• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kinerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kinerja"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4 TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja

Kinerja karyawan merupakan suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh seorang karyawan/pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Andhini, 2017). Kinerja merupakan implementasi dari teori keseimbangan, yang mengatakan bahwa seseorang akan menunjukkan prestasi yang optimal bila ia mendapatkan manfaat dan terdapat rangsangan dalam pekerjaannya secara adil dan masuk akal (Sinambela, 2017). Kinerja pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk itu, diperlukan penentuan kriteria yang jelas dan terukur serta ditetapkan secara bersama-sama untuk dijadikan sebagai acuan (Sinambela, 2017). Menurut Indrasari (2017) pengertian kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan dimana seseorang bekerja.

Untuk meningkatkan kinerja yang optimal, perlu ditetapkan standar yang jelas yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Untuk memperoleh kinerja yang baik, harus diperhatikan tiga elemen pokok berikut ini :

1. Deskripsi jabatan yang akan menguraikan tugas dan tanggung jawab suatu jabatan sehingga pejabat diposisi tersebut tahu secara pasti apa yang harus dilakukannya.

Untuk meningkatkan kinerja seorang pegawai, tentu saja pegawai tersebut perlu tahu apa yang harus dilakukannya dan bagaimana melakukannya.

2. Bidang hasil dengan indikator kinerja haruslah jelas. Artinya, seorang pegawai harusnya mengetahui indikator-indikator keberhasilan tugas-tugasnya.

3. Standar kinerja untuk menunjukkan berhasil atau tidaknya tugas yang dilaksanakannya.

Kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan

(2)

5

(Sinambela, 2017). Ada enam dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat kinerja karyawan secara individual, sebagai berikut : (Indrasari, 2017)

1. Quality (Kualitas), yaitu tingkat dimana hasil kinerja dari karyawan yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti ketepatan, ketelitian dan dapat diterima dari suatu aktivitas.

2. Productivity (Kuantitas), yaitu kuantitas atau jumlah yang dihasilkan secara efisien dan efektif.

3. Job knowledge (Pengetahuan), yaitu tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seorang karyawan ataupun informasi yang dimilikinya untuk menyelesaikan pekerjaanya.

4. Reliability¸ yaitu tingkat dimana seorang karyawan dapat dipercaya selama menyelesaikan pekerjaan dan dalam hal tindak lanjut pekerjaan.

5. Availability, yaitu tingkat ketepatan waktu dari suatu aktivitas yang diselesaikan oleh karyawan dan ketepatan dalam catatan daftar kehadiran karyawan.

6. Independence, yaitu tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan pekerjaannya tanpa bantuan atau bimbingan dari pengawasnya.

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakansuatu bentuk keadaan yang menghindarkankesalahan dan kerusakan kerja yang dilakukan oleh pekerja/ karyawan (Hadiyanti & Setiawardani, 2018).

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik. Keselamatan kerja merupakan perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera yang terkait dengan pekerjaan. Dengan kata lain, keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Rahmah, 2017). Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah : 1) Setiap pegawai dapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja; 2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya; 3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya; 4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai; 5) Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja; 6) Terhindar dari

(3)

6

gangguan kesehatan yang disebabkan lingkungan kerja; dan 7) Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja (Catrina dan Andi, 2012).

Keselamatan kerja sebagai suatu keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, sebab pada hakikatnya tidak ada yang menginginkan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan tugas (Sinambela, 2017). Menurut Rahmah (2017) adapun dimensi keselamatan kerja, yang meliputi :

1. Lingkungan kerja fisik

Secara fisik upaya-upaya yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah :

- Penempatan benda atau barang dilakukan dengan diberi tanda-tanda, batas-batas, dan peringatan yang cukup.

- Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan, pertolongan dan perlindungan.

- Kelengkapan alat-alat perlindung diri.

- Pemahaman penggunaan peralatan dengan mengadakan sosialisasi.

2. Lingkungan kerja sosial

Jaminan kerja sosial dapat dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenaiberbagai jaminan organisasi atas pegawai atau pekerja yang meliputi :

- Aturan mengenai ketertiban organisasi atau pekerjaan hendaknya diperlakukan secara merata kepada semua pegawai tanpa kecuali.

- Perawatan atau pemeliharaan asuransi terhadap para pegawai yang melakukan pekerjaan berbahaya dan beresiko.

(4)

7 Kesehatan Kerja

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1948, dijelaskan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Selanjutnya pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa menyatakan bahwa kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Kesehatan kerja atau occupational health cenderung diartikan sebagai upaya kesehatan yang mengurusi masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat di tempat mereka bekerja.

Tujuan utamanya selain untuk meningkatkan derajat kesehatan para pekerja juga untuk efisiensi dan produktifitas pekerjaan (Sinambela, 2017).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu kesehatan masyarakat/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor- faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Triwibowo dan Pusphandhani, 2013). Menurut Rahmah (2017) sarana kesehatan tenaga kerja upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan air bersih, sarana olahraga dan kesempatan rekreasi, kebersihan pada lingkungan kerja, dan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerjatidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. MenurutUndang- Undang Pokok Kesehatan RI No.9 Tahun 1960, Bab 1 Pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya. Menurut Rahmah (2017) ada tiga dimensi kesehatan kerja yang terdiri dari :

1. Kondisi lingkungan kerja

Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut :

- Kebersihan lingkungan kerja.

(5)

8

- Sistem pembuangan sampah dan limbah industry. 2. Sarana kesehatan tenaga kerja

Upaya upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari :

- Sarana olah raga dan kesempatan rekreasi.

- Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja.

3. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja

Merupakan pelayanan kesehatan tenaga kerja dan pemeriksaan kesehatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari :

- Pelayanan kesehatan tenaga kerja.

- Pemeriksaan kesehatan kerja secara berkala.

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja, yang dapat mempengaruhi seorang pekerja dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Pada dasarnya pengertian lingkungan berkaitan dengan elemen-elemen yang ada disekitar perusahaan yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Dalam konteks lingkungan kerja maka dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen yang ada disekitar karyawan, yang berdampak secara langsung dan tidak langsung terhadap kinerja karyawan (Wibowo, 2014).

Menurut Sihaloho dan Siregar (2019) lingkungan kerja merupakan salah satu tempat yang paling sering dilakukan oleh karyawan dalam melakukan kegiatan aktivitasnya sehari-hari. Lingkungan kerja yang menyenangkan akan memberikan rasa nyaman kepada karyawan sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya kinerja karyawan.

Lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik tempat karyawan bekerja yang mempengaruhi kinerja, keamanan dan mutu kehidupan kerja mereka. Lingkungan kerja diartikan sebagai suatu kondisi yang berkaitan dengan ciri-ciri tempat bekerja terhadap perilaku dan sikap pegawai dimana hal tersebut berhubungan dengan terjadinya perubahan-perubahan psikologis karena hal-hal yang dialami dalam pekerjaannya atau dalam keadaan tertentu yang harus terus

(6)

9

diperhatikan oleh organisasi yang mencakup kebosanan kerja, pekerjaan yang monoton dan kelelahan (Valentine, 2017). Terdapat dua dimensi lingkungan kerja, yaitu : (Valentine, 2017)

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, di mana dapatmempengaruhi kerja karyawan, baiksecara langsung maupun tidaklangsung.

- Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat kerja, kursi, mejadan sebagainya.

- Lingkungan perantara ataulingkungan umum, dapat jugadisebut lingkungan kerja yangmempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur,kelembaban, sirkulasi udara,pencahayaan, kebisingan, getaranmekanis, bau tidak sedap, warna,dan lain- lain.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan sesama rekan kerja,ataupun hubungan dengan bawahan.

Setiap perusahaan tentunya mempunyai cara akan sesuatu faktor yang mendukung demi keberhasilan dan kemajuan perusahaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja sebagai berikut : (Saripuddin, 2015)

a. Tata ruang

Penggunaan tata ruang kantor adalah segi yang paling penting dari perencanaan manajemen perkantoran. Selanjutnya tataruang kantor merupakan penentuan dari susunan semua komponen fisik pekerjaan yang dipandang perlu untuk pelaksanaan kantor dan mengkoordinasi komponenkomponen ini dalam satu kesatuan yang efisien.

b. Penerangan (cahaya)

Pentingnya penerangan yang tepat di dalam kantor sudah sangat jelas diperlukan. Pegawai yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap ketergantungan pada mata yang disertai keletihan mata, perasaan mudah marah dan gangguan fisik

(7)

10

lainnya.Penerangan yang buruk menambah kemungkinan keluaran yang rendah dan kerja yang tidak akurat dengan penerangan yang baik dapat membantu pegawai melihat dengan cepat, mudah dan senang.

c. Pertukaran udara (sirkulasi udara/ventilasi)

Di tempat kerja harus memiliki aliran udara yang segar secara terus menerus melewati kantor untuk memerangi keletihan dalam bekerja. Banyak kantor yang ber-AC dengan aliran udara, suhu dan kelembaban yang dikontrol secara otomatis. Dalam hal ini kondisi yang diperlukan dapat diberikan selama sistem tersebut dirawat dan dirancang dengan baik.

d. Musik

Dalam menggunakan musik sambil bekerja dapat memberikan rasa santai dalam memperbaiki kondisi-kondisi pekerjaan yang rumit, meringankan kelelahan fisik dan penglihatan serta dapat mengurangi ketegangan syaraf dan menjadikan pegawai merasa lebih baik dalam bekerja.

e. Suara (tingkat kebisingan)

Suara bising yang keras dan tajam adalah hal yang sangat mengganggu pegawai dalam bekerja karena suara bising tersebut akan menyebabkan kesulitan dalama memusatkan pikiran, dalam menggunakan telepon dan dalam melaksanakan pekerjaan kantor dengan baik.

Pengembangan Hipotesis

 Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Keselamatan kerja merupakan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis akan mempelajari berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja. Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (Sinambela, 2017). Ilfani (2013) dan Permanasari (2014) menyatakan bahwa terdapat pengaruh keselamatan kerja terhadap

(8)

11

kinerja karyawan. Variabel independen keselamatan kerja secara simultan atau parsial berpengaruh signifikan yang baik terhadap kinerja karyawan (Kartikasari dan Swasto, 2017). Hasil penlitian dari Anjani (2014) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel keselamatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dari uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis :

H1 : Terdapat pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Rumeksa Mekaring Sabda.

 Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Kesehatan kerja merupakan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis yang berusaha mempelajari berbagai faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita berbagai penyakit dan juga melakukan berbagai cara pengembangan untuk mencegah penyakit yang dapat menyerang manusia, dan menghantarkannya ke arah yang lebih sehat. Kondisi kesehatan harus menjadi perhatian karena pekerja adalah penggerak atau aset konstruksi. Jadi, kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak menggangu proses kerja (Sinambela, 2017). Firmanzah, dkk (2017) kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Kesehatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan arah positif (Marom dan Sunuharyo, 2018).

Variabel kesehatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Kartikasari dan Swasto, 2017). Hasil penilitian dari (Anjani, 2014) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel kesehatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dari uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis :

H2 : Terdapat pengaruh kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Rumeksa Mekaring Sabda.

 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

(9)

12

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja, yang dapat mempengaruhi seorang pekerja dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan (Wibowo, 2014). Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting di dalam mempengaruhi karyawan. Menurut Valentine (2017) lingkungan kerja yang nyaman membantu karyawan berkonsentrasi dalam bekerja dan mengurangi rasa jenuh pada karyawan dan menyadari bahwa lingkungan kerja memiliki dampak yang positif bagi kinerja karyawan dan perusahaan. Sihaloho dan Siregar (2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian dari Daniel Surjosuseno (2015) menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Nurtjahjono, 2014).

Dari uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis :

H3 : Terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Rumeksa Mekaring Sabda.

 Model Kerangka Penelitian Keselamatan Kerja (X1)

Kesehatan Kerja (X2) Kinerja (Y1)

Lingkungan Kerja (X3)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka Reduksi miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan strategi konflik kognitif pada

Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan dapat

Penulis menanyakan apa upaya yang sedang atau telah dilakukan untuk meningkatkan usaha Sate Pasar Lama, kemudian pemilik Sate Pasar Lama menjawab bahwa beliau

Penerbitan berasal dari dua sektor dengan jumlah penerbitan tertinggi berasal dari sektor Banks sebesar Rp 4 triliun, sedangkan sektor lainnya adalah Financial Companies sebesar

penelitian sebelumnya yaitu penelitian Leicht menyebutkan bahwa teknik ekstubasi sadar dengan atau tanpa lidokain intravena 1,5 mg/kgBB dengan jarak pemberian

Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata- rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Untuk pengembangan dari HsxPA, HSPA+ atau HSPA Evolution hadir dengan memberikan kecepatan transfer data yang dapat mencapai kecepatan 42 Mbps pada downlink dan 11 Mbps pada