• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUNGAI TARAB

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Tadris Biologi

HELNI SEPTIANI NIM. 14 106 025

JURUSANTADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

HELNI SEPTIANI, NIM. 14 106 025, judul skripsi “Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dengan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas VII SMP Negeri 2 Sungai Tarab” Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2019. Skripsi ini berjumlah 76 halaman.

Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya, strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran belum mengoptimalkan partisipasi, kemandirian dan keaktifan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif dan afektif siswa dengan menerapkan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dengan Model Example Non Example pada materi Energi Dalam Sistem Kehidupan kelas VII di SMPN 2 Sungai Tarab lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancangan penelitian posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMPN 2 Sungai Tarab yang terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, sampel yang terpilih adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen yaitu 70,83 dan hasil belajar afektif siswa kelas kontrol yaitu 24,11. Hasil belajar kognitif siswa menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 71,71 dan hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol yaitu 64,86. Setelah dilakukan pengujian hipotesis pada kelas eksperimen dengan menggunakan uji t, didapat harga thitung =1,759 sedangkan ttabel= 1,701, pada taraf nyata α = 0,05. Berarti thitung > ttabel (1,759 > 1,701). Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, dengan taraf kepercayaan 95 %. Maka dapat disimpulkan bahwa; “Hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan model Example non Example lebih baik dari pada pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran IPA di SMPN 2 Sungai Tarab”.

Keyword: Model Pembelajaran Tipe Group Investigation, Pembelajaran Example Non Example, Hasil Belajar

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI ABSTRAK

KATA PENGANTAR. ... i

DAFTAR ISI. ... iii

DAFTAR TABEL... .iv

DAFTAR GAMBAR. ... ..v

DAFTAR LAMPIRAN… ... .vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Balakang ... 1 B. Identifikasi Masalah. ... 6 C. Batasan Masalah. ... 7 D. Rumusan Masalah. ... 7 E. Tujuan Penelitian. ... 7 F. Manfaat Penelitian. ... 8 G. Defenisi Operasional. ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. LandasanTeori ... 10

1. Proses Pembelajaran. ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. ... 12

a. Model Pembelajaran Kooperatif. ... 12

b. Tipe Group Investigation. ... 13

c. Model Example Non Example. ... 15

d. Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example. ... 17

e. Materi Energi Dalam Sistem Kehidupan. ... 18

3. Hasil Belajar. ... 28 i

(8)

B. Penelitian yang Relevan. ... 31

C. Kerangka Berpikir. ... 34

D. Hipotesis. ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian. ... 36

2. Waktu Penelitian. ... 36

C. Rancangan Penelitian. ... 36

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

1. Populasi Penelitian. ... 37

2.Sampel Penelitian. ... 38

E. Variabel, Data dan Sumber Data. ... 39

1. Variabel. ... 39

2. Data. ... 39

3. Sumber data ... ….39

F. Prosedur Penelitian... 40

G. Instrumen Penelitian... 44

1. Lembar Hasil Belajar Kognitif Siswa . ... 45

2. Lembar Hasil Belajar Afektif Siswa. ... 51

H. Teknik Pengumpulan Data. ... 52

I. Teknik Analisis Data. ... 52

1. Hasil Belajar Afektif Siswa. ... 52

2. Hasil Belajar Kognitif Siswa. ... 52

a. Uji Normalitas. ... 52

b. Uji Homogenitas. ... 54

c. Uji Hipotesis. ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data. ... 58

B. Analisis Data. ... 63

C. Pembahasan. ... 66 ii

(9)

1. Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif. ... 66 2. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif. ... 72 D. Kendala Yang Dihadapi Dalam Penelitian. ... 74 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ... 75 B. Saran. ... 75 DAFTAR KEPUSTAKAAN. ... viii

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Siswa dan Nilai Rata-rata ulangan Harian Mata

Pelajaran IPA Kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab... 3

Tabel 2.1 Prosedur atau Tahapan Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example. ... 17

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian. ... 37

Tabel 3.2 Jumlah siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab. ... 37

Tabel 3.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan. ... 41

Tabel 3.4 Hasil Validasi Tes dari Validator Sebelum dan Sesudah divalidasi. . 46

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran soal. ... 48

Tabel 3.6 Daya Pembeda Soal. ... 49

Tabel 3.7 Klasifikasi Kooefisian Reliabilitas. ... 50

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.. ... 59

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Data Tes Hasil Belajar. ... 60

Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik. ... 61

Tabel 4.4 Persentase aktivitas aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol 62 Tabel 4.5 Rata-rata nilai Afektif ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel... 64

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel ... 65

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Kelas Sampel ... 66

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir. ... 34 Gambar 2 Diagram Perbandingan Ketuntasan Siswa. ... 62

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Nilai UH Semester I Kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab. ... 77

Lampiran 2: Uji Normalitas Kelas Populasi. ... 78

Lampiran 3: Uji Homogenitas Kelas Populasi. ... 83

Lampiran 4: Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi. ... 85

Lampiran 5: RPP Kelas Eksperimen. ... 88

Lampiran 6: RPP Kelas Kontrol . ...105

Lampiran 7: Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Energi Dalam Kehidupan. ...119

Lampiran 8: Lembar Validasi RPP. ...125

Lampiran 9: Lembar Validasi Soal Tes Tertulis. ...155

Lampiran 10: Hasil Analisis Validasi RPP. ...164

Lampiran 11: Hasil Analisis Validasi Soal Tes Tertulis. ...175

Lampiran 12: Soal Uji Coba Materi Energi Dalam Sistem Kehidupan. ...178

Lampiran 13: Soal Ulangan Harian/Posttest. ...184

Lampiran 14: Kunci Jawaban Soal Akhir. ...188

Lampiran 15: Proporsi Item Soal Uji Coba. ...189

Lampiran 16: Validitas Item Soal Uji Coba. ...191

Lampiran 17: Uji Reliabilitas Soal Uji Coba. ...192

Lampiran 18: Indeks Kesukaran Soal Uji Coba. ...194

Lampiran 19: Daya Beda Soal Uji Coba. ...195

Lampiran 20: Klasifikasi Soal Uji Coba. ...197

Lampiran 21: Uji Normalitas Kelas Sampel. ...198

Lampiran 22: Uji Homogenitas Kelas Sampel. ...202

Lampiran 23: Proporsi Nilai Tes Akhir Kelas Sampel...204

Lampiran 24: Uji Hipotesis. ...205

Lampiran 25: Lembar Penilaian Ranah Afektif Kelas Eksperimen. ...207

Lampiran 26: Lembar Penilaian Ranah Afektif Kelas Kontrol. ...209

Lampiran 27: Analisis Lembar Penilaian Ranah Afektif. ...211

Lampiran 28: Lembar Example Non Example. ...212

Lampiran 29: Tabel Nilai Kritis L Untuk Uji Lilifors. ...214 vi

(13)

Lampiran 30: Tabel Nilai Persentil Untuk Distribusi T. ...215

Lampiran 31: Kurva Normal. ...216

Lampiran 32: Tabel Nilai Kritik Sebaran F...217

Lampiran 33: Tabel Standar Normal Probabilitas. ...219

Lampiran 34: Nilai Kritik Sebaran T. ...221

Lampiran 35: Tabel Nilai r Product Moment. ...222

Lampiran 36: Surat Penelitian dari IAIN Batusangkar. ...223

Lampiran 37: Surat dari KESBANGPOL. ...224

Lampiran 38: Surat Balasan dari Sekolah. ...225

Lampiran 39: Dokumentasi. ...226

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dapat dilihat pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga. Sedangkan pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam Undang-undang tahun 1973 GBHN mengemukakan pengertian pendidikan bahwa :

”Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Serta dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional (Sadulloh, 2012 : 55-56 ).

Berdasarkan rumusan tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu peningkatan dan pengembangan sumber daya tersebut yaitu dengan pembelajaran. Pembelajaran erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Selama ini tujuan pembelajaran adalah bagaimana materi

(15)

dapat disampaikan sesuai tuntutan kurikulum, sehingga peserta didik dapat menguasai materi sesuai yang di tetapkan.

Pelajaran IPA khususnya biologi selama ini dipandang menjadi pelajaran yang membosankan karena hanya berisi materi-materi yang cenderung hafalan, konsep-konsep yang berisi uraian yang sarat dengan istilah-istilah Latin yang sulit untuk dipahami. Belajar Biologi juga terkesan sama dengan menghafal dan menghafal. Kenyataan di lapangan yang seperti ini menuntut guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran untuk kreatif dan inovatif dalam memilih atau menggunakan, bahkan menciptakan strategi belajar yang menyenangkan agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat ( Darma, Waluyo, & Pujiastuti, 2014 : 89).

Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan dapat diwujudkan jika siswa sendiri terlibat secara langsung memahami materi pelajaran, misalnya dengan membaca buku, membuat kesimpulan, menjelaskan secara lisan, bertanya, dan menjawab pertanyaan. Semua ini dapat dilakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas dengan memperhatikan perbedaan diantara siswa sehingga tercipta suasana kelas yang menyenangkan. Suasana yang kondusif tersebut tidak lepas dari keterlibatan guru sebagai motivator dan fasilitator(Delismar, Ashyar, & Hariyadi, 2013 : 26).

Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan guru, pemerintah melakukan berbagai macam pelatihan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang bermasalah dalam belajar. Banyak siswa yang menganggap belajar biologi susah dipahami, siswa kurang terlibat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung yaitu kurangnya aktifitas belajar siswa dan rendahnya hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan semester IPA masih banyak yang dibawah nilai 75. Rendahnya hasil belajar tersebut salah satunya disebabkan oleh faktor guru

(16)

dalam menerapkan model pembelajaran. Sebagian guru belum bisa mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar dan kurang optimal dalam melibatkan siswa pada pembelajaran. Bahkan siswa sering menerima komentar negatif dalam pembelajaran, sehingga siswa pasif dalam belajar serta membuat siswa merasa tidak berkembang inspirasinya dan merasa tidak berharga.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibuk Wismaini sebagai guru mata pelajaran IPA kelas VII di SMPN 2 Sungai Tarab yaitu keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran belum maksimal. Pembelajaran masih berorientasi terhadap guru. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan buku paket dan bahan belajar siswa karena buku tersebut yang menjadi buku pegangan siswa dan guru sehingga dalam proses pembelajaran mereka tidak aktif atau tidak ikut berpartisipasi, interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru masih bersifat satu arah yaitu hanya berasal dari guru, kurangnya percaya diri siswa dengan kemampuan yang mereka miliki. Sehingga siswa tidak berani untuk bertanya dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran IPA rata-rata nilai ulangan harian masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa kls VII SMPN 2 Sungai Tarab:

Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Siswa dan Nilai Rata-rata ulangan

Harian Mata Pelajaran IPA Kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab

No Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Ketuntasan Persentase Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak Tuntas

1 VII. A 28 7,5 10 org 18 org 35% 64%

(17)

(Sumber: Guru Mata Pelajaran IPA SMPN 2 Sungai Tarab, Nilai UH, 2018)

Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai ulangan harian siswa sebahagian mengalami ketuntasan dan sebagian yang lainnya tidak tuntas dalam mengikuti ulangan harian. Dengan rendahnya ketuntasan menandakan bahwa proses pembelajaran kurang efektif dan optimal.

Hal ini tentu saja menjadi sebuah masalah yang harus diatasi, karena mata pelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran wajib yang dijadikan acuan terhadap kelulusan siswa. Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah dan mengatasi permasalahan yang terjadi pada peserta didik dikelas yaitu dengan menggunkan strategi dan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk itu dengan adanya permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih dan menggunakan strategi dan model mengajar yang tepat serta sesuai dengan topik bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana kelas yang melibatkan siswa secara aktif adalahModel PembelajaranKooperatif Tipe Group Investigation.

Menurut Slavin, 2005 (dalam Rahmatullah, Sahidu, & Ayub, 2017 : 110)Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis dan mensintesis informasi sehubungan dengan menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat multi aspek. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam menginvestigasi serta keterampilan dalam berkomunikasi dengan kelompok. Jadi selain memberikan ruang untuk mengembangkan pola pikirnya, siswa juga dapat menambah pengetahuan dengan harapan hasil belajarnya akan meningkat. Model pembelajaran ini merupakan salah

(18)

satu tipe pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada siswa. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, belajar bersama, saling membantu, dan melakukan investigasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.

Menurut Nurhayati (Dewi et. al,, 2012) mengatakan suatu model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran tipe Group Investigation antara lain memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Kekurangan dari model Group Investigation menurut Kurniasih (Fatmawati et. al, 2016) adalah pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lama karena setiap kelompok memperoleh materi yang berbeda-beda sehingga membutuhkan waktu terbatas untuk menjelaskan materi lainnya (dalam Rahmatullah, Sahidu, & Ayub, 2017 : 110). Peneliti mengasumsikan jika dikombinasikan dengan model pembelajaran lain maka kekurangan model pembelajaran tipe Group Investigation dapat teratasi.

Pembelajaran examples non examples ini merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang dapat membantu dan mendorong siswa melatih diri dalam mengembangkan pola pikir dalam mengemukakan pendapat maupun ide-ide, dan dapat bermanfaat secara fungsional bagi siswa untuk aktif termotivasi dalam belajar (Warkintin, Bejo, & Veri, 2016 : 15). Menurut Yensy, 2012 (dalam Sulistiyo & Nurfitriyanti, 2018 : 3) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example adalah: 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar atau alat peraga. 2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi. 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Menurut Artini, dkk. 2015:46 (dalam Faujiyah, Suhada, & Hartati, 2017: 2) Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa

(19)

mencapai hasil belajar yang baik. Solusi yang paling efisien adalah mengevaluasi strategi pembelajaran khususnya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar berdasarkan konsep-konsep pemecahan masalah yang ada dalam pikirannya dengan menerapkan langkah-langkah yang terstruktur atau terkontruksi sesuai pola atau tahapan yang benar. Untuk keperluan tersebut, digunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Guru tidak satu-satunya penyaji informasi di kelas. Guru hanya sebagai narasumber yang berperan aktif dalam mempersiapkan fasilitas pembelajaran. Dalam kelompok siswa akan berusaha berbagi dengan teman, karena mereka lebih memahani belajar bersama teman-temannya.Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa, sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas dan dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran IPA. Untuk itu, perlu dikembangkan pembelajaran yang berbasis kepada siswa yaitu pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Model Example non ExampleTerhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas VII SMP Negeri 2 Sungai Tarab”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

(20)

1. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan rendahnya persentase pencapaian KKM

2. Kurangnya percaya diri siswa seperti keberanian untuk bertanya dalam proses pembelajaran.

3. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran IPA kurang bervariasi sehingga menyebabkan pembelajaran kurang efektif dan optimal.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan keterbatasan waktu, agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok pembahasan maka penulis membatasi masalah hanya pada Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dengan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Siswa Pada Pembelajaran IPA kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalahApakah Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Model Example Non Example Terhadap Hasil BelajarKognitif dan AfektifSiswa lebih baik dari pada Hasil Belajar Siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada pembelajaran IPA Kelas VII SMP Negeri 2 Sungai Tarab.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dengan Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Siswa Pada Pembelajaran IPA kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab.

(21)

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, mendorong meningkatkan profesionalisme guru serta menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah. 2. Bagi Peneliti

a. Sebagai ajang latihan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan serta menambah wawasan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA disekolah

b. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui pengaruhpenerapan kombinasi model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Example non Example terhadap hasil belajar siswa

3. Bagi Siswa

a. Penerapan kombinasi model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Example non Example dapat membantu siswa untukmeningkatkan hasil belajar pada proses pembelajaran IPA.

G. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang ada dalam skripsi, yaitu :

Model Pembelajaran Tipe Group Investigation adalah model investigasi kelompok yang menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, belajar bersama, saling membantu, dan melakukan investigasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.

Pembelajaran Examples non Examples merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang dapat membantu dan mendorong siswa melatih diri dalam mengembangkan pola

(22)

pikir dalam mengemukakan pendapat maupun ide-ide, dan dapat bermanfaat secara fungsional bagi siswa untuk aktif termotivasi dalam belajar.

Hasil Belajar Kognitif yakni meliputi penguasaan konsep, ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Hasil Belajar Afektif yakni berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, merespon atau jawaban, menilai, mengorganisasi, dan internalisasi nilai.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran

Gagne (dalam Jufri, 2013 : 40) menyatakan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang ada diluar diri peserta didik dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Pengaturan situasi sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran disebut sebagai management of learning and conditions of learning (manajemen kondisi pembelajaran). Proses pembelajaran dewasa ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi holistik yang menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan atau subjek belajar. seiring dengan hal ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin mempermudah proses didik dalam mengajar. Berbagai sumber belajar dan media pembelajaran sebagai produk kemajuan teknologi bidang pendidikan banyak berperan dalam menentukan keberhasilan upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Sebagai subjek belajar, peserta didik harus difasilitasi untuk dapat berakttivitas secara maksimal dalam belajar.

Pembelajaran di sekolah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar, dan harus direncanakan dengan baik. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya guru mempersepsi dan memakai pembelajaran sebagai kegiatan, menyampaikan berbagai pengetahuan bidang studi dengan efektif dan efesien, mencipta dan memelihara relasi antara pendidik dengan peserta didik serta dengan sesama peserta didik dan menerapkan kecakapan teknis dalam mengelola potensi peserta didik. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu merancang pembelajaran yang mendidik yakni pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

(24)

a. Menekankan proses membelajarkan bagaimana belajar (learning how to learn)

b. Mengutamakan strategi pembelajaran yang mendukung proses belajar yang bermakna

c. Membantu peserta didik agar cakap dalam memikirkan dan memilih jawaban atas persoalan yang dihadapkan kepadanya.

d. Pendidik tidak banyak menyampaikan informasi langsung kepada peserta didik.

Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung, maka mesti ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang berperan sebagai perancang, pelaksana, fasilitator, pembimbing, dan penilai proses dan hasil pembelajaran.

Jufri (2013: 37) terdapat bebrapa defenisi tentang belajar berikut ini yaitu:

a. Cronbach menyatakan bahwa kegiatan belajar ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (learning is shown by a change in behavior as a result of experiences) b. Spears mendefenisikan belajar sebagai kegiatan mengobservasi,

membaca, mengimitasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti perintah (learning is to observe, to read, to immitate, to try something, to listen, and to follow instructions).

c. Geoch menyatakan bahwa belajar adalah perubahan kemampuan dan keterampilan sebagai hasil dari praktik yang dilakukan (learning is a change in performance as a result of practice)

d. Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses yang berlangsung secara progresif dalam mengadaptasi atau menyesuaikan tingkah laku dengan tuntutan lingkungan.

Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa belajar meliputi adanya perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku pada diri peserta didik yang terjadi sebagi akibat dari

(25)

kegiatan mengobservasi, mendengar, mencontoh dan mempraktekkan langsung suatu kegiatan. Jadi, jika ada perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang setelah mengalami proses pembelajaran, maka orang tersebut dapat dikatakan telah belajar.

Hamalik (2002 : 45) mengatakan belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita.

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Namun, tidak semua perubahan perilaku berarti belajar dan perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Berdasrkan pertimbangan- pertimbangan yang dikemukakan Hilgard dan Brower (dalam Hamalik, 2002 : 45) mendefinisikan Belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation a. Model Pembelajaran Kooperatif

Priyanto, 2007 (dalam Wena, 2016 : 198) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan.

Model pembelajaran Kooperatif bercirikan struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu bekerjasama, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Roger dan David (1994) (dalam Lufri, 2007 : 48) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Ada lima unsur

(26)

yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggungjawab perorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif namun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tersebut tidak berubah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan kerjasama antar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

b. Group Investigation (Investigasi Kelompok)

Killen, 1998 (dalam Aunurrahman, 2012 : 152) Group Investigation (Investigasi Kelompok) merupakan cara yang langsung dan efesien untuk mengajarkan pengetahuan akademik sebagai suatu proses sosial. Model ini juga akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain.

Selaras dengan pandangan Joyce, Weil dan Calhoun, 2000 (dalam Aunurrahman, 2012 : 153) bahwa model investigasi kelompok ini lebih menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Dalam kebanyakan penerapan model ini siswa diorganisir kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua atau tiga orang, karena dengan jumlah kecil interaksi di antara sesama anggota akan lebih intensif.

Nurhadi, Yasin, dan Senduk, 2004 (dalam Wena, 2016 : 195-196) Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan tipe group investigation menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.

(27)

Adapun langkah-langkah yang dikembangkan Sharan (dalam Lufri, 2007 : 50) adalah :

a. Pemilihan topik, anak didik disuruh memilih subtopik khusus dalam bidang tertentu yang sudah ditetapkan guru.

b. Perencanaan kooperatif, guru bersama anak didik merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan khusus untuk subtopik yang telah dipilih.

c. Implementasi, anak didik menerapkan rencana yang telah dibuat pada tahap kedua. Guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.

d. Analisis dan sintesis, anak didik menganalisis, mensintesis informasi yang diperoleh pada tap ketiga, dipersiapkan untuk presentasikan secara menarik dikelas.

e. Presentasi hasil final, beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil bahasannya dalam diskusi kelas.

f. Evaluasi, guru bersama anak didik mengevaluasi kontribusi kelompok terhadap kerja kelas secara keseluruhan yang membahas aspek yang berbeda dari topik yang sama. Evaluasi dapat berupa penilaian individu atau kelompok.

Menurut Wena (2016 : 196) dalam hal ini ada enam tahapan yang menuntut keterlibatan anggota tim, yaitu sebagai berikut:

a. Identifikasi topik

Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam melakukan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran yang akan dibahas. b. Perencanaan tugas belajar

Setelah topik ditetapkan, kegiatan kelompok berikutnya adalah melakukan perencanaan tugas belajar. Dalam hal ini bisa saja tugas-tugas pembelajaran dibagi-bagi untuk setiap anggota, sesuai dengan topik yang ditetapkan.

(28)

c. Pelaksanaan kegiatan penelitian

Setelah tugas pembelajaran masing-masing anggota ditetapkan, setiap anggota mulai melakukan penelitian. Setelah masing-masing anggota bekerja sesuai tugasnya, selanjutnya diadakan diskusi kelompok untuk menyimpulkan hasil penelitian.

d. Persiapan laporan akhir

Setelah hasil penelitian dibuat, selanjutnya dilakukan penulisan laporan akhir penelitian.

e. Presentasi penelitian

Langkah berikutnya adalah setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitiannya di forum kelas.

f. Evaluasi

Dari hasil diskusi kelas masing-masing kelompok mengevaluasi hasil penelitiannya lagi sesuai dengan saran atau kritik yang didapat dalam forum diskusi kelas. Terakhir, setiap kelompok siswa membuat laporan akhir yang telah disempurnakan.

Dalam Aprilia (2015: 143-144) Ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yaitu sebagai berikut: 1) Peserta didik di beri kesempatan untuk lebih mandiri. 2) Peserta didik diberi kesempatan untuk lebih tampil. 3) Peserta didik lebih dapat berkomunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran materi. Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut:

1) Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaanya. 2) Memerlukan dana yang banyak dalam pelaksanaannya

c. Model Example non Example

Menurut Komalasari (Shoimin, 2014:73), Model pembelajaran Examples Non Examples merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran

(29)

yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Menurut Utri (2010 : 21) Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples adalah model belajar yang menggunakan contoh-contoh (contoh dan bukan contoh). Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (dalam Yensy, 2012 : 27).

Pembelajaran examples non examples ini merupakan metode pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang dapat membantu dan mendorong siswa melatih diri dalam mengembangkan pola pikir dalam mengemukakan pendapat maupun ide-ide, dan dapat bermanfaat secara fungsional bagi siswa untuk aktif termotivasi dalam belajar (Warkintin, Bejo, & Veri, 2016 : 15). Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example menurut Yensy (2012 : 27) adalah: 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar atau alat peraga. 2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi. 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Menurut Suprijono (2010 : 125) langkah-langkah model Example non Example, yaitu sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

b. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebutt dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa guru mulai menjelaskan

(30)

g. Kesimpulan.

d. Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example

Dari uraian mengenai Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example peneliti ingin mencoba mengkombinasikan Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example ini dengan tujuan membuat proses pembelajaran semakin menarik.

Adapun prosedur atau tahapan dari kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example sebagai berikut:

Tabel 2.1 Prosedur atau Tahapan Kombinasi Model Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model Example non Example

Kegiatan Pembelajaran SINTAKS Kombinasi Group Investigation (GI)) dan Example non Example

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan subtopik yang telah disiapkan (example non example)

2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok berisikan 5-6 anggota kelompok secara heterogen (group investigation dan example non example)

3. Guru meminta perwakilan dari ketua kelompok untuk memilih subtopik khusus dalam materi yang dipelajari (group investigation)

4. Guru menjelaskan maksud dari tugas pembelajaran dan gambar-gambar berdasarkan subtopik yang telah dipilih

(31)

peserta didik (group investigation dan eample non example)

5. Siswa menganalisis gambar berdasarkan subtopik yang telah dipilih ( group investigation dan example non example) 6. Guru menyuruh setiap kelompok merangkum

dan menyajikan hasil diskusi dengan benar dan menarik. (group investigation)

7. Guru memberikan tiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya (example non example)

8. Guru memberi komentar dan menyimpulkan dari subtopik yang dibahas (example non example)

9. Guru memberikan evaluasi kepada peserta didik (group investigation)

e. Materi Energi dalam Sistem Kehidupan

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PEMBELAJARAN

3.5 Memahami konsep energi, berbagai sumber energi, dan perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari termasuk fotosintesis

3.5.1 Menjelaskan pengertian energi, sumber energi dan makanan sebagai sumber energi

3.5.2 Menjelaskan pengertian transformasi energi dalam sel dan metabolisme sel 3.5.3 Menjelaskan pengertian

fotosintesis dan respirasi serta sistem pencernaan

(32)

1. Pengertian Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan suatu perubahan. Manusia membutuhkan energi untuk bekerja, bergerak, bernapas, dan mengerjakan banyak hal lainnya. Energi menyebabkan mobil, motor, pesawat, dan kereta api dapat berjalan. Energi ada di mana-mana, untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikan, untuk melakukan usaha, diperlukan energi. Energi terdapat dalam berbagai bentuk. Kerja kehidupan bergantung pada kemampuan organisme mengubah energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.

Akibat kedudukan batu terhadap keadaan setimbang, batu mampu melakukan kerja atau memiliki energi. Energi yang diperoleh karena lokasi atau kedudukannya tersebut dinamakan energi potensial. Contoh lain, air dalam bendungan menyimpan energi potensial karena ketinggian.

Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu materi karena lokasi atau strukturnya. Benda yang diletakkan di atas meja memiliki energi potensial gravitasi. Karena energi potensial gravitasi inilah, benda dapat bergerak dari meja ke tanah. Batu di ketapel mendapat energi saat karet ketapel diregangkan. Enegi potensial itulah yang mendorong batu terlempar dari ketapel.

Asam cuka menyimpan energi kimia. Energi kimia tersebut dapat berubah menjadi energi listrik yang mampu menyalakan lampu. Energi listrik kemudian berubah menjadi energi cahaya.

Dengan demikian energi akan mengalami perubahan bentuk, tetapi energinya sendiri tidak hilang.

Terdapat berbagai macam energi potensial, antara lain sebagai berikut:

a. Energi potensial gravitasi bumi, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena terletak di atas permukaan bumi. Makin

(33)

tinggi letak suatu benda di atas permukaan bumi, makin besar energi potensial gravitasinya.

b. Energi potensial elastisitas, ialah energi yang tersimpan pada benda yang sedang diregangkan (misalnya, pada karet ketapel dan busur panah) atau detekan (misalnya, pada per). Makin jauh peregangan dan penekanannya, makin besar energinya.

Energi kimia adalah energi yang terkandung dalam suatu zat. Misalnya, makanan memiliki energi kimia sehingga orang yang makan akan memiliki energi untuk beraktivitas. Energi listrik adalah energi yang dimiliki muatan listrik dan arus listrik. Energi ini paling banyak digunakan karena mudah diubah menjadi energi lainnya.

Setiap materi yang berpindah memiliki bentuk energi yang disebut energi kinetik atau energi pergerakan. Objek bergerak melakukan kerja dengan cara menggerakkan benda lain. Energi kinetik adalah bentuk energi ketika suatu materi berpindah atau bergerak.

2. Berbagai Sumber Energi

Sumber energi adalah segala sesuatu yang menghasilkan energi. Panas matahari yang digunakan untuk memanaskan air adalah sumber energi. Begitu juga spirtus yang digunakan sebagai bahan bakar adalah sumber energi.

Energi memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua aktivitas kehidupan manusia dapat dilakukan karena melibatkan penggunaan energi.

a. Sumber Energi Tak Terbarukan

Energ tak terbarukan yang paling banyak dimanfaatkan adalah minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Ketiganya dipakai baik dalam kehidupan sehari-hari, pada industri, untuk pembangkit listrik, maupun transportasi. Berdasarkan

(34)

hasil perhitungan para ahli, minyak bumi akan habis 30 tahun lagi, sedangkan gas akan habis 47 tahun lagi, dan batu bara 193 tahun lagi.

1) Energi Hasil Tambang Bumi

Minyak bumi, gas, dan batu bara merupakan bahan bakar fosil berasal dari tumbuhan dan hewan-hewan yang terkubur jutaan tahun di dalam bumi. Untuk mendapatkan minyak bumi, dilakukan penambangan ke dalam perut bumi.

2) Energi Nuklir

Energi nuklir adalah energi potensial yang terdapat pada partikel di dalam nukleus atom. Partikel nuklir, seperti proton dan neutron, tidak terpecah di dalam proses reaksi fisi dan fusi. Akan tetapi, kumpulan tersebut memiliki massa lebih rendah daripada ketika berada dalam posisi terpisah. Adanya perbedaan massa ini dibebaskan dalam bentuk energi panas melalui radiasi nuklir.

b. Sumber Energi Terbarukan

Ancaman bahwa sumber energi suatu saat akan habis menyebabkan banyak ilmuwan berusaha menemukan energi alternatif yang terbarukan atau tidak akan habis dipakai. Sumber energi terbarukan yang saat ini mulai dikembangkan adalah biogas dari kotoran ternak, air mengalir, angin, dan panas matahari.

1) Energi Matahari

Energi surya atau energi matahari adalah energi yang

didapat dengan mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi energi dalam bentuk lain. Matahari merupakan sumber utama energi.

(35)

2) Pembangkik Listrik Tenaga Air

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini disebut sebagai hidroelektrik.

Komponen pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh energi kinetik dari air.

3) Energi Angin

Eneri angin memanfaatkan tenaga angin dengan menggunakan kincir angin untuk diubah menjadi listrik atau bentuk energi lainnya. Umumnya, digunakan dalam ladang angin skala besar untuk menyediakan listrik di lokasi yang terisolir

4) Energi Tidal

Energi tidal merupakan energi yang memanfaatkan pasang surut air yang sering disebut juga sebagai energi pasang surut. Energi tidal memiliki keunggulan, antara lain memiliki aliran energi yang lebih pasti/mudah diprediksi, lebih hemat ruang, dan tidak membutuhkan teknologi konversi yang rumit. Kelemahan energi ini adalah membutuhkan alat konversi yang andal yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan laut korosi dan kuatnya arus laut.

3. Makanan sebagai Sumber Energi

Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Untuk berolahraga, belajar, dan melakukan aktivitas lain. Berikut beberapa kandungan bahan kimia yang terdapat dalam makanan yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh manusia.

Makanan diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi. Dengan asupan makanan yang baik dan cukup, kita dapat

(36)

melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Zat makanan yang berperan sebagai sumber energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein.

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang tersusun oleh unsur-unsur karbon. Bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat, misalnya beras, jagung, kentang, gandum, umbi-umbian, dan buah-buahan yang rasanya manis. Karbohidrat berperan sebagai sumber energi (1 gram karbohidrat sama dengan 4 kilo kalori).

b. Protein

Proein merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur C, H, O, N (kadang juga mengandung unsur P dan S). Bahan makanan yang mengandung banyak protein antara lain:

1) Protein hewani, misalnya daging, ikan, telur, susu, dan keju.

2) Protein nabati, misalnya kacang-kacangan, tahu, tempe,dan gandum.

c. Lemak

Lemak merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur C H, dan O. Peran lemak adalah menyediakan energi sebesar 9 kalori/gram, melarutkan vitamin A, D, E, K, dan menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia. Lemak mulai dianggap berbahaya bagi kesehatan setelah adanya suatu penelitian yang menunjukkan hubungan antara kematian akibat penyakit jantung koroner dengan banyaknya konsumsi lemak dan kadar lemak di dalam darah. Bahan makanan yang mengandung banyak lemak, antara lain: 1) Lemak hewani: keju, susu, daging, kuning telur, daging

(37)

2) Lemak nabati: kelapa, kemiri, kacang-kacangan, dan buah avokad.

Fungsi lemak, antara lain:

a) Sumber energi (1 gram lemak sama dengan 9 kilo kalori).

b) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.

c) Pelindung organ-organ tubuh yang penting sebagai bantalan lemak.

d) Pelindung tubuh dari suhu yang rendah. 4. Transformasi Energi dalam Sel

Pada makhluk hidup heterotof (makhluk hidup yang memanfaatkan sumber makanan organik/makhluk hidup yang tidak mampu mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik) energi bersumber dari makanan yang dikonsumsi. Trasformasi energi tersebut terjadi di dalam sel. Tranformasi energi dalam sel terjadi sebagai berikut

a. Transformasi Energi oleh Klorofil

Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat dalam organel sel tumbuhan yang disebut kloroplas. Klorofil berfungsi dalam fotosintesis. Energi radiasi matahari yang ditangkap oleh klorofil berfungsi melancarkan proses fotosintesis. Proses tersebut digunakan untuk mereaksikan CO2 dan H2O menjadi glukosa. Energi ini dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk beraktivitas (tumbuh dan berkembang) dan juga dimanfaatkan oleh makhlu hidup lain yang mengonsumsi tumbuhan tersebut. Akibatnya energi yang terdapat pada tumbuhan berpindah ke dalam tubuh makhluk hidup lainnya dan menjadi energi potensial. Di dalam tubuh makhluk hidup ini, energi akan ditransformasi kembali.

(38)

b. Transformasi energi oleh mitokandria

Mitokondria adalah organel yang terdapat di dalam sel, yang memiliki peran dalam respirasi sel. Di dalam mitokondria, energi kimia digunakan untukmengubah karbohidrat, protein, dan lemak.

5. Metablisme Sel

Metabolisme adalah proses kimia yang terjadi di dala tubuh sel makhluk hidup. Metabolisme disebut reaksi enzimatis karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Metabolisme terdiri atas reaksi pembentukan/sintesis/anabolisme seperti fotosintesis dan reaksi penguraian/katabolisme seperti respirasi. Enzim mengarahkan aliran materi melalui jalur-jalur metabolisme dengan cara mempercepat tahapan reaksi secara selektif.

a. Fotosintesis

Fotosintesis merupakan perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk glukosa. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, inframerah, dan ultraungu tidak digunakan dalam fotosintesis. Proses fotosintesis yang terjadi dalam daun, terjadi dalam daun,terjadi reaksi kimia antara senyawa air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) dibantu oleh cahaya matahari yang diserap oleh klorofil menghasilkan oksigen (O2) dan senyawa glukosa (C6H12O6).

b. Respirasi

Respirasi, yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen.

(39)

C6H12O6 ---> 6CO2+6H2O+energi.

6. Sistem Pencernaan

Makanan yanh masuk ke dalam tubuh akan mengalami perombakan dari molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Zat makanan yang berperan sebagai sumber energi adalah karbohidrat, lemak, protein.

a. Pencernaan Karbohidrat dalam Tubuh

Karbohidrat setelah dicerna di usus akan diserap oleh dinding usus halus dalam bentuk monosakarida. Hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah atas bantuan hormon insulin yang dikeluarkan oleh kelenjar pankreas. Kenaikan proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat menyebabkan glukosa dalam darah meningkat sehingga sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik. Sebaliknya, jika banyak kegiatan, banyak energi yang digunakan untuk kontraksi otot sehingga kadar glukosa dalam darah menurun. Dalam hal ini, glikogen akan diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya mengalami katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energo kimia).

Hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, yaitu: Hormon insulin, dihasilkan oleh pankreas, berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam darah,

Hormon adrenalin, dihasilkan oleh korteks adrenal, berfungsi menaikkan kadar glukosa dalam darah.

b. Pencernaan Protein dalam Tubuh

Di dalam tubuh, protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim-enzim yang bersangkutan. Enzim-enzim yang bekerja pada proses

(40)

hidrolis protein, antara lain pepsin, tripsin, kemotripsin, karboksi peptidase, dan amino peptiase.

Protein yang telah dipecah menjadi asam amino, kemudian diabsorpsi melalui dinding usus halus dan sampai ke pembuluh darah. Setelah diabsorpsi dan masuk kedalam pembuluh darah, asam amino tersebut sebagian besar langsung digunakan oleh jaringan. Oksida 1 gram protein dapat menghasilkan energi 4 kalori. Kelebuhan protein dalam tubuh dapat mengakibatkan pembengkakan hati dan ginjal karena beban kerja organ-organ tersebut lebih berat dalam menguraikan protein dan mengeluarkannya melalui air seni. Akibat Kekurangan Protein

Gangguan kekurangan protein biasanya terjadi bersamaan dengan kekurangan karbohidrat. Gangguan tersebut dinamakan busung lapar atau Hunger Oedema (HO). Ada dua bentuk busung, yaitu kwashiorkor dan marasmus. c. Pencernaan Lemak dalam Tubuh

Di dalam tubuh, lemak mengalami metabolisme. Lemak akan dihidrilisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan bantuan enzim lipase. Proses ini berlangsung dalam saluran pencernaan. Sebelum diserap usus, asam lemak akan bereaksi dengan garam empedu membentuk senyawa, seperti sabun.

Lemak dikirim dari tempat penimbunannya ke hati dalam bentuk lesitin untuk dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, gliserol akan diubah menjadi gula otot atau glikogen. Asam lemak akan diubah menjadi asetil koenzim.

Gangguan metabolisme berupa tertimbunnya senyawa aseton yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Kesulitan bernapas terjadi karena meningkatnya tingkat

(41)

keasaman dan jumlah CO2 yang tertimbun. Kelainan ini dinamakan asidosis.

3. Hasil Belajar

Gagne, 1992 (dalam Jufri, 2013 : 58) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan (Performance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas. Menurut Gagne, ada lima kategori kapabilitas manusia yaitu: (1) keterampilan intelektual (intelektual skill), (2) strategi kognitif (cognitiv skill), (3) informasi verbal (verbal information), (4) keterampilan motorik (motor skill), (5) sikap (atitude).

Gagne, 1988 (dalam Dahar, 2011 : 118) penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan. Menurut Gagne, ada lima kemampuan ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda. Sebagai contoh misalnya, suatu pelajaran dalam sains dapat mempunyai tujuan umum untuk memperoleh hasil-hasil belajar sebagai: a. Memecahkan masalah-masalah tentang kecepatan, waktu, dan

percepatan

b. Menyusun eksperimen untuk menguji secara ilmiah suatu hipotesis c. Memberikan nilai-nilai pada kegiatan-kegiatan sains.

Kemampuan pertama disebut Keterampilan intelektual karena keterampilan itu merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Kemampuan kedua meliputi penggunaan strategi kognitif karena siswa perlu menunjukkan penampilan yang kompleks dalam suatu situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan antara konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Nomor tiga berhubungan dengan sikap atau mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang

(42)

mencerminkan pilihan terhadap kegiatan-kegiatan sains. Nomor empat pada hasil belajar Gagne ialah informasi verbal dan yang terakhir keterampilan motorik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingslay membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2009 : 22).

Bloom (dalam Jufri, 2013 : 59-68) mengelompokkan hasil belajar kedalam tiga ranah atau domain yaitu : (1) Kognitif, (2) Afektif, (3) Psikomotorik.

a. Hasil belajar ranah kognitif yakni meliputi penguasaan konsep, ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu :

1) Knowladge (Pengetahuan) yaitu hasil belajar kognitif pada kategori ini adalah yang paling rendah akan tetapi menjadi prasarat bagi pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi.

2) Comprehension (Pemahaman) yaitu diekspresikan dalam bentuk kemampuan memahami informasi, memanfaatkan dan mengekstrapolasi pengetahuan tersebut untuk dimanfaatkan dalam situasi lain. Hasil belajar berupa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, pemahaman ekstrapolasi.

3) Application (Aplikasi) yakni kemampuan untuk menggunakan pengetahuan atau abstraksi (ide, teori, metode, konsep, rumus,

(43)

hukum, prinsip, generalisasi, pedoman atau petunjuk teknis) yang dimiliki pada situasi khusus.

4) Analysis (Analisis, menguraikan, membedakan) yakni usaha memilah suatu konsep atau struktur menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki atau susunannya.

5) Synthesis (Sintesis, mengumpulkan, merangkum) yakni kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam satu kesatuan yang utuh.

6) Evaluation (Evaluasi) yakni kategori hasil belajar kognitif yang tertinggi meliputi kemampuan memberi keputusan tentang nilai seseuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materi.

b. Hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yaitu :

1) Receiving (Penerimaan) yakni meliputi dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, atau kejadian.

2) Responding (Merespons) yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini, mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan merespon, dan tanggung jawab dalam memberikan respon terhadap stimulus dari luar yang datang pada dirinya.

3) Valuing (Menilai) kemampuan menilai dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima oleh peserta didik.

4) Organization (Mengorganisasi) yakni kemampuan mengembangkan nilai-nilai ke dalam suatu sistem termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Characterization by value (Internalisasi nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang

(44)

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Aspek ini merupakan domain afektif yang paling tinggi dan pada tingkat ini perilaku pebelajar sudah konsisten dengan nilai-nilai internal yang dimilikinya.

c. Hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar yang diekspresikan dalam bentuk keterampilan menyelesaikan tugas-tugas manual dan gerakan fisik atau kemampuan bertindak. Hasil belajar dalam ranah ini juga mencakup aspek sosial seperti keterampilan. Menurut R.H Dave dalam (Jufri, 2013 : 68) mengelompokkan keterampilan dalam ranah psikomotor Bloom menjadi 5 katerogi yaitu:

Level Karakteristik

Imitasi Mengembangkan model keterampilan

Manipulasi Melaksanakan keterampilan secara independen Ketepatan Mempraktekkan keterampilan dengan tepat Artikulasi Mengintegrasikan gerakan secara benar Naturalisasi Mempraktekkan keterampilan secara alami

Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan belajarnya.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti, Ch, & Rohmad (2017 : 14) dengan judul “Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan Example Non Examples Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pelajaran Sosiologi Kelas Xi Ips 3 Sma Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017”. Hasil penelitian dari segi kognitif siswa menjadi lebih paham terhadap materi pembelajaran, mereka juga lebih bisa menggambarkan sebuah fenomena sosial yang ada di masyarakat serta menganalisisnya dengan baik. Dalam penghitungannya

(45)

siswa mengalami peningkatan dari nilai rata – rata siswa prasiklus yaitu 62, 88 meningkat 14, 49 pada siklus I sebesar 77, 37 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 6, 97 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 84, 34.

Penelitian yangdilakukan oleh Delismar, Rayandra Ashyar, dan Bambang Hariyadi dengan judul Peningkatan Kreativitas dan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Model Group Investigation. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa, dengan menggunakan desain eksperimental semu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah hasil tes keterampilan proses sains dan angket kreativitas. Hasil penelitian terlihat pada hasil tidak ada pengaruh yang signifikan dari model kelompok investigasi dan kreativitas terhadap keterampilan proses sains (p = 0,083). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya interaksi antara model kelompok investigasi dan keterampilan proses sains (p = 0,03). Guru menerapkan model kelompok investigasi untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Chera Rizqi Faujiyah, Idad Suhada, Sri Hartati dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri Jatinangor setelah digunakan model Group Investigation pada materi sistem ekskresi manusia. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada Sistem Ekskresi Manusiadan lebih meningkatkan hasil belajar siswa XI IPA SMA Negeri Jatinangor.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Sulistiyo, Maya Nurfitriyantidengan judul Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tedapat

(46)

peningkatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example terhadap kemampuan berpikir kritis matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada materi relasi dan fungsi, diperoleh nilai rata-rata pada pre-test yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Example Non Example yaitu 54,93. Hal ini menunjukkan bahwa rata nilai pree-test lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilaipost-test yaitu 60,39. Setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t, dengan nilai thitung> ttabel (11,968 > 2,052), maka hipotesisnya H1 diterima yaitu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara (pre-test) dan (post-test).

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmi Afriani, Sridiyanti dengan judul Pengaruh Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 3 Sepauk Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Examples Non Examples terhadap hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan kelas VII SMP Negeri 3 Sepauk. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non Examples terlaksana dengan sangat baik. Model pembelajaran Examples Non Examples berpengaruh kecil terhadap materi pencemaran lingkungan siswa kelas VIIC SMP Negeri 3 Sepauk.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian di atas adalah penulis mengkombinasikan model pembelajaran tipe group investigation dengan model example non example pada siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan proses belajar, hasil belajar, dan pembelajaran menjadi efektif, karena pada model pembelajaran tipe group investigation dengan model example non example ini siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

(47)

C. Kerangka Berfikir

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model Example non Example merupakan salah satu tipe pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini terbagi atas dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan tipe pembelajaran group investigation dengan model Example non Example serta kelas kontrol diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kemudian peneliti membandingkan nilai hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Skema kerangka berfikir:

Gambar 1 : Kerangka Berfikir Proses pembelajaran Biologi

guru

siswa

Kelas eksperimen

Pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan Example non Example

Kelas kontrol

Hasil belajar

Dibandingkan

(48)

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 = Hasil belajar kognitif IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model Example non Example lebih baik dari pada hasil belajar kognitif biologi dengan pembelajaran konvensional

H0 = Hasil belajar kognitif IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model Example non Example tidak lebih baik dari pada hasil belajar kognitif biologi dengan pembelajaran konvensional.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksprimen semu (quasi experiment) dengan melibatkan dua kelompok yang dipilih secara pertimbangan (Purposive Sampling). Kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model example non example dan kelompok kontrol yang diajar tanpa kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model example non example. Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model example non example sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPA.

B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Sungai Tarab 2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 November s/d 08 Desember 2018 di SMPN 2 Sungai Tarab.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R), yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2013 : 76). Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah penggunaan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan model example non example, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Siswa dan Nilai Rata-rata ulangan
Tabel  2.1  Prosedur  atau  Tahapan  Kombinasi  Model  Pembelajaran Tipe Group Investigation dan Model  Example non Example
Gambar 1 : Kerangka Berfikir Proses pembelajaran Biologi
Tabel 3.2Jumlah siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Tarab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan

Dari perolehan peningkatan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan koloid maka dapat dikatakan pada kelas eksperimen 1 yang menerapkan kombinasi model pembelajaran kooperatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada materi perilaku

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan media teka-teki

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model Konvensional;

Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar Matematika siswa yang di ajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan aktivitas belajar siswa selama menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization TAI

Penelitian bertujuan mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD lebih baik dari hasil