberikan dorongan semangat dan doa, sehingga dapat menyelesaikan tesis dan sekolah ini dengan lancar. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberi kontribusi kepada kami sejak awal pendidikan hingga terselesaikannya tesis ini.

Kiranya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan Rahmat, Hidayah dan Kasih SayangNya kepada kita semua. Amiin.

Jakarta, Desember 2010

(6)

Study Program : A Study of Hospital Administration Thesis Title : Analysis of Factors Affecting Cost

Outpatient Health Services in Medical Services Health who subscribed PT PLN Batam 2009

The background of this research is to increase health costs continue to rise while the budget is limited. Thus require a more in-depth analysis of the factors that affect the health cost increases. This study used cross sectional study with quantitative methods, by looking at the factors age, sex, education, diagnosis, and the average cost of prescription drugs in accordance with secondary data obtained through billing data providers be subscribed by PT PLN in providing health services. And based on research results, factors that affect health care costs is age and diagnosis of the disease. Where health-care hospital also has contributed to the increase in health costs than doctors practice. So addressing these problems, needed policy at PT PLN to enforce treatment system a tiered, from general practitioners to medical specialists.

(7)

Nama : Atiek Adrijani Notokusumo Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit

Judul Tesis : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam 2009

Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan biaya kesehatan yang terus meningkat sedangkan anggaran yang disediakan terbatas. Sehingga memerlukan analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan tersebut. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat factor umur, jenis kelamin, pendidikan, diagnosis dan rata-rata biaya obat yang diresepkan sesuai dengan data sekunder yang didapat melalui data tagihan provider yang menjadi langganan PT PLN dalam memberikan layanan kesehatan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan dalah umur dan diagnosis penyakit.Disamping hal tersebut, tempat layanan kesehatan rumah sakit juga memiliki andil dalam peningkatan biaya kesehatan dibandingkan dokter praktek.Sehingga menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan di PT PLN untuk memberlakukan sistem pengobatan yang berjenjang, dari dokter umum ke pengobatan dokter spesialis.

Kata kunci : pembiayaan kesehatan rawat jalan,

(8)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... xi 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ………... 1 1.2. Rumusan Masalah ………. 9 1.3. Pertanyaan Penelitian ………. 10 1.4. Tujuan Penelitian ……… 10 1.4.1. Tujuan Umum ………... 10 1.4.2. Tujuan Khusus ……… 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……… 11

1.6. Manfaat penelitian ……… 11

1.6.1. Manfaat Bagi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam ……… 11

1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti ……… 11

1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ……… 11

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Pembiayaan Kesehatan ……… 12

2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan ………. 15

2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan …... 17

2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan ………... 19

2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan ………... 24

3. GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM 30 3.1. Sejarah PT PLN Batam ………... 30

3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi ………... 32

3.2.1. Struktur Organisasi ………... 32

3.2.3. Visi ………... 33

3.2.4. Misi ………... 33

3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan ………... 34

(9)

3.4. Gambaran Biaya Kesehatan ………... 37

4. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 40 4.1. Kerangka Konsep ………... 40

4.2. Definisi Operasional ………... 41

4.3. Hipotesis ... 42

5. METODE PENELITIAN ... 44

5.1. Rancangan Penelitian ……… 44

5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ……… 44

5.3. Populasi dan Sampel ……… 44

5.4. Sumber Data ……… 44

5.5. Analisa Data ……… 45

6. HASIL PENELITIAN ………... 46

6.1. Analisa Univariat ……… 46

6.1.1. Kerangka Penyajian Hasil Penelitian ………. ……… 46

6.1.2. Rata-rata Biaya Obat ………... 47

6.1.3. Diagnosis ……… 47

6.1.4. Biaya Konsultasi ………. 49

6.1.5. Biaya Tindakan Dan Penunjang Medis ……… 50

6.1.6. Umur ……… 51

6.1.7. Jenis Kelamin ……… 53

6.1.8. Pendidikan ……… 54

6.1.9. Pembiayaan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 56

6.1.7.1. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit ……… 56

6.1.7.2. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ………... 57

(10)

Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……….. 58 6.2.2. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata

Biaya Kesehatan Rawat Jalan ……….. 58 6.2.2.1. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 60 6.2.2.2. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis

dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat

Jalan ………. 60

6.2.2.3. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Pelayanan

Kesehatan Rawat Jalan ……… 61 6.2.2.4. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit

Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan

Kesehatan Rawat Jalan ……… 62 6.2.2.5. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit

Observasi Febris dengan Biaya di Sarana Pelayanan

Kesehatan Rawat Jalan ……… 62 6.2.2.6. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit

Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan

Kesehatan Rawat Jalan ……… 63 6.2.2.7. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit

Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan

Kesehatan Rawat Jalan ……… 64 6.2.3. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan

Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …….. 64 6.2.4. Hubungan Antara Biaya Tindakan Medis dan Penunjang Medis

(11)

6.2.5.1. Hubungan Antara Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .. 66 6.2.5.2. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun dengan

Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 67 6.2.5.3. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan

Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 68

6.2.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Biaya Rata-rata

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……….. 69 6.2.6.1. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………… 69 6.2.6.2. Hubungan Antara Kelompok Perempuan dengan Biaya

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………… 70 6.2.7. Hubungan Antara Pendidikan dengan Rata-rata Biaya

Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 71 6.2.7.1. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Rata-

rata Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 71 6.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan

Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 72 6.2.8. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis ……… 75

7. PEMBAHASAN …….………... ……… 74 7.1. Karakteristik Pengguna Fasilitas Rawat Jalan ……….. 74 7.2. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana

Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………. 75 7.3. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan 75

(12)

7.4. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya di Sarana

Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……….. 76

7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 76

7.6. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 77

7.6.1. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………….………. 77

7.7. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..……… 77

7.7.1. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan ……… 78

7.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Rata-rata Biaya Kesehatan ………. 78

7.8.1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………... 78

8. KESIMPULAN DAN SARAN …….………... 79

8.1. Kesimpulan ………... 79

8.2. Saran ... 80

(13)

Tabel 1.1. Jumlah Karyawan beserta keluarga PT Pelayanan Listrik Nasional

Batam, dan Biaya Kesehatannya ... 5

Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai per Tahun Antara PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali ... 5

Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6 Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut Sarana Layanan ... 7

Tabel 1.5. Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Yang digunakan pada tahun 2009 ... 8

Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Karyawan PT PLN Batam ... 36

Tabel 3.2. Kinerja Dibanding Komposisi Jumlah Pelanggan ... 37

Tabel 3.3. Tingkat Produktifitas Pegawai ... 37

Tabel 3.4. Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam Tahun 2009 38

Tabel 3.5. Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 sampai 2009 ... 38

Tabel 3.6. Jumlah Karyawan dan Keluarga ... 39

Tabel 4.1. Definisi Operasional ... 41

Tabel 6.1. Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ... 47

Tabel 6.2. Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan ……….. 47

Tabel 6.3. Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ... 48

(14)

Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan 2009 ………... 49

Tabel 6.6. Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Sarana Pelayanan Yang Digunakan ……… 50

Tabel.6.7. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ……….. 50

Tabel 6.8. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan ………. 51

Tabel 6.9. Distribusi Frekuensi Umur yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ... 52

Tabel 6.10. Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan yang Digunakan Pada Layanan Kesehatan Rawat Jalan ... 52

Tabel 6.11. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ... 53

Tabel 6.12. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan Rawat Jalan yang Digunakan ... 54

Tabel 6.13. Distribusi Frekuensi Pendidikan yang Menggunakan Fasilitas Layanan Rawat Jalan ... 55

Tabel 6.14. Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan yang Digunakan ... 55

Tabel 6.15. Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ... 56

Tabel 6.16. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit ... 57

Tabel 6.17. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ... 57

Tabel 6.18. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 58

Tabel 6.19. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 59

Tabel 6.20. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 60

(15)

Tabel 6.22. Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Kesehatan Rawat Jalan ... 61 Tabel 6.23. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 62 Tabel 6.24. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan

Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 63 Tabel 6.25. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 63 Tabel 6.26. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan

Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 64 Tabel 6.27. Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan

di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……… 65 Tabel 6.28. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan

Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 65 Tabel 6.29. Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan ... 66 Tabel 6.30. Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di

Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 67 Tabel 6.31. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun terhadap Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 68 Tabel 6.32. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan Baya di

Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 68 Tabel 6.33. Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan ... 69 Tabel 6.34. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 70 Tabel 6.35. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan

(16)

Tabel 6.37. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Biaya

Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 72 Tabel 6.38. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ... 72 Tabel 6.39. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis ... 73

(17)

Grafik 1.1. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 6 Grafik 1.2. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009 ... 7

Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek ... 8

Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan Yang Digunakan ……….. 9 Struktur Organisasi PT PLN Batam ... 33

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini semua aspek kehidupan mengalami perkembangan yang pesat, dimana arus teknologi informasi sedemikian berpengaruh terhadap perikehidupan di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan hidup tidak lagi hanya terfokus kepada kebutuhan pangan, sandang dan perumahan saja, melainkan sudah mencakup kebutuhan sekunder bahkan tersier. Demikian juga halnya dengan kebutuhan akan kesehatan, masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatannya tidak hanya keakuratan terapi yang diharapkan, akan tetapi kemudahan akses, kenyamanan, pelayanan yang menyenangkan dan kecanggihan alat sudah menjadi pilihan sebagian masyarakat dalam memenuhi kesehatannya.

Dengan pesatnya arus perkembangan tersebut, menimbulkan dampak pada tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pengguna layanan kesehatan. Penyedia sarana pelayanan kesehatan banyak menawarkan pilihan pengobatan canggih untuk lebih cepat dan tepat mengetahui diagnosis suatu penyakit. Padahal penggunaan alat dan teknologi canggih tersebut belum tentu perlu dilakukan karena tidak semua penyakit memerlukan pemeriksaan tersebut. Dengan terjadinya over utilisasi seperti ini sudah pasti menjadi dampak peningkatan biaya kesehatan yang ditimbulkan, sehingga beban masyarakat atau perusahaan yang menanggung biaya tersebut akan semakin berat.

Peran pihak swasta dalam menyediakan anggaran kesehatan untuk karyawan dan atau keluarganya sangat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan, meskipun pemerintah telah menjamin pemenuhan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.

Negara Republik Indonesia telah mengatur kebutuhan hidup rakyatnya dalam Undang–undang Dasar. Dimana pada UUD 1945 pasal 28E ayat 1 menyebutkan bahwa setiap orang berhak terhadap kesejahteraan lahir, dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat

(19)

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dalam Garis - Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pemerintah mengatur pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rakyatnya akan kesehatan. Di samping itu pemerintah pun membuat Undang–Undang tentang kesehatan yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan.

Pada UU no 36/2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Dan secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan baginya. Oleh karenanya setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Meskipun banyak peraturan yang dibuat agar hak dan kewajiban masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan kesehatannya diperoleh, namun belum banyak masyarakat yang menerima hak–hak mereka tersebut. Keterbatasan anggaaran pemerintah yang selalu menjadi alasan terkendalanya masalah tersebut.

Menyikapi hal tersebut, peran masyarakat dan pihak swasta sangat membantu pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat. Bahkan dari data diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat membiayai sendiri (out of pocket) pengobatannya.

Masalah pembiayaan kesehatan di hampir semua negara di dunia, mengalami problematika yang hampir sama. Masalah–masalah yang muncul antara lain: 1. Kurangnya Dana Yang Tersedia

Biasanya ini terjadi di negara yang sedang berkembang, dimana pendapatan perkapita penduduk masih rendah, sehingga biaya yang dianggarkan untuk kesehatanpun masih rendah.

2. Penyebaran Dana Yang Tidak Merata

Dana kesehatan banyak dimanfaatkan di perkotaan, sedangkan sebagian besar penduduk negara berkembang tinggal di pedesaan, sehingga tidak menjangkau penduduk di pedesaan.

(20)

3. Pemanfaatan Dana Yang Tidak Tepat

Dimana biaya pelayanan kedokteran masih lebih tinggi dibandingkan biaya palayanan kesehatan masyarakat.

4. Pengelolaan Dana Yang Belum Sempurna

Hal ini tidak saja dari segi ketrampilan dan pengetahuan yang masih terbatas diantara pengelola dana kesehatan, namun sikap dan mental para pengelolapun ikut memberi andil belum tepatnya pengelolaan biaya kesehatan.

5. Biaya Kesehatan Yang Semakin Meningkat

Biaya kesehatan dirasakan semakin meningkat dari waktu ke waktu, banyak hal yanag memicu peningkatan biaya tersebut.

Menurut Sulastomo (2000), tingginya alokasi biaya pelayanan kesehatan ternyata belum tentu menghasilkan status kesehatan dan bahkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Karena mutu layanan kesehatan dipengaruhi cara pandang masing–masing pihak dalam penilaiannya. Menurut Azwar (1996), mutu layanan kesehatan dibedakan sebagai berikut:

a. Bagi pemakai jasa layanan kesehatan (health consumer) kualitas pelayanan kesehatan terkait dengan ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan dan keramahan petugas dalam menangani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien.

b. Bagi penyelenggara kesehatan (health provider), kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi (professional autonomy) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien.

c. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health financing) kualitas pelayanan kesehatan terkait dengan efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, mengurangi kerugian penyandang dana kesehatan.

(21)

Peningkatan biaya kesehatan inipun dirasakan oleh PT Pelayanan Listrik Nasional (PT PLN) Batam. Sebagai anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam harus mampu mandiri dalam pengelolaan perusahaannya. Besarnya beban pembiayaan kesehatan merupakan beban yang harus ditanggung sendiri oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Beban ini semakin lama semakin bertambah dengan bertambahnya jumlah karyawan, kebutuhan akan kesehatan dan faktor–faktor lainnya.

Dari mulai berdirinya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam hingga sekarang, pembiayaan pelayanan kesehatannya dikelola sendiri dengan cara bekerja sama dengan rumah sakit penyedia layanan kesehatan, klinik dan dokter praktek dengan sistem fee for service dan reimbursement system apabila tidak ada kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan yang digunakan.

Sistem pembiayaan kesehatan berdasarkan fee for service dan

reimbursement, ternyata membuka peluang moral hazard berupa terjadinya unnecessary utilization atau over utilization. Pemberian obat yang berlebihan,

pemeriksaan yang tidak perlu menjadi kecenderungan dalam pelaksanaan pola pembiayaan ini. Pegawai dan penyelenggara pelayanan kesehatan tidak perduli seberapa besar beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, karena mereka beranggapan bahwa perawatan kesehatan merupakan hak setiap pegawai sesuai dengan peratutan yang berlaku di perusahaan ini.

Disamping itu dengan tidak adanya batasan pembiayaan dan monitoring yang tepat menambah peluang terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang dibebankan kepada perusahaan.

Sistem pengobatan yang bebas dimana pengguna layanan bebas memilih sarana kesehatan yang diperlukan memberikan peluang bagi pengguna untuk memilih langsung dokter spesialis atau subspesialis dalam pengobatannya. Meskipun sebenarnya jenis penyakit yang diderita hanyalah penyakit ringan dan tidak memerlukan jasa spesialistik.

(22)

Berikut ini merupakan tabel yang menampilkan data jumlah karyawan beserta keluarganya yang menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, beserta biaya kesehatan yang telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan karyawan den keluarga tersebut.

Tabel 1.1.

Jumlah Karyawan beserta keluarga PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan Biaya kesehatannya

Diskripsi 2007 2008 2009

Jumlah karyawan 302 345 348

Jumlah karyawan dan

keluarga 1064 1258 1275

Total Biaya Kesehatan 3,390,182,810 3,233,905,051 3,736,722,880

Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

Dengan melihat hal–hal diatas perlulah kiranya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam melakukan analisa kembali tentang pembiayaan pelayanan kesehatan, monitoring dan evaluasi terhadap kinerja provider yang menjadi rekanan dalam pelayanan kesehatan. Karena beban biaya yang ditanggung PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, jika dibandingkan dengan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) khususnya wilayah Pembangkit Jawa Bali, ternyata jauh lebih tinggi. Berikut tabel yang menggambarkan perbandingan biaya tersebut:

Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai Pertahun Antara

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali

Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

No 2007 2008 2009

1 PT Pelayanan Listrik Nasional Batam

11,189,000 9,374,000 11,171,000

(23)

Ditambah lagi, adanya kebijakan dari manajemen PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam untuk melakukan efisiensi anggaran di semua bidang, maka untuk itu anggaran kesehatan tahun 2011, akan diadakan pengurangan anggaran sebesar 20% dari anggaran tahun sebelumnya. Sehingga dengan kondisi biaya kesehatan yang terus meningkat, maka akan menyulitkan pihak manajemen dalam mengelolanya.

Berikut ini tabel yang menggambarkan biaya layanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dalam kurun waktu 2007-2009.

Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009

Pelayanan Kesehatan yang Dipergunakan

2007 2008 2009

Rawat Jalan 2,456,893,154 2,653,763,524 2,729,729,242

Rawat Inap 933,289,252 508,141,527 1,006,993,638

Total 3,390,182,810 3,233,905,051 3,736,722,880

Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan PT Pelayanan Listrik Nasional Batam 2007-2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya kesehatan setiap tahun mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya jumlah pegawai. Berikut ini grafik yang menampilkan gambaran biaya rawat jalan dan rawat inap pada periode 2007-2009.

Grafik 1.1 Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

(24)

Melihat tabel diatas, maka akan terlihat bahwa pengguna pembiayaan kesehatan baik rawat jalan lebih besar dibandingkan rawat inap.

Grafik berikut akan memperlihatkan peningkatan biaya rawat jalan dari tahun2007 sampai dengan 2009.

Grafik 1.2.Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009 Sumber : Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009

Dari rawat jalan diperoleh gambaran penggunaan fasilitas rawat jalan provider, baik rumah sakit maupun praktek dokter juga mengalami kenaikan. Berikut tabel yang menggambarkan variasi penggunaan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan tahun 2009.

Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut Sarana

Pelayanan

Sarana Kesehatan Jumlah Kunjungan

Rumah Sakit 6,252

Praktek Dokter 1,840

(25)

Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan variasi jumlah kunjungan pada masing-masing layanan kesehatan.

Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek

Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa penggunaan fasilitas kesehatan rumah sakit menempati urutan pertama dalam pemilihan sarana kesehatan karyawan dan keluarganya.

Penggunaan fasilitas rumah sakit sebagai tujuan pertama dalam pemberian layanan kesehatan, akan memberikan dampak over utilisasi, karena pemilihan dokter spesialis sebagai pilihan pertama pelayanan kesehatan merupakan tindakan yang berlebihan, mengingat penyakit yang diderita belum tentu memerlukan jasa spesialistik. Hal ini akan berdampak pada biaya kesehatan yang cenderung meningkat. Dan berikut adalah gambaran biaya pelayanan kesehatan pada masing-masing sarana pelayanan kesehatan yang telah dipergunakan.

Tabel 1.5.

Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Yang digunakan pada tahun 2009

Sarana Pelayanan Kesehatan Biaya Pelayanan Kesehatan (Rupiah)

Rumah Sakit 2,269,886,896

Dokter Praktek 459,842,346

(26)

Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan besar variasi biaya layanan kesehatan rawat jalan yang telah digunakan pada tahun 2009

Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan Yang Digunakan

Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009

1.2. Rumusan Masalah

Melihat gambaran biaya kesehatan yang ada di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka terlihat bahwa setiap tahun, anggaran yang dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan semakin bertambah, baik itu rawat jalan maupun rawat inap. Dari sarana penyedia layanan kesehatan yang digunakan oleh karyawan dan keluarganyapun cenderung memilih rumah sakit dari pada dokter praktek yang dilanggan. Padahal adanya kebijakan manajemen untuk mengurangi biaya kesehatan sebesar 20% akan menyulitkan, apabila pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik. Untuk itu, metode pembiayaan kesehatan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memerlukan analisa lebih mendalam, karena dengan metode yang ada saat ini diperkirakan beban anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan akan cenderung naik, sehingga tidak mencukupi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.

(27)

1.3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana biaya pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam?

b. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan rawat jalan pada masing-masing tempat pelayanan kesehatan yang dilanggan perusahaan?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pembiayaan layanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan pada masing-masing tempat layanan.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pembiayaan kesehatan rawat jalan pada masing-masing penyedia layanan kesehatan yang akan mempengaruhi peningkatan biaya yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam.

1.4.2.1. Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit

1.4.2.2. Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di dokter praktek.

1.4.2.3. Untuk mengetahui hubungan antara besarnya pembiayaan layanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek berdasarkan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi, biaya tindakan dan penunjang medis, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

(28)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam terhadap karyawan dalam hubungannya terhadap fasilitas layanan kesehatan yang diberlakukan selama ini.

Penelitian dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at, dimulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB pada bulan Oktober-November 2010. 1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam

Dengan penelitian ini, diharapkan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat mengetahui pembiayaan yang timbul dari sarana pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilanggan saat ini, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya yang ditimbulkan pada sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan, agar dapat mengambil langkah yang efektif terhadap kecenderungan kenaikan biaya kesehatan yang akan terjadi.

1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan peneliti di bidang penelitian tentang pembiayaaan kesehatan karyawan, sehingga dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat.

1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang berminat melaksanakan penelitian pada bidang pembiayaan kesehatan

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di suatu negara. Salah satu ukuran terpenting dari sistem pembiayaan kesehatan yang adil adalah bahwa beban biaya kesehatan dari kantong perorangan tidak memberatkan penduduk.

Pendanaan kesehatan yang adil dan merata adalah pendanaan dimana seseorang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan membayar pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan membayar.

Di semua negara maju kecuali Amerika Serikat menerapkan konsep pembiayaan kesehatan bersifat universal, karena mencakup seluruh penduduk di negara tersebut. Sistem yang dipakai adalah sitem pelayanan kesehatan nasional (National Health Service, NHS). Sistem ini dimaksudkan untuk melindungi seluruh masyarakatnya terhadap biaya kesehatan yang muncul disaat yang tidak terduga.

Amerika adalah satu–satunya negara maju yang menetapkan asuransi kesehatannya secara komersial/ Private Voluntary Health Insurance bagi rakyatnya. Sehingga menimbulkan banyak perusahaan asuransi komersial yang menawarkan sistem perlindungan kesehatan bagi masyarakat dengan bermacam– macam keunggulan yang ditawarkan. Hal ini mengakibatkan Amerika menjadi negara dengan biaya kesehatan tertinggi di dunia. Sehingga pada tahun 1990 terdapat 38 juta rakyat Amerika tidak mampu membeli program asuransi yang ada.

Di Indonesia, pendanaan kesehatan secara tradisional menggantungkan pada mekanisme campuran pendanaan dari sumber anggaran pemerintah dan biaya kantong sendiri. Bahkan menurut Gani (1995) biaya kesehatan sebagian besar bersumber dari masyarakat yaitu bekisar 70% dan sisanya dari pemerintah.

(30)

Dari sumber biaya yang berasal dari masyarakat, 75% merupakan pembayaran langsung (out of pocket), 19% biaya berasal dari perusahaan dan 6% biaya bersumber dari asuransi kesehatan.

Apapun model pembiayaan kesehatan di suatu negara, dihadapkan pada dua masalah pokok yang sama, yaitu:

a. Bagaimana mengendalikan biaya pelayanan kesehatan yang meningkat drastis.

b. Bagaimana mutu layanan kesehatan tersebut, apakah sesuai antara meningkatnya pembiayaan dengan mutu yang diberikan.

Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi dan perubahan selera penduduk, biaya kesehatan yang harus dibayar dari kantong sendiri baik di fasilitas publik maupun swasta semakin meningkat. Sistem pembiayaan kesehatan ini semakin jauh dari ekuitas karena kemampuan ekonomi penduduk yang bervariasi, sedangkan kebutuhan medis tidak berkorelasi dengan tingkat pendapatan.

Menurut beberapa ahli (Cambridge Research Institute,1976; Sorkin,1975; Feldstein, 1988) mengatakan bahwa beberapa hal penting yang menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan adalah:

a. Tingkat Inflasi

Meningkatnya inflasi di masyarakat akan mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan, karena peningkatan harga kebutuhan di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya pelayanan kesehatanpun meningkat juga.

b. Tingkat Permintaan

Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan di masyarakat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pertama peningkatan jumlah penduduk, menyebabkan kebutuhan akan layanan kesehatanpun akan meningkat. Yang kedua meningkatnya kualitas dari penduduk tersebut, dimana dengan pendidikan yang tinggi, maka akan membutuhkan layanan kesehatan yang lebih baik pula.

(31)

c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi

Dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang semakin modern, masyarakatpun lebih cenderung untuk menggunakannya. Sehingga beban biaya yang ditimbulkan akan semakin meningkat.

d. Perubahan Pola Penyakit

Perubahan pola hidup di masyarakat, mempengaruhi juga perubahan pola penyakit yang ada. Dahulu banyak dijumpai penyakit–penyakit akut yang lebih cepat cara pengobatannya. Namun pola penyakit sekarang berubah ke penyakit–penyakit kronis, sehingga memerlukan penanganan yang lama dan biaya yang lebih besar.

e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan

Perkembangan pola layanan kesehatan yang cenderung ke spesialis maupun subspesialis menyebabkan pelayanan terkotak kotak, bahkan kadang kala terjadi tumpang tindih, sehingga beban biaya kesehatan yang dipikul semakin berat.

f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien

Pola hubungan dokter-pasien saat ini semakin berubah. Pengelompokan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan teknologi kedokteran yang semakin tinggi, menyebabkan hubungan tersebut tidak erat lagi, sehingga sering kali muncul sengketa diantara keduanya.

g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya

Salah satu pencegahan dari peningkatan biaya kesehatan adalah dengan mekanisme pengendalian biaya (cost containment), dengan regulasi yang dituangkan dalam undang-undang, sehingga peningkatan biaya dapat ditekan.

h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan

Sebenarnya sistem asuransi kesehatan ini dipergunakan untuk mengendalikan biaya kesehatan, namun bila pelaksanaan tidak tepat, seperti pada reimbursement system, maka hal ini justru akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan.

Biaya pelayanan rumah sakit di Indonesia, baik rawat jalan maupun rawat inap, merupakan biaya yang paling tinggi tingkat ketidakpastiannya. Semua

(32)

rumah sakit baik pemerintah maupun swasta menerapkan sistem tagihan jasa perpelayanan yang memberikan insentif kepada fasilitas kesehatan atau dokter untuk memberikan pelayanan yang lebih banyak. Di sini sebetulnya sangat dibutuhkan suatu pendanaan publik atau pendanaan melalui asuransi sehingga pasien yang membutuhkan pelayanan rumah sakit tidak dibebani biaya diluar kemampuannya.

Asuransi kesehatan adalah suatu instrument sosial untuk menjamin seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut saat kebutuhan pelayanan kesehatan diperlukan.

Menurut Mills & Gibson (1990) menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan ada beberapa cara, yaitu, melalui asuransi kesehatan sosial, asuransi kesehatan swasta maupun asuransi kesehatan oleh perusahaan. Asuransi kesehatan oleh perusahaan artinya perusahaan secara langsung membiayai layanan kesehatan yang diberikan bagi pekerjanya. Baik itu upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif dalam menunjang aktivitas perusahaan.

2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

Pada perkembangan jaman dewasa ini banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan. Tidak hanya faktor kesembuhan akan penyakit saja yang mempengaruhi seseorang dalam mencari kesehatannya, namun dengan perkembangan ilmu dan teknologi kebutuhan akan layanan kesehatan terus mengalami perubahan.

Menurut Gani (1994), ada tiga faktor yang menjadi kecenderungan seseorang dalam perilaku kehidupannya, yaitu:

(33)

a. Perubahan Gaya Hidup

Merupakan faktor resiko seseorang akan munculnya penyakit degeneratif, dimana terjadi perubahan pola makan, pola kerja, dan aktivitas fisik yang cenderung menurun.

b. Meningkatnya Pendapatan

Dengan meningkatnya pendapatan, seseorang lebih menghargai sehat sebagai suatu investasi, sehingga pemilihan fasilitas kesehatanpun akan semakin meningkat

c. Meningkatnya Pendidikan

Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, menyebabkan seseorang lebih mengetahui adanya resiko penyakit yang bisa muncul, sehingga hal ini mempengaruhi permintaan akan layanan kesehatan yang lebih baik.

Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Umur

Umur seseorang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana saat bayi dan anak–anak, kebutuhan akan pelayanan kesehatan cenderung naik. Kemudian saat remaja dan usia produktif kebutuhan layanan kesehatan cenderung untuk menurun. Dan meningkat lagi saat usia pensiun.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana pada kelompok perempuan akan lebih sering melakukan kunjungan ke sarana kesehatan saat mengandung dan melahirkan. Hail ini dipengaruhi oleh usaha promotif dan preventif dari pemerintah agar perempuan lebih sering memeriksakan kandungannya ke bidan maupun puskesmas.

c. Status Perkawinan dan Jumlah Keluarga

Pada umumnya seseorang yang berstatus lajang akan sering memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan yang sudah menikah. Dan banyaknya anggota di dalam keluarga juga akan mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana jumlah anggota keluarga yang semakin banyak

(34)

menyebabkan income berkurang dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anggota yang kecil dengan pendapatan yang sama.

d. Pendidikan

Dengan pendidikan yang tinggi, akan mempengaruhi seseorang lebih peduli terhadap kesehatannya, sehingga apabila merasakan sesuatu yang tidak lazim di dalam tubuhnya, maka akan segera berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui penyebabnya.

e. Jabatan

Pengaruh jabatan seseorang berdampak pada pendapatan yang lebih besar, sehingga dengan pendapatan yang tinggi seseorang akan memberikan pengeluaran yang tinggi pula pada bidang kesehatan.

f. Jarak tempuh dengan sarana pelayanan kesehatan

Jarak ke tempat layanan kesehatan yang jauh akan mengurangi minat berkunjung ke tempat tersebut. Sehingga pemanfaatan tempat layanan kesehatan tersebut akan rendah.

2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan

Banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya biaya kesehatan. Menurut Gani (1996), meningkatnya biaya kesehatan disebabkan oleh karena adanya inflasi biaya kesehatan yang terjadi pada sisi supplay (yaitu: tenaga medis, teknologi kedokteran, inefisiensi prosedur pelayanan dan kurangnya dokter spesialis), maupun dari segi demand (yaitu adanya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berlebih, serta transisi epidemiologis penyakit). Untuk itu diperlukan suatu teknik pengendalian biaya (cost containment) pelayanan kesehatan pada faktor–faktor yang menjadi penyebab kenaikan biaya kesehatan baik dari sisi supply maupun demand.

Tingginya biaya kesehatan yang meningkat dari tahun ke tahun pun dirasakan di berbagai negara, menurut Callan dan Yeager (1991), di Amerika Serikat tingginya biaya kesehatan yang terjadi disebabkan oleh:

(35)

a. Teknologi, dimana biaya riset dan pengembangan obat–obatan baru serta alat diagnostik yang terus berkembang menjadikan biaya kesehatan semakin mahal

b. Provider, khususnya dokter dihadapkan kemungkinan timbulnya malpraktek yang dibebankan pada pasien sebagai biaya pelayanan kesehatan.

c. Untuk menghindari malpraktek, para dokter sering melakukan pemeriksaan penunjang yang terkadang biayanya mahal dalam menegakkan diagnosis dan terapi.

d. Rumah Sakit, sebagai pihak penyelenggara pelayanan yang melayani jasa dokter juga berusaha meminimalkan malpraktek dengan cara melakukan pemeriksaan ataupun pelayanan yang dibebankan kepada pasien.

Timbulnya pelayanan kesehatan yang tidak efisien ditandai dengan adanya;

a. Kecenderungan menaikan nilai premi asuransi ataupun terlihat kenaikan biaya reimbursement.

b. Penurunan kualitas dari layanan kesehatan yang diberikan, dimana pihak penyelenggara sarana kesehatan menurunkan kualitas layanan yang diberikan sehingga timbul ketidakpuasan dari pasien.

c. Pelayanan yang tumpah tindih

d. Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan.

Selain hal–hal diatas, Feldstein berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi penyebab meningkatnya biaya kesehatan, yaitu:

a. Kemajuan teknologi kedokteran seperti transplantasi organ, bedah laser, Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang secara medis kencenderungannya membuat konsumen lebih mudah, nyaman dalam mengetahui penyakitnya, dan dapat memperpanjang harapan hidup (life expectancy).

b. Meningkatnya kompetensi antar provider akibat penawaran yang berlebihan.

(36)

d. Kecenderungan timbulnya bedah elektif seperti sectio caesaria, supaya proses melahirkan tidak sakit, coronary by pass yang belum tentu diperlukan. Proses yang mahal dan belum tentu diperlukan dewasa ini sudah menjadi kecenderungan konsumen dalam memilih alternatif pengobatan.

2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan

Menyikapi terjadinya peningkatan biaya kesehatan yang semakin lama semakin meningkat, maka diperlukan suatu sistem yang berguna untuk mengendalikan kenaikan biaya kesehatan tersebut. Komponen yang merupakan beban terbesar pada biaya pengobatan adalah obat–obatan, karena itu pengendalian harga obat ataupun standarisasi pemakaian obat akan berguna dalam pengendalian biaya kesehatan. Selain itu pengendalian obat dapat juga dilakukan dengan melakukan drug utilization review atau kajian utilisasi obat-obatan. Dimana apabila ditemukan peningkatan yang mencolok terhadap pemakaian obat-obat tertentu harus dicari penyebabnya. Apakah dikarenakan melonjaknya pemakaian akibat peningkatan insiden penyakit tertentu, ataukah akibat perilaku provider ataupun tenaga medis (prescribing habit) yang tidak mendukung rational

drug use. Dengan metoda ini dapat diketahui fenomena negatif yang mungkin

terjadi, sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan cara menerapkan regulasi standar penggunaan obat kepada penyedia layanan kesehatan, dokter, maupun peserta jaminan. Disamping pengendalian biaya obat–obatan, yang tidak kalah pentingnya adalah peran dokter umum dalam pengendalian biaya kesehatan adalah, sebagai pemberi layanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama, maka dokter umum berperan dalam pengendalian obat, pemeriksaan penunjang dan rujukan ke pelayanan lanjutan. Dokter umum sebagai managed care yang memegang kunci utama pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Beberapa macam teknik pengendalian biaya layanan kesehatan yang dapat dijumpai, yaitu:

(37)

a. Perencanaan Desain Benefit

Pada perencanaan biaya kesehatan disini, dilakukan pengendalian biaya melalui;

1. Cost Sharing

Yaitu perencanaan benefit dimana tertanggung diharuskan membayar sebagian dari biaya medis yang timbul. Cara pembayarannya dapat melalui beberapa cara, yaitu:

 Dedactibles

Adalah jumlah biaya yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab asuransi kesehatan, sedangkan biaya yang melebihi jumlah yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab peserta asuransi.  Co-Insurance

Adalah biaya layanan kesehatan ditentukan berdasarkan persentase yang harus dibayarkan kepada pemberi layanan kesehatan, besarnya biaya biasanya berdasarkan persentase dari gaji karyawan.

 Co-Payment

Peserta asuransi diwajibkan membayar dengan jumlah tertentu, setiap selesai menggunakan layanan kesehatan.

2. Tingkat Penggantian Maksimum (Maximum Reimbursement Level)

Pada metoda ini, terlebih dahulu ditentukan besar biaya maksimum yang dapat diganti saat seseorang menggunakan layanan kesehatan. Kelebihan biaya atas layanan yang digunakan menjadi tanggungan peserta

3. Kontribusi Pegawai (Employee Contribution)

Biasanya perusahaan memberikan fasilitas layanan kesehatan kepada pegawainya dengan cara kontribusi premium, yang besarnya berdasarkan prosentase dari gaji pegawai yang bersangkutan.

(38)

4. Koordinasi Benefit (Coordination Benefits)

Koordinasi benefit dilakukan untuk mencegah terjadinya penjaminan berlebih dimana asuransi membayar melebihi yang seharusnya ditanggung akibat dari perlindungan ganda.

b. Kontrol Pembayaran

Ada bebeerapa cara pengendalian biaya yang dapat dilakukan melalui kontrol pembiayaan.

1. Pemeriksaan Tagihan Rumah Sakit

Hal ini sebaiknya dilakukan oleh staf yang ahli dibidang pengontrolan tagihan rumah sakit, atau dapat pula dikerjakan oleh perusahaan independent auditor. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, serta apakah harga yang dibebankan sudah sesuai dengan harga yang berlaku. Adakah indikasi terjadinya over utilisasi terhadap pemakaian obat maupun pemeriksaan penunjang diagnostik.

2. Tarif Yang Sesuai

Dimana tarif ditentukan sebelum layanan kesehatan diberikan. Pihak penyelenggara layanan kesehatan tidak boleh menaikkan tarif tanpa persetujuan dari pihak pengelola asuransi/ perusahaan yang memakai jasa layanan kesehatan.

3. Pengawasan Biaya Administrasi

Biaya administrasi merupakan faktor yang mempengaruhi premi asuransi kesehatan karena itu biasanya asuransi akan menetapkan biaya administrasi serendah mungkin.

c. Kajian Utilisasi

Kajian utilisasi ini dirancang untuk mengurangi biaya administrasi rumah sakit dan juga untuk mengontrol lama hari rawat pasien melalui analisa prospektif maupun retrospektif dari catatan medis yang ada. Saat ini teknik utilisasi telah banyak dipakai oleh asuransi untuk kendali biaya kesehatan.

(39)

Menurut Depkes (2003), untuk memperoleh gambaran utilisasi pelayanan kesehatan dapat digunakan salah satu parameter berikut ini: 1. Angka Kunjungan Rawat Jalan (Visit Rate)

Angka kunjungan rawat jalan adalah rata-rata jumlah kunjungan rawat jalan dari seluruh peserta ke sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu.

2. Angka Hari Rawat Inap (Length of Stay)

Angka hari rawat inap adalah rata-rata lama hari rawat inap tiap pasien pada sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu.

3. Biaya Rata-rata Pelayanan Kesehatan.

Biaya rata-rata pelayanan kesehatan adalah rata-rata biaya per pelayanan, baik untuk rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap dan kegawatdaruratan.

4. Angka Rujukan

Angka rujukan adalah rata-rata jumlah kasus yang dirujuk dari tingkat pelayanan rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi maupun pada tingkat pelayanan yang sama tetapi mempunyai fasitas ataupun kemampuan lebih baik dalam kurun waktu tertentu.

Ada Tiga Macam Kajian Utilisasi ini, yaitu: 1. Kajian Utilisasi Prospektif

Kajian ini digunakan untuk menentukan kebutuhan pelayanan kesehatan sebelum pelayanan tersebut diberikan, terutama dalam pengelolaan pelayanan rumah sakit. Kajian utilisasi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Manajemen Kasus

b. Sertifikasi Rawat Inap (Preadmission Certification) c. Sertifikasi Tindakan (Outpatient Certification) d. Otorisasi Rujukan ( Refferal Authorization) e. Second Opinion ( Pendapat kedua)

(40)

2. Concurrent Review

Kajian ini dilakukan saat pelayanan kesehatan diberikan kepada peserta. Konsep yang dipakai meliputi penentuan apakah pengobatan dan perawatan rawat inap perlu dilanjutkan, karena dengan concurrent review dapat mengurangi lama hari rawat, maka hal ini akan berpotensi untuk mengurangi biaya-biaya yang akan muncul.

a. Maximum Length of Stay, batasan lama hari rawat inap.

Pendekatan kajian ini adalah berdasarkan penetapan batasan lama hari rawat inap. Penentuan LOS maksimum berdasarkan pada

International Clasification Disease (ICD) atau Diagnosis Related Group yang memiliki konsep serupa.

b. Discharge Planning

Rencana perawatan lanjutan setelah pasien keluar dari rumah sakit disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Discharge planning ini sebaiknya dilaksanakaan saat pasien masih dirawat di rumah sakit, sehingga dapat ditentukan perawatan lanjutan yang akan diterima pasien setelah keluar dari rumah sakit.

c. Continued Stay Review

Adalah kajian secara medis yang dilakukan diluar rumah sakit selama paserta masih dirawat di rumah sakit. Kajian ini berdasarkan pembicaraan melalui telepon antara coordinator rumah sakit dengan staf yang mengurusi kajian utilisasi ini.

3. Kajian Utilisasi Retrospektif

Kajian utilisasi ini dilakukan setelah peserta mendapatkan pelayanan kesehatan. Kajian ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan klaim, maupun pola pelayanan yang telah diberikan.

Menurut Ilyas (2003), sumber data yang dapat dipakai untuk melakukan kajian utilisasi adalah:

a. Data Rekam Medis

Dari data rekam medis dapat diperoleh informasi pelayanan medis yang diterima peserta dari pemberi layanan kesehatan.

(41)

b. Data Pemberi Pelayanan Kesehatan

Data tentang jenis dan jumlah pemberi layanan kesehatan seperti dokter umum. Dokter spesialis, rumah sakit dan pemberi layanan kesehatan lainnya. Disamping itu, dapat pula diketahui apakah sarana kesehatan yang disediakan oleh pemberi layanan kesehatan dapat diakses dengan mudah oleh peserta, seperti dalam hal jarak tempuh, transportasi, dan kemudahan prosedur.

c. Survei Peserta

Survei ini bertujuan untuk melihat perilaku pengguna layanan kesehatan, kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan dan tujuan-tujuan lain yang dapat dijadikan bahan masukan saat pengambilan kebijakan oleh manajemen.

d. Data Pembanding

Data ini dipergunakan untuk mengetahui karakteristik peserta, umur peserta, kebiasaan berobat dan kondisi kesehatan atau penyakitnya. Data dapat diperoleh dari perusahaan asuransi lain ataupun data dari literature ataupun kepustakaan yang berhubungan dengan kajian utilisasi ini.

2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan

Banyak metoda tentang pembiayaan kesehatan yang telah dilakukan mulai dari bantuan yang diberikan oleh yayasan atau perkumpulan secara derma (charity) sampai pada asuransi kesehatan yang sekarang banyak diterapkan di berbagai negara.

Menurut Sorkin, perkembangan sistem pembiayaan pada bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Charity

Metoda ini banyak dilakukan di Eropa pada abad industri, sekitar abad 18 dan 19. Dimasa itu institusi rumah sakit banyak menolong penduduk miskin dan yang tidak mampu melakukan pengobatan penyakitnya. Pembiayaan kesehatannya dibantu oleh para donatur, yang dananya

(42)

dihimpun dan dikelola oleh gereja atau misi sosial yang memberikan kontribusinya untuk mendanai orang miskin dan tidak mampu. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa kuratif dan preventif.

2. Personal Payment/ Direct Payment

Metoda ini dilakukan dimana seseorang yang menggunakan layanan kesehatan langsung membayar sejumlah uang kepada pemberi layanan. Cara ini merupakan cara yang sering dipakai di Asia dan Afrika karena sistem asuransi belum banyak digunakan. Dan cara ini merupakan cara yang menguntungkan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan.

3. Personal Preventif

Metoda ini banyak dipakai di negara kapitalis, sosialis dan beberapa negara berkembang. Sistem personal preventif , hygiene dan sanitasi lebih memberikan peluang peserta menjadi lebih sehat dibandingkan dengan program kuratif dan rehabilitatif.

4. Asuransi

Metoda ini bertujuan memberikan perlindungan bagi peserta asuransi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya. Metoda ini banyak dipakai di beberapa negara di dunia. 5. General Revenue

Metoda ini menggunakan pajak pendapatan di suatu negara untuk membiayai beberapa komponen pelayanan kesehatan di negara tersebut. Metoda ini paling menonjol digunakan di Chile Amerika Latin

6. External Financing

Metoda ini berupa bantuan internasional untuk program pelayanan kesehatan di seluruh dunia, terutama untuk membantu penanggulangan penyakit yang menimbulkan dampak epidemiologi yang luas seperti cacar air, malaria, demam kuning dll.

Menurut Sulastomo (2000), sistem pembiayaan kesehatan dengan fee for

service dan reimbursement yang dilakukan setelah pelayanan kesehatan diberikan

merupakan sistem pembiayaan kesehatan yang tidak efisien. Karena munculnya moral hazard akan lebih terbuka pada sistem pembiayaan ini, sehingga memberikan dampak kenaikan biaya kesehatan yang drastis. Prespective Payment

(43)

System (PPS) adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan,

baik di rumah sakit maupun dokter praktek, dalam jumlah yang telah ditetapkan sebelum suatu pelayanan medis dilakukan, tanpa memperhatikan tindakan atau lamanya perawatan di rumah sakit. Pada sistem ini mendorong pemberi layanan kesehatan untuk melakukan hal–hal yang secara medis memang diperlukan dan akan menurunkan lamanya jumlah hari rawat di rumah sakit. Dengan demikian adanya kemungkinan penggunaan sarana kesehatan berlebih (over utilization) dapat dicegah.

Yang termasuk dalam Prospective Payment System ini adalah : a. DRG’s ( Diagnostic Related Group’s)

Adalah suatu cara pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan grup diagnostik beberapa penyakit yang mempunyai karakteristik yang sama. Pada DRG’s ini pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan diagnosis penyakit yang ada atau diagnosis penyakit sejenis, tanpa melihat tindakan medis yang dilakukan ataupun lamanya perawatan di rumah sakit.

Manfaat dari DRG’s ini adalah:

 Dapat diberlakukan lebih cepat

 Bagi penjamin pembiayaan kesehatan, dapat memberikan kepastian biaya rumah sakit yang ditimbulkan.

 Mengurangi beban administrasi rumah sakit dan mendorong efisiensi

 Dapat meningkatkan mutu layanan rumah sakit

 Menguntungkan peserta asuransi dimana premi yang dibebankan akan menurun.

b. Perdiem/ Budget Tariff

Pada sistem ini tarif paket harian rumah sakit dibayar sesuai dengan jumlah yang ditetapkan, yang meliputi biaya rawat inap dan sejumlah kelompok tindakan medis. Semakin luas jenis tindakan medis yang tercakup dalam tariff budget, maka akan semakin mendorong efisiensi dan penyederhanaan administrasi.

(44)

c. Kapitasi

Sistem Kapitasi adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan, yang diberikan dalam jumlah tetap, sesuai dengan jumlah peserta/ karyawan yang menjadi kewajiban pemberi layanan kesehatan yang bersangkutan untuk memberikan layanan kesehatan baik sakit maupun tidak sakit. Dalam sistem kapitasi ini pembiayaan layanan kesehatan biasanya diberikan terlebih dulu sebelum pemberi layanan melakukan layanan kesehatan (prepaid/ pradana).

Konsep ini sesungguhnya yang paling banyak memperoleh publikasi, oleh karena akan memberikan harapan yang sangat bermakna, baik dari aspek penyederhanaan administrasi, efisiensi serta mutu layanan. Juga sistem kapitasi akan mendorong upaya–upaya pencegahan dan promotif sangat besar, sehingga akan merubah orientasi pelayanan kesehatan dari kuratif ke preventif.

Meskipun demikian pelaksanaan sistem kapitasi ini juga harus memperhatikan keadaan setempat, untuk dapat mencapai bentuk yang ideal. Maka diperlukan sistem informasi yang baik agar data yang mendukung sistem kapitasi ini benar–benar dapat memberikan peluang ke arah efisiensi.

Ada tiga masalah pokok yang perlu dipertimbangkan, sebelum melakukan program asuransi pada sistem pembiayaan pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Kapan saat yang tepat untuk memulai program asuransi kesehatan

Karena program pembiayaan kesehatan tumbuh paling akhir setelah program pensiun hari tua, kecelakaan kerja dll. Sehingga kemampuan membayar pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan.

b. Dengan adanya program jaminan layanan kesehatan, maka akan muncul juga meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Sehingga perlu dilakukan upaya pengendaliannya.

c. Mutu dari layanan kesehatan yang diberikan. Apakah layanan kesehatan yang diberikan sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.

(45)

Meningkatnya biaya kesehatan belum tentu disertai meningkatnya mutu layanan. Hal ini disebabkan terbukanya peluang untuk menggunakan fasilitas kesehatan secara berlebihan (unnecessary utilization/ over utilization).

Ada beberapa upaya untuk menghindari kecenderungan hal tersebut:

 Penetapan standar pelayanan/ profesi sehingga pelayanan yang diberikan sesuai standar kebutuhan medis.

 Melaksanakan personal standar Review di kalangan kedokteran, sehingga ada review yang dilakukan terhadap praktek kedokteran yang dijalankan.

 Mengontrol pengadaan fasilitas layanan kesehatan khususnya fasilitas yang memerlukan biaya tinggi.

 Menumbuhkan sistem pelayanan kesehatan yang efisien yang menjamin pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan tingkat keahlian dan sarana yang sesuai.

 Menumbuhkan sistem pembiayaan jasa pelayanan kesehatan yang dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.

Di Indonesia pengendalian biaya layanan kesehatan baru sebatas menetapkan batas tarif tertinggi yang diperbolehkan pada sarana layanan kesehatan. Akibatnya, karena hanya tarif yang ditentukan, maka faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya tarif akan terabaikan. Sebagai contoh, bila suatu sarana kesehatan telah berinvestasi suatu alat kesehatan dengan nilai investasi yang tinggi, sedangkan tarif yang ditentukan tidak dapat menutupi biaya perunit pemanfaatannya, maka pihak penyelenggara layanan kesehatan akan berupaya mengejar target pemasukan sebagai pengganti nilai investasi dengan cara melakukan layanan kesehatan yang belum tentu diperlukan bagi penggunanya. Satuan tarif yang dipergunakan tidaklah berubah, namun pemakaiannya ditingkatkan, sehingga terjadi over utilisasi. Bahkan menurut Sorkin mengatakan bahwa pemberian layanan kesehatan yang tidak diperlukan oleh pasien karena adanya unsur ketidaktahuan pasien (costomer ignorance) yang dimanfaatkan oleh

(46)

pemberi layanan kesehatan dalam mengejar target investasi yang telah ditanamkan. Hal ini jelas berdampak terhadap total biaya kesehatan yang harus dibayarkan, meskipun tarif layanan kesehatan telah ditetapkan.

(47)

dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Bagian B, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2001.

(48)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL

BATAM

3.1. Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam

Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dimulai pada tahun 1971 sejak ditetapkannya Pulau Batam sebagai pangkalan logistik dan operasional bagi eksplorasi minyak Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina). Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama yang mengelola daerah industri Pulau Batam. Saat itu mesin–mesin diesel pertamina yang memproduksi tenaga listrik hanya mampu melayani kepentingan kelistrikan perusahaan dan perumahan karyawannya saja, sehingga masyarakat sekitar belum bisa menikmati listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel pertamina, dan mereka masih menggunakan petromak dalam penerangan saat malam hari.

Akibat krisis pada tahun 1976 yang dialami oleh Pertamina, maka seluruh aktifitasnya di Pulau Batam diambil alih oleh Otorita Pembangunan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB), termasuk masalah kelistrikan. Bisnis ketenaga listrikan ini dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB)

Pada pengalihan masalah kelistrikan ini oleh OPDIPB, masyarakat masih belum bisa menikmati listrik yang dihasilkan karena kapasitas pembangkit yang dihasilkan masih rendah. Mereka masih menggunakan lampu minyak dan jenset kecil untuk penerangan di malam hari.

Setelah BJ Habibie menjadi ketua Otorita Batam, maka Batam sudah mulai diarahkan menjadi kota industri. Perkembangan Batam kala itu sudah tidak terbendung lagi. Dimana investor–investor mulai melirik potensi yang ada di Pulau Batam. Karena hal tersebut, Otorita pun mulai melepas pengeloalaan ketenagalistriknya, dan diserahkan ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

(49)

Pada tahun 1993 pengelolaan kelistrikan di Pulau Batam dialihkan ke PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) Wilayah Khusus Batam, maka dibangunlah infrastruktur yang lebih banyak sehingga tenaga listrik yang dihasilkan sudah bisa dirasakan oleh sebagian masyarakat di Pulau Batam.

Kemudian pada 3 Oktober 2000 pengelolaan kelistrikan dialihkan pada PT. Pelayanan Listrik Nasional (PT PLN) Batam, yang merupakan anak perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara ( Persero) merujuk pada Keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN, selaku pemegang saham PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam surat No S-23/M-PM-PBMUN/2000 tanggal 23 Agustus 2000. Pendirian PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam ini berdasarkan Akta Notaris Haryanto, SH No 7 tanggal 3 Oktober 2000. Akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara no 9 tanggal 30 Januari 2001.

Pada tahun berikutnya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam menandatangani pendirian PT. Pembangkit Listrik Batam dengan OPDIPB dengan prosentase kepemilikan masing–masing sebesar lima puluh persen. Kerja sama tersebut dimaksudkan untuk menyediakan tenaga listrik yang baik dan dapat menjadi daya tarik investor di Pulau Batam.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar PT Pelayanan Listrik Nasional Batam bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang dan sekitarnya. Kegiatan usahanya adalah sebagai berikut:

a. Penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkit, penyaluran, distribusi dan retail.

b. Penunjang tenaga listrik yang meliputi antara lain konsultasi ketenagalistrikan, pembangunan dan pemasangan ketenagalistrikan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

(50)

3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah perusahaan perseroan yang berbadan hukum, yang dipimpin oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh lima orang direksi. Alat perlengkapan pada perusahaan ini meliputi:

a. Rapat umum pemegang saham b. Direksi

c. Dewan Komisaris

3.2.1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 023.K/482/DIR/2008 menetapkan perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT Pelayanan Listrik Nasional Batam. Adapun struktur organisasi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah sebagai berikut:

(51)

Sumber: Profil PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010

3.2.3. Visi

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam mempunyai visi “Menjadi Perusahaan

Energi yang Utama di Indonesia” 3.2.4. Misi

Misi yang diusung oleh PT Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah

“Kami menyediakan tenaga listrik secara efisien dan andal serta jasa lainnya

dalam bidang energi untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat melalui pelayanan yang terbaik dan bertumpu pada sumber daya manusia”.

(52)

3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan

 Perhatian dalam tindakan  Cerdas dalam pekerjaan  Pengertian dalam pikiran kita

 Dapat diandalkan dalam perilaku kita 3.2.6. Janji Perusahaan

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam melayani konsumennya mempunyai komitment berupa:

 Ahli dalam bidangnya

 Selalu berprestasi dalam pekerjaannya  Melampaui harapan pelanggan

 Dengan sumber daya manusia yang berprestasi  Menjadi contoh bagi para pesaing

3.2.7. Motto

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki motto “Bright People Bright

Future”

3.3. Aktivitas dan Perkembangannya

PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam juga terus mengupayakan penyediaan layanan yang mengutamakan kepuasan pelanggannya tanpa terkecuali. Untuk itu PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam secara internal berusaha untuk terus melakukan efisiensi–efisiensi usaha, dan menyelaraskan kemampuan sumber daya manusia dengan kemajuan teknologi. Satu diantaranya adalah pengembangan sistem informasi internal melalui intranet yang telah mulai dioperasikan pada akhir tahun 2001. Pada saat yang hampir bersamaan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam juga mengenalkan peningkatan pelayanan kepada 75,507 pelanggan dengan penerapan program System Online Payment

Gambar

Tabel 6.37. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan  SMA dengan Biaya
Grafik 1.1.  Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009   6  Grafik 1.2
Grafik 1.1 Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009  Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009
Grafik berikut akan memperlihatkan peningkatan biaya rawat jalan dari tahun2007  sampai dengan 2009
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peramalan beban listrik jangka pendek pada Sistem Kelistrikan Lombok dengan model fuzzy time series menggunakan data hari senin selama bulan Oktober tahun 2013 sebagai

5. Siswa mendengarkan dan menyimak informasi dari guru, kemudian mengidentifikasikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan operasi pembagian Aljabar 15 menit Fase 2

Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur, dalam pasal 1267 KUHPerdata yang berbunyi : pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat

cancer N3--2. $danya de1ek pada $3- tumor supresor gen dapat menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada umur 70 sampai 50 tahun.. telah

 Siswa dibimbing untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa berdasarkan data hasil titrasi asam basa. 5) Fase V: Evaluation..  Siswa mengerjakan kuis yang

1) Kegiatan mempresentasikan mengenai kasus pasien baik yang di RSUD maupun panti. 2) Silahkan bagi dari awal, jika jumlah anggota 7 orang, maka Koas yang mengambil kasus di

Pada kasus ini, seperti ditunjukkan pada gambar 1, grup abelian berhingga dari barisan genomik DNA didefinisikan atas ruang barisan S berdimensi K yang dibentuk

adalah rasa ingin tahu dan pergaulan, serta minimnya pendidikan seks. Rasa ingin tahu muncul dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan remaja. Rasa ingin tahu yag tinggi