• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH CIDERA KEPALA BERAT.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH CIDERA KEPALA BERAT.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN

KEGAWATDARURATAN

Tentang

Tentang

“Cidera Kepala Berat”

“Cidera Kepala Berat”

Oleh Kelompok I :

Oleh Kelompok I :

 Agustira N

 Agustira Ningsih

ingsih

 Ayu Putri

 Ayu Putri Kelana

Kelana

 Anggi Sy

 Anggi Syahputra

ahputra

Dosen Pembimbing:

Dosen Pembimbing:

Ns. Hafizun, S.Kep

Ns. Hafizun, S.Kep

PRODI S

PRODI S

11

KEPERAWATAN

KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI

STIKES PIALA SAKTI

PARIAMAN

PARIAMAN

2014

2014

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup  berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah  berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya (Smeltzer and Bare, 2002 ).

terhadap cedera bagian tubuh lainya (Smeltzer and Bare, 2002 ).

Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala atau askep cidera kepala baik cedera kepala ringan, cedera cedera kepala atau askep cidera kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera  pada otak

 pada otak dapat dapat mengakibatkan mengakibatkan gangguan pada gangguan pada sistem sistem syaraf syaraf pusat pusat sehinggasehingga dapat terjadi penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan dapat terjadi penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari cedera kepala.

cedera kepala.

Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004).

(Sjahrir, 2004).

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Saras Husada Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Saras Husada

(3)

B.

B. Tujuan PenulisanTujuan Penulisan 1.

1. Tujuan UmumTujuan Umum

Setelah membahas tentang

Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien“Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Kepala” mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala” mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Kepala”.

Pada Klien Cedera Kepala”. 2.

2. Tujuan KhususTujuan Khusus Setelah m

Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala”embahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala” mahasiswa mampu :

mahasiswa mampu : a.

a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.  b.

 b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala.Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala. c.

(4)

BAB II BAB II TINJAUAN TEORITIS TINJAUAN TEORITIS A. A. PengertianPengertian

Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa  perdarahan

 perdarahan intestinal intestinal dalam dalam substansi substansi otak, otak, tanpa tanpa diikuti diikuti terputusnyaterputusnya kontinuitas dari otak (Nugroho, 2011).

kontinuitas dari otak (Nugroho, 2011).

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan

langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).Yuliani, 2001). Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma  baik

 baik trauma trauma tumpul tumpul maupun maupun trauma trauma tajam. tajam. Deficit Deficit neorologis neorologis terjadi terjadi karenakarena robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).

serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).

Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan suatu kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam

oleh trauma benda tajam maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaanmaupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan  pada kulit, tengkorak, d

 pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan.an jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan.

Gambar 1. Gambaran Umum Cedera Kepala Gambar 1. Gambaran Umum Cedera Kepala

(5)

B.

B. KlasifikasiKlasifikasi

Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut : Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut : 1.

1. Berdasarkan MekanismeBerdasarkan Mekanisme a.

a. Trauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaanTrauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat kendaraan bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat  bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).

 bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).  b.

 b. Trauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakanTrauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda tajam/runcing.

maupun tusukan benda-benda tajam/runcing. 2.

2. Berdasarkan Beratnya CideraBerdasarkan Beratnya Cidera

The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkan The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkan Glasgow Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) :

Glasgow Coma Scale ( Mansjoer, dkk, 2000) : a.

a. Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu,Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu, GCS 14-15, pasien sadar dan berorientasi, kehilangan kesadaran atau GCS 14-15, pasien sadar dan berorientasi, kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hematom , tidak ada kriteria terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hematom , tidak ada kriteria cedera sedang sampai berat.

cedera sedang sampai berat.  b.

 b. Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13 (konfusi, letargi dan stupor), pasien tampak kebingungan, (konfusi, letargi dan stupor), pasien tampak kebingungan, mengantuk, namun masih bisa mengikuti perintah sederhana, hilang mengantuk, namun masih bisa mengikuti perintah sederhana, hilang kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi, kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi, amnesia paska trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium amnesia paska trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea atau rinorhea (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal).

cairan serebrospinal). c.

c. Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8 (koma), penurunan derajat kesadaran secara progresif, kehilangan (koma), penurunan derajat kesadaran secara progresif, kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal, cedera kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.

kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.

C.

C. EtiologiEtiologi

Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian,  jatuh,

 jatuh, cedera cedera olah olah raga, raga, kecelakaan kecelakaan kerja, kerja, cedera cedera kepala kepala terbuka terbuka seringsering disebabkan oleh pisau atau peluru (Corwin, 2000).

(6)

D.

D. Patofisiologi dan PathwayPatofisiologi dan Pathway

Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,  perdarahan,

 perdarahan, edema edema dan dan gangguan biokimia gangguan biokimia otak otak seperti seperti penurunan penurunan adenosisadenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.

tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.

Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,

dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darahhematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).

(7)

Gambar 2. Pathway Cedera Kepala Berat Gambar 2. Pathway Cedera Kepala Berat

(8)

E.

E. ManifestasManifestasi i KlinikKlinik

Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya cedera kepala, yaitu:

cedera kepala, yaitu: 1.

1. Perubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling sensitivePerubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling sensitive yang dapat dilihat dengan penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale). yang dapat dilihat dengan penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale). 2.

2. Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepalaPeningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan karena regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan

oleh tekanan dan pembengkakan diskus pembengkakan diskus optikus; optikus; muntah seringkalimuntah seringkali  proyektil.

 proyektil.

F.

F. KomplikasiKomplikasi 1.

1. Perdarahan intra cranialPerdarahan intra cranial 2.

2. KejangKejang 3.

3. Parese saraf cranialParese saraf cranial 4.

4. Meningitis atau abses otakMeningitis atau abses otak 5.

5. InfeksiInfeksi 6.

6. Edema cerebriEdema cerebri 7.

7. Kebocoran cairan serobospinalKebocoran cairan serobospinal

G.

G. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang 1.

1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisaPemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.

gas darah. 2.

2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,  perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.

 perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. 3.

3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontrasMRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.

radioaktif. 4.

4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, sepertiCerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti  perubahan

 perubahan jaringan jaringan otak otak sekunder sekunder menjadi menjadi udema, udema, perdarahan perdarahan dandan trauma.

trauma. 5.

5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahanX-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak struktur garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.

(9)

6.

6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahanCSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.

subarachnoid. 7.

7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasanABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial. 8.

8. Kadar EKadar Elektrolit:Untuk mengklektrolit:Untuk mengkoreksi oreksi keseimbangan elektrolit keseimbangan elektrolit sebagaisebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial (Musliha, 2010).

akibat peningkatan tekanan intrakranial (Musliha, 2010).

H.

H. PenatalaksanaanPenatalaksanaan

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan  pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).

 pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000). Penatalaksanaan umum adalah:

Penatalaksanaan umum adalah: 1.

1.  Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi 2.

2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus traumaStabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma 3.

3. Berikan oksigenasiBerikan oksigenasi 4.

4. Awasi tekanan darahAwasi tekanan darah 5.

5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenikKenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik 6.

6. Atasi shockAtasi shock 7.

7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.Awasi kemungkinan munculnya kejang.

Penatalaksanaan lainnya: Penatalaksanaan lainnya: 1.

1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. 2.

2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangiTherapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.

vasodilatasi. 3.

3. Pemberian analgetikaPemberian analgetika 4.

4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.

atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %. 5.

5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin). 6.

6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntahMakanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% ,

(10)

aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.

hari kemudian diberikana makanan lunak.

Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea.

tergantung nilai urea.

Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu: Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu: 1.

1. Pemantauan TIK dengan ketatPemantauan TIK dengan ketat 2.

2. Oksigenisasi adekuatOksigenisasi adekuat 3.

3. Pemberian manitolPemberian manitol 4.

4. Penggunaan steroidPenggunaan steroid 5.

5. Peningkatan kepala tempat tidurPeningkatan kepala tempat tidur 6.

6. Bedah neuro.Bedah neuro.

Tindakan pendukung lain yaitu: Tindakan pendukung lain yaitu: 1.

1. Dukungan ventilasiDukungan ventilasi 2.

2. Pencegahan kejangPencegahan kejang 3.

3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisiPemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi 4.

4. Terapi anti konvulsanTerapi anti konvulsan 5.

5. Klorpromazin untuk menenangkan klienKlorpromazin untuk menenangkan klien 6.

(11)

BAB III BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Kegawatdaruratan : Pengkajian Kegawatdaruratan :

A.

A. Primary SurveyPrimary Survey a.

a. Airway dan cervical controlAirway dan cervical control

Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi  pemeriksaan

 pemeriksaan adanya adanya obstruksi obstruksi jalan jalan nafas nafas yang yang dapat dapat disebabkan disebabkan bendabenda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat

larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jawdilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.

leher.  b.

 b. Breathing dan ventilationBreathing dan ventilation

Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang  baik meliputi:fungsi yang baik dari paru,

 baik meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.dinding dada dan diafragma. c.

c. Circulation dan hemorrhage controlCirculation dan hemorrhage control 1)

1) Volume darah dan Curah jantungVolume darah dan Curah jantung

Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.

hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi. 2)

2) Kontrol PerdarahanKontrol Perdarahan d.

d. DisabilityDisability

Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

dan reaksi pupil. e.

e. Exposure dan Environment controlExposure dan Environment control

Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas. Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.

(12)

B.

B. Secondary SurveySecondary Survey a.

a. Fokus assessmentFokus assessment  b.

 b. Head to toe assessmentHead to toe assessment 1.

1. PengkajianPengkajian

Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000). Data tergantung Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000). Data tergantung  pada

 pada tipe, tipe, lokasi lokasi dan dan keperahan, keperahan, cedera cedera dan dan mungkin mungkin dipersulit dipersulit oleholeh cedera tambahan pada organ-organ vital.

cedera tambahan pada organ-organ vital.

 Aktivitas/istirahatAktivitas/istirahat

Gejala

Gejala : : Merasa Merasa lelah, lelah, lemah, lemah, kaku, kaku, hilang hilang keseimbangan.keseimbangan. Tanda

Tanda : : Perubahan Perubahan kesadaran, kesadaran, letargi, letargi, hemiparese, hemiparese, puandreplegia,puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang.

ataksia, cara berjalan tidak tegang.

 SirkulasiSirkulasi

Gejala

Gejala : : Perubahan tekanan darah (hipertensi) Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi,bradikardi, takikardi.

takikardi.

 Integritas EgoIntegritas Ego

Gejal

Gejal : : Perubahan Perubahan tingkah tingkah laku laku dan dan kepribadian.kepribadian. Tanda

Tanda : : Cemas, Cemas, mudah mudah tersinggung, tersinggung, angitasi, angitasi, bingung, bingung, depresidepresi dan impulsif.

dan impulsif.

 Makanan/cairanMakanan/cairan

Gejala

Gejala : : Mual, Mual, muntah muntah dan dan mengalami mengalami perubahan perubahan selera.selera. Tanda

Tanda : : Muntah, Muntah, gangguan gangguan menelan.menelan.

 EliminasiEliminasi

Gejala

Gejala : : Inkontinensia, Inkontinensia, kandung kandung kemih kemih atau atau usus usus atau atau mengalamimengalami gangguan fungsi.

gangguan fungsi.

  Neurosensori Neurosensori

Gejala

Gejala : Kehilangan : Kehilangan kesadaran sementara, kesadaran sementara, amnesia, vertigo,amnesia, vertigo, sinkope, kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan sinkope, kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan penglihatan seperti dan penciuman, perubahan penglihatan seperti ketajaman.

ketajaman. Tanda

Tanda : : Perubahan Perubahan kesadaran kesadaran bisa bisa sampai sampai koma, koma, perubahanperubahan status mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah status mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah

(13)

  Nyeri/kenyamanan Nyeri/kenyamanan

Gejala

Gejala : : Sakit Sakit kepala.kepala. Tanda

Tanda : : Wajah Wajah menyeringai, menyeringai, respon respon menarik menarik pada pada rangsanganrangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih. nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.

 PernafasanPernafasan

Tanda

Tanda : : Perubahan Perubahan pola pola pernafasan pernafasan (apnoe (apnoe yang yang diselingi diselingi oleholeh hiperventilasi nafas berbunyi)

hiperventilasi nafas berbunyi)

 KeamananKeamanan

Gejala

Gejala : : Trauma Trauma baru/trauma baru/trauma karena karena kecelakaan.kecelakaan. Tanda

Tanda : : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguanFraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

suhu tubuh.

 Interaksi sosialInteraksi sosial

Tanda

Tanda : : Apasia Apasia motorik motorik atau atau sensorik, sensorik, bicara bicara tanpa tanpa arti, arti, bicarabicara  berulang-ulang, disartria.

 berulang-ulang, disartria. 2.

2. Diagnosa dan IntervensiDiagnosa dan Intervensi a.

a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan intracranialGangguan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan intracranial ditandai dengan

ditandai dengan DS :

DS :

 Mengatakan kejangMengatakan kejang

DO : DO :

 Perubahan tingkat kesadaranPerubahan tingkat kesadaran 

 Gangguan atau kehilangan memoriGangguan atau kehilangan memori 

 Defisit sensoriDefisit sensori 

 Perubahan tanda vitalPerubahan tanda vital 

 Perubahan pola istirahatPerubahan pola istirahat 

 Retensi urineRetensi urine 

 Gangguan berkemihGangguan berkemih 

  Nyeri akut atau kronis Nyeri akut atau kronis 

 DemamDemam 

(14)

Intervensi Intervensi 1)

1) Ubah posisi klien secara bertahapUbah posisi klien secara bertahap Rasional

Rasional : : Klien Klien dengan dengan paraplegia paraplegia beresiko beresiko menglamimenglami luka tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai luka tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen lama karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen dibawa oleh darah.

dibawa oleh darah. 2)

2) Jaga suasana tenangJaga suasana tenang Rasional

Rasional : : Suasana Suasana tenang tenang akan akan memberikan memberikan rasa rasa nyamanyama  pda klien dan mencegah ketegangan

 pda klien dan mencegah ketegangan 3)

3) Kurangi cahaya ruanganKurangi cahaya ruangan Rasional

Rasional : : Cahaya Cahaya merupakan merupakan salah salah satu satu rangsangan rangsangan yangyang  beresiko terhadap peningkatan TIK

 beresiko terhadap peningkatan TIK  b.

 b. Gangguan ferfusi jaringan serebral b.d desak ruang sekunder dariGangguan ferfusi jaringan serebral b.d desak ruang sekunder dari kompresi korteks cerebri

kompresi korteks cerebri DS :

DS : DO : DO : -

- GCS GCS 12 12 (blackout, (blackout, post post trepanasi)trepanasi) -

- TD TD : : 67/42 67/42 mmHgmmHg -

- N N : : 76x 76x / / menitmenit -

- Pupil Pupil anisocoranisocor Intervensi

Intervensi 1)

1) Kaji faktor penyebab dari situasi kemungkinan penyebabKaji faktor penyebab dari situasi kemungkinan penyebab  peningkatan TIK

 peningkatan TIK Rasional

Rasional : : deteksi deteksi dini dini untuk untuk memprioritaskanmemprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis untuk menentukan intervensi, mengkaji status neurologis untuk menentukan  perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

 perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. 2)

2) Memonitor TTV tiap 4 jamMemonitor TTV tiap 4 jam Rasional

Rasional : : suatu suatu keadaan keadaan normal normal bila bila sirkulasi sirkulasi cerebralcerebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik,

(15)

merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah cerebral.

cerebral. 3)

3) Pertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakanPertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi  pada kepala.

 pada kepala. Rasional

Rasional : : perubahan perubahan kepala kepala pada pada satu satu sisi sisi dapatdapat menimbulkan penekanan pada vena jigularis dan menghambat menimbulkan penekanan pada vena jigularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada vena cerebral) aliran darah otak (menghambat drainase pada vena cerebral) untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial.

untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial. c.

c.  pola  pola nafas nafas tidak tidak efektif efektif b.d b.d depresi depresi pusat pusat pernapasan pernapasan ditandai ditandai dengandengan sulit bernafas dan sesak nafas

sulit bernafas dan sesak nafas DS:

DS: -

- Kien Kien mengatakan mengatakan sulit sulit bernapas bernapas dan dan sesak sesak napasnapas DO :

DO : -

- Gangguan Gangguan visualvisual -

- Penurunan Penurunan karbondioksidakarbondioksida - Takikardia

- Takikardia -

- Tidak Tidak dapat dapat istirhatistirhat - Somnolen - Somnolen - Irritabilitas - Irritabilitas - Hipoksia - Hipoksia - Bingung - Bingung - Dispnea - Dispnea -

- Perubahan Perubahan warna warna kulit kulit (pucat (pucat , , sianosis)sianosis) - Hipoksemia

- Hipoksemia Intervensi : Intervensi : 1)

1)  berikan  berikan posisi posisi nyaman, nyaman, biasanya biasanya dengan dengan peninggian peninggian kepalakepala tempat tidur. Balik ke posisi yang sakit. Dorong klien untuk tempat tidur. Balik ke posisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

duduk sebanyak mungkin. Rasional

Rasional : : Meningkatkan Meningkatkan inspirasi inspirasi maksimal,maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit

(16)

2)

2) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea,Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea, atau perubahan tanda-tanda vital.

atau perubahan tanda-tanda vital. Rasional

Rasional : : Distress Distress pernapasan pernapasan dan dan perubahan perubahan padapada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.

hipoksia. 3)

3) Jelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesakJelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru

atau kolaps paru Rasional

Rasional : : Pengetahuan Pengetahuan apa apa yang yang diharapkan diharapkan dapatdapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

terhadap rencana terapeutik d.

d. Kekurangan volume cairan yang b.d penurunan kesadaran danKekurangan volume cairan yang b.d penurunan kesadaran dan disfungsi hormonal ditandai dengan

disfungsi hormonal ditandai dengan DS :

DS : DO: DO: -

- Perubahan Perubahan turgor turgor kulitkulit -

- Perubahan Perubahan tanda tanda vitalvital -

- Akral Akral dingindingin -

- Penurunan Penurunan BB BB mendadakmendadak -

- Perubahan Perubahan nilai nilai metabolismmetabolism Intervensi

Intervensi 1)

1) Pantau keseimbangan cairanPantau keseimbangan cairan Rasioanal

Rasioanal : Kerusakan otak : Kerusakan otak dapat dapat menghasilkanmenghasilkan disfungsi hormonal dan metabolic

disfungsi hormonal dan metabolic 2)

2) Pemeriksaan serial elektrolit darah atau urine dan osmolaritasPemeriksaan serial elektrolit darah atau urine dan osmolaritas Rasional : Hal ini dapat dihubungkan dengan gangguan Rasional : Hal ini dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium. Retensi natrium dapat terjadi beberapa hari, regulasi natrium. Retensi natrium dapat terjadi beberapa hari, diikuti dengan dieresis natrium. Peningkatan letargi, konfusi, dan diikuti dengan dieresis natrium. Peningkatan letargi, konfusi, dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.

kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit. 3)

3) Evaluasi elektrolitEvaluasi elektrolit

Rasional : Fungsi elektrolit dievaluasi dengan memantau Rasional : Fungsi elektrolit dievaluasi dengan memantau

(17)

e.

e. imobilitas fisik b.d imobilitas fisik b.d gangguan neurovasculargangguan neurovascular DS : DS : DO : DO : - Kelemahan - Kelemahan - Parestesia - Parestesia - Paralisis - Paralisis - Ketidakmampuan - Ketidakmampuan -

- Kerusakan Kerusakan koordinasikoordinasi -

- Keterbatasan Keterbatasan rentang rentang gerakgerak -

- Penurunan Penurunan kekuatan kekuatan otototot Intervensi

Intervensi 1)

1) Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiapKaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstermitas

ekstermitas Rasional

Rasional : : Lobus Lobus frontal frontal dan dan oxipital oxipital berisi berisi saraf-sarafsaraf-saraf yang mengatur fungsi motorik dan sensorik

yang mengatur fungsi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhidan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau peningkatan tekanan.

oleh iskemia atau peningkatan tekanan. 2)

2) Ubah posisi klien tiap 2 jamUbah posisi klien tiap 2 jam Rasional

Rasional : : Mencegah Mencegah terjadinya terjadinya luka luka tekan tekan akibat akibat tidurtidur terlalu lama pada satu posisi sehingga jaringan yang tertekan akan terlalu lama pada satu posisi sehingga jaringan yang tertekan akan kehilangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen.

kehilangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen. 3)

3) Lakukan latihan secara teratur dan letakan telapak kaki klienLakukan latihan secara teratur dan letakan telapak kaki klien dilantai saat duduk dikursi atau papan penyangga saat di tempat dilantai saat duduk dikursi atau papan penyangga saat di tempat tidur.

tidur.

Rasional

Rasional : : Mencegah Mencegah deformitas deformitas dan dan komplikasi komplikasi sepertiseperti footdrop

(18)

BAB IV BAB IV PENUTUP PENUTUP A. A. KesimpulanKesimpulan

Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak. (Arif Muttaqin, substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak. (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271)

2008, hal 270-271)

Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, meliputi trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.

dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.

B.

B. SaranSaran

Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari giat membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya  berpatokan

 berpatokan dengan dengan satu satu sumber sumber ilmu ilmu (materi (materi terkait), terkait), sehingga sehingga dalamdalam tindakan keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien tindakan keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.

dengan cedera kepala.

Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah : Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah : 1.

1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cederaDapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.

kepala. 2.

2. Dapat menilai batasan GCS.Dapat menilai batasan GCS. 3.

3. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klienLebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan cedera kepala.

dengan cedera kepala. 4.

4. Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupunDapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di rumah sakit maupun di rumah.

(19)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan, Jakarta : Salema Medika Sistem Persarafan, Jakarta : Salema Medika

Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan, Jakarta : Salemba Medika Sistem Persarafan, Jakarta : Salemba Medika

Pierce A. Grace & Neil R. Borle

Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlanggay, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga

Lecture Notes, 2005, Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga Lecture Notes, 2005, Neurologi, Lionel Ginsberg : Erlangga

http://id.scribd.com/doc/8582741

http://id.scribd.com/doc/85827418/Laporan-Kasus-Cedera-Kepala 8/Laporan-Kasus-Cedera-Kepala (di undu(di unduh padh padaa tanggal 21 November 2012)

tanggal 21 November 2012)

http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-cedera-kepala.html (di unduh pada tanggal 26

cedera-kepala.html (di unduh pada tanggal 26 November 2012)November 2012)

http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-cedera-kepala-ringan/ (di unduh pada tanggal 26 November klien-dengan-cedera-kepala-ringan/ (di unduh pada tanggal 26 November 2012)

(20)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... i... i DAFTAR

DAFTAR ISI...ISI... ii... ii BAB I

BAB I PENDAHULUANPENDAHULUAN

A.

A. Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 B.

B. Tujuan Tujuan Penulisan Penulisan ... ... 22

BAB II

BAB II TINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITIS

A. A. Pengertian Pengertian ... ... 33 B. B. Klasifikasi Klasifikasi ... ... 44 C. C. Etiologi Etiologi ... ... 44 D.

D. Patofisiologi Patofisiologi dan dan Pathway Pathway ... ... 55 E.

E. Manifestasi Manifestasi Klinik Klinik ... ... 77 F.

F. Komplikasi Komplikasi ... ... 77 G.

G. PemeriksPemeriksaan aan Penunjang Penunjang ... ... 77 H.

H. PenatalaksaPenatalaksanaan naan ... ... 88

BAB III

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATANKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.

A. Primary Primary Survey Survey ... ... 1010 B.

B. Secondary Secondary Survey Survey ... ... 1111

BAB IV

BAB IV PENUTUPPENUTUP

A. A. Kesimpulan Kesimpulan ... ... 1717 B. B. Saran Saran ... ... 1717 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

(21)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,  penulis

 penulis panjatkan panjatkan rasa rasa puji puji syukur syukur atas atas hidayah-Nya, hidayah-Nya, yang yang telah telah melimpahkanmelimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "Cidera Kepala Berat".

menyelesaikan makalah "Cidera Kepala Berat".

Adapun makalah "Cidera Kepala Berat" ini telah penulis usahakan dapat Adapun makalah "Cidera Kepala Berat" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secar

sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secar a tepat waktu. Untuk itua tepat waktu. Untuk itu  penulis t

 penulis tidak lupa idak lupa untuk untuk menyampaikan banyak menyampaikan banyak terimakasih terimakasih kepada kepada semua semua pihakpihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik- baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari  baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi  pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik

 pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada dan saran kepada penulis agarpenulis agar  penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

 penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "Cidera Kepala Berat" ini bermanfaat, Penulis berharap semoga makalah "Cidera Kepala Berat" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

dan manfaatnya oleh para pembaca.

Pariaman,

Pariaman, November November 20142014

Penulis Penulis

Gambar

Gambar 1. Gambaran Umum Cedera KepalaGambar 1. Gambaran Umum Cedera Kepala
Gambar 2. Pathway Cedera Kepala BeratGambar 2. Pathway Cedera Kepala Berat

Referensi

Dokumen terkait

Awaluddin Sibuea : Perbedaan Koagulopati Pada Cedera Kepala Berat Dengan Perdarahan Dan Tanpa Perdarahan Otak Berdasarkan Ct Scan Kepala, 2009.. PERBEDAAN KOAGULOPATI PADA CEDERA

Hasil ini walau menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kadar hematokrit pada cedera kepala ringan dan cedera kepala berat, namun tidak sejalan dengan teori yang

Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia

Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak).. Kerusakan persepsi

Menurut panduan terbaru, pemantauan TIK direkomendasikan pada pasien dengan cedera kepala berat (GCS &lt;9) dan hasil CT Scan yang abnormal (hematoma, kontuksi, edema,

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung,

Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma

Pemanjangan PT berpengaruh terhadap outcome buruk penderita cedera kepala berat dengan gambaran CT scan diffuse injury yaitu dengan didapatkan risiko relatif 6 kali dibanding