Available online at : http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/
Jurnal Kesehatan
| ISSN (Print) 2085-7098 | ISSN (Online) 2657-1366 |
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i1.437 Jurnal Kesehatan is licensed under CC BY-SA 4.0
© Jurnal Kesehatan
Artikel Penelitian
DETERMINAN KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI DESA
POLAGAN KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN
Handinis Sonya RKW
1, Hilmah Noviandry R
2, Anggeria Oktavisa Denta R
31,2,3 Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Madura, Sampang Madura, Jawa Timur, Indonesia
A
RTICLEI
NFORMATIONA B S T R A C T
Received: November 10, 2020 Revised: Octoberr 31, 2020 Accpeted: March 16, 2021 Available online: March 31, 2021
Sanitasi lingkungan masih menjadi persolaan bagi Indonesia terutama terhadap kepemilikan sarana tempat pembuangan kotoran manusia yang digunakan. Menurut data WHO tahun 2015, penduduk yang buang air besar sembarangan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 18%, semula 40% pada tahun 1990 menjadi 22% pada tahun 2015. Cakupan Jamban sehat yang tidak mencapai target salah satunya adalah Puskemas Galis sebesar 77%. Di Puskesmas Galis, berdasar laporan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) jumlah penduduk yang masih buang air besar diarea terbuka sebesar 1,08%. Desa Polagan penyumbang terbanyak dalam buang air besar sembarangan (BABS) yaitu sebesar 15%. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan kepemilikan jamban sehat. Jenis penelitian observational analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian didapatkan dengan teknik simple random sampling, dan didapatkan 184 Kepala keluarga yang memliki jamban. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara, dilakukan dengan cara kunjungan rumah. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik multivariat dengan level signifikansi (α=0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat (p=0.232), Pengetahuan berpengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat (p=0,000), Pendapatan Keluarga berpengaruh terhadapap kepemilikan jamban sehat (p=0.001). Kepemilikan jamban sehat yang dimiliki kepala keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pendapatan keluarga. Pengetahuan dan pendapatan keluarga dapat membangunan penggunaan jamban sehat. Perlu adanya peningkatan upaya promotif dan preventif tentang kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kerjasama dengan steakholder dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Environmental sanitation is still a problem for Indonesia, especially regarding ownership of the facilities for disposing of human waste. According to 2015 WHO data, the population who defecate openly in Indonesia has decreased by 18%, from 40% in 1990 to 22% in 2015. The coverage of healthy latrines that do not reach the target is Puskemas Galis by 77%. At Galis Health Center, based on the Community Based Total Sanitation (STBM) program report, the number of people who still defecate in open areas is 1.08%. Polagan Village was the largest contributor to open defecation (BABS), which was 15%. The purpose of this study was to identify and analyze education, family income, knowledge and ownership of healthy latrines. This type of research is observational analytic with cross sectional design. The research sample was obtained using simple random sampling technique, and obtained 184 heads of families who have latrines. Collecting data using questionnaires and interviews and carried out by means of home visits. Data were analyzed using Logistic Regression multivariate with a significance level (α = 0.05). The results showed that education had no effect on healthy latrine ownership (p = 0.232), knowledge had an effect on healthy latrine ownership (p = 0.000), family income had an effect on healthy latrine ownership (p = 0.001). Ownership of healthy latrines owned by the head of the family is influenced by the knowledge and income of the family. Knowledge and family income can build the use of healthy latrines. There needs to be an increase in promotive and preventive efforts regarding Sanitasi Total Berbasis Mayarakat (STBM) and Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) as well as collaboration with stakeholders in an effort to improve the degree of public health.
K
EYWORDSJamban Sehat; Pendidikan; Pengetahuan; Pendapatan Keluarga
CORRESPONDENCE
Handinis Sonya RKW
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Sanitasi lingkungan masih menjadi masalah bagi Indonesia terutama terhadap kepemilikan sarana tempat pembuangan kotoran
manusia yang digunakan. Menurut WHO jumlah penduduk dunia yang buang air besar di area terbuka 13% dan di Asia tenggara berjumlah 34 %. Data WHO menunjukan bahwa Negara Indonesia pada tahun 1990 angka penduduk yang BAB sembarangan
berjumlah 40% dan mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 22% [1].
Menurut hasil laporan Join Monitoring Program (JMP) WHO/Unicef didapatkan Jumlah penduduk dunia yang tidak memiliki jamban sebesar 2,4 miliar dengan sebagian masih BAB di area terbuka. Indonesia merupakan negara yang penduduknya masih banyak tidak memiliki jamban sebesar 12,9%. [2].
Di provinsi Jawa timur masih terdapat banyak kabupaten yang belum memiliki jamban sehat, salah satunya adalah Kabupaten Pamekasan. Pada tahun 2016 menunjukan bahwa terdapat 67% yang hanya memiliki jamban sehat untuk Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan merupakan Kabupaten yang belum mencapai target dalam penggunaan jamban sehat [3].
Cakupan jamban sehat pada puskesmas galis masih dibawah target yaitu sebesar 77%. Hasil laporan STBM Puskesmas Galis menunjukan terdapat 1,08% penduduk yang memiliki perilaku BAB di area terbuka, Sedangkan untuk kepememilikan jamban sebesar 87,2%. Desa Polagan merupakan Desa Penyumbang terbanyak dalam buang air besar sembarangan (BABS) yaitu sebesar 15% [4].
Berdasarkan hasil survey pendahuluan peneliti didapatkan cakupan target jamban sehat di Desa Polagan masih rendah dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan lingkungan terutama untuk tidak BAB sembarangan dan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat di desa polagan sehingga masalah jamban sulit diatasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati dkk menyatakan bahwa faktor Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Pendapatan memiliki pengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat [5]. Hasil penelitian Novitry dkk menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan, sikap dan pendapatan keluarga terhadap jamban sehat [6]. Penelitian Putra dkk, menyebutkan bahwa sikap, ekonomi, pengetahuan dan budaya berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat [7].
Menurut Chandra pengetahuan yang kurang, tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang dan kebiasaan buruk dalam BAB menyebabkan masih banyaknya penduduk yang buang air besar di area terbuka [8].
Dalam mencegah penyekit yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan adalah dengan menerapkaan perilaku penggunaan jamban sehat karena dengan penggunaan jamban sehat adalah cara yang paling mudah, murah dan sederhana. Selain itu upaya promotif juga merupakan upaya yang penting yang harus dilakukan oleh berbagai steakholder.
Berdasarkan uraian diatas yang sudah mengungkapkan
penting untuk dikaji lebih lajut walaupun sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang variabel yang berhubungan dengan kepemilikan jamban namun masih belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang penelitian variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi dalam kepemilikan jamban sehat. Selain itu penelitian ini berfokus dengan masalah yang dikaji yakni terkait dengan kepemilikan jamban sehat pada kepala keluarga yang bertempat tinggal di daerah pinggir pantai yang belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.
Tujuan Penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan kepemilikan jamban di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional. Poupulasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang memiliki jamban yang tinggal di wilayah Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Tahun 2019 yang berjumlah 923 Kepala Keluarga. Besar sampel didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus Lameshow, apabila jumlah populasi sudah diketahui. 𝑍!"# $ $ . 𝑃(1 − 𝑃)𝑁 𝑑$(𝑁 − 1) + 𝑍 !"#$ $ . 𝑃(1 − 𝑃)
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 184 kepala keluarga yang memiliki jamban. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Kriteria sampel pada penelitian ini yaitu kepala keluarga yang memiliki jamban yang bersedia menjadi responden penelitian dan tidak mengalami tuna netra, tidak buta warna, dan tidak mengalami gangguan kognitif.
Dilakukan uji validitas dan reabilitas pada kuesioner yang dilakukam kepada kepala keluarga yang memiliki jamban. Pengujian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 30 orang kepala keluarga dengan 12 pertanyaan.
Setelah dilakukan pengujian, didapatkan hasil bahwa 12 pertanyaan dalam istrumen penelitian memiliki nilai r hitung > r tabel sehingga pertanyaan tersebut layak digunakan dalam penelitian. Sedangkan hasil uji reabilitas yang telah dilakukan didapatkan setiap item yang ada dalam intrumen nilainya melebihi 0,6. Hal ini berarti telah dianggap reliabel untuk digunakan dalam penelitian
.
Dilakukan pengisian kuesioner dan wawancara yang dilakukan pada saat kunjungan rumah yang didampingi oleh kader desa. Pengisian kuesioner dan wawancara dilakukan selama 20 menit, kemudian setelah wawancara dan pengsisian kuesioner
kepala keluarga dengan menggunakan checklist sesuai dengan kriteria jamban sehat.
Hasil data penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dan uji statistik regresi logistik multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi kepemilikan jamban sehat, sedangkan bivariat digunakan untuk mengetahui distribusi pendidikan, pendapatan keluarga dan pengetahuan dengan kepemilikan jamban sehat. Analisis uji regresi logistik multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh pendidikan, pendapatan keluarga dan pengetahuan dengan penggunaan jamban sehat dengan level signifikansi (α=0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Identifikasi Faktor Kpemilikan Jamban Sehat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Memiliki Jamban Sehat Di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Tahun 2020 Kepemilikan Jamban Frekuensi Persentase (%) Sehat 103 56% Tidak Sehat 81 44% Total 184 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar keluarga memiliki jamban sehat sebanyak 103 kepala keluarga.
Analisis Bivariat
Identifikasi Faktor Pendidikan, Pendapatan Keluarga, dan Pengetahuan Dalam Kepemilikan Jamban Sehat
Tabel 2 Distribusi pendidikan, pendapatan keluarga dan pengetahuan dalam kepemilikan jamban sehat di desa polagan kecamatan galis Kabuapaten Pamekasan Tahun 2020
Variabel
Kepemilikan Jamban Total Sehat Tidak Sehat
N % n % N % Pendidikan Tinggi 69 37,5 10 5,4 79 100,0 Rendah 34 18,5 71 38,6 105 100,0 Pendapatan Keluarga Tinggi 101 54,9 7 3,8 108 100,0 Rendah 2 1,1 74 40,2 76 100,0 Pengetahuan Tinggi 102 55,4 11 6,0 113 100,0 Rendah 1 0,5 70 38,0 71 100,0
Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga yang tidak memiliki jamban sehat yaitu sebesar (38,6%) memiliki pendidikan yang rendah sedangkan keluarga yang memiliki pendidikan tinggi memiliki jamban sehat yaitu sebesar (37,5%). Hal ini berarti keluarga yang tidak memiliki jamban sehat memiliki pendidikan yang rendah.
Keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah sebagian besar tidak memiliki jamban sehat yaitu sebesar (40,2%) sedangkan keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi yaitu sebesar (54,9%). Artinya keluarga yang tidak memiliki jamban sehat memiliki pendapatan yang rendah. Keluarga yang memiliki Jamban sehat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga.
Keluarga yang memiliki pengetahuan rendah tidak memiliki jamban sehat yaitu sebesar (38%) sedangkan keluarga yang memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebesar (55,4%). Artinya keluarga yang tidak memiliki jamban sehat memiliki pengetahuan yang rendah sehingga keluarga tidak memahami pentingnya jamban sehat.
Analisis Multivariat
Pengaruh Pendidikan, Pendapatan Keluarga dan Pengetahuan terhadap Kepemilikan Jamban Sehat
Tabel 3 Pengaruh Pendidikan, Pendapatan Keluarga dan Pengetahuan terhadap Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Tahun 2020
Variabel β Nilai p PR Keterangan Pendidikan 0,946 0,232 2,575 Tidak Signifikan Pendapatan Keluarga 4,136 0,000 62,568 Signifikan Pengetahuan 3,821 0,001 45,631 Signifikan
Tabel 3 menunjukan bahwa variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat, pendapatan keluarga dan pengetahuan kepala keluarga memiliki pengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga [5].
Hasil Penelitian menunjukan tidak ada pengaruh pendidikan dengan kepemilikan jamban sehat. Hal ini banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satunya adalah pendapatan keluarga yang menjadi alasan terpenting bagi kepala keluarga. Pendidikan yang dimiliki oleh kepala keluarga sebagian besar memiliki pendidikan yang rendah sehingga mempengaruhi pendapatan ekonomi.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Babitsch et al yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi yang dimiliki keluarga. Kondsi sosial ekonomi yang dimiliki keluarga mempengaruhi penggunaan dan pemanfaat jamban [9].
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Putri yang menyatakan bahwa kepemilikan jamban tidak memiliki hubungan dengan pendidikan [10].
Pendidikan merupakan salah satu yang diperlukan dalam pemabangunan kesehatan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup. Tinggginya pendidikan yang dimiliki seseorang maka baik pula sumber daya yang dimilikinya. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka seorang tersebut akan memiliki pengetahuan yang luas, sehingga membuat seseorang tersebut menjadi produktif dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi. Dengan hasil pendapatan yang tinggi maka akan membantu dalam penggunaan jamban sehat [11].
Proses dalam merubah kepribadian, sikap, dan pemahan tentang jamban sehat maka diperlukan pendidikan yang baik terhadap jamban sehat sehingga dalat membentuk budaya dalam penggunaan jamban sehat [12].
Semakin tinggi pendidikan yang dicapai semakin membantu kemudahan dalam pembinaan akan pentingnya penggunakan jamban sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi merupakan dasar dalam pengembangan daya nalar serta sarana untuk menerima pengetahuan [13].
Pendapatan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kepemilikan jamban sehat dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Nilai Prevalance Ratio (PR) pendapatan keluarga terhadap kepemilikan jamban sehat yaitu 62,568. Artinya kemungkinan kepala keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah tidak memiliki jamban sehat sebesar 62,568 kali lebih besar dibandingkan kepala keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi dalam kepemilikan jamban sehat. Variabel pendapatan kelaurga memiliki nilai Prevalance Ratio (PR) paling besar yaitu 62,568 sehingga dapat diasumsikan bahwa variabel pendapatan keluarga paling besar pengaruhnya terhadap kepemilikan jamban sehat.
Tingginya status ekonomi yang dimiliki keluarga akan memudahkan seseorang untuk merubah tindakan atau perilakunya [14]. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kepemilikan jamban sehat. Sebagian besar kepala keluarga yang memiliki pendapatan rendah memiliki jamban yang tidak sehat.
Keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan menyebabkan kurangnya dalam partisipasi kepemilikan jamban sehat, dikarenakan bagi mereka kebutuhan hidup lebih penting dari pada membangun jamban sehat. Kepala Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi memiliki jamban yang memenuhi syarat jamban sehat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
memiliki jamban sehat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Pendapatan kepala keluarga yang dimiliki sebagian besar memiliki tingkat pendapatan yang rendah terhadap kepemilikan jamban sehat [5]. Kepala keluarga yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat dua kali lebih mungkin didapatkan pada keluarga yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah [15].
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Wijayanti dan Maulana yang menyatakan bahwa terdapat 13,250 kali lebih besar kepala keluarga yang memiliki pendapatan rendah yang akan beresiko tidak memiliki jamban sehat dibandingkan denga kepala keluarga yang memiliki pendapatan tinggi [16].
Debasay et al menyatakan bahwa kepala keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan menggunakan jamban sebesar 10,86 kali lipat lebih tinggi di bandingkan rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah. Kepala keluarga yang menggunakan jamban cemplung yang dapat menimbulkan bau dan dihinggapi lalat merupakan kepala keluarga yang memiliki pendapatan rendah sedangkan kepala keluarga yang memiliki pendapatan tinggi memiliki jamban sehat untuk digunakan dalam rumah tangga [17].
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa kepala keluarga diketahui bahwa mayoritas kepala keluarga tidak mau membangun jamban sehat karena dianggap pembuatannya mahal dan membutuhkan biaya dengan jumlah besar untuk mereka. Sehingga kondisi pendapatan keluarga sangat mempengaruhi dalam pemanfaatan jamban baik untuk penggunaannya, merawat jamban dan memelihara jamban tersebeut.
Penghasilan tinggi yang dimiliki anggota keluarga memungkinkan dalam penggunaan jamban sehat. Sedangkan kepala keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah diketahui tidak memiliki jamban sehat karena lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dibandingkan membangun jamban yang memenuhi syarat kesehatan yang membutuhkan biaya yang mahal sehingga kepala keluarga memilih membuat jamban seadanya. Kepala keluarga juga menganggap bahwa jamban bukan hal yang terlalu penting sehingga menyebabkan rendahnya kepemilikan jamban sehat.
Namun ada diantara kepala keluarga yang memiliki pendapatan yang tinggi yang tidak memanfaatkan jamban sesuai syarat kesehatan. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya penggunaan jamban sehat dan pentingnya sanitasi lingkungan sehingga kepala keluarga tidak berkeinginan untuk memperbaiki status kesehatan keluarganya.
Kepala keluarga yang memiliki jamban permanen sebagian besar memiliki pendapatan yang tinggi. Namun jamban
memenuhi syarat jamban sehat salah satunya yaitu sumber air berdekatan dengan saluran pembuangan kotoran tinja.
Rendahnya tingkat kepemilikan jamban berhubungan dengan pendapatan keluarga yang berada dibawah rata-rata, sehingga masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk membangun jamban sendiri [10]. Dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang maka diperlukan tingkat pendapatan yang baik. Tingkat pendapatan yang baik juga akan mempengaruhi fasilitas kesehatan yang diperoleh khususnya dalam penggunaan jamban keluarga di dalam rumah.
Menurut Kamria et al bahwa sanitasi yang baik diciptakan dengan adanya pendapatan ekonomi yang baik dalam keluarga sehingga dapat menciptakan kesehatan keluarga yang diharapkan. Sedangkan pendapatan ekonomi yang rendah dapat menyebabkan kurangnya kepedulian keluarga dalam membangun jamban sehat [18].
Pada Tabel 3 didapatkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,001 (p < 0,05). Nilai Prevalance
Ratio (PR) pengetahuan kepala keluarga terhadap kepemilikan
jamban sehat yaitu 45,631. Artinya kemungkinan kepala keluarga yang memiliki pengetahuan rendah memiliki jamban yang tidak sehat sebesar 45,631 kali lebih besar dibandingkan kepala keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi dalam penggunaan jamban sehat Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap kepemilikan jamban sehat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risnawati et al yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan kepala keluarga terhadap kepemilikan jamban sehat. Semakin seseorang memiliki pengetahuan yang baik semakin orang tersebut berkeinginan untuk membangun jamban sehat. Hal ini di karenakan faktor pengetahuan dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk membuat jamban sehat [5].
Penelitian Heranita menyatakan perilaku keluarga dalam pemanfaatan jamban dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan yang tinggi yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi perilaku yang baik dalam pemanfaatan jamban, sedangkan perilaku pemanfaatan jamban yang buruk dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah. Dalam pengetahuan pemanfaatan jamban terdapat variabel confounder yang menghubungkan terhadap perilaku penggunaan jamban [20].
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala keluarga didapatkan bahwa sebagian kepala keluarga masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang jamban sehat. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga tidak memiliki keinginan mencari informasi dan tidak peduli mengenai syarat jamban sehat dan pentingnya jamban sehat. Kepala keluarga beranggapan bahwa
yang terpenting adalah membuat jamban walaupun tidak memenuhi syarat jamban sehat.
Sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai nelayan yang setiap hari pulang dari melaut sore hari sehingga tidak memiliki waktu dalam mencari informasi mengenai syart-syarat pembuatan jamban sehat dan pentingnya jamban sehat. Pemberian informasi tentang jamban sehatpun tidak pernah disosialisasikan oleh tenaga kesehatan setempat, sehingga kepala keluarga hanya mengetahui penggunaan jamban saja tampa ada syarat-syarat dalam membangun jamban sehat. Sehingga informasi yang didapat kepala keluarga juga sangat mempengaruhi pengetahuan yang mereka miliki.
Hal ini didukung oleh penelitian Anggoro et al yang menyatakan bahwa semakin baik pemanfaatan jamban sehat maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang jamban sehat hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan komponen yang penting untuk terbentuknya perilaku [21].
SIMPULAN
Pendapatan Keluarga dan Pengetahuan memiliki pengaruh terhadap kepemilikan jamban sehat. Kepala keluarga yang memiliki pendapatan tinggi dan pengetahuan tinggi akan memiliki jamban sehat, sebaliknya kepala keluarga yang memiliki pendapatan keluarga dan pengetahuan yang rendah tidak memiliki jamban sehat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh responden penelitian ini, Pendamping Sebaya, Kader, Kepala Desa dan Staf balai Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] WHO, Progress On Sanitation And Drinking-Water Update
2015. Switzerland: Geneva, 2015.
[2] CNN Indonesia, “51 Juta Orang Indonesia Buang Air Besar Sembarangan,” CNN Indonesia. 25 November, 2015. [Online]. Available: https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20151125110417-255-93907/51-juta-orang-indonesia-buang-air-besar-sembarangan.2015. [Accessed: Feb 10, 2020].
[3] Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan, Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan, Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan. 2016.
[4] Puskemas Galis, STBM Puskesmas Galis. Puskemas Galis, 2019.
[5] Risnawati, Lilimantik Emmy, Mahreda Sri Emmy, Mahyudin Putri, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemilikan Jamban Sehat Diwilayah Uptd Puskesmas Bentot Kecamatan
Patangkep Tgautui Kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah,” Vol. 5 No. 3, pp. 223-239, 2020.
[6] Novitry Fera dan Agustin Rizka. Determinan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Sukomulyo Martapura Palembang.
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 2, No. 2, pp. 107-116.
2017.
[7] Putra Sunaryo Gandha dan Selviana. Faktor-Faktor Yang Berhubungan denga Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Empakan Kecamatan Kayan Hulu. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Khatulistiwa, Vol.4, No.3, Agustus 2017.
[8] Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
[9] Babitsch, B., Gohl, D., & Thomas, L, “Rerevisiting Andersen’s Behavioral Model of Health Services Use : a Systematic Review of Studies from 1998-2011”. GMS
Psycho-Social-Medicine, 9 : pp. 1-15, 2012. [Online].
Available: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23133505/
[Accessed: Sept 16, 2020].
[10] Annissa dan Putri Chandhys Pringgandhani Dhea, “Determinan Kepemilikan Jamban di Kelurahan Kalanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Pancur,” Faletehan Health Journal. Vol 6, No.2, pp. 45-50, Juli 2019. [Online]. Available:
https://journal.lppmstikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/view/ 46 [Accessed: Sept 3, 2020].
[11] Oktasari Wiji, laksono Budi, Indriyanti Rini dyah, “Faktor Determinan dan Respon Masyarakat terhadap Pemanfaatan Jamban dalam Program Katajaga di Kecamatan Gunungpati Semarang,”Public Health Perspective Journal, Vol. 2. No.3, pp. 279-286, 2017.
[12] Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta, 2009.
[13] Ulina Irma Y, Darmana Ayi, Aini Nur, “Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak memanfaatkan jamban di Desa Aek Kota Batu,” Jurnal Prima Medika Sains, Vol.01 No. 1, pp. 40-48, 2019.
[14] Simanjutak, Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi terhadap pendekatan Community Led Total Sanitation pada masyarakat desa di
wilayah kerja Puskesmas Pagelaran
Kabupaten Pandeglang tahun 2009).Universitas Indonesia, 2009.
[15] Kema, K., Semali, I., Mkuwa, S., Kagonji, I., Temu, F., Ilako, F., Mkuye, M., “Factors Affecting The Utilisation of Improved Ventilated Latrines Among Communities in Mtwara Rural District, Tanzania,” Pan African Medical Journal. Vol.13, Supp:1-4, pp. 1-5, 25 Desember, 2012. [Online]. Available:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3587023/
[Accessed: Okt 12, 2020].
[16] Wijayanti Wahyu dan Maulana Muchsin, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan., 2019. [Online] Available
http://eprints.uad.ac.id/14818/1/T1_1500029358_NASKAH %20PUBLIKASI.pdf [Accessed: Agust 12, 2020].
[17] Debesay, N., Ingale, L., Gebresilassie, A., Assefa, H., Yemane, D., “Latrine Utilization and Associated Factors in the Rural Communities of Gulomekada District, Tigray Region, North Ethiopia, 2013: A CommunityBased Cross-Sectional Study,” Journal Community Medicine and Health
Education,Vol.5, Pp:1-6, 2015. [Online]. https://www.researchgate.net/publication/281700484_Latrine _Utilization_and_Associated_Factors_in_the_Rural_Commu nities_of_Gulomekada_District_Tigray_Region_North_Ethio pia_2013_A_Community_Based_Cross-Sectional_Study [Accessed: 22 Sept, 2020].
[18] Kamria, A.P., Hasan, W., & Nurmaini, “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Jamban Keluarga di Desa Bontotallasa Dusun Makuring Kabupaten Maros,” Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3 (1) : 99-102, 2013. [Online].
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/508
[Accessed: 18 Agust, 2020].
[19] Notoatmodjo, S, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
[20] Heranita Laila, Faktor yang memengaruhi perilaku keluarga dalam pemanfaatan jamban di Desaair Pinang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia: Medan, 2018. [21] Anggora Febri Fani, Khoiron, Ningrum Trirahayu Prehatin,
“Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Jamban Di Kawasan Perkebunan Kopi,” Jurnal Pustaka