• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGON KOSALA: JURNAL ILMIAH AKADEMI KEPOLISIAN VOLUME 3, TAHUN IV, SEPTEMBER 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANGGON KOSALA: JURNAL ILMIAH AKADEMI KEPOLISIAN VOLUME 3, TAHUN IV, SEPTEMBER 2013"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGELOLA JURNAL :

(Kep. Gubernur Akpol No. : Kep / 94A / VII / 2013, tanggal 31 Juli 2013)

Pelindung:

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si.

Penasihat:

Brigjen Pol. Drs. Srijono, M.Si

Pengarah :

Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M. Kombes Pol. Drs. Sumaryoto

Kombes Pol. Drs. Bambang Wiji Pujohadi, M. M.

Ketua Redaktur :

Kombes Pol. Drs. Mamboyng

Wakil Ketua Redaktur :

Kombes Pol. Drs. Djarot Subroto

Sekretaris :

Kompol Suratin

Anggota :

AKP Tatit Mudji Widodo, SH., M.Si. Iptu Jamal, SH Brigadir Sumiah, SH Sunaryo Iis Nuryati Sulasmi Penyunting Ahli : Prof. Drs. Sukestiyarno, M.S., Ph.D. Prof. Dr. Nyoman Serikat P, S.H., M.H.

Prof. Dr. Tri Marhaeni PA, M.Hum. Prof. Dr. Suteki, S.H., M.H.

Penyunting Pelaksana :

Drs. Wagiran, M.Hum. Budhi Wicaksono, SH.M.Hum

Drs. Mukh Doyin, M.Si. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si.

AKP Sigit Yulianto, M.PSi. IPTU Ferey Hidayat R.

Redaksi menerima sumbangan artikel hasil penelitian atau konseptual yang sesuai dengan visi dan misi Akademi Kepolisian Republik Indonesia. Artikel yang dimuat akan mendapatkan nomor bukti penerbitan dan mendapat imbalan sesuai ketentuan yang berlaku.

ii iii

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., atas karunia dan bimbingan-Nya sehingga kerja keras kami dalam penerbitan jurnal ilmiah “Tanggon Kosala Volume 3, Tahun IV, September 2013” dengan tema “Implementasi Program Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian dengan Penguatan Kompetensi Profesional Teknis Kepolisian Guna Mempersiapkan Perwira Lulusan Akpol Sebagai First Line Supervisor” dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tantangan tugas dan masalah yang dihadapi kepolisian senantiasa bergerak ke arah yang lebih berat dan kompleks sejalan dengan dinamika masyarakat dan perubahan sosial. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Polri yang semakin profesional dan berkarakter yang perlu dipersiapkan secara khusus melalui jalur pendidikan. Salah satu upaya untuk mempersiapkan SDM Polri yang handal dilakukan melalui Pengembangan Program Studi Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian di Akademi Kepolisian. Untuk mendukung program tersebut diperlukan berbagai sumbangan pemikiran baik dari kalangan polisi maupun dari kalangan para akademisi. Sumbangan pemikiran tersebut disajikan dalam bentuk enam artikel konseptual yang berasal dari kalangan kepolisian dan akademisi dengan rincian sebanyak empat artikel dari kepolisian dan sebanyak dua artikel dari akademisi. Sumbangan pemikiran dari kalangan kepolisian

berasal dari (Gubernur Akademi

Kepolisian), Brigjen Pol. Dr. Bambang Usadi, M.M. (Analis Kebijakan Utama

Lemdikpol), (Direktur Akademik

Akpol), dan Kombes Pol. Dr. Cryshnanda D.L., M.Si (Dir Lantas Metrojaya, Dosen S2 KIK UI dan STIK-PTIK). Adapun dari akademisi sumbangan artikel berasal dari Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. (FH Unnes), dan Drs. Bambang Priyono, M.Kes. (FIK Unnes). Inti gagasan masing-masing penulis akan disajikan beri-kut ini.

Artikel pertama berjudul “Harapan di Balik Implementasi Program Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian” yang ditulis oleh

(Gubernur Akademi Kepolisian), Artikel ini diawali dengan paparan bahwa tujuan pendidikan di Akpol sebagai perpanjangan tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik (taruna atau mahasiswa) menjadi perwira yang kompeten. Implementasi program Akpol

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si. Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M.,

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si.

(3)

PENGELOLA JURNAL :

(Kep. Gubernur Akpol No. : Kep / 94A / VII / 2013, tanggal 31 Juli 2013)

Pelindung:

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si.

Penasihat:

Brigjen Pol. Drs. Srijono, M.Si

Pengarah :

Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M. Kombes Pol. Drs. Sumaryoto

Kombes Pol. Drs. Bambang Wiji Pujohadi, M. M.

Ketua Redaktur :

Kombes Pol. Drs. Mamboyng

Wakil Ketua Redaktur :

Kombes Pol. Drs. Djarot Subroto

Sekretaris :

Kompol Suratin

Anggota :

AKP Tatit Mudji Widodo, SH., M.Si. Iptu Jamal, SH Brigadir Sumiah, SH Sunaryo Iis Nuryati Sulasmi Penyunting Ahli : Prof. Drs. Sukestiyarno, M.S., Ph.D. Prof. Dr. Nyoman Serikat P, S.H., M.H.

Prof. Dr. Tri Marhaeni PA, M.Hum. Prof. Dr. Suteki, S.H., M.H.

Penyunting Pelaksana :

Drs. Wagiran, M.Hum. Budhi Wicaksono, SH.M.Hum

Drs. Mukh Doyin, M.Si. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si.

AKP Sigit Yulianto, M.PSi. IPTU Ferey Hidayat R.

Redaksi menerima sumbangan artikel hasil penelitian atau konseptual yang sesuai dengan visi dan misi Akademi Kepolisian Republik Indonesia. Artikel yang dimuat akan mendapatkan nomor bukti penerbitan dan mendapat imbalan sesuai ketentuan yang berlaku.

ii iii

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., atas karunia dan bimbingan-Nya sehingga kerja keras kami dalam penerbitan jurnal ilmiah “Tanggon Kosala Volume 3, Tahun IV, September 2013” dengan tema “Implementasi Program Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian dengan Penguatan Kompetensi Profesional Teknis Kepolisian Guna Mempersiapkan Perwira Lulusan Akpol Sebagai First Line Supervisor” dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tantangan tugas dan masalah yang dihadapi kepolisian senantiasa bergerak ke arah yang lebih berat dan kompleks sejalan dengan dinamika masyarakat dan perubahan sosial. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Polri yang semakin profesional dan berkarakter yang perlu dipersiapkan secara khusus melalui jalur pendidikan. Salah satu upaya untuk mempersiapkan SDM Polri yang handal dilakukan melalui Pengembangan Program Studi Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian di Akademi Kepolisian. Untuk mendukung program tersebut diperlukan berbagai sumbangan pemikiran baik dari kalangan polisi maupun dari kalangan para akademisi. Sumbangan pemikiran tersebut disajikan dalam bentuk enam artikel konseptual yang berasal dari kalangan kepolisian dan akademisi dengan rincian sebanyak empat artikel dari kepolisian dan sebanyak dua artikel dari akademisi. Sumbangan pemikiran dari kalangan kepolisian

berasal dari (Gubernur Akademi

Kepolisian), Brigjen Pol. Dr. Bambang Usadi, M.M. (Analis Kebijakan Utama

Lemdikpol), (Direktur Akademik

Akpol), dan Kombes Pol. Dr. Cryshnanda D.L., M.Si (Dir Lantas Metrojaya, Dosen S2 KIK UI dan STIK-PTIK). Adapun dari akademisi sumbangan artikel berasal dari Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. (FH Unnes), dan Drs. Bambang Priyono, M.Kes. (FIK Unnes). Inti gagasan masing-masing penulis akan disajikan beri-kut ini.

Artikel pertama berjudul “Harapan di Balik Implementasi Program Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian” yang ditulis oleh

(Gubernur Akademi Kepolisian), Artikel ini diawali dengan paparan bahwa tujuan pendidikan di Akpol sebagai perpanjangan tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik (taruna atau mahasiswa) menjadi perwira yang kompeten. Implementasi program Akpol

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si. Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M.,

Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si.

(4)

iv

dan/atau profesional atau menjadi perwira yang berkompeten. Perwira yang berkompeten adalah perwira yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, berkarakter seperti yang diharapkan masyarakat, dan mampu menjadi first line supervisor di lapangan pekerjaannya. Polisi yang profesional adalah polisi yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Profesionalitas polisi secara mudah dapat diukur dari kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah (1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Karakter yang diharapkan dengan implementasi program sarjana strata 1 ini adalah terbentuknya polisi yang humanis. Paradigma baru Polri tentang polisi sipil yang humanis sesungguhnya telah tercantum dalam Tribrata Polri. Sosok polisi yang humanis adalah karakter polisi yang diharapkan lahir dari implementasi program sarjana strata 1 terapan kepolisian. Harapan berikutnya adalah implementasi ini dapat melahirkan perwira yang mampu menjadi supervisor tingkat pertama (first line supervisor). Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 20 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, supervisor tingkat pertama haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, ketangguhan, sikap dan perilaku terpuji dalam rangka melaksanakan tugas kepolisian sesuai dengan peranannya.

Artikel kedua berjudul “Profesionalitas Pengelolaan Program Pendidikan Sarjana Terapan di Akademi Kepolisian” yang ditulis oleh Brigjen Pol. Dr. Bambang Usadi, MM (Analis Kebijakan Utama Lemdikpol). Inti artikel ini adalah bahwa pendidikan terapan dalam program pendidikan pembentukan perwira Polri di Akademi Kepolisian bertujuan untuk mengimplementasikan tujuan pendidikan Polri dan amanat peraturan pemerintah No. 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP, pasal 2a ayat (1a) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga penyelia profesional yang mengenali, memahami, dapat beradaptasi dan mampu

terapan yang di dalamnya mengandung pengertian filosofis dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan terapan mengarahkan pada perubahan mindset dan perilaku penyelenggara pendidikan dan peserta didik untuk meningkatkan pencapaian kinerja pendidikan terapan secara efektif dan efisien dengan melibatkan dan meramu idealitas pendidikan, realitas di lapangan dan pengalaman profesi sebagai bagian yang tidak terpisahkan melalui pembelajaran yang mengedepankan praktek, pembiasaan, perilaku, pengulangan, replika atas realitas, membangun daya kritis dan inovasi, yang didukung dengan sumber daya tenaga pendidik berpengalaman di lapangan, minat dan bakat yang dimiliki peserta didik serta materi pembelajaran yang berorientasi pada penerapan pengetahuan dan keterampilan.

Artikel ketiga berjudul “Model Pembelajaran di Akpol” yang ditulis oleh (Direktur Akademik Akpol). Inti artikel ini adalah sebagai berikut. Dalam lembaga kepolisian rambu-rambu kepro-fesionalan seorang polisi telah jelas tertulis dalam Tribrata dan Caturprasetya. Untuk menciptakan polisi yang profesional tersebut proses belajar-mengajar di Akpol harus mengarah ke aktivitas to know, to do, to be, dan to live together itu. Proses pembelajaran bisa berhasil jika faktor-faktor lain yang ada mendukung. Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 3 disebutkan bahwa tujuan sistem pendidikan Polri meliputi (1) terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai dengan tuntutan kompetensi Polri; (2) terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi Polri, patuh hukum, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan (3) terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok Polri. Di Akpol, untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh dengan pola pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan.

Artikel keempat berjudul “Membangun Karakter Polisi (Sebuah Catatan untuk Penguatan Karakter dalam Membangun Keunggulan Akpol Sarjana Strata Satu Terapan Kepolisian)” yang ditulis oleh Kombes Pol. Dr. Cryshnan-da D.L., M.Si (Dir Lantas Metro Jaya, Dosen S2 KIK UI Cryshnan-dan STIK-PTIK). Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M.

(5)

iv

dan/atau profesional atau menjadi perwira yang berkompeten. Perwira yang berkompeten adalah perwira yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, berkarakter seperti yang diharapkan masyarakat, dan mampu menjadi first line supervisor di lapangan pekerjaannya. Polisi yang profesional adalah polisi yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Profesionalitas polisi secara mudah dapat diukur dari kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah (1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Karakter yang diharapkan dengan implementasi program sarjana strata 1 ini adalah terbentuknya polisi yang humanis. Paradigma baru Polri tentang polisi sipil yang humanis sesungguhnya telah tercantum dalam Tribrata Polri. Sosok polisi yang humanis adalah karakter polisi yang diharapkan lahir dari implementasi program sarjana strata 1 terapan kepolisian. Harapan berikutnya adalah implementasi ini dapat melahirkan perwira yang mampu menjadi supervisor tingkat pertama (first line supervisor). Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 20 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, supervisor tingkat pertama haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, ketangguhan, sikap dan perilaku terpuji dalam rangka melaksanakan tugas kepolisian sesuai dengan peranannya.

Artikel kedua berjudul “Profesionalitas Pengelolaan Program Pendidikan Sarjana Terapan di Akademi Kepolisian” yang ditulis oleh Brigjen Pol. Dr. Bambang Usadi, MM (Analis Kebijakan Utama Lemdikpol). Inti artikel ini adalah bahwa pendidikan terapan dalam program pendidikan pembentukan perwira Polri di Akademi Kepolisian bertujuan untuk mengimplementasikan tujuan pendidikan Polri dan amanat peraturan pemerintah No. 58 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP, pasal 2a ayat (1a) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga penyelia profesional yang mengenali, memahami, dapat beradaptasi dan mampu

terapan yang di dalamnya mengandung pengertian filosofis dan prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan terapan mengarahkan pada perubahan mindset dan perilaku penyelenggara pendidikan dan peserta didik untuk meningkatkan pencapaian kinerja pendidikan terapan secara efektif dan efisien dengan melibatkan dan meramu idealitas pendidikan, realitas di lapangan dan pengalaman profesi sebagai bagian yang tidak terpisahkan melalui pembelajaran yang mengedepankan praktek, pembiasaan, perilaku, pengulangan, replika atas realitas, membangun daya kritis dan inovasi, yang didukung dengan sumber daya tenaga pendidik berpengalaman di lapangan, minat dan bakat yang dimiliki peserta didik serta materi pembelajaran yang berorientasi pada penerapan pengetahuan dan keterampilan.

Artikel ketiga berjudul “Model Pembelajaran di Akpol” yang ditulis oleh (Direktur Akademik Akpol). Inti artikel ini adalah sebagai berikut. Dalam lembaga kepolisian rambu-rambu kepro-fesionalan seorang polisi telah jelas tertulis dalam Tribrata dan Caturprasetya. Untuk menciptakan polisi yang profesional tersebut proses belajar-mengajar di Akpol harus mengarah ke aktivitas to know, to do, to be, dan to live together itu. Proses pembelajaran bisa berhasil jika faktor-faktor lain yang ada mendukung. Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 3 disebutkan bahwa tujuan sistem pendidikan Polri meliputi (1) terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai dengan tuntutan kompetensi Polri; (2) terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi Polri, patuh hukum, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan (3) terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok Polri. Di Akpol, untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh dengan pola pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan.

Artikel keempat berjudul “Membangun Karakter Polisi (Sebuah Catatan untuk Penguatan Karakter dalam Membangun Keunggulan Akpol Sarjana Strata Satu Terapan Kepolisian)” yang ditulis oleh Kombes Pol. Dr. Cryshnan-da D.L., M.Si (Dir Lantas Metro Jaya, Dosen S2 KIK UI Cryshnan-dan STIK-PTIK). Kombes Pol. Drs. Edy S. Setjo, M. M.

(6)

vii hukum kepada masyarakat agar dalam melakukan aktifitasnya untuk

memenuhi kebutuhan dan dalam rangka mencapai kesejahteraan dapat terlaksana dan terlindungi. Polisi merupakan salah satu alat negara yang bertugas menegakkan hukum. Sebagai penegak hukum tentunya harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional, modern yang humanis. Dalam era kekinian diperlukan penegakan hukum yang proaktif, problem solving, sistem terpadu dan berkesinambungan yang diimplementasikan oleh aparat-aparat yang profesional, cerdas, beretika dan patuh hukum serta modern. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membangun karakter, yaitu sumber daya manusia yang berkualitas, kepemimpinan yang visionaer, komitmen pimpinan, sarana dan prasarana yang memadai serta adanya terobosan-trobosan kreatif.

Artikel kelima berjudul “Implementasi Model Pendidikan Karakter Akpol Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian (Pendidikan Karakter Berbasis pada Kurikulum Responsif–Progresif Pancasilais)” yang ditulis oleh Dr. Rodiyah, S.Pd. S.H., M.Si. (Dosen Fakultas Hukum Unnes). Menurutnya kepolisian dengan organ polisi merupakan profesi kemanusiaan yang unik. Hal ini dilogikakan pada tupoksinya sebagai pengayom, pelindung, pelayan sekaligus penegak hukum. Dalam konteks penegak hukum, polisi selalu dihadapkan pada “kesepanengan” untuk keadilan, kemanfataan dan kepastian hukum. Kondisi inilah yang menyebabkan seorang polisi harus dibekali dengan kemampuan analisis hukum yang paripurna untuk mampu menjalankan tugas penegakkan hukum yang mewujudkan keadilan substantif. Oleh karena itu dalam gagasan Akpol menjadi Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian perlu dikukuhkan lagi dengan model kurikulum yang berbasis pada berkarakter responsif-progresif Pancasilais.

Artikel keenam berjudul “Grand Design Police Character Building: Urgensitas Kemampuan Gerak, Kualitas Jasmani dan Perilaku Hidup Sehat Pada Calon Perwira Polisi” yang ditulis oleh Drs. Bambang Priyono, M.Kes. (Dosen FIK Unnes). Tulisan ini diawali dengan tesis bahwa kemampuan gerak merupakan obyek utama dalam belajar gerak. Belajar gerak berurusan dengan kepentingan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Untuk dapat mencapai pencapaian kinerja optimal, maka seorang polisi dituntut memiliki

fenomena yang sangat dominan dalam menunjang prestasi kinerjanya. Dengan cara demikian nantinya akan lahir calon perwira polisi yang bermartabat, unggul, dan memiliki produktivitas kerja yang meningkat.

Akhir kata atas segala kekurangan kami sampaikan permohonan maaf, dan terima kasih atas segala dukungannya.

Tim Redaksi Jurnal

(7)

vii hukum kepada masyarakat agar dalam melakukan aktifitasnya untuk

memenuhi kebutuhan dan dalam rangka mencapai kesejahteraan dapat terlaksana dan terlindungi. Polisi merupakan salah satu alat negara yang bertugas menegakkan hukum. Sebagai penegak hukum tentunya harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional, modern yang humanis. Dalam era kekinian diperlukan penegakan hukum yang proaktif, problem solving, sistem terpadu dan berkesinambungan yang diimplementasikan oleh aparat-aparat yang profesional, cerdas, beretika dan patuh hukum serta modern. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membangun karakter, yaitu sumber daya manusia yang berkualitas, kepemimpinan yang visionaer, komitmen pimpinan, sarana dan prasarana yang memadai serta adanya terobosan-trobosan kreatif.

Artikel kelima berjudul “Implementasi Model Pendidikan Karakter Akpol Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian (Pendidikan Karakter Berbasis pada Kurikulum Responsif–Progresif Pancasilais)” yang ditulis oleh Dr. Rodiyah, S.Pd. S.H., M.Si. (Dosen Fakultas Hukum Unnes). Menurutnya kepolisian dengan organ polisi merupakan profesi kemanusiaan yang unik. Hal ini dilogikakan pada tupoksinya sebagai pengayom, pelindung, pelayan sekaligus penegak hukum. Dalam konteks penegak hukum, polisi selalu dihadapkan pada “kesepanengan” untuk keadilan, kemanfataan dan kepastian hukum. Kondisi inilah yang menyebabkan seorang polisi harus dibekali dengan kemampuan analisis hukum yang paripurna untuk mampu menjalankan tugas penegakkan hukum yang mewujudkan keadilan substantif. Oleh karena itu dalam gagasan Akpol menjadi Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian perlu dikukuhkan lagi dengan model kurikulum yang berbasis pada berkarakter responsif-progresif Pancasilais.

Artikel keenam berjudul “Grand Design Police Character Building: Urgensitas Kemampuan Gerak, Kualitas Jasmani dan Perilaku Hidup Sehat Pada Calon Perwira Polisi” yang ditulis oleh Drs. Bambang Priyono, M.Kes. (Dosen FIK Unnes). Tulisan ini diawali dengan tesis bahwa kemampuan gerak merupakan obyek utama dalam belajar gerak. Belajar gerak berurusan dengan kepentingan meningkatkan kemampuan gerak tubuh. Untuk dapat mencapai pencapaian kinerja optimal, maka seorang polisi dituntut memiliki

fenomena yang sangat dominan dalam menunjang prestasi kinerjanya. Dengan cara demikian nantinya akan lahir calon perwira polisi yang bermartabat, unggul, dan memiliki produktivitas kerja yang meningkat.

Akhir kata atas segala kekurangan kami sampaikan permohonan maaf, dan terima kasih atas segala dukungannya.

Tim Redaksi Jurnal

(8)

TANGGON KOSALA : VOLOME 3, TAHUN IV, SEPTEMBER 2013

viii

TIM REDAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

HARAPAN DI BALIK IMPLEMENTASI PROGRAM AKPOL SARJANA STRATA 1 TERAPAN KEPOLISIAN ...

Oleh

PROFESIONALITAS PENGELOLAAN PROGRAM PENDI-DIKAN SARJANA TERAPAN DI AKADEMI KEPOLISIAN ...

Oleh Bambang Usadi

MODEL PEMBELAJARAN DI AKPOL ...

Oleh

MEMBANGUN KARAKTER POLISI

(Sebuah Catatan untuk Penguatan Karakter dalam Membangun Keunggulan Akpol Sarjana Strata Satu Terapan Kepolisian) ...

Oleh Cryshnanda D.L.

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER AKPOL PROGRAM SARJANA STRATA 1 TERAPAN KEPOLISIAN (Pendidikan Karakter Berbasis pada Kurikulum Responsif-Progresif Pancasilais) ...

Oleh Rodiyah

GRAND DESIGN POLICE CHARACTER BUILDING: URGENSITAS KEMAMPUAN GERAK, KUALITAS JASMANI, DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PADA CALON PERWIRA POLISI ...

Oleh Bambang Priyono Eko Hadi Sutedjo

Edy S. Setjo

Oleh: Eko Hadi Sutedjo1 ABSTRAK

1)Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si., Gubernur Akpol Semarang

Tujuan pendidikan di Akpol sebagai perpanjangan tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik (taruna atau mahasiswa) menjadi perwira yang kompeten. Implementasi program Akpol sarjana strata 1 terapan kepolisian bukan untuk mengubah tujuan tersebut, melainkan untuk semakin meningkatkan kesiapan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional atau menjadi perwira yang berkompeten. Perwira yang berkompeten adalah perwira yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, berkarakter seperti yang diharapkan masyarakat, dan mampu menjadi first line supervisor di lapangan pekerjaannya. Polisi yang profesional adalah polisi yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Keprofesionalan polisi tentu saja tidak terbentuk secara tiba-tiba. Pembentukan sikap profesionalitas polisi harus dimulai dari pendidikannya. Oleh karena itu, pengembangan Akpol menjadi Program Studi Sarjana Strata 1 pada hakikatnya dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi terbentuknya calon-calon perwira yang profesional. Profesionalitas polisi secara mudah dapat diukur dari kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah (1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pada Pasal 14 ditambahkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas sebagai berikut. Karakter yang diharapkan dengan implementasi program sarjana strata 1 ini adalah terbentuknya polisi yang humanis. Paradigma baru Polri tentang polisi sipil yang humanis sesungguhnya telah tercantum dalam Tribrata Polri. Salah satu dari tiga poin Tribrata adalah pengejawantahan dari nilai-nilai polisi sipil yang humanis itu. Butir ketiga Tribrata berbunyi "Polisi Indonesia senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban". Butir Tribrata ini sesungguhnya telah menuntut sosok polisi yang humanis. Sosok polisi yang humanis adalah karakter polisi yang diharapkan lahir dari implementasi program sarjana strata 1 terapan kepolisian. Harapan berikutnya adalah implementasi ini dapat melahirkan perwira yang mampu menjadi supervisor tingkat pertama (first line supervisor). Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 20 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, supervisor tingkat pertama haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, ketangguhan, sikap dan perilaku terpuji dalam rangka melaksanakan tugas kepolisian sesuai dengan peranannya. Harapan-harapan tersebut sebenarnya dapat disimpulkan seperti yang tertuang dalam Pasal 6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu hasil didik yang mahir, terpuji, dan patuh hukum. Mahir berarti memiliki tingkat kemampuan, keahlian, dan keterampilan profesi tertentu pada setiap fungsi kepolisian dan tingkat kemampuan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam rangka pelaksanaan tugas Kepolisian. Terpuji berarti memiliki etika moral yang terpuji yang tercermin dalam perilaku didasari ketakwaan, kesusilaan, hati nurani, kejujuran, dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, Tri ii iii viii 239 264 285 307 336 359

(9)

TANGGON KOSALA : VOLOME 3, TAHUN IV, SEPTEMBER 2013

viii

TIM REDAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

HARAPAN DI BALIK IMPLEMENTASI PROGRAM AKPOL SARJANA STRATA 1 TERAPAN KEPOLISIAN ...

Oleh

PROFESIONALITAS PENGELOLAAN PROGRAM PENDI-DIKAN SARJANA TERAPAN DI AKADEMI KEPOLISIAN ...

Oleh Bambang Usadi

MODEL PEMBELAJARAN DI AKPOL ...

Oleh

MEMBANGUN KARAKTER POLISI

(Sebuah Catatan untuk Penguatan Karakter dalam Membangun Keunggulan Akpol Sarjana Strata Satu Terapan Kepolisian) ...

Oleh Cryshnanda D.L.

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER AKPOL PROGRAM SARJANA STRATA 1 TERAPAN KEPOLISIAN (Pendidikan Karakter Berbasis pada Kurikulum Responsif-Progresif Pancasilais) ...

Oleh Rodiyah

GRAND DESIGN POLICE CHARACTER BUILDING: URGENSITAS KEMAMPUAN GERAK, KUALITAS JASMANI, DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PADA CALON PERWIRA POLISI ...

Oleh Bambang Priyono Eko Hadi Sutedjo

Edy S. Setjo

Oleh: Eko Hadi Sutedjo1 ABSTRAK

1)Irjen Pol. Drs. Eko Hadi Sutedjo, SH. M.Si., Gubernur Akpol Semarang

Tujuan pendidikan di Akpol sebagai perpanjangan tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapkan peserta didik (taruna atau mahasiswa) menjadi perwira yang kompeten. Implementasi program Akpol sarjana strata 1 terapan kepolisian bukan untuk mengubah tujuan tersebut, melainkan untuk semakin meningkatkan kesiapan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional atau menjadi perwira yang berkompeten. Perwira yang berkompeten adalah perwira yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, berkarakter seperti yang diharapkan masyarakat, dan mampu menjadi first line supervisor di lapangan pekerjaannya. Polisi yang profesional adalah polisi yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan. Keprofesionalan polisi tentu saja tidak terbentuk secara tiba-tiba. Pembentukan sikap profesionalitas polisi harus dimulai dari pendidikannya. Oleh karena itu, pengembangan Akpol menjadi Program Studi Sarjana Strata 1 pada hakikatnya dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi terbentuknya calon-calon perwira yang profesional. Profesionalitas polisi secara mudah dapat diukur dari kemampuan melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah (1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pada Pasal 14 ditambahkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas sebagai berikut. Karakter yang diharapkan dengan implementasi program sarjana strata 1 ini adalah terbentuknya polisi yang humanis. Paradigma baru Polri tentang polisi sipil yang humanis sesungguhnya telah tercantum dalam Tribrata Polri. Salah satu dari tiga poin Tribrata adalah pengejawantahan dari nilai-nilai polisi sipil yang humanis itu. Butir ketiga Tribrata berbunyi "Polisi Indonesia senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban". Butir Tribrata ini sesungguhnya telah menuntut sosok polisi yang humanis. Sosok polisi yang humanis adalah karakter polisi yang diharapkan lahir dari implementasi program sarjana strata 1 terapan kepolisian. Harapan berikutnya adalah implementasi ini dapat melahirkan perwira yang mampu menjadi supervisor tingkat pertama (first line supervisor). Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 20 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, supervisor tingkat pertama haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, ketangguhan, sikap dan perilaku terpuji dalam rangka melaksanakan tugas kepolisian sesuai dengan peranannya. Harapan-harapan tersebut sebenarnya dapat disimpulkan seperti yang tertuang dalam Pasal 6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu hasil didik yang mahir, terpuji, dan patuh hukum. Mahir berarti memiliki tingkat kemampuan, keahlian, dan keterampilan profesi tertentu pada setiap fungsi kepolisian dan tingkat kemampuan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam rangka pelaksanaan tugas Kepolisian. Terpuji berarti memiliki etika moral yang terpuji yang tercermin dalam perilaku didasari ketakwaan, kesusilaan, hati nurani, kejujuran, dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, Tri ii iii viii 239 264 285 307 336 359

(10)

ningkatkan keprofesionalan dan sebagai kegiatan kehidupan dalam akuntabilitas lembaga pendidikan masyarakat untuk mencapai per-sebagai pusat pembudayaan ilmu wujudan manusia secara penuh yang pengetahuan, keterampilan, penga- berjalan terus-menerus seolah-olah laman, sikap, dan nilai berdasarkan tidak ada batasannya sampai akhir standar yang bersifat nasional dan zaman. Ini berarti bahwa pendidikan global; dan (7) mendorong peran itu tidak hanya penting bagi anak-serta masyarakat dalam penyeleng- anak (yang biasa dianggap belum garaan pendidikan berdasarkan siap kehidupan sosialnya dan mela-prinsip otonomi dalam konteks Ne- kukan peranan masyarakat dewasa), gara Kesatuan Republik Indonesia. tetapi juga penting bagi orang dewasa Dari visi dan misi tersebut ter- maupun orang tua dalam rangka lihat bahwa pendidikan dimaksud- mencapai perkembangan manusia kan untuk memaksimalkan potensi yang penuh. Selama manusia bar-manusia atau membantu bar-manusia usaha untuk meningkatkan kehidupan-untuk berkembang mencapai tingkat nya, baik dalam meningkatkan dan kesempurnaan yang setinggi-tinggi- mengembangkan pengetahuan, ke-nya. Pendidikan merupakan bagian pribadian, maupun keterampilannya, penting dari kehidupan manusia secara sadar atau tidak sadar, maka yang di dalamnya antara lain ber- selama itulah pendidikan masih fungsi untuk membedakan manusia berjalan terus.

dengan makhluk hidup lainnya. Pada Tesis ini sekaligus memberikan hakikatnya pendidikan adalah suatu makna bahwa pendidikan akan usaha sadar untuk meningkatkan berjalan seiring dengan berjalannya ilmu pengetahuan. Pencapaian ilmu kehidupan manusia. Dalam dunia pengetahuan ini bisa dilakukan di pendidikan formal dikenal adanya lembaga formal maupun di lembaga pendidikan dasar sampai dengan nonformal. Atas dasar adanya pen- pendidikan tinggi. Dalam proses didikan formal dan pendidikan seperti ini pendidikan secara seder-nonformal itulah maka pendidikan hana dapat dimaknai sebagai usaha tidak pernah memiliki batas akhir. manusia untuk membina kepriba-Dalam kehidupan manusia tidak diannya agar sesuai dengan nilai-dikenal berakhirnya batas waktu nilai di dalam masyarakat dan kebu-untuk memperoleh pendidikan. dayaan. Dengan demikian, bagai-Pendidikan berlangsung seumur manapun sederhananya peradaban hidup (life long education). Ungkap- suatu masyarakat, di dalamnya an ini lebih melihat pendidikan terjadi atau berlangsung suatu proses

A. PENDAHULUAN an. Visi pendidikan nasional adalah

Pendidikan adalah usaha sadar mewujudkan sistem pendidikan dan terencana untuk mewujudkan sebagai pranata sosial yang kuat dan suasana belajar dan proses pembe- berwibawa untuk memberdayakan lajaran agar peserta didik secara aktif semua warga negara Indonesia agar mengembangkan potensi dirinya berkembang menjadi manusia yang untuk memiliki kekuatan spiritual berkualitas sehingga mampu dan keagamaan, pengendalian diri, kepri- proaktif menjawab tantangan zaman badian, kecerdasan, akhlak mulia, yang selalu berubah. Untuk mewu-serta keterampilan yang diperlukan judkan visi tersebut dikembang-oleh dirinya, masyarakat, bangsa, kanlah beberapa misi pendidikan. dan negara (UU Nomor 20 Tahun Misi pendidikan nasional yang 2003:2). Dalam konteks pembangun- dimaksud adalah (1) mengupayakan an nasional, pendidikan mempunyai perluasan dan pemerataan kesem-fungsi sebagai pemersatu bangsa, pe- patan memperoleh pendidikan yang nyamaan kesempatan, dan pengem- bermutu bagi seluruh rakyat Indone-bangan potensi diri. Pendidikan sia; (2) meningkatkan mutu pendi-diharapkan dapat memperkuat ke- dikan yang memiliki daya saing di utuhan bangsa dalam Negara Kesa- tingkat nasional, regional, dan tuan Republik Indonesia (NKRI), internasional; (3) meningkatkan memberi kesempatan yang sama relevansi pendidikan dengan kebu-bagi setiap warga negara untuk tuhan masyarakat dan tantangan berpartisipasi dalam pembangunan, global; (4) membantu dan memfa-dan memungkinkan setiap warga silitasi pengembangan potensi anak negara untuk mengembangkan po- bangsa secara utuh sejak usia dini tensi yang dimilikinya secara opti- sampai akhir hayat dalam rangka

mal. mewujudkan masyarakat belajar; (5)

Untuk mewujudkan cita-cita meningkatkan kesiapan masukan dan yang terkandung dalam tujuan pen- kualitas proses pendidikan untuk didikan nasional pemerintah telah mengoptimalkan pembentukan ke-menetapkan visi dan misi pendidik- pribadian yang bermoral; (6)

me-Brata, dan Catur Prasetya. Patuh hukum berarti memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan serta mampu melaksanakan ketentuan hukum yang berlaku dengan penuh keikhlasan serta mampu memberikan keteladanan kepatuhan hukum dan senantiasa memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan pelanggaran hukum.

(11)

ningkatkan keprofesionalan dan sebagai kegiatan kehidupan dalam akuntabilitas lembaga pendidikan masyarakat untuk mencapai per-sebagai pusat pembudayaan ilmu wujudan manusia secara penuh yang pengetahuan, keterampilan, penga- berjalan terus-menerus seolah-olah laman, sikap, dan nilai berdasarkan tidak ada batasannya sampai akhir standar yang bersifat nasional dan zaman. Ini berarti bahwa pendidikan global; dan (7) mendorong peran itu tidak hanya penting bagi anak-serta masyarakat dalam penyeleng- anak (yang biasa dianggap belum garaan pendidikan berdasarkan siap kehidupan sosialnya dan mela-prinsip otonomi dalam konteks Ne- kukan peranan masyarakat dewasa), gara Kesatuan Republik Indonesia. tetapi juga penting bagi orang dewasa Dari visi dan misi tersebut ter- maupun orang tua dalam rangka lihat bahwa pendidikan dimaksud- mencapai perkembangan manusia kan untuk memaksimalkan potensi yang penuh. Selama manusia bar-manusia atau membantu bar-manusia usaha untuk meningkatkan kehidupan-untuk berkembang mencapai tingkat nya, baik dalam meningkatkan dan kesempurnaan yang setinggi-tinggi- mengembangkan pengetahuan, ke-nya. Pendidikan merupakan bagian pribadian, maupun keterampilannya, penting dari kehidupan manusia secara sadar atau tidak sadar, maka yang di dalamnya antara lain ber- selama itulah pendidikan masih fungsi untuk membedakan manusia berjalan terus.

dengan makhluk hidup lainnya. Pada Tesis ini sekaligus memberikan hakikatnya pendidikan adalah suatu makna bahwa pendidikan akan usaha sadar untuk meningkatkan berjalan seiring dengan berjalannya ilmu pengetahuan. Pencapaian ilmu kehidupan manusia. Dalam dunia pengetahuan ini bisa dilakukan di pendidikan formal dikenal adanya lembaga formal maupun di lembaga pendidikan dasar sampai dengan nonformal. Atas dasar adanya pen- pendidikan tinggi. Dalam proses didikan formal dan pendidikan seperti ini pendidikan secara seder-nonformal itulah maka pendidikan hana dapat dimaknai sebagai usaha tidak pernah memiliki batas akhir. manusia untuk membina kepriba-Dalam kehidupan manusia tidak diannya agar sesuai dengan nilai-dikenal berakhirnya batas waktu nilai di dalam masyarakat dan kebu-untuk memperoleh pendidikan. dayaan. Dengan demikian, bagai-Pendidikan berlangsung seumur manapun sederhananya peradaban hidup (life long education). Ungkap- suatu masyarakat, di dalamnya an ini lebih melihat pendidikan terjadi atau berlangsung suatu proses

A. PENDAHULUAN an. Visi pendidikan nasional adalah

Pendidikan adalah usaha sadar mewujudkan sistem pendidikan dan terencana untuk mewujudkan sebagai pranata sosial yang kuat dan suasana belajar dan proses pembe- berwibawa untuk memberdayakan lajaran agar peserta didik secara aktif semua warga negara Indonesia agar mengembangkan potensi dirinya berkembang menjadi manusia yang untuk memiliki kekuatan spiritual berkualitas sehingga mampu dan keagamaan, pengendalian diri, kepri- proaktif menjawab tantangan zaman badian, kecerdasan, akhlak mulia, yang selalu berubah. Untuk mewu-serta keterampilan yang diperlukan judkan visi tersebut dikembang-oleh dirinya, masyarakat, bangsa, kanlah beberapa misi pendidikan. dan negara (UU Nomor 20 Tahun Misi pendidikan nasional yang 2003:2). Dalam konteks pembangun- dimaksud adalah (1) mengupayakan an nasional, pendidikan mempunyai perluasan dan pemerataan kesem-fungsi sebagai pemersatu bangsa, pe- patan memperoleh pendidikan yang nyamaan kesempatan, dan pengem- bermutu bagi seluruh rakyat Indone-bangan potensi diri. Pendidikan sia; (2) meningkatkan mutu pendi-diharapkan dapat memperkuat ke- dikan yang memiliki daya saing di utuhan bangsa dalam Negara Kesa- tingkat nasional, regional, dan tuan Republik Indonesia (NKRI), internasional; (3) meningkatkan memberi kesempatan yang sama relevansi pendidikan dengan kebu-bagi setiap warga negara untuk tuhan masyarakat dan tantangan berpartisipasi dalam pembangunan, global; (4) membantu dan memfa-dan memungkinkan setiap warga silitasi pengembangan potensi anak negara untuk mengembangkan po- bangsa secara utuh sejak usia dini tensi yang dimilikinya secara opti- sampai akhir hayat dalam rangka

mal. mewujudkan masyarakat belajar; (5)

Untuk mewujudkan cita-cita meningkatkan kesiapan masukan dan yang terkandung dalam tujuan pen- kualitas proses pendidikan untuk didikan nasional pemerintah telah mengoptimalkan pembentukan ke-menetapkan visi dan misi pendidik- pribadian yang bermoral; (6)

me-Brata, dan Catur Prasetya. Patuh hukum berarti memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan serta mampu melaksanakan ketentuan hukum yang berlaku dengan penuh keikhlasan serta mampu memberikan keteladanan kepatuhan hukum dan senantiasa memiliki kesadaran tinggi untuk tidak melakukan pelanggaran hukum.

(12)

pendidikan. Dengan kata lain, dapat profesional yang dapat menerapkan, dikatakan bahwa pendidikan pada mengembangkan dan/atau mencipta-hakikatnya merupakan usaha manu- kan ilmu pengetahuan, teknologi sia untuk melestarikan hidupnya. dan/atau kesenian; (2) perguruan Atas dasar konsep pendidikan sema- tinggi adalah satuan pendidikan yang cam itu, dalam lapangan apa pun, menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk membentuk pribadi yang di- yang dapat berbentuk akademi, inginkan, tidak ada jalan lain kecuali politeknik, sekolah tinggi, institut, melalui pendidikan. Pendidikan yang atau universitas; (3) pendidikan diselenggarakan akan berpengaruh akademik adalah pendidikan yang pada kompetensi masyarakat yang diarahkan terutama pada penguasaan bersangkutan. ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ Akademi Kepolisian sebagai atau kesenian dan diselenggarakan salah satu bentuk lembaga pendi- oleh sekolah tinggi, institut, dan dikan tinggi merupakan bagian dari universitas; (4) pendidikan profesio-konteks pendidikan secara umum. Ini nal adalah pendidikan yang diarah-berarti secara umum pula pendidikan kan terutama pada kesiapan pene-di Akpol juga terikat oleh tujuan rapan keahlian tertentu dan diseleng-pendidikan nasional, terikat oleh garakan oleh akademi, politeknik, hukum-hukum pendidikan secara sekolah tinggi, institut, dan univer-universal, dan terikat oleh harapan- sitas. Adapun tujuan pendidikan harapan yang melekat pada terjadi- tinggi seperti yang telah diatur dalam nya proses pendidikan. Tentang pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor pendidikan tinggi itu sendiri sesun- 60 Tahun 1999 adalah (1) menyiap-gguhnya sudah diatur dalam Kepu- kan peserta didik menjadi anggota tusan Menteri Pendidikan Nasional masyarakat yang memiliki kemam-Republik Indonesia Nomor 232/U/ puan akademik dan/atau profesional 2000 tentang Pedoman Penyusunan yang dapat menerapkan, mengem-Kurikulum Pendidikan Tinggi dan bangkan dan/atau menciptakan ilmu Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. pengetahuan, teknologi dan/atau Pasal 1 dalam keputusan ini men- kesenian dan (2) mengembangkan jelaskan bahwa (1) pendidikan tinggi dan menyebarluaskan ilmu pengeta-adalah kelanjutan pendidikan me- huan, teknologi, dan/atau kesenian nengah yang diselenggarakan untuk serta mengupayakan penggunaannya menyiapkan peserta didik menjadi untuk meningkatkan taraf kehidupan anggota masyarakat yang memiliki masyarakat dan memperkaya kebu-kemampuan akademik dan/atau dayaan nasional.

Dua tujuan pendidikan tinggi formal, menurut Muhajir (1993:48) tersebut jika disederhanakan akan komponen-komponennya terdiri atas menjadi “menghasilkan tenaga yang (1) tujuan, (2) subjek pendidik, (3) kompeten”. Tujuan pendidikan di pendidik, (4) lingkungan. Di antara Akpol sebagai perpanjangan tujuan komponen-komponen tersebut, da-pendidikan tinggi adalah menyiap- lam pembicaraan proses pendidikan, kan peserta didik (taruna atau maha- posisi komponen peserta didik siswa) menjadi perwira yang kompe- menjadi sangat penting untuk diper-ten. Implementasi program Akpol hatikan karena merekalah yang akan sarjana strata 1 terapan kepolisian bu- menjadi indikator keberhasilan kan untuk mengubah tujuan tersebut, sebuah pendidikan, baik dalam melainkan untuk semakin mening- lingkup pendidikan formal maupun katkan kesiapan mahasiswa menjadi dalam lingkup pendidikan nonfor-anggota masyarakat yang memiliki mal.

kemampuan akademik dan/atau Peserta didik adalah orang yang profesional atau menjadi perwira sedang mengalami dan menerima yang berkompeten. Perwira yang proses pendidikan. Dilihat dari segi berkompeten adalah perwira yang kedudukannya, peserta didik adalah profesional dalam melaksanakan makhluk yang sedang berada dalam tugasnya, berkarakter seperti yang proses perkembangan dan pertum-diharapkan masyarakat, dan mampu buhan menurut fitrahnya masing-menjadi first line supervisor di la- masing yang memerlukan bimbingan pangan pekerjaannya. dan pengarahan menuju ke arah titik Dalam aktivitas pendidikan ter- optimal kemampuannya (Arifin dapat enam komponen pendidikan 1991:144). Uwes (1999:20) menga-yang dapat membentuk pola interaksi takan bahwa bila dilihat dari sisi atau saling memengaruhi. Keenam tenaga pendidik, dapat dikatakan komponen tersebut adalah (1) tujuan, bahwa terdidik berpotensi sebagai (2) tenaga pendidik, (3) peserta didik, objek pendidikan. Dalam pandangan (4) isi/materi pendidikan, (5) metode, modern, peserta didik tidak hanya dan (6) situasi lingkungan (Ramayu- dipandang sebagai objek atau sasaran lis 2008:121). Namun, dari keenam proses pendidikan yang bersifat pasif komponen tersebut, posisi integrasi- dan hanya bergantung kepada orang nya terutama terletak pada pendidik lain, tetapi harus dipandang sebagai dengan segala kemampuan dan keter- pihak yang harus diperlakukan batasannya. Jika proses pendidikan sebagai subjek pendidikan. Hal ini ini disempitkan dalam lingkup antara lain dilakukan dengan cara

(13)

pendidikan. Dengan kata lain, dapat profesional yang dapat menerapkan, dikatakan bahwa pendidikan pada mengembangkan dan/atau mencipta-hakikatnya merupakan usaha manu- kan ilmu pengetahuan, teknologi sia untuk melestarikan hidupnya. dan/atau kesenian; (2) perguruan Atas dasar konsep pendidikan sema- tinggi adalah satuan pendidikan yang cam itu, dalam lapangan apa pun, menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk membentuk pribadi yang di- yang dapat berbentuk akademi, inginkan, tidak ada jalan lain kecuali politeknik, sekolah tinggi, institut, melalui pendidikan. Pendidikan yang atau universitas; (3) pendidikan diselenggarakan akan berpengaruh akademik adalah pendidikan yang pada kompetensi masyarakat yang diarahkan terutama pada penguasaan bersangkutan. ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ Akademi Kepolisian sebagai atau kesenian dan diselenggarakan salah satu bentuk lembaga pendi- oleh sekolah tinggi, institut, dan dikan tinggi merupakan bagian dari universitas; (4) pendidikan profesio-konteks pendidikan secara umum. Ini nal adalah pendidikan yang diarah-berarti secara umum pula pendidikan kan terutama pada kesiapan pene-di Akpol juga terikat oleh tujuan rapan keahlian tertentu dan diseleng-pendidikan nasional, terikat oleh garakan oleh akademi, politeknik, hukum-hukum pendidikan secara sekolah tinggi, institut, dan univer-universal, dan terikat oleh harapan- sitas. Adapun tujuan pendidikan harapan yang melekat pada terjadi- tinggi seperti yang telah diatur dalam nya proses pendidikan. Tentang pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor pendidikan tinggi itu sendiri sesun- 60 Tahun 1999 adalah (1) menyiap-gguhnya sudah diatur dalam Kepu- kan peserta didik menjadi anggota tusan Menteri Pendidikan Nasional masyarakat yang memiliki kemam-Republik Indonesia Nomor 232/U/ puan akademik dan/atau profesional 2000 tentang Pedoman Penyusunan yang dapat menerapkan, mengem-Kurikulum Pendidikan Tinggi dan bangkan dan/atau menciptakan ilmu Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. pengetahuan, teknologi dan/atau Pasal 1 dalam keputusan ini men- kesenian dan (2) mengembangkan jelaskan bahwa (1) pendidikan tinggi dan menyebarluaskan ilmu pengeta-adalah kelanjutan pendidikan me- huan, teknologi, dan/atau kesenian nengah yang diselenggarakan untuk serta mengupayakan penggunaannya menyiapkan peserta didik menjadi untuk meningkatkan taraf kehidupan anggota masyarakat yang memiliki masyarakat dan memperkaya kebu-kemampuan akademik dan/atau dayaan nasional.

Dua tujuan pendidikan tinggi formal, menurut Muhajir (1993:48) tersebut jika disederhanakan akan komponen-komponennya terdiri atas menjadi “menghasilkan tenaga yang (1) tujuan, (2) subjek pendidik, (3) kompeten”. Tujuan pendidikan di pendidik, (4) lingkungan. Di antara Akpol sebagai perpanjangan tujuan komponen-komponen tersebut, da-pendidikan tinggi adalah menyiap- lam pembicaraan proses pendidikan, kan peserta didik (taruna atau maha- posisi komponen peserta didik siswa) menjadi perwira yang kompe- menjadi sangat penting untuk diper-ten. Implementasi program Akpol hatikan karena merekalah yang akan sarjana strata 1 terapan kepolisian bu- menjadi indikator keberhasilan kan untuk mengubah tujuan tersebut, sebuah pendidikan, baik dalam melainkan untuk semakin mening- lingkup pendidikan formal maupun katkan kesiapan mahasiswa menjadi dalam lingkup pendidikan nonfor-anggota masyarakat yang memiliki mal.

kemampuan akademik dan/atau Peserta didik adalah orang yang profesional atau menjadi perwira sedang mengalami dan menerima yang berkompeten. Perwira yang proses pendidikan. Dilihat dari segi berkompeten adalah perwira yang kedudukannya, peserta didik adalah profesional dalam melaksanakan makhluk yang sedang berada dalam tugasnya, berkarakter seperti yang proses perkembangan dan pertum-diharapkan masyarakat, dan mampu buhan menurut fitrahnya masing-menjadi first line supervisor di la- masing yang memerlukan bimbingan pangan pekerjaannya. dan pengarahan menuju ke arah titik Dalam aktivitas pendidikan ter- optimal kemampuannya (Arifin dapat enam komponen pendidikan 1991:144). Uwes (1999:20) menga-yang dapat membentuk pola interaksi takan bahwa bila dilihat dari sisi atau saling memengaruhi. Keenam tenaga pendidik, dapat dikatakan komponen tersebut adalah (1) tujuan, bahwa terdidik berpotensi sebagai (2) tenaga pendidik, (3) peserta didik, objek pendidikan. Dalam pandangan (4) isi/materi pendidikan, (5) metode, modern, peserta didik tidak hanya dan (6) situasi lingkungan (Ramayu- dipandang sebagai objek atau sasaran lis 2008:121). Namun, dari keenam proses pendidikan yang bersifat pasif komponen tersebut, posisi integrasi- dan hanya bergantung kepada orang nya terutama terletak pada pendidik lain, tetapi harus dipandang sebagai dengan segala kemampuan dan keter- pihak yang harus diperlakukan batasannya. Jika proses pendidikan sebagai subjek pendidikan. Hal ini ini disempitkan dalam lingkup antara lain dilakukan dengan cara

(14)

memberikan kesempatan kepada me- seni, musik, pencapaian sosial, dan reka untuk mengembangkan ekspresi ilmiah, (9) penyesuaian diri: sosial, dan kemampuannya, dan dengan cara dan emosio-nal. Peserta didik yang melibatkan mereka dalam memecah- berkompeten adalah peserta didik kan masalah dalam proses pendidik- yang memiliki sembilan kategori

an. tersebut. Jika disederhanakan,

kom-Perubahan pada subjek pendidik- petensi itu menurut Gagne bisa ber-an merupakber-an perwujudber-an keber- bentuk lima kecakapan manusia, hasilan atau ketidakberhasilan proses yaitu (1) infor-masi verbal, (2) keca-pendidikan. Hasil belajar subjek kapan intelektual, (3) diskriminasi, pendidikanlah yang menjadi ukuran konsep konkret, konsep abstrak, keberhasilan atau ketidakberhasilan aturan, dan aturan yang lebih tinggi, proses pendidikan. Tipe hasil belajar (4) strategi kognitif dan sikap, serta mencakupi tiga ranah, yaitu kognitif, (5) kecakapan materiil. Hasil belajar afektif, dan psikomotor; yang dalam dalam dimensi pengembangan/ pen-istilah lain sering disebut kompeten- capaian tujuan akhir adalah keper-si. Peserta didik yang berkompetensi cayaan diri yang lebih besar, pening-adalah tujuan akhir dari sebuah katan partisipasi sosial dan kewarga-proses pendidikan. Ketiga ranah negaraan, perbaikan hasil kerja dan kompetensi tersebut oleh Grondlund pendapatan, peningkatan peman-dirinci menjadi sembilan kategori, faatan layanan umum, peningkatan yaitu (1) pengetahuan terminologi, perhatian atas pendidikan anggota fakta khusus, konsep dan prinsip, keluarga/masyarakat, dan kesadaran metode dan prosedur, (2) pengertian: yang lebih besar tentang masalah-konsep dan prinsip, metode dan masalah sosial ekonomi.

prosedur, materi tertulis, grafik, Gambaran tentang kompetensi gambar, peta, dan data bilangan, (3) peserta didik dalam lingkup pendi-aplikasi informasi aktual, konsep dan dikan formal secara umum itu prinsip, metode dan prosedur, kete- jugalah yang dicobaharapkan lahir rampilan dalam pemecahan masalah, dari proses pendidikan di Akpol. (4) ketrampilan berpikir: kritis, ilmi- Implementasi program Akpol sarjana ah, (5) keterampilan umum: laborato- strata 1 terapan kepolisian diharap-rium, bertindak, berkomunikasi, kan semakin mempercepat dan konseptual, sosial, (6) sikap: sosial, semakin memperkuat prestasi belajar ilmiah, (7) minat: pribadi, pendidikan para taruna sehingga nantinya lahir dan kejuruan, (8) apresiasi: literatur, sebagai perwira yang berkompeten.

B. MEWUJUDKAN PERWIRA ilmu pengetahuan, teknologi, dan/

YANG KOMPETEN atau kesenian dan diselenggarakan

Konsep yang terkandung dalam oleh sekolah tinggi, institut, dan istilah “pengembangan” mencakupi universitas. Pendidikan profesional perubahan ke arah yang lebih besar adalah pendidikan yang diarahkan dan lebih baik. Dengan demikian, terutama pada kesiapan penerapan dalam konsep pengembangan ter- keahlian tertentu dan diselenggara-dapat konsep peningkatan, baik dari kan oleh akademi, politeknik, seko-segi kuantitatif maupun dari seko-segi lah tinggi, institut, dan universitas. kualitatif. Pengembangan Akademi Pasal 2 keputusan tersebut menjelas-Kepolisian (Akpol) ke Program Studi kan bahwa pendidikan akademik Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian bertujuan menyiapkan peserta didik dimaksudkan untuk mengubah kuali- untuk menjadi anggota masyarakat tas dan kuantitas para taruna menjadi yang memiliki kemampuan akdemik lebih besar dan lebih baik. Kuantitas dalam menerapkan, mengembang-di sini terutama berkaitan dengan kan, dan/atau memperkaya khasanah perolehan kompetensi, sedangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ kualitas lebih ditekankan kepada atau kesenian, serta menyebarluas-profesionalitas output nantinya. Im- kan dan mengupayakan penggunaan-plementasi ini juga diarahkan untuk nya untuk meningkatkan taraf kehi-memantapkan lembaga pendidikan dupan masyarakat dan memperkaya kepolisian ini sebagai lembaga pen- kebudayaan nasional. Sementara didikan profesional yang mampu me- pendidikan profesional bertujuan lahirkan perwira-perwira yang andal, menyiapkan peserta didik menjadi yakni perwira-perwira yang berkom- anggota masyarakat yang memiliki peten, dalam arti perwira yang kemampuan profesional dalam profesional dan berkarakter. menerapkan, mengembangkan, dan Keputusan Menteri Pendidikan menyebarluaskan teknologi dan/atau Nasional Republik Indonesia Nomor kesenian serta mengupayakan peng-232/U/2000 tentang Pedoman Pe- gunaannya untuk meningkatkan taraf nyusunan Kurikulum Pendidikan kehidupan masyarakat dan memper-Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar kaya kebudayaan nasional.

Mahasiswa menjelaskan perbedaan Dalam Peraturan Kepala Kepoli-antara pendidikan akademik dan sian Negara Republik Indonesia pendidikan profesional. Pendidikan Nomor 4 Tahun 2002 dijelaskan akademik adalah pendidikan yang bahwa pendidikan Polri adalah usaha diarahkan terutama pada penguasaan sadar dan terencana untuk

(15)

mewujud-memberikan kesempatan kepada me- seni, musik, pencapaian sosial, dan reka untuk mengembangkan ekspresi ilmiah, (9) penyesuaian diri: sosial, dan kemampuannya, dan dengan cara dan emosio-nal. Peserta didik yang melibatkan mereka dalam memecah- berkompeten adalah peserta didik kan masalah dalam proses pendidik- yang memiliki sembilan kategori

an. tersebut. Jika disederhanakan,

kom-Perubahan pada subjek pendidik- petensi itu menurut Gagne bisa ber-an merupakber-an perwujudber-an keber- bentuk lima kecakapan manusia, hasilan atau ketidakberhasilan proses yaitu (1) infor-masi verbal, (2) keca-pendidikan. Hasil belajar subjek kapan intelektual, (3) diskriminasi, pendidikanlah yang menjadi ukuran konsep konkret, konsep abstrak, keberhasilan atau ketidakberhasilan aturan, dan aturan yang lebih tinggi, proses pendidikan. Tipe hasil belajar (4) strategi kognitif dan sikap, serta mencakupi tiga ranah, yaitu kognitif, (5) kecakapan materiil. Hasil belajar afektif, dan psikomotor; yang dalam dalam dimensi pengembangan/ pen-istilah lain sering disebut kompeten- capaian tujuan akhir adalah keper-si. Peserta didik yang berkompetensi cayaan diri yang lebih besar, pening-adalah tujuan akhir dari sebuah katan partisipasi sosial dan kewarga-proses pendidikan. Ketiga ranah negaraan, perbaikan hasil kerja dan kompetensi tersebut oleh Grondlund pendapatan, peningkatan peman-dirinci menjadi sembilan kategori, faatan layanan umum, peningkatan yaitu (1) pengetahuan terminologi, perhatian atas pendidikan anggota fakta khusus, konsep dan prinsip, keluarga/masyarakat, dan kesadaran metode dan prosedur, (2) pengertian: yang lebih besar tentang masalah-konsep dan prinsip, metode dan masalah sosial ekonomi.

prosedur, materi tertulis, grafik, Gambaran tentang kompetensi gambar, peta, dan data bilangan, (3) peserta didik dalam lingkup pendi-aplikasi informasi aktual, konsep dan dikan formal secara umum itu prinsip, metode dan prosedur, kete- jugalah yang dicobaharapkan lahir rampilan dalam pemecahan masalah, dari proses pendidikan di Akpol. (4) ketrampilan berpikir: kritis, ilmi- Implementasi program Akpol sarjana ah, (5) keterampilan umum: laborato- strata 1 terapan kepolisian diharap-rium, bertindak, berkomunikasi, kan semakin mempercepat dan konseptual, sosial, (6) sikap: sosial, semakin memperkuat prestasi belajar ilmiah, (7) minat: pribadi, pendidikan para taruna sehingga nantinya lahir dan kejuruan, (8) apresiasi: literatur, sebagai perwira yang berkompeten.

B. MEWUJUDKAN PERWIRA ilmu pengetahuan, teknologi, dan/

YANG KOMPETEN atau kesenian dan diselenggarakan

Konsep yang terkandung dalam oleh sekolah tinggi, institut, dan istilah “pengembangan” mencakupi universitas. Pendidikan profesional perubahan ke arah yang lebih besar adalah pendidikan yang diarahkan dan lebih baik. Dengan demikian, terutama pada kesiapan penerapan dalam konsep pengembangan ter- keahlian tertentu dan diselenggara-dapat konsep peningkatan, baik dari kan oleh akademi, politeknik, seko-segi kuantitatif maupun dari seko-segi lah tinggi, institut, dan universitas. kualitatif. Pengembangan Akademi Pasal 2 keputusan tersebut menjelas-Kepolisian (Akpol) ke Program Studi kan bahwa pendidikan akademik Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian bertujuan menyiapkan peserta didik dimaksudkan untuk mengubah kuali- untuk menjadi anggota masyarakat tas dan kuantitas para taruna menjadi yang memiliki kemampuan akdemik lebih besar dan lebih baik. Kuantitas dalam menerapkan, mengembang-di sini terutama berkaitan dengan kan, dan/atau memperkaya khasanah perolehan kompetensi, sedangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ kualitas lebih ditekankan kepada atau kesenian, serta menyebarluas-profesionalitas output nantinya. Im- kan dan mengupayakan penggunaan-plementasi ini juga diarahkan untuk nya untuk meningkatkan taraf kehi-memantapkan lembaga pendidikan dupan masyarakat dan memperkaya kepolisian ini sebagai lembaga pen- kebudayaan nasional. Sementara didikan profesional yang mampu me- pendidikan profesional bertujuan lahirkan perwira-perwira yang andal, menyiapkan peserta didik menjadi yakni perwira-perwira yang berkom- anggota masyarakat yang memiliki peten, dalam arti perwira yang kemampuan profesional dalam profesional dan berkarakter. menerapkan, mengembangkan, dan Keputusan Menteri Pendidikan menyebarluaskan teknologi dan/atau Nasional Republik Indonesia Nomor kesenian serta mengupayakan peng-232/U/2000 tentang Pedoman Pe- gunaannya untuk meningkatkan taraf nyusunan Kurikulum Pendidikan kehidupan masyarakat dan memper-Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar kaya kebudayaan nasional.

Mahasiswa menjelaskan perbedaan Dalam Peraturan Kepala Kepoli-antara pendidikan akademik dan sian Negara Republik Indonesia pendidikan profesional. Pendidikan Nomor 4 Tahun 2002 dijelaskan akademik adalah pendidikan yang bahwa pendidikan Polri adalah usaha diarahkan terutama pada penguasaan sadar dan terencana untuk

(16)

mewujud-kan suasana proses pembelajaran, pe- rampilan, sikap perilaku yang sesuai latihan, dan pengasuhan guna mem- dengan etika profesi Polri, patuh bentuk dan mengembangkan penge- hukum, dan menjunjung tinggi hak tahuan, sikap, dan keterampilan asasi manusia.

peserta didik di lingkungan Polri 3) Terbentuknya kemampuan poten-(2010:2). Lebih lanjut dikatakan si kesamaptaan jasmani dan ke-bahwa sistem pendidikan Polri yang terampilan peserta didik yang mam-selanjutnya disingkat Sisdik Polri pu mendukung pelaksanaan tugas adalah suatu sistem pendidikan dan pokok Polri.

pelatihan di lingkungan Polri yang Untuk mewujudkan tujuan terse-merupakan usaha sadar dan terenca- but kurikulum di lembaga pendidikan na untuk mewujudkan suasana proses kepolisian disusun seperti yang pembelajaran, pelatihan, dan peng- dijelaskan pada Pasal 35 peraturan asuhan guna membentuk dan mengem- tersebut berikut ini.

bangkan pengetahuan, sikap, dan 1) Kurikulum di lembaga kepolisi-keterampilan peserta didik dalam an disusun berbasis kompetensi rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan dan pelatihan. Pengetahuan, sikap, dan harapan masyarakat berdasarkan dan keterampilan itulah yang disebut atas elemen kompetensi yang dapat kompetensi. Implementasi Program mengantar peserta didik untuk men-Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Ke- capai kompetensi utama, kompetensi polisian diharapkan melahirkan per- pendukung, maupun kompetensi wira lulusan Akpol yang berkom- lainnya.

peten, dalam arti memiliki pengeta- 2) Kurikulum di lembaga kepolisi-huan, sikap, dan keterampilan yang an disusun dengan (1) penataan dibutuhkan dalam dunia kepolisian. perimbangan antara aktifitas

pembe-Dalam Pasal 3 Peraturan Kepala lajaran intelektual, aktifitas pelatihan Kepolisian Negara Republik Indone- fisik dan pengasuhan dalam rangka sia selanjutnya dijelaskan tujuan pembentukan sikap dan perilaku; (2) Sisdik Polri sebagai berikut. metode penyusunan berdasarkan 1) Terwujudnya hasil didik yang analisis tugas dan Kualifikasi Hasil profesional, bermoral, dan mo- Didik (KHD); dan (3) struktur kuri-dern sesuai dengan tuntutan kompe- kulum yang berisi perangkat kendali

tensi Polri. pendidikan dan program pengasuhan

2) Terbentuknya potensi peserta serta materi pembekalan.

didik yang bermoral tinggi, Penataan kurikulum pada jen-memiliki ilmu pengetahuan, kete- jang sarjana semacam itu diarahkan

pada hasil lulusan yang memiliki rampilan, yang keduanya kemudian kualifikasi (1) menguasai dasar-dasar dilandasi oleh sikap yang baik; ilmiah dan keterampilan dalam pengembangan lembaga kepolisian bidang keahlian tertentu sehingga ini justru menggunakan paradigma mampu menemukan, memahami, sebaliknya. Sikap para mahasiswa menjelaskan, dan merumuskan cara dimatangkan benar sehingga ketika penyelesaian masalah yang ada di lulus nantinya bisa menjadi polisi dalam kawasan keahliannya; (2) yang berkarakter baik. Karakter yang mampu menerapkan ilmu pengeta- baik ini ditunjang oleh pengetahuan huan dan keterampilan yang dimili- yang memadai. Dengan demikian, kinya sesuai dengan bidang keahlian- keterampilan dalam menjalankan nya dalam kegiatan produktif dan profesi kepolisian menjadi lebih pelayanan kepada masyarakat de- baik, terutama dari sisi kualitasnya, ngan sikap dan perilaku yang sesuai karena didasari oleh karakter yang dengan tata kehidupan bersama; (3) baik dan ditunjang oleh pengetahuan mampu bersikap dan berperilaku yang memadai. Dalam bahasa lain dalam membawakan diri berkarya di implementasi ini diharapkan akan bidang keahliannya maupun dalam melahirkan perwira-perwira yang berkehidupan bersama di masyara- berkompeten.

kat; (4) mampu mengikuti perkem- Jika harapan itu tercapai, pada bangan ilmu pengetahuan, teknologi, akhirnya polisi yang dilahirkan oleh dan/atau kesenian yang merupakan lembaga ini adalah polisi-polisi yang keahliannya. profesional. Polisi yang profesional Jika kompetensi mencakupi tiga adalah polisi yang mampu melak-ranah, yakni sikap, keterampilan, dan sanakan tugasnya sesuai dengan pengetahuan – dengan berbagai rambu-rambu yang ditentukan. Ke-dimensi pengurutannya – tampaknya profesionalan polisi tentu saja tidak ranah sikap menjadi acuan untuk terbentuk secara tiba-tiba. Pemben-peningkatan yang ingin dicapai oleh tukan sikap profesionalitas polisi pengembangan lembaga pendidikan harus dimulai dari pendidikannya. kepolisian ini. Lembaga pendidikan Oleh karena itu, pengembangan kepolisian nantinya akan melahirkan Akpol menjadi Program Studi Sarja-polisi-polisi yang pengetahuan dan na Strata 1 pada hakikatnya dimak-perilakunya dilandasi oleh karakter sudkan untuk memberikan dasar bagi yang baik. Jika dalam berbagai aspek terbentuknya calon-calon perwira orang sering mendahulukan pengeta- yang profesional. Karakter dan huan, lalu disusul munculnya kete- profesionalitas adalah dua hal yang

(17)

kan suasana proses pembelajaran, pe- rampilan, sikap perilaku yang sesuai latihan, dan pengasuhan guna mem- dengan etika profesi Polri, patuh bentuk dan mengembangkan penge- hukum, dan menjunjung tinggi hak tahuan, sikap, dan keterampilan asasi manusia.

peserta didik di lingkungan Polri 3) Terbentuknya kemampuan poten-(2010:2). Lebih lanjut dikatakan si kesamaptaan jasmani dan ke-bahwa sistem pendidikan Polri yang terampilan peserta didik yang mam-selanjutnya disingkat Sisdik Polri pu mendukung pelaksanaan tugas adalah suatu sistem pendidikan dan pokok Polri.

pelatihan di lingkungan Polri yang Untuk mewujudkan tujuan terse-merupakan usaha sadar dan terenca- but kurikulum di lembaga pendidikan na untuk mewujudkan suasana proses kepolisian disusun seperti yang pembelajaran, pelatihan, dan peng- dijelaskan pada Pasal 35 peraturan asuhan guna membentuk dan mengem- tersebut berikut ini.

bangkan pengetahuan, sikap, dan 1) Kurikulum di lembaga kepolisi-keterampilan peserta didik dalam an disusun berbasis kompetensi rangka mencapai tujuan pendidikan dengan memperhatikan kebutuhan dan pelatihan. Pengetahuan, sikap, dan harapan masyarakat berdasarkan dan keterampilan itulah yang disebut atas elemen kompetensi yang dapat kompetensi. Implementasi Program mengantar peserta didik untuk men-Akpol Sarjana Strata 1 Terapan Ke- capai kompetensi utama, kompetensi polisian diharapkan melahirkan per- pendukung, maupun kompetensi wira lulusan Akpol yang berkom- lainnya.

peten, dalam arti memiliki pengeta- 2) Kurikulum di lembaga kepolisi-huan, sikap, dan keterampilan yang an disusun dengan (1) penataan dibutuhkan dalam dunia kepolisian. perimbangan antara aktifitas

pembe-Dalam Pasal 3 Peraturan Kepala lajaran intelektual, aktifitas pelatihan Kepolisian Negara Republik Indone- fisik dan pengasuhan dalam rangka sia selanjutnya dijelaskan tujuan pembentukan sikap dan perilaku; (2) Sisdik Polri sebagai berikut. metode penyusunan berdasarkan 1) Terwujudnya hasil didik yang analisis tugas dan Kualifikasi Hasil profesional, bermoral, dan mo- Didik (KHD); dan (3) struktur kuri-dern sesuai dengan tuntutan kompe- kulum yang berisi perangkat kendali

tensi Polri. pendidikan dan program pengasuhan

2) Terbentuknya potensi peserta serta materi pembekalan.

didik yang bermoral tinggi, Penataan kurikulum pada jen-memiliki ilmu pengetahuan, kete- jang sarjana semacam itu diarahkan

pada hasil lulusan yang memiliki rampilan, yang keduanya kemudian kualifikasi (1) menguasai dasar-dasar dilandasi oleh sikap yang baik; ilmiah dan keterampilan dalam pengembangan lembaga kepolisian bidang keahlian tertentu sehingga ini justru menggunakan paradigma mampu menemukan, memahami, sebaliknya. Sikap para mahasiswa menjelaskan, dan merumuskan cara dimatangkan benar sehingga ketika penyelesaian masalah yang ada di lulus nantinya bisa menjadi polisi dalam kawasan keahliannya; (2) yang berkarakter baik. Karakter yang mampu menerapkan ilmu pengeta- baik ini ditunjang oleh pengetahuan huan dan keterampilan yang dimili- yang memadai. Dengan demikian, kinya sesuai dengan bidang keahlian- keterampilan dalam menjalankan nya dalam kegiatan produktif dan profesi kepolisian menjadi lebih pelayanan kepada masyarakat de- baik, terutama dari sisi kualitasnya, ngan sikap dan perilaku yang sesuai karena didasari oleh karakter yang dengan tata kehidupan bersama; (3) baik dan ditunjang oleh pengetahuan mampu bersikap dan berperilaku yang memadai. Dalam bahasa lain dalam membawakan diri berkarya di implementasi ini diharapkan akan bidang keahliannya maupun dalam melahirkan perwira-perwira yang berkehidupan bersama di masyara- berkompeten.

kat; (4) mampu mengikuti perkem- Jika harapan itu tercapai, pada bangan ilmu pengetahuan, teknologi, akhirnya polisi yang dilahirkan oleh dan/atau kesenian yang merupakan lembaga ini adalah polisi-polisi yang keahliannya. profesional. Polisi yang profesional Jika kompetensi mencakupi tiga adalah polisi yang mampu melak-ranah, yakni sikap, keterampilan, dan sanakan tugasnya sesuai dengan pengetahuan – dengan berbagai rambu-rambu yang ditentukan. Ke-dimensi pengurutannya – tampaknya profesionalan polisi tentu saja tidak ranah sikap menjadi acuan untuk terbentuk secara tiba-tiba. Pemben-peningkatan yang ingin dicapai oleh tukan sikap profesionalitas polisi pengembangan lembaga pendidikan harus dimulai dari pendidikannya. kepolisian ini. Lembaga pendidikan Oleh karena itu, pengembangan kepolisian nantinya akan melahirkan Akpol menjadi Program Studi Sarja-polisi-polisi yang pengetahuan dan na Strata 1 pada hakikatnya dimak-perilakunya dilandasi oleh karakter sudkan untuk memberikan dasar bagi yang baik. Jika dalam berbagai aspek terbentuknya calon-calon perwira orang sering mendahulukan pengeta- yang profesional. Karakter dan huan, lalu disusul munculnya kete- profesionalitas adalah dua hal yang

Referensi

Dokumen terkait

Kepadatan probabilitas perbandingan distribusi ukuran panjang Pelepasan Serpih pada Batu Inti (PSBI) dengan distribusi ukuran panjang Alat Mikrolit (AM), Alat Serpih

Cakupan data dasar dari hasil SP2010 adalah jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin, berikut parameter- parameter turunannya seperti kepadatan penduduk,

Kebutuhan freestyle park di ruang terbuka publik kota Yogyakarta disebabkan adanya fenomena perkembangan skateboard, inlineskate , sepeda BMX di kota Yogyakarta,

Apabila seseorang itu telah bersyahadah, maka ia telah membuat pengakuan untuk mengabdikan diri kepada Allah dan RasulNya dengan melaksanakan segala tuntutan syahadah tersebut

Hasil uji statistic bivariat dengan chi square pada responden didapatkan bahwa faktor usia, pendidikan, pengalaman, informasi mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan polisi

2 Asril Sitompul, 1999, Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Tinjauan Terhadap UU Nomor 5 Th.1999) , Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.85.. a) Melakukan penilaian

Agar TBM dapat melakukan tugas dan fungsinya, pengelola dituntut untuk kreatif menciptakan kegiatan sebagai upaya untuk menarik masyarakat untuk berkunjung dan memanfaatkan TBM.

 melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada atau tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/ atau transaksi keuangan