• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Detail Tata Ruang Kuta Alam Banda Aceh Laporan Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana Detail Tata Ruang Kuta Alam Banda Aceh Laporan Akhir"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN KUTA ALAM

KOTA BANDA ACEH

LAPORAN AKHIR

Kerjasama antara

Pemerintah Kota Banda Aceh

dengan

GTZ – SLGSR

(Support for Local Governance for Sustainable Reconstruction)

(2)

gtz – SLGSR i

KATA PENGANTAR

Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam merupakan

realisasi dari kerjasama Pemerintah Kota Banda Aceh dengan Pemerintah Jerman

melalui GTZ-SLGSR (Support for Local Government for Sustainable Reconstruction).

Laporan Akhir (Final Report) ini merupakan hasil akhir kegiatan Penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam yang mengkombinasikan pendekatan

perencanaan partisipatif (bottom-up planning) dan perencanaan dari tingkat yang lebih

tinggi (top-down planning).

Laporan ini berisi hasil pengumpulan data dan informasi dari para stakeholder yang

terkait, analisis, konsep perencanaan, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan

Kuta Alam, serta rekomendasi dan indikasi program. Selain itu, laporan ini juga telah

mengakomodasi semua masukan dan saran yang telah diberikan pada acara kick-off

meeting dan workshop-workshop yang telah dilakukan selama proses penyusunan

RDTR ini.

Tak ada gading yang tak retak, demikian halnya dengan laporan ini masih terdapat

kekurangan dan kelamahan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran

dari para stakeholder terkait demi kesempurnaan RDTR ini. Besar harapan kita

bersama bahwa RDTR ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pembangunan di Kecamatan Kuta Alam.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan support,

masukan dan saran demi terselesaikannya penyusunan RDTR ini.

Penyusun,

GTZ-SLGSR

(3)

gtz – SLGSR ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... I – 1

1.1 Latar Belakang ... I – 1

1.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat ... I – 1

1.2.1 Tujuan... I – 1

1.2.2 Fungsi dan Manfaat... I – 2

1.3 Ruang Lingkup ... I – 3

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ... I – 3

1.3.2 Ruang Lingkup Perencanaan... I – 3

1.3.3 Ruang Lingkup Waktu Perencanaan... I – 5

1.4 Pendekatan Perencanaan ... I – 5

1.4.1 Pengertian Istilah Dalam Perencanaan Tata Ruang ... I – 5

1.4.2 Pendekatan Perencanaan ... I – 7

1.4.3 Kerangka Pemikiran... I – 8

1.5 Sistematika Laporan ... I – 10

BAB II KARAKTERISTIK WILAYAH KECAMATAN KUTA ALAM ... II – 1

2.1 Wilayah Administrasi ... II – 1

2.2 Fisik Dasar ... II - 3

2.2.1 Ketinggian... II – 3

2.2.2 Kemiringan... II – 3

2.2.3 Hidrologi... II – 5

2.2.4 Geologi dan Jenis Tanah ... II – 5

2.2.5 Iklim... II – 10

2.3 Kependudukan ... II – 10

2.3.1 Jumlah Penduduk... II – 10

2.3.2 Kepadatan Penduduk ... II – 11

2.3.3 Pertumbuhan Penduduk ... II – 12

2.3.4 Struktur Penduduk... II – 12

2.4 Perekonomian ... II – 14

2.4.1 Sektor Ekonomi... II – 14

2.4.2 Pendapatan Perkapita... II – 18

(4)

gtz – SLGSR iii

2.4.3 Potensi Pengembangan Ekonomi... II – 19

2.5 Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang... II – 20

2.5.1 Struktur Ruang... II – 20

2.5.2 Pola Pemanfaatan Ruang... II – 23

2.6 Transportasi... II – 27

2.6.1 Sarana Transportasi... II – 27

2.6.2 Prasarana Transportasi ... II – 28

2.6.3 Manajemen Lalu Lintas ... II – 28

2.7 Fasilitas... II – 33

2.7.1 Fasilitas Pendidikan ... II – 33

2.7.2 Fasilitas Kesehatan ... II – 34

2.7.3 Fasilitas Peribadatan ... II – 38

2.7.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa ... II – 40

2.7.5 Fasilitas Perkantoran dan Pemerintahan ... II – 43

2.7.6 Fasilitas Ruang Terbuka Hijau dan Olah Raga ... II – 45

2.8 Utilitas ... II – 50

2.8.1 Drainase ... II – 50

2.8.2 Air Bersih ... II – 51

2.8.3 Listrik... II – 54

2.8.4 Telepon... II – 56

2.8.5 Persampahan... II – 56

BAB III DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN RDTR KECAMATAN

KUTA ALAM ... III – 1

3.1 Review Kebijakan Pembangunan dan Tata Ruang ... III – 1

3.1.1 RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2002-2010... III – 1

3.1.2 Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Aceh dan

Nias, Sumatera Utara (Blue Print)... III – 6

3.1.3 Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kota Banda Aceh (JICA) .... III – 6

3.1.4 Revisi RTRW Kota Banda Aceh (Departemen Pekerjaan Umum) .... III – 9

3.1.5 Perencanaan Yang Telah Dilakukan di Kecamatan Kuta Alam ... III – 10

3.1.6 Pedoman Pembangunan Bangunan (Building Code) ... III – 10

3.2 Review Kemajuan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi ... III – 14

3.3 Usulan Pembangunan Dari Masyarakat Kecamatan Kuta Alam... III – 16

3.4 Kesesuaian dan Kemampuan Lahan Untuk Pengembangan ... III – 16

3.5 Daya Tampung Ruang dan Proyeksi Penduduk... III – 16

3.6 Konsep Dasar Pengembangan Ruang ... III – 22

3.7 Kebutuhan Ruang Untuk Pengembangan... III – 25

BAB IV RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN KUTA ALAM IV – 1

4.1 Tujuan Pengembangan Kawasan Kecamatan Kuta Alam... IV – 1

4.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang... IV – 2

(5)

gtz – SLGSR iv

4.2.1 Kebijakan Pengembangan Penduduk... IV – 2

4.2.2 Rencana Struktur Pelayanan... IV – 3

4.2.3 Rencana Sistem Transportasi ... IV – 3

4.2.4 Rencana Sistem Jaringan Utilitas... IV – 13

4.2.5 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang... IV – 23

4.2.6 Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH)... IV – 29

4.3 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan ... IV – 34

4.3.1 Arahan Kepadatan Bangunan... IV – 34

4.3.2 Arahan Ketinggian Bangunan ... IV – 34

4.3.3 Arahan Perpetakan Bangunan... IV – 35

4.3.4 Garis Sempadan ... IV – 39

4.3.5 Rencana Penanganan Blok Peruntukan ... IV – 42

4.3.6 Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana... IV – 45

4.4 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang ... IV – 47

BAB V REKOMENDASI DAN INDIKASI PROGRAM ...V – 1

5.1 Rekomendasi ...V – 1

5.2 Indikasi Program ...V – 1

Daftar Pustaka

Lampiran

Dokumentasi

(6)

gtz – SLGSR v

DAFTAR TABEL

Tabel II.1

Luas Kelurahan dan Gampong di Kecamatan Kuta Alam... II - 1

Tabel II.2

Kriteria Tingkat Kesesuaian Kawasan Menurut Klasifikasi

Kemiringan Lahan... II – 5

Tabel II.3

Penduduk Sebelum dan Setelah Gempa dan Gelombang Tsunami

Di Kecamatan Kuta Alam... II – 11

Tabel II.4

Kepadatan Penduduk Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006... II – 12

Tabel II.5

Jumlah Penduduk Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006

Berdasarkan Jenis Kelamin ... II – 14

Tabel II.6

PDRB Kota Banda Aceh Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Tahun 2000-2005 (Jutaan Rupiah) ... II – 14

Tabel II.7

Pendapatan Perkapita Kota Banda Aceh Tahun 2000-2005 ... II – 18

Tabel II.8

Kondisi Struktur Ruang Kecamatan Kuta Alam Sebelum dan

Sesudah Tsunami... II – 20

Tabel II.9

Penggunaan Lahan Tiap Kelurahan/Gampong di Kecamatan

Kuta Alam Tahun 2006 ... II – 24

Tabel II.10 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006... II – 33

Tabel II.11 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006... II – 34

Tabel II.12 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006 ... II – 38

Tabel II.13 Fasilitas Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Kuta Alam Th 2006.. II – 47

Tabel II.14 Jumlah Pelanggan Air Bersih di Kecamatan Kuta Alam Th. 2006 .. II – 53

Tabel III.1 Pembagian Zona, Fungsi dan Jenis Penggunaan Lahan Kota

Banda Aceh Menurut URRP BAC... III – 8

Tabel III.2

Zonasi Pedoman Pembangunan Bangunan (Building Code)

Kecamatan Kuta Alam... III – 12

Tabel III.3

Kemajuan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di

Kecamatan Kuta Alam (Status per Juli 2006) ... III – 14

Tabel III.4

Permasalahan Utama dan Usulan Penanganan Kecamatan

Kuta Alam (Status per Agustus 2006) ... III – 17

Tabel III.5

Proyeksi Penduduk Kecamatan Kuta Alam Tahun 2016 ... III – 22

Tabel III.6

Pembagian Unit Lingkungan di Kecamatan Kuta Alam... III – 25

Tabel III.7

Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Tiap Kelurahan dan Gampong di

Kecamatan Kuta Alam Sampai Dengan Tahun 2016 ... III – 26

Tabel IV.1

Rencana Distribusi Penduduk Kecamatan Kuta Alam Th. 2016 ... IV – 2

Tabel IV.2

Rencana Pengembangan Jalan Arteri di Kecamatan

Kuta Alam... IV – 5

Tabel IV.3

Rencana Pengembangan Jalan Kolektor di Kecamatan Kuta Alam. IV – 6

(7)

gtz – SLGSR vi

Tabel IV.4

Rencana Pengembangan Jalan Lokal di Kecamatan Kuta Alam ... IV – 7

Tabel IV.5

Rencana Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Kuta Alam Th. 2016 .... IV – 17

Tabel IV.6

Perkiraan Air Buangan Kecamatan Kuta Alam Tahun 2016... IV – 19

Tabel IV.7

Rencana Kebutuhan Listrik Kecamatan Kuta Alam Tahun 2016 ... IV – 20

Tabel IV.8

Rencana Kebutuhan Telepon Kecamatan Kuta Alam Tahun 2016 .. IV – 20

Tabel IV.9

Perkiraan Timbunan Sampah dan Kebutuhan Sarana

Persampahan Kecamatan Kuta Alam Tahun 2016 ... IV – 23

Tabel IV.10 Rencana Penggunaan Lahan di Kecamatan Kuta Alam Th 2016 ... IV – 25

Tabel IV.11 Jenis dan Karakter Fungsi Hijau ... IV – 30

Tabel IV.12 Rencana Penetapan KDB, KLB dan Perpetakan Bangunan

Di Kecamatan Kuta Alam... IV – 35

Tabel IV.13 Kriteria Penentuan Garis Sempadan Pantai dan Sungai ... IV – 39

Tabel IV.14 Rencana Penanganan Blok Peruntukan Di Kecamatan Kuta Alam. IV – 43

Tabel V.1

Indikasi Program Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan

Kuta Alam Tahun 2007 – 2016 ... V – 2

(8)

gtz – SLGSR vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Perencanaan... I – 4

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ... I – 9

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kuta Alam ... II – 2

Gambar 2.2 Orientasi Pengembangan Wilayah, Kriteria Ketinggian,

Kemiringan dan Penggunaan Lahan... II – 3

Gambar 2.3 Peta Topografi... II – 4

Gambar 2.4 Peta Geologi Lapisan Permukaan ... II – 6

Gambar 2.5 Peta Geologi Lapisan 2 Meter Dibawah Permukaan Tanah ... II – 7

Gambar 2.6 Peta Klasifikasi Tanah ... II – 7

Gambar 2.7 Peta Kekuatan Tanah ... II – 8

Gambar 2.8 Peta Kerentanan Air ... II – 9

Gambar 2.9 Peta Kesesuaian Bangunan ... II – 10

Gambar 2.10 Peta Kepadatan Penduduk Sebelum dan Sesudah Tsunami ... II – 13

Gambar 2.11 PDRB Kota Banda Aceh Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Tahun 2000-2005 (Jutaan Rupiah) ... II – 15

Gambar 2.12 Pertumbuhan PDRB Kota Banda Aceh Menurut Harga Konstan

Tahun 2000 Tahun 2000-2005... II – 15

Gambar 2.13 Pertumbuhan Inflasi di Kota Banda Aceh Tahun 2000-2006 ... II – 16

Gambar 2.14 Indikator Kemiskinan ... II – 16

Gambar 2.15 Tingkat Kemiskinan ... II – 17

Gambar 2.16 Jumlah Keluarga dan Keluarga Miskin Kecamatan Kuta Alam

Tahun 2002 dan 2005... II – 17

Gambar 2.17 Pertambahan Kemiskinan di Kecamatan Kuta Alam ... II – 18

Gambar 2.18 Peta Kondisi Sebelum dan Sesudah Tsunami ... II – 21

Gambar 2.19 Peta Pengunaan Lahan Eksisting ... II – 25

Gambar 2.20 Peta Kesesuaian Penggunaan Lahan Eksisting dengan Rencana

Penggunaan Lahan RTRW 2002-2010... II – 26

Gambar 2.21 Peta Jaringan Jalan Eksisting ... II – 29

Gambar 2.22 Peta Kondisi Jalan Eksisting... II – 30

Gambar 2.23 Peta Rute Angkutan Umum... II – 32

Gambar 2.24 Kondisi Bangunan Fasilitas Pendidikan SLTA di

Kecamatan Kuta Alam ... II – 34

Gambar 2.25 Peta Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Kuta Alam... II – 35

Gambar 2.26 Kondis Bangunan Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kuta Alam ... II – 38

Gambar 2.27 Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Kuta Alam... II – 39

Gambar 2.28 Kondisi Fasilitas Peribadatan Mesjid di Kecamatan Kuta Alam... II – 40

(9)

gtz – SLGSR viii

Gambar 2.29 Peta Sebaran Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kuta Alam... II – 41

Gambar 2.30 Kondisi Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Kuta Alam. II – 43

Gambar 2.31 Peta Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan

Kuta Alam... II – 44

Gambar 2.32 Kondisi Fasilitas RTH dan Lapangan Olah Raga di

Kecamatan Kuta Alam... II – 48

Gambar 2.33 Peta Sebaran Fasilitas Olah Raga dan Ruang Terbuka Hijau

Di Kecamatan Kuta Alam... II – 49

Gambar 2.34 Kondisi Sistem Drainase di Kecamatan Kuta Alam... II – 51

Gambar 2.35 Peta Jaringan Drainase di Kecamatan Kuta Alam ... II – 52

Gambar 2.36 Kondisi Supply Air Bersih di Kecamatan Kuta Alam... II – 54

Gambar 2.37 Peta Jaringan Air Bersih di Kecamatan Kuta Alam... II – 55

Gambar 2.38 Kondisi Jaringan Listrik di Kecamatan Kuta Alam... II – 56

Gambar 2.39 Kondisi Persampahan di Kecamatan Kuta Alam ... II – 58

Gambar 3.1 Rencana Struktur Tata Ruang Kota Banda Aceh Menurut

RTRW Kota Banda Aceh 2002-2010 ... III – 2

Gambar 3.2 Rencana Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Menurut

RTRW Kota Banda Aceh 2002-2010 ... III – 2

Gambar 3.3 Rencana Struktur Tata Ruang Kota Banda Aceh Menurut

Blue Print (Bappenas) ... III – 6

Gambar 3.4 Rencana Struktur Tata Ruang Kota Banda Aceh Menurut

UURP BAC (JICA) ... III – 7

Gambar 3.5 Rencana Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Menurut

UURP BAC (JICA) ... III – 7

Gambar 3.6 Rencana Struktur Tata Ruang Kota Banda Aceh Menurut

Revisi RTRW (Departemen PU) ... III – 9

Gambar 3.7 Rencana Penggunaan Lahan Kota Banda Aceh Menurut

Revisi RTRW (Departemen PU) ... III – 9

Gambar 3.8 Perencanaan di Kecamatan Kuta Alam... III – 11

Gambar 3.9 Usulan Masyarakat Kecamatan Kuta Alam ... III – 20

Gambar 3.10 Zona Kerusakan Akibat Gempa dan Tsunami Kec. Kuta Alam... III – 21

Gambar 3.11 Konsep Perencanaan Kecamatan Kuta Alam... III – 23

Gambar 4.1 Peta Rencana Struktur Pelayanan Kecamatan Kuta Alam... IV – 4

Gambar 4.2 Peta Rencana Jaringan Jalan Kecamatan Kuta Alam ... IV – 8

Gambar 4.3 Peta Rencana Escape Road Kecamatan Kuta Alam... IV – 9

Gambar 4.4 Ilustrasi Geometri Penampang Jalan di Kecamatan Kuta Alam ... IV – 10

Gambar 4.5 Peta Rute Angkutan Umum Kecamatan Kuta Alam ... IV – 14

Gambar 4.6 Peta Rencana Jaringan Drainase Kecamatan Kuta Alam... IV – 16

Gambar 4.7 Ilustrasi Potongan Penampang Saluran Drainase ... IV – 15

Gambar 4.8 Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kecamatan Kuta Alam ... IV – 18

Gambar 4.9 Skema Pembuangan Sampah di Kecamatan Kuta Alam... IV – 22

Gambar 4.10 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kecamatan Kuta Alam ... IV – 28

(10)

gtz – SLGSR ix

Gambar 4.11 Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kuta Alam ... IV – 33

Gambar 4.12 Ilustrasi Garis Sempadan Sungai ... IV – 40

Gambar 4.13 Contoh Garis Sempadan Depan, Samping dan Belakang ... IV – 42

(11)

gtz – SLGSR I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kecamatan Kuta Alam merupakan wilayah pesisir bagian utara Kota Banda Aceh yang terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami tanggal 26 Desember 2004 lalu. Sebagian besar wilayah ini, terutama yang berada di bagian pesisir, mengalami kerusakan yang cukup parah dengan banyaknya jumlah korban jiwa serta hancurnya sarana dan prasarana seperti rumah, tempat ibadah, fasilitas pendidikan, jalan, drainase, tambak dan lain-lainnya. Sedangkan untuk sebagian wilayah Kecamatan Kuta Alam yang merupakan wilayah pusat kota (central business district) relatif tidak terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami.

Setelah hampir dua tahun berlalu, telah banyak pihak yang melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, baik oleh lembaga lokal, dalam negeri maupun dari luar negeri yang dikoordinasikan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias. Untuk mengarahkan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut serta mengarahkan perkembangan di masa datang, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu rencana tata ruangnya. Untuk itu, pada saat ini sedang dilakukan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh.

Seiring dengan upaya untuk mengarahkan dan mempercepat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Kecamatan Kuta Alam, serta untuk menyelaraskan dengan kegiatan revisi RTRW Kota Banda Aceh yang sedang dilakukan, maka Pemerintah Jerman melalui GTZ-SLGSR membantu Pemerintah Kota Banda Aceh dalam menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kuta Alam.

1.2 TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT 1.2.1 Tujuan

Secara normatif tujuan penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Alam ini adalah menjabarkan RTRW Kota Banda Aceh secara lebih terperinci untuk bagian

(12)

gtz – SLGSR I - 2

wilayah Kecamatan Kuta Alam guna penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan perkotaan di wilayah tersebut. Secara lebih spesifik, tujuan penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Alam ini terutama adalah untuk mengarahkan upaya-upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kecamatan Kuta Alam.

1.2.2 Fungsi dan Manfaat

Dengan mengacu kepada Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002, maka RDTR Kecamatan Kuta Alam ini berfungsi untuk :

• Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan di Kecamatan Kuta Alam yang sesuai dengan kultur setempat;

• Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan perkotaan di Kecamatan Kuta Alam dengan RTRW Kota Banda Aceh; • Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien; • Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan di Kecamatan

Kuta Alam melalui pengendalian program-program pembangunan perkotan.

Manfaat dari RDTR Kecamatan Kuta Alam ini adalah sebagai pedoman untuk : • Pemberian arahan perencanaan pembangunan (advis planning),

• Pengaturan bangunan dan fasilitas yang ada,

• Penyusunan rencana teknik ruang kawasan (RTRK), atau rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL), yang dapat disetarakan dengan village planning dalam konteks rehabilitasi dan rekonstruksi,

• Pelaksanaan program pembangunan yang terkait dengan pemanfaatan ruang,

• Sinkronisasi perencanaan tata ruang dengan wilayah kecamatan disekitarnya.

(13)

gtz – SLGSR I - 3

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam meliputi seluruh wilayah administrasi Kecamatan Kuta Alam.

Kecamatan Kuta Alam seluas 1.007 hektar meliputi : 1. Kelurahan Peunayong (36 hektar)

2. Kelurahan Laksana (21 hektar) 3. Kelurahan Keuramat (49 hektar) 4. Kelurahan Kuta Alam (59 hektar) 5. Kelurahan Beurawe (78 hektar) 6. Kelurahan Kota Baru (78 hektar) 7. Kelurahan Bandar Baru (147 hektar) 8. Kelurahan Mulia (70 hektar)

9. Gampong Lampulo (155 hektar) 10. Gampong Lamdingin (85 hektar) 11. Gampong Lambaro Skep (229 hektar)

Secara lebih jelas mengenai orientasi lokasi wilayah Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Gambar 1.1.

1.3.2 Ruang Lingkup Perencanaan

Mengikuti Pedoman Penataan Ruang (Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002), maka muatan dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam meliputi :

1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan;

2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, meliputi :

a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan;

(14)

gtz – SLGSR I - 4

Gambar 1.1

(15)

gtz – SLGSR I - 5

b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, perindustrian) dalam blok-blok peruntukan.

3. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan, meliputi :

a. Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;

b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan;

c. Arahan kawasan hijau kota untuk setiap blok peruntukan;

d. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan; e. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;

f. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.

4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.

1.3.3 Ruang Lingkup Waktu Perencanaan

Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, maka jangka waktu untuk RDTR adalah 5 (lima) tahun. Namun terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Aceh paska tsunami, maka periodisasi penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam perlu disesuaikan dengan RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016. Oleh karena itu, jangka waktu perencanaan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam ini adalah 10 tahun ke depan, dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2016.

1.4 PENDEKATAN PERENCANAAN

1.4.1 Pengertian Istilah Dalam Perencanaan Tata Ruang

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya;

(16)

gtz – SLGSR I - 6

2. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak;

3. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;

4. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional;

5. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya;

6. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan;

7. Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;

8. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

9. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi;

10. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;

11. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan;

12. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, adat atau badan hukum.

13. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

(17)

gtz – SLGSR I - 7

14. Izin Lokasi (IL) adalah izin yang diberikan kepada badan usaha pembangunan perumahan dan permukiman atau kelompok masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

15. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah penataan bangunan perumahan dan permukiman yang tepat sesuai dengan peraturan bangunan yang telah disahkan dan diberikan izin perencanaannya kepada badan usaha pembangunan perumahan dan permukiman atau masyarakat dalam rangka memanfaatkan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman.

16. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan untuk mendirikan bangunan rumah secara fisik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1963 dan yang telah memperoleh izin perencanaannya.

17. Hak atas ruang adalah hak-hak yang diberikan atas pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.

18. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

19. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

20. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

21. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.

22. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

1.4.2 Pendekatan Perencanaan

Dalam menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam digunakan pendekatan perencanaan sebagai berikut :

1. ”Conformity Approach”, yaitu perencanaan tata ruang yang dibuat sesuai dengan pedoman perencanaan tata ruang. Untuk mengawal dan memantau

(18)

gtz – SLGSR I - 8

proses penyusunan rencana tata ruang ini diperlukan ”streering committee”

atau tim teknis yang terdiri dari KepalaBappeda, Kepala Dinas Tata Kota dan

Permukiman, Kepala Dinas Pengembangan Jalan dan Sumber Daya Air.

2. ”Participation Approach”, yaitu perencanaan ini disusun melalui proses partisipatif dari stakeholder-stakeholder yang terkait. Stakeholder tersebut nantinya yang akan terlibat dalam proses implementasi dari produk perencanaan tata ruang ini.

3. Harmonize ”Bottom-Up” and ”Top-Down” Planning Approach, yaitu

mengharmonisasikan pendekatan perencanaan “top-down” yang focus terhadap arahan dari tingkat atasnya dengan pendekatan perencanaan “bottom-up” yang lebih bersifat partisipatif.

4. ”Reconstruction Focus and Process Orientation”, yaitu perencanaan tata ruang, tindak lanjut, serta implementasinya difokuskan pada permasalahan tata ruang yang terkait dengan proses rekonstruksi paska bencana gempa bumi dan tsunami. Perencanaan yang dibuat berorientasi pada proses perencanaan yang mengakomodasi semua kepentingan stakeholder.

5. ”Sustainability-approach”, yaitu pendekatan perencanaan yang berkelanjutan, baik dari aspek sosial, ekonomi, ekologi, dan kelembagaan.

6. ”Synergy-approach”, yaitu pendekatan perencanaan yang mensinergikan kepentingan antar sektor dan antar wilayah. Oleh karena itu sangat diperlukan koordinasi dalam penataan ruang, baik koordinasi horisontal yang mengharmonisasikan kepentingan dan perencanaan sektoral yang berbeda-beda maupun koordinasi vertikal yang mengharmonisasikan ruang yang terkait dengan rencana dan proyek dari tingkatan wilayah yang berbeda.

1.4.3 Kerangka Pemikiran

Proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam dilakukan seperti terlihat pada diagram alur kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 1.2.

(19)

gtz – SLGSR I - 9

Gambar 1.2

Kerangka Pemikiran Proses Penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Alam

Permasalahan Pokok

Kondisi Kecamatan Kuta Alam paska bencana tsunami :

• Penurunan jumlah penduduk

• Hancurnya sarana dan prasarana, seperti rumah, fasilitas umum, jalan, drainase

• Perubahan struktur dan bentuk fisik ruang akibat bencana gempa bumi dan tsunami

• Merupakan bagian kawasan pusat Kota Banda

Aceh sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional. Kondisi Wilayah

• Kondisi fisik lingkungan, kependudukan, perekonomian, transportasi, fasilitas & utilitas)

• Kegiatan rehab dan rekon yang telah dan sedang dilakukan paska bencana tsunami

INPUT •Data Primer • Data Sekunder PROSES • Survey Primer (Observasi Lapangan) • Workshop, FGD • Analisis OUTPUT

Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam

• Tujuan Pengembangan Kecamatan Kuta Alam

• Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

• Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan (KDB, KLB, perpetakan, garis sempadan,

penanganan blok peruntukan, dan penanganan jaringan prasarana dan sarana)

• Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang a. Menciptakan lingkungan yang memenuhi persyaratan dengan

memperhatikan kaidah atau norma-norma sosial budaya setempat. b. Mengatur dan mengarahkan pembangunan hingga mencapai sasaran dalam rangka :

- tertib pembangunan,

- tertib pengaturan ruang secara terinci

c. Pertimbangan untuk perencanaan selanjutnya yang lebih mikro

(village planning) dan zoning regulation.

Rencana lebih mikro :

RTRK / RTBL / Village Planning RTRW

Kota Banda Aceh Rencana/Program Sektoral Rehabilitasi dan Rekontruksi Paska Bencana Tsunami

(20)

gtz – SLGSR I - 10

1.5 SISTEMATIKA LAPORAN

Laporan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam ini mengikuti sistematika laporan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang, tujuan, fungsi dan manfaat, ruang lingkup, pendekatan perencanaan, dan sistematika laporan.

Bab II Karakteristik Wilayah Kecamatan Kuta Alam, yang berisikan tentang karakteristik kawasan seperti kondisi fisik dasar, kependudukan, perekonomian, struktur dan pola pemanfaatan ruang, transportasi, fasilitas dan utilitas.

Bab III Dasar Pertimbangan Penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Alam, yang berisikan review kebijakan pembangunan dan tata ruang, review pedoman pembangunan bangunan, review terhadap kemajuan pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Kecamatan Kuta Alam, usulan pengembangan berdasarkan hasil workshop, kesesuaian dan kemampuan lahan, daya tampung ruang dan prediksi jumlah penduduk, konsep dasar pengembangan ruang, kebutuhan ruang untuk pengembangan.

Bab IV Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Alam, yang berisikan tujuan pengembangan kawasan, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan, dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

Bab V Rekomendasi dan Indikasi Program, yang berisikan rekomendasi tindak lanjut dan matriks indikasi program pembangunan Kecamatan Kota Alam Tahun 2007-2016.

(21)

gtz – SLGSR II - 1

BAB II

KARAKTERISTIK WILAYAH

KECAMATAN KUTA ALAM

Pada bab ini akan dibahas mengenai karakteristik Kecamatan Kuta Alam, yang meliputi wilayah administrasi, fisik dasar, kependudukan, perekonomian, struktur dan pola pemanfaatan ruang, transportasi, serta fasilitas dan utilitas.

2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

Kecamatan Kuta Alam merupakan bagian dari wilayah administrasi Kota Banda Aceh dengan luas wilayah sebesar 1.007 Ha. Kecamatan ini terdiri dari 9 Kelurahan dan 2 Gampong. Batas administrasi Kecamatan Kuta Alam adalah :

¾ Sebelah Utara : Kecamatan Syiah Kuala dan Selat Malaka

¾ Sebelah Selatan : Kecamatan Baiturrahman, Lueng Bata dan Ulee Kareng

¾ Sebelah Barat : Krueng Aceh, Kecamatan Kuta Raja

¾ Sebelah Timur : Krueng Titi Panjang, Kecamatan Syiah Kuala.

Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan luas masing-masing kelurahan dan gampong di Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Tabel II.1, sedangkan orientasi Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Tabel II.1

Luas Kelurahan dan Gampong di Kecamatan Kuta Alam

No Kelurahan/Gampong Status Luas Wilayah (Ha) Rasio Terhadap Luas Kecamatan (%)

1 Peunayong Kelurahan 36,00 3,57

2 Laksana Kelurahan 21,00 2,09

3 Keuramat Kelurahan 49,00 4,87

4 Kuta Alam Kelurahan 59,00 5,86

5 Beurawe Kelurahan 78,00 7,75

6 Kota Baru Kelurahan 78,00 7,75

7 Bandar Baru Kelurahan 147,00 14,60

8 Mulia Kelurahan 70,00 6,95

9 Lampulo Gampong 155,00 15,39

10 Lamdingin Gampong 85,00 8,44

11 Lambaro Skep Gampong 229,00 22,74

Kuta Alam Kecamatan 1.007,00 100,00

(22)

gtz – SLGSR II - 2

Gambar 2.1

(23)

gtz – SLGSR II - 3

2.2 FISIK DASAR 2.2.1 Ketinggian

Secara umum Kecamatan Kuta Alam berada pada ketinggian 0,5-5 meter diatas permukaan laut, dengan demikian dari segi geografis Kecamatan Kuta Alam termasuk dalam zona dataran rendah (kurang dari 100 m dpl) dengan ketinggian tempat 1-10 mdpl. Berdasarkan The urban, rural regional planning field (1980) bahwa kegiatan budidaya perkotaan dapat dikembangkan pada ketinggian regional <1000 m dpl. Berdasarkan kriteria ketinggian tersebut maka Kecamatan Kuta Alam sangat sesuai untuk pengembangan kawasan perkotaan. Untuk lebih jelasnya mengenai orientasi pengembangan wilayah serta mengenai kriteria ketinggian, kemiringan dan penggunaan lahan di Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2

Orientasi Pengembangan Wilayah

Kriteria Ketinggian, Kemiringan dan Penggunaan Lahan

Konservasi Pertanian dan perGampongan Perkotaan

2.2.2 Kemiringan

Kemiringan lahan di Kecamatan Kuta Alam berada pada kemiringan 0-8% atau berada pada lahan yang relatif datar. Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu kawasan merupakan sumber daya yang sangat mempengaruhi lokasi. Pemahaman lengkap terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan rute lintasan tetapi juga menyatakan susunan keruangan dari kawasan dan kestabilan pondasi. Berdasarkan kemiringan lahan di Kecamatan Kuta Alam antara 0-8%, maka berdasarkan kriteria tingkat kesesuaian kawasan menurut klasifikasi kemiringan lahan, Kecamatan Kuta Alam sangat baik untuk pengembangan perkotaan. Uraian tingkat kesesuaian kawasan dapat dilihat pada Tabel II.2 berikut.

> 40 % 1000 mdpl 2000 mdpl Mutlak konservasi < 15 % 15-40%

(24)

gtz – SLGSR II - 4

Gambar 2.3

(25)

gtz – SLGSR II - 5

Tabel II.2

Kriteria Tingkat Kesesuaian Kawasan Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan

Kemiringan Lahan Klasifikasi Tingkat Kesesuian Pengembangan Perkotaan

0-8% Datar Sangat baik

9-15% Landai Baik

15-25% Agak curam Terbatas

26-40% Curam Sangat terbatas

>40% Sangat curam Mutlak konservasi Sumber : Pedoman Perencanaan Teknis, 1990

2.2.3 Hidrologi

Pada sisi barat Kecamatan Kuta Alam dibatasi oleh sebuah sungai besar, yaitu Krueng Aceh yang sampai saat ini dilalui kapal nelayan dalam memasarkan hasil tangkapannya terutama sebagai jalur penghubung dari laut ke pasar ikan Peunayong. Sedangkan pada sisi timur dibatasi oleh Krueng Titi Panjang.

Sungai-sungai yang ada di Kecamatan Kuta Alam langsung bermuara ke Selat Malaka, dengan demikian Kecamatan Kuta Alam rawan terhadap banjir khususnya pada saat pasang terutama di wilayah-wilayah yang relatif dekat dengan sungai dan pada saat musim hujan. Disamping itu kondisi lahan yang relatif datar dan kurang ditunjang sistem drainase yang memadai ikut memperparah kondisi tersebut sehingga perlu dikembangkan sistem drainase yang ditunjang oleh pompa air dan sumur resapan serta adanya kolam tandon sebagai penampung air dari banjir dan pasang purnama.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Kuta Alam sebagian besar penduduk memperoleh supply dari PDAM, sebagian kecil sumur gali dan pompa yang dalamnya berkisar 4-10 meter. Permasalahan yang terjadi di lapangan bahwa suplay air bersih dari PDAM sampai saat ini kurang lancar dan tingkat kebocoran yang relatif tinggi serta banyak pipa yang rusak akibat tsunami sehingga diperlukan perbaikan dan pemasangan pipa baru.

2.2.4 Geologi dan Jenis Tanah A. Geologi Lapisan Permukaan

Peta ini dibuat oleh BGS (British Geological Survey) dengan skala 1 : 20.000 tahun 1978. Investigasi sumur dengan menggunakan mesin bor dan secara manual telah dilakukan oleh BGS pada tahun 1978 dan ManGeoNAD pada tahun 2005.

(26)

gtz – SLGSR II - 6

Secara umum, tutupan lapisan tanah permukaan di wilayah perencanaan adalah campuran endapan lumpur, pasir lempung, pasir. Pada bagian timur laut, sebagian besar berupa rawa-rawa.

Gambar 2.4

Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006

B. Geologi Lapisan 2 Meter Dibawah Permukaan Tanah

Pada lapisan kedalaman 2 meter ini sangat penting untuk proyek dengan pondasi kecil dan dangkal. Berbeda dengan peta geologi lapisan permukaan, sebagian besar berupa pasir dan sebagian lapisan lempung yang tidak muncul di permukaan. Area dengan pasir lempung dan endapan lumpur relatif berkurang dan sedikit lapisan baru kerikil terdapat di sekitar Krueng Aceh.

(27)

gtz – SLGSR II - 7 Gambar 2.5 Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006 C. Klasifikasi Tanah Gambar 2.6 Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006

(28)

gtz – SLGSR II - 8

Sebagian besar area pasir pada lapisan permukaan sampai dengan kedalaman 2 meter dapat diklasifikasikan sebagai campuran pasir atau lapisan lumpur dan berlempung pada beberapa area yang dapat diklasifikasikan sebagai lempung dengan plastisitas maksimum dimana pada area bagian barat daya lapisan pasir berlempung, pasir, lumpur dan lempung merupakan lempung plastis.

D. Kekuatan Tanah

Dari peta kekuatan tanah ini terlihat bahwa daerah yang mempunyai kekuatan tanah paling rendah adalah di bagian tenggara. Sebagian besar area tertutup oleh lapisan pasir yang cukup tebal sehingga mempunyai kekuatan tanah yang cukup besar.

Gambar 2.7

Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006 E. Kerentanan Air

Peta ini secara jelas menunjukan bahwa semua area mempunyai kerentaan air yang tinggi. Pada bagian Krueng Aceh dapat diasumsikan mempunyai kerentaan

(29)

gtz – SLGSR II - 9

air yang lebih kecil dan di wilayah bagian barat daya mempunyai kerentanan air yang sangat tinggi.

Gambar 2.8

Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006

F. Kesesuaian Bangunan

Peta ini diproduksi melalui proses ISEG dengan pendekatan overlay pembobotan dari peta kekuatan tanah dengan peta kerentanan tanah. Hasil overlay tersebut kemudian diklasifikasikan. Secara umum, area arah utara dan selatan Krueng Aceh di bagian barat Krueng Aceh mempunyai kondisi tanah yang cukup baik. Konstruksi bangunan bertingkat kelihatannya akan bermasalah dan mungkin hanya mungkin dengan proyek pondasi yang kokoh, terutama disebabkan oleh tingginya resiko gempa bumi yang tinggi Kota Banda Aceh. Pada bagian tenggara dan barat daya perlu mendapat perhatian khusus karena sebagian besar lahannya tidak sesuai untuk bangunan.

(30)

gtz – SLGSR II - 10

Gambar 2.9

Sumber : ManGeoNAD, BGR, 2006 2.2.5 Iklim

Kecamatan Kuta Alam sebagai bagian dari wilayah yang lebih luas termasuk dalam iklim tropis (berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson), dengan musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dan musim kemarau pada bulan Februari sampai Juli.

Kondisi iklim yang dipantau dari Stasiun Klimatologi Blang Bintang menggambarkan bahwa curah hujan rata-rata 1.250 – 2.000 mm/tahun, dengan

hari hujan rata-rata adalah 13 hari/bulan, suhu udara rata-rata berkisar 25 – 28oC,

kelembaban nisbi rata-rata 69 – 90%, serta kecepatan angin rata-rata 2,0 – 4,0 knot. 2.3 KEPENDUDUKAN

2.3.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Kuta Alam pada Tahun 1998 – 1999 mengalami penurunan dan Tahun 2000 mengalami peningkatan kembali. Akibat bencana

(31)

gtz – SLGSR II - 11

tsunami diakhir tahun 2004 jumlah penduduk drastis menurun seperti terlihat pada Tabel II.3.

Tabel II.3

Penduduk Sebelum dan Setelah Gempa dan Gelombang Tsunami di Kecamatan Kuta Alam

Pasca Tsunami Jumlah Penduduk

Sebelum Tsunami

Hilang Meninggal Selamat

No Kelurahan/ Gampong

KK LK PR Jumlah LK PR Jumlah LK PR Jumlah KK LK PR Jumlah

1 Kota Baru 408 1.043 987 2.030 4 1 5 5 5 10 384 1.034 981 2.015 2 Bandar Baru 1.297 3.811 3.821 7.632 48 31 79 33 23 56 1.289 3.730 3.767 7.497 3 Kuta Alam 1.366 2.130 2.000 4.130 24 15 39 0 1 1 1.366 2.106 1.984 4.090 4 Peunayong 797 2.468 1.894 4.362 43 74 117 45 62 107 495 2.380 1.758 4.138 5 Mulia 998 2.253 2.440 4.693 190 608 798 235 342 577 805 1.828 1.490 3.318 6 Keuramat 880 3.176 3.081 6.257 37 59 96 15 13 28 839 3.124 3.009 6.133 7 Laksana 1.182 2.576 2.792 5.368 38 55 93 35 47 82 1.182 2.503 2.690 5.193 8 Beurawe 1.741 3.197 2.903 6.110 3 4 7 16 14 30 1.747 3.199 2.882 6.081 9 Lampulo 1.602 3.251 3.071 6.322 1.831 1.691 3.522 0 0 849 1.451 1.370 1.430 2.800 10 Lamdingin 668 2.338 1.628 3.966 251 359 610 356 493 346 575 1.731 776 2.507 11 Lambaro Skep 792 2.104 2.056 4.160 179 250 429 133 213 346 776 1.792 1.593 3.385

Kec. Kuta Alam 11.731 28.347 26.673 55.030 2.648 3.147 5.795 873 1.213 2.432 10.909 24.797 22.360 47.157

Sumber : Kantor Kecamatan Kuta Alam, 2006

2.3.2 Kepadatan Penduduk

Berdasarkan standar nasional tentang kepadatan penduduk untuk kota menengah yaitu dengan kepadatan maksimum 100 jiwa/Ha, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Peunayong, Laksana, Keuramat dan Kuta Alam telah melampaui ambang batas kepadatan maksimal yang ditetapkan. Jika mengacu pada Revisi RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2002-2010 dimana rencana kepadatan penduduk Kota Banda Aceh sampai tahun 2010 diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :

• Kepadatan rendah : 31-50 jiwa/hektar • Kepadatan sedang : 51-75 jiwa/hektar • Kepadatan tinggi : 76-100 jiwa/hektar

(32)

gtz – SLGSR II - 12 Tabel II.4

Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006

No Kelurahan/Gampong Luas Adm (Ha) Luas Darat (Ha) Tahun 2006 Penduduk Adm (Jiwa/Ha) Kepadatan Darat (Jiwa/Ha) Kepadatan

1 Peunayong 36,00 31,42 3.332 93 106 2 Laksana 21,00 21,00 5.669 270 270 3 Keuramat 49,00 49,00 5.030 103 103 4 Kuta Alam 59,00 54,73 4.842 82 88 5 Beurawe 78,00 78,00 6.396 82 82 6 Kota Baru 78,00 77,89 2.054 26 26 7 Bandar Baru 147,00 145,93 7.384 50 51 8 Mulia 70,00 66,76 3.159 45 47 9 Lampulo 155,00 49,94 3.423 22 69 10 Lamdingin 85,00 40,47 2.261 27 56 11 Lambaro Skep 229,00 50,22 3.727 16 74

Kec. Kuta Alam 1.007,00 665,36 47.277 47 71

Sumber : Hasil Analisis, 2006

Kepadatan penduduk di Kecamatan Kuta Alam dapat dikategorikan seperti pada Gambar 2.10.

2.3.3 Pertumbuhan Penduduk

Dalam rentang waktu 9 (sembilan) tahun kebelakang, jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Alam mengalami pertumbuhan yang tidak stabil, selanjutnya mengalami pertumbuhan yang menurun drastis dari tahun 2004-2005 akibat bencana gempa dan gelombang tsunami. Pertumbuhan rata-rata penduduk di Kecamatan Kuta Alam dari tahun 1997-2004 adalah 1,52%. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan ini relatif sama jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh sebesar 1,5%.

2.3.4 Struktur Penduduk

A. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kuta Alam pada tahun 2006 menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai data dan persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel II.5.

(33)

gtz – SLGSR II - 13

Gambar 2.10

(34)

gtz – SLGSR II - 14

Tabel II.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Gampong

Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Peunayong 1.956 1.376 3.332 2 Laksana 3.177 2.492 5.669 3 Keuramat 2.494 2.536 5.030 4 Kuta Alam 2.623 2.219 4.842 5 Beurawe 3.359 3.037 6.396 6 Kota Baru 1.081 973 2.054 7 Bandar Baru 3.675 3.709 7.384 8 Mulia 1.839 1.320 3.159 9 Lampulo 1.977 1.446 3.423 10 Lamdingin 1.270 991 2.261 11 Lambaro Skep 1.918 1.809 3.727 Kuta Alam Sub District 25.369 21.908 47.277 Sumber : Kantor Kecamatan Tahun 2006

2.4 PEREKONOMIAN 2.4.1 Sektor Ekonomi

Perekonomian Kecamatan Kuta Alam didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa. Hal ini relatif sama dengan kondisi perekonomian Kota Banda Aceh yang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta sektor pertanian.

Tabel II.6

PDRB Kota Banda Aceh Menurut Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000-2005 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Pertanian 129.013,98 134.674,57 140.647,99 146.390,45 152.283,27 109.326,22 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri Pengolahan 42.464,61 43.290,60 46.384,45 48.091,70 50.917,63 48.658,48 Listrik dan Air Minum 8.181,64 8.881,78 10.366,11 8.116,12 8.835,24 5.686,61 Bangunan/Konstruksi 112.334,82 119.829,43 124.023,46 128.827,07 133.336,02 119.626,13 Perdagangan, Hotel & Restoran 450.099,44 457.964,66 469.004,97 490.350,92 515.213,67 481.919,68 Pengangkutan dan Komunikasi 286.190,78 294.536,29 310.110,36 327.268,08 344.607,64 381.943,54 Bank & Keuangan Lainnya 11.649,96 20.791,26 31.563,21 46.938,15 68.817,82 97.280,16 Jasa-jasa 178.674,63 184.640,46 192.156,66 192.354,46 207.848,52 257.611,33

PDRB Total 1.218.609,86 1.264.609,05 1.324.257,21 1.388.336,95 1.481.859,81 1.502.052,15 Sumber: BPS, Banda Aceh Dalam Angka, 2000-2005

(35)

gtz – SLGSR II - 15

Gambar 2.11

PDRB Kota Banda Aceh Menurut Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2005 (Jutaan Rupiah)

0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 2000 2001 2002 2003 2004 2005

PERTANIAN PERTAM BANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR M INUM BANGUNAN/ KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOM UNIKASI BANK DAN KEUANGAN LAINNYA JASA-JASA

Sumber: BPS, Banda Aceh Dalam Angka, 2000-2005

Bila dilihat laju pertumbuhan PDRB Kota Banda Aceh Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 terlihat bahwa kondisi perekonomian sebelum tsunami akhir tahun 2004 cenderung meningkat sampai dengan 6,7%, namun pada periode tahun 2004-2005 terjadi penurunan laju pertumbuhan yang relatif besar, yaitu hanya 1,4%. Hal ini dapat dimaklumi karena bencana tsunami telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian Kota Banda Aceh. Hal ini diperparah dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi paska bencana tsunami.

Gambar 2.12

Pertumbuhan PDRB Kota Banda Aceh Berdarsarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2005

6.7% 1.4% 4.8% 4.7% 3.8% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 2001 2002 2003 2004 2005

(36)

gtz – SLGSR II - 16

Gambar 2.13

Pertumbuhan Inflasi di Kota Banda Aceh Tahun 2000-2006

29% 23% 40% 7% 4% 10% 17% 11% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Apr-06 Jun-06 Inflasi

Sumber: BPS, Banda Aceh Dalam Angka, 2005, Kalkulasi Perhitungan Bank Dunia

Berdasarkan Laporan Human Development Report Indonesia Tahun 2004 dari UNDP, terlihat bahwa tingkat kemiskinan penduduk di Kota Banda Aceh relatif lebih baik bila dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD, maupun Nasional. Namun indikator kemiskinan yang digunakan dalam laporan ini hanya mencakup empat kriteria, yaitu :

1. Persentase jumlah penduduk tanpa akses air bersih.

2. Persentase jumlah penduduk tanpa akses fasilitas kesehatan. 3. Persentase jumlah anak dibawah 5 tahun yang kekuranan gizi. 4. Persentase jumlah penduduk tanpa akses sanitasi.

Gambar 2.14 Indikator Kemiskinan 48.5% 38.0% 35.2% 33.8% 21.5% 48.9% 39.1% 9.3% 12.7% 24.6% 14.9% 44.8% 23.1% 25.8% 25.0% 48.3% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

tanpa akses air bersih tanpa akses fasilitas kesehatan

anak dibawah 5 tahun yang kekurangan gizi

tanpa akses sanitasi NAD Aceh Besar Banda Aceh Indonesia

(37)

gtz – SLGSR II - 17

Gambar 2.15

Tingkat Kemiskinan

(Garis Kemiskinan Rp.129,615 per kapita per bulan) Tahun 2002/2003 dan sesudah Tsunami

29.8% 33.2% 10.3% 18.2% 36.8% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

NAD Aceh Besar Banda Aceh Indonesia

before Tsunami after Tsunami

Sumber : UNDP, Human Development Report Indonesia 2004 BPS dan estimasi Bank Dunia

Sejalan dengan kondisi kemiskinan di Kota Banda Aceh paska tsunami, maka terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Kuta Alam walaupun dalam presentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk terjadi penurunan.

Gambar 2.16

Jumlah Keluarga dan Keluarga Miskin Kuta Alam

9,549 11,783 2,633 3,035 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 2002 2005 Jumlah

Jumlah Keluarga Keluarga Miskin

(38)

gtz – SLGSR II - 18

Gambar 2.17

Pertambahan Kemiskinan Kuta Alam

27.6% 25.8% 72.4% 74.2% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2002 2005

% Keluarga di bawah garis kemiskinan % Keluarga di atas garis kemiskinan Sumber: BPS dan ADB, 2006

2.4.2 Pendapatan Perkapita

Bila dilihat PDRB perkapita penduduk Kota Banda Aceh selalu meningkat dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2005, terutama kondisi setelah tsunami karena jumlah penduduk yang berkurang cukup banyak. Namun hal ini tidak sesuai dengan kondisi real di lapangan karena pendapatan perkapita penduduk Kota Banda Aceh paska tsunami berkurang secara drastis, terutama keluarga yang terkena bencana tsunami. Namun dengan melihat perkembangan saat ini, maka dengan sangat optimis PDRB Kota Banda Aceh akan terus meningkat bahkan melebihi capaian 5 tahun sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya sektor riil yang masuk ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada umumnya dan Kota Banda Aceh pada khususnya.

Tabel II.7

Pendapatan Perkapita Kota Banda Aceh Tahun 2000-2005

Tahun PDRB MHKT 2000 (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB Perkapita (Rp)

2000 1,218,609.86 220,864 5,517,467.13 2001 1,264,609.05 224,766 5,626,336.06 2002 1,324,257.21 226,050 5,858,249.10 2003 1,388,336.95 235,523 5,894,697.97 2004 1,481,859.81 239,146 6,196,464.96 2005 1,502,052.15 177,611 8,456,977.05

(39)

gtz – SLGSR II - 19

2.4.3 Potensi Pengembangan Ekonomi

Potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di Kecamatan Kuta Alam adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Kawasan Pusat Kota di Kelurahan Peunayong, Laksana

dan Kuta Alam sebagai sentra kegiatan perdagangan dan jasa.Akan tetapi

berdasarkan peta populasi penduduk saat ini dan perkiraan masa depan kedua kawasan ini memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan sangat tinggi, maka pengembangan sentra kegiatan perdagangan dan jasa di Kelurahan Peunayong dan Laksana sebaiknya jangan lagi diperluas secara horisontal (ekstensif) tetapi akan lebih baik bila kegiatan ini ditingkatkan secara vertikal (intensif) saja.

2. Pengembangan Kawasan Pesisir Utara (Gampong Lamdingin dan Lambaro

Skep) sebagai kawasan perikanan tambak dan wisata pantai. Dengan

melihat contoh Kuta, Jimbaran dan Sanur di Bali yang mengembangkan wisata pantainya dengan kombinasi sektor riil sangat memungkinkan dikembangkan juga di kedua kawasan ini. Dengan demikian wisata pantai di kawasan ini akan bangkit dan secara otomatis hasil-hasil tambak dan perikanan lainnya akan mendapatkan pasarnya tersendiri, karena sentimen pasar seperti ini akan memungkinkan pula tumbuhnya cafe-cafe, restoran-restoran seafood, bahkan hotel-hotel berbintang serta akan diikuti oleh sektor lainnya.

3. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Samudera dan Industri Perikanan, serta TPI di Gampong Lampulo, Lamdingin dan Lambaro Skep.

4. Pengembangan usaha pabrik es di Gampong Lampulo.

5. Pengembangan sentra UKM pengeringan ikan di Gampong Lampulo. 6. Pengembangan sektor informal di Kelurahan Peunayong.

(40)

gtz – SLGSR II - 20

2.5 STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG 2.5.1 Struktur Ruang

Struktur ruang di Kecamatan Kuta Alam sangat dipengaruhi oleh keberadaan Krueng Aceh yang membelah Kota Banda Aceh dan jaringan jalan utama.

Kecamatan Kuta Alam merupakan bagian dari pusat kota (central business district) Kota Banda Aceh dengan focal point adalah Simpang Lima Pante Pirak.

Bila dibandingkan dengan kondisi sebelum tsunami, maka struktur ruang di Kecamatan Kuta Alam tidak jauh berubah karena wilayah yang mengalami kerusakan hanya terbatas pada wilayah pesisir bagian utara Kecamatan Kuta Alam.

Tabel II.8

Kondisi Struktur Ruang Kecamatan Kuta Alam Sebelum dan Sesudah Tsunami

No Nama Pusat/Sub Pusat Skala Pelayanan/ Kedudukan Dalam Struktur Kota Kondisi Sebelum Tsunami Kondisi Sesudah Tsunami 1 Kawasan Pasar Aceh dan Peunayong

Kota dan Regional/ Pusat Utama Pusat Perdagangan dan Jasa, Perkantoran, dan Pemerintahan Penurunan fungsi pelayanan akibat rusaknya sebagian kawasan

perdagangan jasa dan perkantoran

2 Kuta Alam Lokal dan Kota/Pusat BWK Pusat Perdagangan, Jasa, Perkantoran, Permukiman Penurunan fungsi pelayanan akibat bencana tsunami

Sumber : Laporan Revitalisasi Krueng Aceh, 2006

Secara lebih jelas mengenai kondisi Kecamatan Kuta Alam sebelum tsunami and sesudah tsunami dapat dilihat pada Gambar 2.18.

(41)

gtz – SLGSR II - 21

Gambar 2.18

(42)

gtz – SLGSR II - 22

Beberapa fungsi penting yang mencirikan struktur ruang Kecamatan Kuta Alam meliputi :

1. Koridor jalan utama dengan fungsi perkantoran dan pelayanan umum yang berselang-seling dengan kegiatan komersial (perdagangan dan jasa). Fungsi-fungsi yang bersifat komersial cenderung terus berkembang pada koridor jalan utama ini, sementara fungsi-fungsi perkantoran dan pelayanan umum cenderung merupakan fungsi yang mantap. Ada beberapa lokasi dengan karakter sebagai koridor jalan utama, yaitu :

a. Ruas Jl. Tgk Daud Beureueh, dengan fungsi campuran yang ada dewasa ini, yaitu bangunan umum (kantor instansi pemerintahan, fasilitas sosial), kegiatan perdagangan dan jasa (pasar, toko, restoran, SPBU, dan lain-lain), dengan focal point Simpang Lima (persimpangan Jl. Tgk. Daud Beureueh dengan Jl. Panglima Polim, Jl. Ratu Safiatuddin, Jl. Pantepirak) dan Simpang Jambo Tape (persimpangan Jl. Tgk. Daud Beureueh dengan Jl. Syiah Kuala dan Jl. Hasan Glumpang Payong).

b. Ruas Jl. Syiah Kuala dan Jl. Pocut Baren dengan fungsi campuran antara permukiman dengan kegiatan komersial dan jasa serta perkantoran. Namun demikian kondisi ini terlihat sudah tidak ideal, jika kondisi ini terus dibiarkan dikhawatirkan akan meningkatkan konversi atau pengalihan fungsi lahan yang tidak terkendali dan berkesan lemahnya tata ruang. Jumlah penduduk yang terus meningkat juga akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian. Dengan demikian di kedua kawasan jalan tersebut pengembangan bidang perdagangan dan jasanya sebaiknya dilakukan dengan cara intensifikasi.

2. Kawasan pesisir di sebelah timur Krueng Aceh sampai sebelah barat Krueng Titi Panjang, yaitu di Gampong Lampulo, Lamdingin, dan Lambaro Skep merupakan kawasan yang terkena dampak kerusakan berat. Fungsi pengembangan potensial meliputi pelabuhan perikanan, permukiman terbatas, tambak, dan mangrove.

3. Kawasan tengah di antara kawasan pesisir sampai dengan kawasan pusat kota, yang terletak di Kelurahan Mulia, Peunayong, Laksana, Keuramat, Bandar Baru, dan Kota Baru merupakan kawasan yang terkena dampak

(43)

gtz – SLGSR II - 23

sedang sampai berat. Fungsi pengembangan potensial adalah permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran.

4. Kawasan selatan yang terletak di Kelurahan Kuta Alam dan Beurawe merupakan kawasan yang relatif tidak terkena dampak signifikan. Fungsi pengembangan potensial adalah perkantoran, perdagangan dan jasa, permukiman.

2.5.2 Pola Pemanfaatan Ruang

Pola pemanfaatan ruang yang ada di Kecamatan Kuta Alam terlihat dari penggunaan lahan yang ada (existing land use). Penggunaan lahan existing tersebut digambarkan pada Gambar 2.19, dengan rincian tentang jenis dan sebarannya seperti dikemukakan pada Tabel II.9. Dari gambar dan tabel tersebut karakteristik ruang kawasan dapat dibedakan atas ruang daratan yang relatif kering dan ruang bukan daratan yang dominan basah (wetland).

Untuk bagian kawasan yang berupa daratan, bentuk penggunaan lahan yang mencirikan pemanfaatan ruangnya yang ada dewasa ini adalah :

• Lahan terbangun (built up area), dengan peruntukan berupa permukiman atau perumahan, perkantoran pemerintahan, fasilitas sosial/umum, kegiatan komersial (perdagangan dan jasa), dan lain-lainnya;

• Lahan belum terbangun yang berada di antara lahan-lahan terbangun di atas, prospek pengembangannya adalah akan menjadi lahan terbangun, seperti yang terdapat di Kelurahan Beurawe, Mulia, Bandar Baru;

• Lahan terbangun sebelum bencana alam tsunami, yang dewasa ini merupakan lahan kosong dengan sisa-sisa tapak bangunan sebelumnya, seperti yang terdapat di Gampong Lampulo, Lamdingin, Lambaro Skep, dan Kelurahan Mulia; lahan-lahan ini yang akan menjadi perhatian utama dalam kerangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tsunami; Untuk bagian kawasan yang bukan daratan atau cenderung merupakan perairan dan lahan basah, bentuk-bentuk pemanfatannya adalah berupa :

• Badan air, yang terdiri atas sungai dan saluran; dipertahankan keberadaannya, tanggul dan dinding tepi sungai dan saluran yang

(44)

gtz – SLGSR II - 24

mengalami kerusakan perlu segera dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk meningkatkan kualitas alirannya;

• Tambak, yang umumnya mengalami kerusakan oleh gelombang tsunami, sehingga baik petak tambak maupun saluran perlu rehabilitasi dan rekonstruksi; karena lokasinya yang bersatu dengan vegetasi bakau (mangrove) dan sebelum tambak dikembangkan memang merupakan habitat bakau, maka untuk pengembangan tambak ke depan dilakukan dengan penanaman pohon bakau di dalam petak tambak;

• Vegetasi bakau, yang cenderung pada habitat basah atau tergenang, perlu dilestarikan keberadaannya sehingga pada lokasi-lokasi yang sebelum tsunami mempunyai vegetasi bakau perlu dilakukan penanaman kembali.

Tabel II.9

Penggunaan Lahan Tiap Kelurahan/Gampong di Kecamatan Kuta Alam Tahun 2006

Jenis Penggunaan Lahan (Ha) No Kelurahan/Gampong

Perumahan Fasilitas Umum Perdagangan dan jasa Perkantoran Kawasan Berair Lain-Lain Jumlah 1 Peunayong 4,77 0,89 21,07 0,0 0,0 9,27 36,00 2 Laksana 14,98 0,33 2,93 2,73 0,0 0,04 21,00 3 Keuramat 36,27 4,26 6,69 1,76 0,0 0,01 49,00 4 Kuta Alam 34,14 5,15 8,97 6,45 0,0 4,28 59,00 5 Beurawe 54,55 2,13 4,71 0,0 0,0 16,61 78,00 6 Kota Baru 51,40 11,40 0,63 13,21 0,10 1,26 78,00 7 Bandar Baru 71,31 60,12 11,33 2,28 1,07 0,88 147,00 8 Mulia 62,46 3,93 0,0 0,34 0,0 3,26 70,00 9 Lampulo 47,54 0,34 2,05 0,0 89,50 15,58 155,00 10 Lamdingin 40,00 0,32 0,0 0,0 44,55 0,13 85,00 11 Lambaro Skep 49,33 0,53 0,07 0,0 178,67 0,41 229,00

Kec. Kuta Alam 466,75 89,40 58,45 26,78 313,89 51,74 1.007,00 Sumber : Hasil Pengukuran Peta 1:5000

Bila peta penggunaan lahan eksisting tersebut ditumpang susunkan (ovelay) dengan peta rencana penggunaan lahan RTRW Kota Banda Aceh 2002-2010 maka dapat dilihat bahwa relatif banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti terlihat pada Gambar 2.20.

(45)

gtz – SLGSR II - 25

Gambar 2.19

(46)

gtz – SLGSR II - 26

Gambar 2.20 Peta Overlay

(47)

gtz – SLGSR II - 27

Berkenaan dengan karakteristik dan potensi pemanfaatan ruang yang ada, maka isu pengembangan ruang di Kecamatan Kuta Alam ini ke depan adalah meliputi : 1. Fungsi atau peruntukan yang bersifat stabil atau mantap, yaitu bangunan

umum (perkantoran pemerintah provinsi dan kota, fasilitas pendidikan) dan sebagian kegiatan komersial pada koridor jalan utama, serta permukiman/perumahan yang telah tertata baik.

Rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman dan infrastruktur/prasarana, pada kawasan pesisir dan kawasan bagian tengah, yang terletak di Gampong Lampulo, Lamdingin, Lambaro Skep, dan Kelurahan Mulia.

2. Densifikasi (baik secara horizontal maupun vertikal), terutama pada kawasan permukiman/perumahan yang ada dewasa ini, terutama di Kelurahan Peunayong, Laksana, Keuramat, Kuta Alam, Beurawe, dan Kota Baru.

3. Alih fungsi pemanfaatan, yaitu pada koridor jalan-jalan utama yang potensial bagi pengembangan kegiatan komersial (perdagangan dan jasa), yaitu dari perumahan atau pertanian/lahan kosong di tepi jalan-jalan utama menjadi kegiatan komersial.

2.6 TRANSPORTASI 2.6.1 Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Kecamatan Kuta Alam dapat dikategorikan dalam tiga kategori :

1. Untuk wilayah pesisir (bagian utara Gampong Lampulo, Gampong Lamdingin, dan Gampong Lambaro Skep) sebagian besar sarana transportasi didominasi oleh perahu boat dan perahu motor biasa.

2. Untuk wilayah disekitar jalan Jl. Panglima Polim, Jl. Ahmad Yani, Jl. Sri Ratu Syafiatudin, Jl, T. M. Daud Beureueh, Jl. T. Nyak Arif, Jl. P. Nyak Makam, Jl. Tengku Iskandar, Jl. T. Hamsyah Bendahara, Jl. T. Hasan Glumpang Payong (Kelurahan Peunayong, Laksana, Kuta Alam, Keuramat, Bandar Baru, Beurawe) yang merupakan jaringan jalan utama yang dilalui labi-labi (angkutan umum) maka sarana transportasi relatif lengkap dari mulai kendara pribadi beroda empat, angkutan umum (labi-labi, bus umum, mini bus, L-300, taksi, becak motor ), sepeda motor dan sepeda.

(48)

gtz – SLGSR II - 28

3. Untuk wilayah permukiman bagian dalam antara jalan utama yang dilalui oleh angkutan umum dengan wilayah pesisir hanya terdapat sarana transportasi kendaraan pribadi beroda empat, becak motor, sepeda motor dan sepeda.

2.6.2 Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi yang terdapat di Kecamatan Kuta Alam terdiri dari jaringan jalan dengan perkerasan mulai dari perkerasan tanah, kerikil sampai dengan perkerasan aspal. Secara jelas mengenai jaringan jalan di Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Gambar 2.21.

Untuk jaringan jalan di Kecamatan Kuta Alam bagian utara, terutama yang terkena bencana tsunami sebagan besar (sekitar 80%) dalam kondisi rusak parah, sedangkan untuk jaringan jalan di Kecamatan Kuta Alam bagian selatan sebagian besar (sekitar 20%) dalam kondisi yang cukup baik (lihat Gambar 2.22).

Berdasarkan kelas jalannya, sebagian besar jalan di Kecamatan Kuta Alam adalah jalan lokal/lingkungan dan jalan kota, sebagian kecil berupa jalan provinsi dan jalan negara. Sedangkan berdasarkan fungsi jalan, sebagian besar jalan di Kecamatan Kuta Alam adalah jalan lokal, dan hanya sebagian kecil sebagai jalan utama dengan fungsi jalan arteri dan kolektor.

Selain jaringan jalan, fasilitas pendukung jalan yang terdapat di Kecamatan Kuta Alam meliputi trotoar, drainase, marka jalan, lampu jalan dan halte. Namun secara umum fasilitas pendukung jalan tersebut hanya terdapat di jalan-jalan utama seperti Jl. H.M. Daud Beureueh, Jl. T. Nyak Arif, Jl. Sri Ratu Syafiatudin, dan Jl. Panglima Polem.

2.6.3 Manajemen Lalu Lintas A. Angkutan Umum

Kecamatan Kuta Alam dilalui oleh 5 (lima) rute angkutan umum labi-labi, yaitu : 1. Terminal Keudah – Darussalam pp.

2. Terminal Keudah – Ulee Kareeng pp.

(49)

gtz – SLGSR II - 29

Gambar 2.21 Jaringan Jalan

(50)

gtz – SLGSR II - 30

Gambar 2.22 Kondisi Jaringan Jalan

(51)

gtz – SLGSR II - 31

4. Terminal Keudah – Lampineung pp.

5. Terminal Keudah – Lambaro, Sibreh, Samahani, Indrapuri, Jantho, Seulimeun pp.

Selain angkutan umum labi-labi, terdapat pula jenis angkutan umum lainnya seperti Bus DAMRI, taksi, dan becak motor. Untuk Bus DAMRI mempunyai rute khusus, sedangkan taksi dan becak motor bebas bergerak sesuai permintaan penumpang. Secara lebih jelas mengenai ruas jalan yang dilalui rute angkutan umum labi-labi di Kecamatan Kuta Alam dapat dilihat pada Gambar 2.23.

B. Perparkiran

Sistem perparkiran di Kecamatan Kuta Alam sebagian besar masih menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir, kecuali untuk kawasan perkantoran yang telah mempunyai tempat parkir sendiri. Hampir seluruh tempat parkir yang terdapat di kawasan perdagangan seperti Pasar Peunayong, Jl. Panglima Polem dan kawasan pendidikan (sekolah) menyebabkan terjadinya kemacetan terutama pada jam-jam sibuk. Mengingat Kecamatan Kuta Alam sebagai CBD Kota Banda Aceh, maka masalah perparkiran juga merupakan masalah yang krusial saat ini karena semakin hari jumlah kendaraan semakin meningkat sedangkan luas badan jalan tidak bertambah. Untuk membangun car park seperti kota-kota besar mungkin belum terpikirkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh atau pelaku bisnis lainnya, akan tetapi pada saat ini yang sangat mungkin dilaksanakan adalah mengintensifkan manajemen fungsi jalan karena banyak sekali jalan-jalan yang selama ini didisfungsikan, seperti contohnya kawasan pejalan kaki (footpath) banyak difungsikan sebagai cafe-cafe kagetan, area dagang dan sebagainya. Sehingga lokasi yang semestinya bisa digunakan untuk pedestrian atau tempat parkir kendaraan roda dua berubah fungsinya, demikian juga diatas badan jalan sehingga hal ini semakin mempersempit ruas jalan. Hal yang demikian ini pada jam-jam sibuk dapat mengakibatkan kemacetan. Sebelum kemacetan ini bertambah kompleks dan ruwet, maka perlu penegakan Peraturan Daerah (Perda) dan peningkatan peran dan fungsi Camat setempat yang lebih dominan.

(52)

gtz – SLGSR II - 32

Gambar 2.23 Rute Angkutan Umum

Gambar

Tabel  II.1
Tabel II.3
Tabel II.6
Gambar 2.14 Indikator Kemiskinan 48.5% 38.0% 35.2% 33.8% 21.5% 48.9% 39.1% 9.3% 12.7% 24.6% 14.9%44.8%23.1%25.8% 25.0%48.3% 0%10%20%30%40%50%60%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : HUBUNGAN PELAYANAN KLINIK INFEKSI MENULAR SEKSUAL DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN IMS PADA WANITA USIA SUBUR BERESIKO DI PUSKESMAS KUTA ALAM

Hutan lindung dapat dimanfaatkan dengan untuk kegiatan pariwisata (alam) melalui prosedur ijin pemanfaatan hutan dengan kementerian kehutanan. Pengendalian dalam PZ dapat

Bentuk pola asuh anak dalam keluarga nelayan di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh adalah orang tua menerapkan pola asuh permisif yang mana orang

Setelah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kecemasan Pandemi Covid-19 Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Kota

IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh...

Mempertahankan keberadaan dan keutuhan kawasan konservasi alam seperti hutan lindung, hutan kota dan hutan mangrove yang ada untuk

Kota Banda Aceh khususnya Kecamatan Kuta Alam, hingga tahun 2018 secara umum belum memiliki pengelolaan e-waste terkhusus e-waste telepon seluler dan jumlah

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Depot Air Minum Isi Ulang DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh Tahun 2020, maka dapat di