• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dampak kenaikan inflasi terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham di Bursa Efek Indonesia [BEI] : studi kasus pada pojok bursa efek fakultas ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis dampak kenaikan inflasi terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham di Bursa Efek Indonesia [BEI] : studi kasus pada pojok bursa efek fakultas ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh :

Vaschalis David Suswanto Nim : 052214006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Vaschalis David Suswanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kenaikan inflasi terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penelitian ini dilakukan selama bulan April sampai Agustus 2008 di Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan data tentang harga dan volume perdagangan saham yang terdaftar di BEI bulan Januari 2003-Desember 2007. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 121 saham, dan pengambilannya menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana.

(6)

vi

Vaschalis David Suswanto University of Sanata Dharma

Yogyakarta 2009.

This research aims to know the influence of inflation on volume and price of shares listed in Indonesian Stock Exchange.

This research was conducted in April until August 2008 using data base of Stock Exchange of Economics Faculty University of Sanata Dharma, Yogyakarta. Data were collected using observation. The population is the entire data on volume and price of shares in listed Indonesian Stock Exchange from January 2003 to Desember 2007. Samples of this research were 121 shares, which were taken using Proportional Random Sampling. Data analysis techniques used was Simple Linear Regression Analysis.

(7)
(8)

viii

judul “Analisis Dampak Kenaikan Inflasi Terhadap Harga dan Volume

Perdagangan Saham per Sektor Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI): Studi

Kasus pada Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta dengan baik. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Romo Rektor DR. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. Selaku Rektor

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., Selaku dosen pembimbing I, yang

telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

5. Bapak Drs. P. Rubiyatno, MM., Selaku dosen pembimbing II, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih

(9)

ix

Bapak.

7. Mas Andi Purno yang telah memberikan waktu, perhatian, kesabaran dalam

menemani mengerjakan skripsi ini. Mas sudah kubuktikan kalau aku sudah

lulus. Terimakasih ya mas.

8. Yovinta Endah Lestari (Dedek) tersayang, makasih ya dek udah banyak

member pelajaran tentang hidup sama mas.

9. Teman-teman angkatan 2005 : Andika, Andi, Anton, Yoga, Bayu Gundol,

Hendro, Win, Nico, Lukas. Terimakasih kalian masih mau menjadi

teman-teman yang bisa mengerti kondisiku walaupun berita diluar seperti itu.

10. Temen-temen kost Brojowikalpo : Rokky, Yanto, Simon, Gustin, Bintang,

Agung, Nico, Pakde, Charles, Beni, Stev yang selalu menemaniku.

11. Temen-temen kost Alamanda : Very, Mas Bayu, Tante Susi, Angga, Vikky,

Gemboz, Mas Toyo, Cacing, Adang (Ampal).

12. Mantan-mantanku yang sudah mengisi hari-hariku di Yogyakarta. Dari

kalian aku mendapatkan banyak pelajaran tentang hidup ini dan bisa

menghargai hidup yang sudah diberikan Tuhan. Terimakasih untuk

semuanya.

13. Mas Panji (Ribot) yang mau bersabar dan mau mengerti kesusahanku. Maaf

ya sering dibangunkan pagi-pagi karena mau bimbingan. Bantuanmu sangat

(10)

x

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi

bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, Mei 2009

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Masalah... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pasar Modal ... 5

B. Saham... 9

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham... 18

D. Inflasi ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian... 32

(12)

xii

H. Teknik Analisis Data... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

A. Populasi... 37

B. Sampel... 38

BAB V ANALISIS DATA ... 43

A. Menghitung Rata-Rata Saham ... 43

B. Menguji Signifikansi Hipotesis H1a... 43

C. Menguji Signifikansi Hipotesis H1b... 44

D. Menguji Signifikansi Hipotesis H2a... 44

E. Menguji Signifikansi Hipotesis H2b... 51

F. Menguji Signifikansi Hipotesis H3a... 57

G. Menguji Signifikansi Hipotesis H3b... 57

H. Pembahasan... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

C. Keterbatasan ... 67

(13)

xiii

IV.2 Pertambangan... 39

IV.3 Industri dasar dan kimia ... 39

IV.4 Aneka industri ... 40

IV.5 Industri barang-barang konsumsi... 40

IV.6 Properti dan real estate ... 41

IV.7 Infrastruktur, utilitas dan transportasi ... 41

IV.8 Keuangan ... 41

IV.9 Perdagangan, jasa dan investasi ... 42

V.1 Rangkuman Hasil Penelitian Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham ... 65

(14)

xiv

2 IHSGRegresionVolume Perdagangan... 2

3 RegresionHarga Saham Pertanian... 3

4 RegresionHarga Saham Pertambangan ... 4

5 RegresionHarga Saham Industri Dasar dan Kimia ... 5

6 RegresionHarga Saham Aneka Industri ... 6

7 RegresionHarga Saham Industri Barang-barang Konsumsi ... 7

8 RegresionHarga Saham Properti dan Real Estate ... 8

9 RegresionHarga Saham Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi... 9

10 RegresionHarga Saham Keuangan... 10

11 RegresionHarga Saham Perdagangan, Jasa dan Investasi ... 11

12 RegresionVolume Perdagangan Pertanian... 12

13 RegresionVolume Perdagangan Pertambangan ... 13

14 RegresionVolume Perdagangan Industri Dasar dan Kimia ... 14

15 RegresionVolume Perdagangan Aneka Industri ... 15

16 RegresionVolume Perdagangan Industri Barang-barang Konsumsi ... 16

(15)

xv

20 RegresionVolume Perdagangan Perdagangan, Jasa, dan

(16)

1

Investasi melalui pasar modal selain memberikan keuntungan juga

mengandung resiko. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan

kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu diantaranya perubahan

deviden yang dibagikan, hari libur dan Earning Per Share(EPS) dan tingkat bunga

yang dibagikan. Dengan mengunakan faktor yang lain yaitu inflasi ingin diketahui

apakah juga mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham per sektor

di Bursa Efek Indonesia.

Inflasi merupakan keadaan di mana harga barang-barang secara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama secara terus menerus.

Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui apakah ada dampak kenaikan inflasi

terhadap volume perdagangan dan harga saham per sektor di Bursa Efek Indonesia

(BEI), sektor-sektor apa saja yang terpengaruh dengan kenaikan inflasi dan sektor

apa saja yang paling dominan terpengaruh oleh kenaikan inflasi. Seperti kita ketahui

bahwa ada sembilan sektor yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini,

yaitu : Pertanian; Pertambangan; Industri dasar dan kimia; Aneka industri; Industri

barang-barang konsumsi; Properti dan real estate; Infrastruktur, utilitas dan

(17)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Okty (2002) menyebutkan bahwa

faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat

suku bunga dan inflasi. Dengan menggunakan variabel yang sama yaitu inflasi, maka

ingin diketahui apakah inflasi mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham

di setiap sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pengaruh inflasi perlu diteliti karena tingkat imbal hasil minimal (minimum

required rate of return) yang dibutuhkan oleh seorang pemodal agar bersedia

menyerahkan uangnya untuk ditanamkan dalam suatu obyek investasi merupakan

penjumlahan dari tiga komponen: tingkat keuntungan riil, perkiraan tingkat inflasi

dan perkiraan tingkat risiko obyek investasi yang bersangkutan. Dengan logika

sederhana kita bisa melihat bahwa meningkatnya inflasi menyebabkan pemodal

meminta tingkat keuntungan nominal yang lebih tinggi, maka penelitian ini ingin

mengetahui apakah ada hubungan antara inflasi dengan volume perdagangan dan

harga saham per sektor di BEI.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor

dalam membuat keputusan investasi, sehingga investasinya tidak mengalami

kerugian terutama dalam masa-masa inflasi yang tinggi. Selain dari itu, bagi emiten

diharapkan informasi ini dapat membantu menentukan langkah-langkah yang dapat

diambil untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh inflasi terhadap volume

perdagangan dan harga saham per sektor di Bursa Efek Indonesia, sektor-sektor yang

dipengaruhi oleh kenaikan inflasi dan sektor yang paling dominan dipengaruhi oleh

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah inflasi mempengaruhi harga saham per sektor di BEI ?

2. Apakah inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham per sektor di BEI?

3. Harga dan volume perdagangan saham di sektor apa saja yang dipengaruhi

oleh kenaikan inflasi ?

4. Harga dan volume perdagangan saham di sektor apa saja yang paling

dominan dipengaruhi oleh kenaikan inflasi ?

C. Batasan masalah

Dalam hal ini penulis membatasi masalah menjadi :

1. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama secara

terus-menerus.

2. Volume perdagangan adalah banyaknya transaksi penjualan dan pembelian

sekuritas yang dilakukan dalam periode tertentu.

3. Sektor-sektor yang ada di BEI saat ini yang meliputi : Pertanian,

Pertambangan, Industri dasar, Aneka industri, Industri barang-barang

konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah inflasi mempengaruhi harga saham per sektor di

BEI.

2. Untuk mengetahui apakah inflasi mempengaruhi volume perdagangan saham

(19)

3. Untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang dipengaruhi oleh kenaikan

inflasi.

4. Untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang paling dominan dipengaruhi

oleh kenaikan inflasi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi kegunaan kepada :

1. Para investor dan pelaku pasar modal. Sehingga memberikan informasi yang

berguna untuk mengambil keputusan dalam melakukan investasi terutama

dalam masa-masa inflasi

2. Para emiten, hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui informasi

apa saja yang dapat mempengaruhi harga pasar saham, sehingga dapat

(20)

5

A. Pasar Modal

1. Alasan Dibentuknya Pasar Modal

Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara karena pasar modal

menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi

ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak

yang mempunyai kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan dana

(borrower). Beberapa daya tarik dari pasar modal menurut Husnan (1998;4) yaitu :

a) Pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana

selain sistem perbankan. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan yang

memerlukan dana untuk ekspansi usaha mereka hanya bisa memperoleh

dana tersebut dalam bentuk kredit. Dalam teori keuangan (Suad

Husnan, 1996;) jelaskan bahwa ada keterbatasan penggunaan hutang.

Keterbatasan tersebut diindikasikan dari terlalu tingginyadebt to equity

ratio (yaitu perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang

dimiliki perusahaan. Sesuai dengan balancing theory of capital

structure, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi,

biaya modal perusahaan tidak lagi minimum, tetapi akan meningkat

dengan makin banyaknya hutang yang dipergunakan. Dalam keadaan

(21)

kecuali kalau bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal

sendiri).

b) Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang

berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan

(saham). Dengan demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari

kondisidebt to equity ratioyang terlalu tinggi.

c) Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan

investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya

tidak ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya bisa

menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan (selain

alternatif investasi pada real assets). Dengan adanya pasar modal, para

pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi,

membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai investasi) sesuai

dengan risiko yang mereka harus tanggung dan tingkat keuntungan

yang mereka harapkan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal

Sebagaimana didefinisikan diatas, pasar modal merupakan pertemuan antara

supply dan demand akan dana jangka panjang yang tranferable. Oleh karena itu

keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi olehsupplydandemandtersebut

(22)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut Husnan

(1998) antara lain adalah :

a. SupplySekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan

sekuritas di pasar modal. Tetapi kemudian timbul pertanyaan :

1) Apakah terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu

negara yang memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dengan

menguntungkan?

2) Apakah mereka bersedia memenuhi persyaratan full disclosure

(artinya mengungkapkan kondisi perusahaan) yang dituntut oleh pasar

modal?

b.Demand Sekuritas

Faktor ini berarti bahwa terdapat anggota masyarakat yang memiliki dana

yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang

ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari

individu, perusahaan non-keuangan maupun lembaga-lembaga keuangan.

Sehubungan dengan faktor ini, maka pendapatan per kapita suatu negara dan

distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnyademandakan sekuritas

c. Kondisi Politik dan Ekonomi

Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan

sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan

ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan

(23)

d. Hukum dan Peraturan Pembelian Sekuritas

Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang

disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Kebenaran

informasi, karena itu menjadi sangat penting disamping kecepatan dan

kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi

yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. Justru pada

aspek inilah sering negara-negara dunia ketiga lemah. Keberadaan lembaga

yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga

yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.

Kegiatan di pasar modal pada dasarnya merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh pemilik dana dan pihak yang memerlukan dana secara langsung

(artinya tidak ada perantara keuangan yang mengambil alih risiko investasi).

Dengan demikian maka peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya

dan cepat tersedianya menjadi sangat penting. Disamping itu, transaksi harus

dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan maka diperlukan lembaga dan

profesi yang menjamin persyaratan-persyaratan tersebut dipenuhi.

Dalam dunia yang sebenarnya hampir semua investasi mengandung unsur

ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan

diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena pemodal menghadapi

kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya

mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal

mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, ia harus

(24)

B. Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai

pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik

perusahaan yang berbentuk PT hanya terbatas pada modal yang disetorkan.

Perusahaan bisa menerbitkan saham tanpa harus mengubah anggaran dasar dan ini

disebut sebagai nilai saham yang diotorisir. Atau dengan kata lain adalah jumlah

saham yang bisa diterbitkan oleh direksi tanpa persetujuan para pemegang saham

(Husnan, 1998;275).

Meurut Husnan (1998;278) analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai

intrinsik (intrinsic value) suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan

harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI)

menunjukanpresent value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman

yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai

undervalued (harganya terlalu rendah) dan seharusnya dibeli atau

ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai

overvalued(harganya terlalu mahal) dan seharusnya dijual

3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar

harganya dan berada dalam kondisi seimbang.

Para analisis dan pemodal selalu mengupayakan untuk melakukan analisis

(25)

menganalisis dengan mengidentifikasikan saham mana yang sebaiknya dibeli dan

yang dijual, tetapi apabila pada kondisi pasar modal efisien akan sangat sulit bagi

pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan diatas normal (Husnan, 1998;279).

Pemodal atau investor saham jangan hanya berpatokan pada satu indikator

saja melainkan banyak faktor, karena fluktuasi harga saham dipengaruhi mulai dari

faktor internal, ekternal, mikro dan makro ekonomi serta faktor-faktor yang tidak

bisa dijelaskan secara ekonomi (faktor psikologis). Untuk itu agar tidak bingung

dalam berinvestasi di pasar modal, sebaiknya seorang investor perlu membuat

kriteria dan tujuan yang hendak dicapai dalam investasinya di pasar modal (Lim,

2008).

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham mudah

dikenali. Permasalahannya bagaimana faktor-faktor tersebut dapat diterapkan dalam

suatu sistem penilaian yang bisa digunakan untuk memilih saham mana yang

seharusnya dimasukkan ke dalam portofolio .

1. Penilaian Saham

Penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian

variabel ekonomi atau variabel perusahaan untuk meramalkan harga saham.

Variabel ekonomi misalnya laba perusahaan, dividen, inflasi dan variabilitas laba

(Husnan, 1998;280).

Menurut Jogiyanto (2003;89) pendekatan yang digunakan untuk

(26)

a) Pendekatan Nilai Sekarang

Pendekatan nilai sekarang disebut juga metode kapitalisasi laba

(capitalization of income menthod) karena melibatkan proses kapitalisasi

nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika

investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek

perusahaan tersebut di masa mendatang dan prospek ini merupakan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas di masa depan, maka

nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan

nilai-nilai arus kas (cas flow) di masa depan menjadi nilai sekarang.

Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai

perusahaan. Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan

emiten. Arus dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh

investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus

pendapatan yang diterima oleh investor maka model diskonto dividen

dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk

menghitung nilai intrinsik saham.

b) Pendekatan Pembayaran Dividen yang Tidak Teratur

Pembayaran dividen yang tidak teratur merupakan pembayaran

dividen tiap-tiap periode yang tidak mempunyai pola yang jelas bahkan

untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali,

(27)

c) Pendekatan Dividen Konstan Tidak Tumbuh

Pada umumnya perusahaan tidak mau momotong dividen karena

pengurangan dividen akan dianggap sebagai sinyal jelek bagi investor.

Perusahaan yang memotong dividen akan dianggap mengalami kesulitan

likuiditas sehingga perlu mendapatkan tambahan dana. Perusahaan emiten

tidak ingin mengeluarkan sinyal seperti ini.

Hal yang paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar

dividen yang konstan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan likuiditas

perusahaan dalam keadaan stabil. Dengan dividen yang konstan maka

untuk menilai saham biasanya dinyatakan dalam persentasi dari nilai

nominalnya.

d) Pendekatan Pertumbuhan Dividen yang Konstan

Bentuk lain dari model diskonto dividen adalah dividen yang

tumbuh secara konstan. Pertumbuhan dividen yang tumbuh secara

konstan lebih dikenal dengan model Gordon karena Myron J. Gordon

merupakan orang yang mengembangkan model ini. Asumsi dasar dari

model ini adalah suku bunga diskonto (k) harus lebih besar dari dari

tingkat pertumbuhan dividen (g), maka nilai intrinsik saham menjadi

negatif yang merupakan nilai realistis untuk suatu saham. Demikian juga

jika nilai (k) sama dengan (g), maka (k-g) akan sama dengan nol dan

akibatnya nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali sampai tak

(28)

Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan

dividen per lembar (D1), tingkat bunga diskonto atau tingkat

pengembalian yang diinginkan (k), dan pertumbuhan dividen (g) adalah:

 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan

dividen per lembar adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang

dibayar, semakin besar harga dari saham.

 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan

pertumbuhan dividen (g) adalah positif yaitu semakin besar

pertumbuhan dividen semakin besar harga dari saham.

 Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan

tingkat bunga diskonto (k) adalah negatif yaitu semakin besar tingkat

bunga diskonto semakin kecil harga dari saham

e) Pendekatan PER (price earnings ratio)

Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung

nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan

(earnings). Salah satu pendekatan yang populer digunakan adalah

pendekatan PER. PER menunjukan ratio dari harga saham terhadap nilai

laba perusahaan. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai

harga dari saham terhadap kelipatan dariearnings. Misalnya PER adalah

5 maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali

(29)

f) Harga Jual Akhir

Model diskonto dividen sampai mengasumsikan bahwa arus

dividen sifatnya adalah infiniti, yaitu dividen di bayar terus sampai

periode tak hingga. Investor yang menyukai dividen dan tidak akan

menjual sahamnya akan menerima arus kas dividen seperti yang

diasumsikan diatas. Tetapi tidak semua investor menyukai dividen dan

akan memegang saham selamanya. Investor seperti ini biasanya

mementingkancapital gaindibandingkan dividen.

Capital gain merupakan keuntungan penjualan saham akibat

selisih dari harga jual saham dengan harga belinya. Untuk itu investor

perlu mempertimbangkan sebagai arus kas yang harus masuk ke dalam

rumus model dividen diskonto sebelumnya. Jika investor menjual

sahamnya pada periode ke-n sebesar Pn,maka nilai harga jual dari saham

disebut nilai terminal, yaitu nilai akhir yang diterima investor. Salah satu

karateristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk

portofolio investasi, artinya pemodal dapat dengan mudah menyebar

(melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan

investasi.

2. Volume Perdagangan Saham

Trading volume activity (aktivitas volume perdagangan) merupakan

penjualan dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada saat waktu dan

(30)

terhadap pergerakan harga saham. Volume transaksi merupakan unsur kunci

dalam melakukan prediksi terhadap pergerakan harga saham (Vierly, 2007).

Trading Volume Activity (TVA) dianggap sebagai ukuran dari kekuatan

atau kelemahan pasar. Apabila TVA cenderung mengalami peningkatan saat

harga mengalami penurunan, maka pasar diindikasikan dalam keadaan bearish.

Sedangkan saat TVA cenderung meningkat selama harga mengalami peningkatan

maka pasar di indikasikan dalam keadaanbullish(Vierly, 2007).

Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham

perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan

keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun

waktu yang sama (Vierly, 2007).

Volume perdagangan saham sebagai suatu variabel dependen memiliki

karakteristik dalam suatu penilaiannya, hal ini disebabkan oleh tinggi rendahnya

volume perdagangan saham setiap hari yang dipengaruhi oleh banyak faktor,

antara lain kondisi perekonomian negara yang bersangkutan, harga saham,

prestasi perusahaan emiten, rumor dan sebagainya (Anonim, 2003).

3. Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan

investasi dalam sekuritas yaitu : sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak

investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan,

(31)

Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai

berikut (Husnan, 1998):

a) Menentukan Kebijakan Investasi

Pada tahap ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan

berapa banyak investasi tersebut dilakukan. Karena ada hubungan yang positif

antara risiko dan keuntungan maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan

investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Pemodal harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Jadi

tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko.

Para pemodal yang tidak bersedia menanggung risiko yang tinggi

mungkin akan memilih sebagian besar investasinya pada obligasi dari

perusahaan-perusahaan yang dinilai aman. Dengan demikian preferensi risiko

perlu dipertimbangkan dalam proses investasi.

Jumlah dana yang akan diinvestasikan mempengaruhi keuntungan yang

diharapkan dan risiko yang ditanggung. Pemodal yang meminjam dana dan

menginvestasikannya pada berbagai saham, akan menanggung risiko yang lebih

tinggi daripada pemodal yang mengunakan seratus persen modal sendiri.

b) Analisis Sekuritas

Pada tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual atau

sekelompok sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas yaitu:

1. Mereka berpendapat bahwa ada sekuritas yangmispriced(harganya salah,

mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan dapat mendeteksi

(32)

tetapi garis besarya bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis

teknikkal dan analisis fundamental. Analisis teknikal mengunakan data

(perubahan) harga dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga

sekuritas di masa yang akan datang.

2. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan

(lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa

memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Mereka

berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas

yang mispriced, analisis tidak mampu mendeteksinya. Pada dasarnya

mereka yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal

efisien. Artinya bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang

tersedia. Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, sesuai dengan

pendapat ini adalah sesuai dengan risiko yang mereka tanggung.

c) Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut

indentifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana

yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan

banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi)

dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Sebagaimana telah

disebutkan diatas, pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi

(33)

d) Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,

dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah

dimilikinya. Kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi

optimal karena dipengaruhi oleh beberapa faktor atau tidak sesuai dengan

preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap

sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

e) Evaluasi Kinerja Portofolio

Pada tahap ini pemodal melakukan evaluasi terhadap kinerja

(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh

maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio yang

memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio

lainnya. Faktor risiko dimasukkan oleh karena itu diperlukan standar

pengukuran.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Merry Lo (2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham dibagi menjadi dua yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor

makro adalah faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan meliputi

tingkat suku bunga, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik yang dapat

memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada

akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro

adalah faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri

(34)

produktivitas pekerja yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan

perusahaan tersebut secara individual.

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat diketahui

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu diantara :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyani (1999) tentang analisis dampak

perubahan dividen yang dibagikan perusahaan terhadap perubahan harga

saham pada 50 perusahaan yang listing di BEJ selama 2000-2001

menunjukkan adanya hubungan yang sangat lemah dan berbanding

terbalik antara perubahan dividen terhadap perubahan harga saham.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2001) tentang analisis dampak hari

libur terhadap tingkat keuntungan harga saham memenunjukan bahwa

empat hari libur nasional yaitu Idul Adha, kenaikan Isa Almasih, Idul

Fitri dan Natal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

keuntungan harga saham.

3. Penelitan yang dilakukan oleh Yunitasari (2000) tentang pengaruh

Earning Per Share (EPS) dan tingkat bunga terhadap harga saham

menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Okty (Anonim, 2007) yang menyebutkan

bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga

saham adalah tingkat suku bunga dan inflasi.

Dengan menggunakan variabel yang sama yaitu inflasi maka pada penelitian

ini ingin diketahui apakah inflasi juga berpengaruh terhadap harga dan volume

(35)

D. Inflasi

Menutut Gunawan (1991) Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat

menarik untuk diperhatikan. Setiap kali ada gejolak sosial, politik atau ekonomi di

dalam maupun di luar negeri, masyarakat akan selalu menghubungkannya dengan

masalah inflasi. Beberapa alasan pentingnya inflasi untuk diperhatikan, yaitu :

1. Bahwa inflasi memperburuk distribusi pendapatan (yang tidak seimbang)

2. Inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang merupakan

sumber dana investasi bagi negara-negara berkembang.

3. Inflasi mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta

meningkatkan besarnya utang luar negeri.

4. Inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.

5. Inflasi dapat juga menyebabkan atau merangsang pertumbuhan ekonomi

melalui transfer sumber-sumber dari masyarakat ke pihak investor.

Beberapa definisi inflasi menurut :

Leaner (Gunawan, 1991;1) menyatakan bahwa inflasi adalah keadaan di

mana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam

perekonomian secara keseluruhan. Kelebihan permintaan akan barang-barang ini

diartikan sebagai kelebihan tingkat pengeluaran (level of spending) untuk komoditi

akhir dibandingkan dengan tingkat output maksimum yang dapat dicapai jangka

panjang, dengan sumber-sumber produksi tertentu. Ditinjau dari sisi lain, kelebihan

permintaan tersebut dapat diartikan sebagai too much money is chasing too few

(36)

1. Pengeluaran yang diharapkan terlalu banyak bila dibandingkan

dengan barang yang tersedia, atau

2. Barang yang tersedia terlalu sedikit bila dibandingkan dengan tingkat

pengeluaran yang diharapkan.

Paish (Gunawan, 1991;2) mengatakan : “ in inflation, money incomes are

being inflated relative to real potensial GNP”, atau dengan kata lain “ pendapatan

nominal meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan arus

barang dan jasa yang dibeli (pendapatan nasional riil)”.

Turney (Gunawan, 1991;2) menyatakan inflasi sebagai variabel yang

melambung (inflated) adalah tingkat harga ataupun tingkat upah umum. Ia juga

membatasi inflasi pada keadaan di mana tingkat output umum tidak mungkin lagi

ditingkatkan, bahkan dalam jangka pendek, yang berarti inflasi terjadi pada saat GNP

aktual riil jauh meningkat di atas GNP potensial riil.

Venieris dan Sebold (Gunawan, 1991;3) mendefinisikan inflasi sebagai : “ a

sustained tendency for the general level of prices to rise over time”. Kenaikan harga

umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini tidak dapat dikatakan

sebagai inflasi.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia

Pengamatan terhadap perekonomian Indonesia oleh para ahli ekonomi

menunjukkan bahwa ekspansi jumlah uang beredar akibat adanya pengaruh

anggaran pemerintah dan neraca pembayaran, merupakan faktor dominan

penentu inflasi di Indonesia. Di samping itu, adanya inflasi yang diimpor sebagai

(37)

harga dan produksi minyak bumi (terutama ekspornya), menggambarkan cukup

rawannya perekonomian Indonesia terhadap gejolak perekonomian

dunia(Gunawan, 1991;60).

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi inflasi di Indonesia adalah :

a) Inflasi yang Diimpor

Pekanya perekonomian Indonesia terhadap gejolak ekonomi dunia

disebabkan oleh sangat terbukanya perekonomian Indonesia. Keterbukaan

perekonomian Indonesia tercermin dari cukup tingginya rasio perdagangan luar

negeri terhadap produksi nasional. Gejolak harga komoditi impor maupun ekspor

di pasaran dunia akan turut mempengaruhi besarnya tingkat harga umum didalam

negeri sehingga terjadi imported inflation(Gunawan, 1991;105).

Otani (Gunawan, 1991;105) menyatakan bahwa inflasi yang diimpor

dapat terjadi karena adanya peningkatan harga ekspor dan impor di pasar dunia.

Dengan sistem nilai tukar valuta asing yang tetap (fixed exchange rate), inflasi

dunia akan langsung mempengaruhi inflasi di dalam negeri melalui peningkatan

harga barang-barang yang diperdagangkan di pasar dunia.

Nakamaru (Gunawan, 1991;107) menyatakan bahwa laju inflasi yang

diimpor dianggap sebagai selisih antara laju perubahan indeks implisit

permintaan agregatif dengan laju perubahan tingkat harga umum.

b) Produksi Bahan Makanan

Ketergantungan perekonomian Indonesia yang demikian besar terhadap

sektor pertanian seperti dicerminkan oleh peran nilai tambahnya yang relatif

(38)

produktivitas yang rendah, dan ditambah lagi dengan beban penduduk yang

cukup tinggi menyebabkan tingkat harga bahan makanan meningkat cukup cepat.

Terjadinya perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non-pertanian (industri

atau jasa) di daerah perkotaan, menambah berat beban permintaan akan bahan

makanan (beras), sementara penawarannya tidak dapat berkembang cepat

mengikuti permintaannya (Gunawan, 1991;110).

Sangat kecilnya korelasi antara kelebihan permintaan atau kelebihan

penawaran tanaman bahan makanan (tenggang waktu satu tahun) dengan laju

peningkatan tingkat harganya menunjukkan ketatnya usaha pemerintah untuk

mengatur tingkat harga kebutuhan pokok masyarakat. Ini mengingat kontribusi

kenaikan tingkat harga tanaman bahan makanan dalam pembentukan tingkat

harga umum cukup besar (Gunawan, 1991;110).

c) Produksi Minyak dan Gas Bumi

Mengingat sangat pekanya perekonomian Indonesia terhadap fluktuasi

permintaan dan produksi minyak dan gas bumi terutama pengaruhnya terhadap

penerimaan pemerintah dan penerimaan devisa negara, maka tentunya hal ini

juga akan mempengaruhi perkembangan tingkat harga umum. Perkembangan

harga minyak bumi OPEC yang cenderung meningkat beberapa tahun terakhir ini

menyebabkan pemerintah mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi

akibat buruk bagi pembiayaan pembangunan termasuk pengurangan subsidi

bahan bakar minyak mendorong kenaikan yang cukup besar pada tingkat harga

(39)

d) Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar (money supply) di Indonesia didefinisikan sebagai

tagihan masyarakat terhadap sektor perbankan dan terbatas pada jumlah antara

uang kartal dan uang giral. Ini berarti Indonesia menganut konsep jumlah uang

yang beredar M1 (narrow money) di mana uang kuasi yang berupa deposito

berjangka dan tabungan bukan merupakan komponen jumlah uang beredar

melainkan hanya sebagai bagian dari likuiditas perbankan (Gunawan, 1991;67).

Menurut Fisher (Gunawan, 1991;67) Persamaan Pertukaran (equation of

Exchange) menggambarkan hubungan antara jumlah uang beredar (M),

kecepatan peredaran uang (V), tingkat harga (P) dan jumlah transaksi (T) atau

output riil (Yr) dalam bentuk :

M V = P Yr

Atau secara singkat dapat ditulis :

m + v = p + y

dimana:

m = adalah laju pertumbuhan jumlah uang beredar

v = adalah laju perubahan kecepatan peredaran uang

p = adalah laju inflasi

y = adalah laju pertumbuhan output riil

Ini berarti laju perubahan kecepatan peredaran uang yang juga bisa diartikan

sebagai proses monetisasi perekonomian yang merupakan selisih antara laju

(40)

Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya jumlah uang yang beredar

dalam perekonomian sebagai akibat dari meningkatnya jumlah saldo kas yang

dimiliki oleh rumah-rumah tangga dikarenakan oleh meningkatnya jumlah uang

beredar. Ini dengan sendirinya mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan

agregatif. Karena rumah tangga akan langsung menggunakannya untuk

memperbesar pengeluaran konsumsi mereka. Dengan meningkatnya permintaan

agregatif akan menaikkan tingkat harga atau dengan kata lain terjadilah inflasi

(Gunawan, 1991).

Sebagaimana yang kita ketahui, inflasi merupakan salah satu hal yang

menakutkan bagi investor saham. Sebab secara sederhana inflasi adalah suatu

kondisi dimana harga barang-barang pada umumnya menjadi lebih tinggi dari

sebelumnya. Inflasi tersebut bisa saja berasal dari sektor riil maupun sektor moneter.

Tingkat inflasi tinggi biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga. Inflasi

mempengaruhi tingkah laku instrumen investasi seperti saham dan obligasi baik

secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, inflasi mengakibatkan

turunnya daya beli uang. Secara tidak langsung, melalui perubahan tingkat suku

bunga yaitu jika inflasi meningkat akan mengakibatkan tingkat suku bunga

meningkat. Apabila inflasi meningkat maka pasar modal menjadi tidak menarik lagi

karena investor akan memboyong dana dari pasar modal ke deposito dengan cara

menjual sahamnya. Apabila jumlah saham yang ditawarkan untuk dijual meningkat

maka harga saham akan menurun sehingga inflasi mempengaruhi proses

(41)

Tingkat imbalan hasil minimal (minimum required rate of return) yang

dibutuhkan oleh seorang pemodal agar bersedia menyerahkan uangnya untuk

ditanamkan dalam suatu obyek investasi merupakan penjumlahan dari tiga

komponen yaitu: Tingkat keuntungan riil, Perkiraan tingkat inflasi, dan Perkiraan

tingkat risiko obyek investasi yang bersangkutan. Dengan logika sederhana kita bisa

melihat bahwa meningkatnya inflasi diikuti dengan meningkatnya suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tingginya bunga deposito ini berakibat negatif

terhadap pasar modal, dimana investor tidak lagi tertarik untuk menanamkan

dananya di pasar modal karena total return yang diterima lebih kecil dibanding

dengan pendapatan dari suku bunga deposito (Lim, 2008). Akibatnya harga-harga

saham di pasar modal mengalami penurunan yang drastis. Berangkat dari pengertian

tersebut maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H1a : Inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham per

sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H1b : Harga saham berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume

perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Pengaruh Gejolak Ekonomi Terhadap Sektor-sektor Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Seperti kita ketahui bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa

(42)

1. Pertanian

2. Pertambangan

3. Industri dasar dan kimia

4. Aneka industri

5. Industri barang-barang konsumsi

6. Properti dan real estate

7. Infrastruktur, utilitas dan transportasi

8. Keuangan

9. Perdagangan, jasa dan investasi

Investasi di pasar modal di Indonesia sangat menjanjikan sekarang ini,

terutama pada saham-saham berbasis komoditas atau Sumber Daya Alam (SDA)

antara lain di sektor perkebunan dan pertanian, pertambangan. Investasi sektor SDA

tidak banyak terpengaruh oleh tingkat inflasi. Kebutuhan SDA tidak pernah

berkurang bahkan terus meningkat dan suku bunga yang diperolehpun terus

meningkat. Hal tersebut menyebabkan investasi di perusahaan berbasis SDA

sekarang ini sangat kondusif. SDA sekarang sangat dibutuhkan, terutama dalam hal

penyediaan pangan (Anonim, 2008).

Sektor yang dipengaruhi oleh siklus bisnis seperti sektor otomotif, semen,

dan alat-alat berat. Satu hal yang penting dari sektor ini adalah sensitifnya kinerja

perusahaan terhadap tingkat bunga. Ketika tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) meningkat dari 7,42 persen ke titik tertinggi 12,75 persen, perusahaan

(43)

Penjualan mobil mengalami penurunan 49 persen, sedangkan penjualan

sepeda motor juga turun sebesar 26 persen. Lebih dari separuh dari penjualan mobil

dan motor dibiayai melalui pemberian kredit sehingga saat suku bunga meningkat,

penjualan langsung mengalami penurunan. Tingkat bunga yang tinggi secara

langsung berdampak negatif terhadap sektor properti dan infrastruktur. Kurangnya

proyek properti dan infrastruktur mengakibatkan permintaan semen menurun

(Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Sektor perdagangan dan jasa paling penting dalam perekonomian kita karena

kontribusinya terhadap produk domestik bruto sebesar 65 persen. Pada dasarnya ada

dua kategori barang konsumer, yaitu barang kebutuhan sehari-hari dan

barang-barang seperti elektronik dan kendaraan atau dikenal sebagai durable goods

(Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Tingginya tingkat inflasi memukul daya beli masyarakat sehingga belanja

sehari-hari dikurangi. Permintaan akan durable goods juga menurun karena

masyarakat akan menunda rencana pembelian. Diperkirakan sektor konsumen

membutuhkan tiga kuartal untuk penyesuaian setelah berkurangnya subsidi bahan

bakar minyak (BBM) bulan Oktober tahun 2006 (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Dampak yang terjadi terhadap kenaikan harga minyak pada sektor

pertambangan adalah produsen minyak yang tentunya senang karena menikmati

harga minyak yang begitu tinggi. Namun, biaya produksi juga semakin tinggi

didorong meningkatnya biaya eksplorasi. Meski demikian, perusahaan migas masih

diuntungkan karena kenaikan harga minyak lebih tinggi dibanding biaya yang harus

(44)

seluruh biaya pengembangan akan sangat membantu arus kas dari perusahaan

minyak. Namun, ada satu perusahaan yang paling diuntungkan, yaitu perusahaan jasa

pengeboran minyak karena tingginya harga sewa alat-alat pengeboran (Pasaribu dan

Setiawan, 2006).

Ini berbeda dengan sektor perbankan dan properti. Banyak faktor yang

mempengaruhinya. Memang investasi di sektor keuangan menjanjikan antara tahun

2002 sampai 2006 lalu. Namun sejak tahun 2007 investasi diperbankan masih belum

menunjukkan posisi menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari gejolak sektor

properti di Amerika, “secara tak langsung telah memberi pengaruh terhadap investasi

disini” (Pasaribu dan Setiawan, 2006). Melihat dari uraian diatas maka penulis

sampai pada hipotesis ke dua yaitu :

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan

di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri; Properti dan real

estate; Infrastruktur, utilitas dan transportasi; Keuangan; Perdagangan,

jasa dan investasi.

H2b: Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan saham

perusahaan di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri;

Properti dan real estate; Infrastruktur, utilitas dan transportasi;

Keuangan; Perdagangan, jasa dan investasi.

Sebagaimana kita ketahui pada tahun 2006 yang lalu hampir seluruh sektor

(45)

kinerja yang signifikan yaitu minus 12 persen kecuali sektor telekomunikasi.

Mahalnya biaya transportasi karena kenaikan harga minyak mungkin mendorong

orang untuk melakukan aktivitasnya dengan meningkatkan komunikasi dan

mengurangi perjalanan untuk melakukan bisnisnya. Menelepon orang menjadi solusi

yang lebih murah daripada harus bertemu muka (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Fenomena menarik lainnya adalah sektor perbankan, di mana penurunan

kinerja relatif tidak seburuk sektor lainnya, yaitu mengalami penurunan hanya

sebesar 10 persen dibandingkan kinerja tahun lalu. Sektor ini sebenarnya telah

mengalami penurunan cukup signifikan di kuartal kedua tahun lalu karena

implementasi berbagai peraturan baru dari Bank Indonesia. Akibatnya, timbul istilah

low base effectdi mana kinerja yang sudah rendah di tahun lalu dibandingkan kinerja

yang masih lemah di tahun ini (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Tampaknya paruh kedua menyodorkan harapan yang lebih baik, terutama

setelah BI menurunkan tingkat suku bunga 50 basis poin menjadi 11,75 persen yang

merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2005. Ditambah terkendalinya inflasi

sampai Juli yang hanya mencapai 0,45 persen. Pergerakan rupiah yang sangat stabil

di kisaran Rp 9.000, memberi ruang kepada BI untuk menurunkan tingkat suku

bunga (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Banyak sektor yang menikmati berkah dari menurunnya suku bunga. Seperti

yang telah kita bahas di atas, sektor perbankan, otomotif, properti, alat berat dan

semen sangat terpengaruh oleh suku bunga. Permintaan akan mobil dan motor akan

(46)

properti, seperti rumah dan apartemen. Ini akan berakibat membaiknya permintaan

akan semen dan alat berat (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Di sisi lain, sektor perbankan akan menyediakan dana murah, baik untuk

kredit mobil atau motor maupun kredit modal kerja untuk perusahaan. Indikator awal

yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan kredit dan tingkat volume penjualan

mobil dan motor. Diperkirakan kedua indikator awal ini membukukan angka yang

baik pada bulan-bulan mendatang (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Sebagai gambaran, pada bulan Juni kredit yang disalurkan mencapai Rp 10

triliun, sementara Non Perfoming Loan (NPL) turun dari 8,8 persen menjadi 8,7

persen. Penyaluran kredit dengan asas kehati-hatian, selain berdampak positif

terhadap kinerja perbankan, diharapkan pula dapat menghidupkan kembali sektor

konsumen dan dunia usaha (Pasaribu dan Setiawan, 2006).

Menurunnya tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap kinerja sektor

pertambangan. Tingginya harga minyak akan tetap menghantui kinerja perusahaan

pertambangan. Biaya produksi diperkirakan akan terus meningkat walaupun

sebagian besar dapat dikompensasikan dengan kenaikan harga jual. Kinerja sektor

pertambangan akan lebih ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan

minyak bumi secara global (Pasaribu dan Setiawan, 2006). Melihat dari uraian

diatas maka penulis sampai pada hipotesis ke tiga yaitu :

H3a : Inflasi mempunyai pengaruh terbesar pada harga saham perusahaan di

Sektor Aneka industri dan Properti dibandingkan sektor lainnya.

H3b : Inflasi mempunyai pengaruh terbesar pada volume penjualan saham

perusahaan di Sektor Aneka industri dan Properti dibandingkan sektor

(47)

32

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang

obyek tertentu dari populasi yang hasilnya hanya berlaku pada obyek yang diteliti

saja.

B. Objek Penelitian

1. Tempat Penelitian : Pojok Bursa Efek Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma

2. Waktu Penelitian : April-Agustus 2008

3. Data yang diteliti meliputi tingkat inflasi (bulanan) perubahan harga saham

(bulanan) periode Januari 2003-Desember 2007. Tingkat inflasi bulanan yang

diumumkan awal bulan diasumsikan akan mempengaruhi pembukaan harga

saham di awal bulan berikutnya

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

pencatatan langsung data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau dalam

bentuk publikasi yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu organisasi atau pihak lain

seperti Bursa Efek Indonesia. Data-data tersebut diperoleh dari harian Kompas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi. Observasi adalah metode pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan tentang perubahan harga

(48)

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi dua variabel terikat yaitu harga saham (Y1)

dan volume perdagangan saham (Y2) dan satu variabel bebas yaitu inflasi (X).

dengan pola :

1. Pengaruh variabel X terhadap varibel Y1

2. Pengaruh variabel X terhadap variabel Y2

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan data dari objek yang akan diteliti. Pada

penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan data tentang harga

dan volume perdagangan saham yang terdaftar di BEI bulan Januari 2003-Desember

2007, sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang

dipilih dan dapat dianggap mewakili keseluruhan populasi. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 121 saham yang memenuhi batasan masalah.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional

randomyaitu memilih sampel sebanyak 50% dari total perusahaan per sektor saham

yang ada di BEI yang memuhi syarat sesuai dengan batasan masalah.

Random sampling digunakan karena teknik ini memberikan peluang yang

sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik random

sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah

dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor

yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 121

(49)

dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat

bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.

Menurut Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan

metodeproportional random samplingdipergunakan rumus sebagai berikut :

ni = n

N Ni

Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi

Ni : Total sub populasi

N : Total populasi

n : Besarnya sampel

Sehingga diperoleh jumlah sampel di masing-masing sektor di Bursa Efek

Indonesia sebagai berikut :

1. Pertanian sebanyak 3 perusahaan

2. Pertambangan sebanyak 4 perusahaan

3. Industri dasar dan kimia sebanyak 16 perusahaan

4. Aneka industri sebanyak 20 perusahaan

5. Industri barang-barang konsumsi sebanyak 14 perusahaan

6. Properti sebanyak 13 perusahaan

7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi sebanyak 5 perusahaan

8. Keuangan sebanyak 17 perusahaan

(50)

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui apakah kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan

terhadap perubahan harga dan volume perdagangan saham per sektor saham maka

perlu dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan sampel saham-saham per

sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Januari

2003-Desember 2007.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kenaikan

inflasi dengan harga dan volume perdagangan saham per sektor, maka diperlukan

uji hipotesis dengan melakukan uji signifikan regresi.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menentukan formulasi Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua yaitu hubugan antara antara X

terhadap Y1 dan X terhadap Y2. Dengan cara meregresikan variabel X

terhadap Y1 dan X terhadap Y2 dengan bantuan program SPSS. Maka akan

diperoleh persamaan regresi.

2. Menentukanlevel of significance

Dalam penelitian ini ditentukanlevel of significancesebesar 5%

3. Menentukan t Tabel

H1at tabel = -1,64 karena hanya satu sisi saja yaitu sisi kiri

(51)

4. Membuat kriteria Pengujian

a) Hipotesis H1a

Ho akan diterima jika : t hitung≥t tabel

Ho akan ditolak jika : t hitung < t tabel

b) Hipotesis H1b

Ho akan diterima jika : t hitung≤t tabel

Ho akan ditolak jika : t hitung > t tabel

c) Hipotesis H2adan H2bmenggunakan p-value yaitup-valueadalah tingkat

keberartian terkecil sehingga nilai suatu uji statistik yang sedang diamati

masih berarti.

Ho akan diterima jika : p-value ≥ α

Ho akan ditolak jika : p-value < α

5. Menarik Kesimpulan

Ho diterima maka kenaikan inflasi tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap harga dan volume perdagangan saham per sektor saham.

Apabila Ho ditolak maka kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan

(52)

37

Sugiyono (2000:97) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(seperti dikutip dari oleh tesis Suseno dari http://www.geocities.com/guruvalah).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh saham yang diperdagangkan dari

bulan Januari 2002 sampai dengan bulan Desember 2008 di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Sektor-sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini ada Sembilan

sektor yaitu :

1. Pertanian

2. Pertambangan

3. Industri dasar dan kimia

4. Aneka industri

5. Industri barang-barang konsumsi

6. Properti dan real estate

7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

8. Keuangan

(53)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Adapun metode pengambilan

sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proportional

random sampling. Random sampling digunakan karena teknik ini memberikan

peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain

hal tersebut, Hadi (1996:223) mengatakan suatu cara disebutrandomapabila peneliti

tidak memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian.

Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah

pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah

membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil

sebanyak 121 kali. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian.

Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi

mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam

penelitian.

Menurut Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan

metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :

ni = n

N Ni

Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi

Ni : Total sub populasi

N : Total populasi

(54)

Berdasarkan kriteria diatas maka diperoleh distribusi sampling sebagai berikut :

Tabel. VI. 1. Pertanian

Kode Emiten

AALI Astra Agro Lestari Tbk

UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk MBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 2. Pertambangan

Kode Emiten

BUMI Bumi Resources Tbk

APEX Apexindo Pratama Duta Tbk INCO International Nikel Ind. Tbk CTTH Citatah Industri Marmer Tbk Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 3. Industri dasar dan kimia

Kode Emiten

ALMI Alumindo Light Metal Inds. Tbk INAI Indal Alumunium Industry Tbk JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk LMSH Lion Mesh P. Tbk

TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk CLPI Colorpak Indonesia Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk EKAD Ekadharma Internasional Tbk INCI Intanwijaya Internasional Tbk SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk APLI Asiaplast Industries Tbk

BRNA Berlina Tbk

(55)

Tabel. VI. 4. Aneka industri

Kode Emiten

AUTO Astra Otoparts Tbk GDYR Goodyear Indonesia Tbk PRAS Prima Alloy Steel Tbk SMSM Selamat Sampurna Tbk CNTB Saham Seri B ( Centex Tbk ) INDR Indorama Sintetics Tbk KARW Karwell Indonesia Tbk MYRX Hanson International Tbk MYRXP Saham Seri B Hanson Internatio POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk RDTX Roda Vivatex Tbk

TEJA Texmaco Jaya Tbk BATA Sepatu Bata Tbk

SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk JECC Jembo Cable Campany Tbk KBLI GT Kabel Indonesia Tbk VOKS Voksel Electric Tbk

SCCO Supreme Cable Manufacturing Co ASIA Asia Grain International Tbk IKBI Sumi Indo Kabel Tbk

Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 5. Industri barang-barang konsumsi

Kode Emiten

ADES Ades Waters Indonesia Tbk AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk DLTA Delta Djakarta Tbk

MYOR Mayora Indah Tbk SKLT Sekar Laut Tbk ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk HMSP H. M. Sampoerna Tbk

RMBA Bentoel International Inv. Tbk PYFA Pyridam Farma Tbk

SQBB Bristol-Myers Squibb Indonesia MRAT Mustika Ratu Tbk

TCID Mandom Indonesia Tbk

(56)

Tabel. VI. 6. Properti

Kode Emiten

BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk BKSL Sentul City Tbk

BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk CKRA Ciptojaya Kontrindoreksa Tbk CTRA Ciputra Development Tbk CTRS Ciputra Surya Tbk

DART Duta Anggada Realty Tbk DUTI Duta Pertiwi Tbk

JIHD Jakarta Int. I Hotel & Dev Tbk KIJA Kawasan Industri Jakabeka Tbk PUDP Pudjiadi Prestige Limited Tbk PWON Pakuwon Jati Tbk

RODA Roda Panggon Harapan Tbk Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

Kode Emiten

HITS Humpuss Intermoda Trans Tbk MIRA Mitra Rajabasa Tbk

SMDR Samudra Indonesia Tbk ZBRA Zebra Nusantara Tbk PTRO Petrosea Tbk

Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 8. Keuangan

Kode Emiten

BABP Bank Bumiputra Indonesia Tbk BEKS Bank Eksekutif International Tbk BNLI Bank Permata Tbk

BNII Bank International Ind Tbk BVIC Bank Victoria Int I Tbk LPBN Bank Lippo Tbk

MEGA Bank Mega Tbk

(57)

GSMF Equity Development Invesment LPPS Lippo Securities Tbk

MTFN Capitalinc Investment Tbk Sumber : Data Sekunder

Tabel. VI. 9. Perdagangan, Jasa dan Investasi

Sumber : Data Sekunder

Kode Emiten

AIMS Akbar Indo Makmur Stimec Tbk GEMA Gema Grahasarana Tbk

HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk SDPC Millennium Pharmacom Int. Tbk TGKA Tigaraksa Satria Tbk

TMPI AGIS Tbk

TURI Tunas Ridean Tbk

WAPO Wahana Phonix Mandiri Tbk WICO Wicaksana Overseas Int I Tbk MPPA Matahari Putra Prima Tbk ALFA Alfa Retailindo Tbk HERO Hero Supermarket Tbk RIMO Rimo Catur Lestari Tbk TKGA Toko Gunung Agung Tbk BAYU Bayu Buana Tbk

FAST Fast Food Indonesia Tbk MAMI Mas Murni Indonesia Tbk PANR Panorama Sentrawisata Tbk PNSE Pudjiadi & Sons Estate Tbk SHID Hotel Sahid Jaya Tbk ABBA Abdi Bangsa Tbk

IDKM Indosiar Karya Media Tbk SCMA Surya Citra Media Tbk DNET Dyaviacom Intrabumi Tbk ITTG Integrasi Teknologi Tbk LMAS Limas Centric Indonesia Tbk LPLI Lippo E-NET Tbk

(58)

43

Untuk mengetahui apakah kenaikan inflasi berpengaruh secara signifikan

terhadap perubahan harga dan volume perdagangan saham per sektor saham maka

perlu dilakukan teknik analisis data menggunakan sampel saham-saham per sektor

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003-2007.

Langkah-langkah pengujiannya adalah :

A. Menghitung rata-rata saham

Menghitung rata-rata saham yang dijadikan sampel dengan bantuan program

Excel, sehingga didapatkan tabel rata-rata harga dan volume perdagangan saham di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2003-2007.

B. Menguji signifikansi hipotesis H1a

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham secara

umum di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H1a : Inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap harga saham

secara umum di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh persamaan regresi : Y =

1118,756 + 1262,578X1. Besar koefisien regresi adalah 1262,578 dengan

nilai t hitung sebesar 0,777 dimana t hitung lebih besar dari t tabel -1,64,

maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan

(59)

b. Kesimpulan

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham secara

umum.

C. Menguji signifikansi hipotesis H1b

a. Perumusan hipotesis :

HO : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume

perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H1b : Inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume

perdagangan saham per sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi Y =

3096796136,640 – 11328332641,110X2. Besar koefisien regresi adalah

11328332641,110 dengan nilai t hitung sebesar -1,766 dimana t hitung lebih

kecil dari t tabel +1,64, maka dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham secara

keseluruhan di BEI.

b. Kesimpulan

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan

saham secara umum.

D. Menguji signifikansi hipotesis H2a

H2a: Harga saham perusahaan di Sektor Industri dasar dan kimia; Aneka industri;

Industri barang-barang konsumsi; Properti dan real estate; Infrastruktur,

utilitas dan transportasi; Keuangan; Perdagangan, jasa dan investasi

(60)

Setelah melihat secara keseluruhan dampak kenaikan inflasi melalui IHSG

maka juga akan melihat dampak kenaikan inflasi terhadap harga saham di setiap

sektornya:

1. Sektor Pertanian

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Pertanian.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Pertanian.

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh persamaan regresi : Y =

2768,898 –3204,444X1. Besar koefisien regresi adalah -3204,444 dengan

nilai p-value sebesar 0,663 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat

disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham di Sektor Pertanian.

b. Kesimpulan

Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

sektor Pertanian.

2. Sektor Pertambangan

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Pertambangan.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

(61)

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =

722108,73 - 4249852X1. Besar koefisien regresi adalah -4249852

dengan nilai p-value sebesar 0,634 dimana lebih besar dari 0,1, maka

dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap harga saham di Sektor Pertambangan.

b. Kesimpulan

Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Pertambangan.

3. Sektor Industri dasar dan kimia

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Industri dasar dan kimia.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Industri dasar dan kimia.

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =

598,793 + 474,777X1. Besar koefisien regresi adalah 474,777 dengan

nilai p-value sebesar 0,378 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat

disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham di Sektor Industri dasar dan kimia.

b. Kesimpulan

Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham Sektor

(62)

4. Aneka Industri

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Aneka Industri.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Aneka Industri.

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =

1811,402 + 445,188X1. Besar koefisien regresi adalah 445,188 dengan

nilai p-value sebesar 0,469 dimana lebih besar dari 0,1, maka dapat

disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham di Sektor Aneka Industri.

b. Kesimpulan

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Aneka Industri.

5. Industri barang-barang konsumsi

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Industri barang-barang konsumsi.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Industri barang-barang konsumsi.

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =

2309,010 + 10791,630X1. Besar koefisien regresi adalah 10791,630

(63)

dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap

harga saham di Sektor Industri barang-barang konsumsi.

b. Kesimpulan

Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di Sektor

Industri barang-barang konsumsi.

6. Sektor Properti dan Real Estate

a. Perumusan hipotesis :

HO: Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Properti dan real estate.

H2a : Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di

Sektor Properti dan real estate.

Hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh koefisien regresi : Y =

413,118 – 850,699X1. Besar koefisien regresi adalah – 850,699 dengan

nilai p-value sebes

Gambar

Tabel. VI. 3. Industri dasar dan kimia
Tabel. VI. 4. Aneka industri
Tabel. VI. 6. Properti
Tabel. VI. 9. Perdagangan, Jasa dan Investasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat. belajar secara aktif, bermakna,

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 56 Pekanbaru.. Tersedia di

Power Management System (PMS) adalah bagian penting dari peralatan kontrol dalam kapal dan biasanya mendistribusikan daya ke berbagai stasiun kontrol yang dapat

Keberadaan riser berpengaruh terhadap besarnya respon displacemen platform TLP, hal ini dibuktikan dengan semakin kecilnya respon displacemen pada saat jumlah riser

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa (Depdiknas, 2007:1). Salah satu mata pelajaran yang

Semakin tinggi kekuatan beton maka panjang bagian linier semakin bertambah (Edward G nawy, 1990).Pada kurva tegangan regangan bahwa sampai dengan 40% dari f c pada umumnya

Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada