• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci : Loncat tegak tanpa awalan, lompat bergantian, daya ledak otot tungkai,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci : Loncat tegak tanpa awalan, lompat bergantian, daya ledak otot tungkai,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PELATIHAN LONCAT TEGAK TANPA AWALAN LEBIH MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DARIPADA PELATIHAN LOMPAT BERGANTIAN PADA MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS PGRI-KUPANG

Daya ledak merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Kemampuan ini diperlukan tidak hanya dalam melakukan aktifitas olahraga tetapi juga dalam situasi kegiatan aktifitas fisik. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan latihan yang kontinyu dan sistematis seperti pelatihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian (Plyometrik). Latihan meloncat dan melompat pada intinya bertujuan untuk memacu dan merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan daya ledak maksimum. Penelitian ini untuk membandingkan kelompok latihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian terhadap daya ledak otot tungkai.

Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental dengan rancangan Randomized pretest - posttest Control Group Design pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang, dengan jumlah sampel 28 orang yang dibagi menjadi dua kelompok dan setiap kelompok berjumlah 14 orang. Kelompok-1 diberikan pelatihan loncat tegak tanpa awalan dan Kelompok-2 pelatihan lompat bergantian dengan 5 repetisi 3 set yang dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali setiap minggu (24 kali pertemuan). Instrumen pengukuran yang digunakan adalah tinggi loncatan menggunakan metode pengukuran oleh Wiyasa, 2010. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.

Hasil penelitian di analisis menggunakan Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk Tes dan uji homogenitas dengan Leven’s Tes. Uji t-Paired untuk mengetahui beda rerata peningkatan daya ledak otot tungkai pada kelompok 1 loncat tegak tanpa awalan (LTTA) dengan rerata sebelum pelatihan = 41,4±1,0 cm, dan rerata sesudah pelatihan = 64,1±2,7 cm dengan beda = 22,7 cm dan persentase peningkatan = 54,8 % (p<0,05). Sedangkan pada kelompok 2 lompat bergantian (LB) dengan rerata sebelum pelatihan = 41,4±0,80 cm dan rerata sesudah pelatihan = 49,8±1,7 dengan beda = 8,4 cm dan persentase peningkatan = 20,28 % (p<0,05). Hasil perbandingan Efek Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai di uji dengan t-independent antar kelompok sebelum dan sesudah pelatihan pada batas kemaknaan α = 0,05. Rerata peningkatan daya ledak otot tungkai sebelum pelatihan dengan nilai p>0,05, yang berarti kondisi awal pelatihan adalah sama dan sesudah pelatihan memiliki nilai p<0,05.

Dapat disimpulkan bahwa kelompok loncat tegak tanpa awalan (LTTA) dan kelompok lompat bergantian (LB) sama-sama memberi efek peningkatan daya ledak otot tungkai dengan meningkatnya tinggi loncatan (p<0,05). Namun peningkatan pada kelompok 1 pelatihan loncat tegak tanpa awalan (LTTA) lebih baik dibandingkan dengan kelompok 2 lompat bergantian dengan selisih persentasenya lebih besar maka peningkatan daya ledak otot tungkai lebih besar. Disarankan lebih diintensifkan pada peningkatan kekuatan dan kecepatan atlet dalam proses rekrutment dan pelatihan guna peningkatan komponen biomotorik daya ledak otot, karena seseorang yang memiliki kekuatan dan kecepatan yang baik, lebih cepat dan mudah dilatih daya ledak otot tungkai untuk prestasi pada cabang olahraga.

(2)

ABSTRACT

JUMPING UPRIGHT WITHOUT LEADING LEAP TRAINING BETTER TO INCRASE LEG MUSCLE EXPLOSIVE POWER THAN THE ALTERNATELY

JUMP TRAINING OF STUDENTS PJKR PGRI UNIVERSITY KUPANG

Explosive power is the ability of a person to overcome the resistance with a high-speed contraction. This capability is necessary not only in the physical activities of sport but also in situations of physical activity events. To achieve the necessary exercise continuous and systematic training jump and jump straight without leading alternately (Plyometrik). Exercise jump and jump in essence aims to spur and stimulate repulsion leg so strong that generate maximum explosive power. This study was to compare the exercise group jump upright without proclitic and alternately jump to the explosive power of leg muscle

The study was a randomized experiment design with pretest- posttest control group design of student PJKR PGRI University-Kupang, with a sample of 28 people, divided into two groups and each group totaled 14 people. Group-1 given vertical jump training without the first and second group of jump training alternating with 3 sets of 5 reps done during 8 weeks with a frequency of exercise three times per week (24 sessions). Measurement instruments used was a high jump using the method of measurement by Wiyasa 2010. Measurements were performed before and after treatment.

The results of the research in using the Shapiro-Wilk normality test and homogeneity test with Leven's Test. Paired t-test to determine the differences mean an increase in leg muscle explosive power in group 1 jump straight with no proclitic (LTTA) with a mean pre-training = 41.4 ± 1.0 cm, and the mean after pre-training = 64.1 ± 2.7 cm the difference = 22.7 cm and the percentage increase = 54.8% (p <0.05). Whereas in the group 2 alternately jump (LB) with a mean pre-training = 41.4 ± 0.80 cm, and mean after training = 49.8 ± 1.7 with difference = 8.4 cm and the percentage increase of 20.28% = ( p <0.05). Effects comparison results Improve Limb Muscle Burst in the t-independent test between groups before and after

training at the limit of significance α = 0.05. The mean increase explosive power leg muscle

before training with a value of p> 0.05, which means that the initial condition is the same training and after the training has a value of p <0.05.

It can be concluded that the group jump upright without proclitic (LTTA) and the group took turns jumping (LB) together give the effect of increased leg muscle explosive power with increased high-stepping (p <0.05). But the increase in group 1 vertical jump training without the proclitic (LTTA) better than in group 2 jump alternately by a margin percentage is greater then the increase of leg muscle explosive power is greater. Suggested further intensified on increasing the strength and speed of athletes in the process of recruitment and training to increase muscle explosive power biomotorik components, as someone who has the strength and good speed, more quickly and easily trained leg muscle explosive power for it’s achievements in the sport.

(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. PRASYARAT GELAR ………... LEMBAR PENGESAHAN ……… SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………... UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ………... DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG….……… DAFTAR LAMPIRAN ……….. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Tujuan Umum ... 1.3.2 Tujuan Khusus ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.4.1 Manfaat Akademik ... 1.4.2 Manfaat Praktis ... 1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Daya Ledak (Explosive Power) ……….… 2.1.1 Macam-Macam Daya Ledak (Explosive Power) ... 2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Ledak ... 2.1.3 Cara Meningkatkan Daya Ledak ... 2.1.4 Sistem Energi Daya Ledak Otot ... 2.2 Locat Tegak Tanpa Awalan ………. 2.3 Lompat Bergantian ……….. i ii iii iv v viii ix x xiv xv xvi xvi 1 7 8 8 8 8 8 9 9 10 11 12 16 18 19 25

(4)

2.3.1 Jenis-Jenis Latihan Plyometrik ……… 2.3.2 Prosedur Pelatihan Loncat Tegak ……… 2.4 Perbandingan Pelatihan Loncat Tegak Tanpa Awalan dan Lompat

Bergantian ………. 2.5 Pelatihan Fisik Olahraga ... 2.5.1 Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 2.5.2 Prinsip-Prinsip Beban Latihan ... 2.5.3 Prinsip Pembebanan Lebih ... 2.5.4 Takaran Pelatihan (Dosis) ... 2.6 Sumber Energi ... 2.7 Analisa Teknik Pukulan Smash badminton ... 2.7.1 Tahapan Gerakan Smash ... 2.7.2 Kajian Anatomi Otot Yang Dilatih ... BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir ... 3.2 Kerangka Konsep ... 3.3 Hipotesis Penelitian ... BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ... 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...

4.2.1 Tempat Penelitian ... 4.2.2 Waktu Penelitian ... 4.3 Penentuan Sumber Data... 4.3.1 Populasi ... 4.3.2 Sampel ... 4.4 Variabel Penelitian ... 4.5 Definisi Operasional Variabel ... 4.6 Instrumen Penelitian... 4.7 Prosedur Penelitian ... 4.8 Analisis Data... 27 32 38 42 45 46 49 49 51 59 62 64 69 71 72 73 74 74 74 74 74 74 77 78 82 82 83

(5)

v

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian... 5.1.1 Data Karakteristik Subjek Penelitian... 5.1.2 Data Lingkungan Penelitian... 5.1.3 Data Hasil Daya Ledak Otot Tungkai... 5.2 Pembahasan...

5.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian... 5.2.2 Karakteristik Lingkungan Penelitian... 5.2.3 Perbandingan Efek Pelatihan Pada Kelompok 1 Loncat Tegak Tanpa Awalan (LTTA) dan Kelompok 2 Lompat Bergantian (LB) Terhadap Daya Ledak Oto Tungkai... BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpuan... 6.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 88 88 89 90 96 96 97 98 102 102 104

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel dan Bagan Keterangan Hal

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6

Norma Loncat Tegak Tanpa Awalan Untuk Pria ... Norma Loncat Tegak Tanpa Awalan Untuk Wanita ... Persediaan Energi Dalam Tubuh Melalui Sistim ATP ... Otot yang Terlibat pada Tahap Persiapan Smash ... Otot yang Terlihat pada Tahap Pelaksanaan Smash ... Kerangka Konsep ... Rancangan Penelitian ... Alur Penelitian ... Data Karakteristik Subjek Penelitian ... Data Keadaan Lingkungan Pelatihan ... Data Uji Normalitas Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada ke dua Kelompok Pelatihan ... Uji Homogenitas Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada ke dua Kelompok Dengan Levene’s Tes ... Hasil Uji Perbandingan Efek Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Antar ke dua Kelompok Sebelum dan Sesudah Pelatihan ... Persentase Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada ke dua Kelompok Pelatihan ... 24 25 54 61 61 71 73 86 88 90 91 92 93 94

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14

Gerakan Loncat Tegak ……….. Gerakan Lompat Bergantian ………. Rumus Bangun ATP ( Fox 1988 ) ... Rumus Bangun ATP ( Fox 1988 ) ... Proses Glikolosis Anaerobic ( Fox 1988 ) ... Proses Aerobic Glikolosis ... Perbedaan Glikolosis Aerobic dan Anaerobic ... Siklus Kreb’s ... Analisis Pukulan Smash Permainan Bulutangkis ... Fase Persiapan Smash ... Fase Pelaksanaan Smash ... Fase Follow-Throgh Smash ... Anatomi Otot Dari Sisi Anterior ... Otot Manusia Dilihat Dari Sisi Posterior ...

22 30 51 52 55 56 57 58 60 62 63 64 65 68

(8)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ATP : Adenosin Triphosphat ADP : Adenosin Diphosphat

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

CM : Centimeter

KG : Kilogram

IMT : Indeks Massa Tubuh KF : Kebugaran Fisik SB : Simpangan Baku % : Persentase 0 C : Derajat Celcius P : Populasi R : Randomisasi RA : Random Alokasi S : Sampel N : Jumlah Sampel

M2 : Meter bujur sangkar

PJKR : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi LTTA : Loncat Tegak Tanpa Awalan

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian dari Program Studi Magister Fisiologi Olahraga.

2. Surat Ijin Penelitian dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prop. NTT. 3. Surat Rekomendasi Penelitian dari Universitas PGRI-Kupang.

4. Surat Keterangan Selesai Penelitian. 5. Surat Persetujuan Sampel Penelitian.

6. Norma Penilaian Tes Lari 2,4 Km Menurut Cooper. 7. Daftar Hadir Subjek Penelitian.

8. Biodata Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok 1 Loncat Tegak tanpa Awalan. 9. Biodata Karakteristik Subjek Penelitian Kelompok 2 Lompat Bergantian.

10. Data Lingkungan Penelitian Selama 8 Minggu.

11. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelompok 1 Loncat Tegak tanpa Awalan. 12. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelompok 2 Lompat Bergantian.

13. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kecepatan Smash Kelompok 1 Loncat Tegak tanpa Awalan.

14. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kecepatan Smash Kelompok 2 Lompat Bergantian. 15. Hasil Uji Deskriptif Kelompok 1 dan Kelompok 2 (Umur, TB, BB, IMT dan Kebugaran

Fisik).

16. Hasil Analisis Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk-Tes dan Homogenitas dengan Levene’s Tes pada ke dua Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah.

17. Hasil Uji Beda Rerata Peningkatan Tinggi Loncatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok 1 Loncat Tegak tanpa Awalan dengan Uji t – Paired.

18. Hasil Uji Beda Rerata Peningkatan Tinggi Loncatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok 2 Lompat Bergantian dengan Uji t – Paired.

19. Hasil Uji Efek Peningkatan Tinggi Loncatan Antar ke dua Kelompok Sebelum dan Sesudah Pelatihan dengan Uji t – Independent.

20. Program Latihan Mingguan selama 2 Bulan (8 Minggu). 21. Foto Alat yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Penelitian. 22. Foto – foto Pelaksanaan Penelitian.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan fungsional dari tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan seseorang untuk berprestasi yang lebih baik. Pelatihan fisik umum untuk setiap cabang olahraga sama, akan tetapi pelatihan fisik khusus untuk setiap cabang olahraga berbeda-beda.

Prestasi olahraga seorang atlet sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, teknik, taktik dan mental, (Harsono, 2004). Sementara Manuaba (2009), mengatakan bahwa prestasi seorang atlet sangat ditentukan oleh bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yaitu: kondisi fisik, keterampilan dan teknik serta lingkungan dalam arti luas. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik, yang merupakan tingkat kemampuan fisik dengan sepuluh komponen biomotorik yaitu: kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, keseimbangan, waktu reaksi, kelincahan, ketepatan dan koordinasi (Nurhasan, 2012).

Daya ledak merupakan kemampuan seorang atlet untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Keadaan fisik yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi gerak ke arah yang lebih baik, waktu pemulihan akan lebih cepat dan respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan (Sajoto, 2003). Kontraksi otot yang sangat tinggi diartikan sebagai

(11)

2

dan kecepatan, baik kecepatan rangsang syaraf maupun kecepatan kontraksi otot (Mufidatul, 2013).

Kemampuan fisik yang baik dan optimal dapat dicapai melalui latihan yang sistematis untuk mempersiapkan fisik seperti kekuatan, kelentukan, kecepatan dan kelincahan. Kemampuan fisik ditinjau dari konsep muskular meliputi kekuatan, daya tahan, power, kecepatan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan dan koordinasi.

Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dan terprogram dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Mufidatul, 2013). Tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan gerak, sehingga segenap kemampuannya dapat menunjang penampilan fisik. Komponen kondisi fisik meliputi kekuatan, daya tahan, daya ledak, kelentukan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan kecepatan.

Pelatih yang kreatif harus memiliki keahlian dalam memilih metode dan bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan atlet (individu) seperti dikatakan Harsono (2004) bahwa training memang harus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap individu agar dengan demikian latihan tersebut dapat menghasilkan hasil yang terbaik (the best result) bagi individu tersebut.

Mengacu pada pendapat tersebut untuk meningkatkan prestasi yang maksimal pelatih dapat memilih bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan cabang olahraga yang akan ditekuni oleh atlet. Lompat dan loncat adalah olahraga yang

memerlukan dan mengutamakan kekuatan otot tungkai. Kekuatan otot tungkai terutama daya ledak otot dipengaruhi oleh latihan yang intensitasnya tinggi dan mempunyai karakteristik yang tepat dalam memilih bentuk latihan yang digunakan.

(12)

Upaya meningkatkan prestasi olahraga yang setinggi-tingginya merupakan tujuan utama olahraga prestasi, termasuk olahraga badminton. Dengan prestasi yang tinggi, olahraga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengharumkan nama bangsa dan Negara. Olahraga badminton dewasa ini kian digemari dan memasyarakat baik di tanah air Indonesia maupun di tingkat Internasional. Apalagi pada Olimpiade Barcelona 1992 di Spanyol, olahraga badminton untuk pertama kali dan telah secara resmi menjadi salah satu nomor yang dipertandingkan sehingga akan memacu dan membangkitkan minat baik negara-negara yang belum maju maupun negara-negara yang sudah cukup maju dalam olahraga badminton.

Pencapaian prestasi badminton yang maksimal harus dilakukan melalui pendekatan pembinaan yang baik. Melalui pengkajian yang bersifat ilmiah merupakan salah satu cara pendekatan yang tidak dapat dihindarkan. Banyak kajian telah dilakukan, namun masih cenderung dalam batas-batas pengalaman dan pengetahuan praktis. Penyebabnya adalah karena masih sedikitnya kepustakaan yang berkaitan dengan olahraga badminton.

Mengamati perjalanan olahraga badminton di Indonesia, tidaklah berlebihan apabila olahraga badminton dijadikan salah satu olahraga prioritas dalam pembinaan karena didasarkan pada kenyataan bahwa secara historis Indonesia telah berkali-kali mampu menunjukkan prestasi yang tinggi di tingkat dunia. Bahkan pada Olimpiade 1992, untuk pertama kali olahraga badminton dipertandingkan, Indonesia mampu memperoleh dua medali emas,dua medali perak dan satu medali perunggu. Pada dasarnya prestasi yang dicapai Indonesia dalam olahraga badminton bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tapi merupakan prestasi akumulatif dari berbagai aspek usaha.

(13)

4

adanya latihan yang dilakukan secara sistematik dan sistemik. Secara sistematik, latihan harus dilakukan secara terencana dan terprogram yang didasarkan pada pelaksanaan yang benar dan teratur. Secara sistemik, yakni berbagai komponen latihan yang terkait dilaksanakan secara terpadu. Namun dengan berjalannya waktu, prestasi badminton di Indonesia kian hari kian menurun yang ditandai dengan semakin sedikitnya medali yang diraih atlet-atlet badminton baik di tingkat regional maupun internasional. Banyak faktor yang ikut berperan didalamnya, salah satunya adalah kekuatan daya ledak otot tungkai.

Cara yang paling baik untuk meningkatkan power maksimal pada suatu Kelompok otot tertentu adalah dengan meregangkan (memperpanjang) terlebih dahulu otot-otot tersebut. Menururt Nurhasan (2012) pelatihan Plyometrik adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrik-konsentrik) yang mempergunakan pembebanan dinamik.

Explosive power (daya ledak) ini dapat dikembangkan melalui latihan kekuatan dan kecepatan (Mufidatul, 2013), jadi otot yang mempunyai daya ledak yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai kekuatan dan kecepatan yang baik. Untuk meningkatkan unsur-unsur fisik tersebut di atas, dapat dicapai melalui latihan Plyometrik yang sesuai dan tepat untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot tungkai adalah faktor yang sangat penting dalam setiap cabang olahraga khususnya badminton. Beragam bentuk latihan Plyometrik yang baik untuk latihan kekuatan otot tungkai, di antaranya, squat jump, lompat boks, squat jump dengan

lutut ke dada, loncat tegak tanpa awalan, lompat bergantian, berjingkat, naik turun bangku, naik turun tangga, lompat katak, lompat bangku rendah dan lompat bangku tinggi.

(14)

Daya ledak adalah product of force and velocity. Maksudnya bahwa daya ledak adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan (Johansyah, 2013 ). Sedangkan latihan daya ledak dititikberatkan pada sekelompok otot yang digunakan. Maka untuk lebih efisien dalam melatih kecepatan dan kekuatan digunakan bentuk-bentuk latihan seperti loncat tanpa awalan, dan lompat bergantian dengan beban latihan yang progresif. Pelatihan daya ledak otot yang dilatih dengan cara meloncat-loncat maupun melompat, tapi takaran yang tepat terdiri atas unsur-unsur; intensitas, volume, frekuensi dan densitas. Sedangkan daya ledak merupakan suatu komponen biomotorik yang apabila tidak dilatih sesuai prinsip-prinsip pelatihan maka tidak akan tercapai target yang diinginkan (Nala, 2011). Untuk itu diperlukan pelatihan yang menunjang peningkatan komponen biomotorik daya ledak.

Pelatihan Plyometrik dianggap sebagai salah cara paling efektif untuk meningkatkan daya ledak (Nala, 2011). Secara umum pelatihan Plyometrik adalah sama dengan prinsip pelatihan kondisi fisik, sedangkan kekhususan pelatihan ini adalah dalam hal: memberi peregangan pada otot, beban berlebih secara progresif, neuromuscular, sistem energi dan dalam pola gerak. Bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai antara lain : melompat melambung ke depan atas (bound), loncat ke atas (hops), melompat setinggi mungkin (jump), dan melompat atau meloncat setinggi serta sejauh mungkin (leap), langkah dan melompat (skip), memantul atau pantulan (ricochets) (Radcliffe & Farentinos, 2002).

Bentuk pelatihan melompat dan meloncat merupakan modifikasi dari pelatihan Plyometrik. Loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian dilakukan dengan gerakan loncat atau melompat vertical ke atas dan horizontal ke depan semaksimal mungkin dengan menggerakkan

(15)

6

pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot. Kekuatan dan kecepatan dapat menjembatani untuk menghasilkan daya ledak fungsional, dengan gerakan simultan dua kaki bersamaan, akan menghasilkan tenaga lebih rendah dibandingkan dengan gerakan sendiri satu kaki (Bompa, 1993).

Latihan meloncat dan melompat pada intinya bertujuan untuk memacu dan merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga menghasilkan daya ledak maksimum. Kedua bentuk latihan tersebut belum diketahui dengan pasti, efektivitasnya dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai. Efek peningkatan daya ledak otot tungkai sangat dibutuhkan dalam permainan badminton terutama dalam melakukan gerakan smash. Efektivitas kedua bentuk pelatihan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan keduanya, dan takaran latihan yang diberikan sama. Untuk mengetahui bentuk latihan yang dapat memberikan efek peningkatan daya ledak otot lebih baik, maka perlu dilakukan penelitian.

Penelitian ini diterapkan pada mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas PGRI-Kupang, dengan pertimbangan bahwa mahasiswa PJKR perlu mempersiapkan kondisi fisik yang lebih baik terutama ketika mengikuti kegiatan olahraga. Salah satu kegiatan yang akan diikuti adalah Pekan Olahraga Seni Nasional Mahasiswa PGRI seluruh Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2017 di Palembang. Namun perlu diketahui bahwa hingga saat ini perkembangan olahraga badminton yang di kembangkan di UKM Universitas PGRI-Kupang tidak begitu maksimal dalam peningkatan kemampuan gerak. Kekuatan dan kecepatan merupakan komponen biomotorik yang kompleks dalam menghasilkan daya ledak yang optimal sebagai interaksi dari komponen-komponen biomotorik lainnya. Maka daya ledak dapat ditingkatkan melalui latihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian secara sistematis dengan pembebanan latihan yang dilakukan secara progresif.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pelatihan loncat tegak tanpa awalan meningkatkan daya ledak otot tungkai pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang?

2. Apakah pelatihan lompat bergantian meningkatkan daya ledak otot tungkai pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang?

3. Apakah pelatihan loncat tegak tanpa awalan lebih meningkatkan daya ledak otot tungkai daripada pelatihan lompat bergantian pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk membuktikan pelatihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian terhadap daya ledak otot tungkai pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk membuktikan bahwa pelatihan loncat tegak tanpa awalan meningkatkan daya ledak otot tungkai pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang.

2. Untuk membuktikan bahwa pelatihan lompat bergantian meningkatkan daya ledak otot tungkai pada mahasiswa PJKR Universitas PGRI-Kupang.

(17)

8 1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

Manfaat akademik dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengembangan ilmu kepelatihan olahraga, dan tes pengukuran yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya aplikasi tentang pelatihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian terhadap daya ledak otot tungkai dan dapat diimplementasikan dalam proses pelatihan maupun pengajaran.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan peningkatan daya ledak otot tungkai melalui latihan loncat tegak tanpa awalan dan lompat bergantian pada ke dua Kelompok sampel. 2. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam proses pelatihan dan tes pengukuran dengan menggunakan model dan metode yang tepat dan sesuai, serta untuk mengetahui secara nyata interaksi kemampuan daya ledak otot atlet atau siswa.

3. Dengan mengetahui hal-hal yang diteliti tersebut dapat diambil langkah-langkah yang lebih efektif dan efisien dalam penerapan model latihan pada atlet atau siswa sesuai dengan kondisi lingkungan dan keadaaan sarana pra-sarana.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti

Adapun manfaat penelitian ini bagi peneliti antara lain :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penerapan metode latihan olahraga dan tes pengukuran olahraga.

2. Mendapat tambahan kajian manfaat dan pengalaman dalam melakukan penelitian, dan hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian berikutnya.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan kepadad Pemko Medan agar memilih Alternatif V sebagai pilihan pertama, dimana : Lahan milik Pemko Medan, dikembangkan

[r]

dan memelihara lingkungan hidup bukan hanya itu saja, juga melestarikan karena kita membutuhkan sumber-sumber di dalamnya dan karena bumi ini adalah rumah kita,

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair terhadap tanaman pakcoy berpengaruh sangat nyata pada peubah jumlah daun, berat

Makna surat an-Nisa’ (4): 29 ini adalah bahwa Allah melarang manusia untuk mendapatkan harta dengan cara yang diharamkan syariat (batil), artinya mengambil harta tersebut dengan

Nikmat bumi adalah nikmat besar. Bayangkan saja jika Allah SWT menarik lapisan atmosfir yang ada di atas bumi. Pastilah dalam sekejap matahari akan membakar seluruh makhluk yang

Analisis epanet pada wilayah pengembangan ini, merupakan hasil pemodelan kondisi sistem distribusi pada.. Pemodelan akan dilakukan terhadap tahap pertama dahulu,

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis berpengaruh pada meningkatnya kemampuan menulis cerpen siswa. Hasil pembelajaran menulis cerpen siswa