BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa “setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan
sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan
seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat,
selamat, bebas dari risiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja
untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat
sebagai manusia”. Proses pertumbuhan dan pembangunan memerlukan peranan
tenaga kerja baik sebagai pelaku maupun tujuan pembangunan tersebut.
Mengabaikan aspek ketenagakerjaan sebagai faktor dominan baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatatif akan berakibat mundurnya kelangsungan
kehidupan masyarakat umumnya dan suatu negara atau bangsa khususnya
(Budiono, 2009).
Transportasi merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan
sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada
semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan orang maupun barang dari suatu
daerah ke daerah lainnya, baik itu melalui angkutan darat, laut maupun udara
sehingga kelancaran transportasi dan dampaknya akan secara langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat. Inovasi dalam bidang transportasi ini berkembang
Kereta api merupakan salah satu contoh transportasi darat, kereta api adalah
sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya
terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan
rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya).
Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu
memuat penumpang maupun barang dalam skala besar.
Salah satu faktor fisik lingkungan kerja pengemudi yang mengakibatkan
penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat adalah paparan getaran
mekanis yang berasal dari mesin. Getaran ini memapari seluruh tubuh sehingga
disebut juga dengan Whole Body Vibration. Getaran mekanis adalah gerakan yang
teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan seimbang
(PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011). Getaran mekanis terdiri atas 2 jenis yaitu:
Hand Arm Vibration atau getaran tangan dan lengan dan Whole Body Vibration
atau getaran seluruh tubuh. Getaran seluruh tubuh biasanya dialami oleh
pengemudi angkutan darat seperti supir, masinis dan lain-lain. Efek fisiologis dari
getaran seluruh tubuh atau Whole Body Vibration dapat mempengaruhi sistem
peredaran darah, mata (penglihatan), saraf dan kelenjer endokrin, kelainan pada
otot dan tulang (Suma’mur, 2009).
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mendefinisikan
MSDs (Musculoskeletal Disorders) sebagai cidera dan gangguan pada otot, saraf,
belakang. Mereka tidak termasuk cedera akibat slip, perjalanan, jatuh, atau
kecelakaan serupa, sedangkan menurut Tarwaka (2015), keluhan Musculoskeletal
Disorders adalah keluhan otot rangka yang dirasakan apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago, dan discus
intervetebralis.
Musculoskeletal Disorders merupakan salah satu kasus kesehatan kerja
terbanyak. Penelitian di Amerika, diperkirakan 6 juta kasus per tahun atau
rata-rata 300-400 kasus per 100 ribu orang pekerja. dari pengisian kuesioner Nordic
Body Map yaitu alat pengukur keluhan Musculoskeletal, maka dapat di estimasi
jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Masalah ini
menyebabkan kehilangan hari kerja (lost day) untuk istirahat sehingga perusahaan
merugi karena kehilangan produktivitas. Diperkirakan biaya akibat MSDs yang
harus dikeluarkan adalah rata-rata 14.726 dolar per tahun atau lebih dari 130 juta
rupiah (Widyastuti, 2010).
Sementara itu di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nurliah (2012),
pada penelitiannya terkait Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)
pada Operator Forklift di PT. LLI, didapatkan angka kejadian MSDs cukup tinggi,
dari semua operator forklift yang menjadi responden, 87% mengalami MSDs, titik
keluhan yang dirasakan antara lain pinggang (65%), leher atas (60%), leher bawah
(60%), punggung (48%) dan bahu kanan (45%). Selain itu penelitian lainnya yang
Indonesia didapatkan pekerja dengan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58
orang (77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang (9,3%).
Menurut hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Paramita
(2012) pada masinis KRL commuter Jabodetabek, menyebutkan bahwa terdapat
beberapa keluhan yang dirasakan oleh masinis saat mengoperasikan KRL.
Sebanyak 33,3% responden mengeluh sakit leher, 26,7% sakit punggung, 20%
sakit pundak, 13,3% sakit tangan dan 6,67% mengeluh akibat terpapar
vibrasi/getaran kereta api.
Penelitian yang dilakukan oleh Youani Nusa (2013), pada sopir bus trayek
Manado-Langowan di terminal Krombasan tahun 2013, yang menunjukkan bahwa
adanya hubugan antara umur dengan keluhan MSDs, tidak terdapat hubungan
antara lama kerja dengan keluhan MSDs, dan terdapat hubungan antara getaran
dan keluhan MSDs.
Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa Bettie et al telah melakukan studi
tentang kekuatan otot statik untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai
dengan 60 tahun, hasil penelitian ini menujukkan bahwa kekutan otot maksimal
terjadi saat usia 20-29 tahun selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan
bertambahnya umur. Ia juga menjelaskan terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, kemudian dijelaskan juga bahwa
seseorang yang gemuk (obesitas dengan masa tubuh >29) mempunyai resiko 2,5
lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (masa tubuh <20) khususnya untuk
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan
penyedia jasa transportasi darat yang bergerak dalam bidang transportasi kereta
api. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) disingkat KAI atau PT. KAI adalah Badan
Usaha Milik Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api.
Layanan PT. Kereta Api Indonesia meliputi angkutan penumpang dan barang.
Proses kerja masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera
Barat pada perlintasan Indarung – Bukit Putus – Indarung yang mengangkut
barang (semen) terdiri dari tiga shift kerja yaitu: Shift pagi (07.04 – 13.39) terdiri dari 4 rute, shift siang (13.44 – 22.34) terdiri dari 5 rute, shift malam (21.59 –
06.26) terdiri dari 5 rute.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh informasi
bahwa masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat
memiliki karakteristik individu yang berbeda-beda, persebaran umur masinis
dimulai dari 30 tahun hingga 55 tahun. Masa kerja masinis menunjukkan
persebaran dari 2 tahun hingga 32 tahun. Dilihat dari prilaku merokok masinis,
sebagian besar masinis merupakan perokok aktif, perokok aktif merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders. Faktor
individu yang lain adalah Indeks Masa Tubuh, terdapat perbedaan indeks masa
tubuh pada setiap masinis. Hasil wawancara singkat dengan 2 orang masinis yang
menyatakan bahwa masinis mengeluh nyeri pada bagian pinggang yang ia rasakan
pada saat selesai mengoperasikan kereta api.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi
Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah
apakah ada hubungan antara karakteristik individu yang meliputi umur, masa
kerja, lama kerja, kebiasaan merokok dan indeks masa tubuh dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya hubungan antara karakteristik individu yang meliputi umur, masa kerja,
lama kerja, merokok dan indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera
Barat Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis.
2. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis.
3. Untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal
4. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis.
5. Untuk mengetahui hubungan indeks masa tubuh dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders pada masinis.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada
masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada
Tahun 2016.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders
pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat
pada Tahun 2016.
3. Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders
pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat
pada Tahun 2016.
4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di
Sumatera Barat pada Tahun 2016.
5. Ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan
keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. KAI divisi regional II
Sumatera Barat, serta menambah wawasan peneliti dalam bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Bagi Perusahaan
Memberi masukan pada PT. Kereta api Indonesia dan masinis dalam
mengetahui keluhan MSDs yang terjadi yang disebabkan oleh karakteristik
individu masinis.
3. Bagi peneliti-peneliti yang lain
Menambah pengetahuan mengenai keluhan Musculoskeletal Disorders yang