• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU MATEMATIKA DI SMA TERKAIT DENGAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI CARA BERPIKIR SISWA DAN MISKONSEPSI SISWA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU MATEMATIKA DI SMA TERKAIT DENGAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI CARA BERPIKIR SISWA DAN MISKONSEPSI SISWA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ma"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)GURU MATEMATIKA DI SMA TERKAIT DENGAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI

CARA BERPIKIR SISWA DAN MISKONSEPSI SISWA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: EVA KRISTIANI

NIM: 051414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)GURU MATEMATIKA DI SMA TERKAIT DENGAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI

CARA BERPIKIR SISWA DAN MISKONSEPSI SISWA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: EVA KRISTIANI

NIM: 051414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“And do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your mine, that you may prove what is that good and acceptable and perfect will ofGOD”

Romans 12: 2 (New King James version)

Skripsi ini kupersembahkan khusus untuk:

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Oktober 2010

Penulis

(7)

vi

ABSTRAK

Eva Kristiani, 051414046, 2010. Pedagogical Content Knowledge (PCK)Guru Matematika di SMA Terkait dengan Pengetahuan Guru Mengenai Cara Berpikir Siswa dan Miskonsepsi Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan guru matematika terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa dalam pembelajaran di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

Subyek penelitian ini adalah 1 guru matematika kelas XII A3 SMA Kolese De Britto dengan materi Integral Tentu dan 1 guru matematika kelas X B SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan materi Rumus Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui 2 tahap yaitu tahap pertama observasi proses pembelajaran dan tahap kedua adalah wawancara dengan kedua guru yang bersangkutan. Alat yang digunakan dalam perekaman video pembelajaran dan wawancara yaitu handycam. Data dianalisis dengan langkah-langkah yaitu: (i) transkripsi data, (ii) deskripsi data, (iii) kategorisasi data, (iv) kesimpulan.

Hasil penelitian ini adalah PCK yang dimiliki oleh kedua guru matematika dalam penelitian ini yaitu (1) terkait dengan pengetahuan guru matematika mengenai cara berpikir siswa yaitu karakteristik kemampuan siswa dalam menjelaskan jawaban di depan kelas. Pengetahuan guru mengenai situasi dan kondisi siswa pada saat siswa belum memahami materi dengan baik terlihat ketika guru mengulangi penjelasan tentang materi tersebut dan melakukan bimbingan secara individual kepada siswa yang belum memahami materi tersebut. (2) terkait dengan miskonsepsi siswa yaitu guru mengidentifikasi beberapa siswa mengalami miskonsepsi mengenai materi yang sedang dibahas. Guru membimbing siswa dengan memberikan koreksi pada pekerjaan siswa ketika menemukan suatu kesalahan di dalam pekerjaan siswa sehingga didapat jawaban yang lebih tepat daripada hasil pekerjaan semula.

(8)

vii

ABSTRACT

Eva Kristiani, 051414046, 2010. Pedagogical Content Knowledge (PCK) in High School Mathematics Teachers Related to Teacher Knowledge About student thinking and misconceptions of Students. A Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study aimed to describe the mathematics teacher knowledge related to teacher knowledge about student thinking and misconceptions of students in learning in SMA Kolese de Britto and SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

The subject of this research is a math teacher class XII A3 in SMA Kolese de Britto with Definite Integral matter of course and one math teacher high school class XB in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta with formula number and the product of the roots of quadratic equations.

This research is a descriptive qualitative research. Data were collected through two phases: the first observation of the learning process and the second stage is the interview with two teachers in question. The instrument used in recording video interviews are learning and camcorders. Data were analyzed with the steps of: (i) the transcription of data, (ii) a description of the data, (iii) categorization of data, (iv) conclusions.

The results of this study is the PCK held by both teachers of mathematics in this study are (1) related to mathematics teacher knowledge about students' ways of thinking that is characteristic of the student's ability in explaining the answers to the class. Teacher knowledge about the situation and condition of students at the time students do not understand the material well visible when the teacher repeated the explanation about the material and perform individual counseling to students who do not understand the material. (2) associated with the teacher identify student misconceptions some students have misconceptions about the material being discussed. Teachers guide students by giving corrections on students' work when they found a fault in the work of students in order to get a more precise answer than the original job.

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Eva Kristiani

Nomor Mahasiswa : 051414046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU MATEMATIKA

DI SMA TERKAIT DENGAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI CARA BERPIKIR SISWA DAN MISKONSEPSI SISWA

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Oktober 2010

Yang Menyatakan

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas pertolongan dan penyertaan-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan

bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Tuhan Yesus, karena telah menyertai dan memberi hikmat akal budi pada

penulis selama mengerjakan skripsi hingga selesai dengan baik.

2. Ibu Wanty Widjaja, S.Pd., M.Ed., Ph.D selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terimakasih banyak atas segala

saran dan kritik yang diberikan kepada penulis selama mengerjakan skripsi

ini.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono dan Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S.Si.,

M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan bagi

penelitian ini. Terima kasih banyak atas segala saran dan kritik yang telah

diberikan.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku Kaprodi Pendidikan Matematika

dan Bapak Dr. Y. Marpaung serta Dr. Perminas Pangeran yang telah

menjadi inspirator bagi penulis selama ini.

5. Bapak Catur Supatmono, S.Pd selaku guru Matematika di SMA Kolese de

Britto dan Bapak Drs. Boidi selaku guru Matematika di SMA Stella Duce

1 Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.

(11)

x

6. Papa, Mama, Shanti, Tia, Kakek, Nenek, Om dan Tante yang selalu

mendorong dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi, terima kasih

juga atas dukungan dan doanya.

7. Sahabatku FX. Made Setianto, Lusia Yuliani, Fera Mandala Pesa Putri dan

Indah Sarastuti yang selalu mendukung penulis dengan luar biasa.

8. Teman-teman JPMIPA angkatan 2005, Hands, Cici, Novi, dan Yuli.

Terima kasih atas dukungannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini.

Semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan

pendidikan di Indonesia.

Yogyakarta, 11 Oktober 2010

Penulis

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……. viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... D. Pembatasan Masalah………. 2 2 E. Batasan Istilah…... 3

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pedagogical Content Knowledge (PCK)………... 6

B. Materi Menentukan Luas Daerah dengan Proses Limit dan Menghitung Integral Tentu……….…………... 11

C. Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat ……….. 18

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ……….. 23

B. Subjek Penelitian………... 23

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

D.Instrumen Penelitian ……….. E. Validitas Data Penelitian……… 23 25 F. Metode Analisis Data ……… 25

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data SMA Kolese de Britto ... 27

1. Pertemuan pertama (5 Agustus 2009) ... 28

2. Pertemuan kedua (6 Agustus 2009) ... 37

3. Pertemuan ketiga (10 Agustus 2009) ... 39

B. Analisis Data SMA Stella Duce 1... 46

1. Pertemuan pertama ( 5 Agustus 2009) ... 46

2. Pertemuan kedua ( 8 Agustus 2009) ... 54

(13)

xii

Duce 1 Yogyakarta ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 67

B.Keunggulan dan Keterbatasan Penelitian ………. 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

2.1 Frameworkdari Baker &Chick, (2006 : 61) 8

3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara 25

4.1 Kategorisasi Data dariFrameworkdari Baker &Chick, (2006 : 61) 61

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Menentukan luas daerah dengan limit 12

2.2 Menghitung integral tentu 14

4.1 Guru memberi penjelasan mengenai LKS 28

4.2 Guru membagikan LKS pada siswa 28

4.3 Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas 29 4.4 Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas 30 4.5 Guru mengecek ukuran penggaris siswa 30 4.6 Guru menggambar luas daerah yang diambil dari LKS 33 4.7 Guru membagi daerah menjadi persegi-persegi 33 4.8 Guru memberikan penjelasan terhadap pekerjaan siswa 36 4.9 Guru menjelaskan sifat Integral Tentu dengan memberi contoh 37

4.10 Contoh pekerjaan siswa 38

4.11 Contoh pekerjaan siswa 39

4.12 Siswa menjelaskan pekerjaannya di depan kelas 40 4.13 Siswa menjelaskan pekerjaannya di depan kelas 41 4.14 Guru memberikan pertanyaan pada siswa 42 4.15 Guru memberikan penyelesain alternatif bagi siswa 43

4.16 Guru menegaskan jawaban siswa 43

4.17 Guru menulis topik Rumus Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar

Persamaan Kuadrat 47

4.18 Siswa menulis rumus ABC yang keliru 48 4.19 Siswa menulis rumus ABC yang benar 48 4.20 Siswa menulis rumus hasilkali akar-akar persamaan kuadrat

yang keliru 49

4.21 Siswa menulis rumus hasilkali akar-akar persamaan kuadrat

yang benar 49

4.22 Guru memberi coretan-coretan agar siswa tidak bingung 50 4.23 Guru memberikan contoh bentuk-bentuk simetri 52 4.24 Siswa membuat suatu pola dari pekerjaannya sendiri 53 4.25 Guru mengaitkan pekerjaan siswa dengan sifat operasi

penjumlahan 54

4.26 Guru menunjukkan letak kesalahan siswa 55

4.27 Guru membenarkan jawaban siswa 55

4.28 Guru menjelaskan tentang Segitiga Pascal 56 4.29 Siswa menuliskan contoh pengaplikasian Segitiga Pascal 56

4.30 Guru membuat diagram telepon 57

4.31 Guru menulis menyusun persamaan kuadrat yang

akar-akarnya diketahui 58

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan Halaman

(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran di kelas, guru dan siswa sama-sama memiliki

peranan yang penting dan saling mempengaruhi. Ketika guru menyampaikan

suatu materi dengan baik dan selalu melibatkan siswa dalam pembelajarannya

maka siswa sebagai penerima ilmu akan menjadi tertarik dan berminat

mengikuti pembelajaran yang ada. Oleh karena itu sangatlah penting bagi guru

untuk memperhatikan pengajarannya dan siswa yang diajarinya.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan praktek

pembelajaran lapangan di salah satu SMA swasta di Yogyakarta, peneliti

melihat bahwa terkadang pembelajaran di kelas hanya dianggap sebagai suatu

formalitas untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Guru hanya mementingkan

materi yang akan diajarkan tanpa harus memahami karakteristik siswa di kelas.

Akibatnya siswa kurang mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Siswa

seringkali mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan dan

mengalami miskonsepsi terhadap konsep yang mereka terima sehingga tidak

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam teori pemrosesan informasi, komponen siswa sebagai penerima

pesan dan guru yang berperan sebagai sumber penyampaian pesan menjadi

faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Namun di antara keduanya,

komponen guru dianggap faktor penyebab paling berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa (Kusumasari, 2010:1). Di sinilah pentingnya kemampuan

berbagai kompetensi yang diperlukan untuk mendukung keberhasilannya

dalam melaksanakan pembelajaran. Satu di antara beberapa kompetensi yang

sering diabaikan guru adalah kemampuan guru dalam mengatahui cara berpikir

siswa dan miskonsepsi siswa akan materi ajar yang diberikan yang

menyebabkan pembelajaran berlangsung tidak efektif dan tentunya akan sulit

bagi siswa untuk memahami pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru

(17)

diajarinya, walaupun teori dan metode mengajar juga penting dalam

pembelajaran.

Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila guru memiliki

pengetahuan dan kemampuan pedagogi yang memadai. Pengetahuan dan

kemampuan pedagogi yang dimiliki oleh guru ini dikenal dengan istilah

Pedagogical Content Knowledge (PCK) yaitu perpaduan dari pengetahuan

tentang mata pelajaran dengan pengetahuan pedagogis yang memungkinkan

guru menyajikan suatu topik pelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan

pembelajaran, tingkat perkembangan murid, dan situasi tempat pembelajaran

berlangsung. Pada penelitian ini akan ditelusuri bagaimana Pedagogical

Content Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan

pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa.

B. Perumusan masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pedagogical

Content Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan

pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pedagogical

Content Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan

pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa.

D. Pembatasan Masalah

Lingkup penelitian ini dikhususkan pada Pedagogical Content

Knowledge (PCK) guru matematika mengenai cara berpikir siswa dan

miskonsepsi siswa. Guru matematika yang diteliti adalah satu orang guru

matematika di SMA Kolese de Britto dan satu orang guru matematika di SMA

(18)

E. Batasan Istilah

Adapun batasan istilah yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pedagogical Content Knowledge(PCK)

Pedagogical Content Knowledge (PCK) menurut Shulman (1987:8)

adalah perpaduan dari pengetahuan tentang mata pelajaran dengan

pengetahuan pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topik

pelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat

perkembangan murid, dan situasi tempat pembelajaran berlangsung.

Pedagogical Content Knowledge(PCK) mencakup pengetahuan akan bahan

ajar tapi juga merangkum pengetahuan pedagogis untuk membelajarkan

materi/ bahan ajar tersebut.

Pada bagian ini akan dilihat mengenai Pedagogical Content

Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan pengetahuan

guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa.

2. Pengetahuan guru terkait cara berpikir siswa akan materi

Pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa tentang materi

menurut Shulman (1986:9) adalah pengetahuan seorang guru tentang

pengetahuan siswa akan materi yang diberikan oleh guru tersebut,

pengetahuan guru tentang kesulitan yang dialami siswa, pengetahuan

tentang miskonsepsi yang siswa lakukan, dan pengetahuan guru dalam

menyusun strategi pembelajaran dengan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang disesuaikan dengan keadaan siswa.

3. Miskonsepsi Siswa

Miskonsepsi menurut Fowler (1987, dalam Kusumasari, 2010:4)

dipandang sebagai pengetahuan yang tidak akurat akan konsep , penggunaan

konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan

konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan urutan konsep-konsep yang tidak benar.

Miskonsepsi yang dimiliki siswa dalam penelitian adalah miskonsepsi

dalam mata pelajaran matematika pada subbab pokok bahasan yang

(19)

4. Materi

Materi yang diajarkan adalah materi Integral Tentu di SMA kolese

de Britto dan materi Rumus Jumlah dan Hasilkali Akar-akar Persamaan

Kuadrat di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat utama yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini:

1. Bagi peneliti (mahasiswa calon guru)

Setelah lulus, mahasiswa akan terjun ke dunia kerja sebagai tenaga

pengajar. Untuk itu dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat

mengembangkan PCK-nya sebagai calon guru yang memiliki

pengetahuan khususnya pengetahuan guru mengenai pemahaman dan

miskonsepsi siswa tentang materi ajar yang diberikan. Peneliti juga

memperoleh pengalaman berharga dari guru di sekolah yang diharapkan

dapat meningkatkan PCK calon guru matematika dimana adanya

keberagaman dalam proses belajar mengajar di kelas yang terdapat dalam

video rekaman memberikan informasi baru bagi peneliti sebagai calon

guru dalam menentukan strategi mengajar yang sesuai dengan selain

memperhatikan materi yang akan diajar juga perlu untuk

mempertimbangkan aspek siswa yang di ajar sehingga pembelajaran yang

diharapkan dapat tercapai dengan baik. Peneliti juga dapat bertukar

pengalaman dan berdiskusi dengan guru SMA di Yogyakarta tempat

dilaksanakannya penelitian yang semakin menambah pengetahuan peneliti

mengenai situasi dan kondisi di dalam kelas dan bagaimana pentingnya

memperhatikan faktor siswa yang dididik.

2. Bagi guru

Dengan penelitian ini, guru dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan PCK guru yang dimilikinya khususnya pengetahuan guru

mengenai pemahaman dan miskonsepsi siswa tentang materi ajar.

Pemahaman akan PCK yang dimiliki guru dapat memacu dan memotivasi

(20)

pembelajaran guru matematika SMA dalam penelitian ini dapat menjadi

(21)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada Bab II ini akan dikaji teori-teori yang berhubungan dan mendukung

pembahasan-pembahasan yang terdapat di dalam penelitian. Materi yang akan

dikaji pada bab ini meliputi teori-teori tentang Pedagogical Content Knowledge

(PCK) terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan

miskonsepsi siswa, materi tentang Integral Tentu dan materi tentang Rumus

Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat.

A. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Sebagai sebuah konsep, PCK pertama kali dikemukakan oleh Shulman

(1986). Gagasan yang mendasari PCK sudah dikemukakan oleh ahli

pendidikan John Dewey pada awal abad ke-20. Ketika itu Dewey (Dewey,

1902, dalam Sarkim 2005: 6) menyatakan bahwa:

“Setiap ilmu pengetahuan memiliki dua dimensi yang berbeda tetapi tidak saling berlawanan: satu untuk para ilmuwan dan satu lagi untuk para guru. Bagi seorang ilmuwan, ilmu pengetahuan lebih dipandang sebagai sebuah kebenaran dalam kerangka memahami fakta-fakta, merumuskan permasalahan baru, memandu penelitian dan mendapatkan pengetahuan baru. Bagi guru, permasalahnnya berbeda. Guru tidak menaruh perhatian terhadap penambahan pengetahuan baru tentang ilmu, juga perhatiannya bukan pada merumuskan permasalahan baru dan melakukan penelitian terhadapnya. Akan tetapi, guru menaruh perhatian pada merepresentasikan pengetahuan yang dipahaminya kepada para muridnya, agar supaya dapat dipelajari dan dimengerti oleh para murid sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya dan dalam konteks pembelajaran yang ada.”

Shulman (1987:8) merumuskan Pedagogical Content Knowledge

(PCK), sebagai perpaduan dari pengetahuan tentang mata pelajaran dengan

pengetahuan pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topik

pelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat

perkembangan murid, dan situasi tempat pembelajaran berlangsung.

Pedagogical Content Knowledge (PCK) mencakup pengetahuan akan

(22)

materi/ bahan ajar tersebut. Menurut Shulman (1986:8) PCK dikelompokkan

dalam dua kategori:

1) Pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan ajar

disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep yang terkait dalam

pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh sebagian besar siswa. Ini

mencakup pengetahuan tentang model, contoh, dan ilustrasi yang paling

efektif terkait dengan bahan ajar tertentu.

2) Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar,

termasuk pengetahuan tentang tingkat kesulitan suatu topik, pre-konsepsi

dan konsepsi yang dibawa oleh siswa dari berbagai tingkat usia dan latar

belakang terkait dengan materi ajar.

Sementara Van der Valk dan Broekman (1999, dalam Baker & Chick,

2006) menekankan pentingnya pengetahuan siswa dalamPedagogical Content

Knowledge (PCK), guru hendaknya mengutamakan pengetahuan

murid-muridnya sehingga apa yang guru ajarkan sesuai dengan pengetahuan murid

saat itu, memahami permasalahan-permasalahan murid, menyajikan materi

pelajaran yang relevan atau sesuai dengan kemampuan murid, mempunyai

strategi-strategi khusus dalam menghadapi siswa, dan memberikan

kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas untuk siswa. Guru tidak hanya mengerti suatu

konsep materi tertentu tetapi juga harus memahami dari mana konsep tersebut

(Ball, Thames & Phelps, 2008). Pengetahuan guru akan siswa termasuk

mengantisipasi seperti apa pemikiran siswa dan apa yang membuat mereka

bingung dalam memahami materi (Ball, Thames & Phelps, 2008).

Kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Chick, Baker, Pham &

Cheng (2006 : 61) di bawah ini menunjukkan kategori-kategori pengetahuan

guru yang dipakai untuk menganalisa PCK guru terkait dengan pengetahuan

guru akan pemahaman siswa mengenai materi dan miskonsepsi siswa.

Kategori-kategori tersebut meliputi cara berpikir siswa, cara berpikir siswa

yang salah (miskonsepsi), pemilihan tugas, pengetahuan tentang kurikulum,

pemahaman pokok dalam matematika, struktur matematika dan hubungannya,

(23)

penyelesaian, tujuan pembelajaran, mengupayakan dan memelihara fokus

siswa, dan teknik dalam kelas, seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1:Frameworkdari Baker & Chick, (2006 : 61)

Komponen Kategori PCK Menjelaskan ketika guru….

Kejelasan PCK

Cara berpikir siswa

Mendiskusikan atau membicarakan mengenai cara berpikir siswa tentang suatu konsep matematika atau tingkat pemahaman siswa

Cara berpikir siswa yang salah- miskonsepsi

Mendiskusikan atau membicarakan mengenai miskonsepsi siswa tentang suatu konsep matematika

Pemilihan tugas Mengidentifikasikan tugas yang akan dibahas di kelas

Pengetahuan tentang kurikulum

Mengetahui tentang hubungan topik materi yang diajarkan dengan kurikulum

Pengetahuan materi dilihat dari konteks pedagogi

pemahaman pokok dalam matematika

memahami konsep dan aspek matematika secara mendetail

Struktur matematika dan koneksi-koneksi

Membuat koneksi antara topik dan konsep, mencakup saling ketergantungan konsep

Pengetahuan tentang teknik mengajar untuk materi tertentu

mengetahui teknik-teknik tertentu dalam mengajarkan suatu materi tertentu.

Metode-metode pemecahan masalah

Mendemonstrasikan suatu metode untuk pemecahan suatu masalah matematika

Pengetahuan pedagogis dilihat dari konteks materi

Tujuan pelajaran Menguraikan suatu tujuan pelajaran untuk para siswa dalam pelajaran (mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan isi matematika yang spesifik)

Mengambil dan

memelihara fokus siswa

Mendiskusikan strategi untuk melibatkan para siswa

Teknik kelas Mendiskusikan praktek-praktek kelas umum

Penjelasan mengenai kategori-kategori PCK yang disajikan dalam

tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengetahuan akan cara berpikir siswa

Dalam hal ini menunjukkan bagaimana guru mengetahui cara

berpikir siswa tentang suatu materi. Guru memiliki pemahaman yang

baik akan cara berpikir siswa sehingga menjadi bahan bagi guru dalam

mempertimbangkan efek dari berbagai pengajaran dalam cara berpikir

(24)

2. Pengetahuan guru akan miskonsepsi siswa

Yang tercakup kategori ini adalah pengetahuan guru tentang

miskonsepsi siswa pada materi tertentu termasuk bagaimana guru

menelusuri adanya miskonsepsi siswa dan apa yang dilakukan guru untuk

mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa. Suparno (2005) mengatakan

bahwa secara umum miskonsepsi siswa disebabkan oleh siswa itu

sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar guru

dan buku teks. Cara guru mengatasi miskonsepsi siswa dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara tetapi tidak semua cara itu sesuai bagi siswa

yang mengalami miskonsepsi. Menurut Suparno (2005) cara guru untuk

mengatasi miskonsepsi siswa dapat berupa pengulangan penjelasan ke

siswa, jika kesalahan dari buku teks guru mengoreksi dan membenarkan,

dari konteks pembelajaran guru bisa menjelaskan dengan contoh , atau

guru mengatasi miskonsepsi siswa tersebut dengan cara guru memberi

kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan siswa tersebut.

3. Pemilihan tugas

Dalam kategori pemilihan tugas ini, melihat bagaimana guru

memilih soal-soal yang dijadikan kuis atau tugas maupun latihan yang

dibahas di kelas. Dalam memilih atau membuat soal guru mempunyai

suatu alasan mengapa guru memilih soal-soal tersebut, mungkin dapat

disesuaikan dengan kemampuan siswa, pemilihan soal yang dilakukan

secara acak saja atau dapat pula karena pertimbangan yang lain.

4. Pengetahuan tentang kurikulum

Pengetahuan guru tentang suatu kurikulum mempengaruhi cara

mengajar guru tersebut. Pengetahuan guru akan kurikulum juga bisa

membantu guru untuk memperluas suatu materi tetapi masih dalam

batasan-batasan sehingga siswa tidak terlalu jauh menerima suatu

tambahan materi diluar kurikulum yang sudah ada.

5. Pemahaman pokok dalam matematika

Kategori ini mengungkapkan tentang pemahaman guru yang

(25)

mengetahui dari mana suatu rumus matematika didapat dan guru

mengetahui bagaimana rumus tersebut dapat digunakan. Dengan

mengetahui isi materi matematika, guru dapat menggunakan cara yang

lebih mudah agar materi bisa dipahami oleh siswa dan guru bisa

memberikan bimbingan kepada siswa untuk memahami materi tersebut.

6. Struktur matematika dan hubungannya

Pada kategori ini mencakup pengetahuan guru akan struktur

matematika dan juga hubungan antara konsep dan topik dalam

matematika termasuk pengetahuan guru tentang ada tidaknya hubungan

antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.

7. Pengetahuan tentang teknik-teknik mengajar untuk materi tertentu

Kategori ini merupakan suatu pengetahuan tentang teknik mengajar

yang sesuai untuk topik-topik tertentu termasuk bagaimana kemampuan

guru menghubungkan konsep dan teknik yang bersangkutan dan sejauh

mana guru dapat menunjukkan kemampuan dan cara mengajarnya. PCK

dalam kategori ini yaitu sejauh mana guru menjelaskan suatu materi

dengan cara atau alternatif lain yang tidak biasa dilakukan dalam

menjelaskan materi tersebut.

8. Metode penyelesaian

Metode penyelesaian disini adalah bagaimana guru menunjukkan

suatu metode untuk memecahkan suatu masalah. Apakah guru tersebut

hanya mempunyai satu metode atau lebih dalam menyelesaikan suatu

soal matematika dan bagaimana metode tersebut akan lebih membantu

siswa dalam memahami materi ataupun menyelesaikan soal-soal

matematika.

9. Tujuan pembelajaran

Yang dimaksud tujuan pembelajaran di sini yaitu pengetahuan guru

mengenai tujuan dari pembelajaran. Dalam suatu pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru dan siswa kita bisa memahami apakah guru

menyampaikan tujuan dari pelajaran yang diterima oleh siswa atau tidak.

(26)

Guru yang memiliki PCK yang baik dalam mengajar Ia selalu

melibatkan siswanya, tidak hanya guru yang aktif tetapi juga siswa ikut

berperan serta. Dengan kata lain guru mengajak siswa berdiskusi ataupun

tanya jawab dalam memahami suatu materi tetapi tetap menjaga

ketekunan siswa dalam pembelajaran.

11. Teknik dalam kelas

Teknik dalam kelas disini apakah guru tersebut menggunakan

teknik mengajar yang sama di tiap kelas atau tidak, dan apa yang menjadi

pertimbangan guru tersebut.

Selanjutnya adalah pembahasan tentang materi pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu: materi Menentukan Luas Daerah dengan

Proses Limit, Menghitung Integral Tentu dan Integral Substitusi untuk SMA

Kolese de Britto, serta materi Jumlah dan Hasil Kali Akar-Akar Persamaan

Kuadrat.

B. Luas Daerah dengan Proses Limit, Menghitung Integral Tentu dan Integral Substitusi

Topik “Menentukan Luas Daerah dengan Proses Limit, Menghitung

Integral Tentu dan Integral Substitusi” termasuk materi Kalkulus dalam buku

Matematika untuk SMA Kelas XII IPA Semester 1 (Wirodikromo, 2007)

dengan standar kompetensi: menggunakan konsep integral dalam pemecahan

masalah; kompetensi dasar: memahami konsep integral tak tentu dan integral

tentu, serta menghitung integral tak tantu dan integral tentu dari fungsi aljabar

dan fungsi trigonometri yang sederhana.

1. Menentukan Luas Daerah dengan proses Limit

Pandanglah kurva fungsi y= f(x) yang kontinu dalam interval tertutup axb atau bisa ditulis

[ ]

a,b . Luas daerah di bidang datar yang dibatasi oleh kurva y= f(x), sumbu X, garis

x

=

a

, dan garisx=b

tersebut akan ditentukan melalui proses sebagai berikut:

a. Mula-mula interval

[ ]

a,b dibagi menjadi n buah sub-interval (panjang
(27)

sub-interval adalah∆x1,∆x2,∆x3,...,∆xi,...,∆xn. Dalam setiap sub-interval, kita tentukan titik dengan absis xi dan ordinat f(xi). Kemudian

dibuat persegi-persegi panjang dengan lebar ∆xi dan tinggi f(xi), seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1. Perhatikan bahwa banyak

persegi panjang yang dibuat dengan cara seperti itu adalah

n

buah,

dan luas masing-masing persegi panjang itu adalah:

n n n f x x L x x f L x x f L x x f L ∆ = ∆ = ∆ = ∆ = ) ( . . . ) ( ) ( ) ( 3 3 3 2 2 2 1 1 1

b. Luas daerah Ldidekati dengan jumlah semua luas persegi panjang

tadi. Jadi, n n x x f x x f x x f x x f

L≅ ( 1)⋅∆ 1 + ( 2)⋅∆ 2 + ( 3)⋅∆ 3 +...+ ( )⋅∆

Dengan menggunakan notasi sigma (Σ), bagian ruas kanan dari

bentuk di atas dapat dituliskan menjadi:

= ∆ ⋅ ≅ n i i i x x f L 1 ) (

(dibaca: L mendekati)

Bentuk penjumlahan

= ∆ ⋅ n i i i x x f 1 )

( disebut sebagai jumlahan

Riemann.

Untuk menunjukan bahwa penjumlahan tersebut mencakup

ujung-ujung interval

a

dan b, maka hubungan di atas dapat dituliskan

sebagai berikut:

y = f(x) ) (x f y=

f(xn)

f(x1) Y

O

x1 x2 x3 xn

(28)

c. Luas daer

x sangat

(

n→∞

)

.

Bentuk-be notasi inte n i n

= ∞ → lim Berdasark Misalkan

kurva y=

ditentukan ol Bentuk b a

Riemann x untuk Dengan d

( )

x dx f b

a

dibatasi ol

2. Menghitung In a. Luas Dae

Kalkulus Dalam pa

= = ∆ ⋅ ≅x b

a x

x x f

L ( )

daerah L yang sebenarnya diperoleh dengan me

ngat kecil sekali

(

x→0

)

sehingga nilai n

)

.Dengan demikian, luas daerah L ditentukan de

= ∞ → ⋅∆ = n i i i

n f x x

L

1

) (

lim atau

=

= → ∆

= x b

a x

x f x

L lim (

0

-bentuk di atas dapat disederhanakan dengan

integral sebagai berikut:

( )

x dx f x x f x x f b x a x x b a n i i

i

⋅∆ = = ⋅∆ = → ∆ = ) ( lim atau ) ( 0 1

kan L adalah luas daerah di bidang datar yang

( )

x f

y = ,sumbu X, garis x=a,dan garis x=

ukan oleh hubungan:

( )

x dx f L b a

=

( )

x dx f b

a

dinamakan sebagai integral tentu

ann dan f

( )

x dx b

a

dibaca sebagai integral tentu

uk x=asampai x=b.

n demikian, hubungan di atas menjelaskan bahw

dx dapat ditafsirkan sebagai luas daerah di bida

si oleh kurva y= f

( )

x ,sumbu X, garis x=a, da

ng Integral Tentu

Daerah di Bawah Kurva dan Teorema D lus

pasal ini akan dibahas hubungan antara luas da

mengambil nilai

n menjadi besar

ukan dengan:

x

x) (

ngan menggunakan

( )

x dx f x b a

= ∆ ⋅

n sebagai berikut:

yang dibatasi oleh

b

= ,maka luas L

ntu atau integral

ntu f

( )

x terhadap

hwa integral tentu

bidang datar yang

, dan garisx=b.

a Dasar Integral

(29)

y=f(x)

x+∆x

Q1 P1 x R Q A1 P a Gambar 2.2 O Y X A S ∆x kurva dengan konsep integral tak tentu.

Perhatikan kurvay= f

( )

x pada Gambar 2.2 berikut:

Luas daerah yang dibatasi oleh kurva y = f

( )

x , sumbu X, garis x=a

, dan garisx=x

(

x>a

)

atau luas daerah AA1P1P ditentukan oleh:

( )

x f

( )

x dx L

x

a

=

Sekarang misalkan xberubah menjadi

(

x+∆x

)

, maka luas daerah yang baru (yaitu daerah AA1Q1Q) berubah menjadi L

(

x+∆x

)

,

sehingga pertambahan luas daerah (yaitu daerah PP1Q1Q) ditentukan

oleh L

(

x+∆x

) ( )

L x. Dengan menggunakan acuan pada Gambar 2.2, diperoleh hubungan:

Luas PP1Q1R < luas PP1Q1Q < luas SP1Q1Q

( )

(

) ( ) (

)

( )

(

) ( )

<

(

+∆

)

,∆ ≠0

∆ − ∆ + < ↔ ∆ ⋅ ∆ + < − ∆ + < ∆ ⋅ ↔ x x x f x x L x x L x f x x x f x L x x L x x f

(30)

( )

(

) ( )

(

)

( )

(

) ( )

( )

(

) ( )

( )

( )

( )

( ) ( )

x f x dx dL x f dx x dL x f x x L x x L x f x x L x x L x f x x f x x L x x L x f x x x x = ↔ = ↔ = ∆ − ∆ + ↔ ≤ ∆ − ∆ + ≤ ↔ ∆ + ≤ ∆ − ∆ + ≤ → ∆ → ∆ → ∆ → ∆ 0 0 0 0 lim lim lim lim

Gunakan operasi pengintegralan terhadap masing-masing ruas

persamaan tersebut, sehingga diperoleh hubungan:

( )

( )

( )

x f

( )

xdx F

( )

x C L dx x f x dL x a x a + = = =

Dengan F

( )

x adalah anti turunan dari f

( )

x yang bersifat

( ) ( )

x f x

F' = . Dari hubungan L

( )

x f

( )

xdx F

( )

x C x

a

+ =

=

dapat

ditetapkan beberapa hal berikut: • Untuk x=a, diperoleh:

( )

( )

( )

( )

a

F C C a F dx x f a L a a − = ↔ = + =

=

0

Dengan demikian L

( )

x dapat ditulis menjadi L

( )

x =F

( ) ( )

xF a

sehingga L

( )

x f

( )

xdx F

( ) ( )

x F a x

a

− =

=

.

• Selanjutnya untuk x=b, diperoleh:

(31)

< f(x diperoleh turunan da sebagaiT Jadi sebagai be

Luas dae

a x= ,

(

x f L b a =

( )

x

f yang Ada integral ka 1) Lua int D Be be 2) Lua

f(x + ∆x), ∆x ≠ 0

Berdasarkan persa

oleh hubungan f

( )

xdx F

( ) ( )

b F a b

a

− =

dengan F

n dari f

( )

x yang bersifat F'

( ) ( )

x = f x . Hubunga iTeorema Dasar Integral Kalkulus.

Jadi, teorema dasar integral kalkulus dapa

i berikut:

aerah L yang dibatasi oleh kurva y= f

( )

x ,

dan garis x=b ditentukan de

( )

xdx F

( ) ( )

b F a

f = − dengan F

( )

x adalah ant

ang bersifat F'

( ) ( )

x = f x .

Ada dua hal yang dapat di simpulkan dari

l kalkulus tersebut, yaitu:

Luas daerah di bawah kurva y= f

( )

x yang be interval

[ ]

a,b dapat dinyatakan sebagai limit sua

( )

i n

i i n

f x ⋅∆x

= ∞

1

lim

Dengann adalah jumlah sub-interval di dalam

Bentuk limit itu dituliskan dengan notasi integr

berikut:

( )

b a dx x f

Luas daerah di bawah kurva y= f

( )

x yang be

ersamaan di atas

( )

x

F adalah anti

ubungan ini dikenal

dapat diungkapkan

)

, sumbu X, garis dengan rumus

anti turunan dari

dari teorema dasar

g berada di dalam

t suatu jumlah

lam interval

[ ]

a,b .

egral tentu sebagai

(32)

interval

[ ]

a,b dihitung dengan menggunakan Teorema Dasar

Integral Kalkulus

( )

xdx F

( ) ( )

b F a f

b

a

− =

dengan F

( )

x adalah anti-turunan dari f

( )

x .

Bentuk teorema dasar integral kalkulus di atas dapat dituliskan

dengan notasi kurung siku sebagai berikut:

( )

[

( )

]

b a b

a

x F dx x

f =

dengan: F

( )

x adalah anti-turunan dari f

( )

x dan

( )

[ ]

F x ba =F

( ) ( )

bF a.

• a dan b berturut-turut dinamakan sebagai batas bawah

dan batas atas pengintegralan.

• Integral tertutup

[ ]

a,b dinamakan wilayah pengintegralan.

b. Menghitung Integral Tentu dengan Menggunakan Teorema Dasar Kalkulus

Sampai saat ini telah dipelajari pengertian anti-turunan,

pengertian integral tentu sebagai luas daerah di bidang datar, dan

pengertian luas di bawah kurva dihubungkan dengan teorema dasar

integral kalkulus.

Perpaduan dari pengertian-pengertian yang telah dipelajari

merupakan landasan utama untuk memahami bagaimana cara

menghitung integral tentu dengan menggunakan teorema dasar

integral kalkulus. Untuk tujuan itu, marilah kita simak kembali

definisi integral tentu berikut ini.

Jika

( )

i

n

i i n

f x ⋅∆x

= ∞

1

lim ada (mempunyai nilai), maka integral tentu

( )

x
(33)

( )

( )

i n

i i n

b

a

x x f dx

x

f =

⋅∆

→∞ =

1

lim

dengan nadalah jumlah sub-interval di dalam interval

[ ]

a,b .

Jika kita menghitung nilai integral tentu dengan menggunakan

definisi di atas betapa tidak praktisnya, bahkan kadang-kadang sulit

dan menjemukan. Untuk mengatasi masalah tersebut, menghitung

nilai integral tentu lebih praktis dan lebih mudah dikerjakan dengan

menggunakan teorema dasar integral kalkulus yang telah dibicarakan

di depan, yaitu:

( )

xdx

[

F

( )

x

]

F

( ) ( )

b F a

f ba

b

a

− =

=

dengan F

( )

x adalah anti-turunan dari f

( )

x .

C. Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat

Topik “Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat” termasuk

materi dalam buku Matematika untuk SMA Kelas X Semester 1

(Wirodikromo, 2007) dengan standar kompetensi: memecahkan masalah yang

berkaitan dengan fungsi, persamaan, dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan

kuadrat; kompetensi dasar: menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan

dan pertidaksamaan kuadrat, melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan

yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.

Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat

Kita ingat bahwa akar-akar persamaan kuadrat + + = 0 ( ≠ 0)

ditentukan dengan rumus kuadrat atau rumus abc sebagai berikut.

=− + √ − 4

2 =

− − √ − 4

2

Berdasarkan rumus di atas, kita dapat mengembangkan rumus jumlah

akar-akar ( + ) dan hasil kali akar-akar ( ∙ ) persamaan kuadrat

(34)

Untuk menentukan rumus jumlah akar-akar ( + ) dan hasil kali

akar-akar( ∙ ), marilah kita simak perhitungan-perhitungan berikut.

1. Jumlah akar-akar persamaan kuadrat:

+ = √ + √

= − + √ − 4 − − √ − 4

2

= −2 2

= −

2. Hasil kali akar-akar persamaan kuadrat:

∙ = − + √ − 4

2 ∙

− − √ − 4

2

= ( ) ()

= − ( − 4 )

4

= − + 4

4

=4 4

=

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan di atas, kita mendapatkan

rumus-rumus sebagai berikut.

Jika dan adalah akar-akar persamaan kuadrat + + =

0; dengan ≠ 0, jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat itu

ditentukan dengan rumus:

+ = − ∙ =

Rumus jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat dapat digunakan

untuk:

(35)

b. Menghitung koefisien-koefisien persamaan kuadrat yang

akar-akarnya memenuhi sifat-sifat tertentu.

c. Menyusun persamaan kuadrat (akan dibahas kemudian).

1. Menghitung Bentuk Simetri Akar-Akar Persamaan Kuadrat

Sebuah bentuk alajabar yang tediri atas dua peubah/variable

dikatakan simetri/setangkup, jika letak peubah itu ditukarkan maka nilai

bentuk itu tetap.

Bentuk + ; + ; + merupakan contoh bentuk simetri, sebab:

+ = + ; + = + ; + = + ,

. = . ; 1 . 1 = 1 . 1 ; . = .

tetapi, − ; − ; − bukan bentuk simetri, sebab:

− ≠ − ; − ≠ − ; 1−1≠1−1

Bentuk simetri akar-akar persamaan kuadrat dapat dihitung tanpa

harus menyelesaikan persamaan kuadrat terlebih dulu.

Contoh:

+ = ( + ) − 2 .

= − − 2

= −2

= − 2

2. Menghitung Koefisien Persamaan Kuadrat Yang Akar-Akarnya Memenuhi Sifat-Sifat Tertentu

Dalam subbab sebelumnya kita telah membahas cara menghitung

koefisien-persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi sifat-sifat

(36)

mempunyai dua akar yang sama, atau tidak mempunyai akar real)

dikaitkan dengan diskriminan dari persamaan kuadrat yang bersangkutan.

Dalam subbab ini kita akan mempelajari cara menghitung koefisien

persamaan kuadrat yang akar-akarnya memenuhi sifat-sifat tertentu

dikaitkan dengan jumlah akar-akar ( + ) dan hasil kali akar-akar

( ∙ ) dari persamaan kuadrat yang bersangkutan. Sifat-sifat tertentu

yang dimaksudkan itu misalnya:

a. Salah satu akarnya dua kali akar yang lain,

b. Salah satu akarnya dua lebihnya dari akar yang lain,

c. Salah satu akarnya lawan dari akar yang lain,

d. Salah satu akarnya kebalikan dari akar yang lain, dan sebagainya.

Rumus jumlah dan hasil kali akar-akar dapat digunakan untuk

membedakan cirri dari akar-akar persamaan kuadrat yang mempunyai dua

akar real yang berbeda. Untuk itu simaklah analisis berikut ini.

1) Akar yang satu merupakan lawan akar yang lainnya atau sering

dikatakanakar-akarnya berlawanan: = − .

= −

↔ + = 0

↔ − = 0

↔ = 0

2) Akar yang satu merupakan kebalikan akar yang lainnya atau sering

dikatakanakar-akarnya berkebalikan: = .

= − 1

↔ ∙ = 1

↔ = 1

↔ =

(37)

• ∙ =

↔ (0) =

↔ 0 =

↔ = 0

• + = −

↔ (0) + = −

↔ = −

4) Kedua akarnya mempunyai tanda yang sama atau sering dikatakan

akar-akarnya bertanda sama: > 0 > 0 <

0 < 0.

∙ > 0 ↔ > 0,

5) Kedua akarnya mempunyai tanda yang tidak sama atau sering

dikatakan akar-akarnya berlainan tanda: > 0 <

0 < 0 > 0.

∙ < 0 ↔ < 0,

Berdasarkan analisis di atas, kita dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut.

Jika dan akar-akar persamaan kuadrat + + = 0 ( ≠ 0).

1. Akar-akarnya berlawanan( = − ) ↔ = 0.

2. Akar-akarnya berkebalikan = ↔ = .

3. Sebuah akarnya sama dengan nol( = 0) ↔ = 0 = − .

4. Kedua akarnya bertanda sama↔ > 0.

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, sejalan dengan

tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana Pedagogical Content

Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan pengetahuan guru

mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang guru matematika kelas XII A3

di SMA Kolese de Britto dan 1 orang guru matematika kelas XB di SMA

Stella Duce 1 Yogyakarta.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu SMA

Kolese de Britto dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga September 2009.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini antara lain observasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi difokuskan kepada kejadian-kejadian yang berkaitan dengan

langkah guru memahami cara berpikir siswa dan cara guru dapat

mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa serta bagaimana guru

memilih soal latihan sesuai dengan kategori PCK pada tabel 2.1 di Bab 2.

Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang utuh yang

(39)

Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait

dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi

siswa. Observasi ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (satu

pertemuan dua jam pelajaran dan satu jam pelajaran empat puluh lima

menit).

2. Wawancara

Dalam penelitian ini digunakan wawancara yang bertujuan untuk

mengetahui latar belakang mengapa guru memilih melakukan sesuatu dalam

pembelajaran matematika. Wawancara ini ditujukan kepada satu guru

matematika kelas XII A3 di SMA Kolese de Britto dan satu guru

matematika kelas XB di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin

yaitu peneliti bebas mengemukakan pertanyaan yang mendukung untuk

penelitian kepada guru yang menjadi subyek dari penelitian ini. Wawancara

dengan guru bersangkutan dilakukan peneliti ketika berdiskusi dengan guru

di luar kelas dan ketika pengambilan data dengan rekaman video selesai.

Pertanyaan wawancara dibuat berdasarkan pada data yang diperoleh dari

Data observasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu tentang

bagaimana Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru matematika di

SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa dan

miskonsepsi siswa.

Pedoman wawancara berupa pertanyaan yang digunakan peneliti saat

melakukan wawancara dengan subyek penelitian. Instrumen wawancara ini

berisi tentang bagaimana Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru

matematika di SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara

berpikir siswa dan miskonsepsi siswa. Alat yang dipakai saat wawancara

yaitu handycam dan pedoman wawancara.

Adapun kisi-kisi wawancara dengan guru SMA Kolese de Britto dan

(40)

Tabel 3.1. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara

No Kisi–kisi Pertanyaan Wawancara

1 Mengetahui persiapan yang dilakukan guru sebelum mengajar di kelas

2 Mengetahui strategi guru dalam memberikan pertanyaan bimbingan yang membentu siswa dalam memahami materi

3 Mengetahui langkah yang dilakukan guru dalam memahami tingkat pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika

4 Mengetahui dasar-dasar pertimbangan guru terhadap siswa tertentu

5 Mengetahui langkah yang dilakukan oleh guru dalam mengetahui sejauh mana penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa

6 Mengetahui bagaimana cara guru menentukan soal-soal matematika

7 Mengetahui pengetahuan guru mengenai kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa

8 Mengetahui alasan guru memberikan pertanyaan tertentu kepada siswa yang dilakukan berulang-ulang

9 Mengetahui langkah apa saja yang digunakan oleh guru untuk tetap dapat memelihara fokus siswa dalam belajar

10 Mengetahui apakah teknik mengajar guru ditiap kelas itu sama

Hasil diskusi dengan guru-guru matematika dan dosen yang

dilakukan pada saat pertemuan dengan guru-guru yang kiranya

bersesuaian dengan penelitian ini juga digunakan oleh peneliti untuk

memperkuat dalam menganalisis data, sehingga diperoleh suatu

kesinambungan yang baik antara hasil observasi dengan hasil dari

wawancara ataupun diskusi yang dilakukan.

E. Validitas Data Penelitian

Usaha yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan validitas data

yang diperoleh yaitu dengan melihat hasil transkrip data berulang-ulang

yang sesuai dengan data yang terdapat di dalam rekaman video

pembelajaran. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru yang

diteliti sehingga dapat memperkuat data yang diperoleh.

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil observasi

pembelajaran di kelas dan hasil wawancara dengan guru. Berikut adalah teknik

yang digunakan dalam menganalisis data tersebut, yaitu menggunakan

(41)

untuk menentukan dan mengelompokkan Pedagogical Content Knowledge

(PCK) guru matematika di SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai

cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa yang akan digunakan pada tahap

kategorisasi data. Seperti yang terdapat pada tabel 2.1 pada bab 2.

Tahapan dalam proses analisa meliputi:

1. Deskripsi data observasi

Proses deskripsi ini merupakan penyajian kembali bagian-bagian

tertentu dari hasil observasi (yang telah ditranskripsi) dengan topik-topik

data yang akan diteliti dalam hal ini tentang Pedagogical Content

Knowledge (PCK) guru matematika di SMA terkait dengan pengetahuan

guru mengenai cara berpikir siswa dan miskonsepsi siswa yang akan

diulas kedalam bentuk narasi.

2. Kategorisasi Data

Dari hasil penelitian dilakukan proses pengelompokkan topik-topik

data sehingga menghasilkan suatu kategori-kategori data yang bersesuaian,

dengan menggunakan framework dari Chick, Baker, Pham & Cheng,

(2006).

3. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan proses analisis data yang dilakukan nantinya dapat

ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang akan diteliti,

dalam hal ini Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru matematika

di SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir siswa

dan miskonsepsi siswa yang disimpulkan dari video hasil observasi

pembelajaran guru dan pengetahuan guru mengenai siswa terkait dengan

materi ajar yang disimpulkan dari data wawancara, disamping itu data

wawancara juga digunakan untuk menunjukkan pengetahuan guru

mengenai siswa terkait materi ajar yang tidak tampak dalam video hasil

(42)

27

BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas analisis data bagaimanaPCKguru matematika

khususnya PCK guru terkait dengan pengetahuan guru akan cara berpikir siswa

mengenai materi dan miskonsepsi siswa di kelas XII A3 SMA Kolese de Britto

dan di kelas XB SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang akan tampak pada

deskripsi hasil observasi pembelajaran. Analisis data akan diperkuat dengan

hasil wawancara dan kategorisasi data menggunakan framework dari Chick,

Baker, Pham & Cheng, (2006: 61) seperti tampak pada bab 2. Dilanjutkan

dengan menarik suatu kesimpulan bagaimana kemampuan PCK guru

matematika di SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir

siswa dan miskonsepsi siswa di kelas XII A3 SMA Kolese de Britto dan di

kelas XB SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

Selanjutnya sub-bab berikut ini akan membahas mengenai analisis data

SMA Kolese de Britto dan analisis data SMA Stella Duce 1 satu per satu secara

terpisah.

A. Analisis Data SMA Kolese de Britto

Pada bagian ini akan membahas penyajian kembali bagian-bagian

tertentu dari rekaman video yang sesuai dengan topik-topik data yang akan

diteliti dalam hal ini tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru

matematika di SMA terkait dengan pengetahuan guru mengenai cara berpikir

siswa dan miskonsepsi siswa di kelas XII A3 SMA Kolese de Britto kedalam

bentuk narasi. Sumber data rekaman video yang digunakan meliputi rekaman

data dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga ketika guru mengajar di

kelas dan rekaman video wawancara peneliti dengan guru yang bersangkutan.

(43)

1. Pertemuan pertama (5 Agustus 2009)

Pertemuan pertama ini diawali dengan materi baru yaitu

Menghitung Integral Tentu. Guru pada awal pembelajaran memulai

dengan menunjukkan secara garis besar alur pembelajaran dan kemudian

menentukan kelompok siswa yang terdiri dari dua orang. Kelompok yang

sudah ditentukan oleh guru ini diminta untuk mengerjakan LKS

menghitung Luas suatu daerah sebarang, seperti terlihat pada transkrip di

bawah ini:

G: Untuk sampai pada pembahasan Integral Tentu..ya…ada materi prasyarat yang perlu kita kuasai, yang tentu saja adalah yang akan kita capai kesana adalah jumlahan Riemann(Gambar 4.1)..ya..nanti akan di selesaikan di dalam kelompok. Kelompok satu ini..(guru menunjuk kearah dua siswa yang duduk di paling depan pojok kanan) silahkan dikerjakan…kelompok 2 (guru menuju

deretan siswa berikutnya), kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5…dst.(Gambar 4.2). Okey…untuk masuk pada pokok bahasanIntegral Tentu, tugas pertama anda adalah saya minta anda untuk menghitung berapa luas daerah ini (guru menunjuk pada gambar daerah yang ada pada LKS) saya tidak akan memberitahu

caranya,terserah anda…

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Menurut guru, siswa akan bisa masuk ke suatu materi baru kalau

mereka punya sesuatu sebagai pengantar, itulah alasan guru membahas

materi prasyarat.

“Pertama menurut saya yah, ini paradigm saya, anak-anak akan bisa masuk ke suatu materi baru kalau dia punya sesuatu hal pengantar gitu yah, pengantar…”

Materi prasyarat yang diangkat guru adalah jumlahan Riemann

yang merupakan dasar bagi topik Integral Tentu yang akan diajarkan.

Kemudian guru menentukan kelompok siswa yang terdiri dari dua orang di

mana siswa mengerjakan LKS untuk menghitung luas suatu daerah

(44)

tentang penerapan Integral Tentu dalam hal menghitung luas. Tujuan guru

sebenarnya cukup sederhana bahwa ketika nanti anak-anak mempelajari

Integral Tentu itu ada sesuatu manfaatnya, seperti yang diungkapkan

ketika wawancara dengan guru bersangkutan.

“Ketika integral tentu saya memilih untuk luas untuk menghitung suatu daerah yang tidak teratur gitu yah, itu untuk mengantar anak supaya sampai pada pemahaman tentang penerapan integral tentu dalam hal luas gitu yah. Nah, Tujuan saya sebenarnya cukup sederhana bahwa ketika nanti anak-anak mempelajari integral tentu itu ada sesuatu manfaatnya, tujuannnya itu seperti itu. Sehingga apa yang mereka pelajari itu tidak kosong sama sekali tidak ada maknanya, tetapi syukur kalau saya mempelajari ini saya bisa sekurang-kurangnya saya tau bahwa ini bisa mengukur luas gitukan, sekurang-sekurang-kurangnya gitu yah.”

Ini menunjukkan bahwa guru mengetahui tujuan dari pembelajaran

itu sendiri. Hal ini merupakan aspek pengetahuan pedagogis di lihat dari

konteks pembelajaran dengan kategori tujuan pembelajaran dari PCK

menurut Chick, Baker, Pham & Cheng, (2006).

Setelah pekerjaan siswa dikumpulkan guru kemudian

mempresentasikan pekerjaan tiap kelompok secara singkat. Ketika

mempresentasikan jawaban guru menemukan beberapa jawaban yang

menurut guru berbeda jauh dari teman-teman yang lainnya seperti yang

terlihat pada transkrip dibawah ini:

G: Kemudian, Benedikto dan Dicky 209. Kemudian berikutnya kelompok Andreas Dika dan Mauly 212 persis. Hanzelmut dan Widharyanto 208,075.

Okey…Anton, punya mu kenapa bisa mendapatkan jawaban 200, sini di

depan..(guru meminta siswa maju ke depan kelas menjelaskan jawabannya)

Gambar 4.3

S: Inikan gambarnya ada yang berbentuk persegi panjang, sama yang gelombang- gelombang. Pertamanyakan kami melihat dari yang persegi

(45)

yang apa itu…cara Riemann itu.. ini sebenarnya kan persegi dan jadi luasnya persegikan jadi kuadrat-kuadrat , nah kuadratnya itukan jadinya begini. Jadi akan coba di perbaiki lagi..jadi ini yakin salah pak (Gambar 4.3).

G: Okey, yakin salah ini?... S: yah.

G: Yakin salah..Kemudian Yohan, kenapa kamu menggunakan penghampiran? Penghampiran atau pengiraan? Caranya dulu..bagaimana cara menghitungnya?

Gambar 4.4

S1: Pertama di bagi 2, yang panjang ini kami hitung dapat 19.8..(Gambar4. 4) G&S: hehehhee…

G: Penggaris mu mana, coba penggaris mu (guru kemudian mengecek penggaris Yohan) 19,8..berapa yang lainnya?

Gambar 4.5 SS: 20.

G: ya, terus…

S1: trus yang ini 8 senti, dihitung ketemunya 154,4, trus yang ini pakai cara tradisional, kotak-kotak..yang apa..yang hasilnya kotak penuh bernilai 1, yang potongan-potongan ini di gabung-gabung..kayak puzzle trus di hitung kiranya ada 8 persegi, yang ini ada 36 terus yang ini ada 12. Dijumlahin kira-kira 206,4.

G: Ya, baik…penggarisnya memang berbeda, lebih panjang yang

tembaga…memang selisih 0,2..betul..

PCK guru pada transkrip di atas terlihat ketika guru meminta dua

(46)

menjelaskan jawabannya. Maksud guru memilih kedua siswa ini

didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu ketika proses ini

berlangsung guru sedang berkeliling dan guru mengamati proses satu demi

satu. Menurut guru, Anton (S) menggunakan cara yang ilmiah karena dia

mengerjakan dengan mendekati jumlahan Riemann yang ada di buku

dengan membandingkan berbagai macam sumber buku dan ketika

mengerjakan hasilnya salah.

“…itu ada beberapa pertimbangan gitu ya, ketika proses ini berlangsung saya

kan keliling gitu, saya mengamati proses satu demi satu gitu ya, satu demi satu. Nah, saya sengaja memilih ini karena cara yang dipakai ini menurut saya cara ini ilmiah gitukan karena dia mendekati nganu dia mendekati jumlahan Rieman yang dimaksud yang nanti akan dituju gitu ya. Tetapi salah gitukan jawabannya,

salah gitukan…”

Anton dan temannya Andra menghitung luas daerah yang ada pada

LKS tersebut dengan melihat langkah-langkah Jumlahan Riemann yang

ada di buku paket. Namun karena mereka belum terlalu paham mengenai

konsep jumlahan Riemann mereka menggunakan konsep yang salah yaitu

menghitung luas sisa yang berbentuk gelombang dengan menyatukannya

menjadi persegi-persegi yang hanya dikira-kira. Menurut mereka cara

menghitung dengan jumlahan Riemann dapat dilakukan seperti itu.

Sehingga guru ingin mencoba untuk menunjukkan pada siswa terutama

Anton bahwa langkah yang dilakukan Anton belum tepat walaupun sudah

melihat dari sumber buku. Karena Anton dan Andra sudah mengerti apa

yang dikerjakannya salah, maka guru tidak mengungkapkan secara detail

letak kesalahannya di mana.

Guru kemudian melanjutkan dengan mulai mengenalkan siswa

asal-usul Integral Tentu yang diawali dengan sejarah kalkulus, menghitung

luas lingkaran dengan persegi, segilima, segienam dan seterusnya hingga

segi-n, mengarah pada Integral Tentu. Lihat transkrip di bawah ini:

(47)

pertama menemukan adalah Newton kemudian disempurnakan dengan notasi-notasi kemudian melambangkan turunan iitu dengan menggunakan titik, turunan pertama itu y kemudian diatasnya titik satu (y’) kemudian Leibniz membuatnya lebih mudah yang kemudian kita gunakan sekarang dy/dx gitu yah. Sejarah mencatat bahwa kedua orang ini berjasa besar. Nah, kemudian sebelum kalkulus itu muncul ada dua masalah yang dipikirkan banyak orang. Persoalan yang pertama itu adalah gerak dan yang kedua luas daerah untuk kurva-kurva tertentu bukan daerah seperti kotak. Dulu ketika ada linkaran seperti ini orang bingung menghitung luasnya, kalau menurut mu bagaimana menhitung luasnya, kita kembali kesebelum rumusnya ditemukan yah,

SS: dibuat kotak pak.

G: lalu hubungan nya apa luas lingkaran dengan kotak? Karena kalau kita mendekati luas lingkaran di kotak ada yang terbuang, satu, dua, tiga dan empat yah. Nah pertama-tama pakai kotak karena ini tidak ideal kemudian pakai segilima semakin sedikit yang terbuang, kemudian segienam, kalau segi-n ini diperbanyak maka luas ini akan semakin teliti. Bisa masuk ke logika kita?

SS: bisa

G: kalau segi itu di perlu

Gambar

Tabel Keterangan Halaman
Tabel 2.1: Framework dari Baker &amp; Chick, (2006 : 61)
Tabel 3.1. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara
Gambar 4.1 Gambar 4.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Kelahiran dengan operasi lebih mungkin untuk kelahiran anak pertama, ukuran bayi yang besar, ibu yang berusia lanjut, atau ibu yang pernah menjalani operasi caesar, Oleh

Analisis ini dilakukan bertujuan untuk melihat penurunan intensitas serta kualitas file image terhadap file pesan yang akan disisipkan ke dalamnya, jika menggunakan 2 bit

Adm.Pryk &amp; Keu 1 Org, SLTA sederajat, 3Th, Ijazah, KTP Ada Sesuai dengan persyaratan dokumen lelang Ya 9 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN Ada Sesuai dengan

Maka hasil output dari pengolahan data sebagai

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja