HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN BELAJAR
DAN BURNOUT PADA MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lapran penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Aminah Oktavia
11151030000089
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2018 M
Dengan ini sava menyatakan bahwa:
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya grrnakan dalam penulisan
cantumkao sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Laporan penelitian
ini
merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu p€rsyaratan memperoleh gelar strata 1 di UINini
telah sayadi
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.3.
Jika di kemudian hari terbulli bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil j iplakan dari karya orang iain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Nnvember 2018
Aminah Oktavia 1.
Laporan penelitian be{udul Hubungan
Antara
PendekatanBelajar
DanBurnout
Pada MahasiswaPreklinik
Fakultas KedokteranUIN
SyarifHidayatullah
yang diajukan oleh Aminah Oktavia(NIM
11151030000039), telah diujikan dalam sidangdi
Fakultas Kedokteran pada 12 November 2018. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.Cipr:tat, 72 November 201 8 DEWAN PENGUJI NlP. 19'.7 307 2s200801 2009 Pembimbing
II
4 -...2dr. Isa Multazam Noor. MSc. So.KJ(K) NIP. 197s12 200912 1002
dr. Achmad Zaki. M.Epid. Sp.OT NIP. 19780507200501 1 00
'*r7i':
-tu(
O.. ar. f r"r"f.""
/tk
PIMPINAN FAKULTAS
Kaprodi Kedokteran FK UIN
c><ffi
dr. Achmad Zaki. M.EBid,Sp=tQT
NrP-'' 1 9780s0720050 I 1 00
It
IIUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN BELAJAR DENGN.I BURNOUT PADA MAHASISWA PREKLINIKTINGKAT
AKIIIR
FAKULTASKEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
I{IDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Saijana Kedokteran (S.Ked)
Oleh: Aminah Oktavia NIM: 1 1 151030000089
Pembimbing
II
1-dr. Isa Multazam Noor. MSc. Sp.KJ(K) NrP. 197512 200912 1002
PROGRAM
STUDI
KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLATI
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena berkat limpahan rahmat, anugerah, serta nikmat-Nya penulis dapat belajar dan menyelesaikan penelitian di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam yang telah membawa umat muslim dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga penulis dapat belajar seperti saat ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Daerah Musi Banyuasin yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa menjalani pendidikan di PSKed FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, Sp.OG (K), SH, dr. Fika Ekayanti, D.KK, M.Med.Ed, dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku pembantu dekan FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Fika Ekayanti, DKK, M.Med.Ed dan dr. Isa Multazam Noor, M.Sc., Sp. KJ(K)., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, member masukan serta arahan dan motivasi penulis selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Dr. dr. Francisca A. Tjakradjaja, MS., Sp. GK, selaku dosen penguji 1 dan dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku dosen penguji 2 yang memberikan bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.
vi
6. drg. Laifa Hendarmin, DDS, Ph.D. dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D., selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015 yang telah memotivasi kami untuk dapat menyelesaikan riset tepat waktu dan memberi arahan serta masukan dalam penelitian yang kami lakukan.
7. dr. Nida Farida, Sp.M., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
8. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Alm. ayahanda Abdurrahman dan ibunda Halimah serta kakak dan adik tersayang Ahmad Kurniawan, Alya Maysyaroh, Teguh Ali Barkah, Rahmaniar, Putri Hanniza, dan Tegar Adhi Nugraha, yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya dan selalu memberi dukungan baik moril, materil dan spiritual yang tak kunjung hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 9. Teman seperjuangan penelitian, yaitu Lahzatin Atiqoh dan Risa Azzahra
Khatami yang merupakan sahabat seperjuangan dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini, yang telah bekerja sama dengan baik dan saling bahu membahu memberikan dukungan, semangat, dan motivasi selama penelitian dan penyusuan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Nailaufar Hamro, Khadijah Alhaura, Umy May, Resdwyanto, Hasna Aqilah, dan Romi Rhomadhon, yang sudah mendoakan dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh teman-teman program studi kedokteran angkatan 2015 yang selalu memberi dukungan dan semangat.
12. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran. Aamiin.
Ciputat, 12 November 2018
viii
ABSTRAK
Aminah Oktavia. Program Studi Kedokteran. Hubungan Antara Pendekatan Belajar Dan Burnout Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Latar Belakang: Burnout atau kelelahan psikologis sering dialami oleh seseorang dengan beban kerja yang tinggi, misalnya mahasiswa kedokteran. Seiring dengan semakin meningkatnya beban belajar, risiko terjadinya burnout pun akan semakin meningkat. Pendekatan belajar adalah cara seseorang untuk mencapai tujuan belajarnya. Pendekatan belajar yang efektif akan mengurangi risiko terjadinya
burnout. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pendekatan belajar dan burnout pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan kuesioner, populasi adalah seluruh mahasiswa kedokteran UIN syarif Hidayatullah tingkat 1-4 (total sampling) dan 368 mahasiswa bersedia menjadi responden. Uji
Coefficient Contingency digunakan untuk melihat hubungan antara pendekatan
belajar dengan burnout. Hasil: Dari 368 sampel, 80,09% mahasiswa dengan tipe pendekatan belajar mendalam mengalami burnout dan 19,90% mahasiswa dengan tipe pendekatan belajar permukaan mengalami burnout. Berdasarkan hasil uji
Coefficient Contingency diperoleh r= 0,109 dan p= 0,035. Kesimpulan: Terdapat
hubungan antara pendekatan belajar dengan burnout.
ix
ABSTRACT
Aminah Oktavia. Medical Study Program. Relationship between Learning
Approach and Burnout for Preclinic Medical Students of Syarif Hidayatullah State Islamic University.
Background: Burnout or psychological fatigue is often experienced by someone
with a high workload, for example medical students. As the learning burden increases, the risk of burnout will increase. Learning approaches is method that used by the learner to get learning objective. An effective learning approach will reduce the risk of burnout. Objective: To find out the relationship between learning approach and burnout in pre-clinic medical students of Syarif Hidayatullah Islamic State University. Method: This study used a cross sectional design with a questionnaires, the population were all of first year- fourth year medical students of Syarif Hidayatullah Islamic State University (total sampling) and 368 students were willing become the study’s respondents. Coefficient Contingency test was used to see the relationship between learning approaches and burnout. Results: From 368 samples, 80,09% of students with deep learning approach types experienced burnout and 19,90% of students with a type of surface learning approach experienced burnout. Based on the results of the Coefficient Contingency test obtained r = 0.109 and p = 0.035. Conclusion: There is a relationship between learning approach and burnout.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB IPENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Hipotesis Penelitan ... 3 1.4 Tujuan ... 3 1.5 Manfaat ... 4 1.5.1. Bagi Peneliti ... 4
1.5.2. Bagi Perguruan Tinggi ... 4
BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kerangka Teori ... 5
2.1.1 Burnout ... 5
2.1.1.1 Definisi Burnout ... 5
2.1.1.2 Dimensi Burnout ... 6
2.1.1.3 Faktor Penyebab Burnout ... 7
2.1.1.4 Ciri- ciri Burnout ... 10
2.1.1.5 Akibat Yang Ditimbulkan Burnout ... 10
2.1.1.6 Penilaian Burnout ... 11
2.1.2 Learning Approach ... 12
xi
2.1.2.2. Klasifikasi Learning Approach ... 13
2.1.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar ... 14
2.1.2.4. Penilaian Learning Approach ... 18
2.1.3 Hubungan Pendekatan Belajar Terhadap Burnout ... 19
2.2 Kerangka Teori ... 20
2.3 Kerangka Konsep ... 21
2.4 Definisi Operasional ... 22
Tabel 2.3. Definisi Operasional ... 22
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 24
3.1 Desain Penelitian ... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.5 Cara Pengambilan Sampel ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Analisi Univariat ... 33
4.1.1. Jumlah Responden... 34
4.1.2. Karakteristik Sampel ... 35
4.1.2 Frekuensi Pendekatan Belajar ... 37
4.1.3 Frekuensi Burnout Freudenberger ... 40
4.1.4 Frekuensi Dimensi Burnout Menurut Kuesioner Maslach Burnout Inventory Pada Mahasiswa yang Burnout Berdasarkan Kuesioner Freudenberger and Richelson ... 43
4.2. Analisis Bivariat ... 44
4.2.1 Uji Korelatif Hubungan Tipe Pendekatan Belajar dengan Burnout ... 446
4.3. Keterbatasan Penelitian ... 47
BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1. Simpulan ... 48
xii
DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan deep approach dan surface approach………14 Tabel 2.2 Jenis Pengelompokkan Kuesioner R-SPQ-2F (Revised Student Process
Questionnaire 2
Factors………18
Tabel 2.3 Definisi
Operasional………22 Taebl 4.1 Distribusi Response Rate Kuesioner Pada Mahasiswa PSKed Angkatan 2015-2018 FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………34 Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Mahasiswa, Jenis Kelamin, Usia, Urutan Kelahiran, dan Jumlah Saudara pada Mahasiswa Preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015-2018………35 Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Pendekatan Belajar pada Mahasiswa Preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2015-2018………37 Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Sampel Terhadap Pendekatan Belajar pada Mahasiswa Preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2015-2018………38 Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Burnout pada Mahasiswa Preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2015-2018………....………40 Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Sampel Terhadap Burnout pada Mahasiswa Preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2015-2018………41 Tabel 4.7 Frekuensi Dimensi Burnout Menurut Kuesioner Maslach Burnout Inventory Pada Mahasiswa yang Burnout Berdasarkan Kuesioner Freudenberger and
Richelson………43 Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pendekatan Belajar Terhadap
Burnout ………44
Tabel 4.9 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pendekatan Belajar Terhadap Dimensi Burnout………46
xiv
DAFTAR SINGKATAN
MBI : Maslach Burnout Inventory
KE : Kelelahan Emosional
D : Depersonalisasi
PPD : Pencapaian Prestasi Diri
PPPD : Penurunan Pencapaian Prestasi Diri
R-SPQ-2F : Revised Study Process Questionnaire 2 Factors SPSS : Statistical Product and Service Solutions
OR : Odds Ratio
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent……...59
Lampiran 2 Lembar Kuesioner Penelitian……….61
Lampiran 3 Lembar Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner………..67
Lampiran 4 Lembar Analisa Data SPSS………69
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Belajar merupakan bentuk kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Dalam proses belajar ini, setiap manusia mempunyai metode yang berbeda. Learning approach atau pendekatan belajar merupakan cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar yang sedang dilakukan. Setiap individu tentu memiliki cara masing-masing dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Menurut teori Biggs, ada beberapa bentuk pendekatan belajar, yaitu pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan lahiriah/ dangkal
(surface approach).1 Pendekatan mendalam lebih mengutamakan
pemahaman dan pendekatan dangkal lebih mengutamakan belajar seminimal mungkin namun dapat menghindari kegagalan dalam belajar. Pendekatan belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang sangat berpengaruh yaitu motivasi belajar untuk faktor internal dan strategi belajar untuk faktor eksternal.
Semakin padatnya kegiatan akademik dan bertambah banyaknya beban belajar yang diberikan dapat menjadi salah satu alasan terjadinya perbedaan pendekatan belajar pada mahasiswa. Seorang mahasiswa kedokteran seringkali dihadapkan dengan tuntutan belajar yang tinggi agar kelak mahasiswa dapat terbiasa menjadi “a long life learner”. Untuk mencapai target penguasaan materi yang banyak dengan waktu yang cukup singkat, maka rutinitas perkuliahan pun menjadi sangat padat jika dibandingkan dengan kegiatan perkuliahan mahasiswa pada program studi lain. Bukan tidak mungkin, jika rutinitas perkuliahan yang padat dengan metode pendekatan belajar yang kurang baik akhirnya dapat memicu suatu kelelahan akademik yang lama-kelamaan akan menyebabkan munculnya sindrom burnout.
Dalam sebuah penelitian berjudul “Burnout among medical
students during the first years of undergraduate school: Prevalence and associated factors” disebutkan bahwa motivasi belajar dan rutinitas
perkuliahan yang padat dapat menjadi salah satu faktor terjadinya burnout pada mahasiswa kedokteran.2 Burnout adalah istilah yang pertama kali
dikemukakan oleh Freudenberger pada tahun 1974, yang merupakan representasi dari sindrom pshychological stress yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari tekanan pekerjaan,3 dalam hal ini dapat dikaitkan dengan metode pendekatan belajar yang dimiliki oleh mahasiswa yang meliputi motivasi dan strategi belajar.
Berdasarkan hasil penelitian Ana-Maria Cazan tentang “Learning
motivation, engagement and burnout among university students”
disebutkan bahwa motivasi belajar dan burnout memiliki hubungan yang negatif dimana semakin tinggi motivasi dan strategi belajar yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin rendah risiko burnout yang dimilikinya.4
Dari fakta-fakta yang diperoleh, peneliti hendak melihat apakah terdapat hubungan antara pendekatan belajar terhadap terjadinya burnout. Selain itu, peneliti juga hendak melihat karakteristik mahasiswa yang mungkin dapat mempengaruhi masing-masing variabel seperti jenis kelamin, usia, urutan kelahiran,dan jumlah saudara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah yang diambil, yaitu:
1. Apakah terdapat hubungan antara pendekatan belajar dan burnout pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3 Hipotesis Penelitan
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Terdapat hubungan negatif antara pendekatan belajar dan burnout pada
mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.3.2 Terdapat hubungan yang bermakna antara pendekatan belajar dan burnout
pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar dan burnout pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui karakteristik sampel penelitian pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
1.4.2.2 Untuk melihat frekuensi pendekatan belajar pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2.3 Untuk melihat frekuensi burnout berdasarkan kuesioner Freudenberger
and Richelson pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.4.2.4 Untuk melihat frekuensi burnout berdasarkan kuesioner Maslach Burnout
Inventory pada mahasiswa yang mengalami burnout menurut kuesioner Freudenberger and Richelson.
1.4.2.5 Untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar dan burnout pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.4.2.6 Untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar dan dimensi burnout
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti
a. Untuk menambah wawasan mengenai pendekatan belajar dan kejadian burnout pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
b. Menjadi motivasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan hasil penelitian yang didapatkan, misalnya meneliti tentang metode penanganan apa saja yang mampu mengatasi masalah burnout pada mahasiswa kedokteran preklinik FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan karya tulis ilmiah.
1.5.2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai data untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
b. Sarana bagi perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah penelitian.
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Burnout 2.1.1.1 Definisi Burnout
Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Freundenberger pada tahun 1973. Freudenberger adalah seorang ahli psikologi klinis pada lembaga pelayanan sosial di New York yang menangani remaja bermasalah. Freundenberger memberi ilustrasi burnout syndrome seperti gedung yang terbakar habis yang awalnya berdiri megah dengan berbagai aktivitas di dalamnya dan setelah terbakar, gedung hanya tampak kerangka luarnya saja. Ilustrasi ini memberikan gambaran bahwa orang yang mengalami burnout syndrome dari luar tampak seperti biasa namun sebenarnya terjadi masalah dalam dirinya.5 Burnout
merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan, seperti menjaga jarak dari orang lain maupun bersikap sinis dengan mereka, membolos, sering terlambat dan keinginan pindah kerja sangat kuat.5 Sindrom burnout merupakan fenomena sosio-psikologik dari emosional, motivasi, dan kelelahan fisik sebagai akibat dari stres kerja yang kronis atau berkepanjangan.6
Menurut Poerwandari burnout adalah kondisi seseorang yang terkuras habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik.7 Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terus menerus. Karena bersifat psikobiologis, maka beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, mudah sakit dan biasanya bersifat kumulatif, maka kadang persoalan tidak demikian mudah diselesaikan.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa burnout syndrome adalah suatu kumpulan gejala psiko-fisiologis dan mental yang bersifat kronis sebagai akibat dari kelelahan atas terjadinya aktivitas yang sama secara terus-menerus dan menekan. Maka dari itu,
diperlukan adanya sikap yang benar dalam menghadapi semua faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya burnout, karena jika tidak dapat muncul gangguan baik secara fisik maupun psikologis. Semakin tinggi nilai indikator burnout pada seseorang, maka akan semakin tinggi pula risiko seseorang tersebut untuk mengalami burnout. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai indikator burnout pada seseorang, maka akan semakin pula risiko bagi seseorang tersebut untuk mengalami burnout.
2.1.1.2 Dimensi Burnout
Burnout merupakan sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi,8
yaitu:
a. Kelelahan (Exhaustion)
Kelelahan (exhaustion) merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia), mental (merasa tidak bahagia, tidak berharga, rasa gagal), dan emosional (bosan, sedih, tertekan). Ketika mengalami exhaustion, mereka akan merasakan energinya seperti terkuras habis dan ada perasaan kosong yang tidak dapat diatasi lagi. b. Depersonalisasi (Cynicism)
Depersonalisasi adalah proses penyeimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan individu. Hal ini bisa berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, mereka merasa aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
c. Rendahnya Hasrat Pencapaian Prestasi Diri (Low Personal Accomplishment) Rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan. Selain itu, penderita juga merasa belum melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya, sehingga pada akhirnya memicu timbulnya penilaian rendah terhadap kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan diri. Penderita memiliki perasaan tidak berdaya, tidak mampu melakukan tugas, dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima
tugas yang baru. Mereka menganggap dunia luar menentang upaya untuk melakukan perbaikan dan kemajuan sehingga kondisi tersebut akhirnya membuat mereka merasa kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat perilakunya.
2.1.1.3 Faktor Penyebab Burnout
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami
burnout, diantaranya yaitu:
a. Faktor individu
Seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku yang spesifik dari dirinya. Faktor individu berhubungan dengan beberapa komponen diantaranya :
1. Jenis kelamin
Depak Langade, et al, menemukan bahwa prevalensi burnout pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria.9 Dikatakan bahwa tingginya tingkat
burnout pada wanita mungkin dilatarbelakangi oleh tingginya ekspetasi di
bidang domestik yang menyebabkan adanya perbedaan dalam keseimbangan kehidupan kerja mereka.
2. Usia
Ahola, et al, menemukan pekerja yang berusia muda lebih tinggi mengalami burnout daripada pekerja yang berusia tua.10 Namun tidak ada batasan umur dalam kriteria pekerja yang berusia muda maupun pekerja yang berusia tua. Diperlukan adanya penelitian longitudinal pada burnout untuk lebih mengetahuihubungan antara jenis kelamin, usia, dan burnout. 3. Tingkat Pendidikan
Menurut Maslach dan Jackson (dalam Nurjayadi) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga turut berperan dalam sindrom burnout.11 Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa stres yang terkait dengan masalah pekerjaan seringkali dialami oleh pekerja dengan pendidikan yang rendah.
4. Status Perkawinan.
Annual Review of Psychology (dalam Nurjayadi) melaporkan bahwa
individu yang belum menikah (khususnya laki-laki) dilaporkan lebih rentan terhadap sindrom burnout dibandingkan individu yang sudah menikah.11 Namun perlu penjelasan lebih lanjut untuk status perkawinan. Mereka yang sudah menikah bisa saja memiliki resiko untuk mengalami
burnout jika perkawinannya kurang harmonis atau mempunyai pasangan
yang tidak dapat memberikan dorongan sosial.11 b. Faktor kepribadian
Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan sebuah karakteristik psikologi dan perilaku yang dimiliki individu yang bersifat permanent yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan induvidu yang lainnya. Adapun faktor kepribadian di bagi menjadi beberapa bagian (Bakker AB),12 diantaranya :
a) Neuroticism
Mengidentifikasi kecenderungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon koping yang tidak sesuai.
b) Extraversion
Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, kapasitas kesenangan.
c) Openness to experience
Mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, Senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar.
d) Agreeableness
Mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaaan, dan tindakan.
e) Conscientiousness
Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan, dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah.
c. Faktor pekerjaan
Dalam studi yang telah dilakukan oleh Natasha, diidentifikasi bahwa terdapat hubungan antara stres akibat pekerjaan, burnout, kepuasan dalam bekerja, dan kesehatan pada perawat. Stressor yang berperan dalam pekerjaan adalah pengawasan yang buruk, adanya konflik dengan sesama pekerja dan pasien, tuntutan pekerjaan yang tinggi, dan intensitas lembur yang tinggi.
Model Burnout Maslach menyebutkan bahwa lamanya paparan stres lingkungan dan situasional yang mengakibatkan tekanan dalam pekerjaan, berkontribusi terhadap terjadinya triad dimensi burnout. Tekanan dalam pekerjaan ini muncul akibar adanya ketidakcocokan antara ekspektasi kerja dengan realisasi lingkungan kerja.13
d. Faktor organisasi
Faktor-faktor seperti gaya kepemimpinan, iklim organisasi, kekuatan struktur dapat mempengaruhi tingkat burnout pada mahasiswa. Eastburg, dkk (dalam Cooper)11 menjelaskan bahwa kedua dukungan dari supervisor dan teman sebaya memberi kontribusi bertambahnya kelelahan emosi.
Menurut Lee dan Ashforth dalam Dewanti,14 ada beberapa faktor yang menyebabkan burnout, yaitu :
1. Tekanan pekerjaan, seperti:
a. Ambiguitas, yaitu keadaan dimana mahasiswa tidak tahu apa yang harus dilakukan, menjadi bingung, dan menjadi tidak yakin karena kurangnya pemahaman atas hak-hak dan kewajiban yang dimiliki mahasiswa yang mengerjakan tugas.
b. Konflik peran, yaitu suatu perangkat harapan atau lebih berlawanan dengan lainnya sehingga dapat menjadi penekanan yang penting bagi sebagian orang. c. Stres kerja, apabila tekanan yang dialami pekerja bersifat menetap dalam jangka waktu yang lama, maka kan menyebabkan burnout karena kondisi tubuhnya tidak mampu membangun kembali kemampuannya untuk menghadapi pemicu stres. d. Beban kerja, apabila seorang mahasiswa menanggung banyak pelajaran dalam waktu relatif singkat, maka dapat membuat mahasiswa tertekan dan akan menyebabkan burnout.
2. Dukungan, seperti:
a. Dukungan sosial, yaitu tersedianya sumber yang dapat dipanggil ketika dibutuhkan untuk memberi dukungan, sehingga orang tersebut cenderung lebih percaya diri dan sehat karena yakin ada orang lain yang membantunya saat kesulitan.
b. Dukungan keluarga, keluarga mempunyai andil besar untuk meringankan beban yang dialami meskipun hanya dalam bentuk dukungan emosional, yaitu perilaku memberi perhatian dan mendengarkan dengan simpatik.
c. Dukungan teman kuliah, teman yang suportif memungkinkan mahasiswa menanggulangi tekanan belajar.
d. Kekompakan suatu kelompok, beberapa ahli mengatakan bahwa hubungan yang baik antara beberapa anggota kelompok kerja merupakan faktor penting dalam kesejahteraan dan kesehatan organisasi.
2.1.1.4 Ciri- ciri Burnout
Menurut Korunka et al, ciri-ciri umum burnout, yaitu:15
1. Sakit fisik dicirikan seperti sakit kepala, demam, sakit punggung, tegang pada otot leher dan bahu, sering flu, susah tidur, rasa letih yang kronis.
2. Kelehan emosi dicirikan seperti rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, suka marah, gelisah, putus asa, sedih, tertekan, tidak berdaya.
3. Kelelahan mental dicirikan seperti acuh tak acuh pada lingkungan, sikap negatif terhadap orang lain, konsep diri yang rendah, putus asa dengan jalan hidup, merasa tidak berharga.
2.1.1.5 Akibat Yang Ditimbulkan Burnout
Beberapa akibat burnout bagi individu dan organisasi antara lain:
a) Individu
Menurut Rostiana menjelaskan beberapa akibat burnout bagi individu yang disebut dengan manifestasi burnout diantaranya adalah meningkatnya penggunaan kopi dan alkohol, munculnya problem dalam hubungan seksual, masalah kesehatan secara fisik seperti sakit kepala, mual, nyeri otot, kehilangan selera makan, napas yang pendek dan gangguan tidur.16
b) Organisasi
Akibat burnout bagi organisasi menurut Maslach dan Leiter (dalam Korunka et al) adalah menurunya kualitas kinerja.15 Pekerja menjadi kurang produktif dan efektif. Hasil kinerja dan perilaku mereka dapat berubah menjadi lebih buruk dari standar baku pekerjaan yang seharusnya. Di sisi lain, mereka yang mengalami kelelahan kerja juga akan menarik diri dari kehidupan sosialnya sehingga kurang bersedia membantu sesama rekan kerja dalam bertugas dan akan kehilangan fokus mereka dalam berorganisasi. Burnout juga dikaitkan dengan adanya ketidakpuasan kerja, komitmen beroganisasi yang tidak adekuatdan adanya niat yang lebih tinggi untuk meninggalkan pekerjaan. Menariknya, burnout ini mungkin dapat “menular”. Karyawan yang sudah mengalami burnout sangat mungkin dapat memulai konflik antar sesama rekan kerja dan mengganggu tugas kerja bersama sehingga meyebabkan rekan kerjanya dapat mengalami burnout juga.
2.1.1.6 Penilaian Burnout
a. Penilaian Burnout Skala Freudenberger and Richelson
Skala Burnout Freudenberger and Richelson ditetapkan untuk menggambarkan kondisi yang mendekati tingkat perubahan yang mengarah kepada kondisi burnout (kelelahan jiwa). Pada alat ukur ini, dapat terlihat apakah seseorang sudah memiliki burnout atau tidak.17
b. Maslach Burnout Inventory
MBI merupakan alat ukur yang paling sering digunakan untuk mengetahui tingkat burnout seseorang. Hal ini disebabkan dalam MBI tercakup tiga indikator burnout yang bersifat multidimensional, yaitu dimensi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi diri. Adanya ketiga indikator yang bersifat multidimensional tersebut membuat MBI dinilai lebih dapat memahami perilaku individu dalam konteks sosial dan memfokuskan pada faktor-faktor sosial dan personal. Kekurangan dari MBI yaitu hanya dapat mengukur risiko burnout yang dimiliki oleh seseorang, tidak dapat mengukur apakah seseorang tersebut burnout atau tidak burnout.18
2.1.2 Learning Approach
2.1.2.1 Pengertian Learning Approach
Learning approach atau disebut juga dengan pendekatan belajar secara umum adalah perilaku nyata individu sebagai seorang pelajar dalam belajar yang menentukan tingkat hasil belajarnya.19 Pendekatan dan strategi belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar seseorang. Sering terjadi seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat mahasiswa tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai titik yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan yang efisien dan efektif. Konsekuensi positifnya ialah harga diri (self-esteem) mahasiswa tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang yang diantaranya mungkin berkapasitas kognitif yang lebih tinggi.20
Sebuah pendekatan untuk belajar dan strategi belajar yang digunakan biasanya memperlihatkan motivasi seseorang ketika melaksanakan sebuah tugas. Peneliti membedakan dua pendekatan belajar yaitu pendekatan belajar mendalam (deep approach) dan pendekatan belajar permukaan (surface approach). Pendekatan belajar permukaan cenderung bersifat menghafal (memorisasi) berhubungan dengan tujuan untuk mengingat informasi dan dapat menceritakan kembali akibat respon dari sebuah pertanyaan. Pendekatan belajar yang mendalam memiliki karakteristik sebagai usaha untuk memahami informasi dengan mencari dasar dari sebuah materi dan mengembangkan informasi tersebut sehingga dapat membuat hubungan atau relasinya. Kedua jenis pendekatan belajar tidak dapat dipisahkan, karena seorang individu pada waktu yang bersamaan dapat menggunakan pendekatan belajar mendalam dan permukaan sekaligus. Pendekatan belajar bersifat tidak stabil, seseorang dapat memilih pendekatan
belajar yang berbeda pada beberapa kesempatan atau bahkan kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis tugas dan konteksnya.21
2.1.2.2. Klasifikasi Learning Approach a. Surface Approach
Pendekatan belajar permukaan (surface approach) dapat dianggap sebagai ketergantungan pada menghafal. Mahasiswa menganggap tugas belajar sebagai paksaan dan mereka termotivasi secara eksternal. Mahasiswa tersebut biasanya memperlakukan bagian dari suatu subjek secara terpisah dari bagian yang lain dan cenderung gagal menghubungkan menjadi suatu kesatuan yang koheren.22 Oleh karena fokusnya yang hanya menghafal informasi dan ide-ide, mahasiswa yang mengadopsi pendekatan permukaan motivasinya adalah rasa takut akan kegagalan.23 Pendekatan belajar superfisial memiliki level pemahaman yang rendah dan menjadi pembelajaran yang inefektif.24 Surface approach menyiratkan bahwa mahasiswa hanya belajar untuk menghafal fakta-fakta yang ditandai dengan pertama, mencoba untuk mengingat bagian dari isi bahan ajar dan menerima informasi yang diberikan tanpa mempertanyakannya. Kedua, berkonsentrasi pada menghafal fakta tanpa membedakan prinsip yang mendalam.25 Mahasiswa tidak dapat dimasukkan ke dalam konteks yang lebih besar, mereka cenderung hanya mengikuti prosedur inti tanpa memahami asal-usul.26
b. Deep Approach
Mahasiswa yang menggunakan pendekatan belajar mendalam (deep
approach) biasanya mencari makna dari sebuah materi, mengungkapkan minat
dalam ide-ide, menghubungkan ide-ide baru dengan pengetahuan sebelumnya dan menggunakan bukti secara kritis. Pendekatan belajar mendalam dihubungkan dengan hasil belajar yang lebih baik daripada pendekatan belajar permukaan (surface approach).25 Mahasiswa yang menggunakan pendekatan belajar mendalam cenderung memahami materi dan berperan aktif dalam studi mereka. Mereka mempertahankan titik kritis dari pandangan terhadap argumen dan bukti-bukti dengan bantuan pengetahuan dan sumber daya lainnya. Mereka mengamati kemajuan pemahaman mereka dan pembelajaran dianggap sebagai suatu proses
internal mereka.27 Meskipun pendekatan belajar digunakan untuk belajar saat di jenjang universitas, setelah lulus dan ketika memulai praktik sebagai dokter, mahasiswa idealnya menggunakan pendekatan belajar yang mendalam untuk memiliki pemahaman yang baik dari konsep-konsep yang kompleks, sehingga dapat memperlakukan pasien dengan profesional 28
Tabel 2.1 Perbedaan deep approach dan surface approach 29
Deep approach Surface approach
Bertujuan untuk pengertian Bertujuan hanya untuk memenuhi tugas
Mahasiswa belajar secara terstruktur Mahasiswa memecahkan pembelajaran menjadi
bagian yang terpisah-pisah
Berfokus pada makna penting Berfokus pada fakta sederhana
Menghubungkan pengetahuan sebelumnhya dengan pengetahuan baru
Berfokus pada tugas tanpa melihat kaitan satu sama dengan yang lainnya
Mengaitkan teori dengan pengalamannya Tidak dapat merefleksikan fakta dan konsep
Menghubungkan dan membedakan bukti dan argumen
Tidak dapat membedakan contoh dengan prinsip
Mengorganisasikan dan menyusun isi menjadi satu struktur yang komprehensif
Memandang tugas sebagai kepentingan
eksternal Penekanan internal: memandang belajar sebagai
proses agar realitas harian dapat dipahami
Penekanan eksternal: tuntutan assessment, pemisahan pengetahuan dari reaitas harian
2.1.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar
Biggs membuat kerangka teori agar dapat memahami persepsi belajar mahasiswa melalui pertimbangan hubungan antara persepsi pengajar dan mahasiswa terhadap konteks pembelajaran. Teori model 3P merupakan komponen utama dalam sebuah kelas belajar mengajar yaitu terdiri dari pertanda (presage) yang dipengaruhi oleh karakteristik mahasiswa dan konteks akademik, proses (process) yang berupa pendekatan belajar mahasiswa, dan produk (product) berupa hasil belajar yang dicapai.24 Dapat disimpulkan bahwa faktor personal dan lingkungan belajar membantu mahasiswa mengadopsi pendekatan belajar yang sesuai.
a. Faktor Personal
Biggs mengemukakan model pembelajaran seperti yang sudah disebutkan diatas dimana proses belajar yang dapat berupa pendekatan belajar berada diantara presage factor dan product factor. Presage merupakan sesuatu yang sudah ada sebelum mahasiswa memasuki lingkungan belajar, didefinisikan sebagai karakteristik pesonal seperti intelegensi, kepribadian, latar belakang keluarga. Sedangkan product merupakan performa akademik dalam bentuk objektif (ujian) atau
subjektif (kepuasan terhadap tingkat performa belajar yang dicapai).24 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah kepribadian seseorang, pengalaman pendididikan sebelumnya, dan jenis kelamin. Salah satu penelitian mengatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi dengan dugaan perempuan lebih banyak menggunakan
surface approach dikarenakan tingkat kecemasan yang tinggi sehingga
berdampak pada pendekatan belajarnya.22
Menurut Biggs, personal factors terdiri dari tiga komponen, yaitu
conception of learning, abilities, dan locus of control. Sedangkan pada background factors terdiri dari dua komponen yaitu parental education
dan experiental in learning institution. Komponen pertama dari
personal factor adalah conception of learning yaitu bagaimana
mahasiswa kedokteran memaknakan belajar bagi dirinya dan akan mempengaruhi bagaimana mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya. Mahasiswa kedokteran pada saat menerima materi blok maka ia akan mengumpulkan materi-materi tersebut, kemudian materi yang didapatkan akan disimpan untuk dapat diterapkan lagi. Mahasiswa kedokteran dengan tingkat pemaknaan belajar yang tinggi, dalam belajar mahasiswa kedokteran tidak hanya terfokus pada elemen tertentu saja, namun perhatiannya sudah lebih tertuju pada struktur materi sehingga memudahkannya untuk mempelajari materi blok secara mendalam.
Komponen kedua adalah abilities yaitu kemampuan masing-masing individu dalam memperoleh dan mengolah informasi atau pengetahuan sehingga menghasilkan suatu ukuran yaitu tingkat inteligensi. Mahasiswa dengan tingkat inteligensi yang lebih rendah cenderung menggunakan surface approach. Sedangkan deep approach biasa digunakan oleh mahasiswa yang memiliki inteligensi tinggi, namun pendekatan ini dapat digunakan oleh semua tingkat, kecuali tingkat inteligensi yang paling rendah.
Komponen ketiga adalah locus of control yaitu pusat dimana orang meletakkan tanggung jawab untuk meraih kesuksesan atau
menghindari kegagalan, yang berasal dari dalam diri atau luar dirinya. Dikatakan locus of control internal dapat dihubungkan dengan aktivitas meta-learning atau berpikir kompleks. Beberapa penelitian mengenai locus of control mengindikasikan bahwa mahasiswa dengan
locus of control internal lebih aktif memperhatikan dan menggunakan
informasi yang didapatnya untuk memecahkan masalah, sehingga tidaklah mengherankan bila penerimaan materi yang didapat lebih banyak daripada siswa dengan locus of control eksternal.
Mahasiswa kedokteran dengan locus of control internal akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memperoleh pemahaman secara mendalam dan akan mengarahkannya pada penggunaan deep
approach. Sedangkan mahasiswa kedokteran dengan locus of control external, lebih beranggapan bahwa keberhasilannya dipengaruhi hanya
tuntutan untuk mendapatkan nilai ujian kelulusan yang baik sehingga lebih mengarahkannya pada penggunaan surface approach.26
b. Background factors
Background factors terdiri dari dua komponen yaitu parental education dan experiental in learning institution. Komponen yang
pertama adalah parental education yang akan memberikan pengaruh pada pemilihan pendekatan belajar mahasiswa. Mahasiswa kedokteran yang memiliki orang tua berlatar belakang pendidikan yang tinggi, akan memiliki tuntutan pendidikan yang lebih tinggi pada anaknya yang berkuliah di fakultas kedokteran juga karena menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting. Hal ini cenderung mengarahkan anaknya untuk belajar secara deep approach.26
Komponen yang kedua adalah experiential in learning institution. Dalam komponen ini mencakup pandangan mahasiswa terhadap suasana kelas perkuliahan, penghayatan terhadap kualitas fakultas kedokteran, perasaan senang mengikuti perkuliahan, pandangan mahasiswa terhadap suasana kelas perkuliahan, penghayatan terhadap kualitas fakultas kedokteran, perasaan senang mengikuti perkuliahan, pandangan terhadap teman dan kecocokan dengan dosen pengajar.
Suasana kelas yang nyaman bisa membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Demikian pula pandangan mahasiswa terhadap kualitas fakultas. Jika mahasiswa memandang fakultasnya berkualitas baik disertai perasaan senang berkuliah, maka ia akan cenderung memilih
deep approach. Namun fakultas juga bisa dipandang sebagai institusi
yang hanya peduli pada kemampuan literacy dan numeracy, bukan dipandang sebagai tempat untuk menemukan pengetahuan baru dan mengembangkan kemampuan inquiry. Mahasiswa yang berpandangan demikian cenderung akan memilih surface approach.
Sistem pendidikan di perkuliahan pun turut mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap fakultas tersebut. Sistem pendidikan yang memiliki kurikulum yang terlalu padat serta tuntutan tiap mata kuliah yang hanya sekedar pada pengetahuan dan pemahaman, akan menghasilkan pandangan yang cenderung negatif terhadap fakultas dan akan mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan surface
approach. Sedangkan sistem pendidikan dengan kurikulum yang
proporsional dan disertai tuntutan tiap mata kuliah yang sampai pada tingkat sasaran penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang dianggap akan lebih relevan dengan tuntutan dunia kerja, akan menghasilkan pandangan yang cenderung positif terhadap fakultas dan akan mengarahkan mahasiswa menggunakan deep approach.26
c. Faktor Situasional
Pendekatan belajar bersifat tidak permanen karena mahasiswa dapat mengadopsi pendekatan belajar tergantung dari kondisi yang dirasakan. Dikatakan bahwa pendekatan belajar menghasilkan persepsi mengenai pembelajaran dan konteks pengajaran yang menentukan hasil belajar seseorang.29
d. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis dalam konteks pendekatan belajar meliputi keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang. Berkaitan dengan ini, kondisi organ khusus seperti tingkat kesehatan pendengaran, penglihatan juga
sangat mempengaruhi mahasiswa dalam meyerap informasi atau pelajaran.30
2.1.2.4. Penilaian Learning Approach
a. Student Process Questionnaire (SPQ)
Biggs mempopulerkan instrumen berupa Student Process
Questionnaire (SPQ) yang terdiri dari 42 butir pertanyaan yang
mengkelompokkan pendekatan belajar menjadi tiga pendekatan, yaitu Surface Approach, Deep Approach,dan Strategic Approach dimana masing-masing pendekatan belajar mempunyai komponen skor untuk motivasi dan strategi belajar.1
b. Revised-Student Process Questionnaire-2 Factors (RSPQ-2F) Versi terbaru dari SPQ adalah R-SPQ-2F (Revised-Student Process
Questionnaire-2 Factors) mengevaluasi dan membantu pengajar
untuk dapat memahami metode belajar dan lingkungan belajar yang baik untuk mahasiswa sehingga dapat mengarahkan kepada pendekatan belajar mendalam. Hasil dari kuesioner ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Deep Approach dan
Surface Approach dimana masing-masing mempunyai empat sub
penilaian, yaitu Deep Motive, Deep Strategy, Surface Motive, dan
Surface Strategy.1
Tabel 2.2 Jenis pengelompokkan kuesioner R-SPQ-2F (Revised Student Process
Questionnaire 2 Factors)
Approach Motive Strategy
Surface Surface motive (SM) is instrumental: main purpose is to gain a qualification with pass-only aspirations, and a corresponding fear of failure
Surface strategy (SS) is reproductive: limit target to bare essentials and reproduce through rote learning
Deep Deep Motive (DM) is intrinsic: study to actualise interest and competence in particular academic subjects
Deep Strategy (DS) is meaningful: read widely, inter-relate with previous relevant knowledge
2.1.3 Hubungan Pendekatan Belajar Terhadap Burnout
Pendekatan belajar merupakan suatu metode yang digunakan seseorang dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Pendekatan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam tingkat pendidikan tinggi. Pendekatan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai karakteristik kognitif, afektif dan psikososial yang berfungsi sebagai indikator yang relatif stabil tentang bagaimana mahasiswa memandang, berinteraksi dan merespons lingkungan belajar. Pendekatan ini melibatkan metode pendidikan yang memungkinkan seseorang untuk belajar secara efektif.31 Pendekatan belajar mahasiswa dapat berubah dan dipengaruhi oleh faktorfaktor di lingkungan pembelajaran, persepsi mahasiswa terhadap faktor tersebut dan karakteristik mahasiswa seperti pengetahuan mereka sebelumnya mengenai topik yang sedang dipelajari.32,33
Biggs menyatakan bahwa deep approach berhubungan dengan kualitas dan kuantitas, sedangkan surface approach berhubungan dengan kuantitas tanpa kualitas.34 Dalam teori Biggs mengenai pendekatan belajar atau learning
approach, baik pendekatan mendalam ataupun pendekatan permukaan dinilai
dengan menggunakan 2 subskala, yaitu motivasi dan strategi belajar. Dengan motivasi belajar yang baik, maka seorang mahasiswa akan mencurahkan segenap kemampuannya untuk mencapai hasil belajar yang baik. Salah satunya adalah dengan meningkatkan frekuensi belajarnya dengan lebih intensif. Agar kegiatan belajarnya dapat berhasil guna maka diperlukan cara-cara atau metode belajar yang efektif yang disebut sebagai strategi belajar efektif. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang baik dan efektif, untuk itu diperlukan teknik-teknik untuk mempelajarinya. Kebermaknaan strategi belajar yang efektif tergantung pada karakteristik individu dalam belajar dan penggunaan strategi belajar dalam mempelajari sesuatu.35
Apabila pendekatan belajar yang dimiliki tidak cukup baik, maka ketika ada tugas yang berlebihan, tekanan, keterbatasan waktu, dan kurangnya sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas yang diberikan dapat mengakibatkan terjadinya kondisi kelelahan mental dan emosional atau medical burnout . Selain efek negatifnya selama studi, kelelahan akademik memiliki efek jangka panjang. Para mahasiswa yang menderita kelelahan akademik selama studi mereka memiliki lebih sedikit rasa tanggung jawab atas pekerjaan mereka di masa depan.
Burnout akademik adalah salah satu masalah yang mempengaruhi sistem
pendidikan di semua tingkat pendidikan, yang menyebabkan pemborosan tenaga kerja dan biaya yang dihabiskan.36
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Depersonalisasi (cynicism) Kelelahan (exhaustion ) Sindrom Burnout Rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri
(low personal
accomplishment)
Beban belajar yang dimiliki terus
meningkat
Tipe mendalam Tipe permukaan
Level pemahaman materi rendah, cenderung menghafal Pendekatan belajar Cenderung memahami materi dan berperan aktif
Faktor yang mempengaruhi: 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Faktor organisasi Strategi belajar Motivasi belajar
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Pendekatan Belajar:
1. Tipe mendalam 2. Tipe permukaan
Sindrom Burnout:
1. Kelelahan (exhaustion) 2. Rendahnya hasrat pencapaian
prestasi diri (low personal
accomplishment)
3. Depersonalisasi (cynicism) 4.
2.4 Definisi Operasional Tabel 2.3. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara pengukuran Skala Skor
1. Sindrom Burnout Kelelahan fisik, mental, dan
emosional yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Kuesioner Skala Burnout Freudenberger and Richelson Pengisian kuesioner
Nominal 1. Tidak Burnout jika hasil akhir skor
antara 0-50
2. Burnout jika hasil akhir skor 50-65 dan >65 2. Dimensi kelelahan emosional (emotional exhaustion) burnout
Dimensi burnout yang ditandai
dengan perasaan letih
berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia), mental
(merasa tidak bahagia, tidak
berharga, rasa gagal), dan
emosional (bosan, sedih, tertekan).
Kuesioner Maslach Burnout Inventory Pengisian kuesioner
Ordinal 1. Tinggi jika total skor lebih dari sama
dengan 27.
2. Rendah/ menengah jika total skor kurang dari 27.
3. Dimensi depersonalisasi
burnout
Proses penyeimbangan antara
tuntutan pekerjaan dengan
kemampuan individu. Kuesioner Maslach Burnout Inventory Pengisian kuesioner
Ordinal 1. Tinggi jika total skor lebih dari sama
dengan 13.
2. Rendah/ menengah jika total skor kurang dari 13. 4. Dimensi burnout Rendahnya Hasrat Pencapaian Prestasi Diri (Low Personal Accomplishment)
Dimensi burnout yang ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan.
Kuesioner Maslach Burnout Inventory Pengisian kuesioner
Ordinal 1. Tinggi/ menengah jika total skor
kurang dari sama dengan 39. 2. Rendah jika total skor lebih dari 39.
5. Pendekatan belajar
Perilaku nyata individu sebagai seorang pelajar dalam belajar yang
menentukan tingkat hasil
belajarnya. Kuesioner Revised Study Process Questionnaire 2 Factor (R-SPQ-Pengisian kuesioner
Nominal 1. Skor 0-40 untuk pendekatan
mendalam 2. Skor (-40) – (-1)
2F)
6. Periode angkatan Periode tahun angkatan ketika
mahasiswa memulai perkuliahan pertama kali. Kuesioner Pengisian kuesioner Rasio 1. 2015 2. 2016 3. 2017 4. 2018
7. Jenis kelamin Perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.37
Kuesioner Pengisian
kuesioner
Nominal 1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Usia Satuan waktu yang mengukur
waktu kehidupan seseorang mulai sejak dia lahir hingga waktu terkini. Pada penelitian ini digolongkan menjadi usia 17 tahun, usia 18 tahun, usia 19 tahun, usia 20 tahun, usia 21 tahun, dan usia 22 tahun atau lebih. Kuesioner Pengisian kuesioner Rasio 1. 17 tahun 2. 18 tahun 3. 19 tahun 4. 20 tahun 5. 21 tahun
6. 22 tahun atau lebih
4. Urutan kelahiran Urutan kelahiran seseorang dalam
sebuah keluarga.
Kuesioner Pengisian
kuesioner
Ordinal 1. Anak pertama, jika lahir tidak
mempunyai kakak.
2. Anak tengah, jika lahir sudah mempunyai kakak dan masih mempunyai adik.
3. Anak terakhir, jika lahir terakhir dan tidak mempunyai adik.
4. Anak tunggal, jika lahir tidak mempunyai kakak dan adik.
5. Jumlah saudara Jumlah total saudara kandung yang
dimiliki. Kuesioner Pengisian kuesioner Rasio 1. 0 (tunggal) 2. 1, 2 dan 3 3. Lebih dari 3
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan antara pendekatan belajar dengan burnout pada mahasiswa preklinik Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang atau cross sectional. Pada penelitian ini seluruh variabel yang diamati, diukur pada saat bersamaan ketika penelitian berlangsung, dimana data variabel independen penelitian ini adalah pendekatan belajar dan variabel dependen yaitu sindrom burnout. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan ditempat dan waktu sebagai berikut: 3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sasaran penelitian yaitu mahasiswa preklinik Program Studi Kedokteran angkatan 2015-2018.
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian yaitu mulai Oktober 2017- Oktober 2018. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2018 sampai Oktober 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target
Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.3 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015-2018 yang bersedia menjadi responden 3.4 Besar Sampel
Jumlah seluruh mahasiswa preklinik di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015-2018 yang terpilih sebagai sampel adalah sebanyak 413 mahasiswa.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel minimal pada penelitian ini menggunakan rumus estimasi besar sampel untuk penelitian adalah analitik kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2010), yaitu sebagai berikut:
Persamaan rumus besar sampel analitik kategorik tidak berpasangan, yaitu: [ √ √ ] [ √ √ ] n = [ √ √ ] n = 93 Keterangan: n = besar sampel
= Kesalahan tipe 1, ditetapkan 5%.
Z = Nilai standar alpha 5%, yaitu 1,96. = Kesalahan tipe 2, ditetapkan 20%. Z = Nilai standar beta 20%, yaitu 0,84.
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti (0.7)
P2 = Proporsi pada kelompok yang tidak ada pajanan dianggap 50% (0.5) P1 = P2 + (P1 – P2 ) = 0.5 + (0.7-0.5)= 0.7 Q1 = 1 – P1 = 1 - 0.7= 0.3 Q2 = 1- P2 = 1 – 0.5= 0.5 P = proporsi total (P1 + P2 ) / 2 = (0.7+0.5)/2=0.6 Q = 1 - P = 1 – 0.6= 0.4
untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel ditambahkan dengan menggunakan rumus :
n’ =
=
= = 103.3 sampel
n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out n = besar sampel yang dibutuhkan
f = prediksi drop out = 10%
jadi, jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 103 orang.
3.5 Cara Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
keseluruhan anggota populasi sebagai responden atau
sampel.dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh mahasiswa preklinik PSKed FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 407 orang. Tujuan teknik total sampling ini adalah untuk melihat pola penyebaran data variabel di setiap angkatan mahasiswa preklinik.
3.5.1 Kriteria Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa preklinik PSKed FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015-2018.
3.5.1.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah subyek yang memiliki kriteria untuk masuk ke dalam penelitian. Pada penelitian ini, penulis menentukan kriteria dalam penelitian sebagai berikut:
a. Subyek merupakan mahasiswa preklinik PSKed FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Subyek bersedia menjadi responden penelitian 3.5.1.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab. Pada penelitian ini, kriteria eksklusi sebagai berikut:
a. Subyek sebagai peneliti yang merupakan mahasiswa PSKed FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Subyek tidak bersedia menjadi responden.
c. Subyek mengalami sakit sehingga tidak dapat memahami kuesioner yang diberikan.
d. Subyek merupakan mahasiswa klinik Program Pendidikan Profesi Dokter FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.6 Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Penulisan laporan penelitian
Menentukan latar belakang, rumusan masalah dan
identifikasi variabel dependen dan independen
penelitian
Pengolahan dan analisis data
Kriteria eksklusi Kriteria inklusi
Penentuan subjek penelitian (populasi dan
sampel)
Sortir data Pengumpulan data
(kuesioner) Persiapan penelitian Menentukan tema dan
judul penelitian
Menentukan desain dan metode penelitian Melakukan pemilihan
3.7 Manajemen Data
3.7.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer karena kuesioner diisi langsung oleh responden. 3.7.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk menilai pendekatan belajar adalah kuesioner Revised Study Process Questionnaire 2 Factor (R-SPQ-2F) yang sudah diterjemahkan oleh peneliti. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai pendekatan belajar yang digunakan oleh mahasiswa. Pada penelitian ini, penilaian frekuensi pendekatan belajar dikategorikan “mendalam” dan “permukaan”. Terdapat 10 pernyataan dari kuesioner R-SPQ-2F mengenai pendekatan mendalam yang terdiri dari 2 subskala, yaitu 5 pernyataan berupa motivasi mendalam (terdapat pada pernyataan nomor 1, 5, 9, 13, dan 17) dan 5 pernyataan berupa strategi mendalam (terdapat pada pernyataan nomor 2, 6, 10, 14 dan 18). Untuk menilai pendekatan permukaan terdapat 10 pernyataan yang terdiri dari 2 subskala, yaitu 5 pernyataan berupa motivasi permukaan (terdapat pada pernyataan nomor 3, 7, 11, 15, dan 19) dan 5 pernyataan berupa strategi permukaan (terdapat pada pernyataan nomor 4, 8, 12, 16, dan 20). Kemudian skor kedua pendekatan belajar dijumlahkan dengan skor pendekatan mendalam bernilai positif (+) dan skor pendekatan permukaan bernilai negatif (-). Setelah itu, keseluruhan skor dijumlahkan dan akan diperoleh nilai akhir positif dan negatif. Dikatakan
pendekatan mendalam apabila diperoleh nilai akhir antara 1-40 dan dikatakan pendekatan permukaan apabila
diperoleh nilai akhir antara (-40) – (-1). Kuesioner yang digunakan untuk menilai Burnout Syndrome adalah Skala
Burnout Freudenberger and Richelson dan Maslach Burnout Inventory yang sudah tervalidasi dan bisa
digunakan. Nilai Cronbach Alpha dari kuesioner burnout yang digunakan sebesar 0,902 yang artinya kuesioner ini reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, tingkat burnout pada mahasiswa juga diteliti sebagai variabel independen dari tipe pendekatan belajar. Frekuensi burnout didapat berdasarkan nilai skor burnout dari kuesioner burnout Freudenberger and Richelson. Skala Burn-out berdasarkan kuesioner burnout
Freudenberger and Richelson yaitu: 0-25 tidak perlu
khawatir, 26 - 35 ada hal-hal yang harus diwaspadai, 36-50 risiko burn-out tinggi, 51-65 burn-out telah ada, dan lebih dari 65 burn-out termanifestasikan dalam masalah fisik dan kesejahteraan jiwa (well-being) dari orang tersebut.
Pengkategorian skor dalam penelitan dibagi menjadi dua dengan melakukan penggabungan sel, yaitu menjadi tidak
burnout dan burnout. Sampel dengan nilai skor akhir antara
0-50 dikategorikan “tidak burnout” dan sampel dengan nilai skor akhir antara 51-65 dikategorikan “burnout”. Pada penelitian ini, mahasiswa yang sudah mengalami burnout diukur dimensi burnout nya dengan menggunakan
kuesioner MBI. Sesuai dengan dimensi burnout, terdapat 3 dimensi yang diukur dalam kuesioner, yaitu dimensi kelelahan emosional (KE), depersonalisasi (D), dan penurunan prestasi diri (PPD). Kelelahan Emosional (KE) yaitu perasaan lebih luas dari aliran emosional dan sumber-sumber fisik dalam pekerjaan sehingga seseorang merasa tidak mampu memberikan pelayanan secara psikologis. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan
nomor 1, 2, 3, 6, 8, 13, 14, 16, 20. kelelahan emosional dinilai tinggi jika jumlah rata-rata skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut > 27 dan dinilai rendah/menengah jika jumlah total skor jawababn dari pertanyaan-pertanyaan tersebut <27. Depersonalisasi (D) adalah perasaan negatif, tidak memihak atau pandangan sinis berkaitan dengan pekerjaan. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan nomor 5, 10, 11, 15, dan 22. depersonalisasi dinilai tinggi jika jumlah rata-rata skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut > 13 dan dinilai rendah/menengah jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut <13. Pencapaian Prestasi Diri (PPD) yaitu rendahnya perasaan terhadap prestasi, perasaan ketidakmampuan, dan rendahnya
kekuatan diri. Skor didapat dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan nomor 4, 7, 9, 12, 17, 18, 19, dan 21.
Pencapaian prestasi diri dinilai rendah jika jumlah rata-rata skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut > 39 dan dinilai menengah/tinggi jika jumlah total skor jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut <39.
3.7.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas sudah dilakukan oleh peneliti. Proses validasi dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 36 orang, sehingga didapatkan r tabel sebesar 0.279. Data diolah menggunakan SPSS, dari 20 item pernyataan yang divalidasi didapatkan sebanyak 19 item yang dinyatakan valid, yaitu nilai r hitung > nilai r tabel. Untuk 1 item yang belum valid, dilakukan perombakan kata agar kalimat pernyataan lebih mudah dipahami dan tetap digunakan dalam penelitian.
Kalimat sebelum diubah Kalimat setelah diubah
Saya merasa mempelajari materi kuliah secara mendalam itu tidak
bermanfaat. Hanya akan
Saya merasa mempelajari materi kuliah secara mendalam itu tidak