• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deputi Bidang Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deputi Bidang Ekonomi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

TRIWULAN III TAHUN 2013

(2)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

(3)

I

KATA PENGANTAR

Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia edisi triwulan III tahun 2013 merupakan lanjutan dari laporan triwulanan yang diterbitkan oleh KedeputianBidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Laporan triwulan III tahun 2013 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga akhir triwulan III tahun 2013. Dari sisi perekonomian dunia, laporan ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia, khususnya Cina, Jepang, dan India. Dari sisi perekonomian nasional, laporan ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2013 dan perkembangan ekonomi Indonesia dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.

Sangat disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan laporan ini dapat tercapai.

(4)

II

(5)

III

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... III DAFTAR TABEL ... VI DAFTAR GAMBAR ... VIII

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ... 2

Perkembangan Ekonomi Amerika ... 3

Perkembangan Ekonomi Eropa ... 7

Perkembangan Ekonomi Asia ... 9

Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia ... 14

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ... 18

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 18

Indeks Tendensi Konsumen ... 21

Indeks Keyakinan Konsumen ... 22

Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor ... 23

Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen ... 24

Neraca Pembayaran Indonesia ... 26

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ... 29

Pembiayaan Utang Pemerintah ... 29

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ... 29

Posisi Utang Pemerintah ... 30

Surat Berharga Negara (SBN) ... 32

Pinjaman ... 35

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ... 37

Isu Terkini ... 37

Konsultasi Pengambilalihan Axis oleh XL dan Notifikasi Merger Perusahaan Lain ... 37

Pemerintah Luncurkan Paket Kebijakan Meningkatkan Kemudahan Berusaha... 37

BKPM Perluas Tracking System untuk Proses Tax Holiday ... 38

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ... 39

(6)

IV

Perkembangan Impor ... 43

Perkembangan Neraca Perdagangan ... 45

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2013 ... 48

Perkembangan Harga Domestik ... 49

Perkembangan Harga Komoditi Internasional ... 50

PERKEMBANGAN INVESTASI ... 52

Perkembangan Investasi ... 52

Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2012 ... 53

Realisasi Per sektor ... 53

Realisasi Per Lokasi ... 55

Realisasi per Negara ... 57

Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional ... 57

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ... 57

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Cina FTA ... 58

Ekspor ASEAN Ke Cina ... 58

Impor ASEAN Dari Cina ... 59

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ... 60

Ekspor Impor Indonesia- ASEAN ... 60

Perdagangan Antar Negara ASEAN ... 61

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ... 64

Perkembangan Moneter Global ... 64

Perkembangan Moneter Domestik ... 65

Inflasi ... 66

Inflasi Global ... 66

Inflasi Domestik ... 66

Nilai Tukar Mata Uang Dunia ... 67

Indeks Harga Saham... 68

Indeks Harga Komoditas Internasional ... 69

Harga Bahan Pokok Nasional ... 70

Respon Kebijakan Moneter ... 71

(7)

V

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) ... 75

PERKEMBANGANSEKTOR INDUSTRI INDONESIA ... 77

Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan III Tahun 2013 ... 78

Pertumbuhan Sektor Industri ... 78

Industri Otomotif ... 80

Industri Semen ... 82

Realisasi Investasi Nasional ... 83

LAMPIRAN ... 84

Lampiran 1: Inflasi Global ... 85

Lampiran 2: Inflasi Domestik ... 86

Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) ... 87

Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) ... 88

Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang ... 89

Lampiran 4: Indeks Saham Global ... 90

Lampiran 4: Indeks Saham Global (lanjutan) ... 91

Lampiran 5:Indeks Harga Komoditas Internasional ... 92

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ... 2

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ... 4

Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ... 16

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 ... 19

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) ... 20

Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ... 21

Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober 2013 ... 23

Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2013 (Miliar USD) ... 27

Tabel 9. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2008-2012 Dan APBN-P 2013 (Triliun Rupiah) ... 29

Tabel 10. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d TriwulanIII2013(Triliun Rupiah) ... 30

Tabel 11. Posisi Utang Pemerintah s.d. September 2013 ... 31

Tabel 12. PersentasePinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2008 – September2013 ... 31

Tabel 13. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2008 – September2013 (Triliun Rupiah) ... 32

Tabel 14. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (Neto) (Juta Rupiah) ... 33

Tabel 15. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Per Triwulan III Tahun 2013 (Triliun Rupiah) ... 34

Tabel 16. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2008-September 2013 (Triliun Rupiah) ... 35

Tabel 17. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2013 ... 40

Tabel 18. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III 2013 ... 41

Tabel 19. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III 2013 ... 42

Tabel 20. Perkembangan Ekspor ke Negara Tujuan Utama Triwulan III-2013 ... 42

Tabel 21. Perkembangan Impor Triwulan III 2013 ... 43

Tabel 22. Perkembangan Impor Non Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2013 ... 44

Tabel 23. Negara Utama Asal Impor Triwulan IIITahun 2013 ... 45

Tabel 24. Neraca Perdagangan Triwulan III Tahun 2013 ... 46

Tabel 25. Neraca Perdagangan Indonesia-Cina ... 46

(9)

Tabel 27. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika... 47

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia-India ... 48

Tabel 29. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2013 ... 49

Tabel 30. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu ... 49

Tabel 31. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ... 50

Tabel 32. PMTB Pertumbuhan dan Kontribusi Triwulan III Tahun 2013(persen) ... 52

Tabel 33. Realisasi PMA PMDN Tahun 2006 - Trw III Tahun 2013 ... 53

Tabel 34. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMDN Triwulan III Tahun 2013 Berdasar Sektor (YoY) ... 54

Tabel 35. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2013 ... 55

Tabel 36. Pertumbuhan dan KontribusiRealisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun2013 Berdasar Lokasi (Rp Miliar) ... 55

Tabel 37. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2013 ... 56

Tabel 38. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2013 ... 56

Tabel 39. Sepuluh Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2013 ... 57

Tabel 40. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ... 57

Tabel 41. Ekspor ASEAN ke Cina ... 58

Tabel 42. Impor Asean dari Cina ... 60

Tabel 43. Ekspor dan Impor Indonesia-ASEAN ... 61

Tabel 44. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun 2009-2011 ... 62

Tabel 45. Tingkat Inflasi Global (YoY) ... 85

Tabel 46.Tingkat Inflasi ... 86

Tabel 47. Inflasi Berdasarkan Komponen (YoY) ... 86

Tabel 48. Inflasi Berdasarkan Sumbangan (Share) ... 86

Tabel 49. Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ... 86

Tabel 50. Perkembangan Indeks Nilai Tukar ... 89

Tabel 51. Indeks Saham Global ... 90

Tabel 52. Indeks Harga Komoditas Internasional ... 92

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ... 3

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Eropa (YoY) ... 7

Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ... 15

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) ... 19

Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) ... 21

Gambar 6. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012- Triwulan III Tahun 2013 ... 22

Gambar 7. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober 2013 ... 23

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Juni 2012 2012-Agustus Tahun 2013 ... 24

Gambar 9. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-September 2013 ... 25

Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-September 2013 ... 25

Gambar 11. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September 2013 ... 39

Gambar 12. Volume dan Nilai Impor Hingga September 2013 ... 43

Gambar 13. Indeks Tendensi Bisnis sampai dengan Triwulan III-2013 ... 48

Gambar 14. Perkembangan Kinerja Bank Umum Di Indonesia ... 73

Gambar 15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Di Indonesia ... 74

Gambar 16. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ... 74

Gambar 17. Target dan Realisasi Pemberian KUR ... 76

Gambar 18. Pertumbuhan PDB Nasional & Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun 2013(dalam Persen) ... 78

Gambar 19. Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun 2013 ... 79

Gambar 20. Produksi Mobil Nasional ... 80

Gambar 21. Produksi Sepeda Motor Nasional ... 81

Gambar 22. Produksi Semen Nasional ... 82

Gambar 23. Realisasi Investasi Nasional ... 83

Gambar 24. Inflasi YoY 66 Kota Juli – September 2013 ... 87

Gambar 25. Inflasi MtM 66 Kota Juli–September ... 88

Gambar 26. Perkembangan Index Nilai Tukar (1 JANUARI 2004 = 100) ... 89

Gambar 27. Perkembangan Indeks Saham Global ... 91

(11)

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

o Pada bulan Oktober 2013, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 menjadi 2,9 persen (YoY).

o Perekonomian Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013.

o Pada triwulan III tahun2013, perekonomian Uni Eropa tumbuh 0,1persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012.

(12)

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perkembangan ekonomi dunia pada triwulan III tahun 2013 diwarnai dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.Negara-negarakawasan Eropa yang masih menghadapi resesi serta perlambatan ekonomi Cina. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang pada triwulan III tahun 2013 masihmenunjukkan perlambatan, akibat belum pulihnya permintaan global dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan. Selain itu, adanya kebijakan bank sentral Amerika Serikat untuk menghentikan stimulus fiskal apabila ekonomi Amerika Serikat mengalami perbaikan pada tahun 2013-2014,membawa spekulasi negatif terhadap ekonomi global terutama ekonomi di negara-negara berkembang.

Beberapa lembaga internasional seperti IMF, World Bank, dan OECD memperkirakan perekonomian global masih belum pulih dan relatif melambat pada tahun 2013. Pada bulan Oktober 2013, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 menjadi 2,87 persen (YoY). Proyeksi ini lebih kecil dari proyeksi pada bulan April 2013 sebesar 3,31 persen. Setelah penurunan proyeksi sebelumnya diakibatkan oleh buruknya kondisi perekonomian kawasan Eropa, pada penurunan kali ini justru disebabkan oleh kondisi perekonomian kawasan negara berkembang Asia (termasuk ASEAN) yang merosot. Dalam revisi perkiraan, pertumbuhan ekonomi negara maju tahun 2013 turun menjadi 1,17 persen dari 1,23 persen pada perkiraan sebelumnya. Sementara itu perkiraan pertumbuhan negara berkembang juga turun menjadi 4,55 persen dari 5,31 persen pada perkiraan sebelumnya, terkait perlambatan ekonomi Cina.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

Realisasi Proyeksi April

2013 Proyeksi Oktober 2013 Kelompok Negara 2012 2013 2014 2013 2014 Dunia 3,18 3,31 4,04 2,87 3,58 Negara Maju 1,47 1,23 2,24 1,17 2,03 Negara Berkembang 4,92 5,31 5,72 4,55 5,07 Euro Area -0,64 -0,34 1,07 -0,44 0,96 Negara Berkembang Asia 6,41 7,13 7,35 6,31 6,5 ASEAN-5 6,16 5,87 5,51 4,96 5,42 Amerika Latin dan Karibia 2,93 3,38 3,88 2,68 3,11 Sub Sahara Afrika 4,86 5,57 6,1 4,96 6,01

Sumber: World Economic Outlook,Oktober & April 2013

Sementara itu Organization for Economic Cooperation and Development (OECD/Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) memperkirakan indikator ekonomi utama negara-negara maju terutama Amerika, Jepang, dan

(13)

Inggris menunjukkan pemulihan pada beberapa periode mendatang. Selain itu,perlambatan ekonomi akan terjadi di negara-negara berkembang seperti Cina dan India.Negara-negara berkembangperlu mewaspadai menurunnya aliran investasi akibat dampak pemulihan ekonomi di negara-negara maju.

Perkembangan Ekonomi Amerika

Ekonomi Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada triwulan III tahun 2013. Berdasarkan estimasi awal Bureau Economic Analyst, perekonomian Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013, sangat melambat dibandingkan pada periode sebelumnya yaitu triwulan III tahun 2012 tumbuh sebesar 3,1 persen. Peningkatan konsumsi barang dan investasi, disertai perlambatan impor menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi AS pada periode Juli-September 2013.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)

Sumber: Bureau of Economic Analysis -5 0 5 10 15 20 I II III IV I II III 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi Konsumsi Investasi

(14)

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) 2012 2013 I II III IV I II III Pertumbuhan Ekonomi 3,3 2,8 3,1 2,0 1,3 1,6 1,6 Konsumsi 2,2 2,3 2,2 2,0 1,9 1,9 1,8 Barang 2,7 3,2 3,9 3,5 3,3 3,6 3,7 Jasa 2,0 1,9 1,4 1,3 1,1 1,0 0,9 Investasi 14,3 10,1 11,2 3,1 1,7 4,4 5,2 Ekspor 4,7 4,4 2,8 2,4 1,0 2,0 3.0 Impor 3,0 3,4 2,4 0,1 0,1 1,2 1,5 Belanja Pemerintah -1,7 -1,3 0,2 -1,1 -1,8 -2,0 -2,8

Belanja Pemerintah Pusat -1,8 -2,3 0,7 -2,3 -3,8 -4,1 -6,5

Belanja Pertahanan -2,2 -4,0 -1,7 -5,0 -6,2 -6,1 -9,0

Belanja Non-Pertahanan -1,2 0,8 5,1 2,6 0,3 -0,8 -2,3

Belanja Pemerintah Daerah -1,6 -0,6 -0,2 -0,3 -0,5 -0,5 -0,1

Sumber: Bureau of Economic Analysis

Konsumsi barang tumbuh sebesar 3,7 persen. Namun, pendapatan individu (personal income) melambat sebesar 3,8 persen (QtQ) setelah periode sebelumnya sebesar 4,1 persen (QtQ). Pada triwulan III tahun 2013 pendapatan masyarakat mencapai USD 14.197 miliar. Pendapatan yang bisa dibelanjakan (disposable income) mengalami peningkatan 4,5 persen atau USD 12.538 miliar. Sementara itu tingkat tabungan masyarakat meningkat sebesar 4,9 persen pada September 2013 (MtM), setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh 4,7 persen pada bulan Agustus 2013 (MtM).Namun demikian, belanjarumah tangga ASmelambat dan hanya tumbuh 1,8 persen pada triwulan III tahun 2013. Sedangkan belanjapemerintah pada triwulan III tahun 2013 turun 2,8 persen dari triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan keputusan Kongres yang berencana mengetatkan anggaran belanja pemerintah Amerika akibat defisit yang terus menerus terjadi.

Investasi meningkat5,2 persen. Naiknya investasi di Amerika kemungkinan akibat adanya isu bank sentral Amerika akan melakukan pengurangan stimulus moneter pada bulan September 2013, sehingga dana-dana yang tadinya berada di luar negeri ditarik dan dimasukkan kembali ke Amerika. Pengurangan stimulus moneter itu disebabkan pemerintah Amerika merasakan keadaan ekonomi Amerika sudah mulai pulih. Salah satu indikator yang digunakan adalah tingkat pengangguran. Apabila tingkat pengangguran menurun artinya keadaan ekonomi membaik. Namun, berdasarkan data dari departemen perdagangan Amerika, tingkat pengangguran bulan September 2013 tidak ada perubahan, tetap sebesar 6 persen. Sampai saat ini, pengurangan stimulus moneter belum terjadi, namun isu akan hal tersebut akan terus ada.

Perekonomian Amerika diperkirakan akan melambat pada periode selanjutnya. Salah satu pemicunya adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap

(15)

pemerintahan. Pada akhir September tahun 2013, pemerintah Amerika melakukan shutdown atau pemberhentian pemerintahan sementara akibat tidak adanya kesepakatan dalam kongres. Kubu demokrat menginginkan adanya kenaikan pagu utang untuk dapat membiayai tambahan belanja pemerintah. Kubu republik menyetujui dengan syarat program Obamacare dihentikan selama setahun ke depan. Tentu saja, kubu demokrat, dimana menjadi pengusung program Obamacare, tidak setuju. Shutdown berlangsung selama hampir tiga minggu. Dalam kurun waktu tersebut, ribuan pegawai sipil dinonaktifkan sementara dan kantor-kantor pemerintahan tutup sehingga menyebabkan kerugian total sebesar USD 24 miliar.

BOX 1 Shutdown Pemerintah Amerika

Mulai 1 Oktober pemerintahan AS tidak beroperasi penuh, dengan istilah government shutdown. Akibatnya, pelayanan pemerintah yang tidak esensial akan dihentikan dan 800.000 PNS federal akan dipulangkan tanpa gaji.

Masalah ada di pro-kontra undang-undang jaminan kesehatan Obama, atau biasa disebut

Obamacare. Dalam program tersebut, Pemerintah AS mewajibkan setiap warga negara, terutama

yang miskin, memiliki asuransi kesehatan yang disediakan oleh swasta yang disubsidi oleh pemerintah. Secara umum, kebijakan ini akan menjamin hampir semua warga AS memperoleh layanan kesehatan yang layak.

Pada saat yang sama, Pemerintah AS meminta persetujuan Kongres untuk menaikkan pagu anggarannya melalui penaikan plafon utang. Pagu utang sebesar 16,7 triliun dollar AS dinilai tak memadai untuk menyokong operasional pemerintahan. Kubu Republik mengusulkan amandemen

Obamacare agar kenaikan pagu anggaran dan utang Pemerintah AS disetujui Kongres. Namun, hal

itu ditolak oleh kubu Demokrat selaku pendukung Presiden Obama. Akibatnya, persetujuan kenaikan anggaran pemerintah ditolak Kongres AS.

Karena kesepakatan tidak tercapai, Pemerintah AS pada Senin malam terpaksa harus menghentikan kegiatannya lantaran tak memiliki dana cukup. Selain itu, Pemerintah AS juga tidak bisa berutang untuk menutup kebutuhan itu.

Setelah 16 hari mengalami shut down, pemerintah Amerika Serikat akhirnya membuka kembali pemerintahannya. Pada tanggal 18 Oktober 2013, terjadi kesepakatan untuk pembukaan kembali kegiatan pemerintah federal dengan anggaran sementara sampai 15 Januari 2014 dan memperpanjang otoritas pinjaman AS sampai 7 Februari 2014. Hal ini juga berarti kekalahan bagi Republikan yang tidak mencapai tujuan mereka menghentikan Obamacare ataupun menekan pagu hutang pemerintah AS. Selama dua pekan lebih pemerintahan AS tutup, diperkirakan kerugian ekonomi yang diderita mencapai USD 24 miliar (Rp 240 triliun) berdasarkan analisis Standard & Poor's.

(16)

Dampak bagi Indonesia

Bank Indonesia (BI) memandang bahwa penghentian layanan pemerintahan Amerika Serikat tidak berdampak signifikan bagi industri keuangan di Indonesia. Namun, apabila shutdown ini berlangsung lama, dalam jangka menengah dan panjangnya ini akan membawa masalah pada ekonomi Indonesia. Kalau ekonomi AS tidak segera memulih, sisi ekspor akan terhambat. AS saat ini masih menjadi negara terbesar ketiga tujuan ekspor Indonesia.

Selain itu, Indonesia harus tetap waspada terkait adanya isu pengurangan stimulus moneter (Quantitative Easing) yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Amerika, dimana sempat ditunda pada bulan September kemarin. The Federal Reserve akan membahas pengurangan tersebut pada akhir Oktober, rencananya stimulus akan dikurangi secara bertahap mulai awal 2014, kemudian dievaluasi setiap kuartal, sebelum benar-benar dihentikan pada pertengahan 2014.

Quantitative Easing (QE) adalah mekanisme dimana The Fed mencetak uang untuk membeli

surat hutang negara (treasuries) dari pemerintah ataupun bank-bank komersial melalui open market, sehingga pemerintah dan bank-bank tersebut mendapatkan suntikan dana segar untuk membiayai berbagai hal. Pemerintah dapat menggunakannya untuk membiayai anggaran pengeluaran, dan bank-bank komersial dapat menggunakannya untuk kembali menyalurkan kredit ke masyarakat. Jika kredit ke masyarakat berjalan lanjar, diharapkan hal ini akan kembali menggerakkan roda perekonomian.

Namun, yang kebanyakan terjadi adalah bank-bank komersial di AS lebih suka menggunakannya untuk berspekulasi di pasar, karena ini akan lebih menguntungkan bagi mereka. Berhubung dana QE akan menyasar ke aset-aset berisiko, maka aset yang ada di Indonesia akan menjadi salah satu tujuan parkir dana itu. Sehingga akan ada aliran dana masuk yang signifikan ke Indonesia pasar saham akan positif dan rupiah bisa menguat.

Perekonomian AS yang membaik menjadi alasan pengurangan QE. Apabila QE tetap dijalankan, padahal terdapat aktivitas ekonomi yang mulai membaik, dikhawatirkan bisa memicu gelembung (bubble) ekonomi baru di Amerika Serikat. Tentu saja kebijakan ini ditentang habis-habisan oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Adanya pengurangan QE akan mengakibatkan banyak dana keluar dari Indonesia dan berkurangnya dana masuk ke Indonesia.

(17)

Perkembangan Ekonomi Eropa

Pada triwulan III tahun 2013, perekonomian Uni Eropa 28 negara (EU27+Bulgaria) tumbuh 0,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012. Sementara itu, perekonomian negara-negara di kawasan Euro (EA17, yaitu kawasan yang negaranya memakai Euro sebagai mata uang) turun 0,4 persen (YoY).

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Eropa (YoY)

Sumber: Eurostat

Romania dan Lithuania menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan tertinggi pada triwulan III tahun 2013, yaitu tumbuh sebesar 4,1 juga. Ekonomi Inggris tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IIItahun 2013, yang pada triwulan II 1,3 persen. Sementara itu, Jerman hanya tumbuh 0,6 persen (YoY) setelah sebelumnya tumbuh 0,5 persen pada triwulan II tahun 2013 (YoY), dan Perancis tumbuh hanya 0,2 persen (YoY) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,5 persen (YoY). Siprus menjadi negara yang mengalami kontraksi paling dalam pada triwulan IIItahun 2013, yaitu mencapai 5,7 persen (YoY).

Pada triwulan III tahun 2013, produksi industri di kawasan Euro (EA tumbuh sebesar 1,1 persen dan di kawasan Uni Eropa tumbuh sebesar 1,24 persen di Uni Eropa (YoY). Sementara itu, volume perdagangan ritel menurun 0,8 persen di Uni Eropa dan juga menurun sebesar 0,3 persendi kawasan Euro.

Eropa secara umum mengalami surplus neraca pembayaran pada triwulan II tahun 2013. Negara-negara Uni Eropa (EU27), mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 39,4 miliar atau setara 1,2 persen terhadap PDB. Sementara itu kawasan Euro (EA17) mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 52,8 miliar atau setara 2,2 persen terhadap PDB pada triwulan II tahun 2013, meningkat signifikan apabila dibandingkan pada triwulan II tahun 2012, yaitu hanya sebesar EUR 26,2 miliar. Perdagangan jasa menjadi kontributor utama surplus neraca berjalan yang dialami EU27 pada triwulan II tahun 2013 dengan surplus sebesar EUR 41,7 miliar. Pada triwulan II tahun 2013, Jerman merupakan negara dengan

-8 -6 -4 -2 0 2 IV I II III 2012 2013

Uni Eropa Euro Area Inggris Irlandia

(18)

surplus transaksi berjalan terbesar di Eropa dengan nilai sebesar EUR45,9 miliar, dan Belanda dengan nilai sebesar EUR13,6 miliar. Krisis defisit transaksi berjalan Inggris terus berlanjut sehingga mencapai mencapai EUR-14,3 miliar sampai dengan akhir triwulan II tahun 2013.

Sementara itu tingkat tabungan rumah tangga baik di Uni Eropa maupun di kawasan Euro mengalami perlambatan. Tingkat tabungan rumah tangga di Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan II tahun 2013, mencapai 10,7 persen. Pada kawasan Euro, tingkat tabungan rumah tangga pada triwulan II tahun 2013 mencapai 12,8 persen atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I tahun 2013,yang besarnya 13,1 persen. Di sisi lain, tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa dan kawasan Euro tidak ada perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan II tahun 2013tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa mencapai 7,9 persen dan di kawasan Euromencapai 8,6 persen. Secara nominal, pendapatan rumah tangga di kawasan Euro pada triwulan II tahun 2013 meningkat 0,1 persen atau menurun 0,1 persen secara riil per kapita atau lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga riil per kapita pada triwulan I tahun 2013 yang menurun sebesar 0,2 persen.

Kondisi fiskal beberapa negara di kawasan Eropa memburuk dengan meningkatnya tingkat hutang pada beberapa negara utama yang terkena krisis.Tingkat hutang negara-negara Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan IItahun 2013, mencapai rata-rata 86,8 persen terhadap PDB, meningkat dari 85,9 persen pada triwulan sebelumnya. Sementara itu pada kawasan Euro, tingkat hutang mencapai 93,4 persen, meningkat dari triwulan sebelumnya yang besarnya 92,3 persen. Yunani menjadi negara dengan tingkat hutang terhadap PDB tertinggi yaitu sebesar 169,5 persen, disusul oleh Italia sebesar 133,3 persen dan Portugal sebesar 127,5 persen. Sementara itu negara dengan tingkat hutang terhadap PDB terendah adalah Estonia sebesar 9,8 persen dan Bulgaria sebesar 18,0 persen.

Yunani terus berusaha untuk mengurangi tingkat hutang, salah satunya dengan memotong anggaran belanja pemerintah. Dampaknya adalah peningkatan pemutusan hubungan kerja pegawai sipil serta pengurangan dana pensiun dan gaji pegawai. Setelah beberapa tahun kenaikan pajak, pemerintah Yunani menurunkan pajak makanan dan minuman sampai akhir tahun 2013, dari 23 persen menjadi 13 persen. Hal ini bertujuan menaikkan belanja domestik dan pariwisata, namun pemerintah akan kehilangan EUR 100 miliar dalam penerimaan pajak di jangka pendek. IMF memperkirakan bahwa Yunani akan kekurangan dana sebesar EUR 11 miliar dalam dua tahun ke depan. Hal tersebut berarti negara-negara partner akan diminta untuk menyediakan lebih banyak “penghapusan utang”, sebuah langkah yang sangat ditentang, khususnya oleh Jerman. Kalangan internasional mengatakan bahwa Yunani diharapkan segera memacu pertumbuhan ekonominya untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

(19)

Berlarutnya resesi yang terjadi di Eropa menyebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di 28 negara Eropa pada bulan Agustus 2013 mencapai 11 persen dari total jumlah penduduk atau sama dengan 26,9 juta jiwa. Di 17 negara pengguna Euro, 19,5 juta orang penganggur hidup atau 12,2 persen dari total jumlah penduduk. Tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Yunani (27,6 persen pada Juli 2013), dan Spanyol (26,6 persen pada September 2013), Hungaria (17,2 persen pada September 2013). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah ada di Austria (4,9 persen pada September 2013), Luxemburg (5,9 persen pada September 2013). Tingkat pengangguran usia muda, yaitu penduduk berusia dibawah 25 tahun, pada 28 negara Eropa di bulan September 2013 menurun apabila dibandingkan pada bulan Juli 2013, yaitu dari 5,7 juta jiwa menjadi 5,5 juta jiwa atau 23,5 persen, dimana 3,6 juta dari jumlah tersebut hidup di kawasan Euro.

Perkembangan Ekonomi Asia

Perekonomian negara-negara kawasan Asia diperkirakan melambat pada tahun 2013. Pada bulan September 2013, Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang Asia pada tahun 2013 menjadi hanya 6,0 persen dari proyeksi bulan Juli 2013 yang besarnya6,3 persen. Proyeksi pertumbuhan pada tahun 2014 juga turun dari 6,4 persen menjadi hanya 6,2 persen. Ekonomi Cina dan India yang tumbuh melambat akanmenjadi faktor yangmembebani pertumbuhan ekonomi negara-negara di regional Asia. Perlambatan ekonomi Cina terutama mempengaruhi turunnya tingkat perdagangan negara berkembang di Asia.

ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur sebesar 6,6 persen untuk tahun 2013 dan 2014 akibat melemahnya permintaan pasar. Estimasi Asia Selatan turunmenjadi 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,5 persen pada tahun 2014, dimana sebagian besar disebabkan oleh perlambatan di India. ASEAN juga mengalami penurunan estimasi, yaitu menjadi 4,9 persen di tahun 2013 dan 5,3 pada tahun 2014 karena pelemahan yang terjadi pada tiga negara dengan perekonomian terbesar, sehingga menyebabkan penurunan ekspor dan investasi. Selain itu, ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi di Asia Tengah menjadi 5,4 persen pada tahun 2013, namun estimasi untuk tahun 2014 tetap, yaitu 6,0 persen. Hanya kawasan Asia Pasifik yang proyeksi pertumbuhan ekonominya tidak mengalami perubahan, yaitu 5,2 persen dan 5,5 persen untuk tahun 2013 dan tahun 2014.

(20)

Perekonomian Cina

Pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan III tahun 2013 merupakan pertumbuhan tercepat pada tahun 2013, yakni mencapai 7,8 persen (YoY) yang sebagian besar didorong oleh pemberian “stimulus kecil” dari pemerintah pada bulan Juli 2013, sehingga meningkatkan investasi. Pertumbuhan ini naik dari triwulan sebelumnya, yaitu 7,5 persen (YoY). Namun, momentum pemulihan ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama pada bulan September ekspor Cina mengalami penurunan dan pertumbuhan di sektor industri dan retail berkurang. Pertumbuhan ekonomi Cina pada sembilan bulan di tahun 2013 secara keseluruhan hanya mencapai 7,7 persen, dimana merupakan kinerja terburuk Cina selama 23 tahun.

Perlambatan ekonomi Cina terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor Cina akibat permintaan pasar yang rendah. Layunya permintaan pasar muncul karena perlambatan di Amerika Serikat dan Eropa serta goncangan di pasar keuangan yang melemahkan kepercayaan diri. Kebuntuan di Kongres AS atas plafon utang yang terjadi di bulan Oktober 2013 kemarin juga dikahawatirkan terjadi lagi di bulan Febuari tahun 2014 mendatang, sehingga kembali menggoyang kepercayaan sekali lagi. Pemerintah Cina mengatakan kemungkinan lemahnya permintaan pasar akan terus berlanjut. Indikator-indikator perekonomian Amerika serikat memang membaik, namun terdapat tanda-tanda perlambatan dari negara-negara berkembang.

Mengatasi lemahnya permintaan dari luar negeri, pemerintah Cina pun menggenjot permintaan domestiknya untuk mengimbangi penurunan penjualan luar negeri dan juga untuk menyeimbangkan pertumbuhan.Pada tanggal 1 Agustus 2013, Cina menangguhkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak omset untuk usaha kecil dengan penjualan bulanan kurang dari 20.000 Yuan (atau setara dengan Rp37.430.680). Kebijakan ini diharapkan akan menguntungkan perusahaan kecil serta meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan untuk jutaan orang.

Perlambatan ekonomi Cina yang terus berlangsung dikhawatirkan akan mulai menunjukkan pengaruh negatif bagi perekonomian dunia. Negara-negara pemasok bahan baku seperti Indonesia, Brazil dan Australia turut mengalami dampak dari perlambatan ekonomi Cina. Padahal, Cina diharapkan menjadi salah satu emerging countries yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia.

Indeks Produksi Manufaktur (IPM) yang dikeluarkan oleh HSBC yang merupakan ukuran tingkat produksi Cina mengalami peningkatan. Pada bulan Oktober 2013 IPM mencapai51,4, yang merupakan nilai tertinggi dalam delapan belas bulan terakhir. Walaupun nilai IPM terus meningkat dalam empat bulan terakhir, terdapat indikasi terjadinya pelemahan akibat sub-indeks tidak merata. Selain sub-indeks produksi, sub-indeks lainnya relatif lemah.

(21)

Kegiatan ekspor pada triwulan III tahun 2013 masih suram akibat permintaan global yang masih rendah. Departemen Perdagangan Cina melaporkan bahwa ekspor di bulan September turun sebesar 0,3 persen (YoY),merupakan kondisi terburuk selama triwulan tiga, mengingat pada bulan Agustus ekspor Cina meningkat sebesar 7,2 persen (YoY). Penurunan ekspor Cina di dorong oleh turunnya jumlah perdagangan barang-barang Cina ke ASEAN. Ekspor Cina ke ASEAN pada bulan September 2013 hanya mengalami peningkatan sebesar 9,8 persen (YoY), padahal pada bulan Agustus 2013 meningkat 30,8 persen (YoY). Hal ini karena perekonomian negara berkembang, termasuk negara-negara ASEAN, melambat. Adanya isu pemerintah Amerika mengurangi stimulus moneternya mendorong banyak dana asing keluar dari negara-negara berkembang.

Perlambatan ekspor juga terjadi karena Cina sedang memulai masa reformasi ekonomi yaitu mengurangi ketergantungan pertumbuhan pada kinerja ekspor dan investasi dan lebih fokus pada target belanja konsumen dalam negeri. Investasi pada triwulan IIItahun 2013 menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi utama dengan persentase terhadap PDB sebesar 52 persen, konsumsi sebesar 46 persen, dan terakhir surplus perdagangan 2persen.

Adanya keinginan pemerintah Cina untuk menaikkan belanja konsumen dalam negeri diikuti dengan menurunnya tingkat pengangguran. Ketersediaan lapangan kerja di Cina naik menjadi 10,66 juta lapangan kerja selama sembilan bulan terakhir, jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2012.Dengan pasar tenaga kerja yang tetap stabil, tingkat pengangguran perkotaan pada triwulan III tahun 2013 sebesar 4,0 persen, turun 0,1 persen dari triwulan sebelumnya, dimana penurunan ini merupakan pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor jasa yang sedang mengalami ekspansi. Indeks Industri Jasa pada bulan Oktober 2013 yang dikeluarkan HSBC memperlihatkan adanya peningkatan, yaitu sebesar 52,6 setelah bulan sebelumnya sebesar 52,4. Sektor jasa menyumbang 45 persen ekonomi Cina, naik dari angka 41 persen sepuluh tahun yang lalu.

Sementara itu, IMF pada Oktober 2013 juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina untuk tahun 2013 dari 7,8 persen menjadi 7,6 persen. Proyeksi pertumbuhan Cina pada tahun 2014 dari IMF bahkan turun 0,5 persen dari 7,7 persen menjadi hanya 7,2 persen. ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina menjadi 7,6 persen pada 2013 dan 7,4 persen pada 2014. Estimasi tersebut turun dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Juli 2013 yaitu 7,7 persen pada 2013 dan 7,5 persen pada 2014.

Pemerintah Cina mentargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 7,5 persen. Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen, pemerintah Cina yakin akan mampu mencukupi kebutuhan lapangan pekerjaan di negara tersebut.

(22)

Pemerintah Cina meyakini bahwa stabilitas lapangan pekerjaan merupakan indikator utama kestabilan perekonomian. Selain itu, pemerintah Cina juga berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit konsumsi dan juga peningkatan investasi pada infrastruktur.

Perekonomian India

Perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingginya inflasi, nilai mata uang yang lemah, dan naiknya defisit perdagangan menyebabkan pemerintahan India mempunyai tantangan berat untuk memulihkan perekonomiannya. Cadangan devisa India mengalami penurunan cukup dratis dari USD 294.812 di tahun 2012 menjadi USD 276.264 pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi India tumbuh mengecewakan, yaitu hanya sebesar 4,4 persen dalam periode tiga bulan dari April hingga Juni 2013, dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, yang merupakan laju pertumbuhan terlambat sejak triwulan satu tahun 2009. Selain itu, pertumbuhan India kini berada di bawah 5 persen selama 3 triwulan berturut-turut. Perlu diketahui bahwa tahun anggaran di India dimulai pada bulan April setiap tahunnya. Ekspansi dalam perdagangan, hotel, dan transportasi yang menyumbang lebih dari 25 persen PDB merosot menjadi 3,9 persen pada triwulan pertama sebagai akibat konsumsi domestik melemah. Konsumsi domestik hanya tumbuh sebesar 1,6 persen. Sedangkan pengeluaran pemerintah naik 10,5 persen dimana menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan PDB.Kemudian, investasi India semakin terpuruk sebagai akibat produksi industri dan ekspor tetap atau tidak ada perubahan. Pada bulan Juni 2013, investasi menurun sebesar 1,2 persen, terburuk dalam empat tahun terakhir. Produksi industri menurun sebesar 0,7 persen dan ekspor meningkat hanya 0,8 persen pada bulan Juli. Selanjutnya, meningkatnya harga pangan dan bahan bakar di bulan Juni dan berlanjut sampai September menyebabkan tingkat inflasi mencapai 6,46 persen. Peningkatan harga pangan dalam jumlah yang besar disebabkan cuaca buruk yang menganggu persediaan makanan.

Nilai tukar mata uang India, Rupee, terhadap dollar Amerika Serikat pada tanggal 28 Agustus 2013 menyentuh titik terendahnya dalam 18 tahun terakhir, yaitu 68,80 per USD. Serangkaian intervensi oleh bank sentral India, Bank of India, yang ditujukan untuk melindungi Rupee telah membuat kupon obligasi melonjak, tetapi hal itu belum berhasil membendung kejatuhan Rupee.Merosotnya nilai tukar Rupee diawali pada bulan Mei 2013 akibat adanya isu bank sentral Amerika serikat akan mengurangi insentif moneter. Namun, penyebab terbesar dari buruknya nilai Rupee adalah banyaknya jumlah arus uang yang keluar. Hal ini disebabkan oleh adanya defisit transaksi berjalan dan perlambatan ekonomi.

Dari sisi neraca pembayaran defisit transaksi berjalan pemerintahan pada tahun anggaran 2012/2013 sebesar 4,9 persen terhadap PDB. Defisit transaksi berjalan

(23)

ditargetkan sebesar 4,8 persen terhadap PDB pada tahun anggaran 2013. Namun pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan mencapai USD 21,8 miliar atau 4,9 persen dari PDB yang diakibatkan perlambatan ekspor dan tingginya impor emas di bulan April dan Mei 2013.

Pemerintah India terus berupaya untuk menekan defisit transaksi berjalannya. Pada bulan September 2013, defisit transaksi berjalan menurun hingga menyentuh titik terendahnya sejak tahun 2011, yaitu USD 6,7 miliar. Ekspor meningkat sebesar 11,2 persen dari tahun sebelumnya dan impor anjlok sebesar 18,1 persen sebagai akibat pemerintah menaikkan tarif logam sebesar 10 persen. Namun dikhawatirkan defisit transaksi berjalan akan meningkat lagi akibat permintaan akan emas bertambah karena adanya musim festival beberapa bulan mendatang.

Pada Oktober 2013,IMFmenurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India, yaitu 3,8 persen pada tahun 2013 dan 5,1 persen pada tahun 2014. ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi India menjadi 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,7 persen pada tahun 2014. Estimasi tersebut turun dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Juli 2013 yaitu 5,8 persen pada tahun 2013 dan 6,5 persen pada tahun 2014.

Perekonomian Jepang

Tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang terpangkas dalam periode Juli hingga September 2013. Pelemahan didorong penurunan permintaan dari negara berkembang sekaligus konsumsi dalam negeri yang semakin lesu. Laju pertumbuhan PDB tahun 2013 melambat sekitar separuhnya dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Pada periode Januari hingga Maret, perekonomian Jepang tumbuh 4,3 persen. Pertumbuhan naik 3,8 persen dalam periode April hingga Juni. Namun pada periode Juli hingga September, produk domestik bruto (PDB) tumbuhhanya sebesar 1,9 persen. Pelemahan pertumbuhan ini muncul bersamaan dengan penurunan ekspor, kenaikan biaya energi, serta harga saham domestik yang cenderung stagnan. Komplikasi ini menjadi tantangan baru bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam upayanya mengeluarkan Negeri Sakura dari jerat stagnasi selama sepuluh tahun lebih

Perlambatan pertumbuhan Jepang juga mencerminkan pelemahan sektor swasta, yang merupakan mesin pertumbuhan Jepang. Terlebih jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS). Pada triwulan yang sama, perekonomian AS tumbuh dalam laju lebih cepat, yakni sebesar 2,8 persen. AS mengalami ekspansi, meski masih terlilit persoalan fiskal. Jepang memandang fenomena pelemahan kali ini bersifat sementara. Bagi mereka, ekspansi di triwulan III tahun 2013 ini menandai pertumbuhan empattriwulan berturut-turut, untuk pertama kalinya sejak 2010.

(24)

Kebijakan ekonomi Abe yang lazim disebut Abenomics termasuk program pelonggaran stimulus secara agresif oleh bank sentral Jepang turut menyokong pelemahan nilai tukar Yen. Pelemahan memicu pertumbuhan dalam paruh pertama 2013. Negara perekonomian terbesar ketiga dunia itu mampu memperkuat ekspor serta memulihkan tingkat belanja konsumen.

Namun tetap saja, kedua pilar utama ekonomi Jepang itu kehilangan momentum penting. Pada triwulan III tahun 2013, ekspor turun menjadi 2,4 persen dari kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga hanya naik 0,3 persen. Pada triwulan II, dua tolok ukur itu masing-masing naik 12,2 persen dan 2,3 persen. Penguatan konsumsi lewat lapangan kerja serta kenaikan gaji tampaknya akan menjadi kunci pertumbuhan selanjutnya.

ADB memperkirakan ekonomi Jepang akan terus membaik dalam beberapa periode kedepan, menyusul meningkatnya profit korporasi yang juga mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga. ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 1,8 persen pada tahun 2013 dan 1,4 persen pada tahun 2014. Sedangkan IMF memproyeksikan pertumbuhan Jepang pada tahun 2013 sebesar 1,9 persen dan pada tahun 2014 melambat sebesar 1,2 persen.

Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia

Harga rata-rata minyak mentah dunia pada triwulan III tahun 2013 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II tahun 2013. Harga rata-rata minyak mentah tertinggi pada triwulan III tahun 2013 terjadi pada bulan September 2013 yang mencapai USD 109,7 per barrel, lebih tinggi dari rata-rata harga minyak triwulan IItahun 2013 yang besarnya USD 106,7. Harga minyak mentah Brent mencapai USD 110,1 per barrel atau meningkat dari rata-rata harga triwulan II tahun 2013 yang mencapai USD 103,0 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI meningkatdari triwulan I tahun 2013 sebesar USD 94,2 per barrel menjadi USD 105,8per barrel pada triwulan II tahun 2013.

Peningkatan harga minyak mentah dunia dipicu oleh kekerasan di Mesir pada bulan Agustus 2013. Meluasnya kekerasan di Mesir meningkatkan kekhawatiran bahwa pasokan minyak bisa terganggu. Para pedagang khawatir bahwa kerusuhan di Mesir bisa mengganggu pengiriman minyak mentah melalui Terusan Suez dan jaringan saluran pipa minyak Sumed (Pipeline), yang menghubungan Eropa dan produsen minyak di Teluk.Meskipun Mesir bukan produsen minyak utama, Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel per hari, sekitar 2,7 persen dari pasokan minyak global.

(25)

80,00 85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00 115,00 120,00

Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt

Crude Oil (Rata-rata) Crude Oil; Brent Crude Oil; Dubai Crude Oil; WTI

Harga minyak dunia terus naik. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh konflik antara AS dengan Suriah yang terjadi pada bulan September 2013. Akibat terjadinya ketegangan antara kedua negara ini, sempat muncul kekhawatiran AS akan menyerang Suriah.Kemungkinan serangan militer AS terhadap pemerintah Suriah memicu kekhawatiran pasar atas pasokan minyak di Timur Tengah, di mana sepertiga dari minyak mentah dunia dipasok dari wilayah tersebut. Hal ini tentu saja mendorong harga minyak lebih tinggi. Selain itu, serangan militer AS ke Suriah ini bisa menyeret Iran yang akan mendukung Suriah. Hal itu akan ditunjukkan dengan ditutupnya Selat Hormuz yang merupakan chokepoint paling vital di dunia dengan total 17 juta barel minyak yang melintas per hari pada 2011.

Selain itu, harga minyak menguat merespons kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan stimulusnya. Turunnya stok minyak mentah dan bensin di AS juga berhasil mengangkat harga minyak.

Dari dalam negeri, penerimaan Indonesia dari pengelolaan industri hulu minyak dan gas bumi pada semester I tahun 2013 mencapai USD18,7 miliar dari target yang ditetapkan USD18.4 miliar. Dengan perkembangan ini, produksi minyak pada semester I tahun 2013 berhasil mencapai rata-rata 831.118 barel per hari atau 99 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2013 yaitu sebesar rata-rata 840.000 barel per hari.

Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

(26)

Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Rata-rata Triwulan Rata-rata Bulanan

Harga Minyak Mentah

Dunia 2012 2013 2013

Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Jul Agst Sep

Crude Oil (Rata-rata) 102,8 102,8 101,9 99,3 107,4 105,26 108,16 108,8 Crude Oil; Brent 108,9 110,0 110,5 103,0 110,1 107,72 110,96 111,6 Crude Oil; Dubai 106,2 106,2 107,2 100,8 106,2 103,36 106,96 108,4 Crude Oil; WTI 93,4 92,2 88,1 94,2 105,8 104,7 106,55 106,2 Indonesian Crude Price

Oil 112,5 108,5 107,8 99,7 106,4 103,1 106,7 109,7

(27)

 Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2013 tumbuh sebesar 3,0 persen (QtQ) atau 5,6persen(YoY).

 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami deficit sebesar USD 2,6 miliar.

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

(28)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi, pelebaran defisit neraca transaksi berjalan, serta tergerusnya cadangan devisa akibat capital outflow memberi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2013 yang tumbuh sebesar 3,0 persen (QtQ) dan 5,6 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia turut dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang masih berlangsung hingga saat ini meskipun sudah menunjukkan pemulihan.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong terutama oleh sektor pengangkutan dan komunikasiyang tumbuh sebesar 10,5 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 10,4 persen (YoY). Pertumbuhan ini ditopang oleh jumlah pelanggan layanan telkom yang meningkat 41,8 persen serta telepon seluler meningkat 5,3 persen (YoY). Pertumbuhan yang tinggi juga dicapai oleh sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 8,1 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 7,6 persen (YoY) seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga yang dihimpun di bank serta peningkatan kredit yang disalurkan. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013, namun melambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 7,6 persen (YoY). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga mencapai pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 6,0 persen (YoY).Yang dipengaruhi oleh diadakannya acara berskala internasional di Indonesia seperti Konferensi Tingkat Tinggi APEC, Miss World, Sail Komodo, dan sebagainya.

Pertumbuhan sektor jasa sebesar 5,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa sebesar 4,5 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2012. Sementara itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2013 yang hanya mampu tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) atau melambat 1,0 persen dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun 2012, akibat penurunan subsektor gas alam cair sebesar 6,0 persen (YoY). Perlambatan juga terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY) yang disebabkan oleh penurunan subsektor gas kota sebesar 5,6 persen (YoY). Pada triwulan III tahun 2013, sektor pertanian juga tumbuh melambat sebesar 3,0 persen (YoY) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III tahun 2012 sebesar 5,3 persen (YoY). Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh paling rendah pada triwulan III tahun 2013 sebesar 1,6 persen (YoY) akibat terkendalanya produksi minyak dan gas dari segi teknis operasional dan perizinan.

(29)

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

MENURUT LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 3,8 4,1 3,1 2,3 4,3 4,0 5,3 2,0 3,6 3,2 3,0 Pertambangan dan Penggalian 4,1 1,1 0,6 -0,1 2,5 3,3 -0,3 0,5 0,1 -0,7 1,6 Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,4 5,5 5,2 5,9 6,2 5,9 5,9 4,9 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 5,7 6,5 6,1 7,3 8,1 5,5 4,0 Konstruksi 5,2 7,3 6,3 7,8 7,2 7,3 7,6 7,8 6,7 6,6 6,2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,0 9,4 9,0 10,3 8,7 8,7 7,2 7,8 6,6 6,5 6,0 Pengangkutan dan Komunikasi 13,6 10,9 9,5 9,1 10,0 9,9 10,4 9,6 9,9 11,5 10,5 Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 7,0 6,7 6,9 6,7 6,4 7,1 7,5 7,7 8,4 8,1 8,1 Jasa-Jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 5,5 5,8 4,5 5,3 6,5 4,5 5,6

Pertumbuhan PDB 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,1 5,8 5,6

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Menurut Lapangan Usaha (YoY)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2013 masih ditopang oleh pengeluaranuntukkonsumsi khususnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY), melambatdibandingkan pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan III tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,6 persen(YoY). Perlambatan ini terjadi akibat meningkatnya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Konsumsi pemerintah juga tumbuh tinggi

5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 6,6 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 2012 2013

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan

(30)

sebesar 8,8 persen (YoY) seiring dengan kebijakan percepatan penyerapan anggaran pemerintah sehingga belanja barang tumbuh 16,7 persen (YoY) dan penerimaan barang dan jasa tumbuh 23,5 persen (YoY).

Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III tahun 2013 kembali mengalami perlambatan sehingga hanya tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), akibat menurunnya sub kelompok pengeluaranmesin dan perlengkapan luar negeri dan alat angkutan luar negeri masing-masing sebesar -0,5 persen dan -8,4 persen(YoY) yang disebabkan oleh penurunan nilai impor mesin-mesin pesawat mekanik dan penurunan nilai impor pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan bermotor. Ekspor barang dan jasa mulai mempulih dengan pertumbuhan sebesar 5,3 persen (YoY), meningkat dibandingkan triwulan III tahun 2012yang pertumbuhannya sebesar -2,6 persen (YoY). Pemulihan ekspor Indonesia turut didorong oleh membaiknya perekonomian negara mitra dagang Indonesia seperti Cina dan Singapura serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sementara itu, impor barang dan jasa tumbuh sebesar 3,8 persen(YoY) atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan kontraksi sebesar 0,2 persen pada triwulan III tahun 2012. Pertumbuhan impor dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi dunia usaha pada triwulan depan yang mendorong peningkatan permintaan domestik untuk impor bahan baku industri serta suku cadang.

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

MENURUT JENIS PENGELUARAN 2011 2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,9 5,2 5,6 5,4 5,2 5,1 5,5

Pengeluaran Pemerintah 2,7 4,5 2,8 2,9 6,4 8,6 -2,8 -3,3 0,4 2,1 8,8

Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,3 9,1 7,1 11,5 10,0 12,5 9,8 7,3 5,5 4,5 4,5

Ekspor Barang dan Jasa 12,3 17,1 17,8 8,2 8,2 2,6 -2,6 0,5 3,6 4,8 5,3

Impor Barang dan Jasa 13,7 15,1 13,9 11,0 8,9 11,3 -0,2 6,8 0,0 0,5 3,8

Pertumbuhan PDB 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,1 5,8 5,6

(31)

Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III tahun 2013 mencapai 112,1 basis poin yang menunjukkan optimisme masyarakat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 112,1 basis poin, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dengan nilai indeks sebesar 109,7 basis poin, dan peningkatan konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan dengan nilai indeks sebesar 115,0 basis poin.

Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Pendapatan rumah tangga 107.4 108.5 111.1 106.4 106.0 109.3 112,1

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 111.6 113.1 114.5 118.4 105.4 108.0 109,7

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

98.1 104.1 107.0 101.7 100.8 105.2 115,0

Indeks Tendensi Konsumen 106.5 108.8 111.1 108.6 104.7 108.0 112,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 6,6 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 2012 2013

Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa Pertumbuhan PDB

(32)

Gambar 6. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012- Triwulan III Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Keyakinan Konsumen

Pada periode bulan Juli-Oktober 2013, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia relatif menurun. Pada bulan Juli 2013, IKK tercatat sebesar 108,4 atau menurun jika dibandingkan IKK bulan Juni 2013 yang besarnya 117,1. Penurunan ini terjadi akibat turunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini yang masih dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM serta ekspektasi konsumen yang semakin pesimis terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi kegiatan usaha. Optimisme konsumen semakin menurun pada bulan Agustus 2013 yang diindikasikan olehpenurunan IKK menjadi 107,8. Hal ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan. IKK kembali menurun pada bulan September 2013 karena optimisme responden yang semakin menurun terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang. IKK sedikit membaik pada bulan Oktober 2013 dengan peningkatan 2,4 poin menjadi 109,5 karena peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang dari sisi penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013

Indeks Tendensi

Konsumen Rata-rata 106,5 108,8 111,1 108,6 104,7 108,2 112,0 Kenaikan YoY (Persen) 4,0 2,3 0,8 0,2 -1,7 -0,5 0,8

-3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 100,0 102,0 104,0 106,0 108,0 110,0 112,0 114,0

(33)

Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober 2013 KETERANGAN

2013

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 116,2 116,8 116,8 113,7 111,7 117,1 108,4 107,8 107,1 109,5

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 108,3 109,7 109,3 105,8 106,5 112,1 105,8 104,8 105,7 105,3

Penghasilan saat ini 125,2 126,5 126,3 125,7 130,3 129,4 121,8 125,1 127,9 126,1

Ketersediaan lapangan kerja 96,2 94,4 93,4 90,6 91,7 97,4 89,0 83,8 84,5 86,8

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama 103,6 108,2 108,2 100,5 103,1 109,4 106,5 105,6 104,9 103,0

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 124,1 123,8 124,3 121,6 117,0 122,0 111,0 110,8 108,6 113,7

Ekspektasi Penghasilan 140,7 140,7 141,6 140,3 137,4 141,3 133,9 133,1 133,0 137,6

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 104,3 103,8 105,1 102,6 99,4 106,5 94,2 91,6 91,0 96,0

Ekspektasi Kegiatan Usaha 127,3 127,1 126,3 120,6 114,7 118,3 106,1 107,7 101,6 107,6

Sumber: Bank Indonesia

Trend penurunan IKK masih berlanjut hinggabulan Juli-Oktober 2013. Menurunnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang akibat kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 menjadi pemicu penurunan IKK hingga akhir bulan Oktober 2013. Secara YoY, IKK pada bulan Juli-Oktober 2013 terus mengalami penurunan berturut-turut sebesar -4,5 persen; -6,8 persen; -9,0 persen; dan -8,4 persen.

Gambar 7. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober 2013

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor

Konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 sebesar78,0 ribu unit atau hanya mampu tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY).Konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 menurun cukup signifikann dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. Pada bulan Juli 2013, konsumsi mobil dapat mencapai 112,2 ribu unit atau tumbuh sebesar 9,4 persen (YoY).

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

2013

IKK 116,2 116,8 116,8 113,7 111,7 117,1 108,4 107,8 107,1 109,5

Kenaikan YoY (Persen) -2,5 4,6 8,9 10,9 2,5 2,4 -4,5 -6,8 -9,0 -8,4

-15 -10 -5 0 5 10 15 102 104 106 108 110 112 114 116 118

(34)

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Juni 2012 2012-Agustus Tahun 2013

Sumber: Gaikindo, diolah

Penurunan konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga perbankan, kenaikan inflasi serta pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang turut menekan konsumsi mobil di Indonesia. Penjualan mobil akan semakin tertekan dengan kenaikan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dari 75 persen menjadi 125-150 persen yang direncanakan akan dikeluarkan pada bulan Oktober 2013. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mentargetkan penjualan mobil pada tahun 2013 akan mencapai 1,1 juta unit. Untuk mencapai target itu, Gaikindo menjalankan strategi dengan memberikan diskon besar-besaran kepada penjualan mobil.

Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen

Dalam periode bulan Juli-September 2013, produksi semen Indonesia meningkat, walaupun sempat terjadi perlambatan pada bulan Agustus 2013. Pada bulan Juli 2013, produksi semen Indonesia mencapai 4.597,3 ribu ton atau menurun sebesar 1,4 persen (YoY). Pada bulan Agustus 2013, produksi semen menurun sebesar11,3 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya menjadi sebesar 3.705,1 ribu ton. Pertumbuhan produksi semen kembali meningkat pada bulan September 2013 menjadi sebesar 5.003,ribu ton atau tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY).

Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

2013

Konsumsi Mobil (Ribu Unit) 101, 102, 76,4 102, 106, 103, 89,5 96,7 103, 96,0 102, 99,7 104, 112, 78,0 Pertumbuhan YoY (Persen) 45,0 15,1 4,3 27,9 23,6 53,3 11,4 26,5 19,4 9,2 17,3 4,3 2,5 9,4 2,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

(35)

Gambar 9. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-September 2013

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Dalam periode bulan Juli-September 2013, konsumsi semen Indonesia meningkat, walaupun sempat terjadi perlambatan pada bulan Agustus 2013. Peningkatan konsumsi semen dalam negeri ini mendorong laba PT Semen Indonesia pada triwulan III tahun 2013 sebesar Rp 5,1 triliun atau meningkat 19,4 persen dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III tahun 2013, persentase penjualan semen curah mengalami kenaikan yang menandakan pembangunan sektor infrastruktur dan proyek-proyek besar berjalan dengan baik.Pada bulan Juli 2013, konsumsi semen Indonesia mencapai 5.118,1 ribu ton atau tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY). Pada bulan Agustus 2013, konsumsi semen menurun sebesar2,6 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya menjadi sebesar 3.509,6 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi semen kembali meningkat pada bulan September 2013 menjadi sebesar 5.470,4ribu ton atau tumbuh sebesar 5,7 persen (YoY).

Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-September 2013

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Produksi Semen (Ribu Ton) 4.250 3.995 4.588 4.108 4.480 4.533 4.597 3.705 5.003 Pertumbuhan YoY (Persen) 22,3 7,3 12,6 (3,7) 0,5 9,4 (1,4) -11,3 7,6

(15,0) (10,0) (5,0) 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

2013

Konsumsi Semen (Ribu Ton) 4649 4395 4531 4541 4818 4900 5118,1 3509,6 5470,4

Pertumbuhan YoY (%) 14,5 8,2 3,5 8,6 2,1 9,2 6,2 (2,6) 5,7 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

(36)

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2013mengalami perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari defisit neraca transaksi berjalan yang semakin berkurang dari USD 9,9 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi USD 8,4 miliar. Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan terutama bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 2,8 miliar karena penurunan impor nonmigas yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan ekspor nonmigas. Namun, perbaikan defisit neraca perdagangan masih terhambat oleh pelebaran defisit neraca perdagangan migas sebesar USD -5,9 miliar akibat masih tingginya tren konsumsi BBM. Perbaikan neraca transaksi berjalan juga didorong oleh neraca jasa terutama surplus jasa perjalanan sebesar USD 0,7 miliar karena adanya efek positif dari diselenggarakannya beberapa acara berskala internasional di Indonesia.

Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2013 mengalami surplus sebesar USD 4,9 miliar yang didorong oleh arus masuk investasi langsung asing (PMA). Pada triwulan III tahun 2013, investasi portofolio masih mengalami surplus sebesar USD 1,9 miliar meskipun sempat mengalami tekanan pada surat berharga berdenominasi rupiah. Surplus ini tidak lepas dari kebijakan antisipatif Bank Indonesia dalam menekan meningkatnya ekspektasi inflasi serta pengelolaan nilai tukar yang sesuai dengan nilai fundamentalnya. Namun, surplus transaksi modal dan finansial triwulan III tahun 2013 lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya, salah satunya dipengaruhi oleh investasi lainnya yang mengalami defisit sebesar USD -2,1 miliar terutama akibat penempatan simpanan di luar negeri oleh perbankan domestik.

Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami defisit sebesar USD 2,6 miliar atau lebih besar USD 0,1 miliar dibandingkan dengan triwulan II tahun 2013. Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan II tahun 2013turun menjadiUSD 95,7 miliar atau setara dengan 5,2 bulan impor, yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional.

(37)

Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan III Tahun 2013 (Miliar USD) 2012 2013 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-Q4 Q1 Q2 Q3 I. Transaksi Berjalan -3,2 -8,2 -5,3 -7,8 -24,4 -5,9 -10,0 -8,4 A. Barang 3,2 0,8 3,2 0,8 8,6 1,6 -0,7 0,0 - Ekspor 48,4 47,5 45,5 47,1 188,5 45,2 45,6 44,1 - Impor -44,5 -46,7 -42,4 -46,3 -179,9 -43,6 -46,3 -44,2 1. Nonmigas 4,7 2,0 4,0 3,2 13,9 4,5 1,6 2,8 a. Ekspor 38,6 38,4 37,4 38,5 152,9 36,8 37,6 35,6 b. Impor -33,9 -36,5 -33,5 -35,3 -139,1 -32,3 -36,1 -32,8 2. Minyak -5,3 -5,3 -4,2 -5,6 -20,4 -6,4 -5,3 -5,9 a. Ekspor 4,6 4,3 4,2 4,7 17,9 4,3 4,2 4,8 b. Impor -9,9 -9,7 -8,4 -10,3 -38,3 -10,7 -9,5 -10,7 3. Gas 4,4 4,2 3,4 3,2 15,2 3,5 3,0 3,0 a. Ekspor 5,2 4,8 3,9 3,8 17,7 4,2 3,7 3,7 b. Impor -0,8 -0,6 -0,5 -0,6 -2,5 -0,7 -0,7 -0,7 B. Jasa - jasa -2,0 -2,8 -2,4 -3,2 -10,3 -2,5 -3,1 -2,6

II. Transaksi Modal dan Finansial 2,1 5,1 5,9 12,1 25,1 -0,3 8,4 4,9

A. Transaksi modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 B. Transaksi finansial 2,1 5,1 5,9 12,1 25,1 -0,3 8,4 4,9 1. Investasi langsung 1,6 3,7 4,5 4,1 14,0 3,9 3,8 5,1 2. Investasi portofolio 2,6 3,9 2,5 0,2 9,2 2,8 3,4 1,9 3. Investasi lainnya -2,1 -2,5 -1,2 7,7 1,9 -6,9 1,2 -2,1 III. Total ( I + II ) -1,1 -3,1 0,6 4,3 0,7 -6,2 -1,5 -3,5

IV. Selisih Perhitungan Bersih 0,0 0,3 0,2 -1,0 -0,5 -0,4 -1,0 0,9

V. Neraca Keseluruhan (III+IV) -1,0 -2,8 0,8 3,2 0,2 -6,6 -2,5 -2,6

- Posisi Cadangan Devisa 110,5 106,5 110,2 112,8 112,8 104,8 98,1 95,7 Dalam Bulan Impor 6,2 5,8 6,1 6,1 6,1 5,7 5,4 5,2 Transaksi Berjalan (%PDB) -1,5 -3,7 -2,4 -3,6 -2,8 -2,6 -4,4 -3,8

(38)

 Pada triwulan III tahun 2013, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp268,56 triliun atau 70,4 persen dari nilai yang ditetapkan pada APBN-P 2013.

 Sampai dengan triwulan III tahun 2013, total utang pemerintah pusat mencapai Rp2.273,75 triliun.

 Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikandari Rp906,5 triliun pada akhir tahun 2008 menjadi Rp1.590,2 triliun pada triwulan III 2013.

 Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp17,84 triliun atau 26,4 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2013.

Gambar

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)     2012  2013  I  II  III  IV  I  II  III  Pertumbuhan Ekonomi  3,3  2,8  3,1  2,0  1,3  1,6  1,6  Konsumsi  2,2  2,3  2,2  2,0  1,9  1,9  1,8  Barang  2,7  3,2  3,9  3,5  3,3  3,6  3,7  Jasa  2,0  1,9  1
Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013  Menurut Lapangan Usaha (YoY)
Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Sektor dan  Variabel Pembentuknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya, perekonominan Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,77 persen (y-o-y), dimana pertumbuhan tertinggi di

 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2017 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan I-2016/y-o-y) mengalami pertumbuhan

Secara tahunan (y.o.y) pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan laporan tumbuh 6,95%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009 yang tercatat sebesar 5,25%

 Ekonomi Sulawesi Barat triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 ( y-on-y ) tumbuh sebesar 10,90 persen melaju sedikit lebih cepat bila dibandingkan triwulan

; Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2013 dibandingkan dengan triwulan I-2013 ( q-to-q ) sebesar 2,61 persen ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh sebesar

 Menurut penggunaan, dibandingkan Triwulan II-2011 (y-on-y), pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen didukung oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

Sektor pertanian pada periode triwulan II-2013 mengalami pertumbuhan cukup besar sebesar 4,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

Pertumbuhan produksi secara nasional pada triwulan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,35 persen.. 