• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Pengertian Sistem Informasi Akuntansi"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

8

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p1), sistem informasi

akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan

yang diatur untuk mengolah data menjadi informasi. Sedangkan menurut

Jones dan Rama (2006, p4), “Accounting information sistem is subsistems

from management information sistems that provides accounting and financial information as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions”. Dapat diterjemahkan sistem

informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen

yang menyediakan informasi akuntansi dan financial juga informasi lain

yang diperoleh dari pemrosesan rutin transaksi akuntansi.

Adapun menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), sistem

informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, merecord,

menyimpan dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi

pembuat keputusan. Dan menurut McLeod (2001, p237), sistem

informasi akuntansi adalah sistem yang bertugas untuk mengumpulkan

data yang menjelaskan kegiatan perusahaan, mengubah data tersebut

menjadi informasi, serta menyediakan informasi bagi pemakai di dalam

(2)

Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa sistem

informasi akuntansi merupakan sekumpulan sumber daya yang saling

bekerja sama dengan tujuan menghasilkan informasi khususnya yang

berhubungan dengan transaksi keuangan yang terjadi pada suatu

perusahaan untuk berbagai kepentingan.

2.1.2 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p7), kerjasama dari

keenam komponen sistem informasi sebagaimana yang telah disebutkan

diatas memungkinkan sistem informasi akuntansi untuk memenuhi 3

fungsi bisnis yang penting yaitu :

1) Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas organisasi,

sumber daya dan personel.

2) Mengubah data menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan sehingga manajemen dapat merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan, dan mengevaluasi aktivitas, sumber daya, dan

personel.

3) Menyediakan pengendalian yang memadai untuk melindungi asset

organisasi, termasuk datanya, untuk menjamin bahwa asset dan data

(3)

Selain itu Romney & Steinbart (2006, p12) juga mengemukakan

bahwa sebuah sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik

dapat melakukan hal-hal berikut :

1) Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa.

2) Meningkatkan efisiensi.

3) Berbagi pengetahuan.

4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chainnya.

5) Meningkatkan struktur pengendalian internal.

6) Meningkatkan pembuatan keputusan.

2.2 Pengembangan Sistem Aplikasi Bisnis

Seiring berjalannya waktu, sebuah sistem informasi akan membutuhkan

pembaharuan untuk menyesuaikan dengan keadaan dan perubahan proses bisnis

yang terjadi secara terus menerus. Untuk itu, perlu adanya pengembangan sistem

yang berarti menyusun sebuah sistem yang baru untuk menganti sistem lama

secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Menurut Jones dan

Rama (2003, p671), System development life cycles (SDLC) terdiri dari empat

tahap, yaitu:

1. Investigasi Sistem

Investigasi sistem merupakan tahap pertama dalam siklus hidup sistem.

Dalam tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah mempelajari sistem yang

(4)

solusi yang memungkinkan. Sasaran yang ingin dicapai adalah untuk

memilih proposal yang layak dan sesuai dengan kebutuhan informasi. Model

atau teknik yang digunakan dalam tahap ini adalah:

a. The workflow table

b. Overview activity diagram

2. Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan tahap kedua dalam siklus hidup sistem.

Tujuan dari tahap ini untuk mempelajari sistem berjalan dan mengusulkan

pemecahan secara lebih rinci dibandingkan dengan tahap investigasi. Sasaran

dari tahap ini adalah mengembangkan persyaratan-persyaratan sistem baru.

3. Desain Sistem

Desain sistem merupakan tahap ketiga dalam siklus hidup sistem. Tahap

ini bertujuan untuk merinci bentuk fisik sistem (seperti dokumen, laporan,

File, proses-proses, dan lainnya) dan pemilihan pemasok.

Pada tahap ini model yang digunakan adalah UML Class Diagram, UML

Activity Diagram, Risk Analysis Templates, UML Use Case Diagram, Use Case Description, Form Layout and Description, Input Control, Report Layout.

4. Implementasi sistem

Implementasi sistem merupakan tahap keempat dalam siklus hidup sistem.

Tahap ini bertujuan untuk membangun sistem informasi yang baru dan

mengkonversikan dari sistem yang lama. Aktivitasnya antara lain

(5)

perubahan atas proses bisnis, instalasi sistem dan konversi sistem baru dari

sistem yang lama.

Pada tahap ini yang digunakan adalah:

a. Training manual

b. User manual

2.3 Pengendalian Aplikasi

Menurut Jones dan Rama (2006, p122), pengendalian dalam aplikasi

terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Workflow Controls. 2. Input Controls. 3. General Controls. 4. Performance Reviews.

2.3.1 Workflow Controls

Workflow controls adalah pengendalian terhadap proses yang

berpindah dari satu event ke event berikutnya.. Workflow controls

mengeksploitasi hubungan antara event dan berfokus pada

tanggung-jawab terhadap event, urutan event, dan alur informasi antara event dalam

(6)

Pengendalian yang termasuk dalam workflow controls antara lain:

1) Segregation of Duties

Pembagian tugas antara internal agent merupakan konsep utama

dalam merancang aktivitas pengendalian internal. Pengendalian

internal menjadi lebih kuat apabila ada kebijakan yang memisahkan

tugas antara (1) otorisasi, (2) eksekusi, (3) pencatatan transaksi dan (4)

pengawasan sumber daya yang berhubungan.

2) Using Information from Prior Event to Control Activities

Informasi dari aktivitas sebelumnya sering digunakan untuk

pengendalian aktivitas bisnis. Dengan memanggil kembali informasi

dari aktivitas sebelumnya, secara otomatis komputer dapat

menjalankan beberapa aktivitas peninjauan.

3) Required Sequence of Events

Secara khusus, urutan di mana file maintenance dan events

lainnya yang terjadi penting untuk dipertimbangkan dalam merancang

sebuah sistem informasi akuntansi. Dalam usaha menghindari

pembelian yang tidak sah, prosedur pemeliharaan supplier yang tepat

harus diterapkan untuk memastikan supplier tersebut sah untuk

perusahaan. Kemudian, pengendalian dalam event selanjutnya dapat

digunakan untuk memastikan pembelian berasal dari supplier yang

(7)

dibutuhkan di mana pemeliharaan file dan aktivitas lainnya yang

terjadi.

4) Following-up on Events

Sebuah organisasi seharusnya memiliki cara yang otomatis atau

manual untuk meninjau kembali transaksi yang belum selesai. Ketika

sebuah event terjadi, biasanya akan memberikan dugaan atau harapan

event lainnya di masa mendatang. Sebagai contohnya ketika pemesan

menyerahkan daftar permintaan, kita mengharapkan adanya event

persetujuan, yang diikuti oleh pencatatan daftar permintaan. Proses

ini dapat dirancang untuk membantu karyawan mengawasi apakah

event yang diharapkan telah terjadi dan menindak-lanjuti berdasarkan event yang diharapkan.

5) Pre-numbered Documents

Pre-numbered documents menciptakan sebuah pengendalian

yang efektif dalam mengawasi semua event yang terjadi. Memeriksa

urutan dokumen bernomor dapat membantu memastikan semua event

dijalankan dan dicatat dengan tepat.

6) Recording Internal Agent(s) Accountable for an Event in a Process

Seorang Internal agent biasanya ditunjuk bertanggung jawab pada

beberapa event. Sehingga dengan mencatat internal agent yang

bertanggung jawab atas sebuah event, dapat diketahui agent yang

(8)

dipelihara untuk individu tersebut. Sebagai contohnya activity

diagram menunjukkan pemesan, sekretaris dan pengawas yang

terlibat dalam memutuskan, menyetujui dan mencatat pesanan. Sistem

seharusnya tetap mengikuti informasi mengenai semua agent tersebut.

7) Limitation of Access to Asset and Information

Langkah penting dalam melindungi aset, seperti kas, persediaan,

perlengkapan, dan data yaitu dengan membatasi akses hanya kepada

karyawan yang memerlukannya untuk tugas-tugas mereka. Activity

diagram dapat digunakan sebagai media untuk menganalisis dan

mengontrol akses ke informasi. Sebagai contohnya kita dapat

mengidentifikasi user yang melakukan activity yang membutuhkan

informasi untuk mencatat beberapa file khusus, mengakses informasi

dari file tertentu, dan membuat atau menggunakan dokumen atau

laporan. Pengendalian terhadap aset dapat mengurangi kemungkinan

karyawan memasuki sistem dan memasukkan pesanan yang tidak sah.

8) Reconciling Records with Physical Evidence of Assets

Perhitungan fisik secara berkala pada persediaan adalah

pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi. Pengendalian

tersebut penting untuk memastikan jumlah persediaan yang tercatat

berdasarkan tanda terima, penjualan dan data persediaan lainnya sama

(9)

2.3.2 Input Controls

Input controls adalah pengendalian yang digunakan untuk

mengendalikan input data ke dalam sistem komputer. Input controls

terdiri dari:

1. Primary key

Menentukan sebuah field yang unik untuk mengidentifikasi

records. Dan file lain yang bersangkutan dapat link ke record tersebut

dengan menginput primary key record tersebut.

2. Look-up feature.

Pada beberapa attribute, informasi dapat disediakan dalam form

yang memiliki sebuah drop down list. Contoh: ketika ingin menginput

id_customer pada faktur penjualan, drop down list akan menyediakan

sebuah daftar customer dimana user dapat memilih id yang

diinginkan.

3. Scanning.

Pengendalian dengan menggunakan scanning apabila data yang

ingin dimasukkan terdapat bar code. Untuk itu user dapat menginput

dengan menggunakan scanner daripada mengetik secara manual.

Dengan demikan akurasi data yang dimasukkan lebih terjamin dan

(10)

4. Record-checking.

Record-checking meliputi perbandingan antara data yang telah dimasukkan dengan informasi yang terdapat pada tabel untuk

memastikan apakah data tersebut valid.

5. Confirmation.

Ketika sebuah atribut telah terhubung melalui Look-up feature

dan Record-checking, sistem dapat membantu user dalam

mengkonfirmasi akurasi data yang dimasukkan dengan menyediakan

informasi tambahan.

6. Referential integrity.

User dapat menentukan sistem dalam menguatkan sebuah

hubungan one-to-many seperti berikut:

1) Sebuah parent record tidak dapat dihapus apabila mempunyai

hubungan dengan child record pada beberapa tabel.

2) Sebuah child record tidak dapat ditambah apabila tidak

berhubungan dengan sebuah parent record.

7. Format-check.

Pengendalian untuk memastikan kebenaran tipe data, panjang

karakter, format pada field tertentu dari data yang dimasukkan.

8. Validation rules.

Pengendalian yang mengatur batasan atau kondisi seperti apa

(11)

9. Defaults.

Pengendalian lain yaitu mengatur sebuah default pada saat

penginputan data. Contoh: tanggal form diatur secara default

mengikuti tanggal komputer. Hal ini berguna untuk mengantisipasi

user salah memasukkan tanggal.

10. Computer-generated values.

Pengendalian dengan menerapkan computer-generated values

dapat menambah akurasi dan efisiensi data yang dimasukkan. Contoh:

komputer dapat secara otomatis menghitung total harga dari

penjualan.

11. Prompt user to accept or reject data.

Beberapa aplikasi meminta user untuk meninjau ulang data yang

telah dimasukkan, diubah, ataupun data yang ditolak. Pendekatan ini

memungkinkan user untuk mengidentifikasi apakah terdapat

kesalahan dan membutuhkan koreksi yang sepantasnya.

2.3.3 General Controls

General controls terbagi dalam empat kategori:

1. Information Sistem (IS) planning.

Perencanaan sistem informasi merupakan sebuah pengendalian

yang penting, untuk memastikan bahwa sistem informasi perusahaan

dapat mendukung kegiatan bisnis perusahaan dan dapat menjawab

(12)

kebutuhan, peluang dan prioritas investasi sistem informasi tersebut

dimana untuk mendukung penerapan strategi perusahaan.

2. Organizing the Information Technology (IT ) function.

Setelah perencanaan selesai, organisasi harus memastikan bahwa

fungsi teknologi informasi yang memadai telah berada pada

tempatnya untuk mencapai tujuannya.

3. Identifying and developing IS solutions.

Pengendalian ini berfokus pada pengembangan project aplikasi

spesifik. Dimana pengendalian dibutuhkan untuk memastikan setiap

project telah direncanakan dan diatur dengan sebaik-baiknya.

4. Implementing and operating accounting sistem.

Kategori pengendalian ini fokus pada pengaturan sumber daya TI

pada saat operasi sistem akuntansi dijalankan. Pengendalian ini

bertujuan untuk memastikan keamanan sumber daya dan

kelangsungan ketersediaan sumber daya.

2.3.4 Performance Reviews

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian

performance reviews yaitu:

1. Menentukan anggaran, ramalan, standar atau hasil periode lalu melalu file maintenance.

(13)

2. Menggunakan laporan untuk membandingkan hasil aktual dengan

anggaran, ramalan, standar ataupun hasil periode lalu.

3. Melakukan tindakan koreksi, untuk meningkatkan kinerja atau

merevisi referensi data (anggaran dan standar) pada tabel master jika

dibutuhkan.

2.4 Protection of Information Assets

Menurut Cannon, Bergmann, dan Pamplin (2006, p278) perlindungan

aset informasi bertujuan untuk memastikan bahwa perlindungan yang memadai

telah digunakan untuk menyimpan, mengakses, mengirim, dan akhirnya

membuang informasi penting.

2.4.1 Perangkat Lunak Aplikasi

Pengendalian perangkat lunak aplikasi menyediakan perlindungan

dengan penggunaan gabungan dari identitas pengguna (user identity),

otentikasi (authentication), otorisasi (authorization), dan tanggung jawab

(accountability). Identitas pengguna adalah sesuatu yang harus

diotentikasi atau diverifikasi. Otorisasi merupakan hak untuk melakukan

fungsi tertentu. Sedangkan tanggung-jawab adalah mencatat informasi

mengenai orang yang bertanggung jawab atas tindakan mereka.

1. Database View.

Database view adalah pembatasan untuk pembacaan yang

(14)

2. Restricted User Interface.

Cara lain untuk membatasi akses adalah dengan menggunakan

pembatasan tampilan user, yang dapat merupakan sebuah menu

dengan pilihan-pilihan tertentu yang berwarna abu-abu (yang artinya

tidak dapat diganti) atau bahkan tidak ditampilkan.

3. Security Label.

Pemikiran utama dalam keamanan adalah kemampuan user untuk

melewati security label. Security label adalah pengendalian yang

menetapkan siapa yang diperbolehkan untuk mengakses file dan

bagaimana file tersebut digunakan.

2.4.2 Otentikasi

Langkah pertama dalam pemberian akses adalah identifikasi user.

Langkah kedua adalah otentikasi pernyataan identitas user terhadap

referensi yang diketahui. Tujuan otentikasi ini adalah untuk memastikan

pemberian akses pada orang yang tepat. Ada tiga tipe informasi yang

dapat digunakan untuk membuktikan keaslian atau mengotentikasi

seseorang, yaitu.

1. Sesuatu yang diketahui seseorang.

Metode otentikasi ini menggunakan informasi yang diketahui

seseorang, seperti penggunaan ID dan password. Merupakan salah

(15)

dengan mudah dapat dilupakan, dibagikan, diketahui, dan ditembus

dengan alat teknis.

2. Sesuatu yang dimiliki seseorang

Metode otentikasi ini menggunakan suatu barang yang

dimiliki, misalnya penggunaan kartu khusus seperti kartu STM, ATM

yang banyak digunakan sekarang ini sebenarnya menggunakan dua

metode otentikasi, di mana juga harus menggunakan PIN sebagai alat

otentikasi di samping penggunaan kartu.

3. Karakteristik fisik.

Metode otentikasi ketiga ini berbasis pada karakteristik fisik yang

unik yang dimiliki seseorang. Pencatatan karakteristik fisik dan

proses pembandingan ini dikenal sebagai biometrics. Data biometrics

yang digunakan untuk otentikasi ada beberapa macam yaitu sidik jari,

telapak tangan, geometri tangan, pemindaian retina, pemindaian iris,

pemindaian muka, dinamika tangan-tangan, dan pola suara.

2.5 Metode Analisis dan Desain Berorientasi Object

Menurut Mathiassen et. al. (2000,p3) metode analisis dan desain

berorientasi object adalah metode yang menggunakan object dan class sebagai

konsep utama dan membangun prinsip umum utama untuk analisis dan desain.

(16)

1. Untuk menetapkan syarat sistem.

2. Untuk menghasilkan sebuah desain sistem tanpa ketidakpastian yang berarti.

3. Untuk memahami sebuah sistem, konteksnya, dan kondisi untuk

implementasinya.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam analisis dan desain sistem

yang berorientasi object, diantaranya adalah:

1. Rich Picture.

Rich Picture adalah suatu gambar yang informal yang melukiskan

pemahaman penggambar akan suatu situasi. Digunakan semasa pemilihan

sistem untuk menggambarkan gambaran menyeluruh dari tugas yang

menghadapi proyek pengembangan sistem. Rich Picture secara umum

menggambarkan permasalahan sistem dan application domain. Rich Picture

tidak memiliki notasi khusus. Namun seharusnya melalui beberapa

persetujuan di antara proyek sebagaimana aspek tertentu digambarkan.

2. UML Class Diagram.

UML class diagram adalah gambaran mengenai sekumpulan class dan

hubungan antara class yang terstruktur. UML class diagram adalah pusat

penggambaran dari analisis dan desain berorientasi object. Selama masa

analisis, biasanya cukup untuk menggambarkan class dengan namanya.

3. UML Use Case Diagram.

UML use case diagram adalah gambaran mengenai hubungan antara actor dan use case. Actor dan use case adalah dua elemen utama dalam

(17)

mengindikasikan actor yang ditentukan berpartisipasi dalam use-case yang

ditentukan. Actor dan use-case juga dapat saling berhubungan melalui

penggunaan struktur class diagram.

4. Navigation Diagram.

Navigation Diagram adalah jenis khusus dari statechart diagram yang

berfokus pada dinamika keseluruhan dari tampilan layar. Diagram ini

menunjukkan window-window yang bersangkutan dan perpindahan di antara

mereka. Sebuah window ditunjukkan sebagai sebuah state. State memiliki

sebuah nama dan sebuah icon. Pergantian state sesuai dengan pergantian di

antara dua window.

2.6 Produksi

2.6.1 Pengertian Produksi

Menurut Horngren, Foster dan Datar (1994, p3) produksi adalah

koordinasi dan pemasangan (assembly) dari sumber daya untuk

menghasilkan barang atau produksi merupakan penciptaan/penambahan

faedah bentuk, waktu, dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga

lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses

transformasi/perubahan bentuk faktor-faktor produksi tersebut disebut

(18)

Jadi produksi adalah suatu proses konversi/perubahan masukan

yang berupa sumber daya untuk menghasilkan keluaran berupa barang

atau jasa agar dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2.6.2 Siklus Hidup dan Strategi Produk

Menurut Heizer dan Render (2006, p209), ada beberapa pilihan

stategi saat produk berjalan melintasi siklus hidup produk, yaitu:

1) Fase Perkenalan

Karena produk pada fase perkenalan ini sebagaimana teknik

produksi mereka masih sedang “disesuaikan” dengan pasar, kondisi

ini mungkin memerlukan adanya pengeluaran lain-lain untuk (1)

penelitian, (2) pengembangan produk, (3) modifikasi dan perbaikan

proses, dan (4) pengembangan pemasok. Sebagai contoh, saat telepon

genggam dikenalkan pertama kali, keistimewaan pada telepon

genggam yang diinginkan oleh masyarakat masih belum ditetapkan.

Pada waktu yang bersamaan, manajer operasi masih mencari-cari

teknik manufaktur yang terbaik.

2) Fase pertumbuhan

Dalam fase pertumbuhan, desain produk telah mulai stabil, dan

diperlukan peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif. Penambahan

kapasitas atau peningkatan kapasitas yang sudah ada untuk

(19)

3) Fase kematangan

Pada saat sebuah produk dewasa, pesaing mulai bermunculan.

Produksi jumlah besar dan inovatif sangat sesuai pada fase ini.

Pengendalian biaya yang lebih baik, berkurangnya pilihan dan

pemotongan lini produk mungkin efektif atau diperlukan untuk

meningkatkan keuntungan dan pangsa pasar.

4) Fase Penurunan

Manajemen mungkin perlu lebih tegas terhadap produk yang

siklus hidupnya mendekati akhir. Produk yang hampir mati biasanya

produk yang buruk bagi investasi sumber daya dan kemampuan

manajerial. Kecuali jika produk yang hampir mati ini membuat

kontribusi yang unik bagi reputasi perusahaan atau lini produknya,

atau bisa dijual dengan harga yang tinggi, maka produksi mereka

harus dihentikan.

2.6.3 Perencanaan Produksi

Menurut Vincent Gaspersz (1998, p128) perencanaan produksi

merupakan suatu proses penetapan tingkat output manufacturing secara

keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan dan

inventori yang diinginkan. Rencana produksi mendefinisikan tingkat

manufacturing, biasanya dinyatakan sebagai tingkat bulanan untuk

(20)

Pada dasarnya proses perencanaan produksi dapat dikemukakan

melalui empat langkah utama yaitu:

1. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan perencanaan produksi.

Misalnya ramalan penjualan, produksi periode lalu yang masih

kurang dan harus diproduksi dan permintaan produk pada titik waktu

tertentu.

2. Mengembangkan data yang relevan menjadi informasi yang teratur.

3. Menentukan kapasitas produksi, berdasarkan sumber-sumber daya

yang ada.

4. Melakukan partnership meeting yang dihadiri oleh para manajer yang

dianggap relevan dengan produksi.

2.6.4 Pengadaan Kebutuhan Material

Sebelum proses produksi dilakukan perlu adanya pengadaan

kebutuhan material atau persediaan yang dibutuhkan untuk memproduksi

produk yang bersangkutan.

Persediaan dapat dibedakan atas beberapa tipe yaitu (Baroto, 2002 p52) :

1) Supplies (persediaan bahan pembantu), yaitu barang persediaan yang

diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan bagian dari

produk jadi.

2) Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian

(21)

untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah

jadi.

3) Raw Materials (persediaan bahan mentah), yaitu barang persediaan

yang dibeli atau dipasok dari supplier yang akan dijadikan sebagai

masukan dalam proses produksi.

4) Work In Process (persediaan barang dalam proses), yaitu persediaan

barang yang merupakan keluaran dari suatu bagian proses produksi,

namun masih perlu diolah atau diproses lebih lanjut lagi untuk

menjadi produk jadi.

5) Finished goods (persediaan barang jadi), yaitu persediaan barang

yang sudah diproses dan siap untuk dikirim ke pelanggan.

2.7 Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (1991,p6), definisi akuntansi biaya adalah proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan

penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran

terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Menurut Mulyadi (1991,p7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan

pokok, antara lain :

1. Penentuan harga pokok produk.

2. Pengendalian biaya.

(22)

Menurut Carter dan Usry (2002), akuntansi biaya merupakan perhitungan

biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan

kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan. Juga mengacu pada akuntansi

manajemen.

Jadi dapat simpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian informasi mengenai

besarnya biaya yang kemudian digunakan sebagai alat bantu manajemen untuk

aktivitas–aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan

efisiensi, serta membuat keputusan – keputusan yang bersifat rutin maupun

strategis.

2.7.1 Harga Pokok Produksi

2.7.1.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Horngren, Foster dan Datar yang diterjemahkan

susilaningtyas (1994,p51), harga pokok produksi (product cost)

adalah penjumlahan dari biaya yang dibagikan ke produk untuk

tujuan tertentu.

Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh

Hermawan (1999,p49), harga pokok produksi mencerminkan total

biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan..

Hilton (1999, p82) menyatakan “The cost of goods

(23)

manufacturing overhead transferred from work in process inventory to finishes goods inventory during an accounting period”

Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa harga

pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan suatu barang. Harga pokok merupakan salah satu

hal yang dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan

mengenai harga jual suatu produk, sehingga keputusan mengenai

harga jual dapat dipertanggungjawabkan.

2.7.1.2 Sistem Akumulasi Biaya Produksi

Dalam perusahaan manufaktur, perhitungan biaya

produksi meliputi perhitungan biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya-biaya yang termasuk dalam overhead

pabrik. Sistem perhitungan biaya yang paling umum digunakan

terdiri dua:

1. Metode harga pokok pesanan (Job Order Costing)

Menurut Carter dan Usry (2002, p127), Job Order Costing

merupakan suatu metode perhitungan biaya di mana biaya

diakumulasikan untuk setiap pesanan (setiap batch, setiap lot,

atau setiap pesanan pelanggan). Dalam metode ini biaya-biaya

dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok

(24)

produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk

dalam pesanan yang bersangkutan.

Penggunaan metode harga pokok pesanan (Job Order

Costing) memliki karakteristik sebagai berikut :

a) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai

dengan spesifikasi pemesanan dan setiap jenis produk

perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan

hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok

berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi

tidak langsung.

c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi

tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead

pabrik.

d) Biaya produksi langsung dihitungkan sebagai harga pokok

produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang

sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik

diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan

berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

e) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan

selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya

(25)

jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang

bersangkutan.

2. Metode harga pokok proses (Process costing)

Merupakan suatu metode di mana bahan baku, tenaga

kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya

yang dibebankan ke setiap unit produk hasil produksi

ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke

pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi.

(Carter dan Usry, 2002, p156). Metode ini digunakan oleh

perusahaan yang memproduksi secara massa. Dalam metode

ini biaya untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu,

biaya per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya

produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu,

dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses

tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Dalam perusahaan yang melakukan produksi massa,

karakteristik produksinya adalah sebagai berikut:

a) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

b) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

c) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah

produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk

(26)

Perbedaan metode harga pokok proses (Process costing) dengan

metode harga pokok pesanan (Job Order Costing) yaitu terletak

pada pembebanan biayanya. Pada metode harga pokok proses

biaya diakumulasikan berdasarkan proses produksi atau

berdasarkan departemen. Departemen merupakan fokus dari

penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan proses

dan digunakan bila semua unit yang dikerjakan dalam suatu

departemen atau area kerja lain bersifat homogen.

2.7.2 Laporan Biaya produksi

Menurut Carter dan Usry (2002, p163) definisi Laporan biaya

produksi adalah kertas kerja yang menampilkan jumlah biaya yang

diakumulasikan dan dibebankan ke produksi selama satu bulan atau

periode lain. Laporan tersebut juga merupakan sumber informasi untuk

menyiapkan ayat jurnal ikhtisar untuk mencatat biaya unit yang ditransfer

dari satu departemen produksi ke departemen produksi lain dan akhirnya

ke persediaan barang jadi. (Format Laporan Biaya Produksi dapat dilihat

pada Lampiran L.1.1 dan L.1.2).

Laporan biaya produksi untuk suatu departemen sebaiknya menunjukkan:

1. Biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari satu

atau beberapa departemen lain.

2. Biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja, dan

overhead pabrik yang ditambahkan oleh departemen tersebut.

(27)

4. Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan

barang jadi.

2.7.2.1 Biaya Produksi

Produk yang dihasilkan dalam siklus manufaktur

umumnya memiliki komponen-komponen biaya yang terdiri dari :

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik.

1. Biaya bahan baku langsung

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang

membentuk bagian integral dari produksi jadi dan dimasukkan

secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk (Carter dan

Usry, 2002, p40).

2. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan

konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat

dibebankan secara layak ke produk tertentu (Carter dan Usry,

2002, p40).

3. Biaya overhead pabrik

Overhead pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang

tidak ditelusuri secara langung ke output tertentu (Carter dan

Usry, 2002, p40). Overhead pabrik biasanya memasukkan

(28)

tenaga kerja langsung. Overhead pabrik dapat dikelompokkan

dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

a) Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang

diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak

diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena

bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.

Contoh :

1) Amplas

2) Pola kertas

3) Pelumas.

b) Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang

tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau

komposisi dari produk jadi. Contohnya gaji supervisi,

pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan. Dalam

bisnis jasa, tenaga kerja tidak langsung dapat memasukkan

gaji resepsionis, operator telepon dan pegawai yang

menangani barang.

c) Biaya overhead lainnya adalah biaya-biaya tidak langsung

yang dikeluarkan untuk kepentingan proses produksi.

Contoh :

1) Biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar

perusahaan.

(29)

Menurut (Carter dan Usry, 2002, p415) ada berbagai

macam dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk

yaitu sebagai berikut :

1) Satuan Produk

Metode yang paling sederhana dalam pembebanan biaya

overhead pabrik ke produk.

Rumus :

2) Biaya bahan baku

Jika biaya overhead yang dominan bervariasi dengan nilai

bahan baku, dasar yang dipakai untuk membebankan biaya

overhead pabrik ke produk adalah biaya bahan baku yang

dipakai.

Rumus :

Estimasi biaya overhead pabrik

Estimasi biaya bahan baku

langsung

X 100% =

Persentase biaya overhead

pabrik dari bahan baku langsung

3) Biaya tenaga kerja langsung

Menggunakan suatu dasar biaya tenaga kerja langsung

untuk membebankan overhead pabrik ke pesanan atau produk

memerlukan pembagian estimasi overhead dengan estimasi

Estimasi biaya overhead pabrik Estimasi unit produksi

(30)

biaya tenaga kerja langsung untuk menghitung suatu

persentase.

Rumus :

Estimasi biaya overhead pabrik

Estimasi biaya tenaga kerja langsung

X 100% =

Persentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsung

4) Jam tenaga kerja langsung

Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat

dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang

dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.

Dasar jam tenaga kerja didesain untuk mengatasi kelemahan

kedua dari penggunaan dasar biaya tenaga kerja langsung.

Rumus :

Estimasi biaya overhead pabrik Estimasi jam tenaga kerja langsung

=

Biaya overhead pabrik per jam tenaga kerja langsung

5) Jam mesin

Metode ini didasarkan pada waktu yang diperlukan untuk

melakukan operasi yang identik oleh suatu mesin atau

(31)

Rumus :

Estimasi biaya overhead pabrik

Estimasi jam mesin

=

Biaya overhead pabrik per jam kerja mesin

2.7.2.2 Unit Ekuivalen Produksi

Menurut Garrison dan Noreen (2000, p141) yang

diterjemahkan oleh A.TotokBudisantoso, S.E, Akt. unit ekuivalen

adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan

dan usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang setengah

jadi. Menurut Carter dan Usry (2006, p164) unit ekuivalen adalah

jumlah dari sumber daya (seperti bahan baku, tenaga kerja, atau

overhead) yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa unit ekuivalen merupakan

jumlah biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead yang

diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

Ada dua metode untuk menghitung unit ekuivalen

produksi untuk suatu periode menurut Garrison dan Noreen (2000, p142) yang diterjemahkan oleh A.TotokBudisantoso, S.E, Akt., , yaitu:

(32)

1. Metode Rata-Rata Tertimbang

Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang

menggabungkan unit dan biaya dari periode sekarang dengan

unit dan biaya periode sebelumnya.

2. Metode FIFO

Metode FIFO dalam process costing adalah metode yang

menganggap bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya

berkaitan sela periode tertentu saja.

2.7.2.3 Tarif Departementalisasi

Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif

biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi dengan

dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara

departemen-departemen produksi yang ada. Suatu pesanan atau produk yang

melalui suatu departemen akan dibebankan dengan overhead

untuk pekerjaan yang dilakukan di departemen tersebut,

menggunakan tarif overhead departemen yang telah ditentukan

sebelumnya.

Pada perusahaan yang mempunyai dua atau lebih

departemen produksi, pembebanan biaya overhead dilakukan

(33)

menyeluruh dibebankan ke masing-masing departemen produksi

dengan menggunakan penelusuran langsung, penelusuran

penggerak dan alokasi. Pada tahap kedua, overhead dibebankan

ke produk dengan mengalihkan tarif departemental dengan jumlah

penggerak yang digunakan oleh departemen bersangkutan. Total

overhead yang dibebankan ke produk adalah jumlah nilai yang

diterima setiap departemen.

2.7.2.4 Jenis Laporan Produksi

Menurut Garisson dan Noreen (2000, p143) yang

diterjemahkan oleh A.Totok Budisantoso, S.E., Akt.ada 2 jenis

laporan produksi, yaitu:

a. Laporan Produksi-Metode FIFO

Tahapan dalam penyusunan laporan produksinya adalah:

1. Tahap pertama: menyiapkan skedul kuantitas dan

menghitung unit ekuivalen. Metode unit FIFO membagi unit

yang dikirimkan keluar menjadi dua bagian. bagian pertama

berisi unit dalam persediaan awal dan bagian yang lain

terdiri dari unit yang dimasukkan dan diselesaikan selama

periode sekarang.

2. Tahap kedua : menghitung biaya per unit ekuivalen. Dalam

menghitung biaya per unit dengan menggunakan metode

(34)

periode sekarang, dan mengabaikan biaya-biaya yang

berkaitan dengan persediaan awal barang dalam proses.

Dengan menggunakan metode FIFO, biaya per unit hanya

berkaitan dengan pekerjaan yang dikerjakan pada periode

sekarang.

3. Tahap ketiga : menyiapkan rekonsiliasi biaya. Tujuan

rekonsiliasi biaya adalah menunjukkan bagaimana biaya

dibebankan ke departemen selama satu periode. Dengan

menggunakan metode FIFO, ada dua elemen biaya yang

berkaitan dengan unit persediaan awal barang dalam proses.

Elemen yang pertama adalah biaya yang melekat pada unit

dari periode sebelumnya. Kedua, elemen biaya yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan unit produksi ini.

b. Laporan Produksi-Metode rata-rata tertimbang

Digunakan untuk meringkas semua aktivitas yang

dilakukan dan akhirnya dimasukkan dalam Barang Dalam

Proses setiap departemen untuk periode tertentu.

Tahapan penyusunan laporan produksi dengan menggunakan

metode rata-rata tertimbang sama dengan tahapan dalam metode

FIFO. Meskipun demikian, karena metode FIFO membedakan

(35)

rekonsiliasi biaya dalam laporan produksi lebih rumit daripada

metode rata-rata tertimbang.

2.7.3 Jurnal Akuntansi Biaya

1. Biaya bahan

Asumsikan bahwa departemen pertama (departmen A), jurnal untuk

memasukkan bahan ke dalam proses produksi adalah :

Barang dalam proses – Departemen A xxxxx

Bahan baku xxxxx

Jika bahan ditambahkan lagi dalam departemen B, jurnalnya adalah

sebagai berikut:

Barang dalam proses – Departemen B xxxxx

Bahan baku xxxxx

2. Biaya tenaga kerja

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja untuk periode tertentu :

Barang Dalam Proses – Departemen A xxxxx

Barang Dalam Proses – Departemen B xxxxx

Utang Upah dan gaji xxxxx

3. Biaya overhead

(36)

Barang Dalam Proses – Departemen A xxxxx

Barang Dalam Proses – Departemen B xxxxx

Overhead pabrik xxxxx

4. Menyelesaikan aliran biaya

Jurnal untuk menunjukkan transfer biaya barang yang setengah jadi

dari Departemen A ke Departemen B :

Barang Dalam Proses – Departemen B xxxxx

Barang Dalam Proses – Departemen A xxxxx

Sesudah Departemen B menyelesaikan pekerjaan , biaya barang jadi

ditransfer ke rekening barang jadi :

Barang Jadi xxxxx

Barang Dalam Proses – Departemen B xxxxx

Akhirnya apabila barang tersebut dijual, biaya atas barang yang

terjual tersebut akan ditransfer ke rekening harga pokok penjualan :

Harga Pokok Penjualan xxxxx

Barang Jadi xxxxx

2.8 Analisis Varians

Menurut Garrison dan Noreen (2000, p407), varians adalah perbedaan

(37)

harga sesungguhnya serta kuantitas standar dengan kuantitas sesungguhnya.

Tindakan dalam menghitung dan menginterpretasikan selisih disebut analisis

selisih.

2.8.1 Varians Biaya Bahan Baku Langsung

Menurut Garrison dan Noreen (2000, p408), penentuan varians

bahan baku langsung dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Varians harga bahan baku langsung

Dengan rumus perhitungan :

varians = (AQ x AP)-(AQ x SP)

Keterangan :

AQ = Actual Quantity of inputs (kuantitas input sesungguhnya)

AP = Actual Price (harga sesungguhnya)

SP = Standard Price (harga standar)

2. Varians pemakaian bahan atau varians kuantitas atau varians efisiensi

dengan rumus perhitungan :

Varians = (AQ x SP) – (SQ X SP)

Keterangan :

AQ = Actual Quantity of inputs (kuantitas input sesungguhnya)

SQ = Standard Quantity (standar kuantitas)

(38)

2.8.2 Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung

Varians tenaga kerja dapat dihitung sesudah menentukan standar

tenaga kerja. Menurut Garrison dan Noreen (2000, p413), penentuan

varians tenaga kerja dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Varians tarif tenaga kerja langsung

Dengan rumus perhitungan:

Varians = (AH x AR) – (AH x SR)

Keterangan :

AH = Actual Hours (jam sesungguhnya)

AR = Actual Rate (tarif sesungguhnya)

SR = Standard Rate (tarif standard)

2. Varians efisiensi tenaga kerja langsung

Dengan rumus perhitungan :

Varians = (AH x SR) - (SH x SR)

Keterangan :

AH = Actual Hours (jam sesungguhnya)

SR = Standard Rate (tarif standard)

SH = Standard Hours Allowed for output (jam standar yang diizinkan)

2.8.3 Varians Overhead Pabrik

Analisis varians overhead pabrik memerlukan analisis yang lebih

detil daripada analisis varians pada biaya langsung. Menurut Garrison

dan Noreen (2000, p416), penentuan varians Biaya Overhead Pabrik

(39)

1. Varians tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel

Dengan rumus perhitungan :

Varians = (AH x AR) - (AH x SR)

Keterangan :

AH = Actual Hours (jam sesungguhnya)

AR = Actual Rate ( tarif sesungguhnya)

SR = Standard Rate (tarif standar)

2. Varians efisiensi Biaya Overhead Pabrik Variable

Dengan rumus perhitungan :

Varians = (AH x SR) - (SH x SR)

Keterangan :

AH = Actual Hours (jam sesungguhnya)

SH = Actual Rate ( tarif sesungguhnya)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang tediri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead ditambah persediaan

1) Biaya produksi, yaitu biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. a) Biaya bahan baku,

Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak

Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dipakai dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan isilah biaya utama (primer cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

Dalam actual costing, biaya yang dibebankan pada produk adalah biaya aktual saja baik untuk biaya langsung (bahan baku dan tenaga kerja) maupun biaya tidak langsung (biaya

Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.