• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007 T1 152010016 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007 T1 152010016 BAB IV"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Boto 1. Legenda Desa Boto

Konon pada zaman dahulu kala ada seseorang yang dianggap sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap disuatu perkampungan yang

masih seperti hutan. Beliau adalah bernama mbah Kasban. Beliau tinggal bersama beberapa orang yang pada saat itu berpenghuni hanya beberapa orang saja. Pada suatu waktu di tanah mbah Kasban saat itu ada tumpukan bata atau

boto yang konon akan digunakan mbah Kasban untuk membangun sesuatu. Bata atau boto tersebut berada disana cukup lama.

Setelah beberapa lama kemudian penduduk dikampung tersebut semakin banyak dan perlu adanya sistem pengaturan pemerintahan. Kemudian

orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh berkumpul untuk memberikan nama dikampung tersebut. Untuk lebih mempermudah mengingatnya disepakati bahwa tumpukan bata/boto tersebut dijadikan tenger atau tanda awal

dibangunnya pemerintahan desa. Sehingga tercipta suatu desa yang damai dan tentram dengan nama Desa Boto yang pertama kali dipimpin oleh mbah Sodor

(2)

2. Sejarah Pemerintahan Desa Boto

Secara dejure pemerintahan Desa Boto di mulai dari H. Abdul Latif,

namun konon sebelumnya terdapat legenda bahwa telah ada pengaturan desa secara sederhana kala itu yaitu diawali dari kepemimpinan simbah Sodor Boto

dengan juru tulis Den Kromo. Berikut perjalanan legenda yang didapat dari berbagai sumber:

1. Mbah Demang Sodor asal Boto juru tulis bernama Den Kromo

2. Mbah Demang Resodipo asal Boto juru tulis bernama Den Kromo.

3. Mbah Demang Kertoyudo asal Gunung Kendal untuk nama cariknya belum

diketahui.

Berikut perjalanan sejarah pemerintahan desa Boto secara dejure

1. Kepala desa atau lurah H. Abdul Latif asal Krasak (1860-1917). Sekretaris

desa / carik belum diketahui

2. Kepala desa atau lurah H. Yunus berasal dari Krasak (1917-1937). Sekretaris

desa atau cariknya yang bernama Harjo, kemudian tugasnya dilanjutkan oleh H. Mahfud Al Subari.

3. Kepala desa atau lurah H. Mahfud Al Subari berasal dari Krasak

(1937-1973). Sekretaris desa / cariknya bernama H. Abdullah, kemudian sepeninggal H. Abdullah sekretaris desa / cariknya dilanjutkan oleh Yasmin

(3)

4. Kepala desa atau lurah Sunarti.

Sejarah pembangunan di desa Boto dapat dicatat pembangunannya dalam

beberapa masa kepemimpinan dengan sebutan demang yang kemudian lurah lalu kepala desa yang masing-masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol.

Pada masa demang Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana yakni mengutamakan pertanian untuk kehidupan sehari-hari dan upaya babat alas untuk kebutuhan permukiman. Pada

masa kepemimpinan di desa Boto masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol yaitu:

1. Masa kepemimpinan kepala desa atau lurah H. Abdul Latif pembangunan yang dicapai cukup banyak di antaranya:

a. Dalam pembangunan sebuah masjid agung Krasak.

b. Pembangunan pondok pesantren Krasak dan langsung mendatangkan guru mengaji dari desa Karanglangu

c. Membuat sekolah rakyat yang berada dikediamannya. d. Pembangunan rintisan jalan desa

e. Pertanian yang masih cukup sederhana

f. Membuat pasar krasak

g. Di serahkannya Glompong ke desa Tempuran untuk mempermudah

pelayanan di pemerintahan

(4)

a. Melanjutkan pondok pesantren Krasak.

b. Berdirinya masjid Penggung, masjid Klumpit dan masjid Boto dan

beberapa surau atau langgar. c. Makin majunya pasar Krasak.

d. Penataan kelembagaan.

e. Penataan jalan utama dan pengalihan rute jalan.

f. Perbaikan sistem pertanian dengan menghimpun perkumpulan.

3. Masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud hasil pembangunan yang dicapai diantaranya:

a. Bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan RI (17-08-1945). b. Melanjutkan pondok pesantren.

c. Perbaikan masjid, masjid Penggung, masjid Klumpit, masjid Boto,

masjid Gunug dan beberapa surau atau langgar.

d. Terwujudnya tempat pendidikan rakyat yaitu Sekolah Dasar (SD)

Bancak di Boto.

e. Penataan kelembagaan secara baik yakni penataan perangkat desa. f. Pengaturan siskampling yang terkendali dengan baik.

g. Perbaikan sistem administrasi.

h. Sistem pertanian terbentuk dengan baik dengan pengaturan irigasi dan

(5)

i. Menolak penggunaan pupuk kimia, (revolusi hijau) dan mempertahankan penggunaan pupuk kandang.

j. Pembuatan balai desa Boto. k. Perbaikan utama dan poros desa.

B.Riwayat Hidup Sunarti

1. Latar belakang keluarga Sunarti

Pasangan H. Mahfud dan Hj. Siti Aminah adalah orang tua Sunarti,

yang kemudian ia menjadi penerus kepemimpinan ayahnya sebagai kepala desa Boto 1974-2007. Sunarti dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1947 di desa Boto

Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Nama Sunarti berasal dari kata Su yang artinya luwih atau baik sedangkan Nar artinya bersinar atau cahaya jadi penggabungan arti nama Sunarti adalah perempuan yang bersinar dengan baik.

Nama Panggilan sehari-hari Sunarti lebih akrab dipanggil Narti.

Sunarti merupakan anak nomor enam dari sembilan bersaudara, akan

tetapi lima saudara sudah meninggal, ketika mereka masih kecil, kini yang masih hidup tiga orang yaitu dua kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Kakak perempuannya bernama Miati, ia menjadi guru PNS SD Salatiga dan

kakak perempuan yang kedua bernama Lisamah, ia menjadi pedagang di desanya dan adik laki-lakinya bernama Mohamad Natsir yang kemudian

meninggal ketika usia dua belas tahun.

(6)

keturunan Sunarti atau silsilahnya adalah garis ibundanya (garis putri), ia cucu lurah dari H. Yunus sedangkan dari garis ayahnya (garis laki-laki) ia juga cucu

lurah H. Sapuan, dan ia juga cicit dari lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto. Sunarti merupakan keturunan anak lurah baik dari pihak ayah maupun

ibunya. Dulu kakek Sunarti H. Yunus (pihak ibunya) merupakan lurah di desa Boto pada tahun 1917-1937 dan istrinya bernama Marfoah. H. Yunus merupakan anak lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto yang pertama. H.

Yunus selain menjadi sebagai lurah, ia juga seorang dagang dan bertani dengan mempunyai sawah yang cukup luas. Berbeda dari kakeknya Sunarti H. Sapuan

(pihak ayahnya), ia awalnya berdomisili desa Galih yang sebelumnya menjadi carik, kemudian pindah ke desa Sendang 1920-an untuk ikut mencalonkan diri sebagai lurah desa Sendang dan akhirnya terpilih menjadi sebagai lurah pada

tahun 1920-an, sehingga H. Sapuan beserta istrinya menetap di desa Sendang. Desa Boto dalam masa kepemimpinannya secara tidak langsung masih

secara turun-menurun walaupun dipilih masyarakat langsung, yang di mulai dari H. Abdul latif pada tahun (1860), kemudian di lanjutkan H.Yunus pada tahun (1917-1937) kemudian H. Mahfud ayahnya Sunarti sendiri pada tahun

(1937-71973). H. Mahfud selain anak lurah ia juga sebagai menantu lurah. Semasa kepemimpinannya H. Mahfud telah memimpin desanya selama 40

(7)

keluarganya mengalir pada Sunarti. Keturunan atau silsilah keluarga Sunarti dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar A pihak ibu Gambar B pihak ayah

Miati Lisamah Sunarti Natsir

Keterangan

Kepala Desa Saudara yang meninggal

Saudara Perempuan Saudara Laki-laki

2. Masa kecil dan Pendidikan Sunarti

Kehidupan masa kecil Sunarti hidup layaknya anak-anak pada umumnya

yang tinggal dalam suasana pedesaan di Boto bersama kedua orang tuanya serta kedua kakak dan adiknya. Di desa Boto inilah Sunarti diasuh dan dibesarkan oleh orang tuanya sendiri dengan perhatian penuh kasih sayang dan ajaran

(8)

kesederhanaan, mengikuti aturan desa pada umumnya seperti anak perempuan kalau bermain keluar rumah tidak boleh larut malam, memiliki sopan santun

dan menghormati kepada orang yang lebih tua. Sunarti menghabiskan waktu masa kecilnya dengan bermain bersama teman-teman sebayanya, bersekolah

dan malam hari mengaji di masjid Krasak dengan guru bernama H. Abdul Somad. Ketika mengaji Sunarti belajar ilmu agama seperti membaca Alquran dan bacaan cara ibadah sholat.

Sunarti merupakan anak yang penurut dan mau membantu pekerjaan orang tua seperti menyapu dan mencuci piring. Ayahnya mendidik

anak-anaknya diberlakukan sama tanpa membeda-bedakan. Ayahnya mengajarkan anaknya hidup dengan kedisiplinan dan mau mengikuti aturan yang ada. Bagi Sunarti orang tua yang ditakuti adalah ayahnya karena orangnya keras, ia lebih

menyukai ibunya karena lemah lembut, sabar, dan sangat keibuan. Baginya ibunya adalah tempat curahan hatinya. Walaupun hidup dalam serba cukup

kedua orang tuanya tidak memanjakan anak-anaknya. Tujuannya agar nantinya bisa hidup mandiri.

Saat usia Sunarti menginjak enam tahun, orang tuanya mendaftarkan

Sunarti di Sekolah Rakyat (SR) di desa Bancak tahun 1953. Sunarti menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa selama enam tahun di SR

(9)

matematika karena ia kurang menguasainya. Sunarti belajar tidak hanya pengetahuan di sekolah saja, ketika ia berusia sepuluh tahun, ayah Sunarti

mengajarkan kepadanya cara bertani yang benar di sawah, seperti cara menanam padi dan cara memetik padi yang benar. Sunarti kemudian mulai

tertarik belajar dengan bidang pertanian. Selain bertani kepada ayahnya, ia juga bertani bersama masyarakat. Sunarti anak yang supel dan mudah bergaul dengan siapapun.

Saat menginjak usia tiga belas tahun, Sunarti telah menyelesaikan pendidikan di SR Bancak. Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi yaitu melanjutkan di SMP Taman Dewasa Ambarawa pada tahun 1959. Mulai saat itu, Sunarti mengawali kehidupan yang berada jauh dari keluarga dan tempat tinggalnya. Pada saat bersekolah di Ambarawa, Sunarti

menyewa kamar kos yang berada di dekat SMP Taman Dewasa Ambarawa. Ia diberi kepercayaan ayahnya untuk mengelola uang bulanan yang diberikan

untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Sunarti mengelola uang bulanannya untuk membayar keperluan sekolah, membayar kos dan kebutuhan pokok sehari-hari. Pada usia lima belas tahun Sunarti sudah bisa hidup mandiri

dengan berada jauh dari kedua orang tua, semua keperluan dan kebutuhan pribadinya ia kerjakan sendiri. Dalam lingkungan sekolah, Sunarti termasuk

(10)

matematika, ia sangat menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial semenjak di bangku SR.

Setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun di SMP Taman Dewasa, Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu SMA

Putra Dewasa Salatiga pada tahun 1962-1965. Sunarti kembali berjauhan dengan keluarga untuk menimba ilmu. Sunarti adalah anak yang berniat ingin memperdalam wawasan pengetahuan dan pendidikan walaupun ia harus berada

jauh dari keluarganya. Teman-teman seusianya memilih meghabiskan waktu untuk bermain-main atau bermanja-manja dengan orang tuanya, tetapi bagi

Sunarti masa remajanya lebih baik dimanfaatkan untuk belajar dan menambah wawasan untuk masa depan dan mewujudkan cita-citanya. Sunarti menghabiskan waktu libur sekolah untuk bertemu dan bekumpul bersama

keluarga dan teman-temanya dirumah.

Sunarti yang beranjak remaja terbentuk menjadi pribadi yang keras, dan

berpendirian teguh dan tidak ingin melibatkan orang lain dalam menyelesaikan permasalahannya. Sunarti mewarisi watak ayahnya, sehingga sangat berpengaruh dalam pemikiran kehidupan pribadinya. Sunarti tumbuh dalam

lingkungan dan peraturan yang sangat disiplin. Kebiasaan yang ditanamkan dalam keluarga, membuat ia dengan mudah membiasakan diri saat menempuh

pendidikan pada jenjang SMP dan SMA.

(11)

dengan memilih Fakultas Hukum. Dibangku kuliah, Sunarti tidak hanya menghabiskan waktu dalam aktifitas akademik saja, melainkan juga aktif dalam

kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Setelah dua tahun ia duduk di bangku kuliah, Sunarti memutuskan

untuk mengakhiri pendidikannya karena pada tahun 1974 ia terpilih sebagai Kepala Desa Boto dengan memenangkan suara dalam pemilihan kepala desa.

3. Karir Sunarti

Sunarti menjalankan kehidupan dengan sederhana dan tidak mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai. Ia meneruskan pendidikan dan menambah

wawasan tanpa berambisi dia harus menang dalam pemilihan kepala desa Boto. Pada tahun 1974 dan pada saat itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Sunarti memenangkan suara dalam

pemilihan kepala desa Boto, ketika ia berusia dua puluh lima tahun. Sunarti yang masih berusia muda dan belum menikah menjadikan ia sebagai pemimpin

yang baik dalam jabatannya sebagai kepala desa. Saat Sunarti dilantik menjadi kepala desa Boto, Sunarti tidak disaksikan kepala desa yang menjabat sebelumnya, lurah Mahfud yaitu ayah kandung Sunarti. Ia adalah kepala desa

yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaanya, tanpa memikirkan persoalan diluar dari tanggung jawabnya sebagai kepala desa.

(12)

dilaksanakan dengan baik dan benar demi kehidupan masyarakat yang lebih aman dan sejahtera. Sunarti menjabat sebagai Kepala Desa Boto selama kurang

lebih 32 tahun.

4. Kepribadian Sunarti

Sunarti merupakan orang yang mandiri. Ia memiliki sifat yang keras, jujur, pendiam, lugu dan apa adanya. Sunarti memiliki watak yang keras dan jiwa kepemimpinan yang kental. Sifat yang dimiliki Sunarti didapatkan

ayahnya yang menerapkan sikap disipilin dalam keluarganya. Sunarti mempunyai prinsip dimana sebisa mungkin ia tidak melibatkan orang lain

dalam menyelesaikan permasalahan pribadinya, hal ini dia dapatkan saat ia tumbuh menjadi remaja dimana Sunarti terbiasa berada jauh dari keluarga dan tempat tinggalnya. Dibalik ketegasan sikap yang ia miliki, Sunarti juga

memiliki hobi rekreasi atau jalan-jalan. Rekreasi adalah hobi yang digemari sejak remaja.

Pada usia 26 tahun, Sunarti memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama Nuri yang berasal dari Desa Gogodalem Kecamatan Bringin. Dalam pernikahannya Sunarti dikaruniai dua putri dan satu putra yang

bernama Ariyanti, Saikul Hadi, dan Rini Wulandari. Anak laki-laki Sunarti, Saikul Hadi menjabat sebagai Kepala Desa Boto dengan masa jabatan tahun

(13)

C. Masa Kepemimpinan Sunarti Menjadi Kepala Desa 1. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1974

Pada tahun 1974, desa Boto mengadakan pemilihan kepala desa Boto. Dalam mengikuti pemilihan kepala desa, ada persyaratan yang harus dimiliki

para calon kepala desa yaitu : (1) sudah berumur 25 tahun, berkelakuan baik, tidak pernah dipenjara atau dipidana, (2) pendidikan minimal tingkat SMP (3) berdomisili di desa Boto selama dua tahun.

Setelah calon kepala desa memenuhi ketiga persyaratan tersebut, para calon kepala desa harus mengikuti ujian selanjutnya yang diadakan di

Kawedanan Kota Salatiga. Ujian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa ujian tertulis, yaitu mengerjakan soal pengetahuan umum dan berhitung. Setelah ujian tahap pertama selesai, maka calon kepala desa mengikuti ujian

tahap kedua, yaitu ujian berpidato. Dalam ujian kepala desa ini, Sunarti dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan untuk pencalonan pemilihan kepala

desa Boto.

Setelah diadakan seleksi terhadap calon kepala desa, terpilihlah tiga calon kepala desa yang dapat mengikuti pemilihan kepala desa Boto. Ketiga calon

kepala desa tersebut adalah Sunarti dari desa Boto, Sugiarto dari desa Boto, dan Supriadi dari desa Boto. Kedua calon kepala desa merupakan lawan yang

(14)

Pemilihan kepala desa dilaksanakan dengan cara mengumpulkan suara masyarakat desa Boto untuk memilih calon kepala desa yang masyarakat

percaya dapat memperbaiki dan mengembangkan desa Boto. Dalam pemilihan kepala desa ini, masyarakat tidak diberikan surat suara berisikan foto dan nama

calon kepala desa, melainkan menggunakan gambar perwakilan. Setiap calon kepala desa memiliki gambar perwakilan masing-masing, Sunarti menggunakan gambar cangkul, Sugiarto menggunakan gambar lampu dan Supriadi

menggunakan gambar payung.

Suasana dalam pemilihan kepala desa sangat ramai dan dijaga ketat oleh

keamanan desa. Hasil suara terbanyak dimenangkan oleh Sunarti dengan gambar cangkul. Sehingga pada tahun 1974, Sunarti terpilih dan resmi diangkat menjadi kepala desa seumur hidup, sebab pada zaman dulu belum ada peraturan

daerah yang mengatur lama jabatan kepala desa. Ketika saat Sunarti menjabat kepala desa adalah seumur hidup. Hal ini mengingatkan bahwa kepemimpinan

Sunarti secara tidak langsung sudah menjadi pemimpin yang turun menurun dari keluarganya karena ia merupakan pemimpin yang generasi ke empat setelah ayahnya.

2. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1992 dan 2000

Setelah masa kepemimpinan Sunarti menginjak delapan belas tahun, yaitu

(15)

kepala desa yang mengikuti pemilihan kepala desa ada dua calon. Calon kepala desa tersebut adalah Sunarti dan Harkim dari desa Boto.

Cara yang dilakukan dalam pemilihaan kepala desa sama seperti tahun 1974, yaitu dengan menggunakan gambar perwakilan calon kepala desa.

Sunarti menggunakan padi dan Harkim menggunakan ketela.

Hasil yang diperoleh dalam penghitungan suara masyarakat desa Boto dalam pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Sunarti dengan menggunakan

gambar perwakilan padi. Sunarti masih diberi kepercayaan masyarakat desa Boto untuk menjadi kepala desa . Dalam hal ini, Sunarti terpilih kembali karena

faktor keturunan keluarga. Sunarti menganggap dirinya sudah ditakdirkan menjadi seorang kepala desa.

Setelah masa kepemimpinan Sunarti habis, pada tahun 2000 desa Boto

mengadakan pemilihan kepala desa kembali. Sunarti masih ikut mencalonkan diri sebagai kepla desa yang ke tiga kalinya, karena masih banyak masyarakat

mendukungnya untuk maju menjadi kepala desa. Pencalonan kepala desa Boto ini terdiri Sunarti dan Harkim. Pelaksanaan pencalonan masih sama dilakukan dari tahun sebelumnya. Perbedaannya pada tahun 1992 Sunarti menggunakan

gambar padi kini menggunakan ketela. Sedangkan lawannya, Harkim pada tahun 1992 menggunakan gambar ketela kini menggunakan padi. Ketiga kali

(16)

Masa kepemimpinan Sunarti di mulai pada tahun 1974-2007. Sunarti mengemban tugas menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat dengan

menciptakan visi untuk mewujudkan Desa Boto menjadi desa yang gemah ripah loh jinawi, di dukung oleh pemerintahan yang bersih, baik, transaparan,

SDM, SDA yang berpotensi, menuju kehidupan sejahtera di segala bidang yang di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi panutan orang banyak. Ia ingin menjalankan tugas kepemimpinannya sesuai dengan visinya untuk

kepentingan hidup masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Perjuangan yang dijalankan tidak begitu mudah dengan membutuhkan perjuangan yang sangat

tinggi untuk menciptakan desa Boto yang lebih maju.

Sebelum masa kepemimpinan Sunarti, keadaan desa Boto masih tergolong pedesaan dan sederhana dengan jumlah penduduknya yang masih

sedikit, kehidupan pertanian masih sederhana dan pendidikan atau sekolah-sekolah belum ada, hanya ada sekolah-sekolah inpres saja dan jalan raya maupun jalan

kampung masih berupa tanah dan berbatu yang belum tertata rapi.

3. Sunarti Pemimpin Masyarakat Boto

Banyak perubahan yang dilakukan Sunarti sebagai kepala desa Boto.

Sunarti adalah pemimpin yang transformatif dan demokratif. Banyak Bidang kehidupan masyarakat seperti bidang pendidikan, perekonomian dan sarana

(17)

semua masyarakat mendapat ilmu agama, tempat pelaksanaan pengajian masjid bergilir dari dusun satu ke dusun lain. Kegiatan sosial juga dijalankan seperti

menyatuni anak yatim satu tahun sekali pada bulan suro, masyarakat mengumpulkan dana secara sukarela serta mengadakan sunatan masal secara

rutin setiap satu tahun sekali.

Sunarti mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu supaya mendapat pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk batita dan balitanya. Sunarti juga

menjalin komunikasi dengan masyarakat desa Boto secara terbuka, Sunarti terjun langsung kerumah masyarakat dengan berjalan kaki untuk berkeliling

kampung ketempat dusun-dusun, untuk meninjau keadaan desa secara langsung, dan jika menemukan suatu permasalahan, dengan cepat Sunarti akan memecahkan masalah tersebut sebagai contoh apabila warganya pergi jauh

tanpa ijin, Sunarti akan mencarinya, jika ada masyarakat yang akan bercerai Sunarti akan mendatangi dan menanyakan dulu apa penyebabnya sehingga

Sunarti akan membantu menyelesaikan dan memberikan solusi kepada masyarakat tersebut.

Sunarti menjalankan tugas sesuai azas-azas kepemimpinan, Sunarti

mengembangkan nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan dalam memberikan pelayanan 24 jam kepada masyarakat desa Boto, seperti contoh jika ada

(18)

Sunarti dalam menjalankan kepemimpinan, ia juga mengalami beberapa kendala maupun kesulitan. Ia telah mengalami beberapa kendala diantaranya

yang pertama ia harus memberikan sosialisasi mengenai pembayran pajak tanah dengan datang kerumah masyarakat satu persatu

4. Faktor-faktor Pendorong Sunarti Menjadi Seorang Kepala Desa

Sunarti merupakan pemimpin perempuan yang pertama sebagai kepala desa Boto. Ia menjadi pemimpin selama 32 tahun. Sunarti menjalankan

tugasnya sebagai kepala desa karena untuk kepentingan hidup masyarakat Boto yang sejahtera dan tentram. Hal ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab

untuk melakukan perubahan kehidupan desa Boto menjadi lebih baik.

Faktor yang mendorong Sunarti untuk maju menjadi salah satu calon kepala desa Boto pada pemilihan yang dilakukan pada tahun 1974 terbagi

menjadi dua faktor pendorong, yaitu faktor pendorong internal (dari dalam pihak Sunarti) dan faktor pendorong eksternal (berasal dari luar pihak Sunarti).

Faktor pendorong internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri menjadi calon kepala desa Boto adalah Sunarti ingin melanjutkan garis kekuasaan secara turun-temurun yang berawal dari kepala desa Boto yang

pertama merupakan kakek buyut dari Sunarti H. Abdul Latif (1860), kemudian jabatan kepala desa dilanjutkan kakek Sunarti H. Yunus (1917), dan setelah

(19)

Sunarti yang bernama H. Muttaqin pada tahun 1972-1974 selama dua tahun dan harus diadakan pemilihan kepala desa kembali. Hal itu yang mengakibatkan

Sunarti bersedia mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto sebagai calon perempuan satu-satunya dan berusia sangat muda. Dukungan dari keluarga

terutama ibunya dan saudara yang memilih Sunarti untuk menjadi kepala desa, merupakan salah satu dukungan internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa.

Faktor eksternal pendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa Boto pada pemilihan tahun 1974 adalah banyaknya dukungan dari berbagai

pihak luar, yaitu dukungan dari pamong desa dan seluruh masyarakat desa Boto yang menginginkan Sunarti menjadi kepala desa Boto. Banyak masyarakat desa Boto yang datang ke rumah Sunarti untuk memberikan dukungan semangat

maupun doa kepadanya. Hal itu membuat Sunarti merasa dipercaya untuk memimpin dan merubah Desa Boto menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera

dalam segala bidang kehidupan masyarakat.

5. Karakter Kepemimpinan Sunarti dan terhadap bawahannya

Sunarti adalah sosok perempuan yang biasa menjadi luar biasa. Sunarti

adalah sosok pemimpin perempuan yang transformatif yang membawa perubahan untuk desa Boto. Ia adalah pemimpin yang tegas, disiplin, jujur dan

(20)

mengayomi, sopan, menghargai serta tidak membeda-bedakan tugas antara pegawai satu dengan pegawai lain semua dianggap sama dan diberlakukan

secara adil.

Prinsip dalam hidupnya menjadi seorang pemimpin, Sunarti memegang

sikap optimis, bahwa semua yang dia inginkan harus berhasil dan tercapai, apapun jalannnya akan tetap ditempuh yang terpenting adalah berhasil untuk kepentingan masyarakat bersama. Sunarti mengambil peran disetiap acara yang

diselenggarakan kecamatan dan kabupaten, ia selalu mengajukan pendapat dan solusi untuk kemajuan desa Boto. Sunarti adalah sosok pemimpin yang memilih

melihat keadaan langsung desa dan mengawasi kinerja para aparat desa secara mendalam. Sunarti membimbing aparat desa sebelum dan saat memberikan tugas, sehinggga dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Semua aparat

desa menghargai, menghormati dan mempercayai apa yang Sunarti kerjakan. Sunarti adalah pemimpin yang demokratis dalam pembentukan gagasan dan ide

untuk kemajuan desa Boto. Sunarti bersedia terjun kelapangan apabila aparat desa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Sunarti selalu mencetuskan solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Ia

tidak menerapkan sistem stratifikasi sosial pada aparat pedesaan dan masyarakat desa Boto, Sunarti tidak membedakan status sosial siapapun.

(21)

memerlukan saran, masukan dan pendapat dari masyarakat untuk memeperbaiki kinerjanya sebagai kepala desa.

Sunarti menjalankan tugas sebagai kepala desa Boto berkerjasama dan dibantu aparat desa lainnya yaitu sekretaris desa, kaur pemerintahan, kaur

bidang pembangunan, kaur keuangan dan kepala dusun lainnya. Di mata rekan kerja, Sunarti merupakan pemimpin yang bijaksana, kompak terhadap aparat desa lainnya dalam melaksanakan pemerintahan desa Boto. Meskipun Sunarti

adalah sosok pemimpin perempuan, tetapi kinerja Sunarti bisa diperhitungkan dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Sunarti bertukar pendapat dengan aparat

desa lainnya dan masyarakat Desa Boto supaya Sunarti mengerti apa yang diharapkan masyarakat untuk desa Boto yang dipimpinnya. Sunarti melibatkan aparat desa dan masyarakat untuk berperan aktif dalam pencapaian tujuan

mengembangkan desa Boto menjadi desa yang maju dan sejahtera sesuai dengan cita-cita bersama masyarakat dan pemerintah desa Boto. Sunarti

percaya bahwa aparat desa akan menyelesaikan tugas pemerintah dengan penuh tanggung jawab sehingga semangat untuk memajukan desa Boto menjadi bertambah dengan kepercayaan yang ditunjukan kepala desa Boto tersebut.

Dalam pengambilan suatu keputusan, Sunarti bersifat realistis. Dia mengambil keputusan yang telah menjadi kesepakatan bersama. Aparat desa

(22)

tidak menganggap dirinya sebagai seorang penguasa yang memiliki hak atas desa tersebut, Sunarti menganggap bahwa dirinya dipercaya masyarakat desa

Boto selama beberapa periode memimpin dan menjadikan desa Boto menjadi desa yang berkembang dan maju.

6. Gaya Kepemimpinan Sunarti Terhadap Perubahan Desa Boto. a. Keadaan Desa Boto Sebelum Masa Kepemimpinan Sunarti

Keadaan Desa Boto sebelum masa kepemimpinan Sunarti kondisinya

masih sangat sederhana, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan desa Boto pada masa kepemimpinan lurah H. Abdul Latif berada di tempat

kediamannya, dengan tempat dan tenaga pengajar yang masih seadanya. Masyarakat masih banyak yang tidak menempuh pendidikan, hal ini yang mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa Boto. Seiring

berjalannya waktu, ketika masa kepemimpinan lurah H. Mahfud terwujud pendidikan rakyat Sekolah Dasar (SD) Bancak di desa Boto. Kegiatan belajar

masih sederhana dengan menempati bangunan sekolah yang berdinding kayu, beralaskan tanah dengan perlatan belajar masih terbatas dan tenaga pendidik yang seadanya. Di Desa Boto pada saat itu hanya memiliki

bangunan Sekolah Rakyat, sehingga masyarakat Boto hanya mengenyam pendidikan sampai ke SR saja. Orang-orang yang mampu bisa melanjutkan

(23)

Dalam kehidupan perekonomian desa Boto, masyarakat lebih memanfaatkan dibidang pertanian. Masyarakat dengan menanam padi

sebagai tananaman pokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masa kepemimpinan lurah H. Mahfud musim panen padi bisa dilakukan satu tahun

sekali dengan menunggu waktu cukup lama. Pertanian yang diterapkan dengan menggunakan irigasi, dengan memberikan pupuk kandang yang menghemat biaya. Masyarakat Boto tidak dperkenankan untuk menjual hasil

panenan padi keluar desa Boto, lebih baik digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kehidupan perekonomian Boto

mayoritas berprofesi sebagai petani.

Prasarana desa yang dibangun masih rendah, hanya terdapat prasarana bidang keagamaan salah satu contohnya bangunan tempat ibadah masjid

yang belum merata yang ada di dusun Sembung dan dusun Kemiri, hal mengurus pernikahan masih menggunakan tempat lain di kecamatan Bringin.

Kondisi jalan kampung maupun jalan raya masih berbentuk tanah dan berbatu seperti jalan setapak. Penerangan yang digunakan masyarakat masih sederhana, yaitu dengan menggunakan lampu uplik yang berisi minyak tanah.

Sarana transportasi yang digunakan masih menggunakan tenaga kuda, gerobag maupun kursi yang diangkat dengan menggunakan tenaga manusia.

(24)

b. Perubahan Desa Boto Masa Kepemimpinan Sunarti

Sunarti sebagai kepala desa yang dipilih dan dipercaya masyarakat

desa Boto, Sunarti secara otomatis mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawab kepala desa. Sunarti tidak hanya mengatur dan mengarahkan

aparat desa untuk mengembangkan desa Boto saja, melainkan Sunarti bertanggung jawab atas semua perkerjaan dan memberikan bukti nyata dalam perubahan kehidupan dan kepentingan masyarakat desa Boto. Sunarti

menjadi pemimpin yang transformasional, yaitu pemimpin pertama yang mewujudkan perubahan kearah yang lebih maju kepada masyarakat desa

Boto. Hal transformasional yang dilaksanakan pemimpin perempuan pertama desa Boto diantaranya sebagai berikut:

1) Peningkatan Kualitas Pendidikan Desa Boto

Pada bidang pendidikan desa Boto, saat kepemimpinan berada di kepala desa Mahfud (1933-1973) di desa Boto sarana pendidikan

tergolong rendah, karena hanya memiliki satu bangunan sekolah rakyat (sejajar dengan tingkat sekolah dasar) yang terletak di Bancak, desa Boto. Masyarakat desa Boto yang mendapatkan pendidikan tergolong rendah.

Tenaga pengajar yang mengabdi di desa harus terbiasa dengan rendahnya kualitas sarana pendidikan pada saat itu.

(25)

minim. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat desa Boto lebih memilih melanjutkan pendidikan dengan pergi ke daerah lain seperti

Salatiga, Ambarawa dan Semarang.

Sepeninggal kepala desa H. Mahfud, kepemimpinan dipercayakan

masyarakat kepada Sunarti yang dipilih menjadi kepala desa pada tahun 1974 melalui pemilihan umum. Sunarti segera membuat program memperbaiki bidang pendidikan desa Boto supaya pendidikan desa Boto

menjadi maju dan masyarakat desa Boto mendapatkan pendidikan. Selain itu, Sunarti mempunyai program perbaikan infrastruktur disegala bidang

pendidikan.

Pertama yang dikerjakan Sunarti adalah pembangunan dan perubahan nama Sekolah Rakyat Bancak sudah dirubah menjadi Sekolah Dasar

Negeri I dan Sekolah Dasar Negeri II Boto dan resmi didirikan pada tahun 1974. Pada tahun 1979, Sunarti kembali mewujudkan program

pengembangan pendidikan di desa Boto dengan kembali mendirikan suatu sarana pendidikan yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Boto. Dengan berdirinya MI Boto ini dapat disimpulkan bahwa program pengembangan

pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan Sunarti sebagai kepala desa dan para aparat-aparat desa Boto untuk meningkatkan

kualitas pendidikan masyarakat Boto.

(26)

dan diketuai oleh Sunarti sendiri. Peningkatan sarana pendidikan tidak berhenti saat itu saja, setelah enam tahun berjalan desa Boto sudah

membangun dan menghasilkan empat bangunan sekolah.

Ide dan semangat perjuangan Sunarti dalam mewujudkan rintisan

sekolah sangat tinggi demi kemajuan pendidikan sekolah desa Boto. Pada tahun 1985, Sunarti kembali merintis sekolah khusus anak balita, dan pada tahun 1985 mewujudkan bangunan sekolah Taman Kanak-Kanak

(TK) Wita Siwi di desa Boto. TK Wita Siwi di Boto merupakan TK yang pertama di Boto, dan menjadi TK untuk masyarakat desa lain yaitu Desa

Jlumpang dan desa Wonokerto. Dengan berdirinya taman kanak-kanak, maka kualitas pendidikan masyarakat desa Boto menjadi meningkat karena anak berusia lima tahun bisa mendapatkan pendidikan dasar

sebelum melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di desa Boto mulai mengalami peningkat secara signifikan, sehingga

masyarakat desa Boto dalam melanjutkan pendidikan tidak perlu bersekolah keluar dari desa Boto.

Sunarti tidak berhenti berusaha untuk meningkatkan kualitas

pendidikan yang ada di desa Boto. Bagi Sunarti, perkembangan pendidikan masih kurang, karena Sunarti ingin desa Boto memiliki

Sekolah Menengah Kejuruan.

(27)

untuk mengajukan usulan pembangunan SMK Boto dilakukan, Bupati kabupaten Semarang menyetujui permohonan pendirian SMK Boto. Pada

akhirnya, Sunarti menjadi pelopor pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pada saat proses pembangunan gedung SMK, Sunarti terlibat langsug dalam memperkenalkan SMK yang akan segera berdiri di desa Boto. Ia secara tidak kangsung Sunarti mencari calon siswa yang akan menempuh

pendidikan di SMK Boto. Sunarti dan rekan-rekan memperkenalkan SMK Boto hingga luar daerah desa Boto seperti desa Lembu, desa

Dadapayam bahkan hingga Wonosegoro. Perjuangan keras Sunarti membuahkan hasil yang memuaskan, Sunarti berhasil mendapatkan lima puluh delapan siswa yang pada saat itu kegiatan belajar mengajar masih

meminjam kantor balai desa Boto dengan bantuan penjagaan dari sekertaris desa. Pelajaran dimulai pukul tujuh pagi dan berakhir pada

pukul dua siang. Pada tahun 2005 sudah diresmikan terwujudnya gedung nama SMK N I Bancak di desa Boto.

SMK N I Bancak adalah sekolah yang maju dan favorit pada bidang

pendidikan masyarakat desa Boto maupun masyarakat desa lain. Pada awalnya, jumlah siswa SMK N I Bancak berjumlah 58 murid saja, dan

(28)

pendidikan dengan kualitas yang baik. Sunarti mempunyai program pemberantasan buta huruf pada masyarakat desa Boto. Program kerja

pemberantasan buta huruf adalah memperkenalkan huruf dan angka supaya masyarakat Boto bisa membaca dan menulis. Pemberantasan buta

huruf dilaksanakan secara berkelompok perdusun. Menurut Sunarti, pemberantasan buta huruf sangat penting, dengan adanya program ini masyarakat yang tidak menempuh jalur pendidikan tidak menjadi korban

penipuan dan mempermudah masyarakat dalam berinteraksi dengan sesama.

Pendidikan desa Boto mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, anak-anak usia sekolah mayoritas menempuh jalur pendidikan. Peningkatan pendidikan desa Boto menimbulkan dampak perubahan pada

SDM masyarakat desa Boto. Pada masa kepemimpinan Sunarti yang telah membawa hasil perubahan pendidikan desa Boto menjadi maju dan

meningkat.

2) Perekonomian Desa Boto

Mayoritas masyarakat Desa Boto berprofesi sebagai petani sawah.

Lahan tanah atau perkebunan digunakan untuk pertanian, Maka dari itu perekonomian desa Boto bergantung pada kegiatan pertanian. Masyarakat

(29)

Tahun 1933, pada masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud, ia mengatur sistem pertanian desa Boto dengan sistem pertanian yang

berkembang, dengan membuat pengaturan irigasi atau saluran air agar tanaman pertanian subur dan mendapatkan sistem pengairan yang baik.

H. Mahfud menerapkan peraturan pada penanaman padi dengan tetap menggunakan pupuk kandang yang bersifat alami tanpa ada unsur kimia, hal ini dapat menghemat biaya penanaman. Proses dilakukan dengan alat

yang digunakan masih sederhana, belum menggunakan alat yang modern. Jenis padi yang di tanam adalah padi swiri dan padi srempol.

Masa panen padi desa Boto hanya terjadi satu tahun sekali. Masyarakat Boto tidak diperkenankan menjual hasil panen padi ke luar desa Boto, lebih baik digunakan untuk kebutuhan sendiri dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada menjual pada daerah luar desa Boto.

Tahun 1974, ketika desa Boto berada dibawah pimpinan Sunarti, pertanian mengalami pergantian jenis penanaman yang terjadi pada tahun 1933. Pada tahun 1974, lahan pertanian ditanami tebu dan hanya bertahan

selama satu tahun saja, karena banyak masyarakat yang mengeluh dengan hasil panen tebu yang kurang memuaskan, dan hasil panen tidak

(30)

masyarakatnya terutama dibidang pertanian. Sunarti segera menata program pertanian desa Boto, kemudian Sunarti menerapkan peraturan

dengan kembali menanam padi. Sunarti mengubah sistem penanaman hasil panen dengan memilih jenis benih padi dengan umur cepat yang

bisa dipanen. Ia menerapakan hasil panen padi bisa dilakukan dalam satu tahun dua kali yang disebut dengan gagarancah.

Mengingat mayoritas lahan sawah yang ada di desa Boto adalah

sawah tadah hujan, yang artinya petani dapat menanam padi hanya pada musim hujan saja. Cara penanaman padi dengan cara sederhana yaitu

ditebar atau disebar saja. Jenis benih padi yang digunakan adalah jenis padi IR dan padi PB. Dengan demikian, secara cepat dapat meningkatkan hasil panen untuk masyarakat desa Boto. Hasil panen yang

diperoleh masyarakat mengalami peningkatan dan hasil yang memuaskan sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Selain hasil panen yang

banyak, sisanya sebagian bisa dijual kepasar. Pada tahun 2000 perekonomian di desa Boto sudah tidak hanya bergantung dari hasil pertanian saja, masyarakat Boto sudah mulai berwiraswasta seperti

membuka toko-toko kelontong, seperti toko sembako, fotokopi dan minimarket. Sehingga dari tahun ketahun perekomian masyarakat desa

(31)

3)Peningkatan sarana dan prasarana Desa Boto

Sebelum dibangun adanya aspalisasi (pembuatan jalan raya

mengggunakan bahan dasar aspal) pada tahun 1990, sepanjang jalan desa Boto berupa tanah, batu-batuan yang berserakan dan tidak tertata dengan

rapi. Pada saat musim hujan, jalan desa Boto sangat memprihatinkan karena tergenangan air hujan. Keadaan jalan desa Boto masih sepi, hanya pejalan kaki yang melewati jalan tersebut, karena pada saat itu sepeda

montor dan mobil masih jarang dijumpai. Masyarakat dan pelancong membawa barang-barang menggunakan sarana kuda, gerobak dan kursi

yang diangkat menggunakan tenaga manusia. Melihat keadaan desa Boto saat itu, membuat Sunarti menaruh perhatian khusus untuk memperbaiki keadaan desa Boto yang dipimpinnya.

Pada tahun 1974, Sunarti melaksanakan program padat karya. Sunarti melibatkan masyarakat untuk bekerja sama bahu membahu dalam

pengerasan jalan kampung. Sunarti melibatkan masyarakat langsung untuk bekerja bakti menata jalan menjadi lebih baik. Semua masyarakat dikerahkan dan mendapat tugas masing-masing, pembagian tugas

tersebut antara lain adalah pembuatan pondasi jalan, mengaduk semen dan menata batu kerikil atau batu titikan. Setiap perdusun atau setiap

rumah diberi tanggung jawab untuk menyediakan batu titikan satu tomblok (keranjang). Masyarakat desa Boto mengerjakan secara

(32)

dan gotong royong akan meningkatkan kebersamaan persatuan dan kesatuan antar masyarakat. Setelah jalan selesai dikerjakan, dampak

positifpun mulai timbul. Jalan menjadi aman untuk digunakan dan menjadi nilai positif bagi desa Boto.

Pada tahun 1990, program aspalisasi mulai masuk desa Boto. Jalan raya desa Boto mulai dibangun menggunakan bahan aspal dengan dana subsidi dari pemerintah. Jalan yang dulu berbatuan kini sudah berubah

menjadi jalan halus, keadaan desa Boto sudah rapi. Aspalisasi kini membawa dampak perubahan bagi kehidupan masyarakat, jalan raya desa

Boto menjadi jalur transpotasi perdagangan khususnya roda empat dari pasar Krasak ke kota Salatiga. Biasanya jalur transportasi ini digunakan untuk para pedagang membawa barang dagangannya dari pasar Krasak

ke kota Salatiga. Kini jalan desa Boto menjadi jalan penghubung para pedagang pasar Kalimaling ke Salatiga. Semakin bertambah jalan dulu

yang sepi sekarang digunakan para pelancong. Kini sarana kendaraan semakin bertambah selain roda empat, kini kendaraan bus dan minibus banyak digunakan masyarakat untuk membawakan dagangannya dari

pasar Kalimaling dan pasar Krasak ke kota Salatiga.

Sunarti tidak hanya sebagai pemimpin formal yang selalu menjalankan

(33)

contohnya ia sangat peduli terhadap dusun Sembung dan dusun Kemiri. Di dusun Sembung dan Kemiri adalah dusun yang belum tersedia sarana

ibadah yaitu masjid sendiri, sehingga masih bergabung ditempat ibadah dusun lain. Dengan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin,

Sunarti melakukan swadaya masyarakat untuk membangun masjid di dusun Sembung dan Kemiri. Semua masyarakat dilibatkan secara langsung untuk membangun sarana ibadah dengan cara bekerja bakti

secara-bersama membangun masjid. Sarana dan prasarana sangat penting untuk fungsi kelangsungan kehidupan masyarakat. Dilihat dari setiap

dusun desa Boto semua sudah ada tempat ibadah masing-masing tanpa adanya kecemburuan sosial, karena masjid adalah tempat ibadah manusia untuk berdoa. Ia juga memperbaiki dan merenovasi masjid lainnya

seperti masjid Krasak, masjid Klumpit, masjid Penggung, masjid Boto dan beberapa surau atau musola lainnya.

Sarana dan prasarana yang dibangun tidak hanya pembanguanan berbentuk masjid saja, Sunarti juga membangun Kantor Urusan Agama (KUA) yang diresmikan pada tahun 1985. Tujuan dibangun kantor KUA

adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan pernikahan, karena sebelumnya masyarakat jika ingin mendaftarkan diri untuk

menikah harus meminta bantuan pada KUA kecamatan Bringin.

(34)

pertemuan antara masyarakat dengan pamong desa dalam acara rembug desa, untuk memberikan sosialisasi salah satunya mengenai membayar

pajak. Sebagai wadah musyawarah rapat desa, dan juga sebagai tempat pelayanan umum dalam membuat surat menyurat kelurahan. Ia juga

berhasil meningkatkan sarana prasarana desa lainnya, yaitu listrik sudah mulai masuk desanya pada tahun 1992, masyarakat menyambut dengan senang bahwa dengan adanya listrik masuk desa, sudah tidak lagi

menggunakan lampu gembreng dan lampu uplik lainnya. Untuk mendirikan tiang listrik, Sunarti kembali melibatkan masyarakat untuk

bekerja bakti mengangkat tiang listrik untuk dibangun. Solidaritas masyarakat sangat tinggi dalam kebersamaan dan kegotong royangannya, sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik dan cepat. Segala

usaha yang diperjuangkan pada masa kepemimpinan Sunarti telah merubah kehidupan masyarakat Boto menjadi lebih baik dengan bantuan

masyarakat Boto dan pemerintah kabupaten Semarang.

c. Kesulitan Sunarti Saat Menjabat Sebagai Kepala Desa

Selama 32 tahun Sunarti menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala

desa. Sunarti dalam menjalankan tanggung jawab memimpin desa Boto, tidak berjalan dengan mulus, Sunarti mengalami berapa kendala maupun kesulitan

yang harus Sunarti hadapi diantaranya : (1) Apabila warga desa Boto belum

(35)

tanggungan pajak masyarakatnya terlebih dahulu untuk diberikan kepada pemerintah, hal ini menjadi beban tanggung jawab Sunarti sebagai kepala desa,

(2) Sunarti menggalakan Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat untuk memiliki dua anak saja, tetapi masyarakat tidak menuruti aturan untuk

memiliki anak lebih dari dua. Sehingga Sunarti menempuh jalan lain yaitu dengan mengatur masyarakat dengan memaksa untuk mengikuti aturan yang sudah diberikan, (3) apabila ada masyarakat pergi meninggalkan desanya tanpa

ijin lebih dari 24 jam, Sunarti segera mencari infonya untuk mencari tahu keberadaanya, karena sebagai pemimpin Sunarti harus bertanggung jawab

Gambar

Gambar B pihak ayah
gambar cangkul, Sugiarto menggunakan gambar lampu dan Supriadi
gambar perwakilan padi. Sunarti masih diberi kepercayaan masyarakat desa

Referensi

Dokumen terkait

Subjek berinisial TA dan berusia 22 tahun. TA berasal dari Salatiga. Subjek merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah TA bekerja swasta di luar kota, ibu TA

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan (2011) yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS dalam 3 indikator khusus yang

Dengan adanya beberapa jadwal pementasan baik di dalam wilayah Kabupaten Purworejo maupun di luar wilayah Kabupaten Purworejo tersebut, membuktikan bahwa Kesenian Tari

yaitu: manusia (baik laki-laki maupun perempuan) adalah gambar Allah yang secara bersama.. bertanggungjawab mewujudkan keadilan di

ini admin dapat memilih data dosen atau fakultas, gedung, maupun.. ruangan, jika atelah memilih maka admin dapat

Warga sekolah telah dapat merawat sarana dan prasarana, gedung dan lingkungan sekolah, Warga sekolah telah memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai dengan

oleh orang tua maupun anak luar kawin agar tercipta hubungan antara orang tua. dan anak luar

terlibat dalam proses produksi padi selama satu tahun, baik tenaga kerja. dalam keluarga dan luar keluarga dengan jenis kelamin pria