• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara unsur-unsur struktur ada koherensi atau pertautan erat (Pradopo, 2013:141-142). Jenis-jenis karya sastra adalah puisi, drama, dan naratif yang meliputi novel atau roman dan cerita pendek, serta novelette (Wiyatmi, 2009:27).

Karya fiksi atau naratif adalah suatu karya yang menceritakan sesuatu hal yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 2013:2). Cerpen sebagai salah satu karya fiksi yang merupakan singkatan dari cerita pendek adalah sebuah karya fiksi yang maksimal terdiri dari lima belas ribu kata atau sekitar lima puluhan halaman (Stanton, 2012:75). Karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik, beberapa unsur intrinsiknya adalah unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2013:12).

Salah satu cerpen dari dunia Arab modern adalah cerpen yang berjudul “Munīrah”. Cerpen tersebut adalah satu judul cerpen di antara sebelas judul cerpen yang berada dalam antologi cerpen Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun karya Muḥammad Ṣalāḥ yang diterbitkan pada tahun 2013 oleh penerbit Aṭlas. Secara garis besar, cerpen “Munīrah” ini menceritakan tentang perjuangan dan pengabdian seorang wanita yang bernama Munīrah untuk mengangkat harkat dan

(2)

martabat wanita terutama dalam hal pendidikan di masyarakat yang menganut sistem patriarkat, yaitu sistem pengelompokan sosial yang sangat mementingkan garis keturunan pria. Mulai dari kegigihan perjuangannya, penolakan dan hambatan yang diterima oleh tokoh tersebut, cara perjuangannya, dan keberhasilannya dalam mencapai pendidikan pascasarjana dalam usia kurang lebih 24 tahun.

Cerpen “Munīrah” ini adalah karya Muḥammad Ṣalāḥ, seorang penulis dan novelis Mesir modern yang bergabung dalam ittiḥādu kuttābi Miṣra. Antologi cerpen Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun ini merupakan karyanya yang kedua setelah novel Min al-Ikhwāni ilā Sheffield.

Sebagai sebuah karya sastra, cerpen “Munīrah” karya Muḥammad Ṣalāḥ ini diperkirakan sebagai sebuah struktur yang kompleks dan dibangun oleh unsur-unsur intrinsik yang saling berkorelasi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian tersebut menggunakan teori struktural, yaitu sebuah teori yang beranggapan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari beberapa unsur intrinsik yang saling berkorelasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada unsur-unsur intrinsik yang ada pada cerpen “Munīrah” karya Muḥammad Ṣalāḥ dalam antologi cerpen

Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun dan keterjalinan antarunsurnya sehingga

(3)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian cerita pendek “Munīrah” karya Muḥammad Ṣalāḥ dalam antologi cerpen Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun ini adalah untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik dan mengetahui hubungan antarunsur intrinsik yang menyusun cerpen itu sehingga diperoleh satu kesatuan yang utuh. 1.4 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan peneliti, banyak karya ilmiah yang membahas karya sastra, baik cerpen maupun novel dengan menggunakan analisis struktural. Dari Jurusan Sastra Asia Barat, FIB, UGM mulai tahun 2001 hingga tahun 2014 ada 126 penelitian yang menggunakan analisis struktural untuk membahas karya sastra yang terdiri dari 105 cerpen, 12 karya novel, 5 karya puisi, dan 4 karya drama dari beberapa pengarang. Berikut beberapa penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat, FIB, UGM dengan objek material cerpen dan objek formal unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen tersebut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak al-Arānib wa Bi‘ru al-Ma` Karya Syihāb Sulṭān: Analisis Struktural”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cerpen tersebut memiliki unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan dan saling mendukung, dengan tema persaudaraan akan membuahkan rasa kepedulian untuk menolong saudaranya yang mengalami kesulitan tanpa memperdulikan perlakuan buruk di masa lalu. Unsur intrinsiknya terdiri dari tema, fakta cerita yang terdiri dari tokoh, alur, dan latar, serta sarana sastra, yaitu judul dan sudut pandang.

(4)

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nuraistie (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen “Al-Ḥubbu Aṣ-Ṣagīru” dalam Kumpulan Cerpen Al-ʻĀlamu Aḍ-Ḍayyiqu Karya Najīb Al-Kailānī: Analisis Struktural Stanton”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua unsur yang ada dalam cerpen tersebut memiliki keterkaitan dengan yang lainnya sehingga memiliki makna yang utuh, dengan tema cinta dapat menjadi sumber kekuatan bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Unsur intrinsiknya terdiri dari tema, fakta cerita yang terdiri dari tokoh, alur, dan latar, serta sarana sastra, yaitu sudut pandang dan judul.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh al-Faishal (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen “Lā Tażbaḥu al-Firakh” dalam Antologi Cerpen ʻUlbatun min aṣ-Ṣafīḥ Karya Iḥsān ʻAbdu al-Quddūs: Analisis Struktural Robert Stanton”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah unsur-unsur dalam cerpen ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga memiliki makna yang sempurna, dengan tema bahwa psikopat akan sembuh dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang menjadi penyebabnya dan seiring dengan berjalannya waktu. Unsur intrinsiknya terdiri dari tema, fakta cerita yang terdiri dari tokoh, alur, dan latar, serta sarana sastra, yaitu sudut pandang dan judul.

Antologi cerpen Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun karya Muḥammad Ṣalāḥ terdiri dari sebelas judul, yaitu : (1) Aṭ-Ṭāhirah, (2) Al-Ḥarāmiyy, (3) Man

Qatala Munā, (4) ʻAudatu Spartacus, (5) Al-Makhrūṭah, (6) Bā'iʻatu al-Jirjīr, (7) Musʻidu Harīsah, (8) Ummu fatḥiyy, (9) Munīrah, (10) Khawātim, dan (11)

(5)

Asy-Syaikhu iblīs. Cerpen “Munīrah” adalah cerpen yang berada pada halaman

191-216 dan menempati nomor sembilan dalam antologi cerpen tersebut. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian terhadap cerpen “Munīrah” belum pernah dilakukan di Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga dan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam UAD baik dari segi linguistik maupun sastra. Oleh karena itu, penelitian terhadap cerpen ini layak dilakukan untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik dan mengetahui hubungan antarunsur intrinsik yang menyusun cerpen itu sehingga diperoleh satu kesatuan yang utuh. 1.5 Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori struktural, yaitu teori yang menganggap bahwa suatu karya sastra adalah sebuah struktur yang terdiri dari beberapa unsur intrinsik yang saling berkaitan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 2013:57-58).

Struktur sebuah karya fiksi secara garis besar disusun oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur ektrinsik (Nurgiyantoro, 2013:29). Unsur intrinsik karya fiksi tersebut disusun oleh tiga hal, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Fakta cerita dibagi menjadi tiga, yaitu karakter, alur, dan latar. Sarana sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi (Stanton, 2012:22).

Fakta cerita mempunyai fungsi sebagai catatan kejadian yang terdiri dari karakter, alur, dan latar (Stanton, 2012:22). Karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita dan merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu dalam

(6)

cerita, dengan kata lain karakter adalah tokoh dan penokohan (Stanton, 2012:33). Alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita dan terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja (Stanton, 2012:26). Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, segala hal yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012:35). Secara umum, latar dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial-budaya (Nurgiyantoro, 2013:314).

Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit (Nurgiyantoro, 2013:115). Tema bisa juga berarti makna sebuah karya sastra yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara yang paling sederhana (Stanton, 2012:41) dan merupakan pernyataan generalisir sehingga membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Tema juga merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita (Stanton, 2012:36-37)

Sarana sastra adalah metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna yang terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi (Stanton, 2012:46). Stanton dalam bukunya tidak mendefinisikan apa itu judul, sehingga penulis merujuk pada KBBI (Setiawan, 2010-2011:tanpa halaman) adalah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu, selain itu bisa juga mempunyai arti kepala karangan (cerita, drama, dsb),

(7)

sehingga ketika judul masuk ke dalam konteks cerpen mempunyai arti kepala karangan yang menyiratkan secara pendek isi atau maksud cerpen. Sudut pandang adalah strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita (Nurgiyantoro, 2013:338). Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa (Stanton, 2012:61), sedangkan tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita (Stanton, 2012:63). Simbolisme adalah pemakaian simbol untuk mengekspresikan gagasan dan emosi yang tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan agar tampak nyata (Stanton, 2012:64). Ironi adalah cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu hal itu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya (Stanton, 2012:71)

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini berlandaskan teori struktural, sehingga metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis struktural. Menurut Chamamah yang disarikan oleh Sangidu (2004:62) mengatakan bahwa objek penelitian sastra dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra, sedangkan objek formalnya ditentukan oleh sudut pandang masing-masing peneliti dalam penelitian sastra. Menurut pendapat di atas, maka objek material dalam penelitian ini adalah cerpen “Munīrah” karya Muḥammad Ṣalāḥ dalam antologi cerpen Asy-Syaikhu Iblīs wa Qiṣaṣun ʻAsyrun, sementara objek formalnya adalah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen ini.

Teori struktural yang digunakan untuk menganalisis cerpen “Munīrah” dalam penelitian ini mengacu pada teori struktural Robert Stanton yang ada pada

(8)

bukunya yang berjudul An Introduction to Fiction (1965) yang telah diterjemahkan oleh Sugihastuti dan Rossi pada tahun 2012, sehingga urutan pembahasan penelitian ini akan menggunakan urutan yang ada pada buku tersebut. Khusus untuk istilah karakter pada bukunya Stanton dalam penelitian ini akan diganti dengan istilah tokoh dan penokohan sesuai pendapat Nurgiyantoro dalam bukunya dengan judul Teori Pengkajian Fiksi yang diterbitkan tahun 2013. Hal ini disebabkan karena istilah karakter dalam buku karangan Stanton merujuk pada dua hal, yaitu individu-individu yang muncul dalam cerita dan berbagai kepentingan, keinginan, emosi dan prinsip moral dari individu-individu tersebut, sehingga untuk mempermudah pembahasan, dipakai istilahnya Nurgiyantoro. Untuk unsur-unsur intrinsik yang akan diteliti pada penelitian ini adalah fakta cerita yang terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, dan latar, lalu tema dan yang terakhir adalah sarana sastra yang terdiri dari judul dan sudut pandang.

Menurut Nurgiyantoro (2013:60), analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik suatu karya sastra. Penelitian ini diawali dengan mencari, memilih dan menentukan teks cerpen yang akan diteliti. Kedua, membaca teks yang telah dipilih itu, lalu menentukannya menjadi objek penelitian. Ketiga, menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, yaitu fakta cerita (tokoh dan penokohan, alur, dan latar), tema, dan sarana sastra (judul dan sudut pandang). Keempat, menentukan keterkaitan antarunsur cerpen yang telah diteliti. Melalui beberapa tahap di atas, penelitian ini diharapkan akan menemukan keterkaitan antarunsur cerpen dalam membentuk satu kesatuan yang utuh.

(9)

1.7 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penelitian, pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II meliputi biografi Muḥammad Ṣalāḥ dan sinopsis cerpen “Munīrah”. Bab III adalah analisis unsur-unsur intrinsik dari cerpen “Munīrah”, yang terdiri dari fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Fakta cerita terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, dan latar, sedangkan sarana sastra terdiri dari judul dan sudut pandang. Bab IV adalah kesimpulan dan daftar pustaka, kemudian diikuti oleh ringkasan.

I.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 Nomor: 0543b/U/1987.

a. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.

(10)

No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

1 ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

2 ب baʼ b be

3 ت taʼ t te

4 ث ṡaʼ ṡ es (titik di atas)

5 ج jim j je

6 ح ḥaʼ ḥ ha (titik di bawah)

7 خ khaʼ kh ka dan ha

8 د dal d de

9 ذ żal ż zet (titik di atas)

10 ر raʼ r er

11 ز zai z zet

12 س sin s es

13 ش syin sy es dan ye

14 ص ṣad ṣ es (titik di bawah)

15 ض ḍad ḍ de (titik di bawah)

16 ط ṭaʼ ṭ te (titik di bawah)

17 ظ ẓaʼ ẓ zet (titik di bawah)

18 ع ‘ain ‘_ koma terbalik (di atas)

19 غ gain g ge 20 ف fāʼ f ef 21 ق qaf q ki 22 ك kaf k ka 23 ل lam l el 24 م mim m em 25 ن nun n en 26 و wau w we 27 ـھ haʼ h ha 28 ء hamzah ʼ_ apostrof 29 ي yaʼ y ye

(11)

b. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong, dan vokal rangkap atau diftong.

- Vokal tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ_ fatḥah a a

ِ_ kasrah i i

ُ_ ḍammah u u

Contoh: بتك - kataba - Vokal rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Nama ﹶ

...

ي fatḥah dan yaʼ ai a dan i

ﹶ ...

و fatḥah dan wau au a dan u

Contoh: فيك - kaifa c. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat atau huruf, transliterasinya berupa huruf dan harakat, yaitu:

Harakat dan huruf Nama Gabungan huruf Nama ﹶ

... َ ا ...

ى fatḥah dan alif

atau yaʼ

ā a dan garis di atas ﹻ

...

ي kasrah dan yaʼ ī i dan garis

di atas ﹸ ... و ḍammah dan wau ū u dan garis di atas

(12)

Contoh : لاق - qāla d. Taʼ marbūṭah

Transliterasi untuk taʼ marbūṭah ada dua.

- pertama, taʼ marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah,

kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/.

- kedua, taʼ marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/.

- Kalau pada kata yang terakhir dengan taʼ marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka

taʼ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh: ةرّونملا ةنيدملا - /al-Madīnah al-Munawwarah/ atau

/al-Madīnatul-Munawwaratu/

e. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh: انب ّر - /rabbanā/ f. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu “لا”. Namun, dalam transliterasi ini, kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh hurūf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh hurūf qamariyyah.

(13)

- Kata sandang diikuti oleh hurūf syamsiyyah

Kata sandang diikuti oleh hurūf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf lam diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

contoh: سمّشلا - /asy-syamsu/

- Kata sandang diikuti oleh hurūf qamariyyah

Kata sandang diikuti oleh hurūf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Contoh: رمقلا - /al-qamaru/

Baik diikuti hurūf syamsiyyah maupun hurūf qamariyyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang

g. Hamzah

Dinyatakan dalam tabel di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, hal itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh: نودخأت - /ta`khużūna/ h. Penulisan Kata

Pada dasarnya, setiap kata baik fi‘l, ism, maupun ḥarf, ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu saja yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat

(14)

yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh: نيقزا ّرلا ريخ وھل ﷲ ّنإو - /Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna atau Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna/

i. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, namun dalam transliterasi ini huruf tersebut tetap bisa digunakan. Penggunaan huruf kapital ini seperti apa yang berlaku dalam ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah karya sstra berlandaskan sebuah teori yang dirangkumkan pada Strukturalisme Genetik, karya sastra merupakan sebuah struktur, akan tetapi, struktur itu

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra serta teori psikologi

antartokoh dalam novel Sokola Rimba karya Butet Manurung dengan.. menggunakan teori struktural yang dikemukakan oleh

Teori struktural memandang naskah drama “Syifa>hu al-Bana>diqi” dalam antologi ad-Dunya> bi Khairin karya Ibra>hi>m Sa‘i>d Abu>-S}iya>m sebagai

Penelitian struktural memandang karya sastra sebagai karya yang mampu menjalin unsur-unsur secara padu dan bermakna. Adapun untuk melihat semua keterkaitan unsur-unsur

Landasan teori yang digunakan telah dipertimbangkan oleh peneliti, kaitanya dengan topik penelitian yang meliputi unsur karya sastra, religiusitas dan sastra religi, serta di dalam

Maka penulis menganalisis novel Milea Suara dari Dilan karya Pidi Baiq berdasarkan struktur karya sastra dengan menggunakan kajian Strukturalisme Robert Stanton

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan landasan teori yang