109
ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU KIMIA BERBASIS MODEL CORE TEACHING STANDARDS
PADA MATA KULIAH PPL 1 (MICROTEACHING) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Rusninawiyah*, Tuti Kurniatidan Rizmahardian Ashari Kurniawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email:rusninawiyah93@yahoo.com
ABSTRAK
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards diperlukan untuk meningkatkan kompetensi calon guru kimia ketika memasuki dunia pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dan keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia dengan (core teaching standards) pada praktik PPL 1 (microteaching) di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian sebanyak 16 orang mahasiswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu teknik observasi langsung dan komunikasi langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara yang meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar, (4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9) Professional dalam mengajar (10) Kepemimpinan dan kolaborasi. Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards pada praktik PPL 1 (microteaching) memiliki persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai terendah dan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %.
Kata Kunci: Core Teaching Standards, keterampilan dasar mengajar, PPL 1(Microteahing)
ABSTRACT
Basic teaching skills of Core Teaching Standards model for prospective Chemistry teachers are important in enhancing the competence as they deal with world of education. This study aimed at determining the process of teaching and learning activities as well as basic teaching skills using Core Teaching Standards among prospective chemistry in Microteaching Program 1 (PPL 1) class at Muhammadiyah University of Pontianak. Using descriptive design and quantitative approach, 16 students participated as the subjects. The techniques used in this research were direct observation and direct communication. The data collection technique included observation sheet and interview guide that covered 10 standards. They were student development, learning difference, learning environment, materials, application of materials, assessment, lesson plan, teaching strategy, professionalism in teaching, and leadership and collaboration. The study reveals that the students gained the highest score on standard 9 (professionalism in teaching) by 81,65% and was considered very good. Whereas, they hed the lowest score on standard 6 (assessment) by 58,21% and was considered fair by 58,21%.
110 PENDAHULUAN
Guru merupakan suatu jabatan profesi, sehingga untuk menjadi guru perlu dilatih dan disiapkan secara khusus. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) berperan penting dalam mempersiapkan dan menyediakan calon-calon guru yang kompeten dan profesional dalam berbagai jenjang pendidikan (Siswanto, 2010). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Pontianak merupakan salah satu LPTK penyedia
tenaga keguruan yang akan
dimanfaatkan untuk menyediakan
tenaga pendidik ditingkat Sekolah Menengah Atas. FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak khususnya
Program Studi Pendidikan Kimia
memiliki andil yang besar dalam
menyediakan tenaga kerja tingkat
menengah yang handal dengan
penyediaan tenaga pendidik yang
professional.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Bab VI pasal 3 ditegaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Di dalam kompetensi pedagogik memuat keterampilan dasar mengajar. Guru yang memiliki keterampilan dasar
mengajar dapat mengemas proses
pembelajaran dengan baik dan menarik sehingga dapat menumbuhkan kemauan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2005). Keterampilan dasar mengajar dapat dilatih melalui pembelajaran mikro (microteaching) (Depdiknas, 2005). Pembelajaran mikro merupakan metode
pembelajaran atas dasar performa yang
tekniknya dilakukan dengan cara
melatihkan komponen-komponen
kompetensi dasar mengajar (teaching
skill) dalam proses pembelajaran yang
disederhanakan ditinjau dari aspek
kompetensi mengajar, penguasaan
materi, pengelolaan peserta didik, maupun mengelola waktu (Mulyatun, 2014). Pembelajaran mikro diarahkan dalam pembentukan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran seperti yang termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005).
Berdasarkan nilai ujian akhir semester mahasiswa calon guru kimia semester V Prodi Pendidikan Kimia,
FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak tahun 2015/2016 pada mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar Kimia (KDMK) menunjukkan bahwa keterampilan mengajar mahasiswa calon guru kimia sudah baik, dengan nilai rata–rata mahasiswa sudah memenuhi
standar KKM (75) yang telah
ditentukan. Namun dari hasil
wawancara dengan mahasiswa yang melakukan praktek PPL 2 di sekolah, diperoleh informasi bahwa mahasiswa
calon guru masih banyak yang
mengalami kesulitan, (1) dalam proses belajar mengajar, mahasiswa calon guru
masih kurang percaya diri, (2)
mahasiswa calon guru kurang
menguasai materi, (3) mahasiswa calon guru kurang bisa menyampaikan materi, dan (5) mahasiswa calon guru kurang
mampu mengkondisikan kelas.
Informasi ini selaras dengan hasil wawancara dengan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Pendidikan Kimia Universitas
111
mengajar mata kuliah KDMK
menyatakan bahwa memang masih ada
sebagian mahasiswa yang kurang
menguasai keterampilan mengajar pada saat praktek di kelas dan kurang bisa
mengembangkan dirinya. Kesulitan
yang dialami oleh mahasiswa calon guru ini dipengaruhi oleh keterampilan dasar mengajar yang dimiliki mahasiswa itu sendiri.
Menurut Suyanto & Asep (2013), guru harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Sebagai seorang pengajar, guru dituntut untuk dapat
merencanakan proses pembelajaran
yang meliputi penggunaan metode, penggunaan media pembelajaran, dan penilaian proses pembelajaran. Menurut
Usman (2010), terdapat delapan
keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh calon guru yaitu: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan
menjelaskan, (5) keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, (6)
keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, (7) keterampilan
mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar perseorangan.
Council of Chief State School Officers (CCSSO), (2010) untuk melihat keterampilan mengajar calon guru yang profesional dalam mengajar ditemukan model core teaching standards yang
merupakan pengembangan model
microteaching. Model ini lebih menekankan pada tiga aspek yaitu: kinerja, pengetahuan dan disposisi yang harus dimiliki guru untuk memastikan bahwa semua peserta didik belajar. Suko dkk (2014) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi calon guru dapat
mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya menggunakan model core
teaching standards. Standar ini
merangkul penekanan baru dan
menjelaskan bagaimana pengajaran
yang efektif yang mengarah untuk
meningkatkan prestasi siswa, dan
terdapat 10 standar dalam mengajar yaitu pengembangan pelajar, perbedaan belajar, lingkungan belajar, pengetahuan materi, penerapan materi, penilaian, perencanaan pembelajaran, strategi
mengajar, professional dalam
pembelajaran, serta kepemimpinan dan kolaborasi (CCSSO, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis
Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis Model Core Teaching Standards Pada Mata Kuliah PPL 1 (Microteaching) Universitas Muhammadiyah Pontianak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Prodi Pendidikan Kimia, FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan melibatkan 16 orang mahasiswa calon guru yang mengikuti mata kuliah PPL 1 (Microteaching). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dan keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia dengan (core teaching
standards) pada praktik PPL 1
(microteaching) di Universitas Muhammadiyah Pontianak.
112 Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung dan komunikasi langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara dengan rating skor (skor 1-3) yang meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar, (4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9) Professional dalam mengajar (10) Kepemimpinan dan kolaborasi.
Penilaian keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dianalisis dengan menghitung jumlah perolehan skor dari setiap aspek. Setelah mendapat data skor keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching
standards, diukur berdasarkan kriteria
interprestasi keterampilan dasar
mengajar mahasiswa calon guru.
Kualifikasi keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dilakukan dengan menggunakan rentang skor 1-3, Kemudian hasil penilaian
dihitung dengan menggunakan
komponen dan indikator di buat menjadi persentase untuk setiap penilaian. Pengolahan data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut
(Mulyatun, 2014):
Persentase penilaian = x 100 %
Selanjutnya mencari persentase rata-rata dengan rumus (Marlina, 2015):
X =
Setelah diperoleh persentasenya,
kemudian keterampilan dasar mengajar berbasis model core teaching standards dikualifikasikan dengan menggunakan
kategori interprestasi keterampilan dasar mengajar pada Tabel 1 berikut ini (Mulyatun, 2014):
Tabel 1. Kategori Interprestasi Keterampilan dasar mengajar
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia dapat diketahui dari hasil observasi dan data wawancara mahasiswa calon guru kimia
yang dilakukan pada Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) 1.
Persentase keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standars dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis Model Core
Teaching Standards Tahun Ajaran
2016/2017
Aspek Yang Dinilai Rata-Rata (%) Kriteria Standar 1 (Pengembangan Pelajar) 77,81 Baik Standar 2 (Perbedaan Belajar) 66,26 Cukup Standar 3 (Lingkungan Belajar) 80,21 Sangat Baik Standar 4 (Pengetahuan Materi) 74,89 Baik Standar 5 (Penerapan Materi) 76,76 Baik Standar 6 (Penilaian) 58,21 Cukup Rata-rata Nilai Kelas Kategori 80% > x ≤100% Sangat baik 67% > x ≤ 80% Baik 53% > x ≤ 67% Cukup 40% > x ≤ 53% Kurang x < 40% Sangat kurang
113 Standar 7 (Perencanaan Pembelajaran) 81,35 Sangat Baik Standar 8 (Strategi Mengajar) 76,30 Baik Standar 9 (Professional Dalam Mengajar) 81,65 Sangat Baik Standar 10 (Kepemimpinan Dan Kolaborasi)) 61,51 Cukup
Standar 1 (pengembangan pelajar), terlihat penguasaan standar ini dalam kategori baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 77,81%. Dengan indikator pada aspek kinerja yaitu mengembangkan metode yang sesuai
dengan kemampuan, minat, dan
kebutuhan serta yang memungkinkan
peserta didik mempercepat
pembelajarannya. Indikator pada aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
peserta didik membangun pengetahuan, keterampilan dan proses berpikir serta tahu cara menggunakan strategi yang mendukung peserta didik dalam belajar,
serta pada aspek disposisi yaitu
menghargai perbedaan kemampuan dan
kebutuhan peserta didik serta
berkomitmen untuk menggunakan
informasi ini untuk pengembangan
peserta didik selanjutnya.
Pada saat praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon sudah berusaha
menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan peserta didik, ini dapat dilihat dari RPP yang dibuat dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Misalnya mahasiswa calon guru A pada pertemuan ketiga melakukan praktikum sederhana pada materi kesetimbangan kimia, terlihat kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik karena ketika melakukan praktikum sederhana peserta didik ikut terlibat dan menjadi aktif serta
lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran.
Mahasiswa calon guru juga sudah mengetahui cara menggunakan strategi yang baik dan benar untuk menghadapi peserta didik, serta harus menyesuaikan dengan cara berpikir peserta didik sehingga bisa menggunakan strategi yang tepat untuk peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Strategi yang digunakan mahasiswa calon guru yaitu
bertanya dan pemberian tugas.
Mahasiswa calon guru memahami strategi tersebut dapat membangun pengetahuan, keterampilan dan proses berpikir peserta didik.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari bahwa penting untuk
menghargai perbedaan kemampuan dan kebutuhan dari setiap peserta didik. Untuk menghargai perbedaan tersebut
mahasiswa calon guru memberikan
perlakuan yang sama kepada semua peserta didik. Misalnya ada peserta didik
yang memiliki kemampuan rendah,
sedang dan tinggi memberikan pertayaan atau pendapat maka mahasiswa calon guru yang berperan sebagai guru harus mampu memberikan tanggapan yang baik dan tidak memihak pada salah satu
dengan memberikan jawaban dan
pendapat yang menjadi inti dari semua pertanyaan. Begitu pula sebaliknya ketika
mahasiswa calon guru memberikan
pertanyaan, tidak memilih peserta didik yang berkemampuan tinggi saja atau
rendah saja namun dilakukan
menyeluruh, agar tercipta interaksi
peserta didik dalam pembelajaran.
Mahasiswa calon guru sudah berusaha menghargai perbedaan tersebut karena peserta didik akan merasa dihargai apabila seorang guru menerima pendapat
114
atau memberikan saran terhadap pendapat yang mereka berikan.
Standar 2 (perbedaan belajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
merancang, menyesuaikan dan
memberikan metode pembelajaran untuk mengatasi beragam kemampuan dan kebutuhan belajar peserta didik serta menciptakan peluang bagi peserta didik menunjukkan cara belajar yang berbeda-beda. Pada aspek pengetahuan yaitu
memahami dan mengidentifikasi
perbedaan dalam pendekatan
pembelajaran dan kinerja peserta didik serta tahu cara merancang pembelajaran yang digunakan pada setiap kemampuan peserta didik yang berbeda, dan pada aspek disposisi yaitu membuat peserta didik merasa dihargai dan membantu mereka menghargai orang lain. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan pesentase rata-rata penilaian yang diperoleh 66,26%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa
merancang, menyesuaikan dan
memberikan metode pembelajaran yang tepat karena sebelum melakukan praktek mengajar di kelas mahasiswa calon guru
melakukan persiapan pembelajaran
seperti membuat RPP. Terlihat dalam RPP yang telah dibuat, mahasiswa calon guru berusaha menyusun perencanaan pembelajaran yang menarik dan metode yang digunakan selalu berbeda-beda pada setiap pertemuan. Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai peserta didik dengan cara merespon apabila ada peserta didik bertanya atau memberikan pendapat serta memberikan hadiah atau tepuk tangan kepada peserta didik yang berani memberikan pendapatnya sebagai bentuk
penghargaan yang diberikan, serta
membantu peserta didik berkomunikasi
dengan teman-teman di kelas, agar peserta didik merasa dihargai dan bisa menghargai orang lain.
Namun mahasiswa calon guru masih belum bisa melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat, hal ini berarti pemahaman mahasiswa calon guru pada pendekatan pembelajaran peserta didik
dalam kategori sangat rendah.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, mahasiswa calon guru belum memahami pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran, misalnya mahasiswa calon guru B menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) dengan pendekatan saintifik,
pada saat mengajar di kelas mahasiswa calon guru B belum bisa menggunakan model pembelajaran tersebut dengan benar, serta belum bisa menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran yang
digunakan, hal ini dikarenakan
mahasiswa calon guru belum memahami cara menggunakan model dan pendekatan pembelajaran tersebut. Sehingga tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tidak optimal.
Standar 3 (lingkungan belajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu bekerja sama dengan peserta didik, keluarga dan teman sejawat untuk membangun lingkungan belajar yang positif meliputi keterbukaan, saling menghormati, saling mendukung dan saling mengkritisi. Aspek pengetahuan yaitu mengetahui cara menggunakan teknologi dan mengarahkan peserta didik untuk menggunakan teknologi tersebut, serta aspek disposisi yaitu berkomitmen untuk bekerjasama dengan peserta didik dalam membangun lingkungan belajar
115
yang positif dan mendukung. Penguasaan pada standar ini termasuk dalam kategori sangat baik, terlihat dari hasil persentase penilaian rata-rata yang diperoleh 80,20%.
Pada saat praktik mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah berusaha bekerjasama dengan peserta didik, seperti apabila peserta didik merasa kesulitan ketika mengerjakan soal, guru akan membantu dan membimbing peserta didik untuk menemukan jawaban bersama. Kemudian ketika guru mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran
seperti praktikum maka pada saat melakukan praktikum sederhana di kelas akan terjadi komunikasi dan interaksi peserta didik dengan guru dan teman di kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa calon guru paham
cara menggunakan teknologi
pembelajaran, karena sudah biasa
menggunakan teknologi tersebut.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa berkomitmen yakni dengan cara
selalu melibatkan diri dalam
pembelajaran, bertanya kepada peserta didik dan berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini terlihat pada saat mengajar mahasiswa calon guru sudah mampu mengelola kelas, apabila ada peserta didik yang kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi maka guru berusaha
mengkondisikan kelas agar tidak
mengganggu pembelajaran dengan
menegur atau mengajak peserta didik untuk mengikuti pembelajaran kembali. Serta pada saat pembelajaran mahasiswa calon guru biasanya melakukan kegiatan praktikum atau menggunakan media yang membuat peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi interaksi antara peserta didik
dengan guru dan teman di kelas dengan tujuan membuat peserta didik tertarik dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran. Azzahra (2016) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi peserta didik dan menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mahasiswa calon guru pada saat mengajar sudah bisa menyesuaikan dengan lingkungan belajar peserta didik sehingga penguasaan pada standar ini sangat baik.
Standar 4 (pengetahuan materi) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menggunakan multi representasi dan penjelasan secara efektif yang sesuai dengan bidang ilmu serta standar isi. Aspek pengetahuan yaitu mengetahui cara memadukan materi yang relevan sesuai dengan kebiasaan peserta didik untuk membangun pengetahuan dasarnya, dan aspek disposisi yaitu menghargai berbagai sudut pandang yang berbeda dalam suatu materi pembelajaran dan
memfasilitasi peserta didik dalam
menganalisis secara kritis. Penguasaan pada standar ini termasuk dalam kategori baik, terlihat dari hasil persentase penilaian rata-rata yang diperoleh 74,89%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa menggunakan multi representasi dan penjelasan secara efektif yang sesuai dengan bidang ilmu serta standar isi. Terlihat ketika mengajar di kelas
mahasiswa calon guru C saat
menyampaikan materi larutan penyangga pada pertemuan kedua sudah berusaha
menyampaikan materi secara
116
agar peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari sebagai seorang calon guru harus mampu menyampaikan materi yang diajarkan kepada peserta didik dengan cara dan bahasa yang sederhana seperti memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari sehingga materi yang
disampaikan mudah dipahami.
Mahasiswa calon menggunakan cara, dengan memberikan apersepsi, untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik sebelum menyampaikan materi
berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi atau memberikan contoh yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai peserta didik yakni dengan cara memberikan tanggapan terhadap perbedaan pendapat peserta didik pada materi yang diajarkan. Hal ini
terlihat pada saat pembelajaran,
mahasiswa calon guru menghargai
pendapat yang berbeda dari peserta didik kemudian menyamakan persepsi sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan materi yang disampaikan. Selain itu mahasiswa calon guru membantu peserta didik untuk mampu berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang kemampuan berpikir berpikir kritis.
Standar 5 (penerapan materi) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan dan
mengimplementasikan proyek yang
mengarahkan peserta didik dalam
menganalisis secara keseluruhan sebuah isu dari berbagai bidang ilmu. Aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
menggunakan teknologi digital dan
interaktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efisien dan efektif, dan aspek disposisi yaitu menghargai lingkungan belajar yang sesuai untuk mendorong peserta didik menelusuri,
menemukan dan mengungkapkan
pengetahuan yang berkaitan dengan materi. Terlihat penguasaan standar ini termasuk dalam kategori baik dengan persentase yang diperoleh 76,76%. Pada saat praktik mengajar mahasiswa calon guru sudah berusaha mengembangkan dan mengimplementasikan proyek dalam pembelajaran. Biasanya mahasiswa calon guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk setiap pertemuan sesuai dengan materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa membuat media pembelajaran
sendiri. Media yang biasa digunakan yaitu poster, peta konsep, alat peraga berupa pratikum sederhana di kelas serta menampilkan video pembelajaran dengan proyektor. Menurut Agustina dan Dian (2012), media pembelajaran berbasis video memberikan pengaruh positif
dalam kegiatan pembelajaran dan
berorientasi untuk kemampuan
memecahkan masalah pada materi yang disampaikan. Mahasiswa calon guru
juga sudah menghargai lingkungan
belajar peserta didik dengan cara membuat suasana belajar yang hidup di kelas dengan gaya mengajar yang sesuai. Misalnya mahasiswa calon guru D menyeimbangkan gerakan ke kiri dan ke kanan pada saat mengajar karena gaya yang digunakan mahasiswa calon guru dalam mengajar mempengaruhi suasana
kelas selama proses pembelajaran
berlangsung, dan menciptakan
lingkungan yang dapat membuat peserta
117
berinteraksi satu sama lain, memberikan
kesempatan kepada peserta didik
berpartisipasi dalam belajar sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dalam
belajar. Menurut Winarno (2012),
lingkungan belajar yang baik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
Standar 6 (penilaian) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menyeimbangkan penggunaan penilaian formatit dan sumatif yang sesuai untuk peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu memahami perbedaan evaluasi formatif dan sumatif serta tahu cara dan waktu menggunakannya, serta aspek disposisi yaitu berkomitmen menggunakan etika dalam penilaian dan data penilaian untuk
mengidentifikasi kemampuan dan
kebutuhan peserta didik dalam
meningkatkan perkembangan peserta
didik. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan persentase yang diperoleh 58,21%.
Mahasiswa calon guru sudah berkomitmen untuk memberikan nilai yang sesuai kepada peserta didik dan dapat dilihat dari RPP yang telah dibuat, penilaian yang diberikan sesuai dengan indikator dalam RPP. Mahasiswa calon guru memberikan nilai sesuai denga kriteria penilaian yaitu apabila peserta didik diberikan soal kemudian menjawab soal dengan benar maka akan diberikan nilai dan peserta didik yang tidak bisa menjawab atau mengerjakan soal maka tidak akan diberikan nilai.
Namun mahasiswa calon guru masih belum bisa menyeimbangkan
penggunaan penilaian formatif dan
sumatif. Hal ini dikarenakan mahasiswa calon guru belum memahami cara membuat penilaian formatif dan sumatif.
Pada praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah melakukan evaluasi dan penilaian yang dapat terlihat dalam RPP yang dibuat. Mahasiswa calon guru sudah bisa membuat penilaian sumatif, namun untuk penilaian formatif belum dapat dilakukan karena pada saat mahasiswa calon guru praktik mengajar materi yang disampaikan setiap minggu tidak berurutan sehingga sulit untuk melakukan penilaian formatif, selain itu mahasiswa calon guru belum memahami cara membuat penilaian formatif.
Mahasiswa calon guru juga belum mempelajari cara pembuatan evaluasi lebih dalam lagi, sehingga belum bisa
membuat dan melakukan evaluasi
formatif dan sumatif, evaluasi yang digunakan mahasiswa calon guru dalam RPP hanya untuk pelengkap RPP saja, tidak dibuat dengan format evaluasi dengan benar. Mahasiswa calon guru belum mengetahui format melakukan evaluasi dengan baik karena belum memahami format evaluasi tersebut. Mahasiswa calon guru belum menyadari perlu untuk memahami evaluasi dalam pembelajaran karena evaluasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam
melihat kemampuan peserta didik,
sehingga sebagai seorang calon guru harus mampu untuk melakukan evaluasi karena menurut Suyanto dan Asep (2013), evaluasi merupakan tolak ukur dari suatu pembelajaran agar ke depannya menjadi lebih baik. Karena kurangnya pemahaman mahasiswa calon guru dalam
memberikan penilaian, sehingga
penguasaan standar ini masih rendah.
Standar 7 (perencanaan
pembelajaran) dengan indikator pada
aspek kinerja yaitu memilih dan
118
kurikulum dan standar isi serta relevan untuk peserta didik secara individu dan kelompok. Aspek pengetahuan yaitu memahami isi dan standar isi serta menyusunnya berdasarkan kurikulum. Dan aspek disposisi yaitu menghargai kemampuan dan kebutuhan peserta didik
yang berbeda serta berkomitmen
menggunakan informasi tersebut untuk membuat RPP. Terlihat penguasaan standar ini dalam kategori sangat baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 81,35%. Mahasiswa calon guru sudah berusaha memilih dan menyusun RPP yang sesusai dengan tujuan kurikulum dan standar isi, terlihat dalam RPP yang dibuat sudah membuat Kompetensi Inti(KI), Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator serta tujuan
pembelajaran. Pada saat mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah bisa
menyesuaikan pembelajaran dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP yang dibuat.
Mahasiswa calon guru sebelum mengajar di kelas harus membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga mahsiswa calon guru juga sudah bisa memahami isi dan standar isi yang menjadi syarat pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Mahasiswa calon guru merasa
karena sudah terbiasa membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memudahkan untuk memahami isi dan standar isi yang harus dibuat sebelum melakukan pembelajaran. Pembuataan RPP berdasarkan silabus yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KI dan KD. Mahasiswa calon guru juga sudah bisa menghargai perbedaan dari setiap peserta didik seperti perbedaan
pendapat dan kemampuan belajar peserta didik, tentunya di dalam kelas peserta didik yang kurang aktif dibantu agar tertarik dengan pembelajaran. Serta
berkomitmen membuat perencanaan
pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan selajutnya. Penguasaan standar ini sangat baik karena mahasiswa calon
guru sudah memahami perencaraan
pembelajaran yang baik sebelum
mengajar di kelas.
Standar 8 (strategi mengajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu menggunakan strategi dan sumber belajar yang sesuai kebutuhan individu dan
kelompok peserta didik. Aspek
pengetahuan yaitu memahami proses
kognitif dengan berbagai jenis
pembelajaran yang diterapkan serta tahu cara menstimulasinya, dan aspek disposisi yaitu berkomitmen untuk menggali lebih dalam dan memahami kemampuan serta
kebutuhan peserta didik dalam
merencanakan dan menyesuaikan
pembelajaran. Terlihat penguasaan
standar ini dalam kategori baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 76,30%.
Ketika praktik mengajar di kelas mahasiswa calon guru sudah berusaha menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Mahasiswa calon guru pada saat mengajar
sudah bisa menggunakan strategi
pembelajaran. Strategi kegiatan
pendahuluan yang dilakukan mahasiswa calon guru yaitu pada saat meberikan
apersepsi mahasiswa calon guru
memperkenalkan materi yang akan
diajarkan dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sebelumnya dan memberikan contoh-contoh ilustrasi dalam kehidupan
sehari-119
hari peserta didik. Kemudian strategi penyampaian informasi dalam kegiatan pembelajaran yakni strategi mahasiswa calon guru dalam menyampaikan materi, biasanya dalam menyampaikan materi
mahasiswa calon guru memberikan
contoh-contoh, misalnya pada materi perhitungan mahasiswa calon guru lebih banyak memberikan contoh perhitungan sedangkan pada materi teori biasanya disampaikan dengan memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Strategi selanjutnya yaitu strategi partisipasi peserta didik, terjadinya umpan balik dari contoh soal atau latihan yang diberikan oleh mahasiswa calon guru. Pada strategi pemberian tes biasanya dilakukan di akhir pembelajaran, sedangkan strategi lanjutan yakni cara guru menanggapi hasil dari tes atau evaluasi yang diberikan. Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal maka maka mahasiswa calon guru memberikan nilai kepada peserta didik, ketika ada peserta didik yang tidak bisa menjawab,
mahasiswa calon guru menanyakan
penyebab atau kesulitan peserta didik pada sub materi yang mana kemudian memberikan penjelasan lagi.
Mahasiswa calon guru juga sudah bisa memahami kemampuan berpikir
peserta didik serta tahu cara
menstimulasinya. Misalnya mahasiswa calon guru E pada saat mengajar di kelas untuk memahami kemampuan berpikir peserta didik, menggunakan strategi bertanya lanjut seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang
menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga membuat peserta didik berpikir untuk menemukan jawaban pertayaan tersebut. Mahasiswa calon guru E memberikan pertanyaan secara acak
kepada peserta didik dengan cara
menunjuk peserta didik yang akan menjawab pertanyaan yang diberikan, dan
dapat membuat pembelajaran lebih
menarik, tidak monoton karena adanya interaksi peserta didik dengan guru dan teman di kelas.
Mahasiswa calon guru juga sudah berkomitmen dengan cara membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dari peserta didik dan menggunakan strategi mengajar yang sesuai agar mudah dipahami oleh peserta didik. Misalnya pada saat menyampaikan
materi menggunakan strategi
penyampaian dengan cara memberikan contoh-contoh atau melatih peserta didik
dengan soal-soal. Dengan tujuan
pembelajaran dapat tercapai, kemudian mahasiswa calon guru pada setiap praktik microteaching yang dilakukan berusaha untuk memperbaiki penampilannya dari penampilan sebelumnya.
Standar 9 (profesional dalam
mengajar) dengan indikator pada aspek kinerja yaitu melibatkan diri dalam
berbagai kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan. Aspek pengetahuan yaitu memahami dan tahu cara menggunakan berbagai penilaian diri dan strategi pemecahan masalah untuk menganalisis
dan merefleksikan praktik
pembelajarannya serta merencanakan
penyesuaian diri. Aspek disposisi yaitu
bertanggung jawab terhadap
pembelajaran peserta didik dan
melakukan analisis langsung serta untuk memperbaiki perencanaan dan proses
pembelajaran. Terlihat penguasaan
standar ini dalam kategori sangat baik dengan persentase rata-rata penilaian yang diperoleh 81,65%.
120
Mahasiswa calon guru sudah
melibat diri dalam pembelajaran dan melakukan interaksi dengan peserta didik
agar dapat mengetahui kemampuan
peserta didik, sehingga untuk
pembelajaran selanjutnya mahasiswa
calon guru dapat melakukan perencanaan lebih baik lagi. Terlihat ketika mahasiswa calon guru F pada pertemuan ketiga melakukan demonstrasi pada materi aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa calon guru juga sudah melakukan penilaian diri karena pada saat praktek mengajar selesai selalu diadakan evaluasi bersama teman dan dosen agar penampilan selanjutnya menjadi lebih baik. Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya yakni dengan
menyelesaikan pembelajaran yang
diberikan di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Kemudian apabila merasa pembelajaran yang diberikan belum maksimal mahasiswa calon guru melakukan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya agar lebih baik lagi.
Standar 10 (kepemimpinan dan kolaborasi), indikator pada aspek kinerja yaitu bekerjasama dengan peserta didik dan keluarga untuk membangun harapan
bersama dan komunikasi yang
berkelanjutan untuk mendukung
perkembangan dan pencapaian peserta
didik. Aspek pengetahuan yaitu
mengetahui cara berkontribusi dan
mendukung harapan yang tinggi untuk peserta didik dalam pembelajaran. Dan aspek disposisi yaitu bertanggung jawab untuk berkontribusi dan memajukan profesi. Penguasaan standar ini dalam kategori cukup baik dengan persentase
rata-rata penilaian yang diperoleh 61,51%.
Mahasiswa calon guru sudah
berusaha bekerjasama dengan peserta didik untuk membangun harapan bersama dan komunikasi yang berkelanjutan dan
mendukung perkembangan serta
pencapaian peserta didik, pada saat praktik mengajar di kelas mahasiswa
calon guru sebagai komunikator,
diharapkan mampu menyampaikan
rencana-rencana pembelajaran pada pada peserta didik, mengatur dan menjelaskan bahan ajar apabila menggunakan bahan ajar.
Mahasiswa calon guru juga sudah berkontribusi dan berkomunikasi dengan peserta didik serta bekerjasama dalam
proses pembelajaran berlangsung.
Berkomunikasi dan bekerjasama dengan
peserta didik dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik karena adanya interaksi, sehingga peserta didik menjadi lebih bersemangat. Namun mahasiswa calon belum bisa bertanggung
jawab dalam memajukan dunia
pendidikan karena mahasiswa calon guru belum pernah terjun kelapangan secara
langsung dan kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL 1) ini dilakukan hanya dalam kelas saja, sehingga belum ada interaksi mahasiswa di sekolah dengan teman sejawat seperti guru, staff dan kepala sekolah.
Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dapat dilihat keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching
standards sudah baik, dengan persentase
tertinggi dan kategori sangat baik yaitu pada standar 9 (profesional dalam
mengajar), standar ini memiliki
121
dengan standar lainnya karena mahasiswa calon guru pada praktik mengajar sudah mampu melibatkan diri, melakukan interaksi dan penilaian diri serta sudah
bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya. Mahasiswa calon guru
merasa memiliki tanggung jawab
terhadap setiap pembelajaran yang akan diberikan sehingga membuat mahasiswa calon guru menyadari perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar pembelajaran selanjutnya menjadi lebih
baik. Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru yang memiliki persentase paling rendah dengan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian), standar ini memperoleh nilai yang paling
rendah dibandingkan standar lain,
dikarenakan mahasiswa calon guru belum memiliki kesempatan untuk melakukan penggunaan penilaian formatif, meskipun mahasiswa calon guru sudah mempelajari tentang penilaian pembelajaran pada mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Kimia, namun mahasiswa calon guru masih belum memahami lebih dalam tentang penilaian pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards pada praktek PPL 1 (microteaching) secara keselurahan baik dengan persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai terendah dan kategori cukup yairu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %. Terlihat juga kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa calon guru kimia sudah
baik karena terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.
SARAN
1. Bagi dosen diharapkan core teaching
standards dapat di gunakan pada
praktek microteaching agar dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar calon guru.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dasar mengajar sabagai calon guru dengan
baik sehingga dapat mengatasi
kesulitan pada saat praktek mengajar di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A dan Dian N. (2012).
Pengembangan Media
Pembelajaran Video Untuk Melatih Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Larutan Asam Basa.
Unesa Journal of Chemical Education. Vol. 1(1): 16.
Azzahra, S.F. (2010). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.
Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Council of Chief State School Officers (CCSSO). 2010. Interstate Teacher
Assessment and Support Consortium (InTASC) Model Core Teaching Standards. A Resource
for State Dialogue. Washington, DC. Author
Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas). (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen
122
Marlina, R. (2015). Analisis Kemampuan
Dasar Mengajar Calon Guru
Biologi di Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Tanjungpura. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi.
Pontianak: Tanjungpura
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Mulyatun. (2014). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia (Studi Pada Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa Tadris Kimia). Jurnal Phenomenon. Vol. 4(1): 79-80.
Siswanto, (2010). Tingkat Peguasaan
Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa Prodi.Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol.3 (2):
41-51.
Suko, M dan Sada, C. (2014).
Pengembangan Model
Microteaching Calon Guru di Sekolah Tinggi Pastoral Santo
Agustinus Keuskupan Agung
Pontianak. Jurnal Pendidikan. Vol. 3 (2): 11-12.
Suyanto dan Asep, D. (2013). Bagaimana
Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Winarno B. (2012). Pengaruh
Lingkungan Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keahlian Teknik
Otomasi Industri di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2
Depok Yogyakarta. Skripsi.