• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA SMA DENGAN MA PROGRAM IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH DI KOTA LANGSA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA SMA DENGAN MA PROGRAM IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH DI KOTA LANGSA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA

SMA DENGAN MA PROGRAM IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH DI KOTA LANGSA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

HERI RISDIANTO NIM. 8106172005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA

SMA DENGAN MA PROGRAM IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH DI KOTA LANGSA

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

HERI RISDIANTO NIM. 8106172005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iv

ABSTRAK

HERI RISDIANTO. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Efficacy Siswa SMA dengan MA Program IPS melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph di Kota Langsa Tesis. Medan. 2013. Program Studi Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan

Kata Kunci: Penemuan terbimbing berbantuan software Autograph, Pemecahan Masalah Matematik, Self-Efficacy

(8)

v

ABSTRACT

HERI RISDIANTO. The Diffrence of Enhancement Mathematical Problem Solving Ability and Self-efficacy SMA with MA Students IPS Program through Guided Inquiry Learning Model assisted Autograph Software in Langsa . Thesis. Medan. 2013. Department Mathematics, Master of Degree Program, State University of Medan.

Key words: Guidied inquiry assisted autograph software, Mathematical Problem Solving, Self-Efficacy

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karuniaNya, sehingga Tesis yang berjudul “Perbedaan Kemampuan

Pemecahan masalah dan Self-Efficacy Siswa SMA dengan MA Program IPS

melaui Model Pembelajaran penemuan Terbimbing berbantuan Software

Autograph di Kota Langsa” ini dapat diselesaikan.

Penyusunan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika Sekolah Pasca Sarjana UNIMED. Pada tesis ini ditelaah penggunaan

model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph untuk

meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self-Eficacy

Siswa SMA dan MA program IPS di Kota Langsa. Subyek penelitian yang

diambil adalah siswa kelas XII SMA dan MA program IPS di Kota Langsa.

Penelitian yang dilakukan dilatarbelakangi oleh suatu upaya untuk

mendukung ketercapaian kompetensi yang dikembangkan pada mata pelajaran

matematika dalam kurikulum KTSP. Selain itu kondisi pembelajaran matematika

di sekolah secara umum kurang melibatkan siswa baik secara mental, fisik,

maupun sosial. Berdasarkan perbedaan hasil yang diperoleh siswa, ternyata

pembelajaran yang dilakukan lebih efektif bila dibandingkan dengan

(10)

ii

Pada kesempatan ini, penulis mengucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1) Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc.Ed., Ph.D. selaku Pembimbing I dalam

penyusunan tesis ini, yang dengan penuh ketelitian, kesabaran, kesediaannya

menerima keluh kesah penulis, dan pengertian yang luar biasa dalam

membimbing penulis di sela-sela kesibukannya.

2) Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku pembimbing II dalam penulisan tesis

ini, yang dengan kesabaran dan pengertiannya dalam membimbing penulis.

3) Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pasca Sarjana UNIMED yang telah banyak membantu

kelancaran penelitian ini.

4) Bapak Ibu dosen pengasuh matakuliah pada Program Studi Pendidikan

Matematika Pasca Sarjana UNIMED, yang telah mengajar dan membimbing

penulis selama menuntut ilmu.

5) Kepala SMA Negeri 3 dan MAN 1 Langsa serta guru matematika kelas XII

Program IPS yang telah memberikan kesempatan dan bantuan sehingga

penulis dapat melakukan penelitian.

6) Istriku; Sari Kumala Dewi Matondang: atas segala pengorbanan baik moril

maupun materil yang telah diberikan terutama kesediaan untuk terpisah

selama penulis menuntut ilmu, juga kesabaran dan doa yang senantiasa

dipanjatkan untuk keberhasilanku.

7) Ibuku tercinta; Suharti, serta Kakak dan adik-adikku; Supriadi Utomo,

(11)

iii

sehingga penulis dapat melanjutkan studi dan dorongan baik moril maupun

materil yang telah mereka berikan, serta doa yang tulus bagi keberhasilanku.

8) Ayah dan Ibu Mertuaku serta kakak dan adik iparku yang juga turut

mendukungku dalam melanjutkan studi ini.

9) Teman-teman program studi pendidikan matematika UNIMED angkatan

tahun 2010 Bang Arianto, Candra, Endang, Fitri, James, Bang Kafrawi, Lola,

Marthin, Mul, Nora, Purba, Ragusta, Rani, Ros, Sri, Suci, Aini, Pak Ir, dan

Yunita yang telah memberikan kenangan baik suka maupun duka di Pasca

Sarjana Unimed.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga

dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat

memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, 13 Maret 2013

Penulis,

(12)

vi

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi masalah ... 14

1.3. Batasan Masalah ... 15

1.4. Rumusan Masalah ... 15

1.5. Tujuan Penelitian ... 16

1.6. Manfaat Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka teoritis ... 18

2.1.1. Hakikat Matematika ... 18

2.1.2. Hakikat Belajar Matematika ... 21

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematik ... 24

2.1.4. Self Efficacy ... 30

2.1.5. Model Pembelajaran Induktif ... 38

2.1.6. Pembelajaran Penemuan ... 39

2.1.7. Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 48

(13)

vii

2.1.9.Aplikasi Media Teknologi Komputer dengan

menggunakan Software Autograph dalam pembelajaran

Matematika ... 54

2.1.10. Program Linier ... 63

2.1.11. Pembelajaran Program Linier dengan pendekatan Pembelajaran Penemuan terbimbing berbantuan Softwarae Autograph ... 66

2.2. Teori Belajar yang melandasi model pembelajaran penemuan terbimbing ... 72

2.2.1. Teori Belajar Jean Piaget ... 72

2.2.2. teori belajar David Ausubel ... 74

2.2.3. teori Belajar Jerome S. Bruner ... 75

2.2.4. teori Belajar Vygotsky ... 76

2.3. Penelitian yang Relevan ... 77

2.4. Kerangka Konseptual ... 79

2.5. Hipotesis penelitian ... 82

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 84

3.2. Tempat dan waktu Penelitian ... 84

3.3. populasi dan sampel Penelitian ... 85

3.4. Desain Penelitian ... 87

3.5. Variabel Penelitian ... 89

3.6. Definisi Operasional ... 92

3.6.1. Pembelajaran Penemuan terbimbing ... 92

3.6.2. Pembelajaran Konvensional ... 92

3.6.3. Kemampuan pemecahan masalah matematika ... 93

2.6.4. Self Efficacy ... 93

3.7. Teknik pengumpulan data ... 94

(14)

viii

3.7.2. Angket Untuk Siswa ... 104

3.7.3. Wawancara ... 106

3.8. Uji Coba Instrumen ... 106

3.9. Teknik Analisis Data ... 108

3.10. Prosedur Penelitian ... 116

3.11. Tahapan alur Kerja Penelitian di SMA dan MA ... 118

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis . 119 4.1.1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan masalah matemati sebelum pembelajaran ... 120

4.1.2. Kemampuan Pemecahan masalah matematik siswa setelah pembelajaran ... 125

4.1.3. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 130

4.1.4. Hasil dan Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 136

4.2. Hasil Penelitian Self Efficacy Matematis ... 139

4.2.1. Deskripsi Self efficacy Matematis ... 139

4.2.2. Uji Normalitas data Self Efficacy Matematis ... 141

4.2.3. Uji Homogenitas Data ... 142

4.2.4. Uji Analisis Varians (ANAVA) Dua jalur Self efficacy Matematis ... 144

4.2.5 Hasil dan Analisis Interaksi antara Model pembelajaran dengan Jenis kelamin terhadap self efficacy matematis sisws ... 146

4.3. Perbedaan Kemampuan Pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa SMA dan MA ... 149

(15)

ix

4.4.1. Faktor Pembelajaran ... 155

4.4.2. Kemampuan pemecahan masalah matematis ... 160

4.4.3. Self efficacy Matematis ... 164

4.4.4. Interaksi antara model Pembelajaran dengan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy matematis siswa ... 166

4.4.5. Keterbatasan Penelitian ... 168

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 171

5.2. Implikasi ... 174

5.3 Saran ... 175

(16)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi SMA dan MA di Kota Langsa...

3.2 Tabel Weiner Tentang Keterkaitan antara variabel bebas

dan terikat ...

3.3 Kisi-kisi Tes Pemecahan Masalah matematis...

3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalh ...

3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas...

3.6 Validitas Butir Soal Pretes/Postes Pemecahan Masalah ...

3.7. Klasifikasi Derajat Realibilitas ………...

3.15. Hasil Validasi Pretes/ Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis ...

3.16. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data dan Uji

Statistik ………..

3.17. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ………

4.1. Data Hasil Pretes ...

4.2. Hasil Uji Normalitas Pretes ...

4.3. Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Memahami Masalah...

4.4. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Ke3mampuan merencanakan .

(17)

xiii

4.5. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Melakukan

Perhitungan ...

4.6. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Memeriksa

Kembali ...

4.7. Uji Homogenitas Pretes Aspek keseluruhan ...

4.8. Data Hasil Postes ...

4.9. Hasil Uji Normalitas postes ...

4.10. Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan Memahami

Masalah ...

4.11. Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan merencanakan ...

4.12. Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan Melakukan

Perhitungan ...

4.13. Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan Memeriksa

kembali ...

4.14. Uji Homogenitas Postes Keseluruhan Aspek ...

4.15. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ...

4.16. Nilai Rataan Gain Ternormalisasi dan Kategorinya ...

4.17. Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah

4.18. Uji Perbedaan Rata-rata Aspek Memahami masalah ...

4.19. Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan

merencanakan ...

4.20. Uji Perbedaan rata-rata Peningkatan Kemampuan perhitungan

4.21. Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan memeriksa

Kembali ...

4.22. Uji Perbedaan rata-rata Peningkatan Keseluruhan Aspek ...

4.23. Rangnkuman ANAVA Dua Jalur Perhitungan Unji Interaksi

antara Model Pembelajaraqn dengan Jenis kelamin terhadap

kemampuan Pemecahan masalah matematis Siswa ...

4.24. Deskripsi Self-Efficacy matematis siswa tiap Kelas Sampel ...

4.25. Hasil Uji Normalitas Pretes Self-Efficacy matematis Siswa ...

(18)

xiv

4.26. Hasil Uji Normalitas postes self-Efficacy matematis Siswa ...

4.27. Hasil uji homogenitas Varians Postes Self-Efficacy matematis

4.28. Hasil Uji ANAVA dua Jalur self-Efficacy Matematis Kelas

Model Pembelajaran Penemuan terbimbing berbantuan

Software Autograph dan Kelas Konvensional ...

4.29. Rangkuman ANAVA dua jalur Perhitungan uji Interaksi antara

Model Pembelajaran dengan Jenis Kelamin siswa Terhadap

Self-Efficacy Matematis Siswa ...

4.30. Data Perbedaan rata-rata peningkatan tiap aspek kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA dan MA ....

4.31. Uji Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA

dan MA ...

4.32. Data Perbedaan rata-rata peningkatan tiap aspek Self-Efficacy

Siswa SMA dan MA ...

4.33. Uji Perbedaan peningkatan Self-Efficacy Siswa SMA dan MA

4.34. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Beda ...

142

144

145

146

149

158

152

154

(19)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4. 1. Skor Rata- rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120

4.2. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 126

4.3. Deskripsi Peningkatan kemampuan Pemecahan masalah kelas

Eksperimen dan kontrol berdasarkan gain ternormalisasi ... 131

4.4. Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Jenis Kelamin Siswa

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah ... 138

4.5. Tingkat uji Awal dan AkhirSelf-Efficacy matematis siswa pada

model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software

Autograph dan Konvensional ... 140

4.6. . Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Jenis Kelamin Siswa

terhadap Self-Efficacy Siswa ... 148

4.7. Perbedaan Rata-rata aspek Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Siswa SMA dan MA ... 150

(20)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. Silabus ... 183

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 185

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 209

4. Lembar Aktifitas Siswa ... 220

LAMPIRAN B 1. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 249

2. Hasil Validasi Lembar Aktifitas Siswa ... 250

3. Hasil Validasi Pretes/ Postes Kemampuan pemecahan masalah . 251 4. Hasil Validasi Angket Self-Efficacy Matematis ... 254

5. Hasil Uji Coba Perangkat pembelajaran dan Instrumrn penelitian 256 LAMPIRAN C 1. Kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah matematis ... 272

2. Tabel Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah 273 3. Kisi-kisi Angket Self-Efficacy ... 274

4. Pedoman penskoran skala angket Self-Efficacy ... 274

5. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 275

6. Skala Self-Efficacy matematis ... 277

LAMPIRAN D 1. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan pemecahan Masalah Kelas eksperimen... 280

2. Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol... 282

3. Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah kelas Eksperimen ... 284

4. Deskripsi Hasil Postes kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol... 286

(21)

xi

6. Deskripsi Hasil Postes Self-efficacy kelas Eksperimen ... 290

7. Hasil uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 292

8. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 293

9. Deskripsi Hasil Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 294 10.Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Keseluruhan Aspek Pemecahan Masalah ... 295

11.Hasil Uji ANAVA dua Jalur Self-Efficacy matematis kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 296

12.Rangkuman ANAVA dua Jalur Perhitungan uji interaksi antara model pembelajaran dengan Jenis kelamin terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 207

13.Rangkuman ANAVA dua Jalur Perhitungan uji interaksi antara model pembelajaran dengan Jenis kelamin terhadap Self-Efficacy matematis Siswa ... 298

LAMPIRAN E 1. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen MAN 1 Langsa ... 299

2. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol MAN 1 Langsa ... 299

3. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen SMAN 3 Langsa ... 300

4. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol SMAN 3 Langsa ... 300

LAMPIRAN F 1. Foto Penelitian di MAN 1 Langsa ... 301

2. Foto Penelitian di SMAN 3 Langsa ... 304

LAMPIRAN G

1. Surat Penelitian dari Pasca Sarjana UNIMED

2. Surat telah melakkukan Penelitian di MAN 1 Langsa

3. Surat telah melakukan penelitian di SMAN 3 Langsa

4. Surat Keputusan (SK) Pembimbing

5. Surat tidak melakukan Plagiat

(22)

1 B A B I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya

melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh

masyarakat. Melalui pendidikan juga sumber daya manusia yang berkualitas

dicetak untuk menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran Bangsa.

Indonesia sebagai Negara yang berkembang, terus berupaya untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaui pendidikan Nasional.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat

(1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan

ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib

mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara

Indonesia.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan berbanding lurus dengan kemajuan

sains dan teknologi. Sehingga matematika mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia untuk menguasai

dan menciptakan teknologi pada masa mendatang. Sumarmo (1987)

(23)

2

arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan

kebutuhan masa yang akan datang.

Pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika

yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu

pengetahuan lainnya merupakan kebutuhan matematika masa kini. Sedangkan

pembelajaran matematika yang dapat memberikan kemampuan bernalar yang

logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan

rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika merupakan kebutuhan

matematika pada masa mendatang.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

merekomendasikan beberapa tujuan umum siswa belajar matematika, yaitu:

(1) belajar akan nilai-nilai matematika, memahami evolusi dan peranannya

dalam masyarakat dan sains, (2) percaya diri pada kemampuan yang

dimiliki, percaya pada kemampuan berpikir matematik yang dimiliki dan peka

terhadap situasi dan masalah, (3) menjadi seorang problem solver, menjadi

warga negara yang produktif dan berpengalaman dalam memecahkan

berbagai permasalahan, (4) belajar berkomunikasi secara matematik, belajar

tentang simbol, lambang dan kaidah matematik, (5) belajar bernalar secara

matematik yaitu membuat konjektur, bukti dan membangun argumen

secara matematik.

Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika,

karena dengan belajar matematika sejumlah kemampuan dan keterampilan

tertentu berguna tidak hanya saat belajar matematika namun dapat diaplikasikan

(24)

3

(2003:392) bahwa pada masa sekarang ini para siswa sekolah menengah

mesti mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut

pemahaman dan apresiasi yang signifikan terhadap matematika. Kita akan

mengalami kesukaran, jika memang bisa mustahil, untuk bisa berhasil dalam

dunia nyata, tanpa memiliki pengetahuan, skills, dan aplikasi

matematika yang perlu.

Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan tingkat menengah pada kurikulum 2004 atau KTSP 2006 adalah :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

(25)

4

Dalam menghadapi dan menyikapi kurikulum yang berbasis kompetensi

dan telah disempurnakan pada penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) di setiap sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat guru

semakin pintar, karena mereka dituntut harus mampu merencanakan sendiri

materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Hanya

saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model

pembelajaran.

Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim

pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi

setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini

berkaitan dengan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai

instruktur dan kini menjadi fasilitator pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, seringkali siswa menjadi korban dan dianggap

sebagai sumber penyebab kesulitan belajar. Padahal mungkin saja kesulitan itu

bersumber dari luar diri siswa, misalnya proses pembelajaran yang terkait dengan

kurikulum, cara penyajian materi pelajaran, dan model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Hal tersebut dapat mengakibatkan kemampuan komunikasi

dan pemecahan masalah matematik serta sikap siswa terhadap matematika cukup

memprihatinkan. Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang

alergi pada pelajaran matematika. Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan

tidak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga kemampuan komunikasi dan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sangat rendah kualitasnya.

Berdasarkan hasil Try Out yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2011

(26)

5

SMAN 3 Langsa dan SMAN 4 Langsa diperoleh hasil yang sangat rendah. Dari

ketiga sekolah tersebut masih ada siswa yang memperoleh nilai 0 dan nilai

tertinggi untuk mata pelajaran matematika hanya 5.0 sedangkan rata-rata nilai

matematika untuk seluruh siswa hanya 1.49, yang berarti masih di bawah nilai

kelulusan Nasional.

Sedangkan berdasarkan wawancara terhadap guru matematika SMAN 3

Langsa, para siswa sering mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika

khususnya Program linier. Program linier merupakan salah satu materi pelajaran

yang dianggap sulit dipahami oleh siswa dikarenakan metode pembelajaran yang

digunakan guru masih bersifat konvensional. Pernyataan ini diungkapkan oleh

Bpk. Suhartono, S.Pd selaku guru bidang studi matematika dan juga menjabat

sebagai Waka Kurikulum SMAN 3 Langsa (dalam Wawancara Oktober 2011),

beliau mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar beliau hanya

menggunakan metode ceramah dan penugasan akibatnya siswa hanya

mendengarkan, menyimak dan memperhatikan lalu menyelesaikan tugas tanpa

ada interaksi antar sesama siswa.

Permasalahan mengenai kurangnya kemampuan pemecahan masalah

matematik dan rasa percaya diri siswa ini dapat dilihat dari contoh soal dalam

menyelesaikan soal cerita masalah program linier berikut: Seorang anak setelah

lulus SMA akan ber wirausaha dengan berjualan kue. Anak tersebut mempunyai

modal Rp. 145.000 dan mempunyai keranjang yang dapat menampung 400 kue

Rp.. Anak tersebut membeli tempe seharga Rp. 250,- dan dijual Rp. 300,- dan

membeli tahu seharga 400,- dan dijual Rp. 500,-. Berapakah keuntungan

(27)

6

Ternyata sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

masalah tersebut dan bertanya-tanya kepada temannya dalam menyelesaikan

masalah tersebut dan menunjukkan kurangnya rasa percaya dirinya dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Namun jika kepada siswa tersebut diberi bantuan

sedikit saja ternyata sebagian besar siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Karakteristik mata pelajaran matematika adalah obyek

pembicaraannya abstrak, pembahasannya mengandalkan pengertian/konsep, tata

nalar atau pernyataan/sifat sangat jelas berjenjang sehingga terjaga

konsistensinya, melibatkan perhitungan atau pengerjaan (operasi) serta dapat

dialihgunakan dalam berbagai aspek keilmuan maupun kehidupan

sehari-hari, sehingga belajar matematika membutuhkan pemahaman terhadap konsep

dasar matematika secara benar walaupun sulit untuk mencapainya. Apabila

siswa tidak dapat melakukannya maka akan memperoleh kesulitan dalam

mempelajari matematika.

Menyadari keadaan tersebut maka menggali dan mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa perlu mendapat perhatian

guru dalam pembelajaran matematika. Siswa mestinya mendapat

kesempatan yang banyak untuk menggunakan kemampuan pemecahan

masalah matematiknya, berlatih, merumuskan, berkecipung dalam memecahkan

masalah yang kompleks yang menuntut usaha-usaha yang sangat besar

dan kemudian didorong untuk merefleksi pada pemikiran mereka.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dikembangkan guru selama ini kurang mendukung berkembangnya

(28)

7

tidak terlibat secara aktif dalam menggali konsep-konsep atau ide-ide

matematik secara mendalam dan bermakna, sehingga siswa menerima

pengetahuan dalam bentuk yang sudah jadi dan lebih bersifat hafalan.

Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menjadi salah

satu faktor utama kurang berkembangnya kemampuan berpikir siswa khususnya

pengembangan kemampuan matematika tingkat tinggi dan minat siswa belajar

matematika. Tidak jarang murid yang asalnya menyenangi pelajaran

matematika beberapa bulan kemudian menjadi acuh terhadap matematika

salah satu penyebabnya adalah cara mengajar guru yang kurang cocok

penyajiannya dan praktek pembelajaran guru sehari-hari yang kurang

menguntungkan siswa. Pembelajaran berlangsung membosankan, kaku, sangat

abstrak, tidak dikaitkan dengan kehidupan realita siswa.

Turmudi (2008) menyatakan bahwa pembelajaran matematika selama

ini disampaikan kepada siswa secara informatif, artinya siswa hanya

memperoleh informasi dari guru saja sehingga derajat “kemelekatannya”

juga dapat dikatakan rendah. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa

sebagai subjek belajar kurang dilibatkan dalam menemukan konsep-konsep

pelajaran yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang

diberikan tidak membekas tajam dalam ingatan siswa sehingga siswa mudah

lupa dan sering kebingungan dalam memecahkan suatu permasalahan yang

berbeda dari yang pernah dicontohkan oleh gurunya. Akibatnya siswa tidak

dapat menjawab tes, baik itu tes ulangan harian, ulangan blok ataupun ujian

akhir semester

(29)

8

beranggapan siswa merupakan sebagai objek belajar serta teacher centered

yang memfokuskan pembelajaran semata-mata guru sebagai aktor utama

pembelajaran jika dilihat dari situasi didaktis yang muncul cenderung parsial

dan sangat lemah. Siswa tidak mengalami pengalaman dengan pengetahuannya,

sehingga mudah untuk melupakan materi tersebut. Interaksi siswa dengan materi

di mana seharusnya siswa terlibat aktif secara mental dalam merekonstruksi

kembali ide-ide matematik hampir tidak terjadi. Akibatnya siswa menerima

konsep yang sudah jadi tanpa disertai pengertian dan pemahaman yang

mendalam.

Lorsbach & Tobin (Suparno, 2001), mengemukakan bahwa pengetahuan

tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala

orang lain (murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah

diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka.

Murid harus bertindak aktif dalam mencari dan menemukan pengetahuan.

Untuk itulah harus diupayakan suatu metode pembelajaran yang sesuai

dengan situasi didaktis sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa,

berorientasi pada proses belajar matematika, belajar tidak begitu saja

menerima, serta dapat memaknai apa yang dipelajari siswa, sehingga

pengetahuan itu akan melekat dalam benak siswa.

Pada proses pembelajaran matematika di sekolah, guru juga sering

menemui hambatan dalam memberikan motivasi kepada siswa terhadap

pelajaran matematika karena siswa menganggap bahwa matematika adalah

pelajaran yang sulit untuk dipahami, menakutkan dan tidak semua orang dapat

(30)

9

rasa tidak percaya diri siswa terhadap pembelajaran matematika. Rasa tidak

percaya diri yang timbul dalam diri siswa disebabkan oleh karena siswa

harus berkutat dengan rumus-rumus, yang mungkin mereka sendiri tidak

paham terhadap makna dari rumus itu. Selain itu ditambah lagi dengan gaya

mengajar sebagian guru matematika yang membuat siswa menjadi ragu-ragu dan

takut akan jawaban yang salah dalam proses belajarnya. Menurut Sabandar

(2007) soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang itu

akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberdayakan segala

kemampuan yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Lebih jauh Sabandar (2007) mengatakan bahwa untuk tujuan

tersebut, cara pembelajaran matematika secara konvensional yang umumnya

menitikberatkan pada soal-soal yang sifatnya drill atau algoritmis serta rutin,

tidak banyak kontribusinya dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi tersebut, antara lain karena tidak dilatihkan.

Upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan berpikir matematik

siswa khususnya kemampuan pemecahan masalah perlu mendapat perhatian

dan usaha yang serius dari guru sebagai objek sentral dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembelajaran

berperan dalam merencanakan, mengelola, mengarahkan dan mengembangkan

materi pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model, model atau

metode yang digunakan sangat menentukan jenis interaksi pembelajaran yang

dilakoni siswa sekaligus keberhasilan pengajaran matematika. Hal ini senada

dengan pendapat Wahyudin (2003) bahwa salah satu cara untuk mencapai hasil

(31)

10

menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik dan mampu memilih

strategi atau metode pembelajaran dengan tepat dalam setiap proses

pembelajaran.

Untuk menciptakan situasi didaktis yang memungkinkan siswa

melakukan aksi-aksi mental tertentu sangat ditentukan oleh setting pembelajaran

yang dirancang oleh guru. Menurut Brousseau (Warfield, 2006) ada tiga

komponen utama situasi didaktis yang harus muncul dalam pembelajaran, yaitu

aksi, formulasi dan validasi. Aksi dapat diartikan sebagai situasi didaktis

yang memberikan aturan-aturan atau petunjuk-petunjuk yang mampu

memunculkan respon (feedback) siswa terhadap suatu situasi/masalah

tertentu. Formulasi dapat diartikan sebagai situasi didaktis dimana siswa

merumuskan dan merepresentasikan sejumlah informasi-informasi yang

didapat dari situasi/ masalah sebelumnya secara eksplisit. Validasi dapat

diartikan sebagai situasi didaktis di mana siswa membuat argumen-argumen

dan mengujinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru berperan mendorong

terjadinya proses belajar secara optimal sehingga siswa belajar secara aktif.

Sumarmo (1987) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan

proses dan hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk

terlibat secara aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan,

berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan dan

memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.

Paradigma baru dalam pembelajaran membuka kesempatan untuk

(32)

11

kepada pengembangan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

Ausubel (Ruseffendi, 2006) pembelajaran hendaknya menekankan

keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami konsep-konsep atau prinsip

matematika sehingga memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna

(meaningfull), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to

know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai

(learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn),

serta bagaimana bersosialisasi (learning to live togather). Kemungkinan

beragamnya respon/ aksi yang diberikan siswa atas masalah yang

dihadapkan kepadanya serta tidak sesuai dengan prediksi oleh guru, merupakan

hal yang wajar dan tidak perlu dianggap sebagai masalah. Menurut Suryadi

(2008) walaupun masih terdapat respon siswa yang kurang sesuai dengan

prediksi guru, akan tetapi teknik scaffolding yang digunakan guru mampu

mengubah situasi didaktis yang ada sehingga proses berpikir siswa menjadi

lebih terarah.

Sikap terhadap matematika juga merupakan salah satu faktor

penting yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar

matematika. Sikap merujuk kepada status mental seseorang yang dapat bersifat

positif dan negatif. Siswa dengan sikap positif akan menghargai matematika.

Menurut Ruseffendi (2006) siswa yang mengikuti pelajaran dengan

sungguh-sunguh menyelesaikan tugas dengan baik, berpartispasi aktif dalam

diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai pada

waktunya, dan merespon dengan baik tantangan dari bidang studi

(33)

12

Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa sikap positif terhadap matematika

berkorelasi positif dengan prestasi belajarnya.

Hal senada dikemukakan Sabandar (2008) bahwa kalau seseorang

tidak memandang matematika sebagai subyek yang penting untuk

dipelajari serta manfaatnya untuk berbagai hal, sulit baginya untuk

mempelajari matematika karena mempelajarinya sendiri tidak mudah. Oleh

karena itu, menyadari pentingnya sikap positif siswa terhadap matematika

maka guru memiliki peranan penting untuk dapat menumbuhkan sikap

tersebut dalam diri siswa, salah satunya adalah melalui pembelajaran yan

dikembangkan dalam kelas. Pemilihan strategi atau model yang tepat akan

dapat menumbuhkembangkan sikap positif siswa terhadap matematika. Sejalan

dengan hal tersebut, maka aspek sikap dalam penelitian ini menjadi

perhatian peneliti sehubungan dengan penggunaan model pembelajaran

penemuan terbimbing.

Dari faktor permasalahan yang digambarkan Depdiknas (2002)

pembelajaran yang terpusat pada guru, kreativitas siswa tidak berkembang

secara maksimal, siswa mudah lupa terhadap pengetahuan yang sudah

diajarkan, sikap dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran yang tidak positif,

misalnya sikap acuh tak acuh, tidak serius, dan pembelajaran matematika itu

tidak membosankan. Oleh karena itu perlu diupayakan pembelajaran

yang dapat memunculkan aktivitas ilmiah siswa lebih terjaga, pembelajaran

yang dapat mengembangkan kreativitas siswa secara maksimal, pembelajaran di

mana guru dapat belajar bersama-sama siswa, pembelajaran yang

(34)

13

pembelajaran yang melatih siswa dalam membuat kesimpulan. Sehingga

pengetahuan itu dapat tertanam dalam diri siswa secara mendalam,

tidak mudah untuk dilupakan. Pembelajaran yang sesuai dengan situasi

didaktis, karakteristik dan fakta-fakta di lapangan adalah pembelajaran

dengan model penemuan terbimbing.

Pembelajaran dengan model penemuan terbimbing adalah model

pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait

dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari

pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk

membangun kemampuan itu. Artinya dalam pembelajaran ini siswa diharapkan

untuk dapat mengkomunikasikan hal-hal yang telah dipahaminya dan yang ada

dalam pemikirannya untuk membangun suatu pengetahuan yang akan diperoleh

siswa.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran penemuan terbimbing

yaitu, siswa dihadapkan dengan masalah, siswa mengajukan dugaan/hipotesis,

siswa mengumpulkan data, siswa menguji hipotesis, dan siswa merumuskan

kesimpulan. Sehingga untuk memfasilitasi langkah-langkah tersebut dalam

pembelajaran ini para siswa harus bisa memahami masalah, selanjutnya

berpikir bagaimana mereka memberikan atau membuat suatu dugaan

sementara dari suatu gejala atau situasi. Kemudian siswa dalam

mengumpulkan data, melakukan pengamatan dan penyelidikan untuk

memberikan jawaban atas dugaan yang telah dirumuskan.

(35)

14

pemahaman yang mendalam dalam benak siswa yang dilanjutkan dengan

melakukan kegiatan pembuktian terhadap dugaan-dugaan yang diberikan.

Kegiatan penemuan terbimbing kemudian dilanjutkan dengan mendorong

siswa melakukan diskusi sebagai wujud dari komunikasi, baik lisan maupun

tulisan untuk menyempurnakan pembuktian yang telah mereka lakukan, dan

kegiatan para siswa untuk mencoba meyakinkan siswa lainnya tentang

gagasan-gagasan matematika yang diyakininya dengan membeberkan

bukti-bukti yang dapat diterima akal pikirannya. Sehingga melalui pembelajaran

dengan model penemuan terbimbing ini diduga dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik dan self-efficacy siswa.

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis berkeinginan mengajukan

sebuah penelitian yang berjudul “ Perbedaan Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik dan self-efficacy siswa SMA dengan MA

Program IPS melalui model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan

software Autograph di Kota Langsa”.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa masih rendah.

2. Banyak siswa dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar

3. Sebagian besar Siswa tidak percaya diri menyelesaikan masalah matematik

4. Banyak Siswa kesulitan merubah soal cerita ke bahasa matematika

5. Sebagian besar Siswa sulit Menyelesaikan Masalah yang bersifat non rutin

(36)

15 6. Banyak Siswa cepat lupa materi

7. Sebagian besar guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran yang monoton,

8. Tidak adanya kebermaknaan dalam belajar

9. Kurangnya penggunaan media termasuk software dalam pembelajaran

matematika

1.3. BATASAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka perlu adanya batasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti

tentang pembelajaran dengan model penemuan terbimbing berbantuanan software

autograph terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik sebagai tujuan

dan self-efficacy siswa.

1.4. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model penemuan

terbimbing berbantuan software autograph dengan kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan self-efficacy siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model penemuan terbimbing berbantuan

software autograph dengan self-efficacy siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

(37)

16

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap self-efficacy siswa?

5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

self-efficacy siswa SMA dengan siswa MA di Kota Langsa?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah di

atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model penemuan terbimbing berbantuan

software Autograph dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional

2. Mengetahui perbedaan self-efficacy siswa dalam menyelesaikan masalah

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model penemuan

terbimbing berbantuanan software Autograph dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional

3. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap peningkatan pemecahan masalah matematik siswa

4. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap self-efficacy siswa

5. Mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy

(38)

17 1.6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa seperti

pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan

metode ilmiah, siswa dapat mengembangkan kreativitasnya dengan bebas,

siswa dapat berlatih menulis, membaca dan menyampaikan matematika dan

menghubungkan matematika. Juga dapat bermanfaat sebagai suatu model

pembelajaran alternatif dalam pembelajaran matematika, jika pembelajaran

dengan model penemuan terbimbing berbantuanan software autograph

memberikan pengaruh yang positif, maka pada akhirnya dapat dianjurkan

untuk menggunakan model pembelajaran ini dalam mengajar materi

matematika. Namun jika pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

berbantuanan software autograph, pada penelitian ini tidak memberikan

pengaruh dan dampak yang positif, maka dianjurkan untuk peneliti

(39)

171

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Autograph dengan menekankan pada

kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy matematis, diperoleh beberapa

kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis antara siswa yang diberi model pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan software Autograph dengan siswa yang diberi

pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph

adalah 68,80 sedangkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

adalah 53,98. Bila ditinjau ketuntasan secara klasikal nilai

kemampuan pemecahan masalah minimal kategori cukup pada

model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software

Autograph sebesar 62,3% sedangkan pembelajaran konvensional

sebesar 21,3%.

2. Terdapat perbedaan peningkatan self-efficacy matematis antara siswa yang

diberi model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software

(40)

172

Autograph dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini

terlihat dari analisis anva yang menunjikkan nilai signifikansi Self-efficacy

antara model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software

Autograph dan pembelajaran konvensional sebesar 0,008 dalam hal ini lebih

kecil dari α = 0,05, maka Ho ditolak dengan kata lain dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan self-efficacy antara siswa yang diberi model

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph dan

pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata self-efficacy matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan

software Autograph adalah 95,3 sedangkan self-efficacy matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah 82,6..

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dapat

dilihat dari uji ANAVA yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,086

atau lebih besar dari nilai α = 0,05, atau Ho diterima yaitu tidak terdapat

interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin siswa terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dengan demikian, tidak

ada kontribusi secara bersama-sama yang disumbangkan oleh model

pembalajaran dengan jenis kelamin siswa terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa. Namun, peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa pada model pembelajaran penemuan terbimbing

(41)

173

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran

konvensional .

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan jenis kelamin

terhadap self-efficacy matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari uji ANAVA

yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,907 atau lebih besar dari nilai

α = 0,05, atau Ho diterima yaitu tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan jenis kelamin siswa terhadap self-efficacy matematis

siswa. Dengan demikian, tidak ada kontribusi secara bersama-sama yang

disumbangkan oleh model pembalajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap self-efficacy matematis siswa. Namun, peningkatan self-efficacy

matematis siswa pada model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan

software Autograph lebih baik dibandingkan dengan self-efficacy matematis

siswa pada pembelajaran konvensional.

5. Tidak ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis dan

self-efficacy siswa antara siswa SMA dan MA di kota Langsa. Dari hasil Tes

Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai asymp. Sig uji dua sisi (2 tailed) untuk

pemecahan masalah sebesar 0,821 atau lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan

begitu, Ho diterima atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang

significan kemampuan pemecahan masalah siswa antara siswa SMA dan

siswa MA. Sedangkan untuk self-efficacy siswa diperoleh nilai probabilitas

sebesar 0,787 atau lebih besar dari α = 0,05. Dengan begitu Ho juga diterima

(42)

174

5.2.Implikasi

Penemuan dalam penelitian menunjukkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan software Autograph lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal ini berimplikasi pada

pemilihan model dan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika. Guru

matematika di sekolah menengah atas harus mempunyai cukup pengetahuan

teoretis maupun keterampilan dalam memilih model dan pendekatan pembelajaran

yang mampu mengubah siswa lebih aktif, mengkontruksi pengetahuan sendiri,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih leluasa menjawab

permasalahan dengan caranya sendiri, mempunyai pengalaman secara matematis

dan mampu melatih komunikasi matematika. Salah satu model pembelajaran yang

dapat mengubah siswa ke arah yang lebih positif tersebut adalah model

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph. Perubahan

itu sendiri akan mampu melatih kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa sejak dini.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan

model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph akan

membuat siswa lebih kritis, berani mengeluarkan ide dan menghargai pendapat

orang lain. Diskusi kelompok yang merupakan bagian dari proses pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Autograph akan membuat siswa dapat

berkomunikasi matematika secara lisan pada saat mengawali penyelesaian

(43)

175

dengan diskusi kelompok siswa akan saling berkompetisi untuk memberikan yang

terbaik bagi kelompoknya, sehingga suasana kelas akan terlihat lebih dinamis dan

siswa merasa senang dalam belajar.

Karakteristik siswa terutama, sikap positif terhadap matematika dalam hal

ini self-efficacy matematis harus menjadi perhatian guru. Hal ini sesuai dengan

temuan dalam penelitian yang menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai

self-efficacy matematis yang tinggi kemampuan pemecahan masalah matematisnya

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki self-efficacy matematis yang

rendah. Sehingga guru dalam proses pembelajaran dengan model dan pendekatan

pembelajaran apapun harus mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk

mengubah siswa yang tadinya memiliki self-efficacy matematis yang rendah

menjadi lebih tinggi. Sehingga siswa akan lebih mempunyai rasa tanggung jawab

dalam keberhasilan atau kegagalan dalam belajar. Jika siswa sudah mempunyai

rasa tanggung jawab, maka siswa akan berusaha keras untuk dapat mencapai suatu

keberhasilan. Dampaknya siswa akan aktif, mempunyai inisiatif atau ide-ide

dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara apapun.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan software Autograph yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran

memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan

(44)

176

1. Bagi guru matematika

a. Model pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software

Autograph pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan

pemecahan masalah dan self-efficacy matematis siswa dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika

yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi program linier.

b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika dengan pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan

software Autograph pada pokok bahasan program linier.

c. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori

pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat

melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran

biasa secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil

belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Hendaknya jam pelajaran matematika disesuaikan dengan kondisi kelas,

dikarenakan jam pelajaran mempengaruhi siswa mengenai kemampuan

dan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan, seperti adanya faktor

kelelahan siswa setelah menerima pelajaran sebelumnya, terbaginya

pikiran dari pelajaran yang baru diajarkan dengan pelajaran berikutnya.

b. Pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph

(45)

177

matematis masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya

perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy

matematis siswa.

c. Pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Autograph dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan self-efficacy matematis siswa pada pokok bahasan

program linier sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk

dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok

bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Melakukan penelitian lanjutan yang bisa mengkaji aspek lain secara

terperinci dan benar-benar diperhatikan kelengkapan pembelajaran agar

aspek yang belum terjangkau dalam penelitian ini diperoleh secara

maksimal

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Autograph dalam

meningkatkan kemampuan matematika lainnya dengan lebih mendalam

agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di

(46)

178

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadan, W. 2010. Metode Pembelajaran Ekspositori, Latihan Praktik (Drill and Practice), Penemuan dan Inkuiri. Universitas Sriwijaya. unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/...ekspositori...drill.../pdf.Online Diakses 31 Agustus 2011.

Aprilia, Wiwiek (2011), Arti Percaya Diri [On Line] tersedia: /http://wiwi-ciwit.blogspot.com/2011_10_01_archive.html

Arikunto, S., 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, S., 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Avriati, V, 2011. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik dengan Pendekatan penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph Tesis, Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan

Bandura, A. (1997). Self- Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company

Buttler, D, 2007 Getting Going with Autograph 3, Eastmond Publishing Ltd, UK

Butler, D dkk (2010), Autograph Training Material. UK: Eastmond Publishing Ltd. UK

Dahar, R, W, 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga, Jakarta

Depdikbud, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas.Jakarta: Depdiknas.

Dharma, S. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: Departemen pendidikan nasional.

(47)

179

Firmansyah & Fauzi, Amin (2011) Kontribusi Metakognisi di Dalam mengembangkan Self-Efficacy Matematis Siswa di Dalam Kelas Kultura Volume: 12 No.1

Hamzah. (2003). Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar

Kontruktivisme. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.

Hamzah. (2008). Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Ismail,dkk. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Jailani. (1999). Kepercayaan Diri Pembelajar pada Matematika Suatu Kejadian Teoritik. Cakrawala Pendidikan, th. XVIII No. 4.

Karnasih, I. 2008, Paper Presented in International Workshop: ICT for Teaching and Learning Mathematics, Medan. (In Colaboration between

UNIMED and QED Education Kuala Lumpur, Malaysia, 23-24 May 2008

Khulthau, C, C, 2007. Guided Inquiry: Learning in The 21st Century School wesport, CT: Libraries Unlimitted

Lasotisasari, D. (2007) Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa yang Tidak Naik Kelas Skripsi. Semarang: UNNES. Tidak diterbitkan

Manurung, 2010. Peningkatan kemampuan pemahaman Matematis dan Berfikir Kritis Siswa melalui Penerapan Model Creative Problem Solving (CPS) dengan menggunakan software Autograph, Tesis.Medan: Program Pasca sarjana UNIMED Medan

Markaban, 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. (http:\\p4tkmatematika.org/ downloads/ppp /PPP_Penemuan-Terbimbing.pdf, diakses 12 Oktober 2011

Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28

(48)

180

http://www.scribd.com/doc/23359685/Metode-Ekspositori-Adalah-Metode- Pembelajaran-Yang-Digunakan-Dengan-Memberikan-Keterangan-Terlebih-Dahulu-Definisi. Online Diakses 6 Juli 2011

National Council of Teachers of Mathematics. 2000a. Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Reston VA.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000b. Learning Mathematics For A New Century. 2000Yearbook NCTM: Reston VA

NCTM (http://www.nctm.org/standards/content.aspx?id=23273)

Nurkancana, W. dan Supartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha

Polya. 1973. How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.

Purwanto, N. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Russeffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russefendi. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sabandar, J. 2007. Berpikir Reflektif. Makalah pada seminar Nasional Matematika 2007. Bandung: Tidak dipublikasikan

Sabandar, J. (2008). Pembelajaran Matematika sekolah dan Permasalahan Ketuntasan Belajar Matematika. Pidato Pengukuhan Guru Besar. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika. Yogyakarta.

(49)

181

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobel, Max A. dan Evan M. Maletsky. 2003. Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.

Soedjadi. (2002). Kiat Pendidikan matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes (Suatu Pengantar kepada Teori dan Pengukurannya). Jakarta: Depdikbud.

Sudjana, N.2001. Metode Statistik. Bandung : Penerbit Tarsito

Sumardyono. Pengertian Dasar Problem Solving. http:// problemsolving. p4tkmatematika. org/2010/02/ pengertian-dasar-problem-solving /. Diakses 1 Juni 2012

Sumarmo, U. 1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMAdikaitkan dengan kemampuan Penalaran Logik Siswa dan beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. FPMIPA IKIP Bandung

Suparno, Paul. 2001. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

. 2005.. Teori Perkembanagn Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Suryadi, D. (2000). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Thesis. UPI Bandung: tidak di publikasikan.

Tim MKPMB Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. PT. Luser Cita Pustaka.

Usman, Husaini dan Akbar, R. Purnomo Setiady. (2008). Pengantar Statistika.

Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyudin. 2003. Matematika dan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mimbar Pendidikan No. 2 Tahun XXII. Bandung: University Press UPI

(50)

182

Warfield, V. M. (2006), Invitation to Didactique, Washington; University of Washington

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis Kambing Kacang dengan Pakan Berbeda pada Pemeliharaan Semi Intensif adalah benar karya saya dengan

Buah merupakan bagian dari tumbuhan yang juga memiliki peran penting dalam bidang pengobatan Salah satu buah yang digunakan untuk obat oleh masyarakat sekitar CA

Daya tetas dan kualitas tetas tertinggi diperoleh pada waktu penyimpanan selama 3 hari (U1) sebesar 73,50%. Frekuensi pemutaran yang paling efektif 4 kali/hari dengan

Frekuensi alel d yang mengekspresikan warna pudar pada lokus D~d, dan alel I yang mengekspresikan warna perak pada lokus i~I di ketiga kecamatan di Kabupaten

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 2 Payakumbuh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009.. Ruang

Analisis Pengaruh Pengetahuan Gizi Siswa SMP Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Jajanan Sekolah Di Wilayah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia

Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 802. Realisasi Anggaran Belanja Langsung

Pada masalah khusus membahas mengenai tata bangunan kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan untuk sebagai bangunan penunjang aksibilitas petugas Pemadam Kebakaran