• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAAL ZAKAWI DALAM KONTEKS KLASIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAAL ZAKAWI DALAM KONTEKS KLASIK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan bagi seluruh muslim. Kegiatan zakat melalui berbagai perkembangan sejak masa Rasulullah SAW, dan hingga saat ini di negara Indonesia sendiri, pembayaran zakat selalu dikembangkan khususnya dengan dibentuknya lembaga khusus yang mengangani masalah pemberdayaan zakat, seperti LMI, BAZNAS, LAZISNU, dan lain sebagainya.

Pengamalan zakat selain berfungsi sebagai bentuk ibadah wajib, juga memiliki nilai sosial kemasyarakatan yang tinggi. Zakat yang di kelola dengan manajemen yang baik serta disalurkan kepada orang-orang yang patut mendapatkannya akan meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat dan menjauhkannya dari kemiskinan.

Namun, dalam prakteknya saat ini, umat muslimmengamalkan zakat fitrah sebagai zakat yang dikenal wajib dikeluarkan setiap bulan puasa, dan sebagian yang lain lalai terhadap kewajiban mengeluarkan harta yang telah mencapai nisab.

Maka, sebagai mahasiswa dan umat muslim di Indonesia, mempelajari maal zakawi merupakan suatu kewajiban dan kebutuhan. Selain memperdalam kajian maal zakawi, mempelajarinya juga dalam rangka menghayati makna dan maksud dikeluarkannya harta zakat, yaitu untuk mensucikan harta dan menambah barokah serta memberikan manfaat sosial bagi sesama umat muslim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah ketentuan harta yang wajib dizakati? 2. Bagaimanakah Maal Zakawi dalam wacana klasik?

3. Apakah dasar hukum dan ketentuan kadar zakat maal zakawi dalam wacana klasik?

(2)

PEMBAHASAN A. Ketentuan Harta yang Wajib Dizakati

Rasulullah SAW memang hanya memungut zakat dari empat macam harta, yaitu:

1. Ternak

2. Uang: emas dan perak

3. Barang dagangan

4. Tanaman dan buah-buahan

Namun, dewasa ini ada lagi jenis-jenis investasi baru dan muncul berbagai model kegiatan di bidang keuangan, ekonomi, perdagangan, perindustrian, pertanian, perhotelan, dan lain-lain, yang belum pernah ada di aman Nabi SAW, maupun pada masa khulafa Ar-Rasyidin.

Agar mengetahui hukum semua itu, kita harus mempelajari struktur dari keempat jenis zakat tersebut dan sistematikanya secara analitis, agar kita mengetahui dan memahami alasan (‘illat)-nya. Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah mengatakan, “Memang seharusnya kita mengetahui sifat apakah yang dianggap oleh para fuqaha merupakan ‘illat bagi wajibnya zakat. Karena, kini telah bermunculan berbagai jenis harta yang merupakan penghasilan yang bisa mendatangkan kekayaan cukup besar, tetapi oleh para fuqaha terdahulu belum sempat ditentukan zakatnya, dan dari Nabi SAW sendiri tidak ada ketetapan yang melarang ditentukannya zakat pada jenis-jenis harta tersebut.”1

Jadi, harta-harta baru itu harus dipelajarai dan diselidiki agar hak Allah Ta’ala tidak hilang begitu saja dari suatu jenis harta. Dalam hal ini sekalipun harta-harta itu kita tentukan zakatnya, tidak berarti kita menambahi hukum syara’, dan pula kita berijtihad secara baru. Bahkan, sebenarnya kita hanya menerapkan ‘illat dari wajibnya zakat yang pernah ditetapkan oleh para fuqaha. Inilah yang menurut istilah para ahli usul fiqih disebut tahqiqil manath. Menurut ketetapan

(3)

mereka, tahqiqil manath itu harus ada kapan saja karena ia merupakan pelaksanaan pendapat dari fuqaha yang dulu.

Dalam kitab-kitab fiqih telah dibahas secara rinci oleh para fuqaha mengenai sifat-sifat dan syarat-syarat yang menyebabkan suatu harta wajib dizakati. Berdasarkan sifat-sifat dan syarat-syarat itulah, dapat kita tetapkan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut, yang menentukan harta apa saja yang ikut dizakati.

1. Pemilikan yang Pasti, Halal dan Baik

Harta yang hendak dibayarkan zakatnya, berada sepenuhnya dalam kekuasaan pemilik harta. Fuqoha menyatakan bahwa kekayaan itu harus berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia pergunakan, dan faedahnya dapat dinikmatinya. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa seorang tidak wajib zakat apabila barang yang dibelinya belum sampai pada tangannya, begitupula barang yang dirampok dan diselewengkan sampai barang itu dikembalikan kepada pemiliknya.

Rasulullah SAW juga bersabda : “Allah tidak menerima zakat dari harta yang tidak sah”. Harta yang tidak sah adalah harta yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal seperti pencurian, perampokan, korupsi, berjudi dan lain sebagainya.

2. Mencapai Nisab

Nisab adalah salah satu syarat yang harus terpenuhi. Tanpa nisab, suatu harta tidak wajib dizakati. Nisab zakat yaitu batas (kadar) minimal mulainya suatu harta wajib dizakati adalah juga merupakan batas, apakah seseorang tergolong kaya atau fakir. Artinya, harta yang kurang dari batas minimal tersebut tidak perlu dizakati, karena pemiliknya tidak tergolong kaya. Nisab inilah yang menjadi tolak ukur suatu harta wajib dizakati atau tidak.

(4)

mengapa nilai sekian tadi kita sebut nisab pemersatu karena ia dalam bentuk uang, sementara itu, nisab zakat pada barang dagangan pun sudah sama-sama kita maklumi dan tertentu, yaitu seharga 20 dinar atau 200 dirham pula.2

Adapun binatang ternak, nisabnya adalah 5 ekor unta, dengan perhitungan: seekor unta betina bintu makhadh umur satu tahun masuk tahun kedua) pada waktu itu harganya 40 dirham, diwajibkannya zakat pada 5 ekor unta adalah sama dengan diwajibkannya zakat pada 200 dirham. Mengenai kambing, nisabnya ialah 40 ekor, yang pada waktu itu harga seekor kambing 5 dirham. Tanaman dan buah-buahan nisabnya adalah 5 wasaq, demikian menurut Malik, Asy-syafi’i dan Ahmad. Yang sewasaqnya diwaktu itu harganya 40 dirham, sebagaimana akan kita terangkan lebih lanjut.

3. Jumlah Senisab Itu Mencapai Haul

Sabda Rasulullah SAW., “Tidak ada keajiban zakat pada suatu harta sebelum ia mengalami ulang tahun”

Az-Zaila’i mengatakan, “Suatu milik dikatakan genap setahun, yakni genap setahun dimiliki, dikarenakan harta tersebut selama itu berkembang.” Maksudnya, yang wajib dikeluarkan ialah sebagian dari kelebihan, bukan dari modal.

Artinya, harta tersebut harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan Qomariyah, atau setiap kali setelah menuai. Harta-harta yang disyaratkan cukup setahun dilimiliki nisabnya adalah binatang ternak, emas dan perak, binatang perniagaan. Sedangkan yang tidak disyaratkan haul setiap tahunnya adalah tumbuh-tumbuhan ketika menuai dan barang temuan ketika ditemukan.3

Para ulama berbeda pendapat mengenai harta yang mencapai nisab dan haul. Menurut para fuqaha Syafi’i yang perlu diperhatikan mengenai nisab ialah kegenapannya pada akhir tahun. Akan tetapi, menurut pendapat yang lain, pada kedua ujung tahun: awal dan akhir, tidak peduli tengahnya. Dan

2Ibid,… hlm 108

(5)

adapula pendapat yang mengatakan, awal, tengah, dan akhir, seluruhnya perlu diperhatikan.

Menurut fuqaha Maliki, yang penting ialah keadaan harta pada akhir tahun. Sekalipun selama itu pernah berkurang dari nisab, asalkan pada akhir tahun mencapai nisab, maka wajib dizakati.

Para fuqaha Hambali berpendapat bahwa harta itu harus tetap mencapai nisab sepanjang tahun. Kami sendiri hanya memerhatikan nisab pada kedua ujung tahun, yakni apakah harta itu mencapai nisab awal maupun akhir tahun. Dengan dipersyaratkannya ulang tahun, dalam arti bahwa harta itu tetap menjadi milik seseorang selama satu tahun, dapat ditentukan kapan awal tahunnya dalam maslah zakat harta. Artinya, harta itu harus mengalami ulang tahun dan tetap menjadi milik seseorang selama satu tahun Qamariyah, agar sempat berkembang, sehingga zakatnya dapat diambil dari hasil perkembangannya saja.

Adapun tanaman dan buah-buahan yang dikeluarkan oleh bumi, adalah semata merupakan keuntungan, yang tinggal dikeluarkan zakatnya saja. Jadi, tidak perlu diperhatikan ulang tahunnya. Bedanyan antara yang diperhatikan ulang tahunnya dan yang tidak menurut para fuqaha adalah bahwa harta yang ulang tahunnya diperhatikan itu belum tentu ada keuntungannya. Ternak umpamanya, ia belum tentu menghasilakan susu dan anak, barang dagangan, juga belum tentu berlaba. Begitu pula emas dan perak. Oleh karena itu, diberi kesempatan satu tahun, barangkali bisa mendatangkan keuntungan, sehingga zakatnya diambil dari keuntungannya saja. Dengan demikian, akan lebih mudah dan meringankan.

4. Hartanya Berkembang Karena Didayagunakan atau Berpotensi Berkembang

Seluruh fuqaha mempersyaratkan wajibnya zakat, yaitu hendaklah harta itu berkembang, baik karena didayagunakan dengan ikhtiar dan usaha manusia atau berkembang sendiri.

(6)

mempunyai kemungkinan untuk diperkembangkan. Sedangkan harta yang tidak berkembang dan tidak berpotensi untuk dikembangkan tidak wajib dikenai zakat.

5. Bersih dari Hutang

Artinya, harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang karena Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada sesama manusia. Namun, beberapa ulama berbeda pendapat mengenai hal ini.

Menurut madzhab Maliki, zakat tanaman dan buah-buahan maupun zakat ternak tetap tidak gugur karena utang. Asy-Syafi’i pada qaul jadid-nya, berpendapat bahwa utang tidaklah menghalangi zakat. Adapun para fuqaha Hambali berpendapat bahwa utang bisa menghalangi zakat dari harta yang tidak tampak, yakni uang dan barang dagangan. Sementara itu, mengenai harta yang tampak , seperti tanaman, buah-buahan, ternak ada riwayat dari Ahmad bahwa dalam hal ini hutang pun bisa menghalangi zakat. Akan tetapi, ada pula riwayat dari dia yang mengatakan, utang tetap tidak bisa menghalangi zakat dalam hal ini

Kami sendiri berpendapat, layak kita pakai prinsip kosonganya harta dari utang bagi wajibnya zakat, untuk selain zakat tanaman dan buah-buahan. Dengan kata lain, dalam kaitannya dengan zakat, utang itu merupakan penghalang zakat terhadap harta bergerak, sampai harta itu bisa ditanggung dan dimiliki sepenuhnya oleh seseorang. Bagaimana pun, utang itu bukan penghalang zakat terhadap hasil-hasil yang dikeluarkan oleh harta tetap.

B. Maal Zakawi dalam Wacana Klasik

Sebenarnya zakat telah dikenal pada masa Nabi Musa as, jauh sebelum Islam disyariatkan pada Nabi Muhammad SAW.Namun, zakat hanya dikenakan pada kekayaan berupa ternak seperti sapi, kambing dan unta.Zakat yang wajib dikeluarkan adalah 10% dari nisab yang ditentukan.

(7)

“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka.Amat buruklah ketetapan mereka itu”.(Al-An’am : 136)

Menurut riwayat, ayat ini menyinggung satu lagi dari keyakinan melenceng orang-orang Arab Jahiliyah bahwa mereka memberi sajian-sajian dari hasil pertanian dan binatang-binatang piaraan mereka untuk Tuhan.Disebutkan pula dalam sejarah bahwa mereka memberi sajian untuk patung-patung, dimana bagian dan sajian-sajian untuk Tuhan diberikan kepada orang-orang yang memerlukan dan amal sosial. Sementara sajian yang diperuntukkan kepada patung diberikan kepada para pengurus patung-patung tersebut.Tetapi setiap kali bagian dari sajian buat patung-patung-patung-patung itu sedikit, akan diambilkan dari sajian-sajian untuk Allah Swt dan tidak untuk sebaliknya.Mereka mengatakan,Tuhan adalah Zat yang tidak membutuhkan, sedang patung-patung ini sangat membutuhkan.

Setelah turunnya syariat Islam, shodaqoh yang berlatarbelakang kemusyrikan dikalangan bangsa Arab Jahiliyah tersebut diubah menjadi zakat, yang merupakan salah satu rukun Islam dan wajib ditunaikan bagi setiap muslim. Disamping menjadi ibadah wajib bagi tiap individu muslim, zakat juga merupakan ibadah yang bersifat sosial kemasyarakatan atau disebut sebagai ibadah maaliyah ijtima’iyah.

(8)

yatim dan orang-orang yang memerlukan bantuan atas dasar kerelaan hati pemberi shodaqoh.4

Zakat baru disyari’atkan secara terperinci setelah nabi Muhammad SAW berhijrah kemadinah, yaitu pada tahun II Hijriyah. Diaturlah ketentuan macam-macam harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, berapa kadar zakat yang wajib dibayarkan dan nbagaimana zakat harus dibagikan.

Setelah zakat disyari’atkan secara terperinci, pelaksanaanya masih diserahkan kepada kesadaran para wajib zakat sendiri selama beberapa waktu lamanya. Tidak ada petugas Negara yang melakukan pemungutan zakat. Petugas untuk memungut zakat baru diadakan pada tahun IX hijriyah, yaitu ketika nabi Muhammad SAW mengutus para petugasnya kedaerah-daerah pedalaman jazirah arabiyah, termasuk Yaman.

C. Dasar Hukum dan Ketentun Kadar Zakat Mall dalam Wacana Klasik 1. Zakat Nuqud

Para fuqaha sepakat bahwa nuqud wajib dikeluarkan zakatnya, baik nuqud yang berupa potongan, yang diacak, yang berbentuk bejana, maupun perhiasan. Alasan pewajiban zakat dalam harta ini adalah dari dalil-dalil al-qur’an, sunnah, dan ijma’ yang telah dikemukakan diatas, yakni dalil-dalil mengenai kewajiban zakat secara mutlak.

Zakat emas, nisabnya 20 mitsqal = 20 dinar syar’I = 89,1428 gram (atau bulatnya: 89 gram) emas murni. Zakatnya 1/40 (2,5%)-nya, dibayar pada akhir tahum terhitung sejak genapnya senisab.

Dalil nisab ini adalah sabda Rasulullah SAW :

“Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas – sampai memiliki 20 dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, maka terdapat padanya zakat ½ dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada zakat pada harta, kecuali setelah satu haul.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi)5

4IIbid,…. hlm 5

(9)

Dengan demikian, jika seseorang memiliki 200 dirham dan telah mencapai masa haul, zakat yang wajib dikeluarkan darinya adalah 5 dirham, sedangkan jika dia memiliki 20 mitsqal, zakat yang wajib dikeluarkan darinya ialah 0,5 dirham (mitsqal) .

Dalil yang lain ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, yang atinya: “kurma yang kurang dari 5 watsaq tidak ada (kewajiban) sedekah (zakat). Wariq (perak) yang kurang dari 5 uqiyah tidak ada (kewajiban) sedekah (zakat).6

Nisab perak adalah 200 dirham. Setara dengan 595 gr, sebagaimana hitungan Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104 dan diambil darinya 2,5% dengan perhitungan sama dengan emas.

2. Zakat Barang Tambang dan Temuan

Ada beberapa hal yang diperselisihkan oleh para fuqaha, yakni makna barang tambang (ma’din), barang temuan (rikaz, atau harta simpanan), jenis-jenis barang tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya, dan kadar-kadar zakat untuk setiap barang tambang dan temuan.

Menurut mazhab Hanafi, barang tambang adalah baranag temuan itu sendiri, sedangkan menurut jumhur, keduanya berbeda. Barang tambang menurut mazhab Maliki dan Syafi’i adalah emas dan perak sedangkan menurut mazhab Hanafi, barang tambang ialah setiap barang yang di cetak dengan menggunakan api. Adapun mazhab Hanabali berpendapat bahwa yang dimaksud barang tambang adalah semua jenis barang tambang, baik yang berbentuk padat maupun cair.

Zakat yang mesti dikeluarkan dari barang tambang, menurut mazhab Hanafi dan Maliki ialah seperlima (khumus), sedangkan mazhab Syafi’i dan Hanbali sebanyak seperempat puluh. Mengenai zakat yang mesti dikeluarkan dari rikaz (barang temuan), semua ulama berpendapat bahwa zakatnya seperlima (khumus).

(10)

ulama, sedangkan mazhab Hanafi menamakannya sebagai ghanimah. Dalam rikaz. Menurut jumhur, kewajiban harta tersebut dijadikan ghanimah yang dialokasikan untuk kepenentingan umum sedang menurut mazhab Syafi’i, kewajiban rikaz diberikan kepada mustahiq zakat.

Semua ulama mazhab sepakat bahwa nisab menjadi syarat dalam barang tambang. Tetapi nisab tidak menjadi syarat dalam rikaz, demikian menurut jumhur. Berbeda dengan mazhab Syafi’i, menurutnya, nisab menjadi syarat dalam zakat rikaz.7

3. Nisab binatang ternak

Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu binatangnya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada dicarikan makanan.

“Dan dalam zakat kambing yang digembalakan di luar, kalau sampai 40 ekor sampai 120 ekor…” (HR. Bukhari)

Sedangkan ukuran nisab dan yang dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut:

a. Onta

Nisab onta adalah 5 ekor. 5 – 9 : 1 ekor kambing 10 – 14 : 2 ekor kambing 15 – 19 : 3 ekor kambing 20 – 24 : 4 ekor kambing

25 – 35 : 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36 – 45 : 1 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 46 – 60 : 1 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 61 – 75 : 1 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 76 – 90 : 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 91 – 120 : 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) b. Sapi

Nisab sapi adalah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya.

(11)

30 – 39 : 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun 40 – 59 : 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun

60 – 69 : 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun 70 – 79 : 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun

c. Kambing

Nisab kambing adalah 40 ekor.

40 – 120 : 1 ekor kambing 121 – 200 : 2 ekor kambing 201 – 300 : 3 ekor kambing Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing 4. Nisab Hasil Pertanian

Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam dengan dasar firman Allah SWT, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-An’am: 141)

Adapun nisabnya ialah 5 wasaq, berdasarkan sabda Rasulullah SAW : “Zakat itu tidak ada yang kurang dari 5 wasaq.” (Muttafaqun ‘alaihi)

(12)

Sedangkan menurut pengarang kitab Subulus Salam, 1 wasaq = 60 sha’, 1 sha’ = 2,176 kg; sehingga 5 wasaq dapat diterjemahkan menjadi 300 (60 sha’x5) x 2,176 kg = 6,528 kwintal, dapat dibulatkan menjadi 6,53 kwintal.8

Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan (atau menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%). Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%). Ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

“Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20).” (HR. Muslim 2/673)9

BAB III PENUTUP

8 Ibid,…. Hlm 63

(13)

A. Kesimpulan

1. Ketentuan Harta yang Wajib Dizakati a. Pemilikan yang Pasti, Halal dan Baik b. Mencapai Nisab

c. Jumlah Senisab Itu Mencapai Haul

d. Hartanya Berkembang Karena Didayagunakan atau Berpotensi Berkembang

e. Bersih dari Hutang

2. Maal Zakawi dalam Wacana Klasik

Sebenarnya zakat telah dikenal pada masa Nabi Musa as, jauh sebelum Islam disyariatkan pada Nabi Muhammad SAW.Namun, zakat hanya dikenakan pada kekayaan berupa ternak seperti sapi, kambing dan unta.Zakat yang wajib dikeluarkan adalah 10% dari nisab yang ditentukan.

Zakat baru disyari’atkan secara terperinci setelah nabi Muhammad SAW berhijrah kemadinah, yaitu pada tahun II Hijriyah. Diaturlah ketentuan macam-macam harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, berapa kadar zakat yang wajib dibayarkan dan nbagaimana zakat harus dibagikan.

3. Dasar Hukum dan Ketentun Kadar Zakat Mall dalam Wacana Klasik a. Zakat Nuqud

b. Zakat barang tambang dan temuan c. Zakat binatang ternak

d. Zakat hasil pertanian B. Saran

(14)

menjadi acuan perhitungan zakat masa ini adalah perhitungan zakat masa klasik.

(15)

Abdul Ghafur Anshori, Hukum dan Pemberdayaan Zakat, Yogyakarta : Pilar Media, 2006

Syauqi Ismail Sahhatih, Penerapan Zakat dalam Bisnis Modern, Bandung : CV. Pustaka setia, 2007

Referensi

Dokumen terkait

Isi dari perjanjian perkawinan itu sendiri jika dilihat dalam ketentuan KUHPerdata, hanya sebatas mengatur mengenai harta kekayaan, tetapi jika di dalam Undang

1. Pengaturan hukum tentang Independensi kewenangan pengurus PKPU terhadap harta kekayaan perusahaan dalam hukum kepailitan dirasakan belum jelas, baik dalam UUK-PKPU maupun

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, diperoleh gambaran umumn kinerja guru di SMP Negeri 1 Batujajar Kabupaten Bandung Barat sudah cukup baik tetapi belum optimal. Peningkatan

Dalam hal ini bukan semata-mata menyangkut hal-hal kelembagaan saja, seperti keanggotaan gereja, kontribusi, afiliasi dengan orang-orang yang se gereja, tetapi

Dengan bertauhid seorang muslim tidak cukup hanya dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT itu esa ( the unity of God ), tetapi ini harus diimplementasikan dalam keyakinan

Akan tetapi belum ada yang meneliti secara khusus tentang toleransi beragama perspektif tafsir klasik dengan analisis qiraat dan semiologi.. Adapun penelitian

Jadi mal mustafad ini mencakup segala macam pendapatan, akan tetapi yang bukan pendapatan yang diperoleh dari penghasilan harta yang sudah dikenakan zakat, gaji,

Ali Afandi, perwalian diartikan sebagai “pengawasan pribadi dan pengawasan terhadap harta kekayaan anak yang belum dewasa apabila anak tersebut tidak di bawah kekuasaan orang tua, jadi