• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produktivitas

Produktivitas adalah rasio antara output dan input dari suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri atas manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan, serta waktu, sedangkan output meliputi produksi, produk penjualan, serta pendapatan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:102). Produktivitas merupakan salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian. Produktivitas adalah suatu konsep yang mengukur rasio dari total

output terhadap rata-rata terimbang dari input. Dua varian yang penting adalah

produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output per unit tenaga kerja, dan produktivitas faktor total, yang mengukur output per unit dari total input (biasanya modal dan tenaga kerja).

Selain itu, menurut Ravianto (1985) menyatakan bahwa, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga persatuan waktu. Pengertian ini menunjukkan bahwa ada kaitan antara hasil kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja. Selanjutnya menurut (Simanjuntak, 1985:30) produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat tergantung

(2)

16

pada satuan masukan (input) yang diberikan oleh tenaga kerja dan satuan keluaran

(output) yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Masalah produktivitas kerja

tidak terlepas dari hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh kesempatan kerja demi kehidupan yang layak.

Produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tenaga kerja yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja serta mengeluarkan kemampuannya secara optimal. Produktivitas mempunyai dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Pada hakekatnya, produktivitas tumbuh karena skala ekonomi dan karena perubahan teknologi. Skala ekonomi dan produksi misalnya telah menjadi unsur yang penting dari pertumbuhan produktivitas sepanjang abad yang lalu. Pengaruh kenaikan secara umum dalam skala aktivitas ekonomi adalah jika hasil yang meningkat maka yang berlaku yaitu semakin besar skala input dan produksi akan mengarah pada produktivitas yang lebih besar.

Menurut Suprihanto dalam Sri Haryani (2002:97) produktivitas merupakan kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sumber-sumber ekonomi atau sering disebut faktor-faktor produksi mencakup tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan bahan baku. Dalam suatu proses produksi, sumber-sumber ekonomi ini diolah untuk menghasilkan barang atu jasa.

(3)

17

Dari pengertian di atas, produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut : Produktivitas

I O

 ... (1)

Keterangan :

O : output yang dihasilkan I : input yang digunakan

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu :

1) Pendidikan

Umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. Pendidikan dalam hal ini artinya pendidikan formal maupun non formal. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas dapat mendorong para pekerja yang bersangkutan melakukan tindakan produktif.

2) Keterampilan

Karyawan yang terampil lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pekerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.

3) Tingkat penghasilan

Penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

(4)

18 4) Lingkungan dan Iklim Usaha

Lingkungan dan iklim kerja yang baik mendorong karyawan senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas. 5) Sarana Produksi

Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. 6) Teknologi

Teknologi yang dipakai dengan tepat dan lebih maju tingkatannya akan memungkinkan tiga hal yaitu :

1) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi

2) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu 3) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisi.

2.1.3 Jenis, Analisis, dan Pengukuran Produktivitas 2.1.3.1 Jenis Produktivitas

Menurut Sri Haryani (2002:97) jenis produktivitas dapat dikelompokkan menjadi dua, antara lain yaitu :

1) Produktivitas Total

Produktivitas dapat diukur dari berbagai faktor penyusunnya seperti tanah, modal, teknologi, tenaga kerja, dan bahan baku, yang disebut dengan produktivitas dari berbagai faktor (multifactor productivity). Produktivitas ini sering disebut dengan produktivitas total (Sri Haryani, 2002:97).

Rumus multifactor productivity dapat dituliskan sebagai berikut: Produktivitas Total input Total output Total  ... (2)

(5)

19 2) Produktivitas Satu Faktor

Selain menghitung produktivitas dari berbagai faktor, produktivitas juga dapat diukur untuk masing-masing faktor, yang disebut produktivitas dari satu faktor (single factor productivity). Dari berbagai faktor produktivitas, yang sering dihitung dengan (single factor productivity) adalah produktivitas tenaga kerja. Produktivitas juga sering dikenal sebagai kinerja, karena produktif tidaknya seorang tenaga kerja atau sekelompok pekerja dinilai dari kinerjanya (Sri Haryani, 2002:98).

2.1.3.2 Analisis Produktivitas

Menurut Sri Haryani (2002:101) analisis produktivitas dibedakan menjadi dua, antara lain yaitu :

1) Analisis Mikro

Analisis produktivitas secara mikro menganalisis produktivitas pada suatu perusahaan tertentu. Pada umumnya analisis dilakukan baik untuk single

factor productivity maupun multifactor productivity. Hasil perhitungan ini

oleh perusahaan akan di perbandingkan dengan produktivitas dari perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Perusahaan selalu mengupayakan agar produktivitas dari tahun ke tahun selalu meningkat, atau paling tidak relatif tetap. Dalam hal ini perusahaan akan mencatat faktor-faktor yang mendukung produktivitas tersebut. Untuk selanjutnya dijadikan pegangan dalam meningkatkan produktivitas di tahun-tahun mendatang. Sedangkan produktivitas yang menurun akan dianalisis faktor-faktor yang

(6)

20

menyebabkan penurunan produktivitas, untuk selanjutnya dicarikan solusi penyelesaiannya.

2) Analisis Makro

Analisis produktivitas makro dapat dilakukan dalam tingkat industri maupun nasional. Dalam tingkat industri akan di perbandingkan tingkat produktivitas perusahaan dengan tingkat produktivitas rata-rata industri. Dalam hubungan industrial analisis produktivitas yang lebih tepat adalah analisis mikro, yakni analisis produktivitas tingkat perusahaan, sedangkan analisis makro yang tepat adalah analisis tingkat industri. Analisis produktivitas tingkat mikro dapat dianalisis dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen maupun pekerja dalam meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas tersebut akan mengarah kepada peningkatan kemakmuran dari pihak manajemen dan pekerja. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka diharapkan laba atau keuntungan perusahaan akan meningkat.

Dalam analisis produktivitas tingkat industri, apabila karyawan mempunyai produktivitas tinggi, maka disebut single factor productivity, khususnya produktivitas tenaga kerja tinggi. Pada dasarnya produktivitas karyawan di suatu perusahaan lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas karyawan di industri.

2.1.3.3 Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per jam kerja seseorang memang sudah dapat diterima secara luas, Namun, dari sudut pengawasan harian, umumnya pengukuran- pengukuran

(7)

21

tersebut belum memuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan metode pengukuran waktu tenaga kerja baik dalam satuan jam, harian, bulanan, maupun tahunan. Produktivitas tenaga kerja sendiri dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana.

Dalam mengukur suatu produktivitas perusahaan, dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja seseorang, yaitu jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi seluruh jam-jam kerja yang harus dibayar ditambah dengan jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun tetap harus dibayar, seperti liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan lain-lainnya. Jadi, untuk pengukuran produktivitas tenaga kerja, diperlukan unit-unit sebagai berikut, yaitu kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003).

Pengukuran produktivitas menurut (Sinungan, 2003:23), dalam arti perbandingan dapat dibedakan menjadi tiga jenis antara lain :

1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan, apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian relatif. 3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan ini merupakan

(8)

22

Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yang dapat digolongkan menjadi empat golongan antara lain :

1) Kualitas dan kemampuan fisik karyawan 2) Sarana pendukung

3) Supra sarana

4) Manfaat produktivitas 2.1.4 Konsep Tenaga Kerja

Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi yaitu penduduk usia kerja dan bukan angkatan kerja. perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja disebut partisipasi angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen (Sukirno, 2001).

Menurut Mulyadi (2003:59), tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja berusia 15 – 64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan angkatan kerja (labour force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa. Menurut Tan Goan Tiang dalam Mantra (2003:224) istilah tenaga kerja tidaklah identik dengan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang diikusertakan dalam proses ekonomi. Termasuk juga tenaga kerja perempuan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Keikutsertaan perempuan dalam

(9)

23

kegiatan ekonomi sangat besar peranannya dalam peningkatan pendapatan. Hal ini akan berpengaruh pada kesejahteran masyarakat secara keseluruhan. Seperti halnya di Desa Pejaten, keikutsertaan perempuan dalam kegiatan ekonomi tidak dapat dipungkiri. Para pekerja perempuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam industri kerajnan genteng di Desa Pejaten.

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang bekerja, yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 2001:3). Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan-golongan lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini juga disebut sebagai potential labor force (Simanjuntak, 2001:3).

1) Angkatan Kerja

Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk produksi. Di antara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya dalam menghasilkan barang atau jasa. Mereka disebut sebagai golongan yang bekerja atau employed

persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha

(10)

24

Jumlah yang bekerja dan pencari kerja disebut sebagai angkatan kerja atau

labor force (Simanjuntak, 2001:3).

2) Bukan Angkatan Kerja

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, antara lain : - Golongan yang masih bersekolah.

- Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.

- Golongan lain-lain, yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam, yaitu penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas simpanan atau sewa milik, serta mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis (Simanjuntak, 2001:6).

Bekerja merupakan kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Mantra dalam (Widyastuti, 2009), mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena bersekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Menurut

(11)

25

Silaban (2003), masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia saat ini antara lain ada empat permasalahan, yaitu :

1) Tingginya jumlah pengangguran massal. 2) Rendahnya tingkat pendidikan buruh. 3) Minimnya perlindungan hukum 4) Upah kurang layak.

Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada survey yang dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh.

Pada dasarnya pasar tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua yaitu pasar tenaga kerja terdidik dan pasar tenaga kerja tidak terididik. Menurut Simanjuntak (dalam Siregar dan Sukwika), kedua bentuk pasar tenaga kerja tersebut memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Pertama yaitu bahwa tenaga kerja terdidik pda umumnya memilki tingkat produktivitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak terdidik. Produktivitas kerja dapat

(12)

26

tercermin dari tingkat upah dan penghasilan pekerja yang diperoleh, yaitu berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat upah dan penghasilan yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Kedua, dari segi waktu, supply tenaga kerja terdidik haruslah melalui proses pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu elastisitas penawaran tenaga kerja terdidik biasanya lebih kecil daripada elastisitas penawaran tenaga kerja tidak terdidik. Ketiga, dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu untuk menyeleksi tenaga kerja terdidik dari pada tenaga kerja tidak terdidik. Penawaran tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. seperti halnya penawaran, permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan seseorang adalah untuk membantu memproduksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya.

Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguaran, serta pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang diarahkan pada pembentukan tenaga professional yang mandiri dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha.

(13)

27 2.1.5 Konsep Industri

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekayaan industri. Dari pengertian tersebut, maka industri mencakup segala kegiatan produksi yang memproses bahan-bahan mentah menjadi setengah jadi maupun barang jadi atau kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari suatu tingkat tertentu ke tingkat yang lain, ke arah peningkatan nilai atau daya guna yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Subekti, 2007).

Berdasarkan ukurannya, industri dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok antara lain :

1) Industri besar adalah industri yang menggunakan mesin tenaga dengan buruh 50 orang ke atas, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 100 orang ke atas.

2) Industri sedang adalah industri yang menggunakan mesin tenaga buruh 5 sampai 49 orang, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 10 sampai 99 orang.

3) Industri kecil adalah industri yang menggunakan mesin tenaga dengan buruh 1 sampai 4 orang, atau industri yang tidak menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 1 sampai 9 orang.

(14)

28

4) Kerajinan rumah tangga adalah suatu usaha pengubahan/ pembentukan suatu barang menjadi barang lain yang nilainya lebih tinggi dan tidak mempergunakan buruh yang dibayar.

2.1.6 Industri Kecil dan Kerajinan

Menurut Badan Pusat Statistik (dalam Subekti, 2007) menyatakan bahwa industri kecil merupakan kesatuan produksi yang terkecil di suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang secara mekanis atau kimia sehingga menjadi barang atau produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen. Selain itu, menurut (Tambunan, 2008), industri kecil merupakan kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah penduduk, yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri serta tidak terikat jam kerja dan tempat. Sedangkan menurut A.R. Soehoed, usaha industri adalah suatu badan usaha dimana investasi peralatan dan mesin-mesin, tidak termasuk gedung dan tanah, paling besar adalah sejumlah Rp. 63.000.000,- yang mana setiap investasi Rp. 625.000,- dapat menyerap satu orang tenaga kerja.

Selanjutnya menurut Badan Pusat Statistik, perusahaan atau industri pengolahan di Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori yang berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam atau kekuatan mesin yang digunakan, antara lain :

1) Industri kerajinan rumah tangga yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 1 sampai 4 orang.

(15)

29

2) Industri kerajinan kecil yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 5 sampai 19 orang.

3) Industri kerajinan sedang yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20 sampai 99 orang.

4) Industri kerajinan besar yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 100 orang lebih.

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 tentang perindustrian, ada beberapa kriteria fisik industri kecil antara lain :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- 3) Dimiliki oleh warga Negara Indonesia (WNI).

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

5) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (dalam Subekti, 2007) antara lain :

1) Proses produksi lebih mekanis (mechanized), dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus (pabrik) yang biasanya berlokasi di samping rumah si pengusaha atau pemilik usaha.

(16)

30

2) Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labour).

3) Produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup menarik untuk dijual.

Klasifikasi industri kecil menurut Departemen Perindustrian (Subekti 2007), antara lain :

1) Industri Kecil Modern

Berdasarkan definisi Departemen Perindustrian, industri kecil modern meliputi industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya, mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan Litbang dan usaha- usaha kerekayasaan (industri besar), dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor, serta menggunakan mesin khusus dan alat modal lainnya.

2) Industri Kecil Tradisional

Ciri-ciri industri kecil tradisional yaitu : a) Teknologi proses digunakan secara sederhana.

b) Teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang disedikan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari program bantuan teknisnya kepada industri kecil.

c) Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif sederhana.

(17)

31

e) Akses untuk menjangkau pasar yang di luar lingkungan yang berdekatan terbatas.

3) Industri Kerajinan Kecil

Industri kerajinan kecil meliput industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi sederhana, sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya, atau bahkan menggunakan teknologi proses maju.

Menurut Darwan Rahardjo (1984:180), berdasarkan sifat dan orientasinya, industri kecil dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :

a) Industri yang memanfaatkan potensi dan sumber daya alam, ini umumnya berorientasi pada pemrosesan bahan mentah menjadi bahan baku.

b) Industri yang memanfaatkan keterampilan dan bakat yang banyak dijumpai pada sentra-sentra produksi.

c) Industri penghasil benda-benda seni yang memiliki mutu dan pemasaran khusus.

d) Industri yang terdapat di pedesaan, yaitu yang berkaitan dan merupakan bagian kehidupan dan ekonomi daerah pedesaan.

(18)

32 2.1.7 Konsep Upah

Upah memegang peranan penting dalam kelancaran perusahaan karena sistem pengupahan yang baik merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas menjadi optimal. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk pekerjaan/jasa yang telah dilakukan yang dinyatakan/dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan/pekerja itu sendiri.

(Sukirno, 2005:350) Upah diartikan pula sebagai pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Adapun upah dbedakan menjadi dua golongan yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang merupakan jumlah uang yang diterima oleh para pekerja dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental/fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut dalam membeli barang-barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005:351).

Dalam jangka panjang kecendrungaan yang berlaku adalah suatu keadaan yang menunjukkan harga-harga barang maupun upah terus mengalami kenaikan, tetapi kenaikan tersebut tidaklah serempak dan begitu pula besarnya. Perubahan yang berbeda ini akan menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sejauh mana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati para pekerja. Upah tenaga kerja bergantung pada beberapa hal, yaitu :

(19)

33

1) Biaya keperluan hidup minimal pekerja dan keluarganya.

2) Peraturan UU yang mengikat tentang upah minimum pekerja (UMR) 3) Produktivitas marginal pekerja.

4) Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha. 5) Perbedaan jenis pekerjaan.

2.1.8 Konsep dan Tujuan Pendidikan 2.1.8.1 Konsep Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan sangat menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu modal utama dalam memajukan pembangunan selain sumber daya alam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah bersama swasta dan masyarakat berkewajiban menyelenggarakan program pendidikan nasional yang berkualitas yang meliputi seluruh lapisan masyarakat. Upaya serius di bidang pendidikan telah dilakukan pemerintah sejak tujuh puluhan antara lain melalui program penambahan sarana pendidikan dan Program Wajib Belajar 9 Tahun, dengan maksud agar semua penduduk usia sekolah baik laki-laki maupun perempuan dapat mengikuti pendidikan minimal pada jenjang pendidikan dasar.

Secara normatif nampak bahwa kebijakan dan program pemerintah di bidang pendidikan baik pada pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi tidak menunjukkan adanya diskriminasi gender. Namun dalam realitas

(20)

34

outputnya, kesenjangan gender cukup signifikan, terutama pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Kesenjangan gender di bidang pendidikan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat kemajuan tingkat pendidikan suatu masyarakat. Maksudnya adalah kemampuan membaca dan menulis. Semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf dalam suatu masyarakat, menandakan tingkat kualitas sumber dayanya semakin rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh seseorang atau pekerja perempuan akan berkorelasi atau berhubungan dengan semakin baiknya kualitas sumber dayanya, sehingga mampu bersaing untuk memperoleh pekerjaan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih menguntungkan (Thamrin, 2007). Beliau mengemukakan bahwa dengan pendidikan yang cukup dan didukung dengan kesehatan yang baik maka kesiapan untuk menjadi manusia yang tangguh dan mandiri serta kreatif akan dapat tercapai guna menyongsong masa depan yang lebih baik dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Upaya untuk menyelenggarakan kesempatan pendidikan dasar, niscaya merupakan usaha penting yang dilakukan oleh negara sedang berkembang (Todaro, 1948:152). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula waktu yang disediakan untuk bekerja. Khususnya bagi para wanita, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, maka kecendrungan untuk bekerja juga akan semakin besar (Simanjuntak, 2001:46). Menurut Tirtarahardja dalam (Hartati & Gunarsih, 2008), batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli sangat beraneka ragam, dan kandungan yang ada di dalamnya pun berbeda satu sama

(21)

35

lain. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Berikut terdapat fungsi-fungsi dari pendidikan yaitu :

1) Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagi kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

2) Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik mengarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. 3) Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

4) Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

(22)

36

Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

5) Pendidikan sebagai Faktor Sosial

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha secara sadar untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kepribadian baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup (long life education). Penerapan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat dipengaruhi oleh pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan formal ini berlangsung dari pendidikan dasar, lanjutan, sampai ke perguruan tinggi. Menurut (Mosher, 1978) pendidikan dasar adalah bertujuan mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan, hidup berfikir secara ilmiah mengenai segala sesuatu yang mereka lakukan, menambah pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan baru dan memecahkan masalah baru. Dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi, maka akan memudahkan bagi penduduk untuk bekerja dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, tujuan pendidikan formal diarahkan pada kegiatan yang akan menghasilkan tenaga-tenaga kerja terdidik yang merupakan investasi keahlian dan keterampilan di dalam pembangunan. Sedangkan dalam jangka pendek, tujuan diarahkan pada kegiatan yang akan menghasilkan lulusan dengan tingkat, jumlah, dan mutu yang dibutuhkan dalam pembangunan.

(23)

37

Menurut (Singarimbun, 1988) ada empat cara yang dapat digunakan dalam mengukur jenjang pendidikan, yaitu :

1) Kemampuan baca tulis

2) Lamanya tahun ajaran yang diselesaikan 3) Jenjang pendidikan tinggi yang dicapai 4) Kualifikasi atau gelar yang dicapai. 2..8.2 Tujuan dari Proses Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, dan mikro. Adapun tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal (Tirtarahardja dalam Hartati & Gunarsih, 2008).

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan menunjukkan tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas untuk seseorang menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahanya (Hasyim, 2006). Semakin tingginya pendidikan seseorang , maka nilai waktunya akan menjadi tambah mahal. Orang yang waktunya relatif mahal cenderung untuk menggantikan waktu senggangnya

(24)

38

untuk bekerja (substitution effect). Pengaruh ini terutama lebih nyata di kalangan wanita. Wanita berpendidikan tinggi umumnya tidak tinggal di rumah mengurus rumah tangga, akan tetapi masuk pasar kerja (Simanjuntak, 2001:53).

2.1.9 Konsep Teknologi

Menurut (Yusuf Rohmadi, 2003:111), secara terminologis kata teknologi memilki banyak pengertian. Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan yang dipilahnya menjadi empat cabang, antara lain :

1) Teknologi fisik, seperti teknik mesin dan teknik sipil. 2) Teknologi biologis, seperti farrmakologi.

3) Teknik sosial, seperti riset operasi. 4) Teknologi pikir, seperti ilmu komputer.

Sedangkan The Liang Gie dalam (Yusuf Rohmadi, 2003:110) mengartikan teknologi adalah pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebagai ilmu industrial. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah techne yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu obyek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip- prinsip atau metode dan seni. Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan. Menurut Prayitno dalam (Ilyas, 2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda yang digunakan dalam waktu dan tempat tertenu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau

(25)

39

diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima, dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat antara lain segi teknis mudah digunakan, segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berlaku. Dalam tahapan inilah, teknologi tepat guna selanjutnya disadari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, manusia, dan dunia. Teknologi tepat guna mewajibkan manusia merenungi dulu nilai dan tujuan sebelum melibatkan diri pada perkembangan teknologi atau penerusan teknologi tertentu. Dalam teknologi tepat guna, pertimbangan utamanya adalah kesesuaian antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural. Dalam filsafat tekonologi tepat guna, teknologi dirancang dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1) Harus mempertahankan keanekaragaman

2) Harus mendorong interaksi yang aman antara manusia, mesin- mesin, dan lingkungan hidup.

3) Dalam pembuatan dan pemakaian energi harus sehat menurut standar termodinamika.

(26)

40 4) Biaya-biaya harus impas.

5) Pemakaiannya harus meningkatkan pengembangan manusia (Soerjantopoespowardojo, 2003:112).

2.1.10 Upah dan Produktivitas

(Sumarlin, 2007:50) Di dalam dunia usaha, pengupahan merupakan hal yang sewajarnya sebagai bentuk kompensasi atas kontribusi yang diberikan pekerja atau buruh kepada perusahaan. Jadi ketika perusahaan merekrut pekerja atau buruh yang diharapkan adalah pekerja/buruh dapat menjalankan serangkaian pekerjaannya untuk menghasilkan barang atau jasa yang mendukung kegiatan usaha sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan yang diperoleh tersebut salah satunya digunakan perusahaan untuk memberikan kompensasi berupa upah kepada pekerja/buruh. Jadi keberadaan pekerja/buruh dalam suatu perusahaan adalah dalam kerangka bisnis kemitraan bukan kerangka kegiatan sosial.

Hal tersebut seiring dengan definisi upah menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 pada pasal 1 ayat 30 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi “Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan”. Kontribusi pekerja kepada perusahaan dengan menjalankan pekerjaannya kemudian dapat disebut sebagai kinerja atau juga dapat disebut produktivitas.

(27)

41

Semakin baik kinerja dan produktivitasnya maka sudah selayaknya pekerja/buruh mendapat upah yang lebih baik dibanding pekerja/buruh yang rendah kinerja dan produktivitasnya.

Upah adalah imbalan yang diterima pekerja atas jasa yang diberikannya dalam proses memproduksikan barang atau jasa di perusahaan. Dengan demikian pekerja dan pengusaha mempunyai kepentingan langsung mengenai sistem dan kondisi pengupahan di setiap perusahaan. Pekerja dan keluarganya sangat tergantung pada upah yang mereka terima untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan kebutuhan lain. Sebab itu para pekerja dan Serikat pekerja selalu mengharapkan upah yang lebih besar unruk meningkatkan taraf hidupnya.

Di lain pihak, para pengusaha sering melihat upah sebagai bagian dari biaya saja, sehingga pengusaha biasanya sanga hati-hati untuk meningkatkan upah. Pemerintah berkepentingan juga untuk menetapkan kebijakan pengupahan, di satu pihak untuk tetap dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Di lain pihak, kebijakan pengupahan harus dapat menstimulasi investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja serta mampu menahan inflasi. Pekerja berpenghasilan sangat rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatannya dengan memadai. Oleh sebab itu, pekerja memerlukan upah yang cukup layak dan terus meningkat agar dapat meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya. Peningkatan upah dan penghasilan pekerja akan meningkatkan daya beli masyarakat pada umumnya,

(28)

42

yang kemudian akan menggairahkan dunia usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kenaikan upah yang tidak diikuti oleh kenaikan produktivitas para pekerja akan menimbulkan kesulitan bagi pengusaha. Peningkatan produktivitas bukan saja harus cukup mengimbangi kenaikan upah akan tetapi harus juga mampu membuka peluang yang lebih besar bagi perusahaan untuk terus tumbuh dan bekembang. Dengan demikian sistem pengupahan di satu pihak harus mencerminkan keadilan dengan memberikan imbalan yang sesuai dengan kontribusi jasa kerja dan mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Pengertian upah menurut Thomas H. Stone dalam Moekijat (1992), upah menunjukkan kompensasi langsung yang diterima secara langsung oleh seseorang pegawai yang dibayar menurut tarif jam-jaman, dan dilanjutkan oleh Beach (1992) yang mempunyai dua pendapat mengenai upah. Pertama, menyatakan bahwa upah biasanya digunakan untuk pegawai yang pembayarannya dihitung menurut lamanya jam kerja, dan yang kedua menyatakan bahwa padsa umumnya upah adalah sesuatu yang diberikan sebagai imbalan jasa atau balas jasa, akan tetapi lebih khusus upah adalah uang yang dibayarkan untuk penggunaan sesuatu. Sedangkan teori upah efisiensi merupakan salah satu landasan mikro ekonomi Post Keynesian yang dikemukakan oleh Cafferty (1990) teori ini memberikan landasan bahwa selalu aka nada pengangguran terpaksa dan adanya industry yang tetap di dalam mempertahankan upah, karena baik industri yang berupah tinggi maupun yang berupah rendah ternyata tidak melakukan penyesuaian, tetapi

(29)

43

cenderung mempertahankannya. Pengusaha memberikan upah yang tinggi kepada tenaga kerja dengan harapan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitasnya.

Menurut (Sumarlin, 2007:57) produktivitas dan upah memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika pekerja bekerja secara produktif sehingga memberikan kontribusi besar pada perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang besar maka sudah selayaknya perusahaan memberikan penghargaan namun akan berlaku sebaliknya, jika pekerja tidak bekerja secara produktif sehingga kontribusinya rendah terhadap perusahaan, maka sudah selayaknya pula kalau penghargaan yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja juga rendah. Sistem pengupahan berdasarkan produktivitas tenaga kerja adalah memberikan upah berdasarkan produktivitas tenaga kerja masing-masing dan akan selalu disesuaikan dengan kondisi kemampuan perusahaan. Apabila upah mengalami kenaikan maka produktivitaas tenaga kerja juga akan naik, tetapi apabila upah mengalami penurunan maka produktivitas tenaga kerja juga akan menjadi turun. Sedangkan yang menjadi tujuan dalam penetapan upah berdasarkan produktivitas yaitu mempertahankan pekerja dari PHK, menjamin daya saing perusahaan, menjamin keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, dan meningkatkan motivasi kerja. Prinsip dalam sistem penetapan upah berdasarkan produktivitas adalah mencerminkan nilai pekerja dankenaikan upah mendahului pertambahan produktivitas. Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah.

Dalam hal ini upah berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Peningkatan upah akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja

(30)

44

walaupun masih banyak faktor lain yang berpengaruh diantaranya yaitu sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar atau mutu yang lebih baik dan sumber daya modal fisik yang tersedia dalam jumlah yang lebih banyak atau mutu yang lebih baik.

2.1.11 Tingkat Pendidikan dan Produktivitas Kerja

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh hasil yang optimal dan pendapatan yang lebih menguntungkan (Thamrin, 2007). Pada dasarnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula waktu yang disediakan untuk bekerja. Khususnya bagi para wanita, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, maka kecendrungan untuk bekerja juga akan semakin besar. (Simanjuntak, 2001:46). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting pengaruhnya terhadap diri seseorang. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja, tentu memiliki kaitan yang sangat penting. Peningkatan dalam pendidikan akan sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja memiliki hubungan yang positif, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas yang dimilikinya, termasuk juga dalam kaitannya terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kaum perempuan untuk dapat menempuh tingkat pendidikan yang memadai.

(31)

45 2.1.11 Teknologi dan Produktivitas Kerja

Secara umum, menurut (Mardikanto, 1993) teknologi merupakan hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima, dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Teknologi juga merupakan alat/metode yang dapat membantu manusia dalam mnyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik, lebih cepat, atau lebih banyak (Sri Haryani, 2002:108). Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat antara lain segi teknis mudah digunakan, segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dan berlaku. Dalam kaitannya dengan produktivitas kerja, teknologi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan produktivitas kerja tersebut. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja, maka diperlukan teknologi yang tepat guna yang disadari sebagai pendewasaan hubungan timbal balik antara teknologi, manusia, dan dunia. Teknologi tepat guna harus mampu memperhatikan kesesuaian antara teknologi, kesejahteraan manusia, serta keterpaduan ekologis dan kultural, agar tidak menimbulkan ketimpangan dalam penggunaan teknologi tersebut. Oleh karena itu, penggunaan teknologi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat mencapai peningkatan produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa antara teknologi dengan produktivitas kerja memiliki hubungan yang positif yang berarti bahwa semakin tepat teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula peluang dalam peningkatan produktivitas kerjanya.

(32)

46

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kartika Dewi dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Produktivitas Penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar”. Dari hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh simpulan bahwa secara serempak variabel keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi berepengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi Fhitung pada tingkat signifikan lebih kecil

dari 0,05. Dari pengujian secara parsial variabel keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Dari hasil regresi linear berganda diperoleh simpulan bahwa variabel kompensasi adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap peoduktivitas tenaga kerja penjahit di PT. Mitragarmen Indoraya Denpasar. Hal ini ditunjukkan dari nilai Standardized Coefficients Beta yang paling besar.

Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan produktivitas sebagai variabel terikatnya, dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel bebas meliputi upah, tingkat pendidikan, dan teknologi, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas meliputi keterampilan, kesehatan, disiplin, gizi, dan kompensasi. Selain itu, obyek penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu pada penelitan ini menggunakan

(33)

47

tenaga kerja perempuan sebagai obyek penelitiannya, dan pada penelitian sebelumnya menggunakan tenaga kerja penjahit sebagai obyek penelitiannya.

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Luh Diah Ayu Citraesmi (2010) dengan judul “Pengaruh Modal, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Kreatif di Kota Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal (X1), tingkat

upah (X2), nilai produksi (X3), dan teknologi (D) terhadap penyerapan tenaga

kerja pada industri kecil kreatif di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan 80 sampel yang tersebar di Kota Denpasar. Hasil dari penelitian ini adalah :

Y = 188,959 + 0,001X1 + 0,101X2 + 0,000X3 – 86,619D

Nilai  = 0,001 mempunyai arti bahwa setiap penambahan modal sebesar 1 Rp.1000 maka jam kerja pekerja industri kecil kreatif akan meningkat sebesar 1 jam. Nilai  = 0,101 mempunyai arti bahwa tingkat produksi sebesar 0,101 tidak 2 berpengaruh signifikan terhadap jam kerja pada industri kecil kreatif. Nilai 3= 0,000 mempunyai arti bahwa setiap penambahan nilai produksi sebesar Rp. 1,00 maka jam kerja industri kecil kreatif adalah tidak berubah. Nilai  = -86,619 4 mempunyai arti bahwa ada perbedaan rata-rata jam kerja total antara industri kecil kreatif yang menggunakan teknologi modern dengan yang menggunakan teknologi sederhana. Rata-rata jam kerja total pada industri kecil kreatif dengan teknologi maju 84,619 jam lebih rendah dibandingkan pada industri kecil kreatif dengan teknologi sederhana.

(34)

48

Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan teknologi sebagai variabel bebasnya, dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Perbedannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel dependen meliputi produktivitas tenaga kerja pada industri kerjinan genteng, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat meliputi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil kreatif. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda yaitu pada penelitian ini menggunakan lokasi di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sedangkan pnelitian sebelumnya menggunakan lokasi di Kota Denpasar.

Pnelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ni Made Manik Eriyati dengan judul penelitian “Pengaruh Status Perkawinan, Tingkat Pendidikan, Umur, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Studi Kasus Penjahit Wanita di Desa Renon Kecamatan Denpasar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data linear berganda dengan menggunakan uji F dan uji t. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak dan parsial variabel status perkawinan, tingkat pendidikan, umur dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja wanita.

Adapun persamaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan tingkat pendidikan sebagai variabel bebasnya, penggunaan produktivitas tenaga kerja perempuan sebagai variabel terikatnya dan penggunaan teknik analisis data yang sama. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel bebas meliputi upah, dan teknologi , sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas meliputi status perkawinan,

(35)

49

umur, jumlah tanggungan keluarga. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda yaitu penelitian ini dilakukan di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Desa Renon Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar.

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh A.A Gede Agung Parameswara (2011) dengan judul “Pengaruh Tingkat Upah, Kualitas SDM, dan Teknologi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Yang Kreatif Berbasis Kearifan Lokal di Kota Denpasar”. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu tingkat upah, kualitas SDM, dan teknologi, sedangkan variabel terikatnya (dependent variable) yaitu produktivitas tenaga kerja pada industri kecil yang kreatif berbasis kearifan lokal di kota Denpasar. Dalam penelitian ini hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa tingkat upah, kualitas SDM, dan teknologi berpengaruh signifikan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kreatif yang berbasis kearifan lokal di Kota Denpasar.

Adapun persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan upah dan teknologi sebagai variabel bebasnya dan penggunaan teknik analisis data yang memiliki persamaan yaitu sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda, uji asumsi klasik, uji simultan, dan uji parsial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada obyek penelitiannya yaitu pada penelitian ini menggunakan tenaga kerja perempuan pada industri kerajinan genteng, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan tenaga kerja pada industri kecil yang kreatif berbasis kearifan lokal. Selain itu lokasi

(36)

50

penelitiannya juga berbeda yaitu penelitian ini lokasi penelitiannya terletak di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sedangkan penelitian sebelumnya lokasi penelitiannya terletak di Kota Denpasar.

2.3 Rumusan Hipotesis

Berdasarkan pokok permasalahan dan landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis, yaitu :

1) Diduga bahwa upah, tingkat pendidikan, dan teknologi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.

2) Diduga bahwa upah, tingkat pendidikan, dan teknologi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.

Referensi

Dokumen terkait

MÉTOD EU MIND MAPPING (PETA PIKIRAN) D INA PANGAJARAN NEPIKEUN LAPORAN LALAMPAHAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BMT Shohibul Ummat dalam menghadapi pembiayaan yang bermasalah mempunyai kebijakan tersendiri untuk menyelesaikan pembiayaan dengan cara rechuduling yaitu dengan

Hasil Independent T-Test menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan pada pasien hipertensi di Banguntapan Bantul dari

Hasil studi pendahuluan tersebut sesuai dengan pendapat Vernon yang dikutip oleh Hargrove dan Poteet (dalam Riana, 2003) yang mengemukakan bahwa perilaku siswa

Dengan mengajukan beberapa amandemen dan mengadakan diskusi untuk membahas permasalahan pengiriman pasukan dan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam, pihak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman penerbitan sukuk mudharabah pada t-10, t-8, dan t-6, sedangkan

Hasil analisis didapatkan dari survei atau temuan pada lokasi penelitian yaitu Jalan Yogyakarta – Wates Km 15-22. Analisis difokuskan pada identifikasi fasilitas

Eufemisme kematian yang digunakan oleh penutur merupakan bentuk penggunaan bahasa yang lebih halus dan sopan bagi menggantikan bahasa yang dianggap kasar atau tabu, dan