• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MEJA PETUGAS PELAYANAN PERKULIAHAN DENGAN METODE ANTHROPOMETRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN MEJA PETUGAS PELAYANAN PERKULIAHAN DENGAN METODE ANTHROPOMETRI."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

DIMAS TRIWAHYU WARDHANA 0932010075

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

DENGAN METODE ANTHROPOMETRI

DISUSUN OLEH:

DIMAS TRIWAHYU WARDHANA 0932010075

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Negara Lesan Gelombang II Tahun Ajar an 2012 – 2013

Pada Tanggal, 14 J uni 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Enny Ariyani, ST, MT Dr s. Pailan M.Pd

NPY. 3700 99 50 0411 NIP. 19760503 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industri UPN “Veteran” J awa Timur

(3)

DISUSUN OLEH:

DIMAS TRIWAHYU WARDHANA 0932010075

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” J awa Timur

Pada Tanggal 14 J uni 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Enny Ariyani, ST, MT Ir.Rr.Rochmoeljati, MMT

NPY. 3700 99 50 0411 NIP. 19611029 199103 2 001

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekertaris

Dr s. Pailan M.Pd Enny Ariyani, ST, MT

NIP. 19530504 198303 1 001 NPY. 3700 99 50 0411

3. Anggota

Ir.Budi Santoso, MMT NIP. 19561205 198703 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(4)

ﻢ ِﺣ ﱠﺮ ﻟ ا ِﻦ َﻤ ْﺣ ﱠﺮ ﻟ ا ِ ﱠﷲ ِﻢ ْﺴ ِﺑ

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :

PERANCANGAN MEJ A PETUGAS PELAYANAN PERKULIAHAN DENGAN METODE ANTHROPOMETRI

Penyusunan tugas akhir ini guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan TA ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Soemargono, SU, selaku Wakil Rektor I UPN “Veteran” Jawa Timur. Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

“Veteran” Jawa Timur dan Dosen pembimbing II yang selalu membimbing hingga terselesaikannya laporan TA ini.

10. Ibu Ir. Iriani, MT, selaku PIA Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

11. Ibu Enny Ariyani, ST. MT, selaku dosen pembimbing I dan kepala laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonmi yang selalu membimbing hingga terselesaikannya laporan TA ini.

12. Bapak Ir. Rus Indiyanto, MT, selaku kepala laboratorium Perancangan Sistem Manufacture yang selalu memberi masukan untuk perbaikan laporan TA ini. 13. Bapak/Ibu Dosen penguji dan Dosen pengajar Jurusan Teknik Industri yang

telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, nasihat dan masukan yang berguna bagi penulis sewaktu Kuliah, Seminar hingga Ujian Lisan.

14. Para staff UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah melayani keperluan mahasiswa dengan semaksimal mungkin.

15. Orang tua yang selalu mendukung dan memberi do’a kepada penulis agar tugas akhir ini bisa selesai.

16. Kedua kakak saya, dian pacar saya, Para sahabat dan teman-teman seperjuangan yang telah menemani, membantu, memberi semangat, do’a dan pengertiannya disaat penulis menyusun laporan TA ini.

17. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu satu persatu yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya laporan TA ini.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas amal perbuatan dan kebaikan kepada semua pihak. semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(6)

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Asumsi-asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penelitian ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk. ... 6

2.1.1 Perancangan Produk. ... 6

2.1.2 Pengembangan Produk. ... 7

2.1.3 Inovasi Produk. ... 8

(7)

2.3.1 Sejarah dan Perkembangan Antrhropometri ... 13

2.3.2 Definisi Anthropometri ... 15

2.3.3 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 17

2.3.4 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri... 25

2.4 Pengujian Data ... 28

2.4.1 Uji Keseragaman Data ... 28

2.4.2 Uji Kecukupan Data ... 30

2.5 Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 34

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 34

3.2.2 Definisi Variabel ... 35

3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Pengumpulan Data ... 41

4.1.1 Data Anthropometri Pengguna ... 41

4.2 Pengolahan Data ... 43

4.2.1 Desain Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Awal ... 43

4.2.2 Desain Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Usulan ... 44

(8)
(9)

Dapat Diekivalensikan Untuk Masyarakat Indonesia

(Dasar Kesamaan Etnis Asia) (mm) ... 22 Tabel 2.2 Antrophometri Orang Indonesia Didapat Dari Interpolasi

Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap

Masyarakat Indonesia (mm) ... 23 Tabel 2.3 Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm) ... 24 Tabel 2.4 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal .... 27 Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Dimensi Tubuh Mahasiswa dan Pengguna Meja . 42 Tabel 4.2 Hasil Uji Keseragaman Data ... 47 Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data ... 50 Tabel 4.4 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan

Usulan ... 55 Tabel 4.5 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan

Awal ... 57 Tabel 4.6 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan

(10)

Gambar 2.2 Antropometri untuk Perancangan Produk ... 20

Gambar 2.3 Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk ... 20

Gambar 2.4 Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% Dari Populasi ... 25

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 37

Gambar 4.1 Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Awal ... 43

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Panjang Rentang Tangan Maksimal (Prt) ... 45

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Panjang Jangkauan Tangan Maksimum ke depan (Pjt) ... 46

Gambar 4.4 Uji Keseragaman Tinggi Siku Posisi Duduk (Tsd) ... 47

(11)

Lampiran 2 Tabel Hasil Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data Lampiran 3 Gambar Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Awal dan Usulan Lampiran 4A Hasil Rekap Data Kuisioner Uji Coba Meja Petugas Pelayanan

Perkuliahan Awal

(12)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur E-mail : dimastriwahyuwardhana@ymail.com

Abstraksi

Dalam era kemajuan teknologi yang sudah semakin berkembang sekarang ini, tentunya akan membuat banyak orang berlomba-lomba menciptakan suatu benda atau produk yang lebih bermanfaat atau memiliki nilai kegunaan yang lebih banyak dari pada produk yang ada saat ini. Dalam hal ini Anthropometri sangat berperan penting untuk proses perancangan, Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia.

Meja kerja pada umumnya digunakan untuk membantu bekerja, menulis, membaca, dll. Meja petugas pelayanan perkuliahan yang digunakan di jurusan Teknik Industri saat ini dinilai tidak ergonomis sehingga pada saat menggunakan terasa kurang nyaman, posisi meja terlalu tinggi sehingga pengguna duduk terlalu tegak dan menyebabkan badan terasa kaku, tidak ada loker atau tempat absen untuk peletakan alat tulis maupun penyimpanan barang, tidak ada laci PC dan tidak adanya pintu pengaman sehingga absen, alat tulis atau keperluan dikjar yang lain bisa terjadi kemungkinan hilang.

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan pengukuran dimensi tubuh manusia yang bertujuan untuk melakukan perancangan dan pengembangan meja petugas pelayanan perkuliahan jurusan Teknik Industri yang ergonomis dan inovatif sesuai dengan kebutuhan penggunanya sehingga mampu memberikan kenyamanan pada saat menggunakannya.

Hasil penelitian dan perhitungan penentuan ukuran meja petugas pelayanan perkuliahan didapat hasil yaitu panjang meja adalah 170 cm, lebar meja 71 cm, tinggi meja 72 cm, panjang laci meja 60 cm, lebar laci meja 23 cm, dan panjang laci tengah meja 62 cm. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner meja petugas pelayanan perkuliahan usulan sangat sesuai sebanyak 154 jawaban, sesuai sebanyak 116 jawaban, cukup sebanyak 10 jawaban yang ditinjau dari ketujuh variabelnya.

(13)

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" East Java E-mail: dimastriwahyuwardhana@ymail.com

Abstract

In times of technological advances that are expanding right now, it would make a lot of people competing to create an object or products that are more beneficial or have a more value of function than existing products. In this case anthropometry very important role for the design process, Anthropometry is extensively be used as an ergonomic considerations in the design process products and systems of work that will require human interaction

Work desk are generally used to helped in the work, writing, reading, etc. Service desks officer lectures used in Industrial Engineering major currently considered to be ergonomic so that by the time feels less comfortable to use, the position of the table is too high so that users sit too upright and causes the body feels stiff, while it also does not have lockers lockers for laying stationary or storage of other items, have not PC drawer and have not secure of door so that absent, stationery or other education major needs may happen lost possibility.

With this problem, than do the measurement dimensions of the human body which purpose of designing and development service officer lectures in Industrial Engineering majors which ergonomics and innovative according to the needs of its users so as to give comfort when using it

The results of research and calculations determining the measurement service desk officer lectures obtained results that is length of the desks is 170 cm, width 71 cm, elevated 72 cm, lenght of the drawer desks 60 cm, widht drawer desks 23 cm and lenght of the mid drawer 62 cm. It is also reinforced by the results of the questionnaire service desks officer lectures proposals very appropriate as many as 154 response, appropriate as many as 116 response, sufficient as many as 10 response are reviewed of the seven variables

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era kemajuan teknologi yang sudah semakin berkembang sekarang ini, tentunya akan membuat banyak orang untuk berlomba-lomba menciptakan suatu benda atau produk-produk yang lebih bermanfaat atau mempunyai nilai kegunaan yang lebih banyak dari pada produk yang sudah ada di pasaran, penggunaan benda atau produk yang dirancang saat ini memiliki nilai efisiensi dan tingkat inovasi yang lebih baik, sehingga dalam penggunaannya bisa dirasa lebih bermanfaat serta memiliki nilai efisiensi dan inofasi yang lebih baik dari pada produk yang sudah ada di pasaran.

(15)

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan perancangan Meja petugas pelayanan perkuliahan jurusan Teknik Industri yang ergonomis dan inovatif dengan dasar “pengukuran tubuh manusia” (Purnomo, Hari. 2013) yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya sehingga memberikan kenyamanan pada saat menggunakannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi, yaitu :

“Bagaimana merancang Meja petugas pelayanan perkuliahan yang

ergonomis dan inovatif dari yang sudah ada saat ini?”

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Data antrophometri untuk desain meja petugas pelayanan perkuliahan adalah orang dewasa sebanyak 40 orang.

2. Persentil yang digunakan adalah persentil 5% dan 50%.

3. Penelitian dilakukan pada meja petugas pelayanan perkuliahan jurusan Teknik Industri di UPN “Veteran” Jatim.

4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.

5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

(16)

7. Kursi yang digunakan dalam penggunaan meja adalah kursi lipat Sankin

8. Meja petugas pelayanan perkuliahan yang digunakan sebagai pembanding adalah Meja petugas pelayanan perkuliahan jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jatim.

1.4 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu: 1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.

2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan pengguna. 3. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perancangan dan pengembangan meja petugas pelayanan perkuliahan yang ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran untuk perancangan dan pengembangan serta pembuatan meja petugas pelayanan perkuliahan yang ergonomis dan inovatif.

b. Bagi Pengguna (penguna Meja petugas pelayanan perkuliahan)

(17)

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penelitian

Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang lingkup sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori mengenai desain perancangan produk Meja petugas pelayanan perkuliahan dan pendekatan ergonomi.

BAB III METODE PENELITIAN

(18)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan Meja petugas pelayanan perkuliahan yang ergonomis dan inovatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas serta memberikan saran yang bermanfaat.

(19)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk. 2.1.1 Perancangan Pr oduk.

perancangan produk adalah suatu kegiatan yang dimulai dari timbulnya persepsi bahwa ada kesempatan di pasar, dan berakhir dengan produksi, penjualan, dan pengiriman produk. Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari kegiatan teknik yang ada. Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya. Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek (http://vercomfo.blogspot.com/perancangan-produk-design-product.html).

(20)

diharapkan seperti kenyamanan dan kelayakan operasional dari sebuah produk dapat di capai (http://www.its.ac.id/sritomo-ie-Ergonomi Rancangan Produk.pdf).

2.1.2 Pengembangan Pr oduk.

Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume penjualan (Prasetyo, Yoanda Dwi. 2012).

(21)

2.1.3 Inovasi Pr oduk.

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau

invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah

ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu (Prasetyo, Yoanda Dwi. 2012).

(22)

2.2 Ergonomi

2.2.1 Sejar ah dan Per kembangan Er gonomi

Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya (Nurmianto, Eko. 2003). Beberapa kejadian penting sebagai berikut:

1. C.T. Thackrah, England., 1831.

Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/ England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi, meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).

2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

(23)

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih

mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England, 1918.

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu

Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

(24)

kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang

telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di

Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

2.2.2 Definisi Ergonomi

(25)

ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa Negara Eropa barat. Di Amerika istilah ini biasa disebut dengan human factors engineering atau human

engineering. Demikian pula ada banyak istilah lainnya yang secara praktis

mempunyai maksud yang sama seperti Biomechanis.Bio-technology, Engineering

Psychology atau Arbeltswissensschaft (Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus

akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan system kerjanya yang berupaperangkat keras (mesin, peralatan kerja dll) dan atau perangkat lunak (metode kerja, system dan prosedur, dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi) ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan (sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalahdampak dari teknologi dan produk-produknya, makapengetahuan yang khusus dipelajari berkaitan engan Biomekanika, Anthropometri teknik, Teknologi produksi, Lingkungan fisik (temperature, pencahayaan, dsb) dan lain-lain (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

(26)

dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan system pula (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

Human engineering atau sering pula disebut ergonomi didefinisikan

sebagai perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (ataupun produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai system manusia-mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut. Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain system manusia-mesin yang terpadu sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya sehingga pekerja dan mesin (ataupun produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai system manusia-mesin yang terpadu.

2.3 Anthropometri

2.3.1 Sejar ah dan Per kembangan Antr hr opometri

(27)

beberapa puluh tahun yang lalu yang lalu (Purnomo, Hari. 2013). Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1. Vitruvius, abad 1 SM

Seorang filsuf yang hidup pada abad 1 SM yang bernama Vitruvius menyatakan bahwa pusar manusia adalah merupakan pusat tubuh manusia. 2. Leonardo da Vinci

Adalah pembuat gambar manusia yang diilhami oleh konsep yang dikemukakan oleh seorang filsuf tersebut sehingga terbentuk gambar sedemikian rupa:

Gambar 2.1 Proporsi Tubuh Manusia Oleh Leonardo Da Vinci Sumber: Hari Purnomo, 2013

3. Panero dan Zelnik, 1979

Panero dan Zelnik, dari gambar seorang pelukis terkenal dan konsep yang

(28)

jari-jari kaki dan jari-jari-jari-jari tangannya akan menyentuh batas garis lingkaran yang dibuatnya dan jarak dari telapak kaki hingga kepala akan sama panjangnya dengan ukurang lengan yang terentang”.

4. Kromer et al., 1994

Dalam bukunya ia menyebutkan seorang ahli statistik bangsa Belgia bernama

Adolphe Quetelet adalah orang yang memperkenalkan antropometri dengan

mengaplikasikan konsep statistik pada data antropologi. Kromer et al. Ia juga menyebutkan bahwa antrhopometri mulai digunakan secara luas pada berbagai disiplin ilmu mulai pada akhir abad 19, pada masa itu pula antropometri bersama-sama dengan biomekanika menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi ahli rekayasa.

2.3.2 Definisi Anthropometri

(29)

produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja (Purnomo, Hari. 2013).

Dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai studi pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan karakteristik tubuh manusia seperti berat, volume, pusat grafitasi, dan kekuatan kolompok otot.

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000). Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dll. 4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

(30)

produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%- 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.3 Data Anthropometr i dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia , yaitu (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000; Purnomo, Hari. 2013) : 1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

2. Jenis kelamin (sex)

(31)

3. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan/ Random

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan varisi berbeda dalam bentuk rancangan pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya. 7. Faktor Kehamilan

(32)

8. Tubuh Cacat

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

9. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.

(33)

Gambar 2.2 Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000

Gambar 2.3 Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2000

Keterangan Gambar 2.2 di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai ujung kepala). 2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

(34)

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut. 12 : Panjang paha di ukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut betis. 13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai paha. 15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak dalam gambar). 18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

(35)

Tabel 2.1 Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Untuk Masyarakat Indonesia (Dasar Kesamaan Etnis Asia) (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5 Tinggi Genggaman Tangan

(Knuckle) Posisi kebawah 685 750 815 40 650 715 780 41

23 Jarak Bentang dari Ujung Jari

tangan Kanan ke Kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80

24 Tinggi Pegangan Tangan

Vertikal ke atas & duduk 1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86

25 Tinggi Pegangan Tangan

(36)

Tabel 2.2. Antrophometri Orang Indonesia Didapat Dari Interpolasi Masyarakat

British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat Indonesia (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5 Tinggi Genggaman Tangan

(Knuckle) Posisi kebawah 655 718 782 39 646 708 771 38

23 Jarak Bentang dari Ujung Jari

tangan Kanan ke Kiri 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75

24 Tinggi Pegangan Tangan

Vertikal ke atas & duduk 1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79

25 Tinggi Pegangan Tangan

(37)

Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)

12 Lebar Telapak Tangan

(metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13 Lebar Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14 Lebar Telapak Tangan

(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

15 Tebal Telapak Tangan

(metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16 Tebal Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2

17 Diameter Genggaman

(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1

18 Lebar Maksimum (ibu

(38)

2.3.4 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri

Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

(39)

Disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut (Nurmianto, Eko. 2003).

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut (Nurmianto, Eko. 2003).

(40)

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, Eko 2003).

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Nurmianto, Eko. 2003).

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4. Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Percentile Perhitungan

1-st X2,235

σ

x

2,5-th X1,96

σ

x

5-th X1,645

σ

x

10-th X1,28

σ

x

50-th X

90-th X +1,28

σ

x

95-th X +1,645

σ

x

97,5-th X +1,96

σ

x

99-th X+2,235

σ

x

(41)

Keterangan Tabel 2.4., yaitu : x = mean data

σ= standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data

anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan

dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95 menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada Tabel 2.4. sebelumnya.

P5 = x - 1,645 σ x P50 = x

P95 = x + 1,645 σ x

2.4 Pengujian Data

2.4.1 Uji Keseragaman Data

(42)

mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya (Purnomo, Hari. 2013). Langkah pertama dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil pengamatan, dengan persamaan berikut :

x = n

xi

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan.

x = Data hasil pengukuran. n = Jumlah responden.

Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar berikut:

= ∑( − )

− 1 Dimana:

σ = Standar deviasi dari populasi.

n = Banyaknya jumlah pengamatan. x = Data hasil pengukuran.

Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ekstrim berikut :

(43)

Dimana:

X = Rata-rata data hasil pengamatan.

σ = Standar deviasi dari populasi.

k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu: Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1. Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2. Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

2.4.2 Uji Kecukupan Data

Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila N’ ≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang sehingga diperlukan pengambilan data kembali (Prasetyo, Yoanda Dwi. 2012). Adapun tahapan dalam uji kecukupan data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.

(44)

lain bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.

2. Pengujian Kecukupan Data.

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan. x = Data hasil pengukuran.

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal). k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’≤ N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali, tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan pengambilan data lagi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

(45)

pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.

2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100 cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.

3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi antara lain : Pada sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada putaran bawah terdapat tambahan bearing, dan pada bagian kursi dapat disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh para pekerja.

(46)

horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai lengan relative lebih nyaman jika dibandingkan dengan meja konvensional. 5. “Perancangan Meja dan Kursi Restoran Cepat Saji dengan Pendekatan

Ergonomis di Café GajahMada Mojokerto” oleh : Atim Puji Lesmono, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, 2011.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dan karyawan sebagai pengguna meja petugas pelayanan perkuliahan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim, yang dimulai bulan Januari 2013 sampai data terpenuhi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Oper asional Var iabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini menggunakan 2 identifikasi variabel, jenis variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah meja petugas pelayanan perkuliahan yang ergonomis.

2. Variabel Bebas

Variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah :

a. Data Anthropometri Mahsiswa dan Pengguna Meja petugas pelayanan perkuliahan Yaitu :

1. Panjang rentang tangan maksimal (Prt)

2. Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt) 3. Tinggi siku posisi duduk (Tsd)

(48)

3.2.2 Definisi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu:

1. Variabel Terikatnya adalah meja petugas pelayanan perkuliahan ergonomis yang dirancang sesuai dengan dimensi tubuh (Anthropometri) pengguna. 2. Variabel Bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada

variabel lain. Adapun beberapa variabel bebas dalam penelitian ini adalah : a. Data Anthropometri Mahasiswa dan Pengguna Meja petugas pelayanan

perkuliahan

1. Panjang rentang tangan maksimal : diukur dari ujung jari kanan sampai dengan ujung jari kiri dengan posisi tangan terbentang lurus kesamping kiri kanan (Prt)

2. Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan : diukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan dengan posisi tangan yang terjulur lurus kedepan (Pjt)

3. Tinggi siku posisi duduk : diukur dari lantai sampai dengan ujung siku dengan posisi duduk tegak (Tspd).

b. Nilai Persentil

(49)

3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah

Langkah pemecahan masalah dapat digambarkan dalam kerangka atau bagan seperti pada Gambar 3.1.

Ya

Sisa data ekstrim Uji kecukupan data Mulai

Perumusan Masalah

Studi Lapangan Studi Pustaka

Tujuan Penelitian

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data: Data Anthropometri

a. Panjang rentang tangan maksimal (PRT). b. Jarak jangkauan tangan maksimum (JJT). c. Tinggi siku pada posisi duduk (TSD).

B Gambar desain meja petugas pelayanan

(50)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah Penjelasan langkah–langkah pemecahan masalah :

1. Mulai

2. Studi Lapangan

Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim dan masyarakat penggunanya.

A

Uji coba pemakaian meja petugas pelayanan perkuliahan usulan Perancangan desain meja petugas

pelayanan perkuliahan usulan

Gambar desain meja petugas pelayanan perkuliahan usulan

Pembuatan meja petugas pelayanan perkuliahan usulan

B

Tidak

Ya

Membandingkan desain meja petugas pelayanan perkuliahan awal dengan desain meja petugas pelayanan perkulahan usulan

Desain ergonomis?

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

(51)

3. Studi Pustaka

Studi pustaka untuk menambah bobot dan menunjang hasil penelitian 4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi pustaka 5. Penetapan Tujuan

Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir 6. Identifikasi Variabel

Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir 7. Pengumpulan Data Anthropometri

Melakukan pengumpulan terhadap obyek (manusia) untuk mendapatkan ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari Meja petugas pelayanan perkuliahan. Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (Static Anthropometri)

8. Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan

Mengamati desain dari Meja petugas pelayanan perkuliahan beserta dengan pengukuran untuk ukuran dimensinya

9. Gambar Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan yang telah ada

Dari ukuran yang diperoleh desain Meja petugas pelayanan perkuliahan digambar beserta dengan ukurannya dilihat dari beberapa sudut pandang yang telah ada

(52)

11. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam. Untuk mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta kontrol dapat terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data ekstrim. Data ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas kontrol yang selanjutnya data itu harus dibuang

12. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N>N’) maka harus dilakukan pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi

13. Menentukan Persentil

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5, dan P50, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk menentukan ukuran desain Meja petugas pelayanan perkuliahan.

14. Perancangan Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan Usulan

Merancang desain Meja petugas pelayanan perkuliahan dengan memperhatikan hasil perhitungan persentil dan data-data lain yang ada

15. Gambar Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan Usulan

(53)

16. Pembuatan Meja petugas pelayanan perkuliahan Usulan

Dari hasil gambar lalu dilakukan proses pembuatan Meja petugas pelayanan perkuliahan usulan

17. Uji Coba Pemakaian Meja petugas pelayanan perkuliahan Usulan

Setelah Meja petugas pelayanan perkuliahan jadi harus dilakukan proses uji coba pemakaian

18. Membandingkan Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan yang Telah Ada dengan Desain Meja petugas pelayanan perkuliahan Usulan

Desain lama beserta ukurannya dengan desain usulan beserta ukurannya dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi. Pengaturan Meja petugas pelayanan perkuliahan lama dibandingkan dengan pengaturan Meja petugas pelayanan perkuliahan usulan

19. Ergonomis

Mengetahui apakah Meja petugas pelayanan perkuliahan yang baru sudah berada dalam pendekatan ergonomi atau tidak dengan cara menyebar kuisioner kepada pengguna

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Anthropometri Pengguna

Ukuran untuk perancangan meja petugas pelayanan perkuliahan yang baru ini diambil dari data antropometri pengguna produk tersebut yaitu mahasiswa dan pengguna meja petugas pelayanan perkuliahan sebanyak 40 orang yang berada di FTI UPN “Veteran” Jatim. Dalam pengukuran meja petugas pelayanan perkuliahan ini juga memperhatikan aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang sesuai dengan alat kerja yang akan dirancang. Adapun dimensi tubuh yang diukur adalah sebagai berikut:

1 Panjang rentang tangan maksimal : diukur dari ujung jari kanan sampai dengan ujung jari kiri dengan posisi tangan terbentang lurus kesamping kiri dan kesamping kanan (Prt).

2 Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan : diukur dari bahu sampai ujung jari tangan dengan posisi tangan yang terjulur lurus kedepan (Pjt).

(55)

Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Dimensi Tubuh Mahasiswa dan Pengguna Meja

Orang ke Dimensi Tubuh Mahasiswa dan Pengguna Meja (cm)

Prt Pjt Tsd

(56)

Keterangan :

a. Prt = Panjang rentang tangan maksimal

b. Pjt = Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan c. Tsd = Tinggi siku posisi duduk

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain Meja Petugas Pelayanan Per kuliahan Awal

Gambar meja petugas pelayanan perkuliahan awal dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1 Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Awal

(57)

tegak sehingga menyebabkan badan terasa kaku, disamping itu juga tidak ada loker untuk peletakan alat tulis maupun tempat penyimpanan barang-barang yang lain, tidak ada laci PC dan tempat absen sehingga pengguna merasa kebingungan untuk meletakkan absen, tidak adanya pintu pengaman yang menyebabkan absen, alat tulis atau keperluan perkuliahan yang lain bisa terjadi kemungkinan hilang.

4.2.2 Desain Meja Petugas Pelayanan Per kuliahan Usulan 4.2.2.1 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi.

1. Panjang rentang tangan maksimal (Prt)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai panjang rentang tangan maksimal (Prt) untuk mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

= ...…

=

174,6 cm

σx = ( , ) ( , ) ... ( , ) = 5,21

Uji keseragaman data panjang rentang tangan maksimal (Prt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

CL = 174,6 BKA = + k. σx

= 174,6 + (2) 5,21 = 185,02 BKB = - k. σx

(58)

Dari data di atas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang rentang tangan maksimal (Prt) sebagai berikut :

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Panjang Rentang Tangan Maksimal (Prt)

2. Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt)

Dari Tabel 4.1 diperoleh nilai panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt) untuk mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

76,3 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 3,38

Uji keseragaman data panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu :

(59)

Dari data di atas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt) sebagai berikut:

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Panjang Jangkauan Tangan Maksimum ke Depan (Pjt)

3. Tinggi siku posisi duduk (Tsd)

Dari Tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi siku posisi duduk (Tsd) untuk mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

72,03 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 1,64

Uji keseragaman data tinggi siku posisi duduk (Tsd) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

CL = 72,03

Panjang Jangkauan Tangan M aksimum ke Depan

Dat a

BKA = 83,07

CL = 76,3

(60)

Dari data di atas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi siku posisi duduk (Tsd) sebagai berikut :

Gambar 4.4 Uji Keseragaman Tinggi Siku Posisi Duduk (Tsd)

Dari perhitungan uji keseragaman masing-masing dimensi didapat hasil pada dimensi Prt, Batas Kontrol Atas 185,02 cm, Batas Kontrol Bawah 164,18 cm, Central Line 174,6 cm, data minimal 170 cm, data maksimal 185 cm. Pada dimensi Pjt, Batas Kontrol Atas 83,07 cm, Batas Kontrol Bawah 69,53 cm,

Central Line 76,3 cm, data minimal 73 cm, data maksimal 83 cm. Pada dimensi

Tsd, Batas Kontrol Atas 75,31 cm, Batas Kontrol Bawah 68,74 cm, Central Line 72,03 cm, data minimal 70 cm, data maksimal 75 cm. Secara visual dapat dilihat pada peta kontrol bahwa tidak ada data yang berada diluar batas kontrol sehingga data pengukuran dimensi tubuh mahasiswa dan pengguna meja petugas pelayanan perkuliahan adalah data yang seragam dan diperoleh Tabel 4.2 sebagai berikut :

(61)

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah sudah representative, dimana tujuannya membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah dapat mewakili populasi.

Untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% maka rumus uji kecukupan data adalah :

N’=

∑ (∑ )

Dimana nilai k = 2 dan nilai s = 0,05

Jika, N’ ≤ N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan Jika, N’ > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan. 1. Panjang rentang tangan maksimal (Prt)

Data Panjang rentang tangan maksimal (Prt) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai : ∑ X = 6.984

∑ X2 = 1.220.466

Maka : N’= ,

( . . ) ( . )

.

= 1

,39

Kesimpulan: N’ = 1,39 ≤ N = 40

(62)

2. Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt)

Data Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan (Pjt) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai :

∑ X = 3.052 ∑ X2 = 233.314

Maka : N’= ,

( . ) ( . )

.

=

3,07

Kesimpulan: N’ = 3,07 ≤ N = 40

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan.

3. Tinggi siku posisi duduk (Tsd)

Data Tinggi siku posisi duduk (Tsd) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai : ∑ X = 2.881

∑ X2 = 207.609

Maka : N’= ,

( . ) ( . )

.

=

0,81

Kesimpulan: N’ = 0,81 ≤ N = 40

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan.

(63)

dimensi Pjt 3,07, pada dimensi Tsd 0,81 dan nilai N adalah 40. Hasil perhitungan yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan karena analisa kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah N’ ≤ N. Apabila N’≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan data lagi, Berdasarkan hasil uji kecukupan data yang diperoleh pada masing-masing dimensi tubuh yang diukur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data

No Dimensi Tubuh N N' Keterangan

1 Panjang rentang tangan (Prt) 40 1,39 Data Cukup

2 Panjang jangkauan tangan maksimum ke depan

(Pjt) 40 3,07 Data Cukup

3 Tinggi siku posisi duduk (Tsd) 40 0,81 Data Cukup

4.2.2.3 Menentukan Persentil

Berdasarkan data-data dimensi tubuh mahasiswa dan pengguna meja petugas pelayanan perkuliahan yang telah diperoleh, selanjutnya dapat ditentukan ukuran meja petugas pelayanan perkuliahan dengan penyesuaian persentil.

1. Menentukan panjang meja

(64)

Panjang meja :

= - P5 (SD) + Allowance pinggiran meja kanan dan kiri = (174,6 – (1,645 x 5,21)) + 4 cm

= 166,03cm + 4 cm = 170,03cm ≈ 170 cm Jadi ukuran panjang meja adalah 170 cm. 2. Menentukan lebar meja

Dari perhitungan uji keseragaman data (Pjt) diperoleh nilai = 76,3 cm dan σx = 3,38. Selanjutnya untuk menentukan lebar meja digunakan panjang jangkauan tangan maksimum ke depan dengan persentil P5%, yang merupakan persentil kecil dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar orang yang tangannya pendek dapat menggunakan meja ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan lebar meja dengan nilai persentil 5% sebagai berikut:

Lebar meja :

= - P5 (SD)

= 76,3 - 1,645 (3,38) = 70,73 cm ≈ 71 cm Jadi ukuran lebar meja adalah 71 cm. 3. Menentukan tinggi meja

(65)

populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar orang tinggi dan orang pendek sama-sama dapat menggunakan meja ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standard deviasi di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi meja dengan nilai persentil 50% sebagai berikut :

Tinggi meja : =

= 72,03 cm ≈ 72 cm Jadi ukuran tinggi meja adalah 72 cm. 4. Menentukan panjang laci meja

Untuk menentukan panjang laci meja digunakan panjang jangkauan tangan maksimum ke depan dengan persentil P5%, yang merupakan persentil kecil dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar orang yang tangannya pendek dapat menggunakan laci meja ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan lebar meja di atas didapatkan hasil sebagai berikut:

Panjang laci meja :

= panjang kertas F4 + Allowance panjang kertas = 36 cm + 24 cm

= 60 cm

Jadi ukuran Panjang laci meja adalah 60 cm. 5. Menentukan lebar masing-masing laci meja

(66)

Berdasarkan hasil perhitungan lebar masing-masing laci meja di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Lebar masing-masing laci meja :

= Lebar kertas + allowance kerenggangan kertas

= 21,5 cm + 1,5 cm = 23 cm

Jadi ukuran lebar masing-masing laci meja adalah 23 cm. 6. Menentukan panjang laci tengah meja

Untuk menentukan panjang laci tengah meja digunakan hasil dari pengurangan panjang meja dengan lebar laci kanan dan kiri di tambah allowance tebal kayu untuk kerenggangan pintu laci dengan maksud agar pintu laci dapat terpasang dan dapat dibuka serta ditutup dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan panjang laci tengah meja di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Panjang laci tengah meja :

= Panjangmejatanpa Allowance – ((Lebar lacix (4)+ Allowance tebal kayu) = 166 – ((23 x 4) + (2 x 3 x 2))

= 166 – (92 + 12) = 62 cm

Jadi ukuran Panjang laci tengah meja adalah 62 cm.

4.2.2.4 Perancangan Meja Petugas Pelayanan Per kuliahan Usulan

(67)

1. Ukuran panjang meja adalah 170 cm. 2. Ukuran lebar meja adalah 71 cm. 3. Ukuran tinggi meja adalah 72 cm. 4. Ukuran panjang laci meja adalah 60 cm. 5. Ukuran lebar laci meja adalah 23 cm.

6. Ukuran panjang laci tengah meja adalah 62 cm.

Maka gambar teknik untuk meja petugas pelayanan perkuliahan usulan dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini:

Gambar 4.5 Gambar Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Usulan

(68)

barang yang lain, meja ini juga meniliki laci PC dan tempat absen sehingga pengguna tidak merasa kebingungan untuk meletakkan absen, memiliki pintu pengaman sehinngga tidak menyebabkan absen, alat tulis atau keperluan perkuliahan yang lain bisa terjadi kemungkinan hilang.

4.2.2.5 Uji Coba Pemakaian Meja Petugas Pelayanan Per kuliahan Usulan Adapun hasil kuisioner uji coba pemakaian meja petugas pelayanan perkuliahan usulan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Usulan

No Atribut Kriteria Total

SS S C TS STS

1 Tinggi meja petugas pelayanan perkuliahan 24 16 - - - 40

2 Luas Meja petugas pelayanan perkuliahan 19 21 - - - 40

3 Kenyamanan meja petugas pelayanan

perkuliahan saat digunakan 24 16 - - - 40

4 Laci penyimpanan absensi dan alat tulis 14 21 5 - - 40

5 Loker sebagai penyimpan barang pengguna

meja petugas pelayanan perkuliahan 22 15 3 - - 40

(69)

meja petugas pelayanan usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja petugas pelayanan perkuliahan usulan adalah meja yang ergonomis.

4.2.2.6 Perbandingan Desain Meja Petugas Pelayanan Per kuliahan Awal dan Usulan

Adapun perbandingan antara desain meja petugas pelayanan perkuliahan awal dan meja petugas pelayanan perkuliahan usulan dapat dilihat di bawah ini: a. Meja petugas pelayanan perkuliahan awal

Meja petugas pelayanan perkuliahan awal dapat diperlihatkan pada Gambar 4.1 di atas. Adapun ukuran meja petugas pelayanan perkuliahan awal adalah panjang meja 240 cm, lebar meja 80 cm, dan tinggi meja 75 cm.

(70)

Tabel 4.5 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Awal

No Atribut Kriteria Total

SS S C TS STS

1 Tinggi meja petugas pelayanan perkuliahan - - 7 16 17 40

2 Luas Meja petugas pelayanan perkuliahan - - 5 19 16 40

3 Kenyamanan meja petugas pelayanan

perkuliahan saat digunakan - - 5 14 21 40

4 Laci penyimpanan absensi dan alat tulis - - 2 17 21 40

5 Loker sebagai penyimpan barang pengguna

meja petugas pelayanan perkuliahan - - 6 21 13 40

dari kuisioner hasil uji coba meja petugas pelayanan perkuliahan yang dilakukan dari 40 responden, maka didapat hasil kuisioner meja petugas pelayanan perkuliahan awal, yang mempunyai kriteria jawaban cukup sebanyak 30 jawaban, tidak sesuai sebanyak 106 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 144. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja petugas pelayanan perkuliahan awal adalah meja yang tidak ergonomis.

b. Meja petugas pelayanan perkuliahan usulan

Adapun gambar teknik untuk meja petugas pelayanan perkuliahan usulan dapat dilihat pada Gambar 4.5 di atas. Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran meja petugas pelayanan perkuliahan adalah sebagai berikut:

(71)

c. Ukuran tinggi meja adalah 72 cm. d. Ukuran panjang laci meja adalah 60 cm. e. Ukuran lebar laci meja adalah 23 cm.

f. Ukuran panjang laci tengah meja adalah 62 cm.

Meja petugas pelayanan perkuliahan usulan saat ini mempunyai beberapa kelebihan dibanding meja petugas pelayanan perkuliahan awal, selain luas meja yang lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna, meja petugas pelayanan perkuliahan ini mempunyai luas meja yang sudah diukur berdasarkan data anthropometri sehingga membuat meja petugas pelayanan perkuliahan lebih nyaman. Selain itu meja petugas pelayanan perkuliahan ini mempunyai loker untuk peletakan alat tulis maupun tempat penyimpanan barang-barang yang lain, meja ini juga meniliki laci PC dan tempat absen sehingga pengguna tidak merasa kebingungan untuk meletakkan absen, memiliki pintu pengaman sehinngga tidak menyebabkan absen, alat tulis atau keperluan perkuliahan yang lain bisa terjadi kemungkinan hilang. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner seperti pada Tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Petugas Pelayanan Perkuliahan Usulan

No Atribut Kriteria Total

SS S C TS STS

1 Tinggi meja petugas pelayanan perkuliahan 24 16 - - - 40

2 Luas Meja petugas pelayanan perkuliahan 19 21 - - - 40

3 Kenyamanan meja petugas pelayanan

perkuliahan saat digunakan 24 16 - - - 40

4 Laci penyimpanan absensi dan alat tulis 14 21 5 - - 40

5 Loker sebagai penyimpan barang pengguna

meja petugas pelayanan perkuliahan 22 15 3 - - 40

6 Pintu laci sebagai pengaman 28 11 1 - - 40

7 Laci PC portable 23 16 1 - - 40

(72)

Keterangan :

SS : Sangat sesuai TS : Tidak sesuai

S : Sesuai STS : Sangat tidak sesuai

C : Cukup

Dari kuisioner hasil uji coba meja petugas pelayanan perkuliahan yang dilakukan dari 40 responden, maka didapat hasil kuisioner meja petugas pelayanan perkuliahan usulan, yang mempunyai kriteria jawaban sangat sesuai sebanyak 154 jawaban, sesuai sebanyak 116 jawaban, cukup sebanyak 10 jawaban. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas, desain meja petugas pelayanan usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja petugas pelayanan perkuliahan usulan adalah meja yang ergonomis.

c. Perbandingan antara meja petugas pelayanan perkuliahan awal dan meja petugas pelayanan perkuliahan usulan.

Gambar

Gambar 2.1 Proporsi Tubuh Manusia Oleh Leonardo Da Vinci Sumber: Hari Purnomo, 2013
Gambar 2.2 Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000
Tabel 2.1 Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Untuk Masyarakat Indonesia (Dasar Kesamaan Etnis Asia) (mm)
Tabel 2.2. Antrophometri Orang Indonesia Didapat Dari Interpolasi Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat Indonesia (mm) Pria Wanita
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerjasama pemerintah dan swasta dikenal dengan nama public private partnership (PPP). Tujuan kerjasama ini adalah untuk menutup defisit pembiayaan yang dialami pemerintah karena

Untuk mengetahui pengaruh pemberian rumput laut terhadap beberapa sifat fsika – kimia fruit leathers nenas telah dilakukan penelitian dengan judul peningkatan kadar iodium dan

Tabel 4.12 : Distribusi jawaban informan mengenai apakah pegawai Bank BTN khususnya pada bagian KPR di Medan dapat menguasai pekerjaan nya sesuai dengan bidangnya atau tidak.. No

[r]

Jika Anda merasa bahwa jawaban yang Anda berikan salah dan Anda ingin mengganti dengan jawaban yang lain, maka Anda dapat langsung mencoret dengan memberikan tanda dua

Kurang adanya kepastian hukum di Indonesia sebagaimana menjadi wacana setelah reformasi, pada hakikatnya adalah kurang adanya keserasian antara nilai, asas, norma dan

elect ricit y blackout or comput er failure that prohibit s you from cont inuing wit h t he examination, and such event is not t he cause of your own act ion (s), you will

Progdi : Magister Manajemen Pendidikan Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh kesadaran bahwa dalam menulis tesis dengan judul : Hubungan Motivasi