• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi anak usia 9 - 11 tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi anak usia 9 - 11 tahun"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN ANAK - ORANGTUA DAN REGULASI EMOSI ANAK USIA 9-11 TAHUN. SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh : Ollyn Nathania NIM : 139114041. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. Nothing in this life is to be feared, it is only to be understood. Now is the time to understand more, so that we may fear less. -. Marie Currie.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk :. Tuhan Yesus yang selalu memberikan cinta kasih dan rahmatnya dalam setiap langkah perjalanan penulis. Mum, Pops dan Adek untuk setiap kasih sayang yang selalu mengajarkan penulis untuk melakukan segala hal dengan sepenuh hati. Para pengajar, sahabat, dan semua pihak yang telah mendukung proses pengerjaan skripsi ini..

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN ANAK-ORANGTUA DENGAN REGULASI EMOSI ANAK USIA 9-11 TAHUN Ollyn Nathania ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi anak usia 9-11 tahun. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi anak usia 9-11 tahun. Subjek dalam penelitian ini adalah 143 anak kelas 4 dan 5 sekolah dasar yang berusia 9-11 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kelekatan aman anak-orangtua dan skala regulasi emosi. Koefisien reliabilitas skala kelekatan aman anak-orangtua sebesar 0,809, sedangkan koefisien reliabilitas skala regulasi emosi sebesar 0,792. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,286 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi anak usia 9-11 tahun.. Kata kunci : Anak usia 9-11 tahun, kelekatan aman, regulasi emosi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. RELATIONSHIP BETWEEN CHILDREN-PARENTS SECURE ATTACHMENT AND EMOTION REGULATION AT CHILDREN AGE 9-11 YEARS Ollyn Nathania ABSTRACT This study aimed to examine the relationship between children-parents secure attachment and emotion regulation at children age 9-11 years old. The hypothesis of this study stated that there is a positive and significant relationship bertween children-parents secure attachment anD emotion regulation. The research was a quantitative and using correlational study. Participants in this study were 143 children were at 4-5 grade of elementary school at the age 9-11 years old. The tools used in this study were children-parent secure attachment scale and emotion regulation scale. The reliability coefficient of children-parent secure attachment scale is 0,809 and 0,792 for emotion regulation scale. The result of Pearson Correlation analyzes showed the correlation coefficient is 0,286 with a significant level of 0,001. The result shows that there is a positive and significanct relation between children-parent secure attachment and emotion regulation at children age 9-11 years old. Keywords : children-parent secure attachment, emotion regulation, children aged 9-11 years old.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan dan haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi. Dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberi ide topik awal, membimbing, memberi arahan, masukan dan semangat bagi penulis selama proses penulisan skripsi. 2. Ibu Monica Eviandaru M, Ph.D selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Sylvia Carolina MYM, M.Psi., Bapak Dr.Minta Istana, M.Psi dan Bapak Prof. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik yang selalu mendukung dan memotivasi penulis sejak awal kuliah hingga penulisan skripsi. 4. Bapak Dr.Y.Heri Widodo, M.Psi, Ibu Diana Permatasari, S.Psi.,M.Sc, Ibu Brigitta Erlita T.A.,M.Psi,Psi dan Ibu Agustine Dwi W.,S.Psi, M.Psi.,Psi , terimakasih atas pengalaman, kerjasama dan diskusi yang telah dilalui selama ini. 5. Segenap dosen dan staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak wawasan dan pengalaman yang bermanfaat..

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Kepala Sekolah, perwakilan guru kelas IV dan V Sekolah Dasar Kanisus Demangan Baru, Kepala Sekolah SD Timbulharjo, Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta dan Kepala Sekolah SDN Percobaan 2 yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah serta membantu dalam teknis pengambilan data. 7. Mum dan Pops yang selalu memberikan dukungan dalam doa, emosional, finansial serta mau terlibat langsung dalam diskusi dan mendengarkan cerita selama penulisan skripsi. Terimakasih atas kesabaran dan kasih sayang yang telah diberikan. 8. Adikku Mimi yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan dukungan nyata dalam hal-hal yang kecil, sederhana namun sangat bermanfaat. 9. Keluarga. besar. Daniel-Frans. dan. Keluarga. besar. Atmoredjoko-. Wiryosamekto yang selalu mendukung dalam doa dan memberikan dukungan melalui diskusi bersama maupun curhat bersama pada pertemuan keluarga besar. 10. Sweet bit (Putri, Sonya, Praswin) yang selalu mendukung, mendengarkan cerita keluh kesah selama pembuatan skripsi dan saling menguatkan satu sama lain. Terimakasih atas segala bentuk dukungannya. 11. Teman teman kelompok skripsi (Tasya, Monic, Mitha, Tia, Phina) yang banyak membantu, menemani, memberikan semangat dalam bekerja bersama sejak awal penulisan skripsi hingga selesai. Terimakasih atas segala bentuk dukungannya.. ii.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. Teman-teman kos Putri Mustika (Anas, Arum, April, Ansi), Teman-teman Kelas Bahasa 13 (Dita, Monic, Ayu, Angga, Satya,Dinda) , dan sahabatsahabat masa kecil (Clara, Sisil, Golda) yang selalu mendengarkan cerita, menemani lembur bersama serta memberikan hiburan selama proses pengerjaan skripsi ini berlangsung. 13. Teman teman Damage Class 13 yang memberikan banyak kenangan dan pengalaman yang sangat berkesan sepanjang perkuliahan berlangsung. 14. Teman-teman Werkudara Institute, teman-teman asisten komunal, temanteman asisten TAT 2018, terimakasih atas pengalaman yang diberikan dan persahabatan yang terjalin serta dukungan dan semangat selama proses penulisan skripsi. 15. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini. terimakasih atas dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.. Yogyakarta, 25 Februari 2019 Penulis. Ollyn Nathania. iii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING................ ii. HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii. HALAMAN MOTTO ..................................................................... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................... vi. ABSTRAK ……………………………………………………….... vii. ABSTRACT ………………………………………………………... viii. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA................... ix. KATA PENGANTAR .................................................................... x. DAFTAR ISI ………………………………………………........... xii. DAFTAR TABEL ……………………………………………….... xv. DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….... xvi. DAFTAR BAGAN ........................................................................ xvii. BAB I PENDAHULUAN ………………………………………... 1. A. Latar Belakang ………………………………………....... 1. B. Rumusan Masalah ………………………………………... 8. C. Tujuan Penelitian ……………………………………….... 9. D. Manfaat Penelitian ……………………………………..... 9. 1. Manfaat Teoritis …………………………………........ 9. 2. Manfaat Praktis ……………………………………..... 9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………. 10. A. Regulasi Emosi ......……………………………………….. 10. 1. Definisi Regulasi Emosi …………………………........ 10. 2. Strategi Regulasi Emosi …………………………….... 11. 3. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi ……….... 14. B. Kelekatan Aman Anak - Orangtua .............………………. 16. 1. Definisi Kelekatan …………………………………..... 16. 2. Karakteristik Kelekatan Aman ……………………...... 17. 3. Aspek Kelekatan ........................................................... 19. iv.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 9-11 Tahun …….. 22. D. Dinamika Hubungan Kelekatan Aman Anak-Orangtua dan Regulasi Emosi ………………………........................ 23. E. Bagan Penelitian ……………………………………......... 28. F. Hipotesis ............................……………………….............. 29. BAB III METODE PENELITIAN ……………………………...... 30. A. Jenis Penelitian ........…………………………………........ 30. B. Identifikasi Variabel ............…………………………........ 30. 1. Variabel Independen ………………………………..... 30. 2. Variabel Dependen ………………………………….... 30. C. Definisi Operasional .......... ……………………………..... 30. 1. Kelekatan Aman Anak-Orang Tua ................................ 30. 2. Regulasi Emosi ……………………………………….. 31. D. Subjek Penelitian ..........…………………………………... 32. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................………... 32. 1. Penyusunan Blue Print ……………………………...... 32. 2. Penulisan Item ……………………………………....... 34. 3. Review dan Revisi Item …………………………….... 35. 4. Pengujian Validitas Isi ……………………………...... 36. 5. Uji Coba Pendahuluan dan Alat Ukur …………........... 37. F. Pemeriksaan Reliabilitas Alat Ukur ........……………….... 39. G. Metode Analisis Data ............ ……………………………. 40. 1. Uji Hipotesis ………………………………………….. 40. 2. Uji Asumsi ………………………………………….... 40. 2.1 Uji Normalitas ……………………………………. 40. 2.2 Uji Linieritas ……………………………………... 40. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………. 41. A. Hasil Penelitian ..........………………………………......... 41. 1. Pelaksanaan Penelitian ……………………………….. 41. 2. Deskripsi Subjek ……………………………………... 41. 3. Deskripsi Data Penelitian …………………………...... 42. v.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Reliabilitas Data Penelitian …………………………... 43. 5. Hasil Uji Asumsi …………………………………....... 44. 6. Hasil Uji Hipotesis ………………………………….... 45. 7. Hasil Analisis Tambahan .............................................. 46. B. Pembahasan ......………………………………………. 46. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………...... 51. A. Kesimpulan ......………………………………………....... 51. B. Keterbatasan Penelitian .................……………………….. 51. C. Saran .....………………………………………………….. 51. 1. Bagi Orang Tua ……………………………………..... 52. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………………….. 52. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 53. LAMPIRAN …………………………………………………….... 62. vi.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Blue Print Skala Regulasi Emosi .................................................... 31. Tabel 2. Blue Print Skala Kelekatan Aman Anak-Orangtua ….................... 21. Tabel 3. Skor Skala Regulasi Emosi dan Kelekatan (Aspek Komunikasi. 33. dan Kepercayaan) Berdasarkan Kategori Jawaban ………........... Tabel 4. Skor Skala Kelekatan Aspek Alienasi Berdasarkan Kategori. 33. Jawaban ......................................................................................... Tabel 5. Distribusi Item Skala Kelekatan Anak Dengan Orangtua .............. 35. Tabel 6. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi ………………………….... 35. Tabel 7. Distribusi Item Skala Kelekatan Aman (setelah uji coba) ……..... 36. Tabel 8. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi (setelah uji coba)................ 37. Tabel 9. Distribusi Item Skala Kelekatan (nomor baru) …………………... 37. Tabel 10. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi (nomor baru) …………….. 38. Tabel 11. Tabel Deskripsi Subjek ……………………………...................... 41. Tabel 12. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ………............................. 42. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ………………………….............................. 43. Tabel 14. Hasil Uji Linearitas……………………………………………..... 43. Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 44. Tabel 15. Tabel Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ……………... 44. Tabel 16. Hasil Analisis Tambahan ……………………………………........ 45. vii.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skala Regulasi Emosi dan Skala Kelekatan Untuk Uji. 63. Coba..................................................................................... Lampiran 2. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Regulasi Emosi Untuk. 77. Uji Coba ............................................................................... Lampiran 3. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kelekatan Untuk Uji. 85. Coba….................................................................................. Lampiran 4. Skala Regulasi Emosi dan Kelekatan Untuk Pengambilan. 91. Data…................................................................................... Lampiran 5. Uji Reliabilitas Pengambilan Data ….................................... 99. Lampiran 6. One Sample T-test ……………………................................. 101. Lampiran 7. Uji Normalitas …………………………............................... 103. Lampiran 8. Uji Linearitas …………………………………………….... 105. Lampiran 9. Korelasi dan analisis tambahan …………………………..... 107. Lampiran 10. Surat Penelitian ………………………………………......... 109. viii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR BAGAN. Bagan 1. Bagan penelitian............................... ix. 27.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa anak usia 9 – 11 tahun merupakan masa kanak-kanak pertengahan dimana anak berkembang untuk menjadi mandiri dan dewasa (Kerns, 2008). Perkembangan fisik, kognitif dan sosial emosi anak berkembang dengan cepat di periode ini. Pada usia ini, kemampuan emosi anak juga berkembang dengan pesat. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk memahami emosi-emosi yang lebih kompleks (Berk, 2006). Berkaitan dengan emosi, anak usia 9-11 tahun idealnya sudah mengetahui berbagai jenis dan cara untuk mengatur emosi yang dialami serta menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi (Morris dkk, 2011). Akan tetapi, masih ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa anak kurang mampu untuk mengatur dan mengendalikan emosi yang dimiliki. Contoh dari pengendalian emosi yang tidak baik adalah bullying. KPI mencatat kasus bullying di Indonesia mengalami kenaikan pada tahun 2015, dari yang sebelumnya 67 kasus menjadi 79 kasus (Rostanti, 2015). Permasalahan emosi lain yang sering terjadi adalah kekerasan yang dilakukan oleh anak. Fenomena ini didukung dengan riset LSM ICRW pada Maret 2015 yang menunjukkan bahwa 84% anak Indonesia mengalami kekerasan di sekolah (Qodar ,2015). Temuan KPAI pada tahun.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. 2018 juga menunjukkan bahwa kasus kekerasan lebih sering terjadi pada jenjang sekolah dasar (Pratama,. 2018). Temuan ini diperkuat dengan. adanya pemukulan oleh anak sekolah dasar terhadap teman sekelasnya (Fitri, 2017; Latif, 2017). Pada tahun 2018 juga terdapat kasus penganiayaan anak SD kepada temannya sendiri karena masalah dalam permainan (Hakim, 2018). Tidak hanya kekerasan fisik, anak usia sekolah dasar juga melakukan kekerasan verbal dan persekusi terhadap teman sebaya mereka (Mauludy, 2018; Rahayu, 2017). Masalah dalam pengendalian emosi anak dipengaruhi oleh berbagai hal seperti penyelesaian masalah yang buruk, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang sering menunjukkan kekerasan (Cook dkk, 2011). Ketidakmampuan anak dalam mengendalikan emosinya juga disebabkan oleh regulasi emosi yang rendah dan tidak adaptif (Roberton, Daffern & Bucks, 2012; Rӧll, Koglin & Pertemann, 2012). Anak yang melakukan perilaku kekerasan baik fisik maupun verbal adalah anak yang tidak dapat mengontrol ekspresi dari perasaan marah yang dialami (Eisenberg dkk, 1996; Syahadat, 2013). Kemampuan anak dalam mengatur perasaan. yang dialami akan berpengaruh pada tahap. perkembangan selanjutnya. Anak yang kurang mampu meregulasi emosinya memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan dan perilaku menyimpang pada usia remaja (Goldstein & Naglieri, 2011). Selain itu, regulasi emosi juga perlu ditingkatkan agar anak tidak sering.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. memunculkan perilaku agresif (Syahadat, 2013). Maka dari itu, perlu adanya perhatian khusus dalam hal regulasi emosi anak usia pertengahan. Regulasi emosi adalah proses ketika seseorang mengatur emosi yang dialami serta cara merasakan dan mengekspresikan emosi yang dialami (Gross, 1988 dalam Urry & Gross, 2010). Dalam pengaturan emosi, seseorang dapat mengamati, mengevaluasi, dan mengubah reaksi emosi yang dialami untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Thompson, 1994). Menurut Gross (2007), emosi muncul ketika seseorang melakukan penilaian terhadap situasi yang sedang dialami dan setelah melakukan penilaian maka seseorang akan menunjukkan respon atas penilaiannya tersebut (Gross, 2007). Seseorang dapat mengatur emosi yang dirasakan dengan menggunakan strategi regulasi emosi seperti mengubah cara berpikir atau menutupi ekspresi emosi yang dialami, sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialami. Sebelum melakukan regulasi emosi, anak terlebih dahulu mengetahui jenis-jenis emosi yang dialami. Anak dalam rentang usia 9-11 tahun sudah mengenali berbagai macam emosi. yang kompleks. (Berk,2006). Ketika sudah mengenali emosi yang dialami, maka anak akan mengatur dan meregulasi emosi yang dimiliki sesuai dengan kondisi yang dihadapi anak (Shileds&Chicceti, 1997). Anak yang mampu meregulasi emosinya adalah anak yang mampu mengatur emosi yang dialami dan mengekspresikannya dalam bentuk yang wajar dan tidak berlebihan. Cara anak mengatur emosi yang dialami bisa.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. muncul dalam bentuk. mengalihkan fokus. pada hal. lain. yang. menyenangkan, mengubah cara berpikir, atau menahan perasaan negatif yang dialami (Eisenberg & Sullik, 2012). Kemampuan anak dalam mengatur emosi yang dialami akan tampak pada sikap anak yang memunculkan emosi positif dan tidak melakukan tindakan kekerasan baik verbal maupun non verbal (Syahadat, 2013). Anak dengan regulasi emosi yang baik mampu memberikan toleransi terhadap situasi yang tidak menyenangkan, dan tidak langsung menunjukkan ekspresi ketidaksukaannya atas situasi yang dialami (Cassidy, 1994). Selain itu, anak dengan regulasi emosi yang baik dan adaptif memiliki kompetensi sosial yang baik dan lebih kompeten dalam menjalin relasi dengan teman sebayanya (Zeman dkk, 2006). Pengetahuan anak mengenai jenis-jenis emosi yang diterima dalam lingkungan membuat anak lebih mudah dalam menyesuaikan diri dan berteman dengan anak sebayanya (Parrigon dkk, 2015). Anak dengan regulasi emosi adaptif juga memiliki prestasi yang baik di sekolah (Graziano dkk, 2007). Di sisi lain, anak yang memiliki regulasi emosi yang buruk akan memunculkan perilaku maladaptif dan membuat anak beresiko gagal dalam beradaptasi pada lingkungan sosial (Zeman dkk, 2006). Regulasi emosi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan dalam diri anak seperti usia (Silvers dkk, 2012) dan perkembangan kognitif (Morris dkk, 2007). Selain itu, faktor budaya juga berperan dalam regulasi emosi anak (Matsumoto dkk, 2008). Hubungan.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. sosial anak dengan teman dan khususnya keluarga juga berperan besar untuk mempengaruhi regulasi emosi anak. Faktor dari dalam keluarga dapat muncul dari gaya pengasuhan dan kelekatan antara anak dengan orangtua (Morris dkk, 2007). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi regulasi emosi, penulis memilih kelekatan anak dengan orangtua untuk diteliti dalam penelitian ini. Kelekatan dipilih karena kelekatan merupakan kunci utama dimana anak belajar mengenai kompetensi-kompetensi emosi seperti pemahaman emosi, regulasi emosi, strategi coping dan lain-lain (Parrigon dkk, 2015). Selain itu, pada usia ini, orangtua masih memegang peran penting sebagai figur lekat yang digunakan anak untuk mendapatkan perasaan aman dan nyaman dibandingkan dengan teman (Seibert & Kerns, 2009). Secara umum, kelekatan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kualitas emosi antara dua orang atau lebih (Becker-Weidman & Shell, 2010). Kelekatan adalah ikatan emosi yang berlangsung lama antara anak dan figur lekat yang memunculkan perasaan aman dan nyaman pada anak (Ainsworth, 1989 dalam Kerns dkk, 2004). Terdapat beberapa jenis kelekatan seperti kelekatan aman, kelekatan ambivalen dan kelekatan menghindar (Papalia, 2008). Kelekatan aman adalah dicirikan dengan anak yang merasa aman dan nyaman bersama figur lekatnya. Kelekatan ambivalen dicirikan dengan anak yang merasa marah dan tidak nyaman baik ketika bersama figur lekat maupun ketika berjauhan dengan figur.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. lekat. Sedangkan kelekatan menghindar tampak dengan sikap anak yang mengabaikan figur lekatnya (Papalia,2009). Diantara beberapa jenis kelekatan, kelekatan aman merupakan kelekatan yang baik dan memberikan banyak dampak positif bagi perkembangan anak. Kelekatan yang aman antara anak dan orangtua akan memudahkan orangtua dalam mengajarkan regulasi emosi kepada anak (Morris dkk, 2007). Anak yang memiliki kelekatan aman memiliki komunikasi yang terbuka dengan orangtuanya, sehingga anak dengan mudah dan nyaman menceritakan permasalahan yang dihadapi (Cassidy, 1994). Anak dengan kelekatan aman juga memiliki kepercayaan bahwa orangtua akan membantu ketika anak membutuhkan bantuan. Selain itu, anak yang memiliki kelekatan aman mampu membangun relasi yang baik dengan orangtua. Ketiga hal ini membuat anak mampu memahami emosi yang dialami dan mengaturnya secara tepat baik dengan bantuan orangtua maupun secara mandiri (Parrigon dkk, 2015). Sedangkan, kelekatan yang tidak aman seperti kelekatan ambivalen atau menghindar tidak dapat memfasilitasi anak dan orangtua dalam meregulasi emosi anak. Pada kelekatan tidak aman, orangtua tidak dapat mengajarkan regulasi emosi kepada anak karena anak akan melakukan sikap menolak atau mengabaikan. orangtua. (Cassidy,1994).. Hal. ini. nantinya. akan. mengakibatkan anak tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai cara meregulasi emosi dan melakukan perilaku-perilaku agresif. Maka dari.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. itu, kelekatan yang dapat membantu anak meregulasi emosinya adalah kelekatan aman. Temuan ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Gresham dan Gullone (2012) serta penelitian yang dilakukan Kerns dkk (2007) menunjukkan bahwa anak yang memiliki kelekatan aman memiliki regulasi emosi yang adaptif, strategi coping yang baik dan lebih sering mengalami emosi positif. Penelitian yang dilakukan oleh Waters dkk (2000) pada anak usia dini, menunjukkan anak dengan kelekatan aman memiliki regulasi emosi yang adaptif dibandingkan dengan anak dengan kelekatan tidak aman. Penelitian mengenai regulasi emosi yang telah dilakukan di Indonesia. lebih. sering. (Mawardah&Adiyanti, 2014;. dihubungkan. dengan. bullying. Puspitasari, 2015). Penelitian terdahulu. lebih banyak menggunakan subjek remaja dan anak-anak usia awal (Arviyenna, 2015). Selain itu, penelitian terdahulu melibatkan orangtua atau guru dalam menentukan skor kelekatan maupun regulasi emosi yang dimiliki anak (Kerns dkk, 2007; Waters dkk, 2010). Pada penelitian kali ini, subjek penelitian sendiri yang akan mengisi kuisioner. Hasil kuisioner yang didapatkan akan lebih menunjukkan kelekatan aman yang dimiliki anak dan penilaian anak mengenai regulasi emosinya sendiri. Kuisioner yang diisi oleh orang lain selain subjek dapat dipengaruhi oleh bias, pengaruh budaya, ekspektasi orangtua maupun depresi yang dialami.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. orangtua atau guru yang tidak sesuai dengan perilaku anak yang sebenarnya (Durbin & Wilson, 2011). Penelitian mengenai regulasi emosi maupun kelekatan lebih banyak berfokus pada tahapan usia kanak-kanak awal, remaja dan dewasa (Macklem, 2008). Usia 9-11 tahun berada dalam usia pertengahan yang mengalami perkembangan pesat dan kritis dalam hal perkembangan kognitif,. emosi,. psikososial. sehingga. membutuhkan. pengetahuan. mengenai regulasi emosi yang lebih kompleks (Callear,Harvey&Bimler, 2016). Selain itu, pada tahapan usia 9-11 tahun pengajaran mengenai regulasi emosi yang adaptif diperlukan untuk meminimalkan perilaku menyimpang yang sering muncul ketika remaja. Regulasi emosi pada anak usia 9 – 11 tahun menjadi penting karena pada masa ini anak dapat belajar mengenai cara meregulasi emosi yang tepat agar ketika remaja anak sudah dapat menerapkan cara dan strategi regulasi emosi yang tepat dan adaptif (Goldstein & Naglieri, 2011). Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan dan regulasi emosi pada anak usia 9-11 tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat hubungan antara kelekatan aman anak dengan orangtua dan regulasi emosi pada anak usia 9 – 11 tahun?”.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan aman anak-orangtua dengan regulasi emosi anak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan. dalam psikologi pendidikan dan perkembangan. khususnya dalam hal regulasi emosi dan kelekatan aman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara kelekatan aman anak – orangtua dengan regulasi emosi anak usia 9-11 tahun. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan pengetahuan baru bagi orangtua mengenai kelekatan aman yang dimiliki anak dan hubungannya terhadap regulasi emosi anak. Dengan demikian, orangtua dan anak mampu mencari penyelesaian dalam masalah yang berkaitan dengan regulasi emosi anak..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Regulasi Emosi 1. Definisi Regulasi Emosi Regulasi emosi adalah proses intrinsik dan ekstrinsik yang berfungsi untuk memantau, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional seseorang dalam hal intensitas dan waktu yang dilakukan untuk mencapai tujuan seseorang (Thompson, 1994). Eisenberg dan Spinrad (2004) menyatakan bahwa regulasi emosi adalah strategi yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan menyesuaikan emosi. Di dalam regulasi emosi terdapat fungsi kognitif seperti pemfokusan dan pengalihan perhatian, kemampuan mengendalikan pikiran dan perilaku serta kemampuan mengatasi situasi yang menyebabkan stress untuk mengatur emosi yang dimiliki (Eisenberg & Spinrad, 2004). Definisi lain dari regulasi emosi adalah proses ketika individu mengatur emosi yang dialami, kapan mereka menggunakannya dan bagaimana mereka mengalami serta mengekspresikan emosi tersebut (Gross,Richardson&John, 2006). Regulasi emosi mengacu pada proses hetegoren ketika emosi diatur (Gross, 2007). Goldstein dan Naglieri (2011) mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses ketika seseorang memonitor , mengevaluasi, dan memodifikasi emosi untuk mengontrol emosi yang dimiliki,waktu mereka memiliki emosi tersebut, bagaimana.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. mereka mengalami dan menunjukkan emosi tersebut. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi adalah proses yang dilakukan seseorang dalam mengatur emosi yang dialami berkaitan dengan waktu memiliki emosi,cara merasakan serta mengekspresikan emosi yang dialami. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori regulasi emosi yang dikemukakan oleh Gross (2007). 2. Strategi Regulasi Emosi Pengelompokan strategi regulasi emosi berdasarkan Gross (2007) adalah : 2.1 Seleksi Situasi Seleksi situasi merupakan suatu upaya seseorang memilih tindakan yang. sekiranya. akan. sesuai. dengan. ekspektasinya. sehingga. memunculkan emosi yang diinginkan (Gross, 2007). Seleksi situasi merupakan salah satu strategi yang bersifat eksternal karena seringkali membutuhkan bantuan oranglain untuk memilih situasi yang akan memunculkan emosi yang diinginkan. Sebagai contoh, orangtua menawarkan anak untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, atau mengalihkan perhatian anak kepada situasi yang tidak membuat stress. Strategi ini seringkali muncul pada bayi dan anak usia dini yang masih membutuhkan bantuan oranglain untuk meregulasi emosinya. 2.2 Modifikasi Situasi Modifikasi situasi adalah kemampuan untuk mengubah situasi dalam rangka mengubah pengaruh emosional yang muncul dari situasi.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. tersebut (Macklem, 2008). Situasi yang diubah dalam strategi ini adalah situasi yang bersifat eksternal seperti situasi lingkungan fisik di sekitar individu (Gross, 2007). Sebagai contoh, orangtua membantu anak ketika melihat anak kesulitan dalam mengerjakan tugas. Contoh lain dari strategi ini adalah orangtua yang meminta bantuan anak secara verbal dalam menyelesaikan masalah. 2.3 Penyebaran Atensi Penyebaran atensi adalah cara individu mengarahkan perhatian dalam situasi yang dialami dengan tujuan mempengaruhi emosi (Gross, 2007). Strategi ini merupakan versi internal dari seleksi situasi. Dalam strategi ini terdapat 2 cara yang biasa dilakukan yaitu distraksi dan konsentrasi. Distraski memiliki arti memfokuskan perhatian pada aspek yang berbeda dalam suatu situasi . Ditraksi juga berarti mengubah atensi dari situasi secara keseluruhan. Konsentrasi memiliki arti menaruh perhatian pada segi emosi dari sebuah situasi. 2.4 Perubahan Kognitif Perubahan Kognitif adalah modifikasi atau perubahan penilaian seseorang terhadap suatu situasi untuk mengubah efek emosi seseorang (Gross, 2015). Dalam perubahan kognitif, seseorang akan mengubah cara berpikirnya mengenai suatu situasi (Gross, 2007). Strategi perubahan. kognitif. yang. sering. diteliti. adalah. reappraissal.. Reappraissal adalah kondisi ketika seseorang mengubah arti situasi yang akan mempengaruhi efek emosinya (Gross, 2007)..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 2.5 Modulasi Respons Modulasi. respon. merupakan. penggunaan. strategi. untuk. menghilangkan emosi yang dirasakan pada saat itu (Macklem, 2008). Strategi ini mempengaruhi respon fisiologis, eksperiensial dan perilaku secara langsung. Bentuk yang biasa dilakukan pada jenis ini adalah meregulasi perilaku eskpresi emosi (Gross, Richards, & John, 2006; dalam Gross, 2007). Strategi yang ada dalam modulasi respon adalah expressive. suppression.. Expressive. suppression. adalah. usaha. seseorang untuk menghalangi komponen ekspresi emosi yang sedang dialami secara sadar (Butler,2007). Dalam penelitian ini, strategi regulasi emosi yang akan diteliti adalah strategi regulasi emosi perubahan kognitif dan modulasi respon. Kedua strategi ini termasuk dalam proses yang bersifat internal dan sering dilakukan oleh anak usia pertengahan (Brenner&Salovey,1997 dalam Berk 2008). Ketiga strategi lainnya merupakan strategi yang bersifat eksternal karena membutuhkan bantuan dari orang lain. Strategi seleksi situasi dan modifikasi situasi juga lebih sering dilakukan pada bayi dan kanak-kanak awal yang masih membutuhkan bantuan oranglain. Kedua strategi ini juga mengubah lingkungan fisik eksternal, sedangkan fokus pada penelitian ini adalah regulasi emosi yang bersifat internal. Selain itu, strategi regulasi emosi penyebaran atensi bisa menjadi komponen dari strategi regulasi emosi lainnya seperti reappraisal dan supression (Wadlinger&Izaacowitz, 2011)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Selain itu, kedua strategi ini merupakan strategi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diteliti secara kuantitatif (Gullone & Taffe, 2011). 3. Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi 3.1 Usia Usia berkaitan dengan proses regulasi emosi yang dimiliki individu. Hal ini didukung oleh penelitian Silvers dkk (2012) pada remaja usia awal dan remaja usia akhir. Pada penelitian ini, kemampuan regulasi emosi remaja akhir lebih tinggi dibandingkan remaja usia awal. Hal ini terjadi karena remaja mengalami peningkatan kemandirian, perubahan hormonal dan pengaruh lingkungan sosial yang menyebabkan tuntutan regulasi emosi semakin tinggi. Gross & Urry (2010) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki usia lebih tua lebih bisa meregulasi emosinya karena memiliki perkembangan kognitif yang lebih matang sehingga lebih mampu meregulasi emosinya. Hal ini sesuai dengan anak usia pertengahan yang lebih mampu. menerapkan. regulasi. emosi. yang. bersifat. kognitif. dibandingkan dengan anak usia awal (Brenner&Salovey, 1997). 3.2 Kognitif Kemampuan regulasi emosi anak berkaitan dengan perkembangan kognitif yang dimiliki anak. Hal ini berkaitan dengan perkembangan bahasa dan perkembangan moral yang dimiliki oleh anak (Gross, 2007). Anak yang memiliki kemampuan bahasa yang baik mampu.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. mengenali dan melabeli emosi yang dialaminya. Kemampuan kognitif yang dimiliki anak berperan dalam mengubah persepsi dan informasi yang masuk serta untuk mengubah cara berpikir yang lebih positif ketika mendapatkan informasi yang benar (Morris dkk, 2007). Kemampuan ini membuat anak mampu menilai kembali emosi yang dialami dan mengubah cara pandangnya mengenai suatu hal sehingga emosi yang dirasakan bisa berubah. 3.3 Hubungan sosial dengan teman dan keluarga Hubungan sosial anak dengan teman dan keluarga juga mempengaruhi regulasi emosi anak. Pertemanan anak dengan teman sebaya dan lingkungan pertemanan diluar rumah mempengaruhi regulasi emosi anak (Zeman dkk, 2006). Regulasi emosi anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak dengan keluarga, khususnya orangtua (Morris dkk, 2007). Salah satu bagian dari hubungan orangtua dan anak yang membentuk regulasi emosi anak adalah kelekatan antara anak dan orangtua (Cassidy, 1994). Anak yang memiliki kelekatan aman dengan orangtua memiliki regulasi emosi yang baik dan lebih adaptif dibandingkan dengan anak dengan kelekatan tidak aman (Cassidy, 1994;Waters dkk, 2010). Kelekatan aman yang dimiliki anak akan membuat proses pengajaran regulasi emosi yang dilakukan orangtua menjadi lancar melalui komunikasi, pemodelan dan berbagai cara lainnya (Gross, 2007; Morris dkk, 2007)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 3.4 Budaya Cara individu menerima dan menilai pengalaman emosi dan menampilkan respon emosi dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki individu. Penelitian Matsumoto dkk (2008) menyatakan bahwa nilai budaya mempengaruhi tingkat regulasi emosi pada suatu negara. Sebagai contoh, strategi regulasi emosi supression dianggap tidak adaptif bagi masyrakat dengan budaya eropa dan amerika, namun di asia strategi ini dianggap adaptif dan diterima oleh lingkungan sosial (Butler, 2010). Bagi masyarakat eropa, startegi regulasi supression merupakan bentuk dari perlindungan diri yang tidak dewasa. Hal ini bertentangan dengan masyarakat asia yang menganggap bahwa strategi regulasi emosi suppression mampu membuat seseorang lebih dapat diterima di lingkungan sosial (Butler, 2010). B. Kelekatan Aman Anak dengan Orangtua 1. Definisi Kelekatan adalah kondisi yang menggambarkan kualitas ikatan emosi antara dua orang (Weidman&Shell, 2011). Kelekatan merupakan hubungan timbal balik yang terjadi antara dua orang terutama bayi dan pengasuh, hubungan ini akan berkontribusi dalam kualitas hubungan dua orang tersebut (Papalia, 2008). Ainsworth (1989) menyatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang berlangsung lama dan dibangun oleh anak dan figur lekat yang memunculkan perasaan aman dan nyaman pada anak (Kerns dkk,2004). Kelekatan akan mengarahkan rasa aman dan.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. nyaman ketika berinteraksi dengan orang tersebut terlebih ketika waktu atau periode stress (Berk, 2006). Hal yang mendasar dari kelekatan adalah pentingnya ikatan emosi dalam menjalin relasi (Barocas, 2008). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah kondisi dari ikatan emosi antara anak dan orangtua dalam relasi timbal balik yang menimbulkan perasaan aman dan nyaman. 2. Karakteristik Kelekatan Aman Terdapat beberapa jenis kelekatan yang dimiliki bayi dan figur lekatnya. Mary Ainsworth (1978) membagi kelekatan menjadi beberapa jenis antara lain : 2.1 Kelekatan aman Kelekatan aman dicirikan dengan anak yang dekat dan merasa nyaman dengan figur lekat. Anak akan menunjukkan perilaku tidak nyaman ketika figur lekat menjauh, namun akan merasa lebih baik ketika figur lekat kembali mendekat. 2.2 Kelekatan menghindar Kelekatan ini dicirikan dengan anak yang menjauh dan mengabaikan figur lekatnya. Anak dengan kelekatan ini tidak merasa marah ketika ditinggalkan figur lekatnya, dan tidak merasa tertarik ketika figur lekat kembali..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 2.3 Kelekatan ambivalen Kelekatan ini dicirikan dengan anak yang merasa marah ketika ditinggalkan figur lekatnya. Anak dengan kelekatan ambivalen akan tetap merasa marah ketika figur lekat kembali atau ketika didekati oleh orang lain Dari berbagai jenis kelekatan, kelekatan aman adalah jenis kelekatan yang baik dan memiliki pengaruh positif bagi anak dibandingkan dengan jenis kelekatan lainnya. Berkaitan dengan regulasi emosi, anak yang memiliki kelekatan aman dengan orangtuanya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk belajar mengenai regulasi emosi dibandingkan dengan anak dengan kelekatan tidak aman. Seperti contoh, anak dengan kelekatan menghindar akan menunjukkan sikap menolak ketika berkomunikasi dengan orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat orangtua tidak dapat mengajarkan regulasi emosi yang tepat dan adaptif kepada anak (Cassidy,1994). Maka dari itu, jenis kelekatan yang mampu mendukung anak dalam belajar mengenai regulasi emosi adalah kelekatan aman. Secara umum, anak yang memiliki kelekatan aman adalah anak yang mampu menggunakan orangtua atau figur lekat sebagai sumber dari perasaan aman dan pendukung untuk bereksplorasi (Ainsworth dalam Kerns dkk, 2015). Kerns dkk (2004) menyatakan bahwa kelekatan dapat diukur dengan mengacu pada komponen kognitif, perilaku dan perasaan anak terhadap figur lekatnya. Komponen kognitif berisi pemikiran anak.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. mengenai sosok figur lekat dan ketersediaannya untuk membantu ketika anak membutuhkan bantuan. Komponen perilaku adalah komunikasi antara anak dan figur lekat. Sedangkan, komponen perasaan berisi perasaan anak terhadap figur lekatnya. Ciri khas kelekatan aman yang dimiliki anak pada usia ini adalah berkurangnya perilaku yang terlalu bergantung pada figur lekat, karena anak sudah mengembangkan kemandiriannya (Bosman & Kerns, 2015). Meskipun demikian, anak masih merasa membutuhkan figur lekat ketika mengalami masa-masa yang dirasa sulit. Anak yang memiliki kelekatan aman juga memandang orangtua atau figur lekat sebagai sosok yang hangat dan peka terhadap kebutuhannya (Bosman & Kerns, 2015). Anak dengan kelekatan aman memiliki komunikasi yang lancar dengan figur lekatnya dan memiliki inisiatif untuk berkomunikasi dengan orangtua atau figur lekat terlebih dahulu dalam berbagai hal (Kerns, dalam Cassidy & Shaver, 2008). Figur lekat yang diteliti dalam penelitian ini adalah orangtua, terutama ibu. Ibu merupakan figur lekat utama dan pertama yang dimiliki anak dalam keluarga (Cassidy,1994). Kelekatan pertama yang dimiliki ibu dan anak akan mempengaruhi kelekatan anak dengan figur-figur lainnya. 3. Aspek Kelekatan Armsden & Greenberg (1987) mengelompokkan kelekatan menjadi tiga aspek. Ketiga aspek ini mengandung komponen kognitif, afektif dan perilaku anak (Kerns dkk, 2004). Aspek komunikasi berkaitan dengan.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. komponen perilaku anak dalam menjalin relasi dan komunikasi dengan orangtua. Aspek kepercayaan berhubungan dengan komponen kognitif dan afektif anak mengenai kepekaan orangtua terhadap kebutuhan anak. Aspek alienasi. berkaitan. dengan. komponen. kognitif. anak. mengenai. ketidakmampuan anak menjalin relasi dengan figur lekatnya. Dibawah ini merupakan aspek-aspek kelekatan yakni : 3.1 Komunikasi Aspek komunikasi adalah salah satu aspek yang penting dalam kelekatan. Aspek ini berkaitan dengan pentingnya komunikasi verbal antara anak dan orangtua serta kualitas dari komunikasi tersebut (Gullone&Robinson, 2005). Komunikasi yang lancar dan terbuka merupakan salah satu ciri dari kelekatan yang aman (Kerns, 2001). Pada aspek ini, anak usia 9-11 tahun mampu untuk memulai komunikasi dengan orangtuanya (Cassidy & Shaver, 2008). Indikator dalam aspek ini antara lain : 3.1.1. Anak menceritakan ketertarikan akan suatu hal terhadap orangtua. 3.1.2. Anak menceritakan permasalahan pada orangtua. 3.1.3. Anak menceritakan perasaan pada orangtua. 3.2 Kepercayaan Kepercayaan adalah perasaan aman dan perasaan percaya bahwa orangtua akan memenuhi kebutuhan anak (Armsden & Greenberg dalam Barocas, 2008). Aspek ini juga berkaitan dengan pemahaman anak.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. mengenai relasi timbal balik yang dimiliki dalam kelekatan bersama orangtua (Gullone&Robinson, 2005). Anak yang memiliki kelekatan aman memiliki kepercayaan bahwa orangtua akan membantu ketika anak membutuhkan bantuan ketika mengalami kesulitan (Kerns, 2001). Indikator dalam aspek ini antara lain : 3.2.1. Anak percaya bahwa orangtua memperhatikan dirinya dan peka terhadap perasaan serta kebutuhan anak. 3.2.2. Anak percaya bahwa orangtua akan membantu ketika dibutuhkan. 3.2.3. Anak merasa nyaman bersama orangtua. 3.3 Alienasi Alienasi adalah ketidakmampuan seseorang untuk menjalin relasi dan melakukan interaksi dengan orang lain (Jaeggi, 2008). Anak yang memiliki alienasi merasa dirinya tidak dapat berkembang dan tidak dapat mempengaruhi orang lain. Aspek ini berkaitan dengan penghindaran dan penolakan yang dilakukan anak (Barocas, 2008). Alienasi juga berkaitan dengan. perasaan. marah. dan. keterpisahan. secara. interpersonal. (Gullone&Robinson, 2005). Alienasi yang tinggi mengindikasikan bahwa anak merasa terasing dari lingkungan atau orang di sekitarnya. Anak yang memiliki kelekatan aman akan memiliki skor alienasi yang rendah, karena anak tidak merasa terasing dan memiliki hubungan yang baik dengan orangtua (Cassidy,1994). Indikator dalam aspek ini antara lain :.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. 3.3.1 Anak merasa orangtua tidak memiliki waktu luang untuk dirinya 3.3.2 Anak merasa tidak didengarkan oleh orangtua 3.3.3 Anak merasa tidak dipahami oleh orangtua C. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 9-11 Tahun Anak pada usia 9-11 tahun berada dalam tahap perkembangan anak-anak menengah. Pada usia ini anak-anak memiliki perkembangan emosi yang lebih kompleks dibandingkan dengan tahapan perkembangan sebelumnya. Anak berusia 9 dan 10 tahun sudah bisa mengintegrasikan emosi positif maupun negatif. Selain itu, anak mulai memahami bahwa ada dua emosi yang berbeda pada satu waktu yang sama, hanya saja pada target yang berbeda (Harter, 1996 dalam Papalia, 2008). Pada usia 11 tahun, anak sudah memahami bahwa dua emosi yang berbeda bisa muncul pada waktu dan hal yang sama (Harter, 1996 dalam Papalia, 2008). Sebagai contoh, seorang anak bisa merasa senang dan semangat sebelum mengikuti camping, namun anak juga merasa cemas karena akan berjauhan dengan orangtuanya. Pada tahapan usia ini, anak mampu memahami emosi orang lain dan mengetahui adanya kemungkinan orang lain dan dirinya sendiri tidak menunjukkan perasaan yang sesungguhnya (Berk, 2006; Thompson, 1991). Anak juga sudah mengetahui aturan mengenai emosi apa saja yang boleh ditunjukkan dan tidak boleh ditunjukkan yang ada dalam budaya mereka (Cole dkk dalam Papalia,2008). Pengetahuan anak mengenai emosi dalam budaya mereka akan membantu mereka dalam menyadari dan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. menyesuaikannya sesuai dengan standar perilaku baik yang berlaku di masyarakat (Berk, 2006). Selain itu, anak mampu meregulasi emosinya secara mandiri (Eisenberg & Morris dalam Morris dkk, 2011). Pengetahuan. anak. dalam. mengenali. ekspresi. emosi. dan. pemahaman mengenai strategi regulasi emosi yang bersifat kognitif juga berkembang dengan pesat pada usia pertengahan (Colle & Giudice, 2011). Anak sudah mengetahui bahwa perubahan cara berpikir bisa mengubah perasaan yang dialami (Weiner dan Handel, dalam Bukatko & Daehler, 2004). Pada usia ini anak juga sudah mulai memiliki pengetahuan mengenai strategi regulasi emosi dan mampu menggunakan beberapa strategi secara bergantian, menyesuaikan dengan situasi yang sedang dialami (Morris dkk, 2011; Shileds & Chiceti, 1997). D. Dinamika hubungan kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi Anak usia 9-11 tahun berada dalam tahap usia pertengahan. Salah satu tugas perkembangan anak dalam periode ini adalah mampu melakukan regulasi emosi yang tepat dan adaptif (Morris dkk, 2011). Anak usia pertengahan sudah mampu meregulasi emosinya sendiri, namun masih membutuhkan orangtua untuk mengajarkan dan mengevaluasi regulasi emosi yang mereka miliki. Anak dapat belajar mengenai regulasi emosi melalui kelekatan yang dimiliki dengan orangtuanya (Parrigon dkk, 2015)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. Kelekatan adalah ikatan emosional yang berlangsung lama dan dibangun oleh anak dan figur lekat yang memunculkan perasaan aman dan nyaman pada anak (Ainsworth dalam Kerns dkk, 2004). Kelekatan memiliki tiga aspek yaitu komunikasi, keterbukaan dan alienasi (Barrocas, 2008). Kelekatan yang baik dan berhubungan dengan regulasi emosi yang adaptif adalah kelekatan aman. Anak yang memiliki kelekatan aman dengan orangtuanya memiliki proses pengajaran regulasi emosi yang lancar (Cassidy,1994). Kelekatan aman akan membuat anak memiliki regulasi emosi yang baik dan adaptif sehingga anak mampu mengatasi permasalahanpermasalahan emosi yang dialami dengan baik. Anak dengan kelekatan aman memiliki kemampuan mengenali emosi yang dimiliki dan dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan emosi yang dimiliki (Parrigon, 2015). Anak dengan kelekatan aman juga memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi regulasi emosi yang adaptif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Thompson, 1991). Anak dengan kelekatan aman juga lebih mudah menyesuaikan antara strategi regulasi emosi dan kondisi yang dihadapi (Shileds&Chicceti, 1997). Anak dengan kelekatan aman memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orangtuanya. Anak dengan kelekatan aman lebih bebas dan terbuka ketika berkomunikasi dengan orangtuanya (Cassidy, 1994; Kerns dkk, 2001). Kebebasan dan keterbukaan ini tampak dalam sikap anak yang mudah menceritakan perasaan, ketertarikan bahkan masalah.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. yang dihadapi pada orangtua. Anak dengan kelekatan aman bisa menceritakan masalah atau hal-hal yang membuatnya tidak nyaman secara bebas dengan orangtua mereka (Waters dkk, 2010). Melalui komunikasi yang baik, orangtua dapat mengajarkan emosi yang boleh ditunjukkan dan tidak boleh ditunjukkan dalam lingkungan sosial (Berk, 2006). Shaver & Mikulincer (dalam Cole & Giudice, 2011) menambahkan bahwa pengajaran orangtua mengenai regulasi emosi akan diterapkan anak sehingga anak dengan kelekatan aman akan mandiri dan mampu meregulasi. emosinya. sendiri. seiring. dengan. berjalannya. waktu.. Komunikasi yang baik juga membantu orangtua dalam memberikan saran mengenai regulasi emosi yang tepat sesuai dengan keadaan yang dialami (Thompson & Meyer dalam Gross, 2007). Komunikasi yang lancar dan terbuka antara anak dan orangtua membantu anak untuk memahami cara mengelola,mengevaluasi,. menyeimbangkan. emosi. dan. menentukan. strategi regulasi emosi yang adaptif (Waters dkk,2010). Anak yang memiliki kelekatan aman percaya bahwa orangtua akan membantu ketika anak menghadapi situasi yang menekan atau tidak menyenangkan (Cassidy, 1994). Respon orangtua yang sensitif dan peka akan menguatkan efikasi diri anak dalam mengatur perasaannya (Bell & Ainsworth dalam Cassidy, 1994).. Dalam proses timbal balik ini,. pengalaman negatif anak diasosiasikan dengan respon orangtua yang bersifat memperbaiki. Hasilnya, pengalaman negatif bersifat tidak terlalu mengancam pada anak. Respon orangtua yang sensitif ini juga membantu.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. anak dalam mengatur perasaannya menggunakan strategi regulasi emosi yang adaptif sehingga anak dapat melakukan regulasi emosi yang baik. Apabila orangtua tidak peka, maka anak akan mempelajari strategi regulasi emosi yang cenderung tidak adaptif dan anak kurang mampu menilai kemampuan regulasi emosinya sendiri (Von Salisch, 2001). Anak dengan kelekatan aman juga percaya bahwa orangtua memahami diri dan kebutuhan mereka (Kerns dkk, 2001). Kepekaan yang dimiliki orangtua akan memunculkan kepercayaan pada diri anak sehingga anak lebih bebas dan lebih mudah mengeskpresikan emosinya dalam kehidupan sehari-hari (Cassidy, 1994). Kelekatan aman yang dimiliki anak tampak pada perasaan senang dan nyaman ketika bersama orangtua (Kerns dkk, 2001). Perasaan nyaman ini muncul karena kebutuhan anak yang direspon dengan baik oleh orangtua. Perasaan ini membuat anak berinisiatif untuk memelihara relasi yang baik dengan orangtua (Cassidy, 1994). Apabila relasi anak dengan orangtua baik, maka orangtua dapat lebih mudah dan lancar dalam mengajarkan regulasi emosi yang baik kepada anak. Anak dengan kelekatan aman memiliki aspek alienasi yang rendah (Gresham & Gullone, 2012). Alienasi adalah ketidakmampuan anak dalam membangun relasi dengan orangtua (Jaeggi, 2014). Aspek ini berkaitan dengan pengabaikan dan penolakan orangtua terhadap kebutuhan anak. Bentuk-bentuk alienasi muncul pada perasaan bahwa orangtua tidak memiliki waktu untuk anak, serta orangtua tidak memahami dan mendengarkan anak. Aspek ini berpengaruh pada kelancaran komunikasi.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. antara anak dan orangtua. Apabila alienasi tinggi, maka komunikasi dan kepercayaan anak terhadap orangtua akan rendah (Gresham & Gullone, 2012). Penolakan orangtua yang terlalu sering terhadap emosi dan kebutuhan akan membuat anak merasa tidak dapat berkomunikasi secara bebas dengan orangtua. Hal ini membuat anak harus memaksimalkan atau meminimalkan emosi mereka hingga orangtua peka (Von Salisch, 2001). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan yang aman akan membuat proses pengajaran regulasi emosi antara anak dan orangtua menjadi lebih lancar. Anak dengan kelekatan aman lebih mudah dalam mempelajari regulasi emosi adaptif yang diajarkan oleh orangtua dan menerapkannya secara mandiri..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. E. Bagan Penelitian. Kelekatan Aman Tinggi. Kelekatan Aman Rendah. - Komunikasi yang tinggi - Kepercayaan tinggi - Alienasi rendah. - Komunikasi yang rendah - Kepercayaan rendah - Alienasi tinggi. Anak lebih memahami dan menyadari emosi yang dialami. Anak kurang mampu memahami dan menyadari emosi yang dialami. Orangtua lebih mudah dalam mengajarkan regulasi emosi yang adaptif. Proses pengajaran regulasi emosi yang adaptif tidak lancar. Anak mampu menerapkan cara-cara regulasi emosi yang diajarkan orangtua dengan baik Anak mampu meregulasi emosinya secara mandiri. Anak kurang mampu menerapkan cara-cara regulasi emosi yang diajarkan orangtua Anak kurang mampu meregulasi emosinya secara mandiri. Regulasi Emosi Tinggi. Regulasi Emosi Rendah.  Mampu melakukan regulasi emosi perubahan kognitif dan modulasi respon  Mampu menyesuaikan strategi regulasi emosi dengan situasi yang dialami. . . Tidak mampu melakukan regulasi emosi perubahan kognitif dan modulasi respon Tidak mampu menyesuaikan strategi regulasi emosi dengan situasi yang dialami.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. F. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kelekatan aman anak dengan orangtua dan regulasi emosi. Semakin tinggi kelekatan aman anak dengan orangtua, maka semakin tinggi regulasi emosi anak. Sedangkan semakin rendah kelekatan aman anak dan orangtua maka regulasi anak semakin rendah..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kuantitatif yang termasuk dalam jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan arah antara dua variabel yang linier (Pallant, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelekatan aman anak- orangtua dan regulasi emosi. B. Identifikasi Variabel 1.. Variabel Bebas : Kelekatan aman anak-orangtua. 2.. Variabel Tergantung : Regulasi Emosi. C. Definisi Operasional 1. Kelekatan aman anak-orangtua Kelekatan aman anak-orangtua adalah kondisi dari ikatan emosi antara anak dan orangtua dalam relasi timbal balik yang menimbulkan perasaan aman dan nyaman. Dalam penelitian ini, orangtua adalah ibu. Hal ini disampaikan oleh peneliti sebelum subjek mengerjakan kuisioner. Karakteristik anak yang memiliki kelekatan aman dengan orangtuanya adalah komunikasi yang terbuka, kepercayaan bahwa orangtua akan membantu ketika anak membutuhkan bantuan, dan perasan nyaman ketika anak bersama orangtua serta mampu menjalin.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. relasi yang baik dengan orangtua. Kelekatan aman anak dan orangtua diukur menggunakan skala kelekatan aman anak dan orangtua (Ismadiyani & Nathania 2017). Skala ini disusun berdasarkan aspekaspek yang dikemukakan oleh Armsden & Greenberg (Gullone & Robinson, 2005). Skor diperoleh dari hasil pengerjaan skala kelekatan aman yang dikerjakan oleh anak. Semakin tinggi skor, maka kelekatan aman anak dan orangtua termasuk tinggi. Sebaliknya, apabila skor rendah maka kelekatan aman anak dan orangtua termasuk rendah. 2. Regulasi Emosi Regulasi emosi adalah proses yang dilakukan seseorang dalam mengatur emosi yang dialami berkaitan dengan waktu memiliki emosi,cara merasakan serta mengekspresikan emosi yang dialami. Dalam penelitian ini, strategi regulasi emosi yang diukur adalah perubahan kognitif dan modulasi respons. Kedua strategi ini diteliti karena sering dilakukan oleh anak berusia 9-11 tahun. Selain itu, strategi ini bersifat internal dan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti bantuan dari oranglain. Anak dengan regulasi emosi yang baik mampu mengubah sudut pandang hal yang dialami untuk mengubah emosi. Selain itu, anak dengan kemampuan regulasi emosi yang baik juga dapat mengontrol perilaku ekspresi emosi yang dialami. Regulasi emosi diukur menggunakan skala regulasi emosi yang disusun oleh Arung-Padang, Nathania, Rasman & Wulandari (2017). Skor diperoleh dari hasil.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. pengerjaan skala regulasi emosi yang dikerjakan oleh anak. Semakin tinggi skor, maka regulasi emosi anak semakin tinggi. Sebaliknya, apabila skor rendah maka regulasi emosi anak rendah. D. Subjek Penelitian Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Purposive. sampling. adalah. teknik. pengambilan. sampel. dengan. pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008). Pada teknik ini, peneliti menetapkan kriteria responden penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria responden penelitian ini adalah anak berusia 9 – 11 tahun dan tinggal bersama orangtua terutama ibu, karena ibu merupakan figur lekat utama dan pertama yang dimiliki anak dalam keluarga (Cassidy,1994). E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala yang disusun melalui beberapa tahap yaitu : 1. Penyusunan Blue Print 1.1 Blue print regulasi emosi Penyusunan blue print regulasi emosi dibuat berdasarkan pada teori regulasi emosi Gross (2007). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengukur regulasi emosi yang bersifat internal sehingga peneliti mengukur strategi perubahan kognitif dan modulasi respon. Peneliti membagi jumlah item sama rata karena tidak ada aspek yang lebih.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. diutamakan dalam penelitian ini. Blue print strategi regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Blue print regulasi emosi Strategi Regulasi Emosi Perubahan kognitif Modulasi Respon Total. Indikator Reappraissal Supression. Jumlah Item yang direncanakan 50% 50% 100%. 1.2 Blue print kelekatan aman anak dengan orangtua Blue print skala kelekatan aman didasarkan menurut pengelompokan aspek yang disusun Armsden & Greenberg (1987). Peneliti membagi jumlah item sama rata karena tidak ada aspek yang lebih diutamakan dalam penelitian ini. Blue print kelekatan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Blue print Kelekatan Aman Aspek Komunikasi. Kepercayaan. Alienasi. Total. Indikator. Jumlah item yang direncanakan. A1 A2. 11,11% 11,11%. A3. 11,11%. B1. 11,11%. B2. 11,11%. B3. 11,11%. C1. 11,11%. C2. 11,11%. C3. 11,11% 100%. Penjelasan : A1 : Anak menceritakan ketertarikan akan suatu hal pada orangtua A2 : Anak menceritakan permasalahan pada orangtua A3: Anak menceritakan perasaan pada orangtua B1 : Anak percaya bahwa orangtua memperhatikan dirinya, peka terhadap kebutuhan dan perasaan anak B2: Anak percaya bahwa orangtua akan membantu ketika dibutuhkan.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. B3: Anak percaya bahwa orangtua mencintai dirinya C1: Anak merasa orangtua tidak memiliki waktu luang untuk dirinya C2: Anak merasa tidak didengarkan oleh orangtua C3: Anak merasa tidak dipahami oleh orangtua. 2. Penulisan item Penulisan item pada kedua skala didasarkan pada blue print yang sudah disusun. Jumlah item yang direncanakan pada skala kelekatan adalah 36 item, sedangkan jumlah item yang direncanakan pada skala regulasi emosi adalah 32 item. Jumlah item yang direncanakan dikalikan dua untuk mengantisipasi terjadinya item mortality. Peneliti menyusun bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Terdapat empat pilihan jawaban pada setiap pernyataan dalam skala, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai(S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor yang diberikan pada pernyataan favorable dan unfavorable untuk skala kelekatan pada aspek komunikasi dan kerpercayaan serta skala regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan skor untuk skala kelekatan pada aspek alienasi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 3. Skor skala regulasi emosi dan kelekatan (aspek komunikasi dan kepercayaan) berdasarkan kategori jawaban Kategori. Pernyataan Favorable. Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai. 4 3 2 1. Unfavorable 1 2 3 4.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. Tabel 4. Skor skala kelekatan aspek alienasi berdasarkan kategori jawaban Kategori. Pernyataan Favorable. Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai. 1 2 3 4. Unfavorable 4 3 2 1. 3. Review dan Revisi Item Setelah menyusun item, peneliti mengumpulkan item kepada dosen pembimbing skripsi untuk diperiksa. Pemeriksaan terkait dengan ketepatan definisi konseptual, aspek dan dimensi, indikator dan item. Dosen pembimbing skripsi juga memeriksa teknis dan kesalahan dalam penulisan item yang meliputi tata bahasa dan ejaan, pemilihan kata dan taraf kesulitan bahasa yang dipakai. Hasil review dari dosen pembimbing menjadi dasar revisi yang dilakukan oleh peneliti. 4. Pengujian validitas isi Pengujian validitas isi dilakukan oleh dosen pembimbing selaku professional judgement dan 8 orang teman peneliti yang sedang menyusun skripsi selaku peer judgement. Professional judgement dan peer judgement memberikan penilaian mengenai kesesuaian antara isi item dengan aspek, dimensi dan indikator variabel yang akan diukur. Nilai 1 menunjukkan item tidak relevan, nilai 2 menunjukkan item kurang relevan, nilai 3 menunjukkan item cukup relevan dan nilai 4 menunjukkan nilai sangat relevan. Peneliti melakukan penghitungan nilai untuk mendapatkan nilai validitas isi item (IVI-I) dan.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. penghitungan nilai validitas isi skala (IVI-S) (Lynn, 1986 dalam Supratiknya, 2016). 4.1 Skala Kelekatan anak dengan orangtua Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan, semua item memiliki nilai IVI-I yang valid (IVI-I > 0.78). Peneliti memutuskan untuk mengambil semua item untuk digunakan pada uji coba. Distribusi item pada skala kelekatan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi item skala kelekatan anak dengan orangtua Aspek Komunikasi Kepercayaan Alienasi. 6 6 6. Favorable 16,6% 16,6% 16,6% Total Item. 6 6 6. Unfavorable 16,6% 16,6% 16,6%. 12 12 12 36. Total 33,33% 33,33% 33,33% 100%. 4.2 Skala Regulasi Emosi Berdasarkan hasil penilaian, terdapat empat jumlah item yang tidak valid (IVI-I ≤ 0,78). Dengan kata lain, 14 item valid dari 18 item. Peneliti memutuskan untuk merevisi kalimat pada empat item yang tidak valid. Distribusi item pada skala regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Distribusi item skala regulasi emosi Strategi Indikator Favorable Unfavorable Perubahan Reappraisal 8 25% 8 25% Kognitif Modulasi Suppression 8 25% 8 25% Respon Total item. Total 16 50% 16. 50%. 32. 100%.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. 5. Uji Coba Skala Uji coba skala dilakukan pada tanggal 12 Januari 2018 dan 3 Februari 2018 dengan menyebarkan skala kelekatan dan skala regulasi emosi yang sudah divalidasi. Peneliti menyebarkan skala kelekatan aman sebanyak 60 angket dan 66 skala regulasi emosi pada siswa kelas 4 dan 5 di 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi item total menggunakan batasan koefisien ≥0.25 untuk skala kelekatan aman dan ≥0.20 untuk skala regulasi emosi. Batasan yang digunakan berbeda karena pada batasan ≥0.25 beberapa item dalam skala regulasi emosi belum mencukupi untuk mendapatkan separuh total item. Jumlah item yang gugur untuk variabel kelekatan aman sebanyak 18 item sehingga tersisa 18 item. Jumlah item yang gugur pada variabel regulasi emosi sebanyak 16 item. Peneliti kemudian melakukan pemerataan item dan menggugurkan 4 item pada strategi modulasi respon sehingga tersisa 14 item. Distribusi item skala kelekatan aman dan regulasi emosi setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 7..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. Tabel 7. Distribusi item skala kelekatan aman Aspek Indikator Fav Komunikasi A1 1,7 A2 13, 19 A3 25,31 Kepercayaan B1 5,11 B2 17,23 B3 29,35 Alienasi C1 3,9 C2 15,21 C3 27,33. Item. Total. Unfav 4, 10 16,22 28,34 2,8 14,20 32,26 6,12 18,24 30,36. 2 2 2 2 2 2 2 2 2. Catatan : Nomor yang dicetak tebal adalah nomor yang digugurkan Distribusi item skala regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi item skala regulasi emosi (setelah uji coba) Strategi Indikator Item Fav Unfav Perubahan Reappraisal 1,3,5,7,9,11,13,15 17,19,25,31,21,23, Kognitif 27,29 Modulasi respon. Suppression 18,20,22,24,26,28,. Total 7. 2,4,6,8,10,12,14,16 7. 30,32. Total item. 5. 11. 14. Catatan : Nomor yang dicetak tebal adalah nomor yang digugurkan Distribusi. item dengan nomor baru. yang digunakan untuk. pengambilan data untuk skala kelekatan aman dapat dilihat pada tabel 9..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. Tabel 9. Distribusi Item Skala Kelekatan (Nomor Baru) Aspek Indikator Item Fav Unfav Komunikasi A1 1 4 A2 8,18 A3 12,16 Kepercayaan B1 10,15 B2 17 2 B3 6,14 Alienasi C1 3,9 C2 5,11 C3 7,13 Total 10 8. Total 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18. Distribusi item skala regulasi emosi dengan nomor baru yang digunakan untuk pengambilan data dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi item Skala regulasi emosi (nomor baru) Strategi Indikator Item Fav Unfav Perubahan Reappraisal 1,3 5,7,9,11,13 Kognitif Modulasi Suppression 6,12,14 2,4,8,10 Respons Total item 5 9. Total 7 7 14. F. Pemeriksaan Reliabilitas Alat Ukur Pengukuran reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach dalam aplikasi SPSS 21 for windows. Koefisien reliabilitas skala kelekatan sebesar 0.809 dan koefisien reliabilitas skala regulasi emosi sebesar 0.792..

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi 1.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat persebaran data penelitian memiliki persebaran yang normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan one sample Kolmogorof-Smirnof pada aplikasi SPSS 21 for windows. 1.2 Uji Linearitas Uji Linearitas dilakukan untuk melihat apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linier atau tidak. Uji Linearitas dilakukan dengan menggunakan Anova pada aplikasi SPSS 21 for windows. 2. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan Pearson Product moment pada aplikasi SPSS 21 for windows. Apabila data memiliki persebaran normal maka menggunakan teknik Pearson Product moment..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah sebuah sekolah dasar di Yogyakarta. Peneliti juga membuat surat ijin penelitian atas nama peneliti dan Fakultas Psikologi. Peneliti memberikan surat ijin penelitian kepada bagian tata usaha dan kepala sekolah. Pengambilan data dilakukan dengan membagi skala penelitian pada responden penelitian dalam kelas pada akhir jam pelajaran dengan persetujuan guru mata pelajaran. Proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2018. Skala penelitian terdiri dari 2 bagian yaitu skala A yang berisi skala regulasi emosi dan skala B yang berisi skala kelekatan. Peneliti membagi skala kepada 153 siswa kelas 4 dan 5. Setelah skala penelitian dikembalikan, terdapat 10 responden yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. Total akhir data yang didapatkan peneliti sebanyak 143 skala penelitian. 2. Deskripsi Subjek Subjek dalam penelitian ini sebanyak 143 siswa kelas 4 dan 5 di suatu SD di Yogyakarta. Deskripsi subjek seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua dan urutan kelahiran dapat dilihat pada tabel 11..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. Tabel 11 Tabel deskripsi subjek Jenis Kelamin Usia. Pekerjaan Ayah. Pekerjaan Ibu. 3.. Kategori Laki-laki Perempuan 9 tahun 10 tahun 11 tahun Atlet Dokter Dosen Guru Petani Pns Sopir Swasta Tidakbekerja Wartawan Wiraswasta Ahli gizi Apoteker Bidan Dokter Dosen Guru IRT Mahasiswa Perawat Pns Swasta Wartawan Wiraswasta. Jumlah 61 82 41 74 28 2 2 9 8 1 7 1 65 4 1 43 1 1 1 3 6 15 60 3 5 9 25 1 13. Presentase 42,7 % 57,3% 28,7% 51,7% 19,6% 1,4% 1,4% 6,3% 5,6% 0,7% 4,9% 0,7% 45,5% 2,8% 0,7% 30,1% 0,7% 0,7% 0,7% 2,1% 4,2% 10,5% 42,0% 2,1% 3,5% 6,3% 17,5% 0,7% 9,1%. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data variabel kelekatan dan regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 12..

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Tabel 12. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik Skor Minimum Skor Maksimum Mean SD Koefisien One Sample T-Test Signifikansi One Sample T-test. Kelekatan aman Teoritik Empirik 18 44 72 68 45 56.62 5,8 5.866 115.419. Regulasi Emosi Teoritik Empirik 14 23 56 51 35 38 5,2 5.214 87.189. 0.00. 0.00. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, rata-rata empirik variabel kelekatan aman lebih daripada rata-rata teoritik. Hasil uji beda one sample T-test menjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kelekatan aman yang tinggi. Rata-rata empirik variabel regulasi emosi lebih besar daripada rata-rata teoritik. Berdasarkan hasil uji one sample T-test menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek juga memiliki kompetensi regulasi emosi yang tinggi. 4.. Reliabilitas Alat Ukur Peneliti juga mengukur reliabilitas data penelitian pada skala kelekatan aman anak-orangtua dan regulasi emosi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, skala kelekatan anak-orangtua memiliki nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,701. Skala regulasi emosi memiliki nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,635. Hal ini menunjukkan bahwa skala kelekatan anak-orangtua dan regulasi emosi termasuk reliabel..

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. 5. Hasil Uji Asumsi 5.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat persebaran distribusi data normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal jika memiliki taraf signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji Normalitas menggunakan teknik kolmogorof-smirnov karena data memiliki jumlah diatas 50. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Hasil uji Normalitas Test of Normality Kolmogorov-Smirnov Variabel Signifikansi Kelekatan 0.555 Regulasi Emosi 0.070. Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa sebaran data kelekatan aman dan regulasi emosi terdistribusi normal atau mengikuti kurva normal. 5.2 Uji Linearitas Uji Linearitas dilakukan untuk melihat apakah kedua variabel yang akan diuji hubungannya memiliki hubungan yang lurus (linear) atau tidak. Data dikatakan linear apabila nilai signifikansi pada linearitas < 0.05 (Santoso,2010). Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Hasil uji linearitas Test of Linearity Variabel Kelekatan dan Regulasi emosi. Signifikansi 0.00.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa transaksi hukum yang menggunakan konsep-konsep nominee di Indonesia, yang paling tegas melarang terdapat di Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Sesuai dengan rancangan program yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah, pelaksanaan program paskibra mengacu pada program yang telah dibuat, antara lain (1) Melaksanakan

Dana Bantuan Pemerintah PPID merupakan dana operasional kegiatan yang dialokasikan di kecamatan dan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pengelolaan

Błoński nie- jako broni się przed tym, co go pociąga; prowadzi rachunek zysków i strat, ale tak naprawdę oczekuje, aż ktoś nim zawładnie; lubi posmakować tego, co zakazane,

Hasil survei yang besar terhadap jumlah pemelihara anjing di Jakarta membuat penulis ingin meriset untuk mengetahui dari mana responden mendapatkan anjing peliharaannya.. Pet shop

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER DEMOKRATIS DAN KARAKTER KEPEMIMPINAN DIRI BERBASIS FILM KARAKTER Ujicoba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Hal tersebut selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Brown dan Dacin (1997) dimana reputasi perusahaan sangat penting dari sudut pandang nasabah untuk

Kesintasan dan fekunditas harian N ilaparvata lugens yang dipelihara pada tanaman padi kontrol (A) dan tanaman yang diberi perlakuan cendawan endofit (B)... yang serupa