Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... ……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. ManfaatPenelitian... 8
F. Penjelasan Istilah ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 9
B. Dimensi Pengetahuan ... 17
C. Penalaran ... 22
D. Tinjauan Materi Pokok Stoikiometri ... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 39
B. Alur Penelitian ... 40
C. Prosedur Penelitian ... 41
D. Subjek Penelitian ... 45
E. Instrumen Penelitian ... 46
F. Pengujian Instrumen ... 47
G. Teknik Pengumpulan Data... 54
H. Penyajian Data ... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56
1. Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah... 56
a. Keterlaksanaan Pembelajaran Pemecahan Masalah Oleh Guru 59 b. Keterlaksanaan Pembelajaran Pemecahan Masalah Oleh Siswa... 60
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Dampak Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Penalaran
Siswa ... 65
a. Hasil Penalaran Secara Umum ... 65
b. Hasil Penalaran Pada Tiap Indikator ... 67
4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pemecahan Masalah ... 69
B. Pembahasan ... 71
1. Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah... 71
a. Pembelajaran Pemecahan Masalah Kelompok A ... 71
b. Pembelajaran Pemecahan Masalah Kelompok B ... 72
2. Dampak Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Penguasaan Dimensi Pengetahuan Siswa ... 74
3. Dampak Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Penalaran Siswa ... 75
a. Hasil Penalaran Secara Umum ... 75
b. Hasil Penalaran Pada Tiap Indikator ... 76
4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Pemecahan Masalah .. 78
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kerangka Kerja Quellmalz ... 24
Tabel 3.1. Kriteria Reliabilitas ... 49
Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kesulitan ... 50
Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda ... 50
Tabel 3.4. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok A ... 51
Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kelompok B ... 52
Tabel 3.6. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa ... 53
Tabel 3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 54
Tabel 3.8. Kategori Gain Ternormalisasi ... 55
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Hubungn antara retention dan reasoning ... 23 Gambar 3.1. Hubungan antar variabel dalam penelitian ... 39 Gambar 3.2. Alur Penelitian ... 40 Gambar 4.1. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Tahapan Pembelajaran
Pemecahan Masalah Kelompok A... 61 Gambar 4.2. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Tahapan Pembelajaran
Pemecahan Masalah Kelompok B ... 62 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Penguasaan Dimensi
Pengetahuan Kelompok A ... 63 Gambar 4.4. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Penguasaan Dimensi
Pengetahuan Kelompok B ... 64 Gambar 4.5. Rata-rata Skor Pretes dan Postes Penalaran Siswa Kelompok A 65 Gambar 4.6. Rata-rata Skor Pretes dan Postes Penalaran Siswa Kelompok B 66 Gambar 4.7. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Penalaran Siswa Kelompok
A pada Setiap Indikator ... 67 Gambar 4.8. Perbandingan Rata-rata Skor <g> Penalaran Siswa Kelompok
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 86
Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 126
Lampiran C : Judgement Ahli ... 152
Lampiran D : Hasil Uji Coba Soal Tes ... 171
Lampiran E : Data Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain ... 187
Lampiran F : Dokumen Pendukung ... 213
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah.
A. LatarBelakang
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2
Kemampuan bernalar siswa tidak dapat muncul begitu saja namun perlu latihan-latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brookhart (2010: 66) yang menyatakan bahwa kemampuan bernalar dapat diasah dan dikembangkan di sekolah. Demikian juga pendapatFilsaime (2008: 83) yang menyatakan bahwa belajar mengetahui kemampuan penalaran merupakan salah satu halyang paling penting karena semua aktivitas kehidupan yang dilakukan dipengaruhi oleh kemampuan bernalar. Bila kekuatan dan kelemahan cara bernalar diketahui dan dikembangkan, maka setiap tindakan yang diambil akan dipahami dengan lebih baik.Olehkarenaitusangatpentinguntukmengeksplorkemampuanpenalaran.
Materi pokok stoikiometri di kelas X merupakan salah satu aspek penting dari materi kimia SMA secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan materi kimia tersebut merupakan materi inti yang mendasari materi-materi yang lain seperti materi kesetimbangan, asam-basa, dan lain-lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Okanlawon (2010: 107) bahwa stoikiometri penting untuk semua aspek dalam kimia. Sementara Firman dan Liliasari (1997: 32) berpendapat bahwa pengetahuan stoikiometri penting artinya dalam industri kimia yang selalu harus memperhitungkan banyaknya bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk yang dikehendaki. Berdasarkan hal tersebut maka materi pokok stoikiometri penting untuk diajarkan pada siswa kelas X SMA.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3
pembelajaran kimia cukup sulit untuk dipahami. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran kimia akhirnya berimbas pada nilai hasil belajarnya yang rendah.
Fenomena ini terbukti melalui hasil studi pendahuluan pada salah satu sekolah di Kabupaten Tasikmalaya. Pengetahuan konseptual siswa pada konsep mol, komposisi zat, dan pereaksi pembatas masih rendah dimana nilai rata-rata kelas 39,94; nilai kriteria ketuntasan minimal 75 dan persentase kelulusan hanya 24,24%. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 10 dan nilai tertinggi 85. Selain itu, guru juga belum mendefinisikan dengan jelas keempat dimensi pengetahuan yang diungkapkan dalam taksonomi Bloom versi revisi, pengetahuan yang dikembangkan semua dianggap pengetahuan konseptual padahal ketiga dimensi pengetahuan yang lain termasuk didalamnya.
Begitu pula dengan kemampuan penalaran siswa yang masih rendah. Ketika siswa dievaluasi dengan soal pilihan ganda beralasan dan soal esai, siswa belum mampu memberikan uraian jawaban dengan tepat dan menggunakan kalimatnya sendiri. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa siswa belum memiliki penguasaandimensi pengetahuan stoikiometri dan kemampuan penalaran yang baik.
Hasil studi pendahuluan di atas didukung oleh hasil penelitian lain. Schmidt; BouJaoude&Barakat (Chandrasegaran et al, 2008: 14),menyatakan konsep
pereaksipembatasmerupakandaerah yang
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4
reaksi setara dengan mol, massa, jumlah partikel dan volume gas pada keadaan STP sangat diperlukan untuk menguasai konsep stoikiometri.
Ada beberapa faktor yang menyebabkanpenguasaandimensi pengetahuandan penalaran siswa rendah, diantaranya adalah (1) siswa kurang menguasai konsep prasayarat dengan baik, (2) siswa kurang mampu menyimak kembali jawaban yang mereka peroleh, apakah jawaban itu mungkin atau tidak, dan (3) proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas masih sangat monoton. Hal ini didukung dengan hasil studi pendahuluanyang menunjukkan bahwa dari sembilan kali pertemuan yang diobservasi, guru selalu menggunakan metode mengajar dengan ceramah, siswa diharuskan menghafal konsep, pembelajaran berpusat pada guru, bahkan tidak jarang guru hanya meminta siswa untuk menyalin isi buku pelajaran pada buku catatannya.Hal serupa juga disampaikan oleh Zeineddin& El Khalick,(2008: 153)yang menyatakan bahwa “pembelajaran sains seringkali menuntut siswa mempelajari konsep dan prinsip sains secara hafalan”.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5
dengan berbagai alternatif pembelajaran kimia sehingga siswa tidak hanya belajar konsep saja, tetapi juga belajar tentang proses berpikir, kreativitas, sikap dan keterampilan untuk memecahkan masalah.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaransiswa pada materi stoikiometri yaitu dengan mengembangkanpembelajaran pemecahan masalah. Dengan pembelajaran ini, guru berusaha memberdayakan pikiran siswa untuk menggabungkan dan mengaitkan antar konsep dalam stoikiometri sehingga berpeluang untuk dapat mengembangkan penalaran siswa.
Beberapa penelitian terkaitpembelajaran pemecahan masalah dan penguasaan konsep telah dilakukan. Hanson danWolfskill(Redhana & Sastrawidana, 2003: 11) menyatakanbahwapembelajaran
pemecahanmasalahmelaluikerjatimdapatmengurangimiskonsepsi siswa. Pada penelitian lain, Redhana & Sastrawidana (2003: 11); Adesoji (2008:7) menyatakan pembelajaranpemecahanmasalahdapat meningkatkan penguasaan
konsep kimiadan
meningkatkankinerjasiswadalammenyelesaikanmasalahpembelajaran.Sementara itu, Mahalingam et al. (2008: 1580) menyatakan
penggunaankelompok-kelompokkecilpada pembelajaran
pemecahanmasalahdiperkuliahankimiaumumadalahalat yang
efektifuntukmeningkatkanpenguasaan konsep dan
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6
desainLearning Together dan pembelajaran pemecahan masalah kimia dengan teknik pathway terbukti dapat meningkatkan pemahaman algoritmik kimia secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
Hasil-hasil penelitian di atas berfokus hanya pada pembelajaran pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa, belum terlihat keterkaitan antara pembelajaran pemecahan masalah dengan dimensi pengetahuan yang lain dan penalaran siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian ”Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan dan Penalaran Siswa SMA Pada Materi Pokok Stoikiometri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan penelitian ini adalah “Bagaimanapengembangan pembelajaranpemecahan masalah yang dapat meningkatkanpenguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa kelas X pada materi pokok stoikiometri?”
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran pemecahan masalah yang relevan untuk materi pokok stoikiometri di kelas X?
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7
3. Bagaimana dampak pembelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan terhadap penalaran siswa kelas X pada materipokok stoikiometri?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan pada materi pokok stokiometri?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahanpadapenelitianiniterfokuspadahal yang diharapkan, makaruanglingkuppadapenelitianinidibatasipadahal-halberikut:
1. Penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa yang dikembangkan hanya dibatasi pada materipokok stoikiometriyaitu konsep mol, stoikiometri zat, dan pereaksi pembatas.
2. Karakteristik materi stoikiometri adalah menggabungkan antara pemahaman konsep dan aplikasi, selain itu stoikiometri juga memerlukan kemampuan siswa dalam matematika. Berdasarkan karakteristik tersebut maka penguasaan dimensi pengetahuan dibatasi hanya pada pengetahuan konseptual (pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi) dan pengetahuan prosedural(pengetahuan tentang algoritma).
3. Keterlaksanaan desain penelitian R&D dibatasi hanya sampai pada tahap develop.
4. Relevansipembelajaran pemecahan masalah pada materi pokok stoikiometri ditinjau dari tahapan berhipotesis.
D. TujuanPenelitian
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8
1. Mengembangkan dan mengukurdampak pembelajaran pemecahan masalah terhadap penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa kelas X pada materi pokok stoikiometri.
2. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan pada materi pokok stoikiometri.
E. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan memperkaya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di SMA. Sedangkan secara praktis dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, misalnya:
1. Siswa, yaitu memberikan bekal dan pengalaman bagi siswa SMA untuk mengembangkan dimensi pengetahuan dan penalarannya.
2. Guru kimia, yaitu memberikan alternatif contoh pembelajaran kimia untuk mengembangkan dimensi pengetahuan dan penalaran sehingga lulusan SMA menjadi lebih berkualitas.
3. Sekolah, yaitu memberikan masukan tentang pembelajaran pemecahan masalah sebagai upaya inovasi dalam proses pembelajaran di sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Agar diperoleh kesamaan persepsi mengenai penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang beberapa istilah sebagai berikut:
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9
siswa merupakan suatu proses memecahkan soal-soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Arifin et al, 2003: 98).
2. Dimensi pengetahuandikategorikan dalam empat jenis pengetahuan yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (Anderson & Krathwohl,2010: 39).
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Desain Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Materi Pokok
Stoikiometri Dimensi
Pengetahuan Penalaran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang desain penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian.
A. Desain Penelitian
Pengembangan pembelajaran pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan desainpenelitiandanpengembanganpendidikan (educational research and development) menggunakantahapan 4D yang dikemukakanolehThiagarajan, et al.(Rochmad, 2011: 2).Desain pengembangan tersebut terdiri dari 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate).
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Studi Pendahuluan Penelitian
Studi Mengenai Dimensi Pengetahuan
Studi MengenaiPenalaran Studi
MengenaiPembelajaranPe mecahan Masalah
Analisis Indikator Dimensi Pengetahuan
Analisis Indikator Penalaran
Analisis Kegiatan Pembelajaran Pemecahan Masalah Kajian Standar Isi Mata
Pelajaran Kimia SMA/MA
Define B. Alur Penelitian
Berikut alur penelitian yang dilakukan :
Design
Perumusan Pembelajaran
Pemecahan Masalah Instrumentasi : RPP, lembar observasi,
angket, pedoman wawancara, soal dimensi pengetahuan dan penalaran
Validasi, Uji coba terbatas, dan Revisi (Pembelajaran dan Instrumen Penelitian)
Develop Pretes Implementasi Pembelajaran Pemecahan Masalah Observasi Postes
Tanggapan Siswa dan Guru
Analisis Data
Temuan dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Disseminate
40
B. ProsedurPenelitian
Adapuntahapan-tahapan yang
menjadiacuandalampelaksanaanpenelitianadalahsebagaiberikut:
1. TahapPendefinisian (define)
Tujuan tahap ini adalah mempelajari masalah mendasar yang akan diteliti. Sepanjang analisis ini, dipertimbangkan pembelajaran yang lebih efisien. Tahap pendefinisian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Padatahapinidilakukananalisisdimensi pengetahuan dan indikator penalaran dalambatasanmateri pokok stoikiometrikelas X. Pada tahap ini dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan di sekolah, antara lain denganobservasi dan wawancaraterhadap guru kimia di salah satu SMA Negeri Kabupaten Tasikmalaya. Studi pendahulan bertujuanuntukmemunculkanmasalahdasar yang dibutuhkandalampengembanganpembelajaran pemecahan masalah. b. Melakukan kajian standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA, studi mengenai
pembelajaran pemecahan masalah, penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa pada materi pokok stoikiometri.
2. TahapPerencanaan(design)
Padatahapinibertujuanuntuk mendesainpembelajaranpemecahanmasalah dan instrumen penelitian.Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode group discussion, yaitu suatu proses diskusi yang melibatkan para pakar (ahli) untuk
mengidentifikasi masalah,analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam perancangan desain atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian masing-masing (Jakaria, 2009: 4).
Kegiatan utama yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Mendesainpembelajaranpemecahanmasalah.
b. Membuat instrumen penelitian berupa LKS, lembar observasi pembelajaran, pedoman wawancara, angket,soal penguasaan dimensi pengetahuandan penalaran pada materi konsep mol, stoikiometri zat, pereaksi pembatas.
3. TahapPengembangan (Develop)
Padatahappengembanganinibertujuanuntukmenghasilkandesain pembelajaran pemecahan masalah yang berorientasi pada upaya meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa kelas X pada materi pokok stoikiometri. Metode yangdigunakanpadatahap pengembanganadalah “Weak
Experimental” (Fraenkel& Wallen, 2008:
kemudiandilakukanpembelajaranpemecahanmasalahdanterakhirdiberipostes.Instru men pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda.
Pada tahap ini, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan validasi terhadap pembelajaran dan instrumen. b. Melakukan revisi hasil validasi pembelajaran dan instrumen.
c. Melaksanakan ujicoba terbatas terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan. Pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah dilakukan dalam satu kelas dimana siswa dibagi dalam dua kelompok belajar. Masing-masing kelompok belajar melaksanakan pembelajaran pemecahan dengan tahapan yang berbeda. Kelompok A akan melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan berikut :
1) Menganalisis masalah
2) Merencanakan pemecahan masalah
3) Melakukan penyelesaian masalah (melakukan perhitungan) 4) Mengevaluasi solusi atau jawaban (pengecekan)
Sedangkan kelompok B akan melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan berikut :
1) Menganalisis masalah 2) Merumuskan hipotesis
3) Merencanakan pemecahan masalah
Untuk selanjutnya hasil dari kedua perlakuan yang berbeda tersebut diperbandingkan. Ujicoba terbatas terhadap pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan sebagai berikut:
1) Melaksanakan pretes sebelum pembelajaran pemecahan masalah dilaksanakan.
2) Melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah dan observasi.
3) Melaksanakan postes setelah pembelajaran pemecahan masalah dilaksanakan.
4) Menyebarkan angket kepada siswa. 5) Melaksanakan wawancara kepada siswa. 6) Mengumpulkan data hasil penelitian. 7) Mengolah data hasil penelitian.
8) Menganalisis data hasil penelitian dan membahasnya. 9) Menyimpulkan hasil penelitian.
10) Menuliskan laporan hasil penelitian dalam draf tesis.
4. TahapPenyebaran (Disseminate)
Pada tahap disseminate,
C. Subjek Penelitian
Subjekdalampenelitianiniadalahsiswakelas X-7salah satu SMA Negeri diKabupaten Tasikmalaya semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36 orang terdiri atas 18 orang pada kelompok A dan 18 orang pada kelompok B. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan sampel didasarkan pada informasi yang diketahui peneliti terhadap populasi dan tujuan yang spesifik terhadap penelitian(Fraenkel& Wallen, 2008: 99).Pertimbangan pemilihan kelas tersebut sebagai subjek penelitian karena berdasarkan informasi dari guru kimiadi sekolah tersebut bahwa respon belajar, antusiasme dan partisipasi siswa kelas X-7dalam pembelajaran kimiacukup bagus, sehingga proses penelitian diharapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak
kendala teknis seperti siswa kurang
D. Instrumen Penelitian
1. Tahap Define
Instrumen yang digunakan pada tahap define adalah tabel analisis untuk menganalisis dimensi pengetahuan, indikator penalaran, dan menganalisis kegiatan dalam pembelajaran pemecahan masalah. Instrumen lain yang digunakan dalam studi pendahuluan adalah lembar observasi dan pedoman wawancara guna mengumpulkan data terkait realita pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas.
2. Tahap Design
Pada tahap define, peneliti mendesain pembelajaran pemecahan masalah dan instrumen penelitian yang akan digunakan pada tahap develop.
3. Tahap Develop
Untukmendapatkan data yang diinginkandalamtahap penelitianini, digunakaninstrumenberupaLKS, lembartestertulis, angket, pedoman wawancara, danpengamatan (observasi).
a. Lembar kerja siswa (LKS), digunakan untuk memandu siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran pemecahan masalah tahap demi tahap.
b. Lembartestertulisberupatesesai, bertujuanuntukmenjaringdata penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa kelas X pada materi pokokstoikiometri.
c. Lembarobservasi guru,
digunakanuntukmenjaringinformasisecaralangsungmengenaigambaran
pembelajaran di kelas.Pengamataninidilakukandariawalpembelajaransampaiakhirpembelajaran .
d. Lembar angket,
bertujuanuntukmengetahuiresponsiswatentangkeunggulandankelemahandarip embelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan.
e. Lembar pedomanwawancara,
bertujuanuntukmengetahuiresponsiswatentangkeunggulandankelemahandarip embelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan.
E. Pengujian Instrumen
Dalam menyusun dan melaksanakan tes, agar instrumen menjadi alat ukur yang baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuatkisi-kisisoaltes
2. Menyusunsoaltessesuaidengankisi-kisi yang telahdibuat. 3. Memvalidasi soal tes yang sudah dibuat
4. Merevisi hasil validasi 5. Ujicobasoal
6. Merevisi hasil uji coba soal
instrumenpenelitian dilakukan pada siswa kelasXI IPA3 di salahsatuSMANegeridi KabupatenGarut.
a. Analisis Validitas
Soal dikatakan valid apabila soal itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, soal esai akan diuji validitasnya dengan menggunakan validitas isi. Sukardi (2008: 33) menyatakan bahwa validitasisiadalahvaliditas yang ditilikdarisegiisitesitusendiriyang ditentukan melalui pertimbangan para ahli.Sugiyono (2007: 353) mengemukakan bahwa “pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan“. Secara teknis pengujian validitas isi dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi instrumen terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen tersebut maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Menurut Sukardi (2008: 33) validitas isi dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Para ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang
hendak divalidasi.
2) Para ahli diminta untuk mengoreksi interpretasi item-item yang telah dibuat. 3) Para ahli diminta untuk memberi pertimbangan tentang bagaimana
b. Analisis Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008: 43), reliabilitasadalah konsistensi atau keajegan soal. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur kemampuan yang hendak diukur. Jadireliabilitasharusmampumenghasilkaninformasi yang sebenarnya.Berikut adalah kriteriareliabilitasinstrumen :
Tabel 3.1. KriteriaReliabilitas (Sugiyono, 2007: 361)
Batasan Kriteria
0,80 ≤ �� ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 ≤ ��≤ 0,79 reliabilitas tinggi
0,40 ≤ �� ≤ 0,59 reliabilitassedang
0,20 ≤ �� ≤ 0,39 reliabilitasrendah
0,00 ≤ �� ≤ 0,19 reliabilitassangatrendah
c. Analisis Tingkat Kesulitan
Menurut Sudjana (2011: 137), kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. KriteriaIndeks Kesulitan (Sudjana, 2011: 137)
Batasan Kriteria
0,00 – 0,30 soalsukar
0,31 – 0,70 soalsedang
0,70 – 1,00 soalmudah
d. AnalasisDayaPembeda
Sudjana (2011: 141-143) mengemukakan bahwa analisis dayapembedamengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.
Adapun kriteria daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda(Arikunto, 2008 : 218)
Batasan Kriteria
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
Seluruh pengujian kesahihan tes meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda menggunakan program ANATES V.4, setelah instrumen tes dinilai oleh ahli terlebih dahulu.
Berikut rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen soal menggunakan program ANATES V.4 :
Tabel 3.4.RekapitulasiHasilUjiCobaInstrumenpada Kelompok A
No Soal
DayaPembeda Tingkat
Kesukaran
Reliabilitas
Keputusan DP
(%)
Kriteria P (%)
Kriteria Nilai Kriteria
1 39,58 Cukup 72,92 mudah
0,98 sangat baik
tidak digunakan
2 58,33 Baik 43,75 sedang tidak
digunakan
3 56,25 Baik 38,54 sedang tidak
digunakan
4 87,50 baik sekali 41,67 sedang digunakan
5 58,33 Baik 39,58 sedang tidak
digunakan
6 52,08 baik 43,75 sedang digunakan
7 72,92 baiksekali 34,38 sedang digunakan
8 62,50 Baik 47,92 sedang digunakan
9 62,50 Baik 22,92 sukar digunakan
10 52,08 Baik 29,17 sukar tidak
Tabel 3.5. RekapitulasiHasilUjiCobaInstrumenpada Kelompok B
No Soal
DayaPembeda Tingkat
Kesukaran
Reliabilitas
Keputusan DP
(%)
Kriteria P (%) Kriteria Nilai Kriteria
1 18,75 Jelek 73,96 mudah
0,98 sangat baik
tidak digunakan
2 16,67 Jelek 29,17 sukar tidak
digunakan
3 16,67 Jelek 37,50 sedang tidak
digunakan
4 41,67 Baik 41,67 sedang digunakan
5 20,83 Cukup 47,92 sedang tidak
digunakan
6 31,25 Cukup 40,63 sedang digunakan
7 45,83 baik 47,92 sedang digunakan
8 25 Cukup 50 sedang digunakan
9 33,33 Cukup 29,17 sukar digunakan
10 31,25 Cukup 23,96 sukar tidak
digunakan
Hasil analisis ujicoba soal selengkapnya terlampir pada lampiran D.1 halaman 171 dan D.2 halaman 178. Keputusan untuk menggunakan soal dilihat dari hasil rekapitulasi pada kedua kelompok. Soal-soal yang digunakan adalah soal yang memiliki daya beda baik pada kelompok A maupun B.
e. AnalisisAngketSiswa Data
disusun dalam dua bentuk yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Lembarangkettertutup disusunberdasarkankriteriapenilaianskalaLikertdengan empat tingkatan respon yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) (Arikunto, 2008 : 180).Angket disusun dengan 2 jenis pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Bobotuntukpernyataan positif kategori SS = 4; S = 3; TS = 2; dan STS = 1. Sedangkan bobot untuk pernyataan negatif kategori SS = 1; S = 2; TS = 3; dan STS = 4.
Analisisdilakukandenganmenggunakanrumuspersentaseresponyaitu:
P =F
N× 100%(Sudjana, 2011: 131).
Keterangan:
P : Persentasejawabansiswa F : Jumlahjawabansiswa N : Jumlahsiswa
Tabel 3.6. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa(Koswara, 2010 : 53).
ATS (%) Kriteria
ATS = 0 Taksaturesponden
0 <ATS< 25 Sebagiankecilresponden 25 <ATS< 50 Hampirsetengahresponden
ATS = 50 Setengahresponden
ATS (%) Kriteria
ATS = 100 Seluruhresponden
f. Analisis Hasil Wawancara
Wawancara digunakan untuk menggali informasi yang lebih lengkap mengenai respon siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dikembangkan. Hasil wawancara akan dianalisis secara deskriptif.
F. TeknikPengumpulan Data
Adapunteknikpengumpulan data yang dilakukanpadatahap develop dalam penelitianinidapatdilihatpadatabelberikutini.
Tabel3.7.TeknikPengumpulan Data
No Jenis Data TeknikPengumpulan Data
1 Penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran
Tes (pretesdanpostes) Dilakuka
awaldan 2 Aktivitasguruselamakegiatanpembelajaran Lembarobservasikegiatanpembelajaran Dilakuka 3 Tanggapanterhadappembelajaran yang
dikembangkan
Angket danwawancarasiswa Dilakuka
G. Penyajian Data
dan postes penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaranselengkapnyadapatdilihatpadaLampiran B.6halaman 148danLampiran B.7 halaman 150.Setelah data pretes dan postes diperoleh selanjutnya dilakukan hal-hal berikut :
1. Menghitung skor pretes dan postes setiap siswa pada setiap kategori. skor = Jumla h jawabanbenar
jumla h total
2. Menghitung normalitas gainantara skor pretes dan postes.
Untukmenentukanpeningkatanpenguasaan dimensi pengetahuandanpenalaran
siswadilakukandengancaramenghitung N-Gain.Gain
adalahselisihantaranilaipostesdanpretes, gain
menunjukkanpeningkatanpenguasaandimensi pengetahuan dan penalaran siswa setelahpembelajarandilakukan guru. Skor gain ternormalisasi menunjukkan tingkat efektivitas perlakuan dari perolehan skor.
Menurut Meltzer(2002: 1260), peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran dapat dihitung dengan rumus faktor g (N-gains) yaitu :
g=
(pretest) awal
skor tes
-maksimum Skor
(pretest) awal
skor tes
-(postest) akhir
Skor tes
[image:31.595.112.511.234.617.2]Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi:
Tabel 3.8. Kategori Gain Ternormalisasi(Meltzer, 2002: 1260)
Gain ternormalisasi (g) Kriteria Peningkatan
g< 0,30 Rendah
g> 0,70 Tinggi
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran pemecahan masalah yang relevan yaitu pembelajaran pemecahan masalah tanpa langkah berhipotesis (kelompok A). Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa berhipotesis. Selain itu skor <g> semua tahapan pembelajaran pemecahan masalah kelompok A lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok B.
2. Pembelajaran pemecahan masalah baik dengan tahapan berhipotesis maupun tanpa tahapan berhipotesis dapat meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan siswa pada materi pokok stoikiometri. Hal ini terlihat dari rata-rata skor <g> pengetahuan konseptual siswa meningkat sebesar 0,78 dengan kategori tinggi untuk kelompok A dan sebesar 0,59 dengan kategori sedang untuk kelompok B. Sedangkan rata-rata <g> pengetahuan prosedural siswa meningkat sebesar 0,81 dengan kategori tinggi untuk kelompok A dan sebesar 0,49 dengan kategori sedang untuk kelompok B.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 82 0,55 dengan kategori sedang untuk kelompok B. Indikator penalaran yang
memiliki skor <g> tertinggi adalah indikator menghubungkan yaitu sebesar 0,94 pada kelompok A dan 0,65 pada kelompok B.
4. Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dilaksanakan. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan membantu siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari dan memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus mampu mengaktifkan seluruh siswa pada saat guru menyajikan permasalahan di awal pembelajaran. Tujuannya untuk memotivasi dengan menantang siswa untuk mengerjakan tugas belajarnya. Sehingga tujuan pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa dapat maksimal karena kualitas dalam pembelajaran yang terlaksana dengan optimal.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji coba ulang pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan berhipotesis, agar siswa lebih dilatih secara berkelanjutan sehingga terbiasa berhipotesis.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dikemukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran pemecahan masalah yang relevan yaitu pembelajaran pemecahan masalah tanpa langkah berhipotesis (kelompok A). Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa berhipotesis. Selain itu skor <g> semua tahapan pembelajaran pemecahan masalah kelompok A lebih meningkat dibandingkan dengan kelompok B.
2. Pembelajaran pemecahan masalah baik dengan tahapan berhipotesis maupun tanpa tahapan berhipotesis dapat meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan siswa pada materi pokok stoikiometri. Hal ini terlihat dari rata-rata skor <g> pengetahuan konseptual siswa meningkat sebesar 0,78 dengan kategori tinggi untuk kelompok A dan sebesar 0,59 dengan kategori sedang untuk kelompok B. Sedangkan rata-rata <g> pengetahuan prosedural siswa meningkat sebesar 0,81 dengan kategori tinggi untuk kelompok A dan sebesar 0,49 dengan kategori sedang untuk kelompok B.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 82 0,55 dengan kategori sedang untuk kelompok B. Indikator penalaran yang
memiliki skor <g> tertinggi adalah indikator menghubungkan yaitu sebesar 0,94 pada kelompok A dan 0,65 pada kelompok B.
4. Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap pembelajaran pemecahan masalah yang dilaksanakan. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan membantu siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari dan memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus mampu mengaktifkan seluruh siswa pada saat guru menyajikan permasalahan di awal pembelajaran. Tujuannya untuk memotivasi dengan menantang siswa untuk mengerjakan tugas belajarnya. Sehingga tujuan pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan penguasaan dimensi pengetahuan dan penalaran siswa dapat maksimal karena kualitas dalam pembelajaran yang terlaksana dengan optimal.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji coba ulang pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan berhipotesis, agar siswa lebih dilatih secara berkelanjutan sehingga terbiasa berhipotesis.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji, F.A. (2008). “Students’ Ability Levels and Effectiveness of Problem Solving Instructional Strategy”. Journal. Soc. Sci. 17, (1), 5-8.
Anderson & Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, etal. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia Edisi Revisi. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Bashiruddin, Jenny. (2011). Filsafat Ilmu Pengetahuan : Dasar-Dasar Pengetahuan.Tersedia:http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0bc9489 e480cf064ab8d9238c2733e61e3e12bac.pdf. [7 April 2011].
Brookhart, S.M. (2010). How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom. Virginia: ASCD.sa
Chandrasegaran, et al. (2008). “Student’s Dilemmas in Reaction Stoichiometry Problem Solving: Deducing the Limiting Reagent in Chemical Reactions”. Chemistry Education Research and Practice. 10, 14-23.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (edisi 1). Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas.
Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Pustaka Raya.
Firman, H.& Liliasari (1997). Kimia 1 untuk Sekolah Menengah Umum 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Fraenkel, J. P. & Wallen N. E. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Hasanah, A (2004).
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
MenekankanPadaRepresentasiMatematik.Tesis. Bandung: PPS UPI Bandung.
Jakaria, Y. (2009). Uji Coba Model (Validasi). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Liao, Ya Wen & Ching, S.H. (2009). “Enhancing Eight Grade Students’ Scientific Conceptual Change and Scientific Reasoning through a Web-based Learning Program”. Journal of Educational Technology & Society (IFETS). 12, (4), 228–240.
Mahalingam et al. (2008). “Promoting Student Learning through Group Problem Solving in General Chemistry Recitations”. Journal of Chemical Education. 85, (11), 1577-1581.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1268.
Mettes, et al. (1980). “Teaching and Learning Problem Solving in Science, Part I: A General Strategy”. Journal of Chemical Education. (57), 882-885.
Muntari. (2010). “Peningkatan Pemahaman Kimia Melalui Paduan Pembelajaran Kooperatif dan Pemecahan Masalah Kimia Dengan Teknik Pathway”. Jurnal Ilmu Pendidikan. 17, (2), 126-133.
Nuryanti, B.L. (2009). 99 Model Pembelajaran (Menuju Guru dan Widyaiswara Profesional). Panghegar: Bina Tugas Mandiri.
Okanlawon, A.E. (2010). “Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers’ Pedagogical Content Knowledge”. Cypriot Journal of Educational Sciences. 5, 107-129.
Permana, Y (2004). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis. Bandung: PPS UPI Bandung.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kimia Dasar II”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 1, (36), 1-13.
Rochmad. (2011). “Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika”.
Makalah Jurusan Matematika FMIPA UNNES, Semarang.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santyasa. (2004). “Model Problem Solving dan Reasoning Sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif”. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V 5-9 Oktober 2004, Surabaya.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assesment. New York: Macmillan College Publishing Company.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (edisi 16). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstrutivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wasni Sahira, 2012
Pengembangan Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Dimensi Pengetahuan Dan Penalaran Siswa Sma Pada Materi Pokok Stoikiometri