• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Layanan Bimbingan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Layanan Bimbingan Konseling"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis.

Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:

(1) Masalah perkembangan individu, (2) Masalah perbedaan individual, (3) Masalah kebutuhan individu,

(2)

(5) Masalah belajar

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan Layanan Bimbingan Konseling di SD, antara lain :

1. Bagaimana kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di SD?

2. Bagaimana peran guru kelas dalam pelayanan Bimbingan Konseling di SD? 3. Apa yang menjadi masalah Layanan Bimbingan Konseling di SD?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan Layanan Bimbingan Konseling di SD, antara lain : 1. Mengetahui bagaimana kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di SD? 2. Mengetahui peran guru kelas dalam pelayanan Bimbingan Konseling di SD? 3. Mengetahui masalah Layanan Bimbingan Konseling di SD?

(3)

BAB III LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN

• Pengertian bimbingan

Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).

• Pengertian konseling

Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).

• Pengertian bimbingan dan konseling

Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secaraperorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal,dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar,dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,berdasarkan norma-norma yang berlaku.

B. JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

• Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru,terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari,

(4)

untukmenyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik dilingkungan yang baru.

• Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahamiberbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

• Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperolehpenempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

• Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai kontentertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan disekolah, keluarga, dan masyarakat.

• Bimbingan dan Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didikdalam mengentaskan masalah pribadinya.

• Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalampengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan,dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamikakelompok.

• Bimbingan dan Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalampembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

• Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalammemperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalammenangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

• Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan danmemperbaiki hubungan antarmereka.

(5)

C. PROGRAM PELAYANAN

• Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruhkegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

• Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputiseluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

• Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

• Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

• Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling.

D. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Menurut Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

 Fungsi penyaluran (distributif)

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan

(6)

ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

 Fungsi penyesuaian (adjustif)

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

 Fungsi adaptasi (adaptif)

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)

E. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING DI SD

Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno,1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:

(7)

 Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adalah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.  Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan.

Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.

 Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.  Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai

banyak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.

 Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (guru bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.

 Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.

 Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.

 Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan

(8)

karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

 Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas/guru yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas/guru lain yang terlibat.

 Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini, sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).

(9)

BAB III PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN DASAR BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

Siswa perlu dibantu untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan yang amat penting. Sejalan dengan sebab-sebab terjadinya masalah, maka kebutuhan bimbingan dan konseling di sekolah dasar bertolak dari upaya-upaya berikut ini.

1. Membantu murid mewujudkan tugas-tugas perkembangannya.

Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Keberhasilan seseorang individu menunaikan tugas-tugas perkembangannya secara baik akan memungkinkan individu itu memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya, dan akan mempermudah dirinya melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

2. Membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa.

Kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan. Bagi siswa-siswa di sekolah, terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Tugas bimbingan dan konseling yang penting dalam hal ini adalah membantu agar anak didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

3. Mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan. Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga yang berbeda. Kondisi rumah tangga yang dimikian itu banyak sedikitnya akan mempengaruhi perkembangan anak.

4. Mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat.

Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa. Ada kalanya sekolah justru menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa

(10)

diantaranya adalah kurikulum yang tidak sesuai, persaingan yang tidak sehat sesama murid, guru kurang memahami perbedaan-perbedaan individu murid, pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur, dan kepribadian guru serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang mantap.

B. PERAN GURU KELAS DALAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING SD

Implementasi kegiatan Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru bimbingan) dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan Konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Menurut Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan Bimbingan Konseling, yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.

7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

(11)

C. MASALAH PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SD

Bimbingan Konseling diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal :

 Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis).

 Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.

 Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

 Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika Bimbingan Konseling didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah.

Proses cura personalis di sekolah dapat dimulai dengan menegaskan pemilahan peran yang saling berkomplemen. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan Bimbingan Konseling optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.

Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang-orang muda di sekolah dasar lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi

(12)

dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.

Bimbingan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privasinya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.

Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat dengan konselor atau guru-guru BK. Adanya kekhawatiran bahwa konselor akan memakan “gaji buta”. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas mengajar keterampilan, sejarah, menjaga kantin, mengurus perpustakaan, atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi menuntut proses administratif dalam penanganannya.

Bimbingan Konseling yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu (baca: mau) menyediakan ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang Bimbingan Konseling sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran Bimbingan Konseling dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada Bimbingan Konseling dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan

(13)

semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah menengah dan semua pihak yang terlibat didalam proses kependidikan.

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kebutuhan dasar Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar antara lain :  Membantu murid mewujudkan tugas-tugas perkembangannya.  Membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa.

 Mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan.  Mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat.

2. Peran guru kelas dalam pelayanan Bimbingan Konseling di SD antara lain sebagai Informator, Organisator, Motivator, Director, Inisiator, Transmitter, Fasilitator, Mediator dan Evaluator.

3. Masalah yang ada pada pelayanan Bimbingan Konseling di SD meliputi berbagai aspek, diantaranya :

 Aspek tempat dan kenyamanan

Tempat dan kenyamanan ruangan konseling seringkali tidak diperhatikan.  Aspek administrasi

Seringkali guru konsultasi dianggap melakukan gaji buta.  Aspek persepsi anak-anak

Persepsi anak-anak terhadap layanan Bimbingan dan Konseling seringkali menganggap bahwa yang dilayani adalah anak-anak yang bermasalah dalam artian nakal.

(14)

B. SARAN

Dari pembahasan makalah ini, dapat disarankan :

1. Sebaiknya layanan Bimbingan Konseling diberikan kepada anak-anak sejak dini.

2. Memberikan tempat yang layak untuk melakukan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar.

3. Memberikan layanan Bimbingan Konseling sesuai dengan jenjang pendidikan pada Sekolah Dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian dan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti dapat menyimpulkan dan memberikan saran sehubungan dengan Perancangan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan

Survei Kebutuhan Data akan dilaksanakan di BPS dan sebelas BPS Provinsi (Sumatera Barat, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Penerapan metode quantum

Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 3 Candi Sidoarjo terkait dengan implementasi

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik kelas VIII MTs NU Mu’allimat Kudus telah mengalami miskonsepsi materi optik yaitu: pada hukum pemantulan cahaya,

Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis data untuk aplikasi Web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan Microsoft Internet Information Services (IIS) dan