• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI DAN NUMERASI SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02. Oleh TARISA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI DAN NUMERASI SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02. Oleh TARISA NIM"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI DAN NUMERASI SISWA KELAS V

SD NEGERI BATUREJO 02 Oleh

TARISA NIM 201833062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021

(2)

ABSTRAK

Tarisa.2022.”Implementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi dan Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02”. Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) F. Shoufika Hilyana, S.SI., M.Pd. (2) Much Arsyad Fardani, S.Pd.,M.P.d

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui implementasi program mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan literasi dan numerasi siswa kelas V SD Negeri Baturejo 02 di desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.

Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan dari program merdeka belajar kampus mengajar yang diterapkan di salah satu sasaran sekolah program mahasiswa kampus mengajar di SD Negeri Baturejo 02 bentuk kegiatan mahasiswa kampus mengajar untuk menanamkan literasi dan numerasi. Literasi adalah literasi merupakan kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti membaca, menulis dan melakukan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial. Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan (1) menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari (2) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya, (3) menggunakan interpretasi tersebut untuk memprediksi dari mengambil keputusan.

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap permasalahan yang terjadi terkait implementasi kampus mengajar untuk menanamkan literasi dan numerasi siswa kelas V SD Negeri Baturejo 02.

Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatif pendekatan studi kasus, yang akan dilaksanakan di desa Baturejo Kecamatan Sukolilo. Objek yang akan di teliti implementasi kampus mengajar untuk menanamkan literasi dan numerasi siswa kelas V SD Negeri Baturejo 02 dalah Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dokumentasi.

Kata Kunci : Kampus mengajar, literasi, dan numerasi

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, dengan adanya pendidikan dapat memberikan berbagai macam perubahan, diantaranya perubahan strata sosial individu sebagai akses pendidikan harus sama dan merata. Tujuan nasional pendidikan menjadikan setiap warga negara Indonesia tidak memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki sikap yang sesuai dengan pancasila. Hal ini tentunya harus didukung dengan sistem yang integrasi dan dibangun secara bersama.

Implementasi pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,untuk menghasilkan individu yang berpengaruh terhadap linglungannya. Karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”

dengan tujuan dapat merespons kebutuhan pendidikan pada era revolusi 4.0.

Proses pembelajaran kampus merdeka merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa ( student centered learning ) yang sangat esensial.

Pengembangan kampus merdeka memberikan tantangan dan kesempatan mahasiswa dalam berkreasi, berinovasi dan mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan.

Kampus mengajar merupakan salah satu program Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar kelas. Mahasiswa akan ditempatkan diseluruh Sekolah Dasar di Indonesia untuk membantu proses pembelajaran disekolah tersebut. Program ini membekali mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan dan keahlian dari partner guru dan sekolah dalam menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran. Sasaran dari program kampus mengajar merupakan sekolah yang masih terakreditasi B atau C. Salah satu sekolah dasar di Indonesia yang masih terakreditasi B adalah SD Negeri Baturejo

(4)

02 yang terletak di kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Maka dari itu SD Negeri Baturejo 02 sangat tepat untuk dijadikan sasaran dari program kampus mengajar, supaya mutu pendidikan di sekolah ini semakin meningkat. Dengan adanya mahasiswa kampus mengajar dikirim di sekolah tersebut membantu dalam meningkatkan mutu siswa SD Negeri Baturejo 02 dengan program yang menarik yang akan dicanangkan. Program kampus mengajar meliputi bantuan dalam bidang numerasi, literasi, adaptasi teknologi, administrasi sekolah serta beberapa bidang lain yang cocok untuk diterapkan di SD Negeri Baturejo 02.

SD Negeri Baturejo 02 berada dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sama seperti SD yang lain, terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1,2,3,4,5 dan 6. Dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar, selain gedung sekolah, tentu SD Negeri Baturejo 02 membutuhkan beberapa fasilitas lain yang wajib ada, salah satunya listrik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. SD Negeri Baturejo juga menyediakan akses internet berupa wifi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Kegiatan mahasiswa kampus mengajar di kelas 5 yaitu pembelajaran guling (Guru Keliling) atau juga bisa disebut home visit dengan cara mahasiswa melaksanakan pembelajaran di rumah wali kelas kelas 5, kegiatan tersebut dilaksanakan 4 hari selama seminggu, namun tetap memenuhi protokol kesehatan. Selain itu, Mahasiswa Kampus mengajar juga menerapkan Program literasi dan numerasi yang mengacu sesuai pada prisip penyelenggaraan pendidikan dengan mengembangkan kebiasaan membaca, menulis, dan berhitung bagi seluruh masyarakat (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 ayat 5 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan). Untuk menanamkan rancangan kegiatan literasi dan numerasi yang ada di SD Negeri Baturejo 02 yaitu rancangan secara khusus dan umum. Hingga saat ini rancangan secara umum SD Negeri Baturejo 02 belum melaksanakan pembiasaan membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai ( Permendikbud Nomor 23 tahun 2015). Sedangkan, untuk rancangan secara khusus fokus pada pelaksanaan pembelajaran matematika dan menyesuaikan materi pembelajaran tematik 2013.

Bedasarkan uraian permasalahan tersebut, maka dari itu peneliti tertarik untuk

(5)

mengkaji terkait Implementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi dan Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaiamana impelementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02?

2. Bagiamana impelementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Numerasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02?

1.3 Tujuan Penelitian .

1. Untuk mengetahui impelementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

2. Untuk mengetahui impelementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Numerasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Secara Teoritis

Secara teoritis , penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk dijadikan sebagai sumber rujukan dan referensi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan keilmuwan terutama dalam bidang pendidikan

1.4.2 Secara Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, bagi guru dan bagi siswa. Berikut akan dijelaskan manfaat tersebut secara rinci:

1.4.2.1 Bagi sekolah

 Sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja guru

 Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pengajaran 1.4.2.2 Bagi Guru

 Sebagai bahan masukan dan evaluasi.dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengar

(6)

 Meningkatkan kreativitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran 1.4.2.3 Bagi Siswa

 Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal.

 Meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Konseptual

Deskripsi konseptual ini akan menguraikan mengenai (1) Kampus Mengajar (2) Literasi (3) Numerasi

2.1.1 Merdeka Belajar

Gagasan Merdeka Belajar merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bapak Nadiem Makarim dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan mengutamakan implementasi nilai- nilai karakter yang dapat mengembangkan pola pikir dan kreativitas. Merdeka belajar merupakan proses pembelajaran secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Karena dengan merdeka belajar akan mengurangi rasa kurang merdeka, dan hal-hal yang membelenggu dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka. Merdeka Belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan : 1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.

Esensi Merdeka belajar adalah menggali potensi dari guru dan siswa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan secara mandiri. Mandiri berarti tidak hanya mengikuti birokrasi pendidikan melainkan benar-benar inovasi pendidikan Prayoga (2020). Dengan adanya merdeka belajar dengan keterlibatan siswa maka pembelajaran akan meningkat. Pendidikan merdeka belajar mendukung kecerdasan melalui berbagai peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses serta relevansi dalam penerpaan teknologi sehingga mampu mewujudkan pendidikan kelas dunia berdasarkan ketrampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif (Sherly, dkk. 2020).

(8)

Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menambahkan fakta baru bahwa alam kurun waktu kurang dari 10 tahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga kali pembaharuan dan perbaikan kurikulum. Hal tersebut bertujuan untuk menjawab kebutuhan pendidikan Indonesia yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman, baik secara Ekstern maupun intern. Hal ini diharapkan mampu menciptakan peserta didik yang unggul dan memiliki daya saing di masa yang akan mendatang (Suhartoyo dkk, 2020). Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam mengimplementasikan merdeka belajar, diantaranya : a) Kepala sekolah;

menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka belajar. b) Guru;

menjadi sosok yang terbuka dan menciptakan suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. c) Peserta didik; hendaknya memiliki rasa semangat belajar serta mampu terbiasa dengan sikap berpikir kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mampu menjawab pertanyaaan analisis terbuka. d) wali murid dan lingkungan; dilibatkan secara aktif dalam melakukan pemantauan hasil belajar peserta didik dan mendukung kesinambungan anatara lingkungan,rumah, dan sekolah. e) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; menyediakan pelatihalan dalam meningkatkan kompetensi guru dan menyiapkan saat pelaksanakan merdeka belajar (Mendikbud, 2020). Menurut beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Kemendikbud) untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, dengan mengimplementasikan nilai karakter dan esensi dari merdeka belajar untuk menggali potensi dari guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pedidikan secara merata.

2.1.2 Kampus Mengajar

Istilah belajar mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi keduanya terdapat suatu hubungan yang sangat erat sekali. Bahkan keduanya terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Sehingga kedua hubungan memiliki pengaruh dan menunjang satu sama lain. Menurut Maswan dan Muslimin (2011:

219) mengajar merupakan memberi pelajaran kepada seseorang (peserta didik)

(9)

dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman. Menurut Hamalik (2011), Mengajar merupakan menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau murid disekolah. Pengajaran adalah suatu proses penyampaian. Cara yang mudah yaitu dengan menuangkan ilmu kepada peserta didik. Cara yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan tugas mempelajari halaman, dan latihan-latihan pokok baik dengan pengawasan guru ataupun tidak. Guru dianggap sebagai pusat dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru dianggap mengetahui dan menentukan segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini peran siswa yaitu sebagai pendengar, pengikut dan pelaksana tugas. Dari pendapat para ahli dapat peneliti simpulkan bahwa mengajar adalah penyampaian pengetahuan kepada peserta didik untuk memperoleh pemahaman dalam membantu kehihudapan sehari-hari dan peran guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Kampus mengajar merupakan salah satu implementasi Merdeka Belajar- Kampus Merdeka yang berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa untuk membantu proses pembelajaran di sekolah dasar. dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar kelas perkuliahan. Dalam program kampus mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar yang berdekatan sesuai dengan domisili mahasiswa di seluruh Indonesia dan mengajar siswa-siswi sekolah dasar di wilayah yang termasuk 3 T (terdepan, tertinggal, dan terluar). Peran mahasiswa yaitu membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi dan membantu adaptasi teknologi Kemendikbud, (2021: 3).

Menurut Aji (2020) mengungkapkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa untuk pendidikan siswa SD baik di desa maupun kota, yang saat ini mengalami kondisi yang sangat tidak nyaman. Tujuan dari kampus mengajar yaitu a) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar perkuliahan. b) membantu sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal terhadap semua peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi ini. c) memberikan kesempatan belajar optimal kepada semua

(10)

peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi, buku saku kampus mengajar (2021). Dengan kondisi Indonesia sedang membutuhkan bantuan berbagai pihak secara sinergis mensukseskan pendidikan nasional, maka mahasiswa kampus mengajar berperan dalam membantu sekolah, khususnya jenjang SD untuk memberikan kesempatan belajar optimal kepada semua peserta didik dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi. Peneliti menyimpulkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu implementasi program merdeka belajar-kampus merdeka dengan melibatkan mahasiswa melakukan pembelajaran diluar jam perkuliahan tentunya akan menjadi bekal menjadi mahasiswa lulusan dengan memiliki softskill dan hardskill, sasaran dari program kampus mengajar yaitu sekolah dasar di Indonesia yang masih terakreditasi B atau C. Peran mahasiswa kampus mengajar yaitu membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi dan membantu adaptasi teknologi. Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, tentunya perlu adanya keterampilan dan kompetensi dalam mengajar

2.1.2.1 Keterampilan Mengajar

2.1.2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan dalam keterampilan pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan pendidikan Andhika (2013). Kemampuan guru dalam menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang tidak mudah. Guru harus memiliki keterampilan mengajar yang mempuni sehingga siswa dapat belajar dan terlibat (engage) dan tujuan pembelajaran tercapai. Keterampilan merupakan aspek penting yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola proses pembelajaran. Menurut Turney (dalam Mulyatun, 2014), keterampilan mengajar merupakan keterampilan yang harus dimilki oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada siswa dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar.

(11)

Menurut Zainal (2012), Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan, dalam membentuk guru yang baik diperlukan suatu keterampilan dasar.

Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan guru mengajar adalah ketarampilan yang harus dikuasai seorang guru. Menurut Mulyasa (2013: 69) ketarampilan mengajar ialah kompetensi professional yang cukup menyeluruh.

Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan guru merupakan suatu aspek yang harus dimiliki seorang pendidik (guru) dengan adanya keterampilan maka suatu proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.1.2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Mengajar

Keterampilan mengajar (teaching skill) merupakan keterampilan khusus (most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan professional. Menurut Usman (2013) ada 8 keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai seorang guru yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterangan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adapun penjelasan tersebut secara rinci :

Keterampilan bertanya dari calon seorang guru sangat diperlukan, karena dengan adanya guru yang mahir bertanya. Dengan adanya guru yang mampu membuat pertanyaan maka, guru dapat menggiatkan dan mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons kepada seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil dari pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau umpan balik dari orang lain (Barnawi & Arifin, 2016:145). Adapun dampak positif dari pemberian pertanyaan dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan partisipasi siswa dalam proses

(12)

pembelajaran, Meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang dihadap, Menuntun proses berpikir siswa sehingga mampu memberikan ide atau gagasan, Memusatkan perhatian kepada siswa terhadap masalah yang dihadapi.

Keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) merupakan segala bentuk respons, apakah bersifat verbal maupun non verbal. Penguatan sendiri merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan umpan balik terhadap siswa sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatnya kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Keterampilan memberikan penguatan adalah respon positif yang dilakukan guru atau perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut (Marno & Idris, 2014:130). Penguatan memeliki pengaruh positif bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan bertujuan atara lain : 1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran 2) Meningkatkan minat belajar siswa 3) Meningkatkan kegiatan belajar dan tingkah laku siswa yang produktif.

Keterampilan mengadakan variasi, Tentunya dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar terdapat titik kebosanan siswa, faktor dari kebosanan tersebut akan mengakibatkan siswa menjadi tingkat motivasi, perhatian, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah akan menjadi menurun. Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa. Tujuan dari keterampilan mengadakan variasi antara lain : a) Meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang relevan b) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat siswa c) Memupuk tingkah laku siswa yang positif terhadap guru dan sekolah d) Memberikan rasa puas dan senang dalam menerima pelajaran. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2015: 78) mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan

(13)

dan kebosanan. Jadi ketarampilan variasi adalah metode mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran, merupakan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menujukkan adanya hubungan antara satu dengan yang lain, misalnya sebab dan akibat, Menurut Murni, dkk (2017:71) mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan merupakan aktivitas mengajar yang tidak dapat dihindari oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam buku, guru harus menuturkan secara lisan, Hal ini berarti menyebabkan guru dituntut untuk mampu menjelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan dengan hubungan antar konsep, guru juga perlu menjelaskan secara runtut dan runut. definisi dengan contoh atau sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupak ciri utama dari kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan bagian dari aspek guru dalam hubungan interaksi terhdap siswa di dalam kelas. Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan berpengaruh langsung, misalnya dalam memberikan ide atau gagasan dan pendapat. Oleh sebab itu, perlu peningkatan keefektifan agar tercapainya hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan seorang guru sehingga bermakna bagi siswa. tujuan dari keterampilan menjelaskan yaitu Membimbing siswa untuk memperoleh dan memhami hokum, dalil fakta dan definisi, data prinsip secara objektif dan bernalar, Siswa terlibat dalam memecahkan suatu permasalahan, Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction) merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian dapat terpusat pada pelajaran yang dipelajarinya, sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar (Majid, 2015:242). Dengan kata lain, kegiatan dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal yang akan dipelajarinya. Kegiatan

(14)

membuka pelajaran tidak hanya diperlukan pada saat awal pelajaran, namun juga dilakukan setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan pasa saat jam perlajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberikan acuan, terkait dengan materi pelajaran yang tidak dikuasai oleh siswa. Sedangkan menutup pelajaran (closure) merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Usaha menutup pelajaran bertujuan untuk memberi gambaran secara menyeluruh tentang apa saja yang dipelajari oleh siswa.

Selain itu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dikelas. Adapun komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yaitu Menarik perhatian siswa, Menumbuhkan motivasi belajar siswa, Memberikan acuan melalui berbagai usaha, Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum pelajaran dan membuat ringkasan, Memberikan evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru, mengeksplorasi pendapat siswa, memberikan soal-soal tertulis.

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar, akan tetapi tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa melalui latihan. Menurut Majid (2013) diskusi kelompok merupakan suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta bersikap positif. Dengan adanya diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan ini dipelukan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Diskusi kelompok kecil merupakan proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Dari pengertian

(15)

tersebut maka diskusi kelompok kecil yaitu siswa berdiskusi secara berkelompok yang dipimpin oleh temannya maupun guru untuk bertukar informasi untuk memcahkan suatu permasalahan dan berlangsung secara terbuka.

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Asril, 2010:72-73). Berdasarkan pernyataan tersebut, keterampilan mengelola kelas digunakan untuk mengkondisikan proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan pemusatan perhatian guru terhadap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab abntara guru dan siswa atau siswa dan siswa (Rachmah, 2014:114). Hal ini diartikan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan berguna sebagai bentuk pendekatan guru kepada siswa dalam mengatasi ,masalah-masalah belajarnya. Pengajaran ini memungkinkan siswa lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan siswa. Pada dasarnya, bentuk pengajaran ini, dikerjakan dengan membagi kelompok kecil. Hakikat dari sistem pengajaran ini adalah terjalin hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesua dengan kecepata dan kemampuan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.

Dari delapan aspek-aspek kompetensi mengajar peneliti menyimpulkan bahwa peranan guru sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber), motivator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai peserta kegiatan belajar, dengan hal tersebut guru dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu faktor yang dapat mengukur proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, apabila siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar mengajar seperti jumlah siswa bertanya banyak sehingga akan tercipta diskusi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.

(16)

2.1.2.2 Kompetensi Guru

Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentunya tidak terlepas dari faktor kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.

Kompetensi menurut Daryanto (2015: 163) adalah kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik.

Imas, dkk (2017, 140) mengungkapkan kompetensi merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan memiliki keunggulan yang didasarkan pada hal-hal yang menyangkut pengetahuan, keahlian, dan sikap. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampulan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksankan keprofesionalnya. Dari beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalnya.

2.1.2.2.1 Macam-Macam Kompetensi Guru

Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yang memiliki capability dan loyality yaitu guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkan, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dari mulai perencanaan implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata didalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas. Kedua kategori, capality dan loyality tersebut terkandung dalam macam-macam kompetensi guru. Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa macam-macam kompetensi guru terbagi menjadi 4 meliputi kompetensi pedagogik/metodologis, profesionalisme, sosial dan kepribadian, berikut penjababaran berbagai macam kompetensi Guru :

Kompetensi Pedagogik adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik Kompetensi ini dilihat dari kemampuan seorang dalam

(17)

merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, kemampuan melakukan penilaian.

Mulyasa (Yulianti, 2012 : 112) Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Menurut Sadulloh (2018, hlm. 1-2) bahwa pedagogik adalah ilmu yang memperlajari masalah membimbing anak kea rah tujuan tertentu agar dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan dalam memahami peserta didik secara mendalam dan penyelengggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, untuk pembelajaran yang mendidik antara lain kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan Paasal 28 ayat (3) Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional. Kurikulum mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan disubstansi keilmuan yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap struktural dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial. Subkompetensi professional adalah menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dengan memiliki indikator esensial, memahami materi ajar yang ada didalam kurikulum sekolah, memahami structural, konsep dan metode keilmuan, memiliki indicator essensial, menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk

(18)

memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.14. pasal 10 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa kopetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien bagi siswa, sesame guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat. Peran yang dibawa pendidik dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda da nada kekhususan, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan didaerah tempat tinggal. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi : (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerjasama secara individual maupun secara berkelompok.

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Menurut Barinto (2012: 6) menjelaskan bahwa guru sebagai teladan bagi murid- muridnya yang harus memiliki sikap dan kepribadian yang dijadikan tokoh panutan idola dalam segala kehidupannya. Tugas utama seorang guru sebagai tenaga pendidik adalah mengajar. Memiliki karakteristik kepribadian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan menjadi teladan terhadap peserta didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian , pendidik akan tampil lebih menjadi sosok patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan

“ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).

Dari penjelasan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang guru yang baik harus memiliki empat kompetensi dalam mengajar yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.

(19)

2.1.3 Literasi

2.1.3.1 Pengertian Literasi

Literasi yang dalam bahasa inggrisnya Literacy berasal dari bahasa latin yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna hurufiah literasi berarti kemampuan seseirang dalam membaca dan menulis.

Orang yang bisa membaca dan menulis biasa disebut dengan literat, sedangkan untuk orang yang tidak bisa membaca atau menulis disebut dengan iliterat atau buta aksara. Menurut Graff (2006) mengemukakan bahwa yang mengartikan bahwa literasi merupakan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis.

Setidaknya dengan kedua hal tersebut masyarakat menjadi melek akan pengetahuan. Romdhoni (2013: 90) mengungkapkan bahwa literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi-informasi dalam bentuk tulisan.

Menurut Indarto (2017: 12) literasi merupakan kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti membaca, menulis dan melakukan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial. Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi merupakan sebuah konsep untuk mengembangkan secara kompleks dalam memahami dan menyampaikan informasi melalui aktivitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan. Penerapan literasi tidak hanya ditujukan kepada siswa sekolah melainkan masyarakat umum. Dalam penerapan program kampus mengajar di SD Ngeri Baturejo 02, kegiatan literasi berfokus pada literasi baca tulis berikut dijelaskan mengenai literasi baca tulis.

2.1.3.2 Literasi Baca Tulis

Literasi baca tulis bisa disebut sebagai moyang segala jenis literasi karena memiliki sejarah yang amat panjang. Literasi ini bahkan dapat dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun kemudian dari waktu kewaktu karena makna tersebut mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika pengertian literasi baca tulis mengalami perkembangan dari waktu kewaktu pada mulanya literasi baca- tulis sering dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam

(20)

media tulis. Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca tulis selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Literasi baca tulis memampuan untuk memahami isi teks tertulis (tersurat maupun tersirat) dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial ( KBBI, 2015).

Forum Ekonomi Dunia 2015 dan 2016 mengartikan bahwa literasi baca tulis sebagai pengetahuan beca tulis kemampuan memahami baca tulis dan kemampuan menggunakan bahasa tulis. Senada dengan itu dalam Peta Jalan GLN, literasi baca tulis diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan membaca dan menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi, dan menggunakan bahasa. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi baca tulis merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam membaca, menulis, mencari, menelusuri, mampu mengolah dan memahami informasi serta dapat menganalisis, menanggapi dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi dilingkungan sosial.

2.1.3.2.1 Membaca

Membaca memunyai arti penting dalam mencari informasi dan memperluas pengetahuan. Dalam studi ilmu pengetahuan, hampir semuanya diperoleh dengan cara membaca. Dengan membaca seseorang dapat mengenal kata-kata, gambar-gambar, mengerti dan menghayati ide yang dikemukakan oleh pengarang yang terdapat dalam suatu bacaan. Hal ini berarti membaca yaitu sebuah proses berpikir untuk emamahami isi bacaan yang dibaca. Menurut Kangnas (2013) Membaca merupakan proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media atau kata. Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pengertian dai kombinasi beberapa huruf dan kata (Tarigan, 2008:7).

(21)

Dari beberapa pendapat peneliti menyimpulkan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pengertian dari kombinasi huruf dan kata, dengan adanya membaca pembaca mampu mengenal kata-kata, gambar dan mampu memahami apa yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu bacaan.

2.1.3.2.2 Menulis

Kemampuan menulis merupakan perwujudan dari bentuk komunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam proses menulis dituntut agar dapat memeperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar tulisan yang telah ditulis mampu dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu penulis harus benar-benar menggunakan atau memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraph, dan lain-lain dengan baik. Menurut Zaenurahman (2013:

186) menulis adalah kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi, bahkan menulis selalu ada dalam setiap pembelajaran, sama halnya dengan membaca.

Memiliki kemampuan menulis yang baik bukan karena harus menjadi penulis, tetapi karena kita wajib terampil dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan. Sejalan dengan pendapat Hasani (2011: 2) menulis tidak mungkin dikuasai hanya dengan menggunakan teori, tetapi dilaksanakan melalaui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2010: 3). Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatp muka dengan orang lain, dalam menulis harus terdapat kejelasan organisasi tulisan yang bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

(22)

2.1.3.3 Prinsip Dasar Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca Tulis Dalam Gerakan Literasi Naional, literasi baca tulis dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan pada lima prinsip dasar yang terdapat dalam buku Materi Pendukung Literasi Baca Tulis (Tim penyusun MPLBT, 2017).

Kelima prinsip dasar pengembangan dan implementasi literasi baca tulis terdiri dari keutuhan dan kemenyeleluruhan (holistik), keterpaduan (terintegrasi), keberlanjutan (sustanibilitas), kontekstualitas, dan responsive kearifan lokal. Tiap- tiap prinsip dasar tersebut akan dijabarkan secara rinci :

Prinsip Keutuhan dan kemenyeluruhan, literasi baca tulis dikembangkan dan diimplementasikan secara utuh atau menyeluruh (holistik), tidak terpisah dari aspek terkait yang lain dan menjadi bagian elemen yang terkait dengan yang lain, baik internal maupun eksternal. Disini pengembangan dan implementasi literasi baca tulis tidak dapat terpisahkan dengan literasi numerasi, literasi sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Pengembangan dan implementasi literasi baca tulis sebagai satu keutuhan literasi dasar perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara serasi, serempak, dan sinkron dengan pengembangan kualitas karakter (Dalam Gerakan PPK) dan kompetensi (dalam kurikulum 2013) sebagai roh utama kecakapan abad XXI. Pengembangan dan implementasi literasi baca tulis dilaksanakan oleh berbagai unit kerja di kemendikbud dan lingkungan pemerintah lain satu keutuhan (Kementerian dan LPNK) serta kelompok masyarakat merupakan satu keutuhan dan kesatuan dalam mencapai tujuan dan maksud GLN, tujuan pendidikan nasional, dan visi peerintah.

Prinsip Keterpaduan (Terintegrasi), Literasi baca tulis dikembangkan dan diimplementasikan dengan memadukan (mengintegrasikan) secara sistematis, menghubungkan dan merangkaikan secara harmonis, dan melekatkan literasi baca tulis secara sinergis dengan yang lain, baik dalam hal kebijkan, kegiatan, program, maupun pelksanan dan berbagai pihak yang mendukung, bukan sekedar hanya tambahan, tempelan, dan sisipan kebijakan, program, dan kegiatan pendidikan dan kebudayaan diranah sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam belajar dan pembelajaran disekolah, misalnya program dan kegiatan literasi baca tulis perlu melakat secara sinergis dengan program dan kegiatan pembelajaran pada semua

(23)

mata pelajaran, program dan kegiatan literasi baca tulis sislam kegiatan intrakurikuler, korikuler dan ekstrakurikuler perlu saling terhubung dan tersusun secara baik, guru mata pelajaran sebagai pendamping kegiatan korikuler dan guru mata pelajaran juga berperan sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler dalam melaksankan literasi baca tulis, sehingga saling melengkapi dan memperkaya.

Kebijakan literasi baca tulis di kemendikbud perlu terhubung dan tersatukan dengan kebijakan literasi baca tulis kementerian dan LPNK lainnya (Kemendikbud, 2021).

Prinsip Keberlanjutan (Sustabilitas), literasi baca tulis dikembangkan dan dimmplementasikan secara berkesinambungan, dinamis dan terus menerus, dan berlanjut dari kurun waktu ke waktu. Pengembangan dan kebijkan literasi baca tulis secara berkesinambungan dan terus menerus disamping pasrtisipasi dan keterlibatan berbagai pihak terkait secara terus menerus diperluas dan diperkuat.

Perbaikan dan peningkatan program dan kegiatan literasi baca tulis juga dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan berdasarkan praktik baik hasil evaluasi program, peluang dan tantangan yang baru muncul dan masalah-masalah pelaksanaan literasi baca tulis diranah sekolah, keluarga dan masyarakat oleh berbagai pemangku kepentingan GLN, khususnya gerakan literasi baca tulis.

Prinsip Kontekstualitas, kegiatan literasi baca tulis dikembangkan dan diimpelentasikan dengan mendasarkan dan mempertimbangkan konteks geografis, demologis, sosial, dan kultural. Oleh sebab itu, sekalipun terikat dengan kebijakan program pokok yang tercantum dalam Peta Jalan GLN, secara operasional pelaksanaan atau penerapan kebijakan, program, dan kegiatan literasi baca tulis dapat beraneka ragam. Penyesuaian keaneragaman sesuai dengan karakteristik sosial dan kultural masyarakat juga diperhitungkan. Pengembangan literasi baca tulis yang peka konteks seperti ini akan memeiliki keberterimaan dan tingkat keberhasilan yang lebih baik.

Prinsip responsive kearifan lokal, literasi baca tulis tidak berada diruang vakum sosial dan budaya serta tidak bisa dikembangkan dan dimmplementasikan dngan mengabaikan, lebih-lebih meniadakan lokalitas sosial dan budaya. Supaya gerakan literasi baca tulis membumi dan berhasil tujuannya, pengembangan dan

(24)

implementasi literasi baca tulis perlu responsive dan adaptif terhadap kearifan lokal. Menurut Wibowo (2015: 17) kearifan lokal merupakan identitas kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.Dengan kearifan lokal yang dimiliki nusantara perlu didayagunakan dan dimanfaatkan secara optimal dalam perencanaan dan pelaksanaan literasi baca tulis di sekolah, keluarga dan masyarakat sehingga dengan adanya literasi baca tulis mampu memajukan kearifan lokal. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kesigapan dan kecekatan para pemangku kepentingan literasi baca tulis yang ada di berbagai lini GLN, baik kemendikbud dan dinas pendidikan dan atau kebudayaan maupun lingkungan kementerian dan LPNK lainnya. Dapat peneliti simpulkan bahwa prinsip literasi baca tulis terdiri dari keutuhan dan kemenyeluruhan, keterpaduan, keberlanjutan, kontekstualitas dan responsive kearifan lokal.

2.1.3.4 Model Kegiatan Ekstrakurikuler Literasi Baca Tulis

Pembelajaran diluar kelas (Ekstrakurikuler) memiliki capaian pembelajaran, khusnya capaian kemampuan literasi baca tulis . Menurut Wibowo (2015: 2) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah yang berfungsi untuk mewadahi dan mengembangkan potensi, minat dan bakat siswa. Kemampuan literasi baca tulis adalah menumbuhkan budi pekerti melalaui pembelajaran yang menyenangkan dan ramah kepada peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat dalam kegiatan literasi baca tulis, menumbuhkan semgat ras ingin tahu dan cinta pengetahuan.

Kegiatan literasi dapat dicapai melalui kegiatan yang relevan disatuan pendidikan dasar, Dalam Modul literasi baca tulis (2021) kegiatan literasi baca tulis meliputi indikator capaian sebagai berikut:

Indikator Capaian Kegiatan Pendahuluan Memahami tujuan belajar/membaca

Melakukan prediksi terhadap aktivitas baca tulis

(25)

Mendikusikan aktivitas baca tulis melalui media yang menyenangkan (buku pengayaan, cerita/dongeng, guru, film, dan lain-lain)

Mempelajari fitur media baca tulis (judul buku/penulis/judul film dan lain- lain)

Kegiatan Inti untuk SD kelas rendah Mengidentifikasi kosa kata baru dan menebak maknanya menggunakan fitur teks (gambar/konteks kalimat)

Melafalkan kata-kata yang berulang dengan intonasi, pelafalan dan irama yang benar.

Mengambar peta konsep sederhana Bermain peran/menyanyi/menceritakan kembali untuk mengekspresikan pemahaman bacaan

Berdiskusi dengan teman dan bekerja secara kelompok dalam aktivitas baca tulis

Kegiatan inti untuk kelas tinggi Mengidentifikasi kosa kata baru dan menebak maknanya menggunakan fitur teks (gambar/konteks kalimat)

Menggunakan peta konsep graphic organizer untuk memahami teks

Membuat catatan/ringkasan selama membaca

Think aloud selama membaca dan mendiskusikan pemahamannya dengan guru atau teman.

(26)

Mempresentasikan pemahaman secara verbal atau tertulis dan mengkaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Penutup Mengambil kesimpulan aktivitas baca tulis dan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari,

Melakukan refleksi terhadap aktivitas baca tulis

Melakukan konfirmasi terhadap prediksi/pertanyaan yang pada kegiatan pendahuluan

Berdasarkan keterangan diatas bahwa kegiatan model ektrakurikuler literasi baca tulis yang diterapkan pada setiap kelas berbeda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa

2.1.4 Numerasi

2.1.4.1 Pengertian Numerasi

Salah satu literasi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari adalah numerasi. Numerasi merupakan bagian dari literasi atau sering disebut dengan literasi numerasi. Literasi Numerasi merupakan kemampuan untuk menggunakan angka & simbol untuk memecahkan masalah praktis serta kemampuan untuk menganalisis informasi yang disampaikan dalam bentuk grafik, tabel, bagan dsb, dan menggunakan hasilnya untuk memprediksi dan mengambil keputusan (KBBI, 2015). Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan (1) menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari (2) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya, (3) menggunakan interpretasi tersebut untuk memprediksi dari mengambil keputusan (OECD, 2016).

Definisi numerasi yang dikutip dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud 2020 adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur,

(27)

fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.

Menurut (Maulidhina, 2019) Kemampuan numerasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penerapan suatu konsep bilangan serta ketrampilan dalam berhitung seperti melakukan operasi hitung bilangan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Numerasi yang diterapkan di SD Negeri Baturejo 02 berfokus pada pembelajaran matematika.

2.1.4.2 Aspek-Aspek Numerasi

Numerasi terdiri dari tiga aspek berupa relasi numerasi, berhitung, dan operasi aritmatika (Purpura, 2009). Ketiga aspek tersebut merupakan aspek dasar dalam pembelajaran matematika yang penting diperkenalkan sejak usia dini hingga anak memasuki kelas rendah (Jordan, dkk, 2009). Seiring berjalannya waktu numerasi yang mengacu pada literasi matematis PISA yang dikutip dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbud 2020 terbagi menjadi empat aspek antara lain bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, ketidakpastian dan data. Relasi numerasi merupakan kemampuan untuk membedakan kuantitas suatu benda seperti kurang dari, lebih banyak, atau lebih besar. Operasi aritmatika merupakan kemampuan untuk mengerjakan operasi matematika dasar berupa penjumlahan dan pengurangan. Sedangkan berhitung adalah kemampuan untuk menghitung suatu benda secara verbal dan kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah dari benda.Yang perlu diperhatikan dalam menyusun aktivitas pembelajaran menguatkan numerasi adalah bahwa tidak semua kompetensi dasar (KD) dalam sebuat mata pelajaran yang dilakukan penguatan numerasi. Sehingga langkah pertama dalam penguatan numerasi dengan memiliki KD yang memiliki keterkaitan dengan aspek numerasi dalam area fokus matematika.

Tabel 2.2 dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memutuskan KD tertentu apakah dapat dikembangkan untuk ditanamkan unsur numerasinya.

Tabel 2.1 Area fokus dan aspek numerasi (NSW DOE, 2019)

(28)

Area Fokus Aspek Numerasi Perhitungan dan penalaran dengan

bilangan

Memahami informasi matematika dalam teks dan tugas

Menerapkan konsep bilangan bulat Memperkirakan (menaksir) dan memecahkan masalah

Rasio dan perbandingan, memahami uang dan keuangan

Menerapkan, penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian Pola dan Penalaran Aljabar Mengenali dan menggunakan pola Visualisasi spasial penalaran geometris

pemetaan

Menerapkan konsep bangun ruang (3D) Menerapkan konsep bangun datar (2D) Menerapkan konsep sudut dan geometri Memahami posisi, peta dan refrensi petak

Pengukuran dan Perhitungan Memahami dan menerapkan konsep panjang

Memahami dan menerapkan konsep area

Memahami massa, volume, dan kapasitas

Representasi grafik dan analisis data Menafsirkan dan menganalisis data Menampilkan data dalam grafik dan lini masa

Menafsirkan peristiwa kemungkinan dan peluang

(29)

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek numerasi terdiri dari bilangan, pengukuran dan perhitungan, dan geometri, aljabar, pola dan penalaran, ketidakpastian dan data.

2.1.4.3 Pembelajaran Matematika 2.1.4.3.1 Belajar

Belajar merupakan aktifitas penting dalam kehidupan manusia dan semua manusia mengalami hal tersebut. Setiap manusia dan semua manusia mengalami proses kedewasaan, baik fisik maupun kejiwaan. Pendewasan tersebut akan sempurna apabila didukung oleh pengalaman melalui pelatihan, pembelajaran, serta proses belajar. Jadi belajar merupakan proses penting untuk tumbuh menjadi dewasa. Belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Santrock dan Yusen (1994) yang dikutip oleh Sugihartono dkk (2013: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Belajar merupakan salah satu factor penting dari keseluruhan proses pendidikan karena belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses tersebut.

Namun dalam pembahasan belajat ini berate berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada baagaimana proses belajar yang dialami siswa (Susanto, 2013). Reber yang dikutip oleh Sugihartono dkk ( 2013; 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai latihan yang diperkuat.

Pengertian belajar menurut Muchtar (2015: 8) menyatakan bahwa pengertian belajar secara psikologis merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Dari beberapa pendapat ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses untuk memeperoleh pengetahuan dan memberikan perubahan tingkah laku sebagai bentuk interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(30)

2.1.4.3.2 Matematika

Istilah mathematics (jerman) atau matemathics/wiskunde (belanda) berasal dari perkataan lain mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan yunani, mathematike, yang memiliki arti realting to learning. Makna dari kata terebut mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Mathematika berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yag hampir sama, yaitu mathematein yang mengandung arti belajar (berpikir) (Suherman, 2003:18). Matematika lebih menekankan pada rasio (penalaran), bukan menekankan pada hasil eksperimen atau observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu (Afrilianto, dkk 2018:602). Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa sekolah dasar hingga dewasa jenjang perguruan tinggi. Siswa diharapkan memiliki kemampuan yang logis, analisis, sistematis, kritis dan kreatif, serta memeiliki kemampuan bekerja sama melalui pembelajaran matematika yang dipelajari siswa (Depdiknas, 2006). Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah aktivitas manusia (Suherman, 2010). Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan matematika merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.4.3.3 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengkontruksi pengetahuan baru sebagai bentuk upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika siswa dan guru sangat berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran yang telah dilakukan. Pembelajaran dapat terbilang maksimal apabila selama proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

(31)

Yang dimaksud dengan pembelajaran yang efektif adalah mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan dengan memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberikan pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau model- model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya. Menurut Depdiknas (2016: 12) hal yang perlu ditekankan dalam pembelajaran matematika yaitu 1) ativitas belajar dibawah bimbingan guru maupun mandiri dengan menggunakan konsep dan prosedur secara benar dan sistematis dengan memeyingkan pemahman daripada hanya mengingat prosedur 2) melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data, fenomena yang ada 3) Melatih keterampilan melakukan manipulasi matematika untuk menyelesaikan masalah 4) melatih keterampilan penalaran matematika. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pembentukan pemahaman dan pola piker yang logis, analitis, kritis dan kreatif serta kemampuan dalam bekerja sama.

Dalam pembelajaran matematika peran guru dan siswa sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran dikatakan maksimal apabila pembelajaran berjalan dengan efektif.

2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian Shabrina (2022) dengan judul “ Kegiatan Kampus Mengajar Dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi Siswa Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa siswa kelas II sangat tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok membuat pembelajaran sangat efektif sehingga perkembangan keterampilan dan numerasi terdapat peningkatan pada kelompok siswa belum fasih membaca dan semakin baik pada kelompok siswa yang sudah fasih membaca.

(32)

2. Berdasarkan penelitian Anugrah (2021) dengan judul “Implementasi Pelaksanaan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 Terdampak Pandemi Covid-19” menunjukan bahwa program pertama yang diimplementasikan yaitu pelatihan adaptasi teknologi pembelajaran daring kepada siswa-siswi SDS ABC Jakarta Utara berjalan dengan baik, dan membantu administrasi sekolah dan guru metode proses pembelajaran SDS ABC menggunakan metode pembelajaran SDS ABC menggunakan metode pembelajaran daring dan luring.

Media pembelajaran yang digunakan berupa RPP yang disebar di grup WhatsaApp dan buku tema (buku pelajaran). Penggunaan aplikasi video conference seperti zoom atau Gmeet, hanya dilakukan dua minggu sekali atau sebulan sekali. Pembelajaran luring yang dilakukan satu kali dalam satu minggu.

3. Berdasarkan penelitian Khasanah, dkk (2021) dengan judul “ Pendampingan Adaptasi Teknologi Serta Pemanfaatan Dalam Menanamkan Literasi dan Numerasi di SD 3T” menunjukkan bahwa kegiatan dilakukan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan di 3 SD sasaran yaitu UPT SD Negeri 1 Pujodadi, UPT SD Negeri 2 Podomoro dan UPT SD Negeri 4 Sendangmulyo. Kegiatan ini bertujuan untuk : 1) membantu guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi pada pembelajaran daring. 2) meningkatkan keterampilan guru dan siswa dalam penggunaan aplikasi daring. 3) memberikan informasi kepada guru dan siswa mengenai pentingnya peranan literasi dan numerasi sejak dini serta pemanfaatan media digital sebagai sarana menanamkan literasi dan numerasi.

4. Berdasarkan penelitian Fatonah, dkk (2021) dengan judul “Implementasi Program Kampus Mengajar di Sekolah Dasar Swasta Nurani Jakarta”

menunjukan bahwa implementasi program kampus mengajar di SDS Nurani berjalan dengan baik, hal ini ditinjau berdasarkan aspek kesesuaian program dengan sasaran, program dengan sasaran sudah tepat. Kegiatan literasi yang dilakukan mahasiswa adalah membantu membaca dan menulis. Dalam bidang numerasi, mahasiswa mengajari siswa siswa beragam bentuk perhitungan matematika dan cara penyelesaiannya. Adaptasi teknologi yang dilakukan

(33)

mahasiswa di SDS Nurani adalah membantu guru membuat media pembelajaran yang menarik dan membantu penggunaan berbagai aplikasi daring untuk pembelajaran. Dalam hal administrasi, mahasiswa membantu para guru untuk mengoreksi hasil jawaban tugas dan mengawasi ujian siswa kelas 6 serta membantu mengisi 2-raport

5. Berdasarkan penelitian Widiyono, dkk (2021) dengan judul “Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus Mengajar Perintis di Sekolah Dasar”

menunjukan bahwa implementasi kampus mengajar perintis dilaksanakan di SDN 01 Sowan Lor terbukti dapat memberikan dampak positif bagi peserta didik seperti meningkatkan minat belajar, meningkatnya kemampuan literasi terpadu dan numerasi. Selain itu, manfaat bagi para mahasiswa diantaranya dapat memberikan pengalaman mengajar secara langsung sehingga dapat mengembangkan kemampuan interpersonal dan kepemimpinan yang dimiliki.

Berikut ini persamaan, perbedaan, dan orisinalitas kajian relevan Tabel 2.2 Persamaan, Perbedaan dan Orisinalitas Kajian Relevan No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1 Shabrina Kegiatan kampus

mengajar dalam meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa sekolah dasar

Penelitian sama-sama membahas tentang pelaksanaan kampus mengajar dalam

menanamkan literasi dan numerasi di sekolah dasar

Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada subjeknya, subjek penelitian yang dilakukan Shabrina mengarah pada siswa

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada

implementasi kampus mengajar untuk menanmkan literasi dan

(34)

kelas II di sebuah

sekolah dasar dikabupaten sumedang.

numerasi pada siswa

2 Anugrah Implementasi pelaksanaan program kampus mengajar

angkatan 1 terdampak pandemi covid- 19

Penelitian sama-sama membahas tentang implementasi dari program mahasiswa kampus mengajar pada sekolah dasar

Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada subjeknya.

Subjek penelitian yang dilakukan Anugrah mengarah pada seluruh siswa SDS ABC Jakarta Utara

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada

implementasi kampus mengajar untuk menanmkan literasi dan numerasi pada siswa kelas V SD Negeri

Baturejo 02.

3 Khasanah, dkk

Pedampingan adaptasi

teknologi serta pemanfaatannya dalam

menanamkan literasi dan numerasi SD 3T

Penelitian sama-sama membahas tentang implementasi kampus mengajar dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah, dkk lebih memfokuskan pada tiga

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada

implementasi kampus

(35)

menanamkan literasi dan numerasi pada sekolah dasar.

sekolah dasar yang

tergolong 3T (Tertinggi, Tedepan dan Tertinggal) di Provinsi Lampung.

mengajar untuk menanmkan literasi dan numerasi pada siswa kelas V SD Negeri

Baturejo 02.

4 Fatonah, dkk

Implementasi program kampus

mengajar di sekolah dasar Swasta Nurani Jakarta

Penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

berpusat pada implementasi kampus mengajar di sekolah dasar.

Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada subjeknya, subjek penelitian yang dilakukan Fatonah, dkk mengarah pada seluruh siswa SD Swasta

Nurani Jakarta..

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada

implementasi kampus mengajar untuk menanmkan literasi dan numerasi pada siswa kelas V SD Negeri

Baturejo 02.

5 Widiyono, dkk

Implementasi merdeka belajar melalui kampus mengajar

Penelitian sama-sama membahas tentang

Perbedaan penelitian yang dilakukan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

(36)

perintis di sekolah dasar.

implementasi kampus mengajar dalam

menanamkan literasi dan numerasi di sekolah dasar.

Widiyono, dkk jenis penelitian yang digunakan kajian literature

memfokuskan pada

implementasi kampus mengajar untuk menanmkan literasi dan numerasi pada siswa kelas V SD Negeri

Baturejo 02.

2.2 Kerangka Berpikir

Seiring dengan perkembangan zaman menuntut dunia pendidikan untuk melakukan inovasi untuk menjawab tantangan yang komplek, untuk itu pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim melucurkan program

“Merdeka Belajar” dengan tujuan untuk merespon kebutuhan dunia pendidikan di era revolusi industry 4.0. Literasi dan numerasi pada era globalisasi saat ini sangatlah dibutuhkan dalam mencapai tujuan pendidikan.Terutama pada jenjang sekolah dasar, SD Negeri Baturejo 02 belum melaksanakan kegiatan literasi dan numerasi secara maksimal. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya pengetahuan siswa dalam pembelajaran.

Maka dari itu dalam program kampus mengajar peneliti menanamkan literasi dan numerasi bagi siswa kelas V SD Negeri Baturejo 02, supaya pengetahuan siswa meningkat. Kegiatan literasi diterapkan dengan program membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan membuat catatan dan

(37)

ringkasan hal-hal yang penting yang terdapat dalam bacaan. Kemudian kegiatan numerasi diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya implementasi kampus mengajar untuk menanamkan literasi dan numerasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa.

2.1 Gambar Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Pengetahuan siswa dalam dalam pembelajaran masih rendah (berdasarkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika, inovasi yang tidak didukung, rendahnya motivasi siswa dalam kegiatan

literasi, minimnya literature)

Dilaksanakan Program Kampus Mengajar

Diterapkan Program Literasi dan Numerasi

Literasi

Direrapkan dengan membaca 15 menit pembelajaran sebelum dimulai dan membuat ringkasan.

Numerasi Diterapkan dalam pembelajaran matematika

Hasil

Pengetahuan siswa dalam pembelajaran meningkat

Gambar

Tabel 3.1 Kategori 4 Informan siswa kelas V  2.4 Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Tahap Analisis Data Miles dan Huberman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian Shabrina (2022) dengan judul “ Kegiatan Kampus Mengajar Dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi Siswa Sekolah Dasar” menunjukkan

 Pada bulan ini tercatat 60 kali insiden main hakim sendiri, sedikit lebih rendah dibanding bulan lalu. Tiga wilayah berikut memiliki angka main hakim sendiri yang paling

Dan… anda juga bolehlah menyediakan jawapan untuk – “Apakah yang anda rancang atau matlamat anda bagi kerjaya ini dalam masa 5 tahun akan datang…” (Kalaulah disoal,

Batasan pengguna Pengguna Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini ini diutamakan untuk anak berumur 2-6 tahun 1.5 Keunikan Rancangan Keunikan pada Perancangan Sekolah Pendidikan Anak

Serat merupakan komponen makanan yang berasal dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh enzim..

Ifa Aliffianti. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam Menanamkan Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas Rendah di SD Mutihan Bantul. Skripsi Jurusan/Program Studi

1) Pemerintah Kota Bandung hanya menggunakan pajak dan retribusi air tanah sebagai kebijakan untuk membatasi pemakaian dan pemanfaatan air tanah di wilayah Provinsi DKI

Yuk tersenyum buat mereka, dengan tersenyum hati papa dan mama senang, artinya kamu sudah jadi berkat buat mereka. Buat