• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Tlatah Bocah dalam Menjaring Anak Lereng Gunung Merapi dengan Menggunakan Kearifan Lokal: Studi pada Komunitas Tlatah Bocah di Muntilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Tlatah Bocah dalam Menjaring Anak Lereng Gunung Merapi dengan Menggunakan Kearifan Lokal: Studi pada Komunitas Tlatah Bocah di Muntilan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Hasil Wawancara Dengan Ketua Komunitas Tlatah Bocah (1) Identitas Informan :

Nama : Gunawan Julianto

Pekerjaan : Pengangguran

Usia : 48 tahun

Jabatan : Ketua Komunitas Tlatah Bocah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Kantor Sekretariat Rumah Pelangi

Tanggal Wawancara : 3 April 2017

Pukul : 09:55 – 11:58

P : Selamat pagi pak, saya Andita Prasanti mahasiswa UKSW program studi Komunikasi. Maksud kedatangan saya adalah untuk mencari informasi mengenai Komunitas Tlatah Bocah untuk keperluan skripsi saya yang membahas mengenai strategi komunikasi Komunitas Tlatah Bocah.

G : Oh.. ya silahkan mbak, tanya saja apa yang mau ditanyakan. Santai saja mbak, ndak usah tegang. Santai saja. Gimana?

P : Kalau boleh tahu, nama lengkapnya pak Gun siapa, pak?

G : Aku? Hmm... Gunawan Julianto, mbak.

P : Maaf pak, pak Gun umurnya berapa?

G : Waduh,,, umurku piro ya? Hmm.. sebentar.. 48 tahun.

P : Pak Gun asli daerah sini?

G : Iyo asli, aku seneng dolan neng daerah kene, kadang mrono neng dusun. (iya asli, saya suka main di daerah sini, terkadang ke dusun yang ada disana)

P : Pak Gun pekerjaannya sebagai?

G : hahaha... lhayo kene ki pengangguran wae to mbak. Nek aku kerja raono seng perhatike bocah-bocah. (lha ya saya itu pengangguran mbak. Kalau saya kerja tidak ada yang memberikan perhatian kepada anak-anak)

P : Pak, Komunitas Tlatah Bocah itu ada sejak tahun berapa ya dan siapa pendirinya?

(2)

mbak di dusun Kadirejo sini, kelurahan muntilan, kecamatan muntilan. Yo.. neng kene iki panggonanne dadi nggon sekretarian sisan. (Ya disini ini tempatnya sekaligus jadi kantor sekretariat). Nah, Tlatah Bocah itu merupakan komunitas tentang anak dimana mempunyai keyakinan bahwa suatu bangsa akan maju dan beradab jika semenjak dini anak-anak diajak turut serta dalam pembangunan. Hal yang patut kita ingat bahwasannya kalangan dewasa selama ini menerapkan keinginannya pada anak secara tidak ramah, misalnya saja menyuruh membelikan kebutuhan orang dewasa, rokok, minuman keras ya to mbak, dan lain sebagainya. Ya.... mengajari anak melakukan perbuatan dewasa, mengajarkan kata-kata kasar, porno gitu, memerintah paksa untuk melakukan sesuatu, ya banyak mbak. Nah, area ramah anak ini akan terjadi jika ada kesadaran dari banyak pihak, kalangan dewasa, kalangan pemimpin, formal non-formal lho mbak, masyarakat dan orang tua. Sebabnya gitu aku dan temen-temen bikin komunitas ini.

P : Apa bedanya Rumah Pelangi dengan Tlatah Bocah pak? Apa itu Rumah Pelangi?

G : Tlatah Bocah dan Rumah Pelangi pada dasarnya sama saja, mbak. Pada awal berdirinya komunitas bernama Rumah Pelangi dimana melakukan aktivitasnya dari tahun 2004-2007 dengan menyediakan layanan perpustakaan didusun kadirejo Muntilan yang berlaku juga sebagai sekretariat. Perpustakaan mini ini tidak jalan lagi itu ya kerena keterbatasan sumber daya yang mengelola dan pasokan buku yang terbatas mbak. Kan ora mungkin to bocah-bocah e mung kon moco buku seng kuwi-kuwi wae dan mesti nek bar do moco ki diselehke ngono dadine butuh tenaga seng iso ngatur bukune mbalek neng rak e meneh, kan buku yo ra mlaku dewe kan ngunu yo ra mbak? (Ya tidak mungkin anak-anak disuruh membaca buku yang itu-itu saja dan pasti setelah membaca buku, bukunya diletakkan begitu saja sehingga butuh tenaga yang bisa mengatur buku untuk disusun di rak buku. Tidak mungkin buku bisa berjalan sendiri kembali ke rak, iya apa tidak mbak?) Nah, peristiwa erupsi Merapi 2006 dan gempa Bantul di tahun yang sama ya mbak, itu merupakan periode yang sangat berharga bagi kami, karena saat itu Rumah Pelangi belajar dari banyak organisasi yang terlibat dalam agenda kemanusiaan dengan fokus yang beraneka ragam. Pada tahun 2007 saat dicanangkan festival seni anak-anak Merapi sebagai bentuk kampanye hak anak, mendapatkan pengetahuan bahwa kekayaan budaya Jawa bisa menjadi media untuk pencapaian visi. Berkaitan dengan ini muncul kata Tlatah Bocah, nuansa lokal, kena tepat langsung pada sasaran, lebih fokus gitu lho. Selain itu motto Bocah Dudu Dolanan, Bocah Kudu Dolanan layaknya Think Global, Act Local, muatan tersebut sangat pas untuk gerakan selanjutnya. Oleh karena itu semenjak 2007 mulai mengganti nama menjadi Tlatah Bocah.

(3)

G : Hmmm... aku ketuanyan mbak. Ya bukan ketua yang seperti pimpinan gitu ya, tapi kerjaanku ya santai aja gitu. Ya sederhana lah mbak. Tapi setiap acara biasanya pertanggungjawaban atas namaku karena aku menjamin.

P : Apa visi dan misi komunitas Tlatah Bocah pak?

G : Opo yo mbak? Wah ora apal aku, sek-sek koyone aku jeh nduwe file e (Apa ya mbak? Wah tidak hafal saya, sebentar aku masih punya dokumennya). Oh ini mbak ketemu, visinya itu tersedianya area ramah anak secara fisik dan psikologis selaras dengan karakter lokal. Kalau misinya itu satu, menginisiasi area ramah anak secara fisik/psikologis. Menginisiasi ki lebih ke meresmikan, menyediakan gitu ya mbak. Kedua, meningkatkan peran masyarakat dalam pendidikan anak berbasis tradisi. Ketiga, meningkatkan peran anak dalam pembangunan masyarakat. Mottone barang opo ra? (Mottonya juga apa tidak?)Mottonya itukeragaman memperkaya nurani, Bocah dudu Dolanan, Bocah Kudu Dolanan. Maksudnya anak-anak bukan mainan, anak-anak harus bermain.

P : Bagaimana posisi Tlatah Bocah saat ini pak? Di bawah pemerintah atau dalam pengembangan mandiri?

G : Begini mbak, Komunitas Tlatah Bocah dikembangkan untuk mandiri. Apabila hal ini terjadi akan mendapatkan dua manfaat besar, yakni yang pertama ya ketidaktergantungan pada pihak lain untuk melaksanakan program-programnya sehingga meminimalisir konflik kepentingan dengan pihak pemasuk sumber daya, dan independensi lebih terjaga sesuai visi kita tadi. Nah, yang kedua, pembelajaran pada para penggiat dan komunitas yang terlibat bahwa kemandirian akan selalu memberikan ritme untuk berusaha memberikan ide segar atas permasalahan untuk dapat bertahan hidup. Seperti itu. Nah, tapi mbak, kemandirian yang kita maksud tentu saja tidak lepas dari upaya bersama pihak lain karena bagaimanapun Tlatah Bocah tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini penyikapannya adalah dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain melalui program-program yang sesuai dengan visi, bukan sekedar menjadi pelaksana atau tukang dari pihak lain yang mempunyai suatu program. Tlatah Bocah belum mencapai tataran kemandirian yang dimaksud, upaya-upaya usaha ekonomi belum menghasilkan keunrungan yang cukup memang, tapi kita sekali lagi tidak menggantungkan diri kepada pemerintah.

P : Upaya-upaya pengembangan dalam bidang apa saja yang ada di Tlatah Bocah pak?

(4)

tuku alat e seng murah, biasa wae ora koyo seng neng toko, terus yo dikembangke dewe nggo tambah-tambah penghasilan lak ngono (Sablonnya itu yang mengerjakan anak-anak Tlatah Bocah yang tergabung (dewasa), kita beli alat yang sederhana saja tidak seperti yang ditoko, setelah itu kita kembangkan sendiri untuk menambah pemasukan seperti itu). Kalau yang nasi merah itu bisa dikatakan belum bagus karena selama ini nasi itu individu, ya nasi merah, nasi hitam dan penggunya sitik (sedikit). Nah karena penggunane sitik, seng pengen sitik (yang mau sedikit), secara omset yo sitik. Sebenernya ada penggemar nasi merah itu atau nasi hitam cuma ketika penggemar banyak tapi para pengembang hanya beberapa kan susah. Kalaupun kita harus kirim ke jakarta itu juga berat diongkos karena kita tidak pernah memasok dalam jumlah banyak karena keterbatasan individu itu tadi.

P : Pengembangan ekonomi Tlatah Bocah berarti cuma ada sablon yang masih berkembang ya pak?

G : Sablon, jualan telur ayam. Tapi ya itu masih pada tataran awal karena ada faktor-faktor yang belum bisa kita pecahkan. Terumata misalnya telur ayam, peminatnya banyak, berat barangnya, peminatnya ya banyak, tapi ternyata ngumpulinnya pegel juga. Orang-orang kampung yang ngumpulin telur tu masih sambil lalu gitu, ngga diterusin padahal peminatnya banyak banget.

P : Bagaimana untuk mendapatkan sokongan dana apabila akan menyelenggarakan sebuah acara?

G : Ya itu tadi mbak, kita banyak menjalin kemitraan di berbagai kota. Bahkan ada di negara lain. Dan ternyata setiap kita mau bikin acara ada saja yang mendonasi, ya ada yang berupa uang atau mungkin barang-barang yang disumbangkan, kadang keperluan kita juga diakomodir sama mereka. Selain itu biasanya kita juga jual baju, baju-baju bekas yang kita kumpulkan dari pendonasi kita jual lagi, keuntungannya untuk kita seperti itu. Dan pernah kalau kemitraan itu bantunya langsung ke masyarakatnya. Seperti halnya pasca erupsi, kemitraan yang kami jalin mengelola dana untuk 5700 KK (Kartu Keluarga) ke 8 desa dari 59 dusun, pada waktu itu di kecamatan salam, kecamatan dusun dan mana lagi ya saya lupa, banyak kok itu. Secara dusun dihitung 59 dusun, secara KK ada 5700 KK.

P : Tlatah Bocah menjalin kemitraan dengan mana saja pak?

(5)

Chatholic Migration Commision terus lali (lupa) mbak. Mengko tak kei file e aku ono ok (nanti saya beri dokumennya, saya ada).

P : Ada berapa dusun yang tergabung di Tlatah Bocah pak? Berapa jumlah anggotanya?

G : Apabila diperhitungkan dengan aktivitas pasca gempa Bantul 2006 dan erupsi Merapi 2010, saat ini Tlatah Bocah bekerjasama dengan 8 dusun di desa Sitimulyo, kecamatan piyungan, Bantul selama 2 tahun. Itu kalau yang di Bantul. Kalau yang disini jumlah dusun yang tergabung saat ini ada sekitar ya duapuluhan, tapi program yang dilaksanakan berbeda-beda. Kadang satu dusun ada yang ikut beasiswa Merapi tapi tidak ikut program berdasarkan kesenian karena memang dusunnya tidak ada kesenian, di dusun yang lain ada yang hanya ikut kerena kelompok kesenian, lain dusun ada yang ikut beasiswa Merapi dan kesenian, dua-duanya. Tapi sebagai catatan, yang mengikuti beasiswa Merapi tercatat 16 dusun dengan anak yang telibat sekitar 350-an, sedangkan dusun yang punya kelompok kesenian anak sebanyak 10 dusun. Dalam keanggotaan kalau untuk kegiatan-kegiatan, Tlatah Bocah bersifat cair, ya maksudnya santai saja gitu, jadinya ya agak susah kalau dihitung jumlah pasti anggotanya. Karena tidak pernah ada sistem absen gitu mbak, kita kan terbuka aja, terbuka dalam artian sebentar muncul, sebentar ilang, ora model kudu absen ngono gak (tidak seperti harus absen gitu).

P : Kisaran umur anggota yang ikut Tlatah Bocah berapa pak?

G : Hmm ya hampir dari umur kelas 2 SD mungkin ya mbak sampai SMP. Karena mungkin yang SMA itu masih ada tapi juga turut serta membantu teknis apabila kita ada acara gitu.

P : Bagaimana cara pengurus Tlatah Bocah dalam memperlakukan anggotanya sesuai umur anggotanya? Adakah cara khusus masing-masing segmentasi umur?

G : Eee... ya anggapannya sama ya mbak, dalam arti gini, misal ada program beasiswa ayam, neng dusun ki kan ono seng sugeh, ono seng kere (di desa itu ada yang kaya dan ada yang miskin) ya lebih ke ayo belajar bareng-bareng. Pokoknya tidak pandang bulu dan hasilkan silahkan dinikmati sendiri, silahkan dirawat sendiri tapi mari kita sering-sering berdiskusi tentang bagaimana baiknya untuk mengembangbiakan dan lain sebagainya. Pada intinya tidak ada pembeda dari segi ekonomi maupun sosial, semua sama rata.

P : Untuk mengelola Tlatah Bocah, pak Gun di bantu oleh siapa saja? Atau ada struktur kepengurusan pak?

(6)

tengenne melu ngewangi (apalagi di desa seperti ini mbak, kalau ada tetangga yang punya acara besar pasti tetangga kanan/kiri selalu membantu). Dalam struktur itu ada aku sebagai ketua, ya penanggung jawab, terus ada Setiyoko sebagai pelaksana program, ada juga Gambir itu, Gambir Wismantoko sebagai sekretaris, terus dikeuangan ada Sunantoro sama Suryo Purnomi, ekonomi ada Bambang Sumarsono. Tapi pada saat bertugas tidak sekaku itu ya, tapi menyesuaikan siapa yang bisa meng -handle gitu karena kan kegiatan Tlatah Bocah berbasis kerelawanan, sehingga siapa yang punya cukup waktu ya membantu. Tapi ada satu bagian yang memang hanya dipegang oleh orang itu terus, seperti posisi keuangan itu ya utamanya dipegang Sunantoro karena itu posisi yang riskan.

P : Apa yang menjadi program unggulan Tlatah Bocah?

G : Kalau program unggulan ya tetep kesenian. Cuma ada satu program yang memang itu jadi ciri khas kita. Namanya beasiswa Merapi.

P : Itu seperti apa pak?

G : Beasiswa Merapi itu ya... jangan berfikiran kalau beasiswa selalu uang ya mbak. Soalnya itu tidak mungkin kalau di Tlatah Bocah hahaha.. cari uang buat acara aja susah, gitu mau dikasih. Beasiswa Merapi ini berupa ajakan kemandirian dengan berternak ayam dengan anak-anak anggota Tlatah Bocah. Program yang lain juga tidak kalah mbak, seperti yang saya sebutkan tadi dukungan pada komunitas seni di dusun-dusun karena dengan dukungan ini diharapkan masyarakat tetap memelihara tradisinya.

P : Apa maksud memberikan beasiswa berupa ayam?

G : Beasiswa Merapi disatu sisi merupakan bentuk ajakan solidaritas atau gotong royong untuk kawan-kawan yang ingin berdonasi di sekitar Merapi. Donasi itu bukan dalam bentuk kasih materi yang sekali pakai aja, tapi yang apabila dirawat secara terus menerus bisa berkembang dan menghasilkan banyak keuntungan. Nah, kita ambil ayam sebagai bentuk beasiswa kita. Maksud pemberiannya pada anak-anak itu ya maunya, satu, anak-anak belajar tanggung jawab, kedua bisa bersosialisasi atau berorganisasi kan tentunya kita kasih ayamnya ke anak-anak di satu dusun dan mereka bisa saling merawat ayam bareng sebagai bentuk mereka bersosialisasi, terus belajar kemandirian, hmmm belajar ekonomi juga bisa, hasil ternaknya bisa dijual sebagai tambahan penghasilan dan juga pemenuhan gizi, kalau lagi pengen makan ayam kan bisa dibeleh (dipotong). Selain itu juga orang sini kan kalo ritual pakai ayam ya sekaligus juga melestarikan tradisi ritual selain diajak berkesenian mbak. Karena ayam itu ya emang sangat penting untuk wilayah sini mbak. Selain perlengkapan sesaji dan sayuran yang gampang di dapat dari ladang sendiri, ya kami para pengurus juga ingin mengajak pelestarian kearifan lokal dari ladang sendiri, ya kandang ayam yang dirawat itu tadi.

(7)

G : Dari individu-individu yang mau donasi ayam mbak. Ya kita gethok tular (dari mulut ke mulut) biasanya, ayo seng meh nyumbang pitik (yang mau menyumbang ayam) gitu biasanya, atau karena kita kan sudah menjalin kemitraan tadi dengan berbagai individu jadi mudah. Ayo mendukung program ini, siapa yang minat gitu biasanya. Tapi terkadang beberapa ada yang memberikan dalam bentuk uang, semisal seko semarang, seko jakarta opo yo meh nggowo pitik tekan kene kan ora, mulane do transfer mengko aku seng mblanjakke mereka tompo buktine. Santai wae ngene ki (dari semarang, dari jakarta apa mau membawa ayam sampai sini kan tidak, sehingga mereka transfer uangnya nanti saya yang membelikan ayamnya mereka terima bukti saja. Santai saja kalau seperti ini).

P : Menurut pak Gun, apa yang membedakan Tlatah Bocah dengan komunitas lain?

G : Tlatah Bocah sebenarnya tidak berbeda ya mbak dengan komunitas lain, bahkan dalam pertumbuhannya bench mark dari komunitas lain. Karena berbasis kerelawanan dari dulu ada saja orang yang keluar masuk. Kepengurusan yang tercantum adalah kepengurusan yang terakhir setelah berganti beberapa kali karena sifatnya yang keluar masuk itu tadi. Anggota pengurus semuanya sudah beberapa tahun di Tlatah Bocah, pada awalnya masing-masing mengalami masa yunior. Mungkin untuk lingkungan Merapi, Tlatah Bocah salah satu yang sudah teruji selama 13 tahun mengemas kegiatan tentang anak dan kesenian. Juga yang menjadi keunikan adalah beasiswa Merapi dalam bentuk pemeliharaan ayam bagi anak-anak yang telibat. Pengemasannya pun juga disesuaikan bukan murni dari Tlatah Bocah saja karna kita harus melakukan banyak penyesuaian-penyesuaian.

P : Bagaimana cara Tlatah Bocah menjaring minat anak lereng gunung Merapi selain melalui program beasiswa ayam?

(8)

P : Kesulitan apa saja yang pernah dialami pak saat menjaring minat anggota baru?

G : Kalau menjaring anak-anaknya gampang mbak. Tapi yo kuwi mau (ya itu tadi), yang susah adalah bagaimana meneruskan agenda-agenda itu. Karena kita kan sumber dayanya terbatas, butuh pasokan sumber daya yang banyak sebenernya. Ketika urusan ayam ya butuh pasokan uang untuk beli ayam, belum lagi bagaimana meningkatkan kemampuan kita, maksudnya apa ya mau monoton gitu terus, gitu-gitu aja dan juga endak (tidak). Kesulitannya lebih ke ada tidak orang baru yang mau terjun bertahan lama karena tidak ada janji keuangan kecuali janji surga hahahaa...

P : Kearifan lokal apa saja yang terdapat di sekitar lereng gunung Merapi?

G : Ya,,, kebudayaan yang kita miliki tidak kalah sama kebudayaan asing. Kesenian lereng Merapi itu banyak mbak, cuma ada beberapa penyesuaian sekali lagi yang diyakini masyarakat sesuai tradisi disini. Ada merti desa yang diyakini sebagai syukuran atau ucapan syukur gitu dan meneruskan menjaga lingkungan sekitar, bersyukur karena mereka mendapat hasil bumi dan bagaimana supaya lingkungan tetap terjaga. Lebih ke penghormatan pada sesepuh, ya ucapan syukur itu tadi juga bisa. Terus ada tarian-tarian ya begitu tentang kesenian.

P : Bagaimana cara Tlatah Bocah mengenalkan seni atau kearifan lokal yang ada?

G : Hmm.. ya melalui festival itu.

P : Bagaimana cara Tlatah Bocah mengenalkan seni atau kearifan lokal yang ada?

G : Hmm.. ya melalui festival itu. Tahun ini kita sudah festival ke 11. Workshop tarian juga ada terkadang, ya menyebarkan informasi bersama gitu. Festival juga tidak melulu dibulan yang sama, kita mencari bulan yang semuanya bisa dan bebas. Dalam arti untuk anak-anak tidak dalam masa tes sekolah seperti itu, mungkin pas libur semester, tidak waktu puasa atau lebaran, supaya benar-benar semua bisa ikut berpartisipasi.

P : Terima kasih Pak, untuk waktu dan kesempatannya melakukan wawancara.

(9)

Lampiran 2. Hasil Wawancara Dengan Ketua Komunitas Tlatah Bocah (2) Identitas Informan :

Nama : Gunawan Julianto

Pekerjaan : Pengangguran

Usia : 48 tahun

Jabatan : Ketua Komunitas Tlatah Bocah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber

Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017

Pukul : 09:50 – 12:06

P : Selamat pagi Pak, terimakasih kembali untuk waktu yang diberikan kepada saya untuk melakukan wawancara guna melengkapi data skripsi saya yang masih kurang tentang Tlatah Bocah.

G : Iya mbak, sama-sama. Santai saja sama aku tidak jadi masalah, wong yo aku ra ono gawean hahaha... (kebetulan saya juga tidak ada pekerjaan). Piye mbak? (Gimana mbak?)

P : Pak dulu bagaimana ceritanya Pak Gun dan Mas Gambir mau menggagas tentang area bermain anak dengan mendirikan komunitas Tlatah Bocah ini?

(10)

P : Apa kesulitan yang Pak Gun hadapi ketika membangun komunitas Tlatah Bocah ini?

G : Kesulitan ya mbak? Hmmm... opo yo? (apa ya?). Ya.. mungkin pada awalnya kurang percaya diri ya mbak. Aku merasa apakah ada orang-orang yang mau bekerja untuk hal yang sama, bukan hanya melu ubyang-ubyung (ikut kesana-kemari) tapi hal itu dilakukan dengan rasa dan kenyataannya memang sedikit yang mau. Mungkin kalau hobi gitu lumayan banyak yang mau, meskipun sifatnya ya sama sih mereka membuang uang. Ya kita cariin uang untuk dibuang juga, tetapi itu untuk kegiatan. Ya memang yang patut dipikirkan itu, gimana caranya bertahan. Yo kuwi mau seng mesti kudu dipikirke piye carane nduwe usaha tenanan, keinginan seng podo ben iso mertahanke lahan go bocah-bocah dolanan. Ra kabeh gelem tibake (Ya itu tadi yang harus dipikirkan, gimana caranya punya usaha yang serius, keinginan yang sama supaya bisa mempertahankan area bermain untuk anak-anak. Ternyata tidak semuanya mau).

P : Kira-kira hal itu kenapa Pak bisa terjadi?

G : Ya mungkin karna kesibukan itu bisa atau memang sedang tidak ingin ya ada. Banyak faktor yang tidak semua orang mau mengerti mbak. Jadi kalau aku sih ya siapa yang mau ya ayo kita bersama-sama berusaha tanpa paksaan seperti itu. Ya semua itu rela ajalah kan kita juga basisnya kerelawanan, karna prihatin aja sama keadaan anak-anak makannya aku mau ngurusi (mengurus) ini banget mbak.

P : Kedekatan masing-masing anggota dengan pengurus komunitas Tlatah Bocah bagaimana Pak?

G : Ya akrab mbak. Sangat dekat. Wes koyo tunggal e dewe. Njaluk tulung yo dibantuni mesti kuwi. Ora mesti ora (sudah seperti keluarga sendiri. Meminta bantuan juga pasti selalu dibantu). Misalkan sama-sama anggota Tlatah Bocah gitu ya mbak, terus ee kebutulan kok lagi butuh banyak bantuan tenaga misalkan ya kita pasti bantuin. Atau dalam hal lain sedang mengalami musibah gitu pasti tanpa banyak mikir kita pasti langsung kesana. Masalahnya ya itu tadi, masa sama keluarga sendiri mau cuek kan ya piye.

P : Kalau di Tlatah Bacah ada aturan khusus gitu pak?

(11)

P : Sudah ganti berapa kali perombakan struktur Pak?

G : Ya.. kalo pergantian struktur leih kepada...tataran ora resmi ngono lho (tidak resmi begitu ya). Ra resmi istilahe lebih ke iki ra apik lek diganti ngono ora (tidak resmi itu maksudnya lebih pada orang yang satu tidak bagus kemudian diganti itu tidak seperti itu). Santai sih mbak kalo soal struktur. Mungkin terutama posisi visual ya, itu ada kemungkinan selalu diganti setiap ada acara festival tiap tahun. Tapi nek kepengurusan ki gantine iki ora terus lek tanggal iki ganti ngono ora, cuma luwih neng suwe kok ra ketok yowes ganti ngono wae. Selain kuwi karna mungkin yowes we aku ganti wae ngono yo ono. (Tapi kalau kepengurusan orang ini sebagai pengganti orang ini di tanggal segini ganti tidak seperti itu, hanya lebih pada lama tidak pernah terlihat ya sudah di ganti yang ada. Selain itu karena mungkin aku di ganti saja seperti itu ya ada). Terumata lebih ke keuangan itu jarang sekali ada pergantian mbak. Soalnya uang itu kan riskan to, jadine ya udah percaya satu orang untuk mengelola ya itu aja.

P : Bagaimana dengan masyarakat lereng Gunung Merapi, Pak? Apakah Pak Gun sudah mengenali warga yang menjadi target komunikasi?

G : Lebih ke kenal masyarakat kampung itu. Oh ini warga Dusun Sumber, ini warga Dusun Tutup Ngisor. Ya kenal secara umum terutama sama beberapa kalangan dewasa. Misal Pak Kadus, warga dusun, pemuda, anak-anaknya beberapa tidak semuanya. Tapi kalo secara keadaan paham mbak, ya mudeng gitu lho. Óh dusun sini tu keadaannya begini latar belakangnya, yang dusun ini begini gitu. Kan masing-masing dusun berbeda. Kalo kita sedang main ke Dusun gitu juga ndak cuma main aja tapi juga tanya soal keadaan dusun bagaimana masyarakatnya nah kira-kira cocok apa tidak anak-anaknya untuk diajak berkesenian seperti itu.

P : Memang keadaan Dusun yang seperti apa yang diingikan dari Pak Gun?

G : Ya bukan dari aku tok ya mbak, tapi lebih untuk komunitas ini. Bisa ndak ya dusun A diajak berkesenian, diajak bertanggung jawab dalam artian menjalankan semua program. Kira-kira dusun ini cocoknya program yang mana dan warganya mau apa tidak kan begitu mbak.

P : Jadi bukan karena keadaan dari segi perekonomian masing-masing kampung ya Pak?

G : Kita ndak menilai dari segi ekonomi mbak. Menilai perekonomian masing-masing kampung sekarang susah mbak. Dibilang kaya ya ndak, dibilang miskin juga berkecukupan. Jadi bukan faktor itu yang kita pertimbangkan. Yang kita pikirkan kemampuan anak-anak dusun untuk mau berkesenian sama kita. Mereka punya bakat dan itu perlu untuk dikembangkan.

(12)

G : Hmmm media ya mbak? Aku juga bingung kalo suruh ngomong soal media, masalahnya memang kita ngga pakai media khusus mbak. Ya.. paling lebih langsung ke Pak Kadus, ke orang tuanya. Kadang kita yo ngasih undangan ke orang tua anak yang jadi anggota Tlatah Bocah lewat kumpulan dusun-dusun gitu sekalian ikut sosialisasi terus bersamaan dengan hal itu kita sekalian bagi formulir untuk pendataan calon penerimaa ayam gitu aja sih mbak, ndak ada media khusus gitu. Kadang kita juga woro-woro (pengumuman) lewat Pak Kadus nanti beliau yang meneruskan, waktune yo menyesuaikan mbak kadang sore kadang dino (hari) minggu. Yo ra mesti sak isone dusune ben kabeh berpartisipasi (tidak pasti, kapan bisanya dusun tersebut supaya semua berpartisipasi).

P : Adakah strategi khusus Pak untuk mejaring anak-anak lereng Gunung Merapi menjadi anggota Tlatah Bocah?

G : Ya paling ngajak “ayo cah podo dolanan neng kene, melu kesenian, jogat-joget ben awet budhoyone” (ayo anak-anak pada main kesini, ikut berkesenina, menari biar awet budayanya) gitu sih mbak. Itu juga anak-anak kadang ngajak temennya otomatis dan kami tidak memaksa. Tapi kalo strategi ngumpulke gitu ndak, wong nek wes ono pengumuman sesuk ono acara ngono mesti teko kok mbak (kalau setiap ada pengumuman besuk akan ada acara pasti akan datang berkumpul kok mbak). Kalo strategi mungkin lebih ke strategi piye carane ben bertahan program e kuwi (gimana caranya supaya program itu bertahan) idenya itu.

P : Tapi sampai sekarang program itu masih berjalan dengan baik Pak?

G : Ya masih, syukur alhamdulillah ijek (masih) bertahan cuma memang belum bagus sampai sekarang. Belum baguse tu ya karna kita merasa yang 15 dusun pertama itu lepas dari kontrol kita dari kendali kita karena mungkin waktu menyalurkan beasiswanya terlalu berdekatan. Bulan ini dusun ini, bulan ini dusun yang sana jadi ternyata itu juga menyulitkan kita untuk monitoring.

P : Bentuk keinginan masyarakat lereng Merapi akan program tersebut bagaimana Pak?

G : Ya banyak yang menanyakan mbak. Anakku kok raentuk (anakku kok tidak dapat ayamnya). Selalu ada mbak pertanyaan semacam itu.

P : Bagaimana cara Pak Gun mempengaruhi atau meyakinkan mereka tentang Beasiswa ayam?

(13)

P : Bagaimana cara pak Gun membangun kesadaran mereka untuk tetap merawat ayam pak?

G : Ya ayam itu kan kalo untuk di daerah sini sangat penting mbak keberadaannya. Selain memang ayam itu bagus untuk kesehatan, tradisi lokal sini kan kalo ritual selalu ada ayam, ingkung itu to. Dan itu pasti. Lha daripada tuku pitik neng pasar aben meh ono acara nopo ora ngingu dewe nek butuh sewayah-wayah isi njuku kandang kan ngono. Lha mumpung iki ono pitik ayo rumaten, dikembangbiake ben dadi keh supoyone nek butuh kuwi golekanne gampang. Kan ayam neng pasar regone wes piro, lha nek butuh jukuk kandang e dewe kan ora usah bayar, ucul duit mbak. Ya itu juga jadi salah satu faktor kita kenapa beasiswa ini ayam, kenapa bukan uang, ya karena ayam itu sangat penting untuk lingkungan Merapi, terkhusus dari ayam kita juga bisa ikut melestarikan tradisi lokal selain dengan berkesenian.

P : Apakah pernah Pak Gun mendapatkan penolakan dari masyarakat mengenai program beasiswa ini?

G : Hehehe... yo nek nolak langsung ngono rung tau yo mbak. Tapi mungkin sakjane ono seng nolak tapi ra penak wae nolak e, mungkin lho yo. Biasane nek do dikei yo iyo-iyo wae ra ketung gampanganne neng mburi ngko dibeleh ngono yo iso (kalau menolak secara langsung belum pernah mbak. Tapi mungkin sebenarnya ada yang mau menolak tadi tidak enak. Biasanya kalau dikasih ya diterima saja, ya meskipun mungkin setelah dikasih tanpa sepengetahuan dipotong untuk konsumsi gitu juga bisa).

P : Apa yang membuat Pak Gun memutuskan atau memilih dusun ini?

G : Ya.. karena kedekatan dengan masyarakat dusunnya mbak, dan aku menilai bahwa anak-anak dusun ini bisa diandalkan untuk berkesenian seperti itu. Ya mereka cocok dan mampu. Secara gampang kalo ada dusun yang kita tidak kenal masyarakatnya ya kita ndak mau lah ya karena nantinya yang susah kita sendiri. Ketika kita lagi ngorbrol gitu kalo orangnya ndak jelas ya pasti kita juga jadi males. Tapi kalo warganya jelas, udah punya hubungan baik sama kita, kita paham, ada hubungan emosi gitu kan memudahkan kita juga untuk mengembangkan program dan mengajak mereka berpartisipasi dalam kegiatan komunitas.

P : Bagaimana kriteria calon penerima Beasiswa Merapi pak?

(14)

tapi masa anak SMP mau diajak berbicara soal ayam kan kelihatannya lebih susah lagipula masih masanya mencari jatidiri)

P : Kenapa harus 7 kali dulu pak?

G : Ya sebener raono artian khusus mbak, mung yo itu sebagai penghargaan untuk mereka yang konsisten ikut melestarikan dan mengembangkan seni budaya. Ya ndak banyak aja yang bisa sampai berturut-turut itu. Nah, jeneng e bocah kan seneng nek dikei hadiah to mbak yo kuwi ben tambah semangat wae le berkesenian ben opo pemacune. Mbok o mung pitik yo hahaha dewek e nompone yo mbek nggya-nggyu, tapi yo seneng sajak e

P : Setelah pak Gun memberikan ayamnya, aksi apa yang diharapkan Pak Gun setelah mereka menerimanya?

G : Ya tentunya dipelihara dengan cara yang lebih baik, ora mung diculke ngono wae (tidak hanya di lepas begitu saja).

P : Bagaimana dengan hasil ayamnya Pak? Dinikmati sendiri atau bagaimana?

G : Hasil ayamnya dinikmati sendiri mbak biasanya. Kan itu kita beri sebagai beasiswa itu kan melatih mereka bertanggung jawab nah hasilnya silahkan dinikmati namun mereka berkesenian bersama kami begitu. Dulu ada yang cerita kalo hasil dari ayamnya bisa buat beli sepatu terus bisa buat tambah-tambah sangu sekolah.

P : Berarti hasilnya tidak ada yang dikirim ke komunitas ya Pak?

G : O endak mbak. Mereka ke komunitas memberikan kontribusi mereka aja sih untuk nguri-uri (melestarikan) seni tradisi lokal yang ada disini.

P : Nah untuk komunitas sendiri, seberapa sering Pak mengadakan rapat?

G : Oh kalo rapat tu ya ndak sering-sering banget. Lebih sering ke kumpul santai aja. Kalo rapat formal gitu biasanya kalo lagi mau ada acara besar seperti festival itu atau ada kemitraan yang mau berinteraksi dengan anak-anak gitu aja sih mbak. Ndak cuma acara sih tapi ada ide apa untuk kegiatan anak-anak selanjutnya biar anak-anak itu ndak bosen gimana carane dibuatke acara yang seru asik gitu mbak. Kalo sering-sering rapat yang mau dibahas apa kan bingung, wongyo punya urusan masing-masing. Kebetulan juga pengurus Tlatah Bocah itu aktif di kampungnya juga jadi ya kita menyesuaikan saja kalo mau mengadakan rapat.

P : Tlatah Bocah itu tepatnya sudah menggelar berapa kali Festival Seni Tradisi Pak?

G : Hmmm.. kalo dihitung besok September itu yang ke 11 mbak.

P : Itu acaranya ngapain aja sih Pak?

(15)

datangkan dusun-dusun yang memiliki kelompok kesenian untuk menampilkan kesenian mereka tapi juga ada acara yang lain biar seru, gayeng (akrab) gitu suasananya. Coba besok to mbak yang September main kesini, itu sekitar tanggal 9-10 kalo tidak ada perubahan, soalnya masih mau diobrolke lagi gitu.

P : Sampai Festival ke 11, dusun mana saja yang selalu ikut berpartisipasi pak?

G : Banyak sih mbak karena setiap festival kadang dusun ini ikut, festival berikutnya absen dulu karna kelompok komunitasnya sedang off gitu. Tapi yang sering ikut berturut-turut dari Dusun Sumber sini, Tutup Ngisor, Gowok Pos, Mbraman, Andong itu mereka ikut dari Festival pertama.

P : Kesenian yang ditampilkan masing-masing dusun berbeda Pak?

G : Iya mbak. Pasti itu biar variatif. Masing-masing dusun punya ciri khas seninya sendiri mbak meskipun jenis seninya sama tapi pengemasan dan jalan cerita yang disuguhkan pasti berbeda. Coba aja mbak besok dateng kesini ya.

P : Tempat diadakan Festival selalu sama atau berpindah juga pak?

G : Berpindah mbak. Termasuk tema festival juga selalu berubah. Supaya selalu ada peningkatan gitu ya mbak.

P : Bagaimana cara Pak Gun membangun kesadaran anak-anak Tlatah Bocah untuk berkesenian?

G : Ya memang kesadaran yang penting ya mbak. Ya paling aku bilang “yo podo-podo nguri-uri tradisine dewe ben ora ilang opo dijupuk wong” nah dari situ pasti juga mereka berpikir “oh iyo sopo meneh nak ora akdewe” Ya rasa memiliki tradisi itu memang harus selalu ditanamkan sih mbak supaya kepemilikan akan tradisi tidak pudar gitu. Selalu sebelum atau pas acara aku bilang gitu

P : Oh ya sudah Pak, mungkin cukup sudah datanya. Nanti kalau masih kurang saya boleh menghubungi pak Gun atau kesini lagi mungkin pak hehehe ...

G : Iya mbak boleh. Siap-siap, lak yo nduwe nomerku to telfon wae nek rung ono wektu mrene. Aku yo selo ok (kan punya nomer saya ya telfon saja kalau belum ada waktu untuk kesini. Saya juga senggang, ada waktu kok).

P : Oke baik Pak, Terima kasih Pak Gun.

(16)

Lampiran 3. Hasil Wawancara Dengan Pengurus Bagian Keuangan Komunitas Tlatah Bocah

Identitas Informan :

Nama : Sunantoro (Tanto)

Pekerjaan : Pengangguran

Usia : 28 tahun

Jabatan : Kepala Keuangan Komunitas Tlatah Bocah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber

Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017

Pukul : 12:10 – 13:00

P : Selamat siang mas, saya Andita. Saya disini ingin mencari data untuk keperluan skripsi saya yang berkaitan dengan Komunitas Tlatah Bocah. Kalau boleh tahu, masnya namanya siapa?

T : Sunantoro. Biasa dipanggil Tanto.

P : Mas Tanto asli dusun Sumber?

T : Iya. Rumahku bawah situ.

P : Sudah berapa lama tinggal di Dusun sini Mas?

T : Dah lama mbak. Dari aku lahir orang tuaku dah disini.

P : Berapa tahun Mas?

T : kalo aku 28 tahun.

P : Apakah mas Tanto tahu tentang Komunitas Tlatah Bocah?

T : Sedikit banyak tahu mbak.

P : Apa itu komunitas Tlatah Bocah Mas?

(17)

P : Mas Tanto ikut keanggotaan Komunitas Tlatah Bocah?

T : Hmmm.. aku pengurusnya mbak kebetulan. Aku megang bagian keuangan sama temenku satu, Purnomo namane.

P : Sudah berapa lama mas Tanto bergabung di pengurusan Komunitas Tlatah Bocah?

T : Aku gabung di komunitas ini udah dari tahun 2010 sampai sekarang mbak. Dulunya kan aku cuma ikut dikampung sini, tapi karena seneng bantu ya udah langsung masuk struktur.

P : Mas Tanto di bagian itu kerjaannya ngapain aja Mas?

T : Hmmm kalo keuangan lebih anu ya. Hmmm.. bukan keuangan yang ribet gitu, sederhana sih sebenernya. Ya mengelola uang gitu aja. Mengelola keluar masuknya yang buat acara Tlatah Bocah. Kalo biasanya keuangan kan bikin laporan ya, tapi kalo disini laporannya yang secara rinci gitu enggak, ya cuma laporan lisan. Misalkan terus ada pendapatan sekian, pengeluarannya sekian, buat apa aja, ya cuma laporan itu. Ada program ini terus dapetnya segini gitu.

P : Jadi bukan laporan yang resmi gitu ya mas? Seperti pemberitahuan aja gitu ya?

T : Iya mbak.

P : Tadi Mas Tanto bilang kalau dibagian keuangan ada 2 orang, berarti bukan hanya Mas Tanto ya yang megang uang?

T : Ya lihat situasi sih mbak. Kita saling bantu aja. Kalo aku ndak bisa ya Mas Purnomo yang pegang.

P : Berarti sudah 7 tahun ya Mas Tanto di posisi keuangan?

T : Iya mbak.

P : Selama 7 tahun masuk dalam struktur Tlatah Bocah, pernah ada pergantian pengurus Mas?

T : Hmm.. kalau bagian keuangan terakhir di posisi aku sama Mas Purnomo mbak. Tapi kalo posisi bagian lain pernah ada pergantian tapi pergantiannya juga disesuaikan sama kondisi.

P : Maksud disesuaikan sama kondisi Mas?

T : Ya semisal bagian ekonomi, sekarang kan ada bambang mbak panggilannya Bagor, nah kalo yang lalu itu kan dipegang sama siapa gitu aku lupa namanya dari dusun sana mbak. Itu diganti karena dia dapet kerjaan diluar daerah sini jadi ndak mungkin kalo tidak diganti.

(18)

T : Kalau keuangan tetap, tapi kalo posisi yang lain terakhir bagian itu yang diganti.

P : Mas Tanto tahu sejarah berdirinya Tlatah Bocah?

T : Hahaha.. kalo sejarah pastinya aku ndak begitu tahu ceritanya ya mbak. Masalahnya dulu pas komunitas ini berdiri aku cuma orang yang datang terus ngilang gitu mbak. Dulu cuma tahu beberapa temenku suka main ke Rumah Pelangi, kan dulu namane itu mbak. Mereka suka baca-baca disini. Tempate jauh sama rumahku mbak jadi aku males. Tapi pas di dusun sini juga gabung ya aku bantu-bantu gitu. Bantu ya bantu tapi ndak terusan. Yang aku tahu cuma Tlatah Bocah itu komunitas yang suka bikin acara buat jadi tempat dusun-dusun lain pamer seni versi mereka gitu sih mbak. Sama ada program juga.

P : Siapa yang mendirikan Tlatah Bocah Mas?

T : Pak Gun sama Mas Gambir kalo yang aku tahu. Penggagasnya dua orang itu.

P : Tadi Mas Tanto bilang ada program, nah program apa aja yang ada di Tlatah Bocah?

T : Ada kesenian sama ekonomi kreatif mbak, terus ada beasiswa juga tapi bukan berupa uang. Kalo keseniannya itu ya seni yang ada disini mbak, tari-tarian, ritual adat gitu. Kalo ekonomi kreatif Tlatah Bocah itu punya bisnis sablon tapi sekarang lagi nggak nyablon soal e gak ada orderan hahaha...

P : Kalau yang beasiswa tadi seperti apa Mas kan katanya tidak berupa uang?

T : Oh iyaa, lupa. Beasiswa versi Tlatah Bocah itu berupa ayam mbak.

P : Ayam?

T : Iya mbak. Jadi kita kasih ayam ke anak-anak dusun anggota Tlatah Bocah gitu.

P : Kenapa ayam mas?

T : Ya menurut kita ayam itu sangat penting buat masyarakat sini mbak. Apalagi untuk ritual adat itu pasti ayam, ingkung tu mbak namanya. Nah daripada mereka butuh ayam terus beli makannya kita manfaatkan aja ayam untuk dikasih ke meraka. Kalo uang juga ndak mungkin mbak. Soalnya kita aja juga susah cari duit (uang) buat acara.

P : Terus dapat ayamnya darimana Mas?

(19)

P : Sampai sekarang masih berjalan Mas Program beasiswa itu?

T : Terakhir tahun kemarin mbak, 2016. Itu di dusun Gowok Pos sebelah sana atas.

P : Tanggapan masyarakat tentang beasiswa ayam itu gimana mas?

T : Hmmm ya seneng sih mbak.

P : Menurut Mas Tanto beasiswa ayam itu bagaimana?

T : Kalo dari aku sih secara program itu bagus, artinya program beasiswa ayam itu kan unik, secara tidak langsung mengajarkan anak untuk tanggung jawab. Ya walaupun cuma ayam kalo dikelola dengan baik kan bisa menghasilkan juga. Terus plus-minusnya masih ada sih. Eeee... temen-temen pengurus itu yang kurang untuk mengontrol. Itu yang jadi kendala setiap kali kita ingin mendata. Susah dan belum maksimal gitu lho mbak. Karna kan untuk kegiatan ini sama sekali kegiatan sosial, maksudnya tidak ada fee dari kegiatan lain, sementara kita juga masih ada kegiatan yang lain dikampungnya sendiri atau kegiatan dengan orang lain belum nanti ee... kegiatan pribadi. Ya mungkin itu, karena kita kan juga cuma beberapa orang saja tapi kan kegiatannya tu kan banyak jadi agak kesusahan.

P : Sejauh ini kalau susah dalam pendataan terus bagaimana Mas?

T : Ya kita tetap mendata tapi dengan menerima laporan dari masing-masing individu aja mbak.

P : Kriteria penerima beasiswa ayam itu seperti apa Mas?

T : Anak-anak anggota Tlatah Bocah yang masih sekolah mbak sekitar kelas 4-6 SD yang sudah ikut festival sebanyak 7 festival berturut-turut.

P : Awalnya bagaimana Mas mau bagi-bagi ayam ke dusun-dusun? Bisa diceritakan.

T : Ya kita misalnya mau kasih ke dusun A, sebelumnya kita udah main dulu ke dusun A jauh-jauh hari. Mungkin misalkan setahun, setahun yang lalu pendekatan gitu. Itu kan juga lihat keadaan kondisinya seperti apa, misalkan kalo masyarakatnya enak terus pemudanya srawung (akrab) gampang diajak kerjasama gitu bisa diajak untuk berkesenian juga gitu. Kalo misalkan sulit kan kita juga yang repot. Istilahnya ya seperti timbal balik gitu lho untuk ikut berkesenian sama kita gitu.

P : Cara menyebarkan berita kalau mau ada pembagian ayamnya bagaimana Mas?

(20)

keliling kampung bawa toa gitu mbak berenti digang-gang “yo cah, sesok podo kumpul neng bale warga, ono pitik grates sopo seng gelem, seng podo pinter bocah sekolah ayoo melu kabeh” (ayo anak-anak, besok pada berkumpul di balai warga akan ada pembagian ayam gratis siapa yang mau, anak sekolah yang pinter-pinter mari ikutan)

P : Cara pendekatannya seperti apa Mas?

T : Ya biasanya kami pengurus inti gitu dateng ke rumah pak Kadus misal dusun Gowok Pos misalnya ya bilang “pak niki rencang-rencang Tlatah Bocah ajeng nganakke program beasiswa merapi teng dusun mriki kagem adik-adik kang saget lan mpun nderek kesenian teng mriki. Acaranipun rencanane tanggal sementen kanggonanne teng mriki, menowo bapak saget mbantuni woro-woro teng wargo Gowok Pos” gitu mbak.

P : Terus ketika sampai harinya pembagian langsung pada berebut gitu mas?

T : Iya mbak, kan pada antusias gitu ya mereka. “aku mas aku, aku gelem pitik e seng werno iki” (saya mas saya, saya mau ayam yang warna ini) begitu mbak. Dan ramai sekali itu suasanya. Seru mbak.

P : Kalau sekarang anggota Komunitas Tlatah Bocah sudah berapa banyak Mas?

T : Wahh mbak, kalau berapa banyak anggota aku ndak tahu ek mbak. Soalnya aku gak pernah bawa data jumlah anggota. Mungkin tanya ke Pak Gun langsung aja yang lebih tahu data pastinya.

P : Di Komunitas Tlatah Bocah ini anggotanya banyak anak-anak atau remaja mas?

T : Banyak anak-anaknya sih mbak, kan menurut kita anak-anak lebih bisa diajak. Mereka masih suka bermain jadi lebih mudah kalau ngajak buat berkesenian apalagi mereka itu suka tarian adat gitu mbak. Seneng banget malahan kalo pas gak ada acara latihan suka nanyain kapan latihan mas gitu.

P : Kira-kira yang ikut itu latar belakangnya darimana saja Mas?

T : Ada anak SD, yang masih sekolah gitu. Ada juga yang belum sekolah. Macem-macem mbak hehehehe ....

P : Kalau untuk anak remaja, itu gimana Mas ngajaknya?

T : Kalau udah remaja susah ya mbak, harus ditawarin dulu gitu. Kan mungkin mereka juga punya kesibukan sendiri. Masih mau ngikuti maunya sendiri. Kalo anak-anak masih gampang sih.

P : Mas Tanto dulu berminat ikut berpartisipasi bantu-bantu jadi pengurus Tlatah Bocah karena apa?

(21)

juga ya mbak kalo misal tetangga ada hajatan terus akunya diem ndak bantu kan ya piye gitu mbak hahaha... kalo pemuda sini juga emang semua sukanya bantu mbak ndak cuma aku aja sih hehehe hampir semua pemuda kalo disini begitu. Ya masih akrab aja suasana pedesaanya hahaha ...

P : Mas untuk waktu dekat ini Komunitas Tlatah Bocah ada acara Mas?

T : Kalo yang kemarin habis workshop sih mbak. Tapi kalo yang akan datang nanti bulan September acara andalan Komunitas Tlatah Bocah mbak, tanggalnya masih mau dirapatkan lagi biar semua bisa berpastisipasi.

P : Itu acara Festival itu Mas?

T : Iya mbak.

P : Ini festival ke berapa Mas?

T : Sek-sek mbak tak ngitung sek (sebentar mbak aku menghitung dulu), festival besok itu festival ke 11 mbak.

P : Itu acaranya ngapain aja Mas?

T : Acaranya ya menunjukkan kesenian masing-masing dusun mbak. Itu sampai malam kok mbak acaranya. Terus juga ada yang lain. Seru mbak dan setiap tahunnya seni yang ditampilkan juga beda-beda jadi kita yang nonton juga seneng aja. Terhibur dan bisa kenal banyak kesenian. Temen-temen yang hadir juga gak cuma dari warga sekitar tapi dari luar kota dan mitra kerja juga kita undang mbak biar makin rame. Makin malam makin akrab jadi seru.

P : Dusun yang sering ikut Festival ini mana aja Mas?

T : Banyak mbak, sini Dusun Sumber, Gumuk, Tontro, Andong, Tutup Ngisor, Sengi, Gowok Pos, Klangka, Sambak. Itu juga tergabung di Tlatah Bocah. Kalo dihitung kepala banyak banget mbak hahaha itu masih ada yang ndak kesebut kayaknya.

P : Tempat diadakan Festival selalu sama atau berpindah Mas?

T : Pindah mbak, biar ndak bosen hahaha

P : Terus untuk acara itu, siapa yang mencari tambahan dana Mas?

T : Kalo untuk program biasanya pengurus cari sendiri, tapi untuk acara Festival ya kita kerjasama sama masing-masing dusun yang gabung. Kan itu acara bareng jadi ya sumber dana ditanggung bareng. Mereka juga paham jadi ndak keberatan gitu mbak.

P : Di Komunitas ada rapat atau pertemuan rutin gitu Mas?

T : Ada mbak.

(22)

T : Ya kita pengurus dah pasti ya mbak hahaha terus sama perwakilan masing-masing dusun itu mbak.

P : Apa saja yang dibahas Mas?

T : Hmm.. yang dibahas ya banyak mbak haha.. ya kadang bahas kegiatan yang akan dilakukan untuk Komunitas terus persiapan Festival ini terus misalkan ada ini ee.... ada peluang untuk kerjasama dengan pihak lain ya mitra kerja gitu terus misalkan ada temen-temen komunitas yang ingin berkegiatan misalkan mau kasih workshop atau apa gitu kita nampung dan dibahas di rapat. Kadang bahas masalah juga cari jalan keluar bersama banyak mbak hehehe ..

P : Tapi kalau diluar rapat tetap ngobrol gitu Mas?

T : Iya dong mbak. Kita selalu ngobrol gitu. Kan disini selalu bantu membantu otomatis ya banyak waktu untuk ngobrol, bercanda gitu mbak.

P : Menurut mas Tanto pak Gun itu orangya seperti apa sih?

T : Pak Gun itu orangnya piye ya.. hmmm.. santai sih mbak dia. Tapi emang disiplin gitu. Penuh dengan pemikiran hahaha .. ya dibandingkan sama kita tu pendidikan Pak Gun lebih tinggi mbak. Sebenernya dia bisa saja cari pekerjaan yang layak buat dia, tapi dia terlalu cinta mungkin ya dengan keadaan seperti ini jadinya dia ingin bantu keadaan disini biar lebih baik lagi gitu mbak hahhaa

P : Terimakasih Mas Tanto untuk waktunya boleh melakukan wawancara.

T : Iya mbak sama-sama, nanti kalo masih ada yang kurang langsung tanya aja ndak apa-apa.

(23)

Lampiran 4. Hasil Wawancara Dengan Pengurus Bagian Pelaksana Program Komunitas Tlatah Bocah

Identitas Informan :

Nama : Setiyoko

Pekerjaan : Pengangguran

Usia : 29 tahun

Jabatan : Pelaksana Program Komunitas Tlatah Bocah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo, Desa Sumber

Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017

Pukul : 13:45 – 14:55

P : Selamat siang, nama saya Andita mas. Saya disini mencari data untuk skripsi saya. Kalo boleh tahu dengan mas siapa ini?

S : Saya Setiyoko mbak. Temen-temen panggil Mastur mbak, tapi orang kenal Yoko. Mbak dita darimana?

P : Saya dari Salatiga Mas. Dari UKSW. Mas Yoko asli daerah sini?

S : Saya dusun sebelah mbak, tapi seringnya main daerah sini.

P : Tapi dari kecil udah tinggal di Lereng Gunung Merapi sini mas?

S : Iya mbak.

P : Sudah berapa lama Mas Yoko tinggal disini?

S : kira-kira 29 tahun mbak saya dari kecil hidup di desa hehehe

P : Mas Yoko ikut komunitas Tlatah Bocah dari tahun berapa Mas?

S : Aku udah ikut dari tahun 2007 mbak, pas acara Festival pertama kali.

P : Mas Yoko di Tlatah Bocah masuk struktur?

S : Iya mbak.

P : Bagian apa Mas?

S : Aku pelaksana program mbak.

P : Itu tugasnya ngapain aja Mas?

(24)

pelaksana program melaksanakan program yang sudah ada hehehe.. ketika.. hmm.. lebih kedalam, dalam komunitas. Kalo perngadaan program saya pasti selalu sama Pak Gun kita berunding gitu sebelum dibawa ke rapat. Terus ketika misalnya program yang Festival itu mbak kan kita di Tlatah Bocah punya banyak program yang tergabung komunitas dusun itu, sekitar 10-an dusun, ya itu gimana kita juga harus selalu komunikasi ke mereka apa aja sih program kita selanjutnya, program yang akan kita bawakan, terus bagaimana pengadaannya, bagaimana teknis pelaksanaanya, bagaimana tentang anak-anaknya. Secara pengadaan memang kita melakukan bersama-sama bukan hanya kami dalam artian inti Tlatah Bocah yang ada di Muntilan aja ya mbak. Kita juga harus selalu mengadakan pertemuan untuk berdiskusi demi jalannya program.

P : Dalam struktur hanya Mas Yoko sendiri?

S : Iya mbak. Kalo dalam struktur saya sendiri tapi aksinya dilapangan pasti banyak yang bantu mbak hehehe ..

P : Menurut Mas Yoko, Komunitas Tlatah Bocah itu seperti apa sih?

S : Komunitas tidak berbayar mbak hehehe.. hmmm apa ya mbak? Ya komunitas yang peduli tradisi seni lokal mbak. Karena di komunitas ini hampir semua yang ditampilkan mengenai seni lokal setempat dimana yang memainkan atau turut serta melestarikan selain orang dewasa juga anak-anak mbak. Komunitas ini selalu melibatkan anak-anak-anak-anak dalam sebuah perhelatan atau hajatan seni supaya anak-anak juga bisa mengembangkan jiwa seni mereka yang sudah dimiliki sejak dini. Mewadahi mereka gitu mbak khususnya di Lereng Gunung Merapi. Selain itu misalkan ada permasalahan atau kendala yang ada dipertemuan komunitas juga diwadahi untuk sharing. Setiap kampung kan beda-beda karakternya.

P : Banyak Mas yang menjadi anggota Tlatah Bocah?

S : Banyak mbak. Setiap acara selalu banyak yang datang baik yang anggota atau sekedar penonton. Pasti banyak.

P : Kira-kira anggotanya berapa tu Mas?

S : Waduhhh kalo nominal aku kurang tahu ya mbak. Terakhir pendataan saya ada sekitar 300 anak mbak.

P : Data tahun berapa tu mas?

S : Festival Seni tahun kemarin mbak.

P : Ada kesulitan mas membentuk komunitas Tlatah Bocah?

(25)

piye lagian aku juga punya adek itu kalo main yang gak berguna aku juga kurang setuju. Makannya ada komunitas ini adekku juga tak suruh ikut mbak.

P : Bagaimana respon masyarakat tentang adanya komunitas Tlatah Bocah?

S : Ya kalo yang namanya respon masyarakat jelas ada pro dan kontra. Tapi sejauh ini mereka sangat antusias mengikuti beberapa program yang dibawakan Tlatah Bocah. Kan mereka juga turut berpartisipasi dengan kemampuan yang mereka miliki. Kalau suara sumbang itu juga pasti ada tapi bagaimana kita membuktikan lewat tindakan gitu. Pembuktian paling efektif emang lewat tindakan kalo suara sumbang dibales dengan omongan ya percuma. Kan program kita dikatakan berhasil atau tidak itu ketika kita sudah melaksanakan. Tetapi sampai detik ini masih baik-baik aja. Sangat baik malahan hehehe

P : Mas Yoko dulu berminat ikut berpartisipasi jadi pengurus Tlatah Bocah karena apa mas?

S : Hmmm ya apa ya mbak? Murni pengen ikut kegiatan sosial aja sih mbak. Aku kan juga bukan pegawai kantoran, kerjaku ya serabutan gitu mbak kadang di kota kadang disini kalo lagi nggk ada kerjaan daripada dirumah bingung mending ya ikut kegiatan sosial begini. Dikampungku juga ada sendiri. Ya emang disini tidak dibayar tapi ya seneng aja bantu-bantu. Ini juga nggk ada paksaan dari pihak manapun sih mbak aku beneran pengen ya karena aku sendiri.

P : Sebagai Pelaksana program, ada program apa aja Mas yang udah dilaksanakan?

S : Kalo program banyak sih mbak. Program yang sifatnya sekali terus berganti juga ada seperti workshop, penyuluhan atau sekedar main sore ke dusun-dusun gitu. Kalo program tahunan ya festival itu, srawung gunung. Program inti Tlatah Bocah juga ada Beasiswa Merapi terus Bolo dewe.

P : Saya sedang meniliti tentang program Beasiswa Merapi Mas, menurut Mas Yoko program itu bagaimana Mas?

S : Buat aku ya mbak? Hmmmm.. memang bagus ya ketika beasiswa ayam itu dilaksanakan. Kapan lagi mbak beasiswa berupa ayam, pasti baru denger kan mbak? Hehehe... sebenernya inti dari beasiswa ayam itu sendiri kan melatih kemandirian anak-anak untuk merawat makhluk hidup. Selain itu juga mengajak mereka berorganisasi kan mereka diberi dibawah naungan komunitas sehingga mereka akan berlatih berorganisasi apabila mereka berkumpul bersama kami.

P : Terus ayamnya itu dapetnya darimana Mas?

(26)

berdonasi ayam untuk anak Lereng Merapi misalkan gitu nanti di status itu kita kasih nomor rekening punyanya Tlatah Bocah nanti mereka bisa mengirimkan bantuan dananya. Ya teknologi udah berkembang kan mbak, untuk menjangkau mitra kerja sekarang juga dipermudah. Tapi kalau disini masih susah warganya mbak yang memakai teknologi canggih, paling juga anak mudanya hahaha

P : Kapan program Beasiswa Ayam itu dilaksanakan Mas?

S : Tahun kemarin mbak, bulannya aku lupa.

P : Ada strategi khusus untuk melaksanakan program itu mas?

S : Enggak ada sih mbak. Paling kita memperhitungkan dusun mana yang akan kita jangkau selanjutnya.

P : Kenapa begitu mas?

S : Ya komunitas ini kan punya keinginan untuk mengajak anak-anak selalu berkesenian gitu kan mbak. Ya melestarikan seni tradisi yang ada disini. Nah, makannya kita juga mencari dusun yang sekiranya anak-anaknya mau untuk diajak berkesenian gitu. Selain anak-anaknya juga kedekatan kita dengan warga dusunnya menjadi faktor penting. Biar kita selalu bisa berdiskusi untuk program kita selanjutnya gitu mbak. Ya kita membangun kesadaran mereka bahwa anak-anak itu memang perlu untuk diajak berkesenian gitu mbak.

P : Media yang digunakan untuk menyebarkan berita pembagian ayam ke dusun-dusun seperti apa mas?

S : Kalo dari kita sih langsung dateng ya ke Kadusnya, cerita aja gitu tapi sekali lagi kita memilih dusun yang memang kita akrab supaya kita juga tidak kesulitan dan mereka juga enak berinteraksi dengan kita. Setelahnya Kadus yang membuat pengumuman didusunnya, kadang masing-masing dusun beda caranya sih mbak. Kalo ditempatku lewat undangan terus dianterin kerumah gitu. Yang nganterin orang kepercayaan pak Kadus atau yang biasa dimintai tolong di dusun mbak. Tapi lebih efektif kalo kita pakai pengeras suara langsung diumumin giti. Kenapa? Masalahnya orang-orang sini kan ya maaf mungkin ketertarikan untuk membaca sedikit apalagi kadang ada juga yang mungkin tidak bisa membaca dengan latar belakang yang berbeda masing-masing orang kemampuannya. Jadi lebih enak kalo disiarke.

P : Isi undangannya seperti apa mas?

S : Ya standart sih mbak, seperti undangan pemberitahuan biasa gitu. Ada tanggal, hari, tempat, keperluan begitu.

(27)

S : Biasanya kalo udah ada halo-halo lewat masjid langsung satu-satu dateng. Seng antusias dateng itu langsung teriak-teriak sendiri “woi ayo neng bale warga njukuk pitikí” (woi ayo kita ke balai warga ambil ayam) gitu mbak sambila mereka lari-lari.

P : Berarti mereka sudah menunggu-nunggu ya Mas?

S : Iya mbak, kadang kita belum datang aja mereka sudah berkumpul di balai warga dusun setempat mbak. Tapi kita tetap kasih pemberitahuan lagi sih mbak biar warga yang masih dirumah ikutan berpartisipasi.

P : Ramai mas kalau pembagian ayam begitu?

S : Iya mbak, sangat ramai. Kan pada seneng mbak. Tapi juga ada yang takut sama ayam tapi minta ayam hahaha lucu-lucu mbak. Mesti ono cerito ngono ki mbak aben dusun (selalu ada cerita begitu mbak setiap dusun). Antusias mbak warganya jadi kita yang ngadain program juga seneng.

P : Dalam waktu dekat ini apa ada acara mas?

S : Kalo yang besok ini habis adik-adik pada tes mau ada workshop tentang kandang ayam mbak, pemuda dari dusun sengi mau ngadain acara itu tapi tanggalnya belum tahu karena kita belum dapet info dari adik-adik. Tapi kalo yang akan datang, acara yang paling besar ya Festival tahunan itu besok bulan September mbak.

P : Itu Festival Tlatah Bocah itu mas?

S : Iya mbak. Itu acara yang ditunggu-tunggu pasti sama seluruh anggota Tlatah Bocah. Tak terkecuali para mitra sama orang-orang diluar Tlatah Bocah yang selalu ikut berpartisipasi acara itu.

P : Selalu ramai mas acaranya?

S : Iya mbak. Dan kita kan berganti tempat jadi orang-orang yang dateng juga bertambah banyak pasti. Soalnya kan kadang kita juga menginfokan ke sanak saudara kita terus mereka tertarik dateng ya udah gabung aja gitu. Gratis acaranya tapi bisa nampilin banyak kesenian dari dusun-dusun di Lereng Gunung Merapi.

P : Untuk program itu, pengumpulan dananya seperti apa mas?

S : Ya kita tetap membuka donasi seperti beasiswa ayam, biasanya baju yang masih layak pakai tapi emang udah ndak dipakai lagi sama yang punya terus kita jual hasilnya buat tambah-tambah. Terus ada juga usaha dana lewat pemesanan baju, jadi kita jual baju dengan design tentang Tlatah Bocah nanti untung dari penjualan kita masukkan ke kas gitu. Tapi bisa sampai ke 11 kali itu kan berarti selalu ada bantuan mbak. Ya syukur, puji Tuhan banyak yang bantu.

(28)

S : Iya mbak. Karena kita kan selalu ingin ada yang beda gitu mbak setiap festival. Aku sama Pak Gun pengen ada yang bisa ditingkatkan, ya evaluasi dari festival tahun lalu gitu mbak. Tapi pasti semua inti Tlatah Bocah juga ingin ada yang baru gitu mbak.

P : Sering mas rapat gitu?

S : Rapat rutin gitu?

P : iya mas.

S : Kalo rutin tiap bulan gitu enggak sih mbak. Tapi kalo ngumpul pasti. Misal lagi ngepasi ngumpul di rumah Pak Gun gitu ya udah bahas apa saja tapi itu bukan rapat. Kalo rapat biasanya pas kita mau sosialisasi program kan itu juga mengundang anggota komunitas Tlatah Bocah juga mbak. Jadi kita memaparkan gitu terus terima masukan dari mereka.

P : Sosialisasinya seperti apa mas?

S : Ya paling pemberitahuan, kita akan ada kegiatan ini, kira-kira cocoknya dikemas seperti apa terus proses pendanaannya enaknya bagaimana mohon bantuan ide dan kritik untuk program kita begitu sih mbak hehe

P : Dari dusun-dusun yang diundang selalu datang mas?

S : Iya mbak. Kalau kebetulan yang biasa dateng berhalangan juga ada yang mewakilkan. Kalo ndak ada yang mewakilkan biasanya kalo pas kita ketemu dijalan gitu kita kasih tahu hasil rapatnya. Bahkan kadang malah mereka yang memiliki inisiatif nanya ke kita duluan.

P : Menurut Mas Yoko, pak Gun itu sosoknya bagaimana?

S : Memiliki jiwa sosial yang tinggi mbak. Untuk hal kecil begini dia selalu memberi perhatian lebih padahal sebenernya dia mampu dan bisa bekerja di ladang yang lain. Tapi dia merelakan banyak waktunya untu memikirkan anak-anak lereng Merapi. Dan kebetulan dia orangnya pandai menjalin relasi jadi banyak mbak jaringan kita keluar, dekat sekali dengan masyarakat juga iya. Dia itu senang sekali berkecimpung di kegiatan sosial. Bijaksana juga mbak dalam menyelesaikan kendala yang khususnya ada di Tlatah Bocah.

P : Berarti Pak Gun sangat berperan ya mas?

(29)

P : Terimakasih Mas Yoko untuk waktu dan kesempatannya bisa melakukan wawancara.

S : Iya mbak sama-sama kalau masih ada yang kurang bisa via telephone mbak.

(30)

Lampiran 5. Hasil Wawancara Dengan Anggota Komunitas Tlatah Bocah dari Dusun Gowok Pos

Identitas Informan :

Nama : Ibnu Sadewa

Pekerjaan : Pelajar

Usia : 15 tahun

Jabatan : Anggota Komunitas Tlatah Bocah dusun Gowok Pos

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Taman Gowok Pos

Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017

Pukul : 16:25 – 17:10

P : Halo, selamat siang dek, maaf mengganggu waktunya bermain. Saya Andita dari Salatiga, kalo boleh tahu namanya siapa?

I : Aku Ibnu mbak.

P : Lengkapnya dek?

I : Ibnu Sadewa.

P : Oh, jadi begini aku mau nanya-nanya sama dek Ibnu tentang Tlatah Bocah gitu.

I : Ya mbak boleh

P : Ibnu sekarang umurnya berapa?

I : 15 tahun mbak

P : Ibnu asli daerah Gowok Pos? Apa lagi main aja kesini?

I : Iya mbak aku asli sini.

P : Ibnu tahu kalo dusun ini ikut keanggotaan komunitas Tlatah Bocah?

I : Iya mbak, aku tahu.

P : Sejak kapan kamu tahu?

I : Hmmm pas aku umur 6 tahun kayaknya mbak.

P : Ibnu tahunya darimana?

(31)

P : Mas siapa dek namanya?

I : Mas Yoko sama Mas Pur

P : Kamu diajak ikut gitu?

I : Iya mbak. Sering diajak liat acara juga jadi ikut.

P : Kenapa kamu mau masuk jadi anggota komunitas Tlatah Bocah dari dusun Gowok Pos?

I : Ya gakpapa mbak hehehe seneng aja temennya banyak ok. Kepengen kalo liat mas-mas yang dulu latian terus temen-temen dari dusun lain gitu mbak

P : Dulu waktu kamu masuk Tlatah Bocah juga bawa temen-temen?

I : Iya mbak ada beberapa temenku seng tak ajak. Beberapa ada seng masih ikut, beberapa ada seng ndak.

P : Lho kenapa udah ndak ikut dek?

I : Yo ketoke males yak’e mbak. Tapi mbohdeng hehe

P : Lha kamu ndak tanya dek sama temenmu itu?

I : Udah lama ndak kelihatan ok mbak.

P : Gimana dek kamu ngajak temenmu dulu?

I : Yo he ayo melu dolanan, joget reog bareng ngono Imbak

P : Belajar apa aja dek di komunitas Tlatah Bocah?

I : Ya tarian gitu terus bikin barang-barang dari gabah, yo seng kreatif ngonolah mbak hehehe

P : Ibnu pernah bikin apa aja?

I : Anu mbak, lampu seko jerami mbak. Pas kuwi ada seng ngajari dari mas-mas kuliahan gitu.

P : Orang tua pernah melarang kamu ikut komunitas Tlatah Bocah dek?

I : Endak mbak. Boleh ok. Malah aku dimarahi nek ndak ikut.

P : Marahnya gimana?

I : Yo kono lho nu melu dolan ra neng omah wae, mbok seng grapyak mbe koncone

P : Oh malah disuruh ya dek, berarti orang tua seneng ya kalo Ibnu ikut kegiatan Tlatah Bocah?

I : Iya mbak.

(32)

I : Ya lumayan mbak. Kita juga main sama adek-adek dibawahe kita ndakpapa mbak.

P : Main apa dek biasanya sama temen-temen?

I : Main debog (pelepah pisang) mbak dibuat motoran gitu nanti glender dari sana sampe sini trus main air di kolam sana.

P : Ibnu ndak dicariin orang tua?

I : Ndak mbak. Udah bilang dulu

P : Kamu sama temen-temen sering kumpul disini dek kalo siang?

I : Iya mbak, kadang aku pulang sekolah kesini sek, ngadem haha

P : Keseruan ikut Tlatah Bocah apa dek?

I : Hmmm ya bisa kenal banyak temen0temen dari lain dusun mbak. Kan banyak dusun yang ikut terus mesti ketemu beda orang gitu. Seru wae pokok’e mbak.

P : Suka bercanda gitu ya?

I : Gojek? Ho’o mbak. Kan mesti crito-crito to mbak nekdolan neng dusune wong ki terus sesok nek di bahas meneh ijek lucu ngunu hahaha

P : Berarti sesama anggota Tlatah Bocah akrab terus ya dek?

I : Iyo’i mbak’e. Asyik mbak

P : Di komunitas Tlatah Bocah udah ikut acara apa aja?

I : Ya Festival itu terus kalo ngisi kesenian di dusun lain gitu mbak

P : Kamu tahu di Tlatah Bocah ada Beasiswa berupa ayam itu dek?

I : Iya tahu aku mbak hehe

P : Kamu pernah dapat ayam itu?

I : Pernah mbak. Ke ayam e ijek di rumah.

P : Kamu ngerawat sendiri?

I : Hehehe ya tak rawat mbak tapi dibantu sama ibuk mbak. Kalo bapak bikinke kandang tapi kadang aku juga ngasih makan kalo pagi/sore

P : Udah banyak telur ayamnya dek?

I : Iya mbak, pas kae manak 4 ayame terus saiki aku punya 6

P : Telur ayamnya kamu jual apa dimakan buat keluarga dek?

(33)

P : Dulu Pak Gun ngasih ayamnya gimana?

I : Ya pas itu banyak temen-temen juga mbak dikasih sama Pak Gun terus yo iki pitike dikembangbiakke cah sopo reti berguna nggo sekolahmu

P : Dimana itu dek pembagian ayamnya?

I : Dirumahe Mas Bambang mbak, situ kan pelataranne gede jadi pada ngumpul disitu

P : Kamu tahu dari mana dek kalau mau ada pembagian ayam?

I : Dari ibuk mbak

P : Ibu bilang gimana?

I : Le sesok neng omah e de bambang ono bagi pitik seko Pak Gun kowe kedaftar teko yo gitu si mbak haha

P : Ibu cerita ngga tahu pengumumannya dari mana?

I : Ada undangan sih mbak dari Pak Kadus terus juga diumumin di Masjid

P : Pas hari pembagian kamu langsung kesana dek?

I : Iya to mbak. Kalo udah ada pengumuman lagi dari masjid langsung pada kumpul anak-anak yang terdaftar. Biasane datenge yo mbek orang tuane terus bengok-bengok “we wee rene kumpul ayo neng omah e Bambang” termasuk ibuku hehehe

P : Oh hehe seneng nggak dapet ayam?

I : Ya seneng banget mbak. Pas dulu masih seneng banget kalo dikasih barang.

P : Kamu tahu ndak alasan kenapa Pak Gun kasih ayam ke kamu?

I : Kalo dulu seng pertama itu emang dusunku biar ikut kesenian mbak. Kan dusunku ada kelompok seni. Terus yo temen-temen ben semangat dikasih ayam. Mbiyen aku malesan mbak yo mung mergo bapak mbe mas-mas wae yo kepengen tapi kadang yo moh terus dihadiahi ayam lek ikut lagi sampe sekarang. Lek aku dapet meneh soale aku dah ikut Festival 7 tahun berturut-turut mbak

P : Ikut kegiatan nya atau Festival?

I : Ya semua. Festival juga iya

P : Kalo acara Festival gitu ramai dek?

I : Iya mbak, rame banget. Itu acarane sampe malem ok mbak

(34)

I : Ada mbak tapi aku belum tahu kapan. Ini aku juga udah disuruh latian ok mbak sama bapakku sama temen-temen dusunku.

P : Latihannya dimana dek?

I : Ndak tahu mbak nek seng besok hehehe tapi biasane di bale warga malem gitu bar sinau

P : Ada pelatihnya?

I : Ada mbak

P : Pelatihnya namanya siapa?

I : Pak Lan mbak

P : Itu orang dusun Gowok Pos?

I : Iya bapake temenku ok emang dia guru seni

P : Menurut Ibnu, Pak Gun itu orangnya gimana dek?

I : Ya perhatian mbak orange hmmm baik. Temen-temen yo betah ngobrol sama Pak Gun. Gakpernah marah terus sukae bercanda. Suka cerita apa seng akdewendak tahu.

P : Kalo pengurus yang lain dek?

I : Seru mbak, lucu mesti nek do crito. Kadang ono seng bikin ngakak. Perhatian juga yoan mbak. Rela menolong haha

P : Oh ya sudah Ibnu, terima kasih untuk waktunya ya.

(35)

Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Anggota Komunitas Tlatah Bocah dari Dusun Sumber

Identitas Informan :

Nama : Ari Setya

Pekerjaan : Pelajar

Usia : 14 tahun

Jabatan : Anggota Komunitas Tlatah Bocah dusun Gowok Pos

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : Sanggar Bangun Budhoyo dusun Sumber

Tanggal Wawancara : 30 Mei 2017

Pukul : 15:05 – 16:00

P : Selamat sore dek, namanya siapa?

A : Ari Setyo mbak

P : Asli dusun Sumber dek?

A : Iya mbak. Rumahku deket rumahe Mas Tanto

P : Udah berapa lama tinggal disini dek?

A : Dari lahir mbak

P : Berapa tahun ya?

A : 14 tahun

P : Masih sekolah dek?

A : Iya mbak, masih

P : Kamu tahu disini ada Komunitas Tlatah Bocah dek?

A : Iya mbak tahu

P : Sejak umur berapa kamu tahu?

A : Dari aku kelas 3 SD mbak

P : Tahunya darimana?

A : Dari Mas Bima mbak. Dia masku dulu ikut Tlatah Bocah juga terus aku kepengen

(36)

A : Pergi mbak

P : Mas Bima umurnya berapa?

A : Ndak tahu mbak, 20an yak’e

P : Dulu diajak Mas Bima apa mau sendiri?

A : Diajak terus Mas Bima main sama temen-temen jadi lama ndak ikut

P : Kamu kenapa dulu mau masuk Tlatah Bocah dek?

A : Seneng aja mbak. Diajari macem-macem soal seni terus yo jadi banyak temene. Kalo dirumah terus sepi

P : Memang bapak sama ibu kemana dek?

A : Di Sawah mbak

P : Belajar apa aja dek di Tlatah Bocah?

A : Hehe ya apa ya, ya latian mbak. Jogetan rame-rame. Gamelan juga kadang

P : Berapa lama kalo latian dek?

A : Ndak mesti mbak. Aku nunggu dikabari kalo ada latian aja biasane

P : Lewat apa dek kalau dapet kabar ada latian gitu?

A : SMS biasane mbak, kalo ndak ya lewat Whatsapp opo teko neng omah ngono

P : Wih ada Whatsapp dek hehehe itu ada pelatihnya?

A : Iya mbak. Sama Mas Gambyong kalo latian gamelan.

P : Setiap hari apa aja dek latihannya?

A : Hari minggu mbak, soale Mas Gambyong juga kerja

P : Kalo kamu ikuta Tlatah Bocah pernah dilarang sama orang tua?

A : Gak mbak. Orang tuaku seharian di sawah jadi aku meh ngopo wae terserah aku mbak

P : Tapi orang tua tahu kalo kamu ikut Tlatah Bocah?

A : Ya tahu mbak. Kalo pas dikabari dateng ke rumah pas ada bapak ibukku ya tahu

P : Di Tlatah Bocah banyak temen seumuran sama kamu dek?

A : Ya mbak ada beberapa, ya lumayang deng

(37)

A : Ya sering kalo pas latihan. Kalo nggak yo kadang maen ke rumahe.

P : Keseruan ikut Tlatah Bocah apa dek?

A : Ada hiburane mbak hahaha bisa ngguya-nggyu bareng konco-konco, ece-ecenan. Nek di saggar sini pasti ada orang trus nanti jadi tahu Tlatah Bocah mau ada acara apa

P : Sering bercanda sama pengurus yang lain?

A : Iya mbak. Disini udah akrab banget. Kaya sama keluarga sendiri gitu terus suka ngelucu juga.

P : Dibecandainnya gimana dek?

A : Ya diece terus guyonan

P : Kamu pernah ngerasa sakit hati kalo di becandain gitu?

A : Hahaha ya enggak mbak

P : Di Tlatah Bocah kamu udah ikut acara apa aja dek dari dusun Sumber?

A : Ya itu gamelan mbak nek ada seng punya hajat main gamelan aku ikut terus pentas-pentas juga. Itu pakae gamelang seng itu

P : Kamu tahu di Tlatah Bocah ada Beasiswa berupa ayam dek?

A : Iya mbak tahu. Aku yo pernah dikasih ayame

P : Sampai sekarang masih?

A : Masih mbak tapi yo mati satu dulu sakit

P : Ayamnya kamu rawat sendiri atau dibantu orang tua juga?

A : Orang tua ikut ngopeni mbak kalo aku lupa ngasih makan

P : Lho kok lupa dek?

A : Iya mbak, aku dolan terus hehehe

P : Ayamnya udah sering bertelur dek?

A : Iya mbak. Bertelur banyak kadang. Dulu aku dikasih 1 sekarang aku punya 4

P : Telurnya dijual apa buat kamu sendiri?

A : Dimakan sendiri mbak, biar ndak beli di warung. Tapi kadang dijual ibu di pasar kalo pas butuh buat beli beras apa minyak

(38)

A : Yo iki sebagai beasiswa kanggo kowe dirawat yo le ngko hasil e pek’o dewe Pak Gun nrimo laporanne terus kita di

Gambar

Gambar 2. Anak-anak berlatih kesenian
Gambar 6. Wayang Bocah, Dusun Tutup Ngisor Festival Tlatah Bocah IV Dusun Sengi

Referensi