• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM ANIMASI PENDEK "SI SINGA DAN SI TIKUS"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM ANIMASI PENDEK "SI SINGA DAN SI TIKUS""

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

FILM ANIMASI PENDEK "SI SINGA DAN SI

TIKUS"

CHRIZANDIA FIVAUNDRA

Desain Komunikasi Visual Animasi, Bukit Nusa Indah 832, 08999316024, akuvaundra@hotmail.com

Chrizandia Fivaundra, Ardiyansah, S.T , Ardiyan, S.Sn

ABSTRAK

Creating animated films that are suitable and loved by children. Teaching positive moral and values to children. Make a fable stories that more interactive and engaging than a fairy tale books. Assisting parents in teaching good habbit and manner to their children.

ABSTRAK

Membuat film animasi yang cocok dan digemari oleh anak-anak. Menanamkan nilai moral positif bagi anak-anak. Membuat cerita fable yang lebih interaktif dan menarik dari buku cerita dongeng. Membantu orang tua dalam mengajari sifat baik ke anak.

Kata Kunci : Kebaikan, keberanian, kecerdikan, balas budi, kepercayaan, animasi

PENDAHULUAN

Disaat saat saya kecil. Dikala sebelum tidur malam, orang tua saya selalu membacakan cerita dongeng untuk saya. Rasanya sulit untuk tidur apabila belum diceritakan cerita dongeng sebelum tidur. Terkadang saya berpikir bahwa mungkin cerita dongeng akan jauh lebih menarik apabila disajikan dalam bentuk film animasi. Berhubung sekarang adalah zaman modern yang bisa dilihat hampir banyak anak-anak yang menyukai film animasi. Selain itu sadar maupung tidak, hampir dibalik setiap cerita dongeng selalu mengandung nilai-nilai moral yang sangat bagus untuk mendidik moral anak kecil. Belajar untuk tidak serakah, belajar untuk tidak sombong, dll. Bisa dibayangkan ini tentunya akan membantu orang tua dalam mendidik dan membentuk sifat sang anak.

Di Indonesia sangatlah jarang menurut saya film animasi yang cocok dan layak untuk dikonsumsi oleh anak kecil. Terlalu banyak pengejaran rating keuntungan dalam pembuatan film sehingga sisi pendidikan dari film itu sendiri hilang. Lebih banyak film-film yang justru ratingnya mengarah ke umur remaja maupun dewasa. Nantinya akan

(2)

2

sangat mengkhawatirkan dalam pembentukan otak dan sifat anak tentunya. Kurangnya keberadaan film yang bersifat edukatif dan bernilai moral.

Cerita dongeng merupakan salah satu cerita yang tepat untuk dijadikan sebuah film animasi menurut saya. Bisa dibayangkan, tidak perlu lagi membuat konsep cerita karena cerita sudah ada. Mungkin perlu sedikit penyesuaian dalam hal eksekusi dalam hal ini. Jelas proses seperti ini akan mempercepat waktu produksi karena prose side dan cerita membutuhkan waktu yang relative lama pada dasarnya. Lalu bagaimana dengan nilai moral? Sudah jelas sekali nilai moral sudah menjadi paket dalam cerita dongeng.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas penulis menyimpulkan untuk membuat sebuah tontonan yang layak konsumsi bagi anak-anak. Penulis juga berharap tontonan tersebut nantinya apat mengembangkan sifat dan pikiran mereka kea rah yang baik tentunya. Dalam film animasi ini penulis banyak berharap agar anak-anak nantinya dapat menikmati tontonannya dan tidak lupa untuk memetik nilai moral yang terbesit di dalam film animasi ini.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan dengan mencari data-data mengenai cerita dongeng Si Singa dan Si Tikus melalui internet dan melakukan wawancara terhadap psikolog anak-anak untuk menyesuaikan bentuk visual dan susunan cerita yang cocok untuk disajikan ke target audiens yang mayoritas adalah anak-anak.

Pengaruh Dongeng Terhadap Anak-Anak

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.

KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku

(3)

3

dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.

Pengaruh Televisi Terhadap Perkembangan Anak

Dengan segala potensi yang dimilikinya itu, televisi telah mendatangkan banyak perdebatan yang tidak kunjung berakhir. Bagi orang dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi itu bukanlah sebuah masalah besar, sebab mereka sudah mampu memilih, memilah dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi. Namun bagaimana dengan anak-anak? Dengan segala kepolosan yang dimilikinya, belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar televisi dengan tepat dan benar. Padahal Keith W. Mielke sebagaimana dikutip oleh Arini Hidayati dalam bukunya berjudul ‘Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ mengatakan bahwa: “Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka”.

Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa yang harus diwaspadai oleh para guru dan orang tua adalah acara apa yang ditonton anak di televisi itu dan bukannya berapa lama anak menonton televisi. Padahal kecenderungan yang ada justru sebaliknya. Orang tua jarang benar-benar memperhatikan apa yang ditonton anak-anaknya dan lebih sering melarang anak-anak agar jangan menonton televisi terlalu lama karena bisa mengganggu jam belajar mereka.

Disamping itu, apakah pernah pula terbersit dalam benak orang tua untuk ikut menonton tayangan-tayangan televisi yang diklaim sebagai tayangan untuk anak-anak? Pernahkan orang tua memperhatikan, apakah tayangan untuk anak itu memang sesuai dengan usianya? Padahal disinilah peran orangtua menjadi sangat penting artinya. Orang tualah yang menjadi guru, pembimbing, pendamping dan pendorong pertumbuhan anak yang paling utama. Dari orangtualah anak pertama kali belajar tentang sesuatu kebenaran dan kemudian menanamkan kepercayaan atas kebenaran itu.

Sudah menjadi tanggung jawab orang tua pula untuk selalu mendampingi anak-anak dalam menonton televisi, memberikan pengertian dan penjelasan atas apa yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Memberikan penjelasan kenapa suatu tindak kekerasan bisa terjadi dan apa akibat dari semua itu.Orang tua juga harus jeli dalam melihat program-program acara televisi yang ditonton oleh anak. Apakah cocok dengan usianya, apakah bersifat mendidik atau justru malah merusak moral si anak. Mungkin sebagai orang tua, tidak akan kesulitan untuk langsung melarang seorang anak untuk menonton film-film dewasa yang mengandung unsur seks dan kekerasan secara vulgar, karena dengan

(4)

4

memandang sepintas lalu saja sudah jelas diketahui bahwa acara tersebut tidak cocok untuk anak. Tetapi pernahkah orangtua mengamati film-film kartun yang kelihatannya memang sudah layak menjadi konsumsi anak-anak? Pernahkah orang tua peduli bahwa berbagai tayangan film kartun Jepang yang mempertontonkan heroisme, seperti film seri Kenji, Dragon Ball dan sebagainya telah menyebabkan seorang anak menjadi seorang yang agresif? Demikian pula dengan tayangan film-film kartun yang penuh romantisme seperti Sailor Moon? Dan bagaimana pula dengan film-film yang lain?

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tingkat pornografi pada film kartun anak-anak itu cukup tinggi, dan diantara film-film kartun anak-anak di Asia, film kartun produksi Jepang menempati posisi paling tinggi dalam penayangan unsur pornografi. Sebagai contoh, Film Seri Crayon Sinchan yang sekarang begitu di gemari di Indonesia, ternyata di Jepang sendiri film tersebut tidak diperuntukkan untuk konsumsi anak-anak melainkan untuk konsumsi orang dewasa yang ingin kembali ke masa kanak-kanak. Akibatnya saat ini muncul perdebatan yang cukup seru dalam membahas masalah film seri Crayon Sinchan ini.

Sebuah tulisan di Jawa Pos yang mengetengahkan keprihatinan terhadap film tersebut mengatakan bahwa sosok Sinchan itu tidak cocok untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Sinchan sering bertindak kurang ajar dan kekurang ajarannya itu sering mengarah ke masalah seks. Sebagai anak kecil, Sinchan sering bermimpi tentang perempuan-perempuan dengan bikini dan ia pun senang sekali menyingkapkan rok ibunya.

Memang dikatakan oleh Joseph T. Klapper bahwa media bukanlah penyebab perubahan satu-satunya melainkan ada faktor-faktor lain yang menengahi (mediating factors). Namun bagaimanapun juga, jika mengacu pada teori efek media maka terdapat teori Belajar, dimana seseorang itu belejar melakukan sesuatu dari media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan ucapan atau lagu-lagu yang di dengarnya di televisi. Mereka pun dengan segala kepolosan dan keluguannya sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku tokoh idolanya di televisi. Dengan demikian tidaklah mustahil jika anak-anak pun akan menirukan kenakalan Sinchan dengan segala kekurang ajarannya. Atau menirukan tindakan Superman ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain yang dianggapnya sebagai musuh. Dan ini menjadi langkah pembenar setiap anak-anak berbuat sesuatu, yang bisa jadi melanggar norma umum yang ada di tengah masyarakat kita.

Bagaimanapun juga kehadiran televisi merupakan sebuah kebutuhan, tidak sekadar sebagai sarana untuk memudahkan kita mengakses setiap informasi tapi juga berperan sebagai sarana penghibur yang mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, tetap saja efek negatif selalu ada dan ini perlu untuk diantisipasi secara serius. Apalagi kalau yang terkena dampaknya adalah anak-anak yang notabene mereka akan menjadi iron stock di masa datang.

Secara khusus penulis berharap orang tua yang secara langsung berhubungan dan berkaitan dengan pengaruh televisi terhadap anak-anak bisa mengambil langkah-langkah nyata. Walaupun tidak menutup kemungkinan memberikan alternatif solusi terhadap pihak terkait seperti pihak media televisi dan para pemerhati media secara umum. Pertama, jelas perlu ada sosialisasi secara massif kepada para orang tua tentang bahaya program yang ada di televisi pada setiap media yang ada, termasuk koran ini dan juga diperlukan kewaspadaan yang penuh dengan tidak membiarkan anak-anak menonton televisi dengan bebas. Meskipun label pihak televisi yang diberikan adalah acara untuk anak. Kedua, perlu penjagaan program acara televisi secara langsung dengan cara mendampingi waktu anak-anak menonton televisi dan sekaligus bisa memberi penjelasan saat dibutuhkan. Untuk itu, kesiapan orang tua untuk mendampingi di tengah kesibukan

(5)

5

seabrek kegiatan mutlak diperlukan. Ketiga, perlu diupayakan pemberdayaan masyarakat dengan diadakan lembaga kontrol yang bisa memberi masukan dan kajian kritis tentang isi program siaran televisi dan dampak yang ada.

Edukasi Animasi

Terdapat nilai edukasi yang bisa dicontoh anak-anak dari film animasi yang lucu bahkan di dalam animasi diajarkan fighting spirit, kesetiakawanan dengan ala budaya bangsa kita tentunya. Dengan kata lain banyak hal yang bisa dilakukan animasi, salah satunya menjadi media pengembangan karakter bagi anak-anak. Bukan sekedar penokohan bawang merah dan bawang putih, tapi juga lewat unsur cinta yang selalu menjadi sentuhan penamanam budi pekerti sejak dini dalam kehidupan. Dengan absentnya pendidikan budi pekerti dari sekolah disinilah peran animasi tampil dalam porsi yang justru sangat menghibur.

Budaya kreatif adalah budaya mencipta. Memang tidak dipungkiri bayangan asal industri film animasi tidak bisa diluputkan dari Disney. Namun persoalan karakter dan ide cerita jelas tidak akan pernah bisa sama, bak kata pepatah lain lubuk lain ikannya. Sumatera utara kaya akan keragaman adat budaya tak ubahnya mini atur Negara Indonesia.

Hal ini sangat mendukung untuk berkembangnya industri animasi sebagai industri kreatif berbasis etnik lokal. Dalam kontek muatan lokal sebuah industri kreatif yang digaungkan dalam film animasi tidak bisa dihindari sangat sarat dengan pesan moral dan pendidikan yang dalam, hal ini dibutuhkan berbagai lapis usia dan starata sosial. Secara substantive menjawab persoalan tantangan zaman. Ketika menjadikan animasi sebagai alat perekonstruksi peristiwa, sebagai alat perekam budaya kehidupan masyarakat, sesungguhnya kita juga melestarikan budaya.

Saat ini sudah banyak karya penulis Sumatera Utara yang juga sudah dibukukan di lembaga BPAD. Cerita-cerita rakyat yang dilombakan dalam kegiatan pameran buku dan minat baca pada akhirnya dihimpun, dicetak untuk dijadikan buku pengisi pustaka dan sesungguhnya inilah aset untuk dikembangkan. Cerita rakyat ini bukan tidak mungkin kelak melahirkan animasi karya anak bangsa yang fenomenal dan melegenda. Kekhasan suku bangsa menggambarkan akan potensi industri animasi Indonesia sesungguhnya ada dan besar.

Tokoh Gundala Putra Sang Petir tidak akan pernah ada di Jepang atau bahkan cerita rakyat dari marga Parinduri-Rangkuti salah satu marga di Mandailing Natal yang konon kabarnya memiliki kesaktian dapat terbang dengan penampi beras dan memiliki kerabat dekat dengan seekor Harimau menarik diangkat sebagai ide cerita di pentas animasi. Sudah saatnya para penulis mulai hunting ke daerah untuk menggali cerita budaya lokal yang menjadi baru dalam spirit karena ide cerita dan karakter khas bangsa yang tidak pernah sama dengan negara manapun juga tidak Jepang,Eropa bahkan India.

Kembali lagi minat baca jelas hubungannya dengan pesta buku yang digelar BPAD. Berdasarkan dari sisi kualitas gambar untuk pembuatan animasi di era teknologi IT dewasa ini bisa saja menyamai kualitas Disney apalagi dibarengi dengan teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) canggih. Melainkan refleksi dari gerakan minat baca inilah yang mampu menjawab kualitas karya animasi ke depannya yang kreatif dan cerdas mengusung ide budaya lokal menjadi sebuah kekuatan cerita dan penokohan. Sehingga sudah sepantasnyalah kegiatan di BPAD dalam acara pesta gelar buku, cagar budaya dan teknologi seperti ini di kunjungi sayang dilewatkan begitu saja.

(6)

6 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan bentuk visual dan penataan cerita short movie ini bagi target audiens nantinya. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai salah satu psikolog anak-anak terkenal yaitu Novita Tandry M.Psi , dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seputar kegemaran dan bagaimana anak-anak memandang sebuah film animasi. Berikut ini data hasil wawancara ke psikolog yang akan di bahas dalam bab hasil dan bahasan.

HASIL DAN BAHASAN

Berikut adalah hasil wawancara dengan pakar psikologi pendidikan anak Novita Tandry

M.Psi ;

Tanya - Apakah menurut anda cerita dongeng masih diperkenalkan ke anak-anak zaman

sekarang?

Jawab - Sebenarnya masih, tetapi tidak seumum dulu ya. Selama pengalaman saya

mengenal anak baru-baru ini orang tua cenderung mengedukasi anak-anaknya lewat televisi. Sangat jarang yang masih sempat menyempatkan diri untuk mengenalkan atau menceritakan cerita dongeng seperti zaman saya kecil dulu. Memang paling banyak saya temukan orang tua tidak sempat lagi meluangkan waktu karena urusan pekerjaan biasanya. Terutama apabila kedua peran orang tua terlalu lama meluangkan waktu di kantor, biasanya waktu luang yang dimiliki hanya hari sabtu minggu saja.

Tanya - Apabila ada dua pilihan yaitu buku cerita dan film animasi, yang mana yang

sekiranya lebih diminati oleh anak-anak?

Jawab – Tentu akan lebih diminati film animasi dong. Film animasi memiliki banyak

kelebihan dan ketertarikan sendiri. Kalau kita menonton film animasi kan karakter yang ditampilkan di televisi seakan bergerak dan lebih terbaca aksi dan tingkah lakunya. Kalau buku tergantung dari pribadi anak-anak itu sendiri. Ada anak yang memang gemar membaca dan ada juga yang kurang gemar. Nah dari situ sudah dapat ditarik kesimpulan. Lagipula buku itu sebenarnya edukasi cara lama. Harus ada pendekatan baru untuk anak-anak zaman sekarang. Salah satunya ya pendekatan lewat film animasi.

Tanya – Apa faktor kekurangan yang dimiliki oleh buku cerita dongeng dibandingkan

dengan film animasi?

Jawab – Hampir sama dengan pertanyaan sebelumnya. Cerita dongeng kurang interaktif

dan tidak ada pergerakan yang ditampilkan disitu. Dibandingkan dengan film animasi jelas film animasi memiliki pergerakan, karakter disitu jelas melakukan aksi, semua pesan dapat lebih efektif tersampaikan ke pikiran anak-anak. Belum lagi seperti yang saya sebut tadi kalau buku cerita membutuhkan ketertarikan dari anak itu sendiri untuk membaca. Sedangkan kalau film animasi, hampir semua anak lebih mudah untuk disuruh menonton dibandingkan disuruh untuk membaca khan.

Tanya – Menurut anda apakah kelebihan film animasi yang digemari anak-anak saat ini

sehingga dapat menjadi daya tarik bagi anak-anak?

Jawab – Saya tidak terlalu banyak memperhatikan. Tetapi apabila saya hubungkan

dengan pemahaman psikologi anak terhadap tontonannya. Film animasi saat ini, terutama yang ditampilkan di channel luar kabelvision memiliki pendekatan yang baik. Film

(7)

7

tersebut dibuat seolah-olah anak yang menonton menjadi karakter utama dari film tersebut. Aksi-aksi yang diperkenalkan di film juga tidak jauh dengan aksi yang dilakukan oleh anak yang menonton film itu sendiri sehingga timbul kesamaan dan ketertarikan anak untuk melakonkan atau meniru aksi karakter dalam film yang barusan ia tonton.

Tanya – Apakah film rating anak-anak yang disajikan oleh pertelivisian Indonesia saat ini

tergolong memberikan dampak positif bagi anak-anak?

Jawab – Nah karena pertanyaan ini sudah sangat spesifik dengan menyebutkan

"pertelevisian Indonesia", jelas saya katakan tidak untuk memberikan dampak positif ke anak. Bisa dilihat ya film yang disajikan terutama sinetron anak itu sudah tidak lagi mengajarkan nilai moral yang baik dibandingkan film yang disajikan di channel luar. Saya pernah sempat meluangkan waktu untuk menonton sebentar waktu itu. Dan saya agak terkejut sih ketika diperlihatkan adegan pacaran, cara berpakaian, adegan adu cepat mengendarai mobil. Itu jelas merusak moral dan mengajarkan hal yang tidak seharusnya diajarkan ke anak. Oleh karena itu orang tua harus lebih selektif untuk memilihkan program channel film untuk anak.

Tanya – Umur berapakah anak-anak mulai dapat disajikan film animasi?

Jawab – Rata-rata umur 4 sudah dapat dikenalkan film animasi ringan. Yang lebih

mengarah ke edukasi misal mengajarkan membaca, belajar berhitung, menemukan benda atau bentuk-bentuk. Kalau untuk animasi yang sudah memiliki pesan minimal umur 6 saya kira. Di umur tersebut anak-anak sudah dapat mengerti apa yang disampaikan film karena rata-rata pada umur tersebut anak-anak sudah disekolahkan. Tetapi tetap bergantung besar terhadap film yang disajikan sendiri. Ceritanya harus sesuai dan tergolong ringan untuk dicerna pikiran anak.

Tanya – Untuk cerita dongeng sendiri kira-kira visual seperti apa yang cocok disajikan

oleh anak-anak?

Jawab – Seperti jawaban pertanyaan teman anda tadi ya... Anda tentu jauh lebih

mengetahui soal visual daripada saya hahaha... Tapi apabila dipaksa untuk menjawab saya kira yang biasa disajikan dalam hal visual untuk film anak-anak biasanya karakternya unik, lucu, dan memiliki shape bentuk yang sederhana. Warna yang digunakan dalam film juga cenderung cerah.

Analisa

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak-anak dapat diperkenalkan metode pengenalan cerita dongeng baru lewat media film animasi. Mungkin pada zaman dahulu buku masih menjadi trend dalam pengenalan cerita ke anak. Tetapi seiring perkembangan zaman dan wawancara yang dilakukan, buku tidak lagi dapat dijadikan solusi. Film animasi merupakan pendekatan baru yang dianggap tepat untuk mengajarkan anak mengenai nilai moral baik. Pemilihan warna yang cerah, bentuk karakter yang lucu, dan cerita yang tergolong ringan akan mempermudah anak-anak dalam menikmati dan memahami inti cerita film animasi itu sendiri. Oleh karena itu apabila cerita dongeng dikemas dengan menarik pastilah anak-anak akan lebih tertarik untuk menontonnya.

(8)

8

SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Indonesia sebenarnya berpotensi dalam membuat film animasi. Sayangnya masih sedikit animasi di Indonesia yang dapat berkenan di benak anak-anak dan dapat menyampaikan pesan yang baik juga ke penontonnya. Tidak jarang dilihat sejian film Sinetron yang tidak mendidik, kurang adanya pendalaman emosi di tiap karakternya dan tidak memiliki pelajaran atau pesan baik dalam cerita untuk penonton.

Selain itu juga, setiap anak-anak pasti memiliki rasa takut terhadapa sesuatu yang besar dan berkuasa. Tetapi bukan berarti hal tersebut bisa menjadi momok dan terus memberikan dampak depresi. Dalam film animasi pendek “Si Singa dan Si Tikus” diajarkan bahwa sekalipun orang yang sangat penakutpun ternyata bisa melawan rasa takutnya dan menjadi pemberani. Diharapkan penonton anak-anak yang nantinya melihat juga akan memiliki sifat seperti itu.

Fakta Kunci

1. Film animasi sangat digemari oleh anak-anak

2. Film animasi dengan unsur cerita dongeng digemari oleh anak-anak

3. Masih sedikitnya animasi yang mengangkat tema cerita dongeng untuk anak-anak Target Audiens

Target audiens primer adalah mereka yang berusia 5 sampai dengan 11 tahun, unisex, dengan latar belakang pendidikan antara TK sampai dengan SD, dengan tingkat ekonomi orangtua antara B sampai dengan A.

USP ( Unique Selling Preposition )

Keunikan dari animasi short movie ini diantaranya di bawah ini : 1. Anak-anak menyukai metode penyajian film animasi

2. Ceritanya sangat mudah untuk dicerna

3. Mengajarkan dan mengenalkan anak tentang nilai moral positif pada cerita Premis ( Plot Cerita )

Tentang perlakuan tindakan baik si singa ke si tikus sehingga berbuah menjadi tindakan baik dari si tikus ke singa.

Sinopsis Cerita

Rombongan anak-anak sedang berjalan menuju arah hutan, terdapat 3 anak kecil yang mengenakan pakaian pramuka sedang ingin melakukan camping tampaknya. Mereka bertiga berjalan kedalam sambil melihat-lihat dan bersanda gurau. Terdengar salah satu dari mereka dijuluki Si Tikus karena mungkin badannya yang kecil. Sampai di pertengahan jalan tiba-tiba terdapat suara mencurigakan dari semak-semak. Mereka bertiga curiga dan mencoba mendekati sumber suara tersebut. Terlihat Si Tikus merasa sangat ketakutan. Setelah beberapa lama ditunggu dan didekati ternyata itu hanya seekor tupai. Si Tikus-pun kaget dan lari jauh-jauh dari tupai tersebut, ia mengira itu adalah seekor binatang buas.

"Dasar penakut kamu! Hahaha!" kata salah satu teman Si Tikus. "Itu kan cuma tupai!"

(9)

9

Rupanya selain berbadan kecil Si Tikus juga merupakan seorang penakut. Lalu Si Tikus pun menjadi bahan olok-olok kedua temannya lagi dalam perjalanannya. Beberapa jarak kemudian mereka bertiga berpapasan dengan pemburu berbadan besar. Parasnya seram dan terpampang bahwa ia menggunakan mantel dari kulit Singa.

“Itu kan Si Singa! Salah satu pemburu terkenal di hutan ini” kata salah satu teman Si Tikus. “Ia dijuluki Si Singa karena kedudukannya yang seperti raja hutan. Hampir semua hewan buas dia pernah buru. Ia adalah pemburu yang sering muncul di televisi!”

Teman-teman Si Tikus tampak terdiam dan terkagum-kagum terhadap Si Singa. Si Tikus terlihat tidak mendengarkan perkataan temannya.

Terlihat Si Singa sudah mendapatkan bidikan hewan buruannya, tetapi sialnya Si Tikus malah bergurau dan membuat suara yang berisik sehingga membuat lari hewan yang harusnya menjadi buruan Si Singa. Si Singa terlihat sangat kesal dan marah kepada tikus. Si Singa pun memasang tampang geram dan segera menghampiri Si Tikus dengan sangat marah sambil membawa senapan. Si Tikus yang sadar tiba-tiba spontan berlari meninggalkan kedua temannya yang ikut ketakutan. Dengan cerobohnya Si Tikus menginjak jebakan yang telah dipasang oleh Si Singa untuk hewan buruannya. Si Tikus terjerat dan terperangkap. Tanpa berkata-kata Si Singa mengancam Si Tikus dengan menodongkan senjatanya ke arahnya. Teman-temannya tidak bisa membantunya karena masih merasa takut.

“Maafkan saya tuan Singa. Saya tidak sengaja dan tidak tahu bahwa anda merasa terganggu dengan gurauan saya. Tolong lepaskan saya maka saya akan berjanji untuk menolong anda suatu hari nanti… " ucap Si Tikus.

“Cukup pergi jauh-jauh dan jangan kembali kesini lagi!” ucap Si Singa kesal. “Lagipula anak kecil sepertimu mau menolong seperti apa?”

Si Singa membukakan perangkap dan menarik kembali senapannya sambil pergi menatap sinis ke arah Si Tikus. Si Tikus dan teman-temannya bergegas lari sambil menangis ketakutan.

Keesokan harinya, ketika Si Singa sedang mengintai mangsanya di dalam hutan, Si Singa dihampiri oleh dua ekor serigala ganas yang jelas akan menjadikannya mangsa. Si Singa lari sekencang mungkin sampai akhirnya berhenti diujung hutan.

“Kali ini dia milikku! Kau ambil sebagian daging tangan dan kakinya sedangkan aku badan dan sisanya” ujar salah satu serigala pemangsa.

Karena merasa tidak adil pembagiannya, serigala kedua berkata “Tidak!! Aku ambil badan, tangan, dan kaki, sedangkan kau ambil saja kepalanya, aku kan lebih tua daripada kau!”

Debat lama pun terjadi sampai akhirnya serigala ini saling menyerang satu sama lainnya. Mendengar sebuah keributan Si Tikus yang berada di daratan yang lebih tinggi dibandingkan Si Singa mencoba membantu. Ia memanggil teman-temannya dan segera melempari serigala dengan batu besar dari atas sampai kedua serigala terluka parah dan lari. Si Singa hanya terkejut dan menghela nafas karena dirinya telah diselamatkan oleh Si Tikus, seorang anak yang tadinya membuatnya sangat amat kesal.

"Terima kasih! Ternyata aku salah menilai dirimu selama ini" kata Si Singa. Si Tikus membalas sambil tersenyum "Sekarang kamu lihat bahwa walaupun aku anak kecil, bukan berarti aku tidak bisa membantu apa-apa."

Sejak saat itu Si Tikus dipuji-puji oleh temannya karena telah menyelamatkan orang yang menjadi idola mereka dan julukan Si Tikus-pun tidak lagi dipakai karena Si Tikus telah membuktikan bahwa dirinya memiliki keberanian yang bagus disaat keadaan genting.

(10)

10 Visual Style

Visual yang di pakai untuk menunjukan sebuah hutan yang penuh dengan pohon namun ringan tidak berlebihan dengan pemakaian banyak element. Karena pada awalnya sudah menunjukan karakter yang penuh dengan element-element texture sehingga menghindarkan pemakaian element pada environment yang terlalu penuh. Pemakaian texture character dan environment yang berbeda dapat membantu memfokuskan pada karakter. Serta pemaikan warna-warna keoranye-an serta lighting agar terkesan suasana hangat matahari itu sendiri. Dengan warna yang blok-blok dan visual yang simple.

Mood Color

Untuk mood colornya akan berkesan simple serta keoranye-an hingga mengesankan suasana hangat matahari itu sendiri. Hal ini diperlukan untuk menggambarkan hutan yang sebagian wilayahnya terbuka dengan sinar matahari. Dengan warna yang blok-blok tanpa gradient dan memberikan beberapa bayangan dibagian tertentu serta pemakaian texture.

Character dan Environment

Pada segi pewarnaan dan style, penulis memberikan warna yang nantinya akan berbeda tetapi tetap satu unity dengan warna background yang digunakan. Warna kulit karakter Si Singa adalah warna cokelat terang, mewakili warna kulit singa yang diimprovisasikan menjadi warna kulit manusia yang menyerupai singa. Untuk pakaiannya menggunakan referensi pakaian pemburu film animasi barat yang disatukan dengan pakaian pemburu Indonesia untuk tetap mempertahankan content lokal pada film animasi ini.

Untuk karakter Si Tikus warna kulit yang digunakan adalah warna krem, warna diambil berdasarkan warna kulit karakter anak-anak di film animasi pada umumnya. Untuk pakaian Si Tikus menggunakan referensi pakaian pramuka. Lipatan pakaian, bentuk rok, dan bentuk dasi disesuaikan dengan pakaian pramuka anak perempuan di Indonesia.

Sedangkan untuk karakter Denny dan Dion, warna kulit yang digunakan adalah warna krem, hampir sama dengan Si Tikus, warna krem ini mengambil referensi dari warna kulit anak-anak di film animasi pada umumnya. Untuk pakaian Denny dan Dion, penulis menggunakan referensi pakaian pramuka anak laki-laki. Bentuk dasi dan celana dibedakan dengan pakaian pramuka anak perempuan.

Untuk environmentnya, pewarnaan environment akan menggunakan 1 shade warna untuk memberikan kesan sederhana dan menyamakan style dengan pewarnaan karakter. Shade garis-garis akan tetap dipertahankan dalam background, untuk memberikan kesan khas dalam visual animasi yang disajikan. Style yang digunakan terkesan sederhana untuk menyeimbangkan dengan gerakan animasi yang digunakan dalam film animasi ini yaitu slide animation.

2. Saran

Penulis menyarankan alangkah baiknya apabila Indonesia memikirkan terhadap peran dunia kreatifitas bagi negara. Perkembangan film animasi di dunia Internasional telah berkembang jauh pesat dibandingkan Indonesia, dan perkembangan itu sangat mempengaruhi perkembangan negara mereka. Apabila dilihat lagi, masing-masing negara hampir memiliki tokoh animasi yang bisa dijadikan contoh untuk penontonnya. Hanya

(11)

11

Indonesia saja yang masih belum memiliki potensi dalam hal tersebut. Kurangnya dana adalah salah satu faktor yang penulis anggap berpengaruh dalam potensi peranimasian Indonesia.

Dalam mengerjakan animasi penulis hanya dapat menyimpulkan, bahwa hal yang paling penting dalam proses pengerjaan animasi adalah ketelatenan. Pembuatan film animasi membutuhkan jiwa yang telaten. Apabila sesorang telah dapat mengatur ketelatenan dalam dirinya tentu akan menghasilkan kualitas film animasi yang baik. Manajemen waktu juga berpengaruh penting dalam pembuatan film animasi. Pada akhir kata dapat disimpulkan bahwa ketelatenan dan manajemen waktu yang benar adalah esensi penting dari seorang animator.

REFERENSI

Richard Williams.(2009) The Animator’s Survival Kit. London: Faber and Faber

Scott McCloud.(2006). Making Comics: Storytelling Secrets of Comics, Manga and

Graphic Novels. William Morrows.

Harold Whitaket, John hallas.(2002) Timing for Animation. Massachusetts: Focal Press.

RIWAYAT PENULIS

Chrizandia Fivaundra lahir di kota Surabaya pada 10 November 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Desain Komunikasi Visual Animasi pada 2013. Saat ini masih mencari tempat kerja tetap.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah strategi strategi yang akan diterapkan berdasarkan agen risiko terbesar untuk meminimasi risiko proses pengadaan material...

Analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistik untuk menunjukkan hasil dari kuesioner pada masing-masing pertanyaan terhadap variabel yang ada didalamnya,

mengkombinasikan variabel persepsi kualitas dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel persepsi kualitas adalah variabel dominan

Pesan utama yang akan disam- paikan adalah pemanfaatan VUB-PTR yang memiliki potensi besar untuk menghasilkan produksi padi dalam situasi ekosistem yang rawan

Perbandingan antara sistem availability yang sedang berjalan dengan sistem high availability yang diusulkan menyimpulkan bahwa sistem high availability yang diusulkan lebih

Difraksi Fresnel: jika titik P dan Difraksi Fresnel: jika titik P dan sumber gelombang datang tidak begitu jauh dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap

- Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitoneal), sehingga dapat diperoleh onset of action, intensitas, dan duration of action dari suatu

Untuk periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 Juni 2002 dan 2001, tidak terdapat pembelian yang dilakukan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang jumlah