• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu bahan pertimbangan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Pemaparan penelitian terdahulu ini berfungsi sebagai referensi dan pendukung dalam pengkajian pada penelitian penulis. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:

Penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian Analisis Pendapatan Home industry roster di Kabupaten Trenggalek (Studi Kasus Di Desa Wonocoyo Kecamatan Pogalan) yaitu, pertama penelitian yang dilakukan oleh Husnarti tahun 2017 “Analisis Pendapatan Usaha Kerupuk Talas Di Kecamatan Akabiluru” Dari hasil penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa pada setiap pengolahan dimana umbi talas yang diolah rata-rata setiap kali pengolahan adalah sebanyak 100 Kg umbi talas , pengusaha memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 395,000 dan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 485.000. Dalam melakukan usaha kerupuk talas ini umumnya pengusaha mengalami kendala dalam memperoleh modal untuk pengembangan usaha selain itu terkadang terkendala dalam pasokan bahan baku umbi talas dari petani (Husnarti, 2017).

Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alfina tahun 2016

“Analisis Pendapatan Industri Tempe di Gampong Gunong Cut Kecamatan

(2)

Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya” Berdasarkan hasil penilitian, maka rata-rata total biaya yang dikeluarkan industri tempe di Gampong Gunong Cut Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya dalam proses produksi adalah sebesar Rp. 5.642.194,-, rata-rata penerimaan sebesar Rp. 6.425.000, jadi rata-rata keuntungan perbulan dalam proses produksi pada industri tempe di Gampong Gunong Cut adalah sebesar Rp. 782.806,-. Dengan rata-rata harga jual yang diterima dalam usaha industri tempe sebesar Rp. 1.250, maka kelayakan usaha atau R/C pada usaha industri tempe dengan nilai R/C ratio adalah 1,14. Artinya usaha industri tempe sudah layak dijalankan karena R/C

= 1,14 > 1. Sedangkan titik impas (BEP) pada usaha industri tempe rata-rata BEP (Q) produksi adalah = 4.514 bungkus (BEP Q = 4.514 < 5.135), dan rata- rata BEP (P) harga adalah Rp. 1.099,- (BEP P = 1.099 < 1.250,-) (Alfina, 2016).

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Yanti Saleh tahun 2014 “Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo’a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango” Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata pendapatan bersih/keuntungan yang diperoleh pengrajin gula aren di Desa Tulo’a yaitu sebesar Rp. 1.395.684/bulan atau Rp. 16.748.208/tahun. Dengan nilai R/C Ratio sebesar 2,12. Berdasarkan kriteria nilai R/C Ratio lebih dari satu berarti dapat dikatakan usaha pengrajin gula aren di Desa Tulo’a menguntungkan dan layak untuk diusahakan (Saleh, 2014).

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Ni Kadek Arifini dan Made Dwi Setyadhi Mustika tahun 2013 “Analisis Pendapatan Pengrajin Perak Di Desa

(3)

Kamasan Kabupaten Klungkung” Hasil analisis data menunjukkan secara serempak jumlah produk, jam kerja dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0,567. Secara parsial jam kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin perak, sementara jumlah produk dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan siginifikan terhadap pendapatan pengrajin perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung (Arifini & Mustika, 2013).

Penelitian yang kelima dilakukan oleh Meri Nur Lestari, Muh Ilham, dan Rizal tahun 2019 “Analisis Pendapatan Industri Mebel Gani Di Kelurahan Tombula Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna” Hasil penelitian menunjukan bahwa penerimaan yang diperoleh Industri Mebel Gani di Kelurahan Tombula Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna dengan jumlah total Rp. 160.650.000, dengan rata-rata Rp 32.130.000 dan total biaya produksi telah dirilis adalah Rp. 98.630.000 dengan rata-rata Rp 19.726.000.

Analisis pendapatan bersih yang diterimah oleh industri mebel gani di Kelurahan Tombula, Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna sebesar Rp 67.710.000 dengan rata-rata Rp 13.5542.000. Analisis pendapatan industri mebel gani dikecamatan Tongkuno Kabupaten Muna pada bulan januari sampai dengan bulan mei menunjukan bahwa semua Revenue Cost ratio berada pada nilai R/C>1 yaitu tingkat 1,12 sampai 2,27 dengan nilai rata-rata R/C ratio adalah 1,68. Hal ini berarti industri mebel gani akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,68,- untuk setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan.

(4)

Dengan demikian Industri Mebel gani di Kelurahan Tombula Kecamatan Tongkuno Kabupan Muna dikatakan layak/efisien (Lestari et al., 2019).

Penelitian yang keenam dilakukan oleh Rein Edward Yohanes Rumbiak, Lulus Dwi Sedavit, dan Sumiyati Tuhuteru tahun 2021 “Analisis Pendapatan Industri Tahu Di Kota Wamena” Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh masing-masing industri yang telah beroperasi sejak lama tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2018, pada industri tahu yang ada di Kota Wamena. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan Analisis Biaya, Analisis Penerimaan, dan Analisis Pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan usaha tahu yang dijalankan industri “Tahu Tempe Jaya” tidak menguntungkan, dibandingkan usaha tahu yang dijalankan industri

“Tahu Ayu Rezeki” yang menguntungkan (Rumbiak et al., 2021).

Penelitian yang ketujuh dilakukan oleh Devi Rusnawati tahun 2015

“Analisis Pendapatan Usaha Home Industri Kerupuk Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat” Berdasarkan hasil penelitian nilai Produksi Akhir Bulan terbesar yaitu pada skala produksi 3600 bungkus dengan nilai penerimaan sebesar Rp 28.800.000 /bulan dan terkecil pada skala Produksi 1500 bungkus mencapai nilai penerimaan sebesar Rp 12.000.000 /bulan.

Biaya produksi pada usaha Kerupuk Raya dalam penelitian ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang tertinggi adalah pada skala Tenaga Kerja 10 orang dengan biaya tetap sebesar Rp 10.590.000/bulan, sedangkan biaya

(5)

variabel yaitu Rp. 7.419.000 /bln. Hal ini karena nilai produksi kerupuk raya awal bulan tergantung pada banyaknya jumlah produksi dan tingkat pendapatan usaha. Sedangkan total biaya produksi yang dikeluarkan paling tinggi dalam usaha industri kerupuk raya adalah pada skala produksi 3600 Bungkusan dengan biaya produksi total sebesar Rp 18.009.000/bln dengan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 10.791.000, dan paling sedikit pada skala produksi 1500 (Bungkusan) dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 6.320.333,/bln dan pendapatan yang diperoleh mencapai Rp 5.679.667,/Bulan. Kontribusi pendapatan yang tertinggi dalam usaha kerupuk raya sebesar 44,2 %, maka berada pada kategori sebagai cabang usaha, sedangkan pendapatan yang terendah dalam usaha kerupuk raya dengan kontribusi 37,5 % maka berada pada katagori sebagai cabang usaha (Rusnawati, 2020).

Perbedaan pada penelitian ini dan penelitian terdahulu adalah terelatak pada objek penelitian atau daerah yang berbeda. Sedangkan, pada penelitian ini pada penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel yang digunakan yang berpengaruh pada pendapatan. Di Desa Wonocoyo belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat produksi dan pendapatan home industry roster tersebut. Tahun penelitian yang digunakan juga adalah tahun terbaru sehingga nantinya bisa jadi refrensi untuk para pelaku industri dan juga bagi peneliti selanjutnya.

(6)

B. Landasan Teori

1) Pengertian Beton

Beton merupakan suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat-agregat lain yang di campur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang ada satu atau lebih bahan adektif ditambahkan untuk menghasilakn beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan, durabilitas, dan waktu pengerasan (Mc Cormac, 2004).

Secara sederhana beton di bentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah kerikil).

Kadang ditambahkan campuran bahan lain (adminxture) untuk memperbaiki kualitas beton (Asroni, 2010).

Pembuatan beton diperoleh dengan cara mencampurkan bahan- bahan baku yaitu semen, pasir, kerikil, dan air. Bahan baku tersebut di campur dengan merata dengan perbandingan tertentu menghasilkan suatu campuran atau olahan yang palstis sehingga dapat di masukkan kedalam cetakan dengan bentuk sesuai keinginan

Perbandingan komposisi bahan di mulai dari elemen yang paling kecil (lembut) ke elemen yang besar, yaitu: semen, pasir, kerikil di campur menjadi satu dengan menggunakan air. Jika campuran beton mengunakan 1:2:3, berarti campuran adukan beton mengunakan semen 1 bagian pasir 2 bagian dan kerikil 3 bagian.

(7)

Kelebihan dan kekurangan beton menurut Mulyono, kelebihan dan kelemahan beton adalah sebagai berikut (Mulyono, 2005):

A. Kelebihan

a) Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan kontruksi

b) Mampu memikul beban yang berta c) Tahan terhadap temperatur yang tinggi d) Biaya pemeliharaan kecil

B. Kekurangan

a) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

b) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

c) Berat.

d) Daya pantul suara besar

Suatu bahan bangunann yang di buat dengan campuran semen portlan (PC), agregta halus, air dan bahan tambah lainya dengan dibentuk bervariasi dan dipasang pada dinding-dinding disebut roster.

Campuran roster di butuhkan dalam perbandingan tertentu dan lembab.

Campuran dicetak dalam suatu wadah dan dikeringkan dengan baik dan mengeras (Arif, 2006).

Roster merupakan suatu olahan dari beton sebgagai bahan bangunan pasang dinding. Roaster sering digunakan oleh masyarakat karena mudah dipasang dan di rawat, tidak di butuhkan banyak bahan

(8)

pendudukung, tidak membutuhkan banyak tenaga kerjadalam pemasangan, roster tahan terhadap segala cuaca dan lapuk.

Karakteristik dan material telah banyak dimiliki pada roster saat ini. Roster selain terbuat dari beton juga terbuat dari bahan baku lain seperti kayu, keramik, tanah liat, batu alam, Roster beton juga mempunyai model-model yang bervariasi mulai dari roster kecil, roster besar, roster panjang, roster bintang, roster boven dan lain lain.

2) Teori Industri

Istilah industri berasal darivbahasa latin, yaitu industri yang artinya buruh atau tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuha hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Definisi industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebihi tinggi keunggulannya (Sukirno,1995). Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan (Wignjosoebroto, 2018).

Industri kecil merupakan tempat usaha produksi baik pengolahan bahan baku maupun barang jadinya berpusat dirumah serta tenaga produksinya mayoritas adalah karyawan rumahan yang mengerjakan

(9)

segala kebutuhan industri dirumah. Home industri atau biasa disebut industri rumah tangga tergolong dalam kategori usaha kecil yang di kelola keluarga. Dimana usaha kecil menurut UU No. 20 Tahun 2008 bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang ini.

A. Klasifikasi home industri

Terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan usaha kecil dalam mengukur skala usaha kecil ini diantaranya:

a) Dalam Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil meneybutkan bahwa usaha ini merupakan kegiatan eknomi rakyat yang memiliki omset atau hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 miliar dan memiliki asset atau kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta.

Serta dalam UU ini disebutkan bahwa usaha kecil bersifat independen dan tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar serta dapat berbadan hukum dan boleh tidak.

(10)

b) Biro Pusat Statistik (BPS)

Biro Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, yaitu:

1) Usaha mikro atau industri rumah tangga dengan pekerja kurang dari 5 orang.

2) Usaha atau industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

3) Usaha atau industri menengah dengan pekerja 20-99 orang.

4) Usaha atau industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih. Karena itu, usaha kecil identic dengan industri kecil dan industri rumah tangga.

c) Menteri Negara Koperasi dan PKM, selain mengacu pada UU Nomer 9/1995 tentang usaha kecil, juga memiliki batasan sendiri untuk kategori usaha menengah, yaitu asset yang dimiliki antara Rp 200 juta hingga Rp 10 miliar. Begitu juga dengan bank Indonesia, institusi ini mengacu UU itu untuk mendefinisikan usaha kecil, namun untuk skala usaha mikro dan menengah, terdapat batasan yang khusus.

Sedangkan Bank dunia (Work Bank) mendefinisikan usaha makro sebagai usaha denga jumlah pekerja sama atau kurang dari 20 orang, sementara usaha menengah

(11)

adalah usaha dengan pekerja 20 hingga 150 orang dan asset, diluar tanah dan bangunan, sama atau kurang dari US $ 500 ribu.

3) Teori Produksi

Teori produksi merupakan hubungan yang menjelaskan hubungan antara input (faktor produksi) dengan output (hasil produksi) atau bisa disebut juga teori yang menerangkan sifat hubungan antara tinbkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah factor-factor produksi yang digunakan produksi adalah suatu proses untuk mengubah barang output. Bisa juga bahwa produksi adalah proses yang meliputi semua kegiatan yang dapat menambah atau menciptakan nilai guna dari barang dan jasa. Faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena ketidakadaan faktor produksi akan menghambat kegiatan produksi. Secara umum fungsi produksi menunjukkan jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang berjalan. Hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Q = (K, L, R, T)

Q = jumlah barang yang dihasilan

K = Kapital atau modal atau saran yang digunakan L = Labour atau tenaga kerja

R = Resources,sumber daya

(12)

T = Technology,teknologi

Dari persamaan tersebut menjelaskan bahwa output dari suatu produksi pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi sangat tergantung pada jenis atau macam dari input yang digunakan terhadap jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda- beda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatanya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja (Nuraini, 2013).

Untuk memahami fungsi produksi dengan baik kita perlu terlebih dahulu mengerti konsep yang menjadi dasar dari fungsi produksi, yakni low of diminhing returns dengan satu faktor berubah low of diminhing returns atau hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang dengan satu faktor produksi jangka pendek dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat tetap dan ada faktor yang bersifat berubah atau variabel input. Jika faktor produksi bersifat variabel, (tenaga kerja) tersebut terus di tambah jumlahnya maka tingkat tertentu atau titik maksimum, dan apabila sudah mencapai tingkat maksimum tersebut faktor produksinya tetap terus di tambah maka produksi total akan semakin menurun. Hal ini berarti mulai berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (Nuraini,

(13)

2013). Jadi teori ini menjelaskan apabila input yang kita miliki melebihi dari kapasitas produksi dari input, maka pendapatan (return) akan semakin menurun. Keadaan ini dapat di lihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Kurva produksi total, produksi marginaldan produksi Rata- rata

Sumber: Nuraini,2013 Keterangan :

TP : Total produksi L : Tenaga kerja

(14)

MPL : Produksi batas (marginal product tenaga kerja) APL : Produksi rata-rata tenaga kerja (average product) Dimana :

MPL = Δ𝑇𝑃 Δ𝐿 APL = TP

L

Gambar diatas merupakan cara lain menggambarkan fungsi produksi yang menggunkan kombinasi faktor produksi tidka sebanding dimana modal dan tekhnologi dianggap tetap. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah input tenga kerja, dan sumbu vartikal menunjukkan jumlah prosuksi yang di hasilkan.

a. Tahap I menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja masih sedikit, apabila jumlah tenaga kerja ditingkatkan hingga menjadi L2, maka meningkatkan total produksi Q1 menjadi Q2. Produksi marginal dan produksi rata-rata juga akan meningkat. Sehingga pada tahap ini berlaku hukum pertambahan hasil produksi yang semkain besar (law of increasing retruns).

b. Tahap II produksi total akan terus menerus meningkat sementara produksi rat-rata mulai menurun dan produksi marginal bertambah dengan proporsi yang semakin menurun sampai pada akhirnya produksi marginal mencapai dititik nol.

Sehingga pada tahap ini berlaku hukum penambahan hasil

(15)

produksi yang semkain berkurang (law of diminishing returns).

Jika pada tahap tersebut pengunaan tenaga kerja terus di tambah maka memasuki tahap III

c. Tahap III penambahan tenaga kerja yang terud ditambah maka akan menyebabkan total produksi yang menurun. Sehingga pengunaan tenaga kerja terlalu banyak hingga produksi rata- rata menurun dan produksi dan produksi marginal menjadi negatif. Sehingga tidak ada pilihan lain selain menguranggi penggunaan selain menggurangu pengunaan tenga kerja (Nuraini, 2013).

Analisis diatas menunjukkan jika tingkat produksi akan menggalami perubahan apabila suatu faktor produksi yang dapat diubah misalnya seperti tenaga kerja dan modal dan dimisalkan ke dua faktor proses produksi tersebut dapat saling mengantikan. Hal ini menunjukkan bila harga tenaga kerja dan ahrga modal perunit telah diketahui, maka analisa tentang bagaimana seorang produsen mampu meminumkan biaya di dalam usahanya sehingga mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan (Nuraini 2013).

a. Kurva produksi sama (isoquant)

Kurva produksi sama (isoquant) merupakan kurva yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi faktor-faktor produksi yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.

(16)

Gambar 2.2 Kurva Isoquant

Sumber: Nuraini, 2013

Gambar diatas L menunjukkan tenaga kerja dan K menunjukkan kapital atau modal. Kombinasi tenaga kerja sebanyak L1 dan kapital sebnayak K1 atau di tunjukkan di titik A akan menghasilka output yang sama dengan kombinasi tiitk B (tenaga kerja sebnayak L2 dan kapital sebnayak K2).

Kombinasi titik A dan B juga akan sama besarnya output dengan titik C (tenaga kerja sebnayakan L3 dan kapital sebnayak K3). Jadi jika kombinasi tenaga kerja dan kapital yang digunakan tetap dalam satu garis isoquant maka besarnya output akan sama

b. Garis ongkos sama (isocost)

Garis ongkos sama (isocost) merupakan garis yang mengambarkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat

(17)

dibeli dengan menggunakan sejumlah anggaran tertentu atau dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu

Gambar 2.3 Kurva Isocost

Sumber: Nuraini, 2013

TO : total outlay atau total penggeluaran Pk : Harga kapital

Pl : Harga tenaga kerja

Pada gambar diatas menggambarkan apabila jumlah anggaran produsen untuk membeli faktor produksi tersbeut ditambah, smeentara harga dari faktor produksi tetap maka kurva isocost akan bergeser ke kanan atau semakin banyak faktor produksi yang bisa dibeli. Sebaliknya, apabila anggaran tersebut menurun sementara harga faktor produksinya tetap, maka kurva isocost bergeser ke kiri yang menunjukkan semkain sedikit faktor produksi yang mampu di beli.

(18)

c. Meminimumkan biaya produksi

Untuk meminimumkan biaya produkis sejumlah output tertentu, unit kegiatan ekonomi harus memilih kombinasi input dengan biaya minimum (least cost combination) kurva isoquant sama dengan kurva keseimbangan produsen.

Gambar 2.4

Kurva Produksi Optimum

Sumber: Nuraini, 2013

Pada gambar diats kombinasi input denganbaiay minimum dan dapat menghasilkan output tertentu yaitu sebesar K1 untuk input kapital dan sebesar L1 untuk input tenaga kerja. TitikA disebut dengan posisi least cost combination merupakan tingkat kombinasi penggunaan faktor produksi untuk menhasilkan tingkat produksi tertentu dengna baiay total minimal. Jika dirumuskan, maka posisi least cost combination

(19)

terjadi pada kemiringan kurva isoquant sam dengna kemiringan isocost.

Menurut (Soekartawi, 1990) Faktor-faktor produksi dibedakan atas dua kelompok sebgai berikut:

a. Faktor biologi, seperti bahan pertanian dengna macam dan tingkat kesuburan bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebgainya.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidak pastian, kelembagaan, adanya kredit dan sebgainya.

Produksi menjelaskan tentang kombinasi penggunaan sumber daya ekonomi, terutama penggunaan tenag kerja, modla dan tekhnologi sedemikian rupa untuk menhasilkan produksi yang maksimal (Nuraini, 2013).

Michael R. Baye dalam bukunya yang berjudul Managerial Economics and Business Strategy menjelaskan bahwa:

“The technology available for converting capital and labor into output is summarized in the production function. The production function is an engineering relation that defines the maximum amount of output that can be produced with a given set of inputs.

Mathematically, the production function is denoted as Q = F (K,L) that is, the maximum amount of output that can be produced with K units of capital and L units of labor” (Baye, 2009).

Yang memiliki arti bahwa teknologi yang tersedia untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output diringkas dalam fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan rekayasa yang

(20)

mendefinisikan jumlah output maksimum yang dapat diproduksi dengan jumlah tertentu kumpulan input. Secara matematis, fungsi produksi dilambangkan dengan jumlah output maksimum yang dapat diproduksi dengan K (unit modal) dan L (unit tenaga kera).

Untuk mempermudah pengertian produksi merupakan setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Akan tetapi, produksi tentu saja tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan- bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri.

Untuk bisa melakukan produksi, dibutuhkan tenaga manusia, sumber- sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi (Rosyidi, 2006). Seperti yang baru saja disebutkan, faktor-faktor produksi itu terdiri dari:

a. Tanah (land/natural resources) b. Tenaga kerja (labor)

c. Modal (capital) d. Managerial skill

Produksi sendiri merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk

(21)

semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dkk, 2003).

4) Teori Pendapatan

Istilah pendapatan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia, dari berbagai macam kalangan status sosial, usia, ekonomi, dan budaya semua pernah mendengarnya bahkan mengucakpan kata pendapatan. Indonesia cukup banyak dengan mengaitkan pendapatan sebagai tolak ukur pada proporsi yang dimiliki, misalnya pada pendapatan masyarakat, pendapatan keluarga, pendapatan daerah, pendapatan per kapita hingga pendapatan negara.

Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam memaksimalkan suatu keuntungan dengan menggunakan factor produksi maka setiap produksiyang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari factor produksi tersebut. Neo Klasik juga menyatakan bahwa tenaga kerja memperoleh pendapatan senilai dengan pertambahan hasil marginalnya.

Pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi yang telah diserahkanberupa pendapatan dari profesi yang sudah dilakukan oleh sendirinya atau usaha milik perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Berdasarkan peningkatan pendapatan perekonomian rumah tangga, maka

(22)

diperlukan adanya penambahan waktu kerja dengan demikian jumlah pendapatan mempengaruhi permintaan.

Besarnya pendapatan kotor secara ringkas dirumuskan sebagai berikut:

TR = Pendapatan P = Harga

Q = Jumlah

Dalam hal ini yang dimaksut dengan pendapatan adalah faktor yang diperoleh dari penjualan barang. Besarnya pendapatan faktor diperoleh dari hasil perkalian harga tiap satuan barang dengan jumlah barang yang laku terjual.

TR merupakan pendapatan kotor/penerimaan total, sedangkan P adalah harga dan Q adalah jumlah barang. Penerimaan total dapat meningkat akibat perubahan harga atau perubahan jumlah penjualan barang. Penerimaan total meningkat apabila harga naik sedangkan jumlah penjualan tetap/bertambah atau jumlah penjualan meningkat sedangkan harga tetap/meningkat.

Menurut (Sukirno, 2004) Pendapatan home industry roster merupakan selisish antara total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, yang mana semua input pemilik usaha dihitung sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga, dan

(23)

pendapatan merupakan selisih antara pendapatan denga biaya total.

Yang dapat dirumuskan:

π = TR –TC Dimana:

π = Pendapatan

TR = Total Revenue (Penerimaan) TC = Total Biaya (Pengeluaran)

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat.

Menurut (Sukirno, 2001) pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Menurut (Sukirno, 2004) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima atas prestasi yang dikerjakan dalam periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Beberapa jenis pendapatan tersebut adalah sebagai berikut:

(24)

a) Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

b) Pendapatan disposibel, yaitu pendapatan dikurangi dengan pajak yang harus dibayakan oleh penerima pendapatan, sisa pendapatan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

c) Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Sedangakan pendapatan menurut teori Milton Friedman yang dipetik dari (Kusdyah, 2008) digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan income dapat diartikan sebagai:

a) Pendapatan yang diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya. Contoh: upah, gaji.

b) Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kelayakan seseorang.

5) Efisiensi Pendapatan

Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio output besar, maka efisiensi dikatakan semkain semkain tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah pengunaan input yang terbaik dalam memproduksi barang (Susantun, 2000). Efisiensi merupakan tindakan

(25)

memaksimalkan hasil dengan mengunakan modal (tenaga kerja, material dan alat) yang minimal (Stoner, 1995).

Konsep Efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu dan Kopmas. Efisiensi pada suatu unit kerja ekonomi atau perusahaan selalu berkaitan dengan bagaimana cara menghasilkan tingkat output yang maksimal dengan jumlah input tertentu. Dasar konsep efisiensi berasal dari konsep mikro ekonomi, yaitu teori produsen yang menjelaskan hubungan teknis antara faktor input dan output. Sudut pandang teori produsen mencoba untuk memaksimalkan profit atau meminimalkan biaya (Coelli et al., 2005).

Menurut Farell dalam buku yang berjudul Introduction to Efficiency and Productivity Analysis Second Edition Oleh Timothy J.

Coelli, D.S. Prasada Rao Christopher J. O'Donnell and George E.

Battese mengusulkan bahwa:

“Efficiency consists of two components: technical efficiency, which reflects the firm's ability to obtain maximum output from a given set of inputs, and allocation efficiency, which reflects the firm's ability to use inputs in optimal proportions, given the price of each.

and production technology. These two measures are then combined to provide a measure of total economic efficiency”

(Coelli et al., 2005).

Yang memiliki arti bahwa Efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen: efisiensi teknis, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh output maksimum dari satu set input tertentu, dan efisiensi alokasi, yang mencerminkan kemampuan

(26)

perusahaan untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal, mengingat harga masing-masing. dan teknologi produksi. Kedua ukuran ini kemudian digabungkan untuk memberikan ukuran efisiensi ekonomi total.

Pada teori ekonomi terdapat dua jenis efisiensi, yaitu efisiensi ekonomi (economic efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Efisiensi ekonomi mempunyai gambaran ekonomi makro, sedangkan efisiensi teknik memiliki gambaran mikro. Teori ekonomi juga menyatakan bahwa dalam sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:

1) Technical Efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin.

2) Allocative Efficiency yang merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input-nya dengan struktur harga dan teknologinya. Efisiensi ini mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien, apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat

(27)

digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien.

3) Economic Efficiency, menurut Coeli efisiensi dari sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Yang mana efisiensi teknis menggambarkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan output dengan sejumlah input yang tersedia.

Adapun efisiensi alokatif menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan pengggunaan input-nya.

Kedua ukuran ini yang kemudian dikombinasikan menjadi efisiensi ekonomi (economic effiency). Suatu perusahaan dikatakan efisien secara

ekonomi jika perusahaan tersebut dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan tingkat teknologi sertaharga pasar yang berlaku (Coelli et al., 2005).

Menurut (Susantun, 2000), terdapat dua syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi ekonomi yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition) bagi penentuan efisien dan tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi harus diketahui. Efisiensi merupakan tindakan memaksimalkan hasil dengan menggunakan modal (tenaga kerja, material dan alat) yang minimal. Efisiensi merupakan rasio antara input dan output, dan perbandingan antara

(28)

pemasukan dan pengeluaran. Jika pengertian efisiensi dijelaskan dengan pengertian input-output maka efisiensi merupakan rasio antara output dengan input.

Untuk mengetahui tingkat efesiensi pendapatan pengusaha industri beton menggunakan alat ukur sebagai berikut:

E = 𝑇𝑅/𝑇𝐶 Dimana:

E = Efisiensi

TR = Total Revenue TC = Total Cost Keterangan:

1) R/C rasio >1, bisa dikatakan bahwa usaha home industry roster di Desa Wonocoyo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek yang dijalankan efisiensi atau menguntungkan.

2) R/C rasio =1, bisa dikatakan bahwa usaha home industry roster di Desa Wonocoyo Kecamatan Pogalan Kabupaten Tenggalek yang dijalankan dalam kondisi tidak menuntungkan dan juga tidak rugi.

3) R/C rasio <1, bisa dikatakan bahwa usaha beton di Desa Wonocoyo Kecamatan Pogalan Kabupaten Tenggalek yang dijalankan dalam kondisi tidak efisien atau mengalami kerugian.

(29)

C. Kerangka Konsep

Pemilik Home Industry Roster

Hasil Produksi Beton Tenaga Kerja

Analisa Biaya TC = TFC - TVC

Analisa Penerimaan TR = P X Q

Analisa Pendapatan Bersih

 = TR - TC

Analisa Efisiensi E = TR/TC

Harga Jual

Pendapatan

Referensi

Dokumen terkait

Laman-laman media di Malaysia secara umumnya terletak antara kadar risiko sederhana sehingga risiko rendah dalam kerangka yang digunakan, terutamanya dalam indikator-indikator

Implementasi IDS pada server menggunakan jejaring sosial (facebook, twitter, dan whatsapp) sebagai media notifikasi memudahkan administrator dalam mengidentifikasi

anom_omar@yahoo.com 30 A L QU RA N • Sumber dan rujukan utama dalam hidup manusia • Mengandungi segala aspek kehidupan manusia • Tiada kelemahan dan kekurangan

Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu, dengan demikian akan terakumulasi kemampuan yang

Keuntungan yang didapat dengan menggunakan precast adalah 2.55% jika dibandingkan terhadap biaya total kolom yang dikeluarkan pada metode konvensional, serta dapat mengurangi waktu

Kebijakan publik yang di buat oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan di tengah-tengah masayrakat tidak mudah untuk di implemntasikan sesuai dengan tujuan dan

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa variabel kualitas produk, persepsi harga, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada konsumen produk

Asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat bisa menjalankan fungsinya dengan baik dalam penelitian ini