RASIO RETURN ON ASSET
UMUM SYARIAH
Diajukan u
Guna Memperol
JURUSAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RETURN ON ASSETS (ROA) PADA
UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010
SKRIPSI
untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.
DISUSUN OLEH RIA NITA PERDANA
NIM: 213-12-013
JURUSAN S-1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
PADA BANK
DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
RASIO
RETURN ON ASSETS
UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperole
JURUSAN S FAKULTAS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
i
RETURN ON ASSETS
(ROA) PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.
DISUSUN OLEH RIA NITA PERDANA
NIM: 213-12-013
JURUSAN S-1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
(ROA) PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat h Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
v
“Build your dreams, or someone else will hire you to build theirs.”
(Farrah Gray)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta,
Bapak Ngatno dan Ibu Atik Nurhayati
Serta adikku, Adrian Dwirangga Putra
Suamiku, Hardhono Arya Irawan, S.Sy.
Dan juga seluruh keluarga besarku.
Terima kasih atas dukungan dan do’anya,
Semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.
Dan semoga Allah SWT selalu memberikan kasih sayangnya kepada
kita semua.
Aamiin...
Terima kasih teruntuk almamaterku IAIN Salatiga
Terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan
Semoga bermanfaat untuk kehidupanku kedepan.
vi
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul“Analisis Pengaruh Tingkat Risiko
Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas dengan Menggunakan Rasio Return on Assets (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014”. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menghantarkan dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam
ilmu Perbankan Syariah. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik
secara moril maupun spiritual. Ucapan terimakasih oleh penulis tujukan kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
3. Fetria EkaYudiana, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan S1-Perbankan
Syariah dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberi arahan, masukan dan menyempurnakan
vii
6. Kedua orang tuaku tercinta, adikku dan suamiku serta seluruh keluarga
besarku yang selalu memberikan dukungan dan do’a.
7. Sahabatku Notlady “Lailatu Dhilkhijjah (Ela) dan Wakhidatul
Maulidiyah (Dyah)” terimakasih atas kebersamaan selama 4 tahun ini,
hiburan, bantuan, saran, do’a dan dukungan yang telah kalian berikan,
semoga persahabatan ini akan terus berlanjut sampai tua.
8. Sahabat-sahabatku DEMA FEBI yang telah memberikan banyak
pengalaman, do’a serta dukungannya.
9. Teman-teman S1- Perbankan Syariah angkatan 2012, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Salatiga serta semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik teman-teman semua mendapatkan balasan yang
terbaik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, sehingga
kritik dan saran penulis harapkan. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
serahkan segalanya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca
dan mempelajarinya. Aamiin
Salatiga,15 Juni 2016
viii
Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014. Skripsi. Jurusan S-1 Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M.Si.
Kata Kunci: Risiko Pembiayaan Mudharabah, Risiko Pembiayaan Musyarakah, Risiko Pembiayaan Murabahah, Tingkat Profitabilitas (ROA).
Pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah. Tingkat NPF (Non Performing Financing) yang tinggi pada suatu bank syariah menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat risiko pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah terhadap tingkat profitabilitas bank syariah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak delapan Bank Umum Syariah di Indonesia dengan data NPF dan ROA dari tahun 2010-2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu Eviews 9 SV. Teknik analisis yang digunakan meliputi uji stasioneritas, uji regresi berganda, uji statistik melalui uji ttest, Ftest, koefisien determinasi (R2) dan uji asumsi klasik.
Hasil dari analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu, Y = 0.016243 + 0.014558TRPMD - 0.301106TRPMY +
0.037692TRPMR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa tingkat risiko
ix
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Telaah Pustaka ... 13
B. Kerangka Teori ... 22
1. Risiko Pembiayaan ... 23
2. Produk-Produk Pembiayaan ... 35
3. Profitabilitas ... 43
4. Return on Assets (ROA) ... 46
5. Hubungan Antar Variabel ... 47
C. Kerangka Pemikiran ... 52
x
D. Definisi Konsep dan Operasional ... 61
E. Analisis Data ... 63
1. Uji Stasioneritas ... 63
2. Uji Asumsi Klasik ... 64
a. Uji Multicollinearity ... 64
b. Uji Heteroscedasticity ... 65
c. Uji Autocorrelation ... 65
d. Uji Normalitas ... 66
3. Uji Statistik ... 67
a. Uji Signifikasi Parameter Individual (ttest) ... 67
b. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik Ftest) ... 68
c. Koefisien Determinasi (R2) ... 69
4. Analisis Regresi Berganda ... 69
F. Alat Analisis ... 70
BAB IV ANALISIS DATA ... 71
A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 71
1. Pengertian Bank Umum Syariah ... 71
2. Asas, Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah ... 71
3. Pendirian dan Kepemilikan Bank Umum Syariah ... 72
4. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah ... 72
5. Larangan bagi Bank Umum Syariah ... 76
B. Statistik Deskriptif ... 76
C. Analisis Data ... 80
1. Uji Stasioneritas ... 80
a. Variabel Tingkat Risiko Pembiayaan Mudharabah ... 80
b. Variabel Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 81
xi
c. Uji Autocorrelation ... 86
d. Uji Normalitas ... 88
3. Uji Statistik ... 89
a. Uji Signifikasi Parameter Individual (ttest) ... 89
b. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik Ftest) ... 92
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 93
4. Analisis Regresi Berganda ... 94
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
BAB V PENUTUP ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA
xii
Tabel 3.1 Daftar Populasi ... 57
Tabel 3.2 Daftar Sampel ... 60
Tabel 3.3 Kriteria Autokorelasi ... 66
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 77
Tabel 4.2 Uji Stasioner Tingkat Risiko Pembiayaan Mudharabah ... 80
Tabel 4.3 Uji Stasioner Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 81
Tabel 4.4 Uji Stasioner Tingkat Risiko Pembiayaan Murabahah ... 82
Tabel 4.5 Uji Stasioner Tingkat Profitabilitas ROA ... 83
Tabel 4.6 Hasil Uji Multicollinearity ... 84
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroscedasticity ... 86
Tabel 4.8 Hasil Uji Autocorrelation ... 87
Tabel 4.9 Hasil Uji Autocorrelation dengan Diferensiasi ... 88
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ... 89
Tabel 4.11 Hasil Uji ttest ... 90
Tabel 4.12 Hasil Uji Ftest ... 92
Tabel 4.13 Hasil Uji R2 ... 93
Tabel 4.14 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 94
1 A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat
dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan,
hampir semua aktivitas perekonomian menggunakan perbankan sebagai
lembaga keuangan yang dapat membantu berjalannya usaha tersebut. Bank
yang dapat berperan sebagai penyedia modal dengan memberi pinjaman
berupa alternatif yang banyak dipilih untuk memenuhi kebutuhan dunia
tersebut.
Namun, krisis moneter yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak
Juli 1997 dan disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak
besar bagi perekonomian di Indonesia. Krisis tersebut telah mengakibatkan
perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami kesulitan. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia
terpaksa mengambil tindakan untuk rekonstrukturisasi sebagian bank-bank
di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang
perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, telah
menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional
bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada
sistem perbankan lain yang jauh lebih unggul karena menawarkan prinsip
Bank Syariah atau juga dikenal sebagai Bank Islam memiliki sistem
operasi dimana tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau bisa
disebut dengan bank tanpa bunga ini, bisa dikatakan sebagai lembaga
keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Sehingga dapat dikatakan bahwa
bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.
Menurut pasal 4 UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 Bank
Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Bank Syariah akan menginvestasikan dana yang dihimpun dari
masyarakat pada dunia usaha baik itu sebagai dana modal maupun sebagai
dana rekening investasi yang sesuai dengan syariah Islam. Dalam
menjalankan fungsi ini Bank Syariah hanya bertindak sebagai perantara
antara pihak yang kelebihan dana dan ingin menginvestasikan dananya
dengan pihak yang memerlukan dana (Yudiana, 2014: 1-2).
Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut sudut
pandang yuridis adalah: pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip
mudharabah dan prinsip musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan
prinsip murabahah, prinsip istishna dan prinsip as-salam, pembiayaan
al-muntahia bit-tamlik (sewa beli atau sewa dengan hak opsi) (Supriyadi,
2003: 43).
Pembiayaan dengan akad mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai
pengusaha/pengelola dana (mudharib), untuk melakukan kegiatan usaha
dengan nisbah bagi hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan
di muka (Nabhan, 2008: 53).
Musyarakah merupakan suatu bentuk akad kerjasama perniagaan
antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu
usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam
pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut
proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama (Yudiana,
2014: 49).
Murabahah adalah transaksi dengan prinsip jual beli. Transaksi
dengan prinsip murabahah berarti terjadi jual beli barang antara dua pihak
penjual dan pembeli dengan harga di atas harga pokok (harga pokok
ditambah keuntungan) yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli
(Nabhan, 2008: 91).
Pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah.
Tingkat NPF (Non Performing Financing) yang tinggi pada suatu bank
syariah menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat. Faktor lain yang
adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan suatu angka yang
menunjukkan kemampuan suatu entitas usaha untuk menghasilkan laba
(Fahrul dkk, 2012: 77).
Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu
badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
Yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha lainnya. Namun dalam
praktiknya tidak semua badan usaha yang didirikan memperoleh
keuntungan seperti yang diharapkan, bahkan tidak sedikit badan usaha yang
mati sebelum berkembang, akibat terus menerus menderita kerugian.
Agar suatu badan usaha tidak menderita kerugian atau dengan kata
lain harus memperoleh keuntungan seperti yang ditargetkan, badan usaha
perusahaan tersebut perlu mengelolanya secara profesional. Tanpa
pengelolaan yang profesional jangan diharapkan suatu perusahaan akan
dapat memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan (Kasmir, 2014: 2-3).
Pada faktanya tidak semua kredit atau pembiayaan dapat
dikembalikan secara sempurna, artinya akan muncul suatu risiko yaitu risiko
kredit atau risiko pembiayaan di mana risiko ini tidak hanya terjadi pada
bank konvensional tetapi juga pada bank syariah. Risiko kredit timbul akibat
kegagalan (default) dari pihak lain (nasabah/debitur/mudharib) dalam
memenuhi kewajibannya (Sulhan dan Siswanto, 2008: 152).
Tingginya risiko pembiayaan tercermin dari posisi rasio pembiayaan
bermasalah yang sering dikenal sebagai Non Performing Financing (NPF).
yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang
bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian
khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi
penunggakan dalam pengembalian. Risiko kredit yang disebabkan oleh
ketidakmampuan pihak debitur untuk mengembalikan jumlah pinjaman
yang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, bila tidak dikelola
dengan baik maka akan mengakibatkan proporsi kredit bermasalah yang
semakin besar sehingga akan berdampak terhadap kondisi perbankan dan
dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap tingkat kesehatan bank
(Refinaldy, 2014: 5).
Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental
perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan
dalam memperoleh laba. Dimensi-dimensi konsep profitabilitas dapat
menjelaskan kinerja manajemen perusahaan. Salah satunya dengan metode
ROA. Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan
sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja
manajemen (Harmono, 2009: 109-110).
Cara untuk menilai kinerja keuangan keuangan suatu perusahaan
adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal
mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Apakah yang
atau laba neto setelah pajak diperbandingkan dengan keseluruhan aktiva
berwujud atau yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak
dengan modal sendiri.
Dengan adanya bermacam-macam cara penilaian profitabilitas suatu
perusahaan, maka tidak mengherankan jika ada beberapa perusahaan yang
berbeda dalam cara penghitungan profitabilitasnya. Pokok terpenting adalah
profitabilitas mana yang akan dipergunakan sebagai alat mengukur kinerja
keuangan dalam perusahaan yang bersangkutan.
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu cara menghitung
kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laba bersih yang
diperoleh perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA
merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas
sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan (Permana, 2010:
29).
Berdasarkan hal tersebut di atas inilah yang menjadikan alasan penulis
menggunakan ROA untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan karena
rasio ROA ini dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting
yaitu merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh dan teknik
analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fiswara (2008: 123-124) mengenai
“Pengaruh Tingkat Non Performing Loan Pembiayaan Mudharabah dan
pada Bank Syariah Mandiri”. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel
non performing loan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah
memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan
hubungan yang kuat. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan
antara tingkat non performing loan pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas. Pengujian secara parsial
diperoleh hasil bahwa variabel non performing loan pembiayaan
mudharabah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan
memiliki keeratan hubungan rendah atau lemah.
Kusumawati (2010: 87) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Risiko Mudharabah dan Murabahah Terhadap Tingkat
Profitabilitas Bank Syariah” memberikan kesimpulan bahwa risiko
pembiayaan mudharabah dan risiko pembiayaan murabahah baik pengujian
secara parsial maupun secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2011: 97-98)
mengenai “Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Dampaknya
Terhadap Laba Operasional pada Bank Syariah Mandiri Indonesia”
memberikan kesimpulan bahwa secara parsial pembiayaan mudharabah
tidak berpengaruh signifikan terhadap laba operasional sedangkan
pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.
mudharabah maupun pembiayaan musyarakah secara bersama-sama
keduanya berpengaruh signifikan terhadap laba operasional.
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko
Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat
Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda
Aceh) memberikan kesimpulan bahwa risiko pembiayaan musyarakah dan
risiko pembiayaan murabahah baik pengujian secara parsial maupun secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank syariah Banda
Aceh (Fahrul dkk, 2012: 76).
Kusumawati (2013: 104) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Risiko Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi
Kasus Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode
Tahun 2007-2012” memberikan kesimpulan bahwa risiko pembiayaan
musyarakah memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadiyati (2013: 12) yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Non Performing Financing Pembiayaan
Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia”
memberikan kesimpulan bahwa secara parsial NPF pembiayaan
mudharabah negatif signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan NPF
pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. Secara bersama-sama NPF pembiayaan mudharabah dan NPF
pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Penelitian yang dilakukan oleh Refinaldy (2014: 78) mengenai
“Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah” memberikan
kesimpulan bahwa risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan
terhadap tingkat profitabilitas sedangkan risiko pembiayaan mudharabah
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Permata dkk (2014: 8) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah
Dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas/Return on Equity (Studi
pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode
2009-2012)” memberikan kesimpulan bahwa pembiayaan mudharabah
memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat ROE,
sedangkan pembiayaan musyarakah memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat ROE. Secara simultan, pembiayaan mudharabah
dan musyarakah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ROE serta
pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil yang paling
dominan mempengaruhi tingkat ROE.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah penulis menggabungkan seluruh variabel independen
yang telah diteliti sebelumnya dan berbedanya lokasi serta periode
penelitian yang digunakan yakni Bank Umum Syariah pada tahun
Berdasarkan latar belakang di atas inilah yang mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Tingkat Risiko
Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah dan Murabahah Terhadap
Tingkat Profitabilitas dengan Menggunakan Rasio Return on Assets
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan mudharabah terhadap
tingkat profitabilitas?
b. Bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan musyarakah terhadap
tingkat profitabilitas?
c. Bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan murabahah terhadap
tingkat profitabilitas?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan
mudharabah terhadap tingkat profitabilitas.
b. Untuk menganalisis bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan
musyarakah terhadap tingkat profitabilitas.
c. Untuk menganalisis bagaimanakah pengaruh tingkat risiko pembiayaan
murabahah terhadap tingkat profitabilitas.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perbankan Syariah
Bagi pihak Perbankan Syariah, penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan dan sumbangan pikiran serta saran-saran yang
dapat membantu Perbankan Syariah dalam menjalankan operasionalnya
yang berprinsipkan syariah dalam rangka meningkatkan profitabilitas.
b. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan
serta pemahaman penulis mengenai pengaruh tingkat risiko pembiayaan
mudharabah, musyarakah dan murabahah terhadap profitabilitas.
c. Bagi Pihak Lain
Bagi pihak lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
bacaan dan literatur untuk memberikan informasi dan wawasan guna
penelitian selanjutnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan dalam
rangka menambah ilmu mengenai pengaruh tingkat risiko pembiayaan
mudharabah, musyarakah dan murabahah terhadap profitabilitas.
d. Bagi Investor dan Calon Investor
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
melakukan investasi dalam mendirikan atau mengembangkan perbankan di
Indonesia, baik sistem perbankan syariah atau perbankan konvensional.
e. Bagi Calon Nasabah dan Calon Debitur
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dan referensi untuk memilih sistem perbankan mana yang tepat yang dapat
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi Kajian Teori, Penelitian Sebelumnya yang
Relevan, dan Hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi Jenis Penelitian, Populasi, Sampel, Definisi
Konsep, Definisi Operasional, Kerangka Penelitian, dan Alat
Analisis Data.
BAB IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini berisi Gambaran Singkat Obyek Penelitian,
Analisa Data (Analisa Deskriptif, Rekapitulasi Data, Uji
Hipotesis).
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
13 A. Telaah Pustaka
Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai landasan dalam
penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Fiswara (2008: 123-124) mengenai
“Pengaruh Tingkat Non Performing Loan Pembiayaan Mudharabah dan
Pembiayaan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas (Return on Assets)
pada Bank Syariah Mandiri”. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel
Non Performing Loan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah
memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan
hubungan yang kuat. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan
antara tingkat Non Performing Loan pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas. Pengujian secara parsial
diperoleh hasil bahwa variabel Non Performing Loan pembiayaan
mudharabah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan
memiliki keeratan hubungan rendah atau lemah.
Kusumawati (2010: 87) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Risiko Mudharabah dan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas
Bank Syariah” memberikan kesimpulan bahwa risiko pembiayaan
mudharabah dan risiko pembiayaan murabahah baik pengujian secara parsial
maupun secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2011: 97-98)
mengenai “Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Dampaknya
Terhadap Laba Operasional pada Bank Syariah Mandiri Indonesia”
memberikan kesimpulan bahwa secara parsial pembiayaan mudharabah tidak
berpengaruh signifikan terhadap laba operasional sedangkan pembiayaan
musyarakah berpengaruh signifikan terhadap laba operasional. Pengujian
secara simultan menunjukkan bahwa baik pembiayaan mudharabah maupun
pembiayaan musyarakah secara bersama-sama keduanya berpengaruh
signifikan terhadap laba operasional.
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan
Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas
Bank Syariah (Studi Pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh)
memberikan kesimpulan bahwa risiko pembiayaan musyarakah dan risiko
pembiayaan murabahah baik pengujian secara parsial maupun secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank syariah Banda Aceh
(Fahrul dkk, 2012: 76).
Kusumawati (2013: 104) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Risiko Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus
Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk Periode Tahun
2007-2012” memberikan kesimpulan bahwa risiko pembiayaan musyarakah
memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadiyati (2013: 12) yang berjudul
Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia” memberikan kesimpulan
bahwa secara parsial NPF pembiayaan mudharabah negatif signifikan
terhadap profitabilitas, sedangkan NPF pembiayaan musyarakah tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara bersama-sama NPF
pembiayaan mudharabah dan NPF pembiayaan musyarakah berpengaruh
signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Muamalat Indonesia selama
periode penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Refinaldy (2014: 78) mengenai
“Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah” memberikan
kesimpulan bahwa risiko pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan
terhadap tingkat profitabilitas sedangkan risiko pembiayaan mudharabah
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Permata dkk (2014: 8) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah
Dan Musyarakah Terhadap Tingkat Profitabilitas/Return on Equity (Studi
pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode
2009-2012)” memberikan kesimpulan bahwa pembiayaan mudharabah
memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat ROE,
sedangkan pembiayaan musyarakah memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat ROE. Secara simultan, pembiayaan mudharabah
pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil yang paling
dominan mempengaruhi tingkat ROE.
Tabel 2.1
- Non Performing Loan
pembiayaan mudharabah
dan musyarakah terhadap profitabilitas.
Lanjutan Tabel 2.1...
Lanjutan Tabel 2.1...
Lanjutan Tabel 2.1...
Lanjutan Tabel 2.1...
Sumber: Berbagai penelitian diolah, 2016.
B. Kerangka Teori
Untuk lebih memahami penulisan skripsi yang berjudul “Analisis
Tahun 2010-2014”, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan
istilah-istilah yang terdapat dalam judul, yaitu:
1. Risiko Pembiayaan
a. Pengertian Risiko
Menurut Sulhan dan Siswanto (2008: 105) risiko adalah
kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari harapan yang
bersifat merugikan. Risiko muncul akibat adanya ketidakpastian hasil
yang dicapai dari suatu usaha. Ketidakpastian ini meliputi
ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu ketidakpastian
yang diakibatkan oleh perubahan pasar, selera konsumen, kebijakan
ekonomi pemerintah yang mengakibatkan terjadinya potensi kerugian.
Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang
diakibatkan oleh perubahan kondisi alam seperti gempa bumi, musim
yang tidak menentu yang dapat menyebabkan kerugian. Dan
ketidakpastian manusia, yaitu ketidakpastian akibat perbedaan karakter,
keteledoran dan sifat-sifat lain manusia yang meningkatkan potensi
terjadinya kerugian.
b. Jenis-jenis Risiko
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko untuk Bank Umum Syariah dan
1) Risiko Kredit, adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak
lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
Menurut Hanafi (2006: 57) teknik-teknik pengukuran risiko
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Penilaian Kualitatif, dalam penilaian kualitatif analisis
pembiayaan sering menggunakan kerangka 3R dan 5C,
kerangka tersebut digunakan untuk menganalisis kemampuan
melunasi kewajiban dari calon nasabah. Penilaian 3R tersebut
adalah return yaitu berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari
penggunaan pembiayaan, repayment capacity yaitu berkaitan
dengan kemampuan mengembalikan pembiayaan, dan
risk-bearing ability yaitu berkaitan dengan kemampuan menanggung
risiko kegagalan. Sedangkan penilaian 5C yang digunakan
adalah character, capacity, capital, collateral, dan condition of
economy.
Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil
pinjaman.
Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalikan pinjaman yang diambil.
Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
Collateral, artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau
tidak (Yudiana, 2014: 65-66).
b) Penilaian Kuantitatif, dalam melakukan penilaian kuantitatif
dapat dilakukan dengan melakukan rating perusahaan, model
scoring credit, Risk Adjusted Return on Capital (RAROC),
mortality rate, term structure, credit metrics, dan pendekatan
kerangka teori opsi.
Adapun prinsip-prinsip yang dimiliki risiko kredit yang
terdapat dalam buku Analisis Risiko Perbankan Syariah yang
ditulis oleh Greuning dkk (2011: 117) adalah:
a) Lembaga keuangan syariah harus memiliki strategi untuk
pendanaan, menggunakan berbagai instrumen-instrumen syariah
sesuai dengan syariat, di mana potensi eksposur kredit yang
mungkin timbul pada tahap-tahap yang berbeda dalam berbagai
perjanjian pendanaan diakui.
b) Lembaga keuangan syariah harus melaksanakan due diligence
mengenai pihak rekanan sebelum menentukan pilihan instrumen
keuangan syariah yang sesuai.
c) Lembaga keuangan syariah harus memiliki metodologi yang
tepat untuk mengukur dan melaporkan eksposur risiko kredit
d) Lembaga keuangan syariah harus memiliki teknik mitigasi risiko
sesuai syariat yang tepat untuk setiap instrumen pendanaan
syariah.
Besar-kecilnya risiko kredit dalam perbankan Islam
dibandingkan dengan perbankan konvensional menurut Khan dan
Ahmed (2008: 141) tergantung pada faktor berikut:
a) Karakteristik risiko dalam pembiayaan.
b) Karakteristik nasabah.
c) Akurasi dalam menghitung potensi kerugian risiko kredit.
d) Penerapan teknik pengurangan risiko.
Teknik pengukuran risiko pembiayaan menurut Rivai dan
Arfian dalam bukunya yang berjudul “Islamic Banking: Sebuah
Teori, Konsep, dan Aplikasi (2010: 970-971) yaitu:
a) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan
pengukuran risiko yang memungkinkan untuk:
i. Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet
yang mengandung risiko pembiayaan dari setiap debitur
atau per kelompok debitur dan atau counterparty tertentu
mengacu pada konsep single obligor.
ii. Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko pembiyaan
dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan
iii. Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap
untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
b) Sistem pengukuran risiko pembiayaan sepatutnya
mempertimbangkan:
i. Karakteristik setiap jenis transaksi risiko pembiayaan,
kondisi keuangan debitur/counterparty serta persyaratan
dalam perjanjian pembiayaan seperti dalam jangka waktu
dan tingkat interest.
ii. Jangka waktu pembiayaan (maturity profile) dikaitkan
dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar.
iii. Aspek jaminan/agunan dan/atau garansi.
iv. Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik
berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional
maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan
proses pemberian peringkat yang dilakukan secara intern
(internal risk rating).
v. Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan
(default).
c) Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
menggunakan pendekatan internal risk rating harus
menggunakan validasi data secara berkala.
d) Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko pembiayaan
1. Non Performing Loan (NPL)
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 tentang Penilaian Kualitas
Aset Bank Umum, menggolongkan aktiva produktif
berdasarkan kualitasnya, yaitu:
a) Performing Financing
i. Lancar, cadangan yang dibentuk pada kualitas ini
adalah sebesar 1%, debitur yang dapat dikategorikan
dalam kolektibilitas ini antara lain: tidak menunggak
baik bunga dan pokok, kegiatan usaha memiliki
potensi pertumbuhan yang lebih baik, likuiditas dan
modal kerja yang kuat.
ii. Dalam Perhatian Khusus (DPK), cadangan yang
dibentuk pada kredit dengan kualitas DPK sebesar
5%, debitur yang dapat dikategorikan dalam
kolektibilitas ini antara lain: tunggakan pembayaran
pokok dan bunga kurang dari 90 hari, perolehan laba
cukup baik namun terdapat potensi penurunan,
likuiditas dan modal kerja cukup baik.
b) Non Performing Financing
i. Kurang Lancar (KL), cadangan yang dibentuk pada
kredit dengan kualitas KL sebesar 15%, debitur yang
lain: tunggakan pembayaran pokok dan bunga antara
91-120 hari, kegiatan usaha menunjukan potensi
pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak
mengalami pertumbuhan, likuiditas kurang dan modal
kerja terbatas.
ii. Diragukan, cadangan yang dibentuk dengan kualitas
diragukan sebesar 50%, debitur yang dapat
dikategorikan dalam kolektibilitas ini antara lain:
tunggakan pembayaran pokok dan bunga 121-180
hari, kegiatan usaha menurun, likuiditas sangat
rendah, rasio modal terhadap hutang cukup tinggi.
iii. Macet, cadangan yang dibentuk dengan kualitas
macet sebesar 100%, debitur yang dapat
dikategorikan dalam kolektibilitas ini antara lain:
tunggakan pembayaran pokok dan bunga lebih besar
dari 180 hari, kelangsungan usaha sangat diragukan
dan sulit untuk pulih kembali dan pelanggaran prinsip
terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit
(Nursella dan Idroes, 2012: 9-10).
Tingkat kelangsungan usaha bank berkaitan dengan
aktiva produktif yang dimilikinya. Oleh karena itu,
manajemen bank dituntut untuk senantiasa dapat memantau
Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi oleh bank
akibat pemberian kredit dan investasi dana bank. Aktiva
produktif yang dinilai kualitasnya meliputi penanaman dana
baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing, dalam bentuk
kredit dan surat berharga.
Rasio NPF menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh
bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah
satu risiko usaha bank yang diakibatkan dari ketidakpastian
dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak
dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank
kepada debitur. Rasio NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:
= Pembiayaan BermasalahTotal Pembiayaan × 100%
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001 Lampiran 14, NPF diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit
yang diberikan. NPF yang tinggi akan memperbesar biaya,
sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Oleh
karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
yang diperoleh bank. Sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NPF yang baik
adalah di bawah 5% (lima persen) (Bachri dkk, 2013: 4-5).
Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko
pembiayaan lainnya adalah sebagai berikut:
2. Konsentrasi pembiayaan berdasarkan pinjaman dan sektor
ekonomi.
3. Kecukupan jaminan.
4. Pertumbuhan kredit.
5. Non Performing Portfolio Treasury dan investasi.
6. Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi.
7. Transaksi pembiayaan perdagangan yang default.
8. Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan
(Savitri dkk, 2014: 4).
2) Risiko Pasar, adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko
berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.
Menurut Hanafi (2006: 143) teknik pengukuran risiko pasar
dapat dilakukan dengan cara:
a) Deviasi Standar, digunakan untuk menghitung probabilitas nilai
tertentu dan dipakai untuk menghitung penyimpangan dari nilai
b) VAR (Value at Risk), digunakan untuk menghitung besarnya
nilai kerugian dan besarnya kemungkinan terjadinya kerugian
tersebut.
c) Stress Testing, digunakan untuk menilai bagaimana pengaruh
kejadian ekstrim terhadap perusahaan tersebut.
3) Risiko Likuiditas, adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan
arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
bank.
4) Risiko Operasional, adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko
operasional berkaitan dengan kesalahan manusia (human error),
kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.
5) Risiko Hukum, adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Menurut Khan dan Ahmed (2008: 14)
risiko hukum berhubungan dengan risiko tidak terlaksananya
kontrak. Risiko hukum terkait dengan masalah undang-undang,
legislasi, dan regulasi yang dapat mempengaruhi pemenuhan
6) Risiko Reputasi, adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
7) Risiko Stratejik, adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8) Risiko Kepatuhan, adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku serta prinsip syariah.
9) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk), adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima
bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank.
10) Risiko Investasi (Equity Investment Risk), adalah risiko akibat ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
c. Pengertian Pembiayaan
Menurut Rivai dan Veithzal (2008: 3) istilah pembiayaan pada
intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh
kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust),
berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh
diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus
disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
d. Pengertian Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah keadaan ketika debitur atau penerbit
instrumen keuangan –baik individu, perusahaan, maupun negara- tidak
akan membayar kembali kas pokok dan lainnya yang berhubungan
dengan investasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit (Greuning dkk, 2009: 139).
Risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat tidak terbayarnya
piutang atas kebijakan penjualan kredit kepada para pelanggan
(Pramana, 2011: 78).
Risiko kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi
kewajibannya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan.
Risiko kredit bisa muncul dalam banking book dan trading book bank.
Dalam banking book, risiko kredit muncul pada saat nasabah gagal
memenuhi kewajiban untuk membayar hutangnya secara penuh pada
waktu yang telah disepakati. Risiko kredit berhubungan dengan kualitas
aset dan kemungkinan gagal bayar. Akibat dari risiko kredit ini,
terdapat ketidakpastian pada laba bersih dan nilai pasar dari ekuitas
yang muncul dari keterlambatan atau tidak terbayarnya pokok pinjaman
beserta bunganya. Adapun risiko kredit pada trading book juga muncul
kewajiban yang tertuang dalam kontrak. Hal ini bisa memicu risiko
pembayaran, yaitu ketika satu pihak bersepakat untuk membayar atau
mengirimkan aset sebelum aset atau dana cash tersebut ia terima,
sehingga mengakibatkan potensi kerugian. Risiko pembayaran dalam
lembaga keuangan, terutama muncul dalam transaksi valuta asing.
Sementara sebagian risiko dapat didiversifikasi, tetapi tidak dihilangkan
secara total (Khan dan Ahmed, 2008: 12-13).
2. Produk-produk Pembiayaan
Menurut Yudiana (2014: 17-20) produk pembiayaan bank syariah
terbagi dalam tiga bagian yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu:
1) Berdasarkan Prinsip Jual Beli (Ba’i)
a) Ba’i al-Murabahah, adalah jual beli dengan harga perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati antara pihak bank dengan
nasabah, dalam hal ini bank menyebutkan harga barang kepada
nasabah yang kemudian bank memberikan laba dalam jumlah
tertentu sesuai dengan kesepakatan.
Murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah,
bank membeli barang yang diperlukan dan menjual kepada nasabah
yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan
keuntungan yang disepakati (Supriyadi, 2003: 52).
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli
(dalam Nabhan, 2008: 92-93).
Antonio (2001: 101) mengemukakan bahwa murabahah adalah
jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati.
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok
ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada
waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. Murabahah
umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk
pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar
negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Kalangan perbankan
syariah di Indonesia banyak menggunakan murabahah secara
berkelanjutan (roll over/evergreen) seperti untuk modal kerja,
padahal sebenarnya murabahah adalah kontrak jangka pendek
dengan sekali akad (one short deal). Murabahah tidak tepat
diterapkan untuk modal kerja. Hal ini mengingat prinsip murabahah
memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi (Fahrul dkk, 2012: 78-78).
Ibnu Qudamah dalam bukunya Mughni 4/280
mendefinisikan murabahah adalah menjual dengan harga asal
ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati (dalam
Landasan dari al-murabahah tertera dalam al-Qur’an Surat
an-“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”
b) Ba’i as-Salam, adalah jual beli dimana nasabah bertindak sebagai
pembeli dan pemesan memberikan uangnya ditempat akad sesuai
dengan harga barang yang dipesan dan sifat barang telah disebutkan
sebelumnya. Uang yang telah diserahkan menjadi tanggungan bank
sebagai penerima pesanan dan pembayaran dilakukan dengan segera.
c) Ba’i al-Istishna, merupakan bagian dari ba’i as-Salam namun ba’i
al-Istishna biasanya digunakan dalam bidang manufaktur. Seluruh
ketentuan ba’i al-Istishna mengikuti ba’i as-Salam namun
pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali pembayaran.
2) Berdasarkan Prinsip Sewa (Ijarah)
Adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa. Dalam hal ini bank menyewakan peralatan kepada nasabah
masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewakan kepada
nasabah, pilihan ini dapat diberlakukan dengan prinsip ijarah
muntahhiyah bittamlik.
3) Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
a) Musyarakah, merupakan salah satu produk bank syariah yang mana
terdapat dua pihak atau lebih yang bekerjasama untuk meningkatkan
aset yang dimiliki bersama dimana seluruh pihak memadukan
sumber daya yang mereka miliki baik yang berwujud/tangible
maupun yang tidak berwujud/ittangible. Seluruh pihak yang
bekerjasama memberikan kontribusi baik itu berupa dana, barang,
skill ataupun aset-aset lainnya. Sudah menjadi ketentuan bahwa
dalam musyarakah pemilik modal berhak dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan pelaksana proyek (Yudiana, 2014:
19).
Menurut Rivai dan Veithzal (2008, 45-47) karakteristik dari
transaksi ini karena adanya keinginan dari para pihak (dua pihak atau
lebih) melakukan kerja sama untuk suatu usaha tertentu.
Masing-masing menyertakan dan menyetorkan modalnya (baik intanjible
asset atau tanjible asset) dengan pembagian keuntungan di kemudian
hari sesuai kesepakatan. Penyertaan setiap pihak yang melakukan
kerjasama dapat berupa dana (funding), keahlian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment), barang perdagangan (trading
reputasi/nama baik, kepercayaan serta barang-barang lain yang dapat
dinilai dengan uang. Lembaga keuangan menyediakan fasilitas
pembiayaan dengan cara menyuntikkan modal berupa dana segar
agar usaha customer dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Landasan dari al-musyarakah tertera dalam al-Qur’an Surat
Shaad [38]: 24.
“Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan
Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.”
Pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi di
antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan
usaha bersama dan pengelolaan bersama dalam suatu hubungan
kemitraan, bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan (biasanya
Apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara proporsional
sesuai dengan kontribusi modal (Nabhan, 2008: 71).
Menurut Antonio (2001: 160), akad musyarakah adalah akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai kesepakatan. Musyarakah adalah pembiayaan berupa
penanaman dana dari pemilik modal (dalam hal ini bank) untuk
mencampurkan dana/modal mereka (nasabah/mudharib) pada suatu
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung
semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal
masing-masing (Anshori, 2008: 22).
b) Mudharabah, merupakan bentuk kerjasama dua pihak atau lebih
dimana pemilik modal memberikan kepercayaan kepada pengelola
dengan perjanjian pembagian keuntungan. Perbedaan yang mendasar
antara musyarakah dengan mudharabah adalah kontribusi atas
manajemen dan keuangan pada musyarakah diberikan dan dimiliki
dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah modal hanya
dimiliki satu pihak saja.
Menurut Rivai dan Veithzal (2008, 42-44) mudharabah adalah
sistem kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak
modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan
pembiayaan suatu proyek), sedangkan customer sebagai pengelola
(mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini
customer sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya.
Dalam transaksi jenis ini biasanya mensyaratkan adanya wakil
shahib al-maal dalam manajemen proyek. Mudharib sebagai
pengelola yang dipercaya harus bertanggung jawab bila terjadi
kerugian yang diakibatkan karena kelalaian dan wakil shahib
al-maal harus mengelola modal secara profesional untuk mendapatkan
laba yang optimal. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian pengelola (customer). Selanjutnya bilamana
kerugian tersebut akibat kecurangan atau kelalaian pengelola
(customer), maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
Landasan hukum mudharabah ini lebih mencerminkan agar
setiap umat dianjurkan untuk melakukan usaha, seperti dalam Surat
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Mudharabah adalah akad pembiayaan modal kerja yang
merupakan bentuk kerjasama antara shahibul maal sebagai
penyandang dana sepenuhnya dengan mudharib yang memiliki
keahlian. Suatu pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang
dibutuhkan oleh nasabah ditanggung bank syariah, sedangkan
keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai nisbah yang disepakati
(Yudiana, 2014: 31).
Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak
(orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah
ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan (Suhendi, 2014: 136).
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau suatu
akad kerjasama dimana satu pihak menginvestasikan dananya
sebesar seratus persen (shahibul maal) dan pihak lain memberikan
dalam keahliannya (mudharib). Keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi investasi (Yudiana,
Mudharabah pada prinsipnya adalah pembiayaan yang
diberikan oleh bank (shahibul maal) kepada nasabah (mudharib)
sejumlah modal kerja (100%) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan
rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue
sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya (Anshori, 2008: 22).
Dalam prakteknya mudharabah digolongkan dalam dua
bentuk, yaitu:
i. Mudharabah Muthlaqah, merupakan bentuk mudharabah
dimana bentuk kerjasama antara shahibul maal dengan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
ii. Mudharabah Muqayyadah, dana yang diinvestasikan digunakan
dalam usaha yang sudah ditentukan oleh pemberi dana. Adanya
pembatasan ini biasanya mencerminkan kecenderungan umum
si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha (Yudiana,
2014: 15).
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan (Kasmir, 2004: 196). Rentabilitas rasio sering disebut
profitabilitas usaha, yang mana rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas.
Tingkat profitabilitas bank syariah merupakan suatu kualitas yang dinilai
berdasarkan keadaan/kemampuan suatu bank syariah dalam menghasilkan
laba. Selain itu merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan manajemen yang akan memberikan jawaban akhir tentang
efektivitas manajemen perusahaan (Fahrul dkk, 2012: 77). Rasio
kemampulabaan (profitability ratio) menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif disini artinya
laba tidak diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan
dengan unsur-unsur atau tolok ukur lainnya, karena perolehan laba yang
besar belum tentu menggambarkan kemampulabaan yang juga besar.
Tolok ukur yang dipakai untuk menilai kemampulabaan biasanya adalah:
pendapatan, dana, dan modal (Kuswadi, 2006: 5).
Menurut Harahap (2008: 304), ”Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Penghitungan profitabilitas
margin, assets turn over, return on investment/return on equity, return on
total assets, basic earning power, earning per share, dan contribution
margin.
a. Profit Margin
Rasio yang menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi.
Margin Laba ( ) =Pendapatan BersihPenjualan
b. Assets Turn Over
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
= Penjualan Bersih
Total Aktiva
c. Return on Investment (Return on Equity)
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila
diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
( ) =Rata rata ModalLaba Bersih
d. Return on Total Assets
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
= Rata rata Total AsetLaba Bersih
e. Basic Earning Power
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba
diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak
dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.
=Laba Sebelum Bunga dan PajakTotal Aktiva
f. Earning Per Share
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar
saham menghasilkan laba.
= Laba Bagian Saham BersangkutanJumlah Saham
g. Contribution Margin
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba
yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran
untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat
menikmati laba.
=Laba KotorPenjualan
4. Return on Assets (ROA)
Tingkat profitabilitas diukur menggunakan ROA (Return on Assets)
yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,
karena tingkat pengembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat
maka tingkat profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak
akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham (Husnan, 1998: 557). ROA adalah perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan aktiva total (Atmaja, 2003: 417). ROA adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
aset (Dendawijaya, 2009: 118).
Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang
(Hanafi dan Halim, 2005: 165).
= Total Aset Rata rataLaba Bersih + Bunga
5. Hubungan Antar Variabel
a. Tingkat Risiko Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas
Menurut Susilo dkk dalam bukunya yang berjudul Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya (2000: 32) yaitu: “Dampak dari kredit