• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Oktober 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 107,20; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 96,14; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,86; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 121,05 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 101,71. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 109,00 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,99. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 107,25 yang berarti NTP bulan Oktober 2016 mengalami peningkatan 0,24 persenbila dibandingkan dengan bulan September 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 106,99.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Oktober 2016 tercatat 114,83 yang berarti mengalami penurunan

0,06 persen dibandingkan bulan September 2016 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 114,90.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Oktober 2016, terdapat 17 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 16 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sulbar yaitu sebesar 1,09 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat 0,86 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulut yaitu sebesar 1,34 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 1,34 persen.

Pada bulan Oktober 2016, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,15 persen. Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar - 0,44 %. Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya menglami peningkatan indeks KRT yaitu kelompok Kesehatan (0,29 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,17 %), Transportasi & Komunikasi (0,08 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,07 %), Perumahan (0,07 %), dan Sandang (0,06 %).

No. 70/11/52/Th.IX, 1 November 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN OKTOBER 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Oktober 2016 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 107,25 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2015 – Oktober 2016 (2012=100)

NTP bulan Oktober 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,24 persen bila dibandingkan dengan NTP September 2016 yaitu dari 106,99 menjadi 107,25. Hal ini disebabkan karena peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,19 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) menurun sebesar 0,05 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga mengalami penurunan 0,15 persen dan indeks BPPBM mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Oktober 2016 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (121,05), subsektor Tanaman Pangan (107,20) dan subsektor Perikanan (101,71). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura (96,14) dan subsektor perkebunan rakyat (95,86).

101,38101,97 102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 104,14 104,78 105,97106,43 106,22 105,53 104,85 104,38 103,58 103,81 104,14 104,71 106,26 106,99 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 Nilai Tukar Pe tani TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Oktober 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

September 2016 Oktober 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 129,60 131,17 1,21

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,46 122,36 -0,09

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 105,83 107,20 1,30

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 120,28 118,83 -1,21

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,48 123,60 0,10

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 97,41 96,14 -1,30

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 117,83 118,83 0,86

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,12 123,97 -0,12

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 94,93 95,86 0,98

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 145,83 144,39 -0,99

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,34 119,28 -0,05

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 122,20 121,05 -0,94

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 121,76 121,28 -0,39

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,96 119,23 0,23

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 102,35 101,71 -0,62

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 133,73 132,68 -0,78

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,38 121,73 0,29

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 110,17 109,00 -1,07

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 103,48 103,86 0,37

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,27 115,42 0,13

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 89,77 89,99 0,24

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 130,46 130,72 0,19

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,94 121,88 -0,05

-Konsumsi Rumah Tangga 125,22 125,04 -0,15

-BPPBM 113,55 113,84 0,25

(4)

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Oktober 2016 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen yaitu dari 130,46 menjadi 130,72. Terdapat 2 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima yaitu subsektor Tanaman Pangan (1,21 persen) dan Perkebunan Rakyat (0,86 persen). Sedangkan 3 subsektor lainnya mengalami penurunan It masing-masing subsektor Hortikultura (-1,21 persen), Peternakan (-0,99 persen) dan Perikanan (-0,39 persen).

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Oktober 2016 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar 0,05 persen yaitu dari 121,94 menjadi 121,88. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 0,15 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB September – Oktober 2016 (2012=100) Indeks Diterima; 130,46 Indeks Diterima; 130,72 Indeks Dibayar; 121,94 Indeks Dibayar; 121,88 KRT; 125,22 KRT; 125,04 BPPBM; 113,55 BPPBM; 113,84 100 105 110 115 120 125 130 135 2016 09 2016 10

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Oktober 2016 NTPP mengalami peningkatan sebesar 1,30 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami peingkatan sebesar 1,21 persen sedangkan indeks yang dibayar petani menurun sebesar -0,09 persen.

Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami peningkatan sebesar 1,89 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah/padi. Sedangkan sub kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,42 persen, yang disebabkan karena menurunnya harga kacang kedelai dan kacang hijau. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,17 persen sedangkan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,13 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya sewa tanah ladang, sewa tanah sawah, akarisida, ember, bibit kacang tanah, tampah/nyiru, ongkos angkut, insektisida, bensin, solar, sewa traktor tangan, ban luar motor, bibit padi.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Oktober 2016 mengalami penurunan sebesar 1,30 persen. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,21 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,10 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,70 persen dan 0,48 persen, yang disebabkan karena menurunnya harga produksi sayur dan buah antara lain alpukat, jambu biji, buncis, bawang merah, pepaya, melinjo, kacang panjang, tomat, cabai rawit, bawang putih, kangkung, ketimun, langsat, rambutan, manggis, semangka, mangga, melon, jeruk besar, sirsak, pisang. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,05 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,33 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga insektisida, ZA, Urea, tali rafia, arit/sabit, cangkul, kereta dorong, upah membajak, ban luar motor, upah buruh (memanen, pemupukan, penyemprotan, menyiangi, mencangkul), oli.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Oktober 2016 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 0,98 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0,86 persen sedangkan indeks yang dibayar petani menurun sebesar 0,12 persen.

Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain biji jambu mete, kelapa, jarak. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh menurunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,25 persen sedangkan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,52 persen. Peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga karung, upah menyiangi, upah mencangkul, bambu, NP/NPK, upah menanam, upah pemupukan, sprayer, ZA, Urea, upah memanen, TSP/SP36, insektisida, herbisida.

(6)

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Oktober 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,94 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,99 persen indeks yang dibayar petani juga menurun sebesar 0,05 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar dan hasil ternak mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,38 persen dan 0,31 persen, yang disebabkan menurunnya harga sapi potong, kerbau, telur ayam ras. Sedangkan peternak sub kelompok ternak kecil dan unggas mengalami peningkatan sebesar 1,00 persen dan 1,73 persen, yang disebabkan meningkatnya harga burung merpati/dara, babi, ayam ras pedaging, ayam buras, kambing. Penurunan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan indeks konsumsi rumah tangga menurun sebesar 0,21 persen. Disisi lain indeks BPPBM mengalami peningkatan 0,26 persen, yang disebabkan oleh meningkatnya harga jagung pipilan, dedak, arit/sabit, oli, jerami, ban luar motor.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Oktober 2016, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,62 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,39 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,23 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 0,78 persen, yang disebabkan menurunnya harga produksi perikanan tangkap antara lain ikan layur, tenggiri, kembung, kurisi/kerisi, belanak, tongkol, pari, bawal, cumi-cumi, baronang, kerapu, kuniran. Sedangkan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan It sebesar 0,37 persen yang disebabkan meningkatnya harga ikan kerapu dan nila. Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,22 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya harga garam hancur, dedak, tali/tambang, motor tempel, solar, Urea, cip, sewa alat penangkapan, minyak tanah.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Oktober 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

September 2016 Oktober 2016

(1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani 129,60 131,17 1,21 - Padi 130,46 132,92 1,89 - Palawija 127,55 127,01 -0,42 b. Indeks Dibayar Petani 122,46 122,36 -0,09 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,02 124,81 -0,17 - Indeks BPPBM 116,12 116,27 0,13 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 120,28 118,83 -1,21 - Sayur-sayuran 137,31 134,98 -1,70 - Buah-buahan 101,19 100,71 -0,48 - Tanaman Obat 135,53 135,53 0,00 b. Indeks Dibayar Petani 123,48 123,60 0,10 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,62 125,68 0,05 - Indeks BPPBM 114,00 114,37 0,33 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 117,83 118,83 0,86 - Tanaman Perkebunan Rakyat 117,83 118,83 0,86 b. Indeks Dibayar Petani 124,12 123,97 -0,12 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126,78 126,47 -0,25 - Indeks BPPBM 111,92 112,50 0,52 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 145,83 144,39 -0,99 - Ternak Besar 149,64 147,56 -1,38 - Ternak Kecil 143,74 145,17 1,00 - Unggas 122,18 124,29 1,73 - Hasil Ternak 119,16 118,79 -0,31 b. Indeks Dibayar Petani 119,34 119,28 -0,05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,48 124,22 -0,21 - Indeks BPPBM 110,31 110,59 0,26 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 121,76 121,28 -0,39 - Penangkapan 133,73 132,68 -0,78 - Budidaya 103,48 103,86 0,37 b. Indeks Dibayar Petani 118,96 119,23 0,23 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,56 124,87 0,25 - Indeks BPPBM 111,66 111,90 0,22 Gabungan a. Indeks Diterima Petani 130,46 130,72 0,19

b. Indeks Dibayar Petani 121,94 121,88 -0,05

- Konsumsi Rumah Tangga 125,22 125,04 -0,15

(8)

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Oktober 2016, terdapat 17 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 16 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sulbar (1,09 persen), diikuti oleh Provinsi Gorontalo (0,81 persen) dan Sumsel (0,75 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Sulut (-1,34 persen) diikuti oleh Provinsi Sumbar ( -1,24 persen ) dan DKI ( -1,03 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Oktober 2016 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 118,67 0,38 124,48 0,14 95,33 0,25 12 SUMUT 127,97 1,12 126,36 0,63 101,28 0,49 13 SUMBAR 119,88 -0,74 124,09 0,50 96,60 -1,24 14 RIAU 125,67 0,76 126,11 0,21 99,65 0,55 15 JAMBI 123,81 0,57 124,17 0,16 99,70 0,41 16 SUMSEL 116,61 0,23 122,98 -0,52 94,82 0,75 17 BENGKULU 116,70 -0,14 125,70 0,16 92,85 -0,30 18 LAMPUNG 126,89 -0,28 122,64 -0,41 103,46 0,12 19 BABEL 119,44 -1,00 119,97 0,02 99,56 -1,02 21 KEPRI 116,45 0,34 119,86 0,20 97,16 0,14 31 DKI 118,62 -0,91 119,46 0,12 99,29 -1,03 32 JABAR 132,27 0,08 127,17 0,21 104,01 -0,13 33 JATENG 124,90 -0,53 124,71 0,19 100,15 -0,72 34 YOGYAKARTA 130,11 -0,24 123,62 0,23 105,26 -0,47 35 JATIM 133,09 -0,72 126,77 0,05 104,98 -0,77 36 BANTEN 123,78 0,09 123,10 0,02 100,55 0,08 51 BALI 130,51 -0,48 121,83 -0,19 107,13 -0,29 52 NTB 130,72 0,19 121,88 -0,05 107,25 0,24 53 NTT 124,20 0,44 121,27 0,06 102,41 0,38 61 KALBAR 117,05 -0,02 123,11 -0,28 95,07 0,27 62 KALTENG 119,54 -0,23 122,03 -0,52 97,96 0,30 63 KALSEL 116,52 0,37 119,49 -0,31 97,52 0,68 64 KALTIM 120,76 -0,43 122,77 -0,16 98,37 -0,27 71 SULUT 117,13 -1,34 123,90 -0,01 94,54 -1,34 72 SULTENG 121,84 -0,75 123,47 -0,18 98,68 -0,57 73 SULSEL 129,48 -0,62 124,23 -0,02 104,23 -0,60 74 SULTRA 122,37 -0,85 123,12 -0,09 99,39 -0,76 75 GORONTALO 131,01 0,06 123,06 -0,75 106,46 0,81 76 SULBAR 130,55 0,86 118,91 -0,23 109,79 1,09 81 MALUKU 126,11 -0,36 124,95 0,22 100,93 -0,58 82 MALUKU UTARA 126,82 0,39 121,71 -0,11 104,20 0,50 91 PAPUA BARAT 124,79 0,16 123,95 -0,05 100,68 0,22 94 PAPUA 117,74 0,20 122,76 0,48 95,91 -0,27 Nasional 126,79 -0,22 124,66 0,07 101,71 -0,30

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Oktober 2016 di Provinsi NTB terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,15 persen.

Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar - 0,44 %. Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan indeks KRT yaitu kelompok Kesehatan (0,29 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,17 %), Transportasi & Komunikasi (0,08 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,07 %), Perumahan (0,07 %), dan Sandang (0,06 %).

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB Oktober 2016 (2012=100)

Sub Kelompok

September 2016 Oktober 2016

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 125,22 125,04 -0,15

- Bahan makanan 131,69 131,10 -0,44

- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 121,24 121,32 0,07

- Perumahan 119,92 120,00 0,07

- Sandang 121,39 121,46 0,06

- Kesehatan 117,48 117,81 0,29

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 110,99 111,17 0,17

- Transportasi dan Komunikasi 123,60 123,70 0,08

Deflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Oktober 2016 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh menurunnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain tomat, bawang merah, wortel, udang kering/ebi, anggur, bawang putih, kangkung, udang tambak, katamba, ketimun, kacang panjang, kubis/kol, daun singkong, lada/merica, kunyit, jeruk, apel, gula pasir, kakap merah, telur ayam ras, jagung ontongan muda, cumi-cumi, tahu mentah, ayam kampung hidup, daging sapi, seng gelombang, kayu bakar, sawo, bayam, kacang kedele, terasi, kacang tanah, semen, susu bubuk bayi, kemeja pendek, asbes, cabai rawit, nila, daging ayam buras, besi slup, pasir, batu bata, minyak goreng, ikan asin teri, tepung terigu, sirih, kerupuk mentah, celana dalam, emas perhiasan, telur itik/bebek, pembalut wanita, ikan pindang kembung, ongkos jahit pakaian, bensin.

(10)

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Oktober 2016 (2012=100)

-1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 SU MUT SU MBA R PAP U A YOGY A KARTA KEPR I RIAU MAL U KU

JABAR JAMBI DKI B

ENGKU LU JATEN G NAD NTT B ABEL JATIM SU LU T SU LSEL B ANTE N PAP U A B A RAT SU LTRA NTB MAL U KU U TA RA KAL TIM B ALI SU LBA R SULTENG KAL BAR KAL SEL LAM PU NG KA LTENG SU MSEL GOR ONTALO NAS IONA L 0 ,7 6 0,6 8 0,6 1 0 ,3 2 0 ,3 1 0,2 7 0,24 0 ,2 4 0,20 0,1 9 0,1 4 0,11 0,09 0, 03 0,0 1 -0 ,0 1 -0 ,0 4 -0 ,0 4 -0,04 -0 ,0 9 -0,09 -0,15 -0 ,1 6 -0 ,2 0 -0 ,2 9 -0 ,3 1 -0 ,3 5 -0 ,3 5 -0 ,4 9 -0 ,6 0 -0,65 -0 ,8 2 -0 ,9 1 0,04

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail : bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Oktober 2016  (2012=100)  -1,00-0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,80 SUMUT SUMBAR PAPUA YOGYAKARTA KEPRI RIAU MALUKU

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

Penampang tahanan jenis J-21 pada Gambar 7 terlihat bahwa ketebalan Formasi Genteng yang tersusun atas batupasir tufaan secara umum memiliki dengan ketebalan

( Analisa data ) Capaian indikator angka kelengkapan asesmen medis rawat inap pada triwulan III tahun 2016 masih dibawah standar kemenkes akan tetapi sudah sesuai

Hasil pengolahan data dari perhitungan regresi linier juga menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan namun positif antara kecerdasan emosional

Mustika Ratu Jakarta Timur Dalam penulisan penelitian ini, untuk mendapatkan informasi secara lengkap maka penulis mengamati jaringan LAN dan melakukan tanya jawab

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe