• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Bowel di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Bowel di RSUD. Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Bowel

2.1.1. Defenisi eliminasi bowel

Makanan yang sudah dicerna kemudian sisanya akan dikeluarkan

dalam bentuk feses. Eleminasi bowel adalah proses pengeluaran sisa

pencernaan melalui anus. System pencernaan merupakan saluran panjang

( kurang lebih 9 meter) yang terlihat dala proses mencerna makanan, mulai

dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari

luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan

enzim dan zat cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara

mengunyah, menelan, dan mencampur dengan zat-zat besi. (tarwoto &

wartonah, 2010)

Anatomi dan fisiologi

 Saluran gastrointestinal bagian atas

Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di

mulut di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung.

Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chime didorong ke

usus halus.

 Saluran gastrointestinal bagian bawah

Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar.

Usus halus terdiri dari atas duodenum, jejunum, dan ileum yang

panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri

atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus.

(2)

cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chime

(setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrisi, dan

elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat,

dan enzim.

Chyme bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul

menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum

normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu :

o Haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme

untuk membantu absorpsi air

o Kontraksi haustral adalah gerakan untuk mendorong

materi cair dan semi padat sepanjang kolon

o Gerakan peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan

maju ke anus. (tarwoto & wartonah, 2006)

Dorongan juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan

diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi

otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses

pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis gas yang terbanyak

adalah CO2, metena, H2S, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri atas 75% air dan

25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh

sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari

mikroorganisme. Konsistensi lembek tapi berbentuk. (tarwoto &

wartonah, 2006).

Defikasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa

metabolisme berupa feses dan platus yang berasal dari saluran

pencernaan melalui anus.(tarwoto & wartonah, 2006). Terdapat dua

pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu terletak di medulla

dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis,

sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar mengucup.

Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter

anus bagian luar diawasi system saraf parasimpatis, setiap waktu

menguncup atau mengendur. Selama defikasi, berbagai otot lain

(3)

otot-otot dasar pelvis. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose

yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak

dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar

usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas

massa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas

sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil. . (Alimul, 2006)

Dalam buku (tarwoto & wartonah, 2006) menyebutkan ada dua

macam reflex yang membantu proses defekasi, yaitu :

a. Reflex defekasi instinstik

Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi

distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada

fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses

tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka

terjadilah defekasi.

b. Reflex defekasi parasimpatis

Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rectum akan

merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke spinal cord.

Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid

dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi

spinter interna, maka terjadilah defekasi.

2.1.2. Factor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi 1. Usia

Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan

pada usia lanjut control defekasi menurun

2. Diet

Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses,

banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga

mempengaruhi proses defekasi.

3. Intake cairan

Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih

keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.

(4)

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat

membantu proses defekasi. Gerakan peristaltic akan

memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

5. Fisiologis

Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristalik,

sehingga menyebabkan diare.

6. Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi,

seperti penggunaan laksansia atau antasida yang terlalu sering.

7. Gaya hidup

Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara

teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang

air besar.

8. Prosedur diagnostic

Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya

dipuasakan atau dilakukan klisma dulu agar tidak dapat buang air

besar kecuali setelah makan.

9. Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan

konstipasi, seperti gastroenteritis atau penyakit infeksi lainnya.

10. Nyeri

Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya

hemoroid, fraktus ospubis, epesiotomi akan mengurangi

keinginan untuk buang air besar.

11. Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan meenimbulkan

penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

2.1.3. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian keperawatan

(5)

Pengkajia ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan

keluhannya selama defekasi. Secara normal, frekuensi normal

pada bayi sebanyak 4-6 kali/ hari, sedanakan orang dewasa adalah

2-3 kali/ hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah

150 g.

2. Keadaan feses meliputi :

No Keadaan Normal Abnormal Penyebab

1. Warna Bayi: kuning Putih, hitam atau merah Kurangnya

kadar

empedu,

perdarahan

saluran cerna

bagian atas

atau

perdarahan

saluran cerna

bagian bawah

Dewasa : coklat Pucat berlemak Malabsorpsi

lemak

2. Bau Khas feses dan

dipengaruhi oleh

makanan

Amis dan perubahan

bau

Darah dan

infeksi

3. Konsist

ensi

Lunak dan

berbentuk

Cair Diare dan

absorpsi

kurang

4. Bentuk Sesuai diameter

rectum

Kecil, bentuknya

seperti pensil

Obstruksi dan

(6)

cepat

5. Konstit

uan

Makanan yang

tidak dicerna,

bakteri yang

mati, lemak,

pigmen empedu,

mukosa usus,

air.

Darah, pus, benda

asing, mukus atau

cacing

Internal

bleeding,

infeksi,

tertelan

benda, iritasi,

atau

inflamasi

3. Faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel

Faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel antara lain perilaku

atau kebiasaan defekasi, diet (makanan yang memengaruhi

defekasi), makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari,

dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan (jumlah dan jenis

minuman/hari) aktivitas (kegiatan sehari-hari), kegiatan yang

spesifik, penggunaan obat, stress, pembedahan / penyakit menetap

dan lain sebagainya.

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan abdomen seperti ada atau

tidaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltik, adanya

massa pada perut, dan tenderness. Kemudian, pemeriksaan rectum

dan anus dinilai dar ada atau tidaknya tanda inflamasi, seperti

perubahan warna, lesi, fistula, hemorroid, dan massa. (Alimul,

2006)

5. Pemeriksaan diagnostik ( dalam tarwoto & wartonah, 2006) :

a. Anuskopi

b. Proktosigmoidoskopi

c. Rontgen dengan kontras.

(7)

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status

kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap

dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan

lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau

respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal

yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien

yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah

serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan

informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari

informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang

masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan

untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan

keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah

sakit (Intial assessment), selama klien dirawat secara terus menerus

(Ongoing assasment) serta pengkajian ulang untuk menambah/

melengkapi data (re-assesment).

Tujuan pengumpulan data :

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan

langkah-langkah berikutnya

Tipe data

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatusituasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan

oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap

status kesehatan lainnya.

2. Data Objektif

Data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh

(8)

selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan

,tekanan darah, brat badan dan tingkat kesadaran.

2.1.5. Masalah-masalah umum pada eliminasi bowel

Konstipasi : Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses

yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya

disebabkanoleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan

laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas,

usia.

a. Fecal imfaction : Masa feses yang keras dilipatan rektum yang

diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang

berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake

cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan

kelemahan tonus otot.

b. Diare : Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang

air besar akibat cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga

usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap

air. Diare dapat diakibatkan karena stres fisik, obat-obatan, alergi,

penyakit kolon dan iritasi intestinal.

c. Inkontinensia bowel : Hilangnya kemampuan otot untuk

mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus

akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus.

Penyebabna karena penyakit-penyakit neuromuskular, trauma

spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

d. Kembung : Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga

menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena

konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturat, penurunan

ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengonsumsi makanan

yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

e. Hemorroid : Pelebatan vena di daerah anus sebagai akibat

peningkatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah

konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan,

(9)

2.1.6. Perencanaan Keperawatan

1) Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (actual / risiko)

Defenisi : kondisi dimana seseorang mengalami perubahan pola

yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik menurunnya

frekuensi buang air besar dan feses yang keras.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Imobilisasi

b. Menurunnya aktivitas fisik

c. Ileus

d. Stress

e. Kurang privasi

f. Menurunnya mobilitas intestinal

g. Perubahan atau pembatasan diet

Kemungkinan data yang ditemukan :

a. Menurunnya bising usus

b. Mual

c. Nyeri abdomen

d. Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah

e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

a. Anemia

b. Hipotiriodisme

c. Dialisa ginjal

d. Pembedahan abdomen

e. Paralisis

f. Cedera spinal cord

g. Imobilisasi yang lama

Tujuan yang diharapkan :

(10)

b. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab

konstipasi

Intervensi Rasional

1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar

2. Kaji dan catat pergerakan usus

3. Jika terjadi fecal imfaction :  Lakukan pengeluaran manual

 Lakukan gliserin klisma 4. Konsultasikan dengan dokter

tentang :

 Pemberian laksatif  Enema

 Pengobatan

5. Berikan cairan adekuat

6. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi

7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif 8. Berikan pendidikan kesehatan

tentang : cairan dan makanan yang mengandung gas

1.Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel

2.Deteksi dini penyebab konstipasi

3.Membantu mengeluarkan feses

4.Meningkatkan eliminasi

5.Membantu feses lebih lunak 6.Menurunkan konstipasi

7.Meningkatkan pergerakan usus

8.Mengurangi/menghindari inkontinensia

2) Gangguan Eliminasi : diare

Defenisi : kondisi dimana terjadi perubahan kebiasaan buang air

besar dengan karakteristik feses cairan.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi

b. Pola makan yang salah

c. Perubahan proses pencernaan

d. Efek samping pengobatan

Kemungkinan data yang ditemukan :

a. Feses berbentuk cair

(11)

c. Meningkatnya peristaltic usus

d. Menurunnya nafsu makan

Kondisi klinis kemungkinan terjadi :

a. Peradangan bowel

b. Pembedahan saluran pencernaan bawah

c. Gastritis / enteritis

Tujuan yang diharapkan :

a. Pasien kembali buang air besar ke pola normal

b. Keadaan feses berbentuk dan lebih keras

Intervensi Rasional

1. Monitor / kaji kembali konsistensi, bau feses, pergerakan usus, cek berat badan setiap hari

2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak

4. Berikan anti diare, tingkatkan intake cairan

5. Cek kulit bagian parineal dan jaga dari gangguan integritas

6. Kolaborasi dengan ahli diet tentang diet rendah serat dan lunak

7. Hindari stress dan lakukan istirahat cukup

8. Berikan pendidikan kesehatan :  Cairan

 Diet

 Obat-obatan

 Perubahan gaya hidup

1. Dasar memonitor kondisi

2. Mengkaji status dehidrasi

3. Mengurangi kerja usus

4. Mempertahankan status hidrasi

5. Frekuensi buang air besar yang menigkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus

6. Menurunkan stimulasi bowel

7. Stress meningkatkan stimulasi bowel

(12)

pengetahuan dan mencegah diare

3) Gangguan Eliminasi bowel : inkontinensia

Defenisi : kondisi dimana pasien mengalami perubahan pola

dalam buang air besar dengan karakteristik tidak terkontrolnya

pengeluaran feses.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. Menurunnya tingkat kesadaran

b. Gangguan spinter anus

c. Gangguan neuromuscular

d. Fecal imfaction

Kemungkinan data yang ditemukan :

a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses

b. Baju yang kotor oleh feses

Data klinis kemungkinan terjadi pada :

a. Injuri spinal cord

b. Pembedahan usus

c. Pembedahan ginekologi

d. Stroke

e. Trauma pada daerah pelvis

f. Usia tua

Tujuan yang diharapkan :

a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses

b. Pasien kelbali pada pola eliminasi normal

Intervensi Rasional

1. Tentukan penyebab inkontinensia

2. Kaji masalah penurunan masalah

1. Memberikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan

(13)

ADL yang berhubungan dengan masalah inkontinensia

3. Kaji jumlah dan karakteristik inkontinensia

4. Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar

5. Lakukan bowel training dengan kolaborasi fisioterapis

6. Lakukan latihan otot panggul

7. Berikan pengobatan dengan kolaborasi dokter

karena takut buang air besar

3. Menentukan pola inkontinensia

4. Membantu mengontrol buang air besar

5. Membantu mengontrol buang air besar

6. Menguatkan dasar otot pelvis

7. Mengontrol frekuensi buang air besar

2.2. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

I. BIODATA

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 53 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

(14)

Alamat : Dusun II Jl. Pasar Lama Gg. Mistar

Tanggal Masuk RS : 01 Juni 2014

No. Register : 00.92.76.29

Ruangan / Kamar : XXI / karar 1 no. 5

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014

Tanggal Operasi : Tidak Ada Rencana Operasi

Diagnosa Medis : Suspensi PSMBA

II. KELUHAN UTAMA

Tn. S mengatakan perutnya terasa tidak nyaman, sperti masuk angin,

buang air besar terkhir bercampur darah dan hitam serta encer.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG a. Provocative / Palliative

1. Apa penyebabnya

- Tn. S mengatakan tidak mengetahui apa penyebabnya

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

- Tn. S mengatakan hanya minum obat yang dberi dokter

untuk dapat meredakan sakitnya, yaitu :

 Omeprazole injeksi 40 mg

 Sucralfar captopril

 Alopurinol 1x300 mg

 ISDN 3x5 mg, klitabs transamin

b. Quantity / quality 1. Bagaimana dirasakan

Tn. S mengatakan jika terlalu lama duduk perutnya akan

terasa ngilu dan sakit

2. Bagimana dilihat

Tn. S terlihat lemah dan sekali-kali memegang perutnya

(15)

1. Dimana lokasinya

Tn. S mengatakan lokasi sakitnya berada dibagian atas dekat

ulu hati

2. Apakah menyebar

Tn. S mengatakan tidak menyebar

d. Severity

Tn. S mengatakan sangat mengganggu aktivitas karena klien

tidak bisa terlalu bebas bergerak bila perutnya sakit

e. Time

Tn. S mengatakan waktunya tidak jelas, bisa jadi pada waktu

istirahat dan bisa jadi pada saat santai.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Tn. S mengatakan penyakit ini pernah terjadi pada dirinya

sekitar sebulan yang lalu, klien juga mempunyai riwayat

penyakit Asam Urat dan Hipertensi ( Tekanan Drah Tinggi ).

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Tn. S mengatakan penyembuhan penyakit yang saat ini hanya

minum obat dari dokter, tapi untuk penyakit asam urat dan

hipertensi minum obat tradisional yaitu dedaunan.

C. Pernah dirawat / dioperasi

Tn. S mengatakan pernah dirawat dirumah sakit Adam Malik,

namun klien tidak pernah menjalani operasi.

D. Lama dirawat

Tn. S mengatakan dirawat selama satu minggu

E. Alergi

Tn. S mengatakan ada riwayat alergi makanan seperti ikan

(16)

F. Imunisasi

Tn. S mengatakan tidak mengetahui tentang imunisasi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Tn. S mengatakan tidak mengetahui adanya riwayat penyakit

B. Saudara kandung

Tn. S mengatakan ada riwayat hipetensi

C. Penyakit keturunan yang ada

Tn. S mengatakan tidak tahu, tapi saya mengambil kesimpulan

penyakit keturunan yang ada yaitu hipertensi, karena Tn. S dan

saudara kandungnya mengalami penyakit yang sama yaitu

hipertensi.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tn. S mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami

gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tn. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal, semua masih sehat wal’afiat

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Tn. S mengatakan yakin pasti akan sembuh

B. Konsep Diri

- Gambaran diri : Tn.S mengatakan menyukai

matanya

- Ideal diri : Tn.S berharap menjadi kepala

keluarga yang baik untuk keluarganya.

- Harga diri : Tn.S merasa tidak akan bisa

(17)

- Peran diri : Tn.S akan berusaha tetap bisa

menafkahi keluarganya.

- Identitas : Tn.S adalah seorang suami dan

ayah bagi anaknya

C. Keadaan Emosi

Tn.S masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik

D. Hubungan social - Orang yang berarti

Tn.S mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya

adalah orang tua dan keluarganya.

- Hubungan dengan keluarga

Baik, keluarga tetap setia menemani dan merawat serta

menjaga klien ketika sedang berada di RS

- Hubungan dengan orang lain

Baik, klien mampu berinteraksi dan berkomunikasi

dengan baik dengan orang-orang disekitarnya

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada, namun terkadang klien merasa sakit dibagian

perutnya jika harus berlama-lama duduk atu ngobrol.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan

Tn.S berkeyakinan sebagai orang islam

- Kegiatan ibadah

Tn.S mengatakan selama dirawat ia melakukan ibadah

sesuai kemampuannya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : Tn.S tampak lemah, bibir terlihat pucat, badan terlihat kurus.

B. Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh : 36,5 0C

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

Nadi : 92 x / menit

(18)

Skala Nyeri : tidak ada nyeri

TB : 160 cm

BB : 50 kg

C. Pemeriksaan head to toe 1) Kepala

Bentuk : bulat, tidak ada benjolan

atau pembengkakan

Ubun-ubun : simetris

Kulit Kepala : bersih, tidak ada iritasi

2) Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut : rambut ikal dan tidak

merata

Bau : tidak ada bau

Warna Kulit : berwarna sawo mateng

3) Wajah

Warna kulit : berwarna sawo mateng

Struktur Wajah : simetris, tidak ada

pembengkakan dan memar

4) Mata

Kelengkapan dan Kesimetrisan : mata lengkap dan simetris

Palpebra : tidak ada edema

Konjungtiva dan sclera: konjungtiva: anemis, scelera: tidak

khterus

Pupil : isokor

Cornea dan iris : transparan, putih dan

jernih

Visus : penglihatan baik

Tekanan bola mata : tidak dilakukan

pemeriksaan

5) Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris

Lubang hidung : bersih

Cuping hidung : tidak ada

(19)

Bentuk telinga : simetris kanan / kiri

Ukuran telinga : simetris kanan / kiri

Lubang telinga : bersih dan tidak bau

Ketajaman pendengaran : pendengaran baik

7) Mulut dan faring

Keadaan bibir : mukosa bibir kering dan

pecah-pecah

Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan

Keadaan lidah : lidah bersih dan tidak ada

kelainan

Orofaring : tidak dilakukan

pemeriksaan

8) Leher

Posisi trachea : Medial

Thyroid : Tidak ada pembengkakan

Suara : Suara pelan tapi jelas

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

Vena jugularis : Teraba

Denyut nadi karotis : Teraba

9) Pemeriksaan integument

Kebersihan : Kurang bersih

Kehangatan : Hangat

Warna : sawo mateng

Turgor : Baik ,kembali < 2 detik

Kelembaban : Lembab

Kelainan pada kulit : Ada, gatal-gatal (alergi)

10) Pemeriksaan thoraks / dada

Inspeksi toraks : tidak ada pembengkakan

Pernafasan : 23x/I, regular

Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada

11) Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara : Tidak dilakukan

(20)

Perkusi : resonan

Auskultasi : vesikular

12)Pemeriksaan jantung

Inspeksi : tidak ada pembengkakan

atau massa

Palpasi : Tidak ada pulsasi

Perkusi : dullnes

Auskultasi : lopp-dup

13)Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : tidak ada benjolan

Auskultasi : terdengar suara peristaltic

usus 4-6x/i

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

dan tidak ada massa

Perkusi : tidak ada suara tambahan

14)Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitar

Genitalia : tidak dilakukan

pemeriksaan

Anus dan premium : tidak dilakukan

pemeriksaan

15)Pemeriksaan musculoskeletal / ekstremitas

Kesimetrisan : simetris, tidak ada cacat

Kekuatan otot : kekuatan otot 5

Edema : tidak terdapat edema di

bagian ekstremitan

16)Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis) a. Nervus olfaktorius / N I

Tn.S mampu mengidentifikasi bau makanan

b. Nervus optikus / NII, nervus Okulomotoris / N III,

Trockhlearis / N IV, abdusen / VI

Tn.S mampu menggerakkan bola mata ke segala arah

c. Nervus Trigeminus / N V

Fungsi tidak terganggu, Tn.S dapat mengidentifikasi

(21)

diberikan pada ekstrimitas superior sinistra dan

ekstremitas inferior sinistra

d. Nervus Fasialis /N VII

Tn.S mampu mengangkat alis, mengrutkan dahi dan

tersenyum

e. Nervus Vestibulococlearis / N VIII

Tidak dilakukan

f. Glossopharingeus / N IX, Vagus / N X

Tn.S mampu menelan

g. Nervus assesoris / N XI

Tn.S mampu mengangkat bahu kiri dan kanan dan

gerakan bahu

h. Nervus Hipoglossus / N XII

Tn.S mampu menjulurkan lidah dengan gerakan lurus dan

mampu mendorong pipi kiri dan kanan dari dalam

17)Fungsi motorik

a. Cara berjalan : Tn.S berjalan denagn bantuan istri

dan anak

b. Romberg test : Tn.S tidak dapat berdiri sendiri

c. Test jari-hidung : tidak dilakukan

d. Pronasi dan supinasi : Tn.S dapat melakukan supinasi

dan pronasi

e. Hell to shin test : tidak dilakukan

18)Fungsi sensorik

Tn.S masih bisa merasakan sentuhan dan merasakan tajam

tumpul, panas dan dingin serta getaran yang diberikan

19)Refleks

Tidak dilakukan pemeriksaan

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan / hari : 3 kali / hari

- Nafsu / selera makan : baik, makan yang

(22)

- Nyeri ulu hati : ada

- Alergi : alergi obat tidak ada,

namun alergi makan ada yaitu ikan tongkol

- Mual dan muntah : tidak ada

- Waktu pemberian makan : pagi (07.30 wib), siang

(13.00 wib), malam (19.00 wib)

- Jumlah dan jenis makan : - / M-II (bubur)

- Masalah makan dan minum : tidak ada masalah

2. Perawatan diri / personal hygiene

- Kebersihan tubuh : kurang bersih

- Kebersihan gigi dan mulut : kurang bersih

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : cukup bersih

3. Pola kegiatan / aktivitas

- Selama Tn.S dirumah sakit, pada saat klien mau makan,

mandi, ganti pakaian dibantu oleh istri atau anaknya

- Selama Tn.S dirawat dirumah sakit, ia mengatakan

beibadah sesuai dengan kemampuannya

4. Pola eliminasi

1) Buang Air Besar ( BAB )

o Pola BAB : 1-2 kali /

hari

o Karakter feses : lembek

o Riwayat perdarahan : ada

o BAB terakhir : 2 hari yang

lalu

o Diare : tidak ada

2) Pola BAK

o Pola BAK : 3 kali / hari

o Karakter urine : jernih

o Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada o Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada

(23)

- Adaptif

 Bicara dengan orang lain

o Mampu menyelesaikan masalah o Tehnik relaksasi

o Aktivitas kontruksi o Olahraga

- Maladaptif

o Minum alcohol

o Reaksi lambat / berlebihan o Bekerja berlebihan

(24)

2. Analisa data

Dari pengkajian diatas saya menemukan beberapa masalah keperawatan,

yang akan saya uraikan sebagai berikut :

No Data Penyebab Masalah

keperawatan 1. Ds : klien mengatakan

sudah 3hari tidak BAB dan BAB terakhir bercampur darah (hitam)

Do : peristaltic usus menurun 6x/ i

gastritis

mukos lambung terkikis

PSMBA

Malas makan

Konstipasi bowel

Konstipasi bowel

2. Ds : - Do :

- kebersihan tubuh : Kurang bersih

- kebersihan gigi dan mulut : kurang bersih - kebersihan kuku dan tangan : cukup bersih

PSMBA

Immobilitas

Kurang perhatian keluarga tentang

kebersihan

Defisit perawatan diri

(25)

3. Rumusan Masalah

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan Eliminasi Bowel : Konstipasi

2. Defist perawatan diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN ( PRIORITAS )

1. Gangguan Eliminasi Bowel : Konstipasi berhubungan dengan

menurunnya mobilitas intestinal (gastritis) ditandai dengan

menurunnya bising usus, perubahan kosistensi feses dan frekuensi

buang air besar

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurang perhatiannya

keluarga tentang kebersihan ditandai dengan gigi dan mulut serta

tubuh klien kurang bersih

4. Perencanaan keperawatan dan rasional

Hari / tanggal

No. dx Perencanaan keperawatan

02 juni 2014 1 Tujuan dan kriteria hasil :

- Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel

- Terjadi peubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi

Rencana tindakan Rasional 1. Catat dan kaji kembali

warna, konsistensi, jumlah, dan waktu buang air besar

2. Kaji dan catat pergerakan usus

3. Jika terjadi fecal imfaction : lakukan gliserin klisma

4. Berikan cairan adekuat 5. Berikan makanan tinggi

serat dan hindari makan yang bnyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi

6. Pantau vital sign pasien 7. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang cairan dan makanan yang mengandung gas, kebiasaan diet

1.Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel

2. Deteksi dini

penyebab konstipasi 3.Membantu

mengeluarkan feses

(26)

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari / tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Senin,

02 juni 2014

- - Memperkenalkan diri dan minta persetujuan untuk jadi pasien binaan

- Melakukan pengkajian kepada Tn. S

- Melakukan vital sign

- Memantau cairan infus pasien RL 20 tts/i

- Memberikan diet siang M-II (bubur) Sudah BAB atau belum

- Mengkaji pergerakan usus

- Memberikan diet M-II (bubur)

- Melakukan vital sign

S : -

- Mengkaji feses pasien : wawancara

- Mengganti cairan infuse : Nacl 20 gtt / i

(27)

: 12 x/i

- Mengajarkan klien melakukan gerakan aktif

 Menggerakan jari-jari kaki dan tangan.

 Menggerakan kaki dan tangan

- Memberikan pendidikan kesehatan tentang :

Cairan dan makanan yang mengandung gas

S : klien

mengatakan

mengerti dengan yang disampaikan

menanyakan keadaan pasien

- Mengukur vital sign

- Mengkaji peristaltic usus

- Memantau cairan infus pasien

- Melakukan pendkes tentang :

 Kebiasaan buang air besar

Referensi

Dokumen terkait

Developed the X-0 complex in Kuningan: a 5-star Gran Meliã Hotel and Graha Surya Internusa Office Building 1991 Developed 1,400 hectare industrial estate development in

Dustbathing is one of the major behavioural systems of domestic fowl that is constrained by commercial caging systems. Although research conducted over the last 20 years has revealed

The aim of this experiment was to study the relationship between feather pecking and ground pecking in laying hens and the effect of group size on feather pecking behaviour. Hisex

 To be a world class mining company with a diversified portfolio of high quality coal and metals. assets with the following

Bourne, Pathogenesis of acy- clovir-resistant herpes simplex type 2 isolates in animal models of genital herpes: models for antiviral evalua- tions 47 , 159.. Bernstein, D.I.,

Jika jumlah ini lebih rendah dari nilai wajar aset bersih entitas yang diakuisisi, dan pengukuran atas seluruh jumlah tersebut telah ditelaah, dalam kasus pembelian dengan

the large investment by integrating and synthesising research results, the Global Change and Terrestrial Ecosystems Core Project (GCTE) of the International

Fotocopy DP3/Penilaian Prestasi Kerja (SKP) dua tahun terakhir (DP3 tahun 2013 dan Pengukuran SKP tahun 2014) yang telah dilegalisasi oleh Kepala