• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa latin, yakni “littera” yang berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari bahasa sansekerta yang juga berarti tulisan. Jadi yang menjadi pengertian dan sekaligus batasan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak.

Sedangkan menurut Atar Semi (1993:8), Sastra adalah bagian dari seni karya sastra yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena karya sastra berhubungan dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Contohnya seperti perasaan, semangat, kepercayaan dan keyakinan yang mampu membangkitkan kekaguman. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia.

Karya sastra dibedakan atas prosas, puisi dan drama. Jenis prosa dalam pengertian kesusasteraan juga disebut sebagai fiksi. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan kepada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:2). Prosa terbagi lagi kedalam jenis novel, cerita pendek (cerpen) dan roman.

(2)

Novel merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata (Takeo dalam Pujiono 2002:3). Sedangkan Menurut Djacob Sumardjo (1999:11-12), novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, novel juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Jadi dalam novel terdapat bahasa sastra yang berusaha mempengaruhi, membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca. Begitu juga dengan novel yang berjudul Memoirs of a Geisha yang merupakan salah satu hasil karya sastra yang memaparkan dan mendeskripsikan situasi sosial yang keras pada masa itu di Yoroido dan Kyoto.

Novel ini berceritakan tentang kehidupan seorang Geisha sebelum perang dunia ke-II. Kisah didalamnya merupakan perjalanan hidup seorang wanita, mulai dari kehidupan masa kecilnya yang sulit, bersaing untuk menjadi seorang Geisha profesional di Kyoto hingga pensiun dari pekerjaannya. Pada awalnya Sayuri tidak mau menjadi seorang Geisha ketika dijual ke Kyoto. Hal ini dibuktikan ketika Sayuri berulang kali mencoba melarikan diri dari Okiya, yang membuatnya terancam menjadi pelayan seumur hidup. Okiya adalah tempat menginap atau tempat tinggal

Geisha. Namun semuanya berubah ketika Sayuri bertemu dengan tuan Iwamura Ken

seorang pedagang kaya di Kyoto. Pertemuan itu membuat Sayuri bertekad untuk menjadi Geisha.

Persaingan untuk menjadi seorang Geisha yang populer membuat kawan sendiri pun menjadi lawan. Sayuri dihadapkan pada persoalan-persoalan yang

(3)

menyebabkan konflik dalam dirinya. Sebagai perempuan biasa yang ingin mencintai dan dicintai dan sebagai seorang Geisha yang harus konsisten terhadap karirnya.

Ketika Sayuri mulai menyukai Iwamura Ken yang sering dipanggil Ketua, Sayuri berusaha menjadi Geisha agar bisa menjadi wanita simpanan Ketua, hal ini menunjukkan adanya dorongan Id dalam diri Sayuri yaitu rasa ingin memiliki terhadap Ketua. Walaupun Sayuri mengetahui bahwa Ketua sudah memiliki istri tapi Sayuri tetap memperjuangkan cintanya. Hal ini menunjukkan bahwa Sayuri sadar akan status Ketua, namun Sayuri tetap tidak memperdulikannya. Adanya kesadaran dalam diri Sayuri akan hal itu menunjukkan adanya Ego dalam dirinya. Ketika Sayuri tetap berusaha mendekati dan menarik perhatian Ketua walaupun hanya sebagai istri simpanan, menunujukkan bahwa Ego yang dimiliki Sayuri kalah terhadap Id. Sedangkan mengenai Super Ego dapat dilihat sebelum Sayuri bertemu Ketua, Sayuri berulang kali mencoba melarikan diri dari Okiya agar bisa bertemu dengan kakaknya. Sayuri sadar bahwa setiap calon Geisha yang melarikan diri dari

Okiya akan menjadi pelayan seumur hidup. Akan tetapi Sayuri tetap tidak

mengurungkan niatnya. Hal ini menunjukka Super Ego yang dimiliki Sayuri kalah terhadap Id.

Konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel ini, yang membuat penulis tertarik untuk menganalisa psikologis tokoh utama berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud melalui Id (aspek biologis), Ego (aspek psikologis) dan

Super Ego (aspek sosiologis).

Dalam hal ini penulis mengambil acuan dalam sebuah novel, yang mengangkat tema tentang kehidupan seorang Geisha pada zaman Showa di Jepang.

(4)

Skripsi ini berjudul “ Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel Memoirs

Of A Geisha Karya Arthur Golden ”.

B. Perumusan Masalah

Profesi Geisha di dunia bisnis hiburan jepang bisa menjadi profesi seumur hidup. Hal ini disebabkan karena yang diutamakan dalam profesi ini adalah keterampilan berkesenian dan kemampuan berbincang dengan para tamunya. Bukan hanya kecantikan fisik belaka, hingga seorang Geisha dapat menjalankan profesinya sampai usia lanjut. Namun ketika seorang Geisha menikah, mereka juga akan mengakhiri profesinya. Pada umumnya seorang Geisha dianggap ideal apabila memiliki seorang danna. Danna adalah pelindung, patron atau orang yang membiayai semua kebutuhan Geisha. Dengan siapa Geisha tersebut terlibat secara emosional, seksual dan ekonomi.

Ketika Sayuri mulai menyukai Ketua dan adanya rasa ingin memiliki, menunjukkan adanya dorongan Id (aspek biologis) dalam diri Sayuri. Sayuri berusaha menjadi Geisha agar bisa menjadi wanita simpanan Ketua, walaupun Sayuri mengetahui bahwa Ketua sudah memiliki istri tapi Sayuri tetap memperjuangkan cintanya. Hal ini menunjukkan adanya Ego (aspek psikologis). Sayuri sadar akan status Ketua, namun Sayuri tetap tidak memperdulikannya. Hal ini menunjukkan Ego yang dimiliki Sayuri kalah terhadap Id. Adanya pertimbangan antara yang baik dan buruk dalam diri Sayuri menunjukkan psikologis yang dimiliki Sayuri untuk tetap mengambil keputusan yang baik atau yang buruk. Kemudian

(5)

dipertimbangkan lagi dengan adanya Super Ego. Sedangkan Super Ego dapat dilihat ketika Sayuri berulang kali mencoba melarikan diri dari Okiya. Sayuri sadar bahwa setiap calon Geisha yang melarikan diri dari Okiya akan diancam menjadi pelayan seumur hidup. Akan tetapi Sayuri tetap tidak mengurungkan niatnya. Hal ini menunjukkan Super Ego yang dimiliki Sayuri kalah terhadap Id.

Sikap dan tingkah laku Sayuri dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada menunjukkan psikologis yang dimiliki tokoh. Hal ini membuat penulis tertarik melakukan analisis psikologi tokoh utama yang terdapat di dalam karya sastra yang ditulis oleh Arthur Golden melalui Id, Ego dan Super Ego berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud.

Pembahasan dalam skripsi ini, terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana konflik psikologis yang dialami tokoh utama dalam novel

Memoirs of a Geisha ?

2. Bagaimana deskripsi kepribadian tokoh utama yang tergambar dalam novel

Memoirs of a Geisha berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud ?

(6)

C. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembahasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar, sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Untuk itu pembahasan dalam skripsi ini akan dibatasi berdasarkan pada cerita yang tergambar pada novel Memoirs of a Geisha karya Arthur Golden. Skripsi ini membahas tentang psikologi tokoh utama dan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel, berdasarkan teori kepribadian psikoanalisa Sigmund Freud. Untuk memperjelas dalam pembahasan masalah pada skripsi ini, penulis juga menjelaskan tentang defenisi novel, unsur intrinsik, defenisi psikologi sastra, teori kepribadian Sigmund Freud dan biografi pengarang.

D. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori

1. Tinjuan Pusataka

Karya sastra selalu terlibat dalam segala aspek hidup dan kehidupan, tidak terkecuali ilmu jiwa atau psikologi. Hal ini tidak terlepas dari pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Maka penelitian yang meggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi psikologi. Alasan ini didorong karena tokoh-tokoh dalam karya sastra dimanusiakan, mereka semua diberi jiwa, mempunyai raga bahkan untuk manusia yang disebut pengarang mungkin memiliki penjiwaan yang lebih bila dibandingkan dengan manusia lainnya, terutama dalam hal penghayatan mengenai hidup dan kehidupan (Andre Hardjana, 1985:60).

(7)

Novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif (Tarigan, 2000:164). Sedangkan secara etimologi, novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari bentuk karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Sedangkan dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya cerita pendek dalam bentuk prosa.

Tokoh cerita dalam suatu karya satra fiksi merupakan hasil karya pengarang yang murni berasal dari alam pikirnya. Boulton (Aminuddin, 2000:79), mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup dalam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri. Dalam cerita fiksi, tokoh tersebut dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat manusia.

Tokoh cerita dalam karya sastra fiksi sama seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Aminuddin, (2000:80), mengatakan bahwa dalam upaya memahami watak seorang tokoh pembaca dapat menelusurinya lewat:

1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan hidupnya maupun cara berpakaian.

(8)

3. Menunjukkan bagaimana perilakunya.

4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri. 5. Memahami jalan pikirannya.

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya. 7. Melihat tokoh lain berbincang dengannya.

8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya. 9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh lainnya.

Setelah memahami watak dalam karya sastra fiksi, barulah kita bisa memahami bagaimana seorang pengarang dalam menampilkan tokoh tersebut dalam karya sastranya. Begitu juga dengan karya sastra yang berjudul Memoirs of a Geisha, di dalamnya tergambar kondisi dan kehidupan masyarakat pada saat itu, yang juga tidak terlepas dari konflik kehidupan manusia.

Dalam pengertian Ensiklopedia Umum (1990:360), Geisha adalah wanita khusus yang dilatih untuk menjadi penjamu dan penghibur, ahli tari, ramah-tamah dalam pergaulan dan mampu memberi jawaban-jawaban yang tepat dalam wawancara.

Sedangkan pengertian Geisha secara etimologi adalah berasal dari kata 芸 (gei) yang artinya seni dan 者 (sha) yang artinya pelaku atau hal yang menyatakan

orang. Jadi bisa dikatakan bahwa Geisha itu adalah seorang seniman. Pengertian ini

memang tidak terlalu jauh dari kegiatan Geisha itu sendiri yang tidak hanya mengandalkan kecantikan dan kemolekan fisik saja. Tetapi juga dituntun harus mahir

(9)

dan ahli dalam seni musik, seni tari, seni upacara minum teh, menuangkan sake dan menguasai pembicaraan para tamu-tamunya.

2. Kerangka Teori

Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan penulisan ini. Dalam hal ini penulis menggunakan dua teori pendekatan yaitu: Pendekatan Psikologi Sastra Dan Pendekatan Semiotika.

Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis (Hartoko melalui Endra Swara, 2008:70). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2005:392), Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan perilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Siswanto (2008:12) dalam argumennya menyatakan bahwa kepribadian sastrawan adalah unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan dari setiap individu manusia. Unsur tersebut adalah pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri.

Teori psikologi sastra yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teori Sigmund Freud. Dimana Sigmund Freud mengibaratkan kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat di permukaan adalah menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat yang lebih besar menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide dan perasaan-perasan yang ditekan, suatu dunia dalam yang besar dan berisi 14 kekuatan vital yang melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan perbuatan sadar manusia (S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:60).

(10)

Penekanan Freud pada aspek ketidaksadaran yang letaknya lebih dalam daripada aspek kesadaran tersebut, membuat aliran psikologi yang disusun atas dasar penyelidikannya itu disebut ‘Psikologi Dalam’ (Sujanto, 1980:62). Namun hal tersebut lebih lazim disebut psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia (S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:73).

Secara umum, Id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian,

Ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan Super Ego adalah komponen

sosialnya.

1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman Id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan (Sumadi Suryabrata, 1993:145 - 146).

2. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena Ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali Ego harus

(11)

mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Id dan Super Ego. Peran

Ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dan

keadaan lingkungan (Sumadi Suryabrata, 1993:146 - 147).

3. Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan.

Super Ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya

menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok

Super Ego adalah merintangi dorongan Id terutama dorongan seksual dan

agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis dan megejar kesempurnaan. Jadi Super Ego cenderung untuk menentang Id maupun Ego dan membuat konsepsi yang ideal (Sumadi Suryabrata, 1983:148 - 149).

Dalam pendekatan psikoanalisa ini, penulis dapat meneliti kepribadian dan psikologis tokoh utama yang tergambar melalui sikap tokoh dalam menghadapi konflik atau persoalan-persoalan yang ada dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud.

Menurut Paul Lobley dan Litza Tanz (Kutha Ratna, 2004:7), Semiotika berasal dari kata seme dalam bahasa yunani yang berarti penafsir tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia .

(12)

Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Peirce. Teori peirce dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce, yang mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai suatu tanda jka ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda haruslah mengacu atau mewakili sesuatu yang disebutnya sebagai objek acuan (Nurgiyantoro, 1995:41).

Melalui pendekatan semiotika ini, penulis dapat meneliti kepribadian tokoh yang dapat dilihat secara tersirat dalam pembicaraan atau dialog antar tokoh cerita yang terdapat dalam novel Memoirs of a Geisha. Dari penggunaan bahasa, isi hati dan pemikiran para tokoh menunjukkan psikologis yang dimiliki setiap tokoh yang tentunya berbeda dengan tokoh lainnya.

(13)

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan skripi ini adalah:

1. Mendeskripsikan konflik psikologis yang dialami tokoh utama dalam novel

Memoirs of a Geisha.

2. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dalam novel Memoirs of a Geisha berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis seperti:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang budaya jepang yaitu Geisha pada khususnya dan studi sastra pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori psikologi satra dalam mengungkap novel

Memoirs of a Geisha.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam novel Memoirs of a Geisha. Terutama,

(14)

kondisi kejiwaan para tokoh dan konflik yang dihadapi dengan pemanfaatan lintas disiplin ilmu yaitu psikologi dan sastra.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan corak penelitian, sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh hasil yang maksimal.

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Lexy J. Moleong, 2001:6).

Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi analisis data yang sifatnya menuturkan, memaparkan, menganalisis dan menafsirkan (Soediro Satoto, 1992:15).

Sementara itu, teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah metode Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu dengan mengumpulkan data yang ada dari berbagai sumber tulisan yang ada. Diantaranya adalah buku-buku, hasil penelitian baik yang ilmiah seperti skripsi, tesis ataupun non ilmiah. Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet seperti Google

(15)

judul skripsi ini. Sumber utama penelitian ini adalah novel Memoirs of a Geisha Karya Arthur Golden. Setelah data diperoleh dari referensi yang berkaitan dalam penulisan ini, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila mereka ingin saling berkenalan dengan berjabatan tangan sekali dengan setiap orang, maka banyaknya cara jabat tangan yang mungkin adalah …a. Persamaan lingkaran yang berpusat

muara sungai Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten. Asahan Provinsi

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden tidak rutin dalam melakukan olahraga (68,8%) , sebagian besar responden mempunyai pola tidur yang buruk

Gaya kepemimpinan bidang perencanaan perum perhutani divisi regional 1 jawa tengah menerima kritikan dan saran dari bawahan, menginspirasi kepercayaan diantara bawahan,

Menurut Bengen (2001) yang diacu oleh Fachrul (2007), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Salah satu tipe zonasi hutan

Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016:9) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

Jika bawahan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, maka pemimpin memberikan pengakuan melalui pujian, hadiah (reward and punishment) atau keuntungan – keuntungan

Independensi corporate governance direpresentasikan dengan proporsi Komisaris Independen, proporsi anggota Komite Audit Independen, proporsi anggota Komite Audit