• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI-NILAI BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SAINS: Studi Kasus di SMP Istiqamah Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERNALISASI NILAI-NILAI BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SAINS: Studi Kasus di SMP Istiqamah Bandung."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNALISASI NILAI-NILAI BERPIKIR KRITIS

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SAINS

(Studi Kasus di SMP Istiqamah Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum/Nilai

Oleh:

NUNUNG SITI NURDAEDAH

NIM: 1005030

JURUSAN PENDIDIKAN UMUM/NILAI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 1988031003

Pembimbing II,

Prof. Dr. Suroso Adi Yudianto, M.Pd. NIP. 195305221980021001

Diketahui oleh

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Berpikir

Kritis Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Sains (Studi Kasus di SMP Istiqamah

Bandung)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar asli karya saya sendiri, dan bukan atau

bebas dari plagiarisme yang bertentangan dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam tesis ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian tesis ini.

Bandung, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah

memberikan kekuatan dan kemampuan dalam menyelesaikan studi ini, shalawat beriring salam

semoga tetap tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw, kepada keluarga dan

sahabatnya dan umatnya senantiasa istiqamah dalam memegang risalahnya sampai akhir zaman.

Atas izin dan kekuatan yang diberikan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan studi S2

di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Umum/

Nilai. Penelitian yang sangat sederhana ini hanyalah setitik upaya syukur penulis terhadap

nikmat-nikmat Allah SWT tersebut. Tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan sejak proses

penulisan hingga pelaporan, oleh karena itu penulis memohon maaf.

Penelitian ini dapat selesai berkat arahan dan bimbingan serta saran dari para

pembimbing, yaitu: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. dan Prof. Dr. Suroso Adi Yudianto,

M.Pd., mudah-mudahan amal baik keduanya dibalas oleh Allah SWT dengan balasan terbaik.

Demikian tesis ini penulis susun, harapan penulis ada saran dan kritik yang membangun

untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan

umum.

Bandung, Agustus 2013 Penulis,

(5)

Nunung Siti Nurdaedah

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala pertolongan dan

kemurahan-Nya telah mengkaruniakan kemudahan kepada penulis dari segala keterbatasan untuk

menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia. Proses penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan pihak-pihak lain.

Oleh sebab itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Umum Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang sekaligus sebagai pembimbing I dan kepada

Prof. Dr. H. Suroso Adi Yudianto, M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah memperlancar dan

memberi petunjuk berharga dalam penyelesaikan studi penulis. Tidak ada kalimat yang mampu

penulis ucapkan kepada mereka, selain ucapan terima kasih Jazaa kumullahu khairan katsiro,

semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan kemudahan kepada mereka dalam berbagai hal,

sehingga mereka berdua dan keluarganya mampu menyelesaikan segala urusan hidupnya dengan

baik dan selalu berada dalam keridloan Allah SWT. Amiin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Yth. Bapak Direktur Sekolah

(6)

Asisten Direktur I Bapak Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A. serta Yth Bapak Asisten Direktur II

Prof. Dr. Agus Rahayu, M.Pd.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada KH. Syuhada Bahri, Lc selaku ketua

Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, KH. Bahrul Hayat, MA selaku ketua Dewan Da’wah

Islamiyah Indonesia Jawa Barat, Dr. Adian Husaini, MA., Dr. Muhammad Nur, MA., Bapak H.

Daud Gunawan, SE. dan Ust. Roinul Balad, S.Sos.I. dan secara umum kepada Dewan Da’wah

Islamiyah Indonesia yang telah memberikan beasiswa studi S2 di Universitas Pendidikan

Indonesia Bandung.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. KH. Miftah Faridl

selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Istiqamah dan Bapak Ir. Bambang Pranggono., M.BA.

selaku ketua pengurus Yayasan Istiqamah dan Bapak H. Tendi Kusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku

Kepala Sekolah SMP Istiqamah, dan Ibu Lisnawati, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum, serta seluruh guru-guru SMP Istiqamah yang telah memberikan dorongan untuk

menyelesaikan pendidikan di Pasca Sarjana.

Kepada Bapak Hanny Yulianda, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPA (Fisika), Ibu

Nissa Mustika selaku guru mata pelajaran IPA (Biologi) dan siswa-siswi kelas VIII A yang telah

memberikan izin penelitian dan pelayanan prima dalam memberikan berbagai informasi dan data

yang diperlukan oleh penulis selama proses penelitian. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih, semoga Allah SWT melimpahkan pahala kebaikan kepada semuanya.

Kepada teman-teman seperjuangan Program KSU (Kader Seribu Ulama) Dewan Da’wah

Islamiyah Indonesia yang studi S2 di SPs UPI Bandung yaitu, Ibu Lisnawati, S.Pd., Ibu Hj. Titik

(7)

Tajri, S.Sos.I., Bapak Dani Hamdani, S.Sos.I, Bapak Wildan Luthfiana Rahman, S.Pd.I., Bapak

Heri Mohamad Tohari, S.Fil., Bapak Ahmad Kosasih, S.Kom., Bapak Sani Insani Muhammadi,

S.Pd., dan Bapak Asep Kusmiadi, S.Pd.I. yang selama studi sering membantu penulis baik moril

atau pun materil semoga amal baik teman-teman semua mendapat pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Amiin.

Kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Istiqamah penulis mengucapkan terima

kasih atas segala bantuan dan dukungannya selama menyelesaikan tesis ini, semoga Allah

membalas segala kebaikan dan menjadikan Jariah, sehingga menjadikan tabungan untuk akhirat

kelak.

Kepada suami tercinta Koharudin Syaefulloh, S.Pd.I., dan putra tersayang Ahmad Zaki

Abdul Matin (Azam) dan Ahmad Naufal Abdus Syakur (Anas), terima kasih atas dukungan dan

do’anya, dan mohon maaf atas kekurangan Umi selama ini, terutama atas hari-hari yang tersita

dan perhatian yang terbagi selama penulisan tesis ini. Semoga pengorbanan kalian dibalas oleh

Allah SWT dengan balasan terbaik.

Kepada Ibunda tercinta Ibu Siti Khodijah dan Ibu Rosidah, ayahanda Bapak Mahmudin

dan Bapak O. Nazaruddin, serta adikku tercinta Yanti Siti Diyanti penulis ucapkan banyak

terima kasih atas do’a dan dukungannya untuk menyelesaikan studi ini, semoga Allah SWT

mengampuni segala kekhilafan dan menyayangi semuanya, sebagaimana semuanya menyayangi

penulis sejak kecil hingga sekarang ini. Amiin.

Bandung, Agustus 2013

(8)
(9)

ABSTRAK

Tesis ini membahas hasil penelitian tentang Internalisasi Nilai-Nilai Berpikir Kritis

Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Sains. Penelitian ini dilakukan pada SMP

Istiqamah Bandung dengan melibatkan dua guru mata pelajaran IPA dan 30 siswa kelas VIII A. Masalah pokok yang menjadi kajian dalam tesis ini adalah: Bagaimana menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis melalui model pembelajaran inkuiri sains pada siswa SMP Istiqamah Bandung? Beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: Teori berpikir kritis dari Ennis, Model Pembelajaran dari Bruce Joyce, dan Marsha Weil, Teori belajar Piaget, Teori belajar Ausubel serta Teori belajar Brunner. Secara rinci masalah pokok ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana kekhasan SMP Istiqamah Bandung sebagai sekolah yang berwawasan Islam dibandingkan dengan sekolah lain dalam penyelenggaraan program pendidikan? 2) Bagaimanakah kondisi nyata pembelajaran IPA saat ini yang berkaitan dengan perancangan pembelajaran, kinerja guru, serta aktivitas belajar siswa? 3) Bagaimanakah proses pembelajaran IPA di SMP terkait dengan model pembelajaran inkuiri sains dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis? 4) Bagaimana tanggapan guru dan siswa tentang keseluruhan proses pembelajaran model inkuiri sains dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dipergunakan data tentang pelaksanaan proses pembelajaran inkuiri sains dalam menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis siswa. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Adapun instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dituangkan ke dalam catatan lapangan, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa. Adapun pengolahan dan penganalisaan data merupakan upaya menata data secara sistematis.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Sekolah yang berwawasan Islam memiliki peran yang sangat strategis dalam melaksanakan program pendidikan diantaranya bertujuan mencetak peserta didik yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional. 2) Kondisi nyata pembelajaran IPA yang berkaitan dengan perancangan pembelajaran, kinerja guru dan aktivitas siswa pada saat ini masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi kualitasnya. 3) Nilai-nilai berpikir kritis dapat diinternalisasikan pada siswa melalui proses pembelajaran inkuiri sains. 4) Guru-guru IPA dan siswa memberikan respon dan tanggapan positif terhadap keseluruhan pelaksanaan model pembelajaran inkuiri sains dalam menginternalisasikan nilai berpikir kritis.

(10)

ABSTRACT

This thesis describes the results of research on the Internalization of Values Critical

Thinking Through Science Inquiry Learning Model. The research was conducted in

Bandung Istiqamah SMP involving two science subjects teachers and 30 students of class VIII A. The central issue to be studied in this thesis is: How do the values of critical thinking through science inquiry learning model on junior high school students Istiqamah Bandung? Some of the theories used in this study include: theory of critical thinking of Ennis, Model Learning from Bruce Joyce and Marsha Weil, Piaget learning theory, learning theory and learning theory Brunner Ausubel. In detail, the central issue is described in the form of the following research questions: 1) How distinctiveness as a junior high school Istiqamah Bandung Islamic-minded compared to other schools in the implementation of educational programs? 2) What is the real condition of the through observation, interviews, documentary studies, and literature. The method used in this research is a case study with a qualitative approach. The research instrument was a researcher himself. Data analysis was performed with several stages: organizing data, translate it into units, synthesize, organize into a pattern, choose which ones are important and which will be studied, and making conclusions that can be told to others. Data based on interviews and observations that have been poured into the notes field, then the data is processed and analyzed. As for the processing and analysis of data is an attempt to systematically organize the data.

The results of this study are: 1) Schools whose vision of Islam has a very strategic role in implementing educational programs aimed at scoring students among the faithful, knowledgeable, and noble in accordance with the National Educational Goals. 2) the real condition of learning science related to the design of learning, teacher performance and student activities at this time still needs to be improved and enhanced quality. 3) The values of critical thinking can be internalized in the students through the process of scientific inquiry learning. 4) science teachers and students responded positively to the overall response and implementation of science inquiry learning model to internalize the value of critical thinking.

(11)

DAFTAR ISI

A. Nilai dalam Konteks Pendidikan Umum ……… 9

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Umum ………... ……… 9

C. Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Inkuiri Sains ……… ……… 18

1. Pengertian Berpikir Kritis …………. ……… 18

2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ……… ……… 21

3. Pengajaran Berpikir dalam Bidang Sains (Fisika) ……… ………. 23

D. Model Pembelajaran Inkuiri……… ………. 31

1. Pengertian Model Pembelajaran ... ………. 31

2. Pengertian Model Inkuiri ………….. ………. 32

3. Tujuan Pembelajaran Model Inkuiri.. ………. 37

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri ………. ………. 41

E. Teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran dengan Model Inkuiri…… ………. 42

1. Teori Belajar Piaget dan Pandangan Konstruktivisme ……… ………. 42

(12)

3. Teori Belajar Bruner ………. ………. 43

F. Hakikat Sains-Fisika dan Pembelajaran-nya ……….. ………. 44

G. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Sains-Fisika ……… ………. 52

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.2 Tahap Pembelajaran Inkuiri ……… 44

2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ………... 84

4.1 Jumlah Siswa SMP Istiqamah Bandung Berdasarkan Kelas

dan Rombongan Belajar ………. 116

4.2 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru SMP Istiqamah

Bandung ……… 117

4.3 Struktur Kurikulum Berdasarkan Ketentuan BSNP ………. 124

4.4 Beban Belajar di SMP Istiqamah Bandung ……….. 132

4.5 Penentuan KKM pada Seluruh Mata Pelajaran di SMP Istiqamah Bandung … 133

4.6 Kegiatan Pembelajaran Dengan Model Inkuiri Sains ……….149

4.7 Kegiatan Pembelajaran Dengan Model Inkuiri Sains

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan

2.1 Dua Kontinum Belajar (Novak), 1984/1985 ……… 48

2.2 Pola pikir pembelajaran Sains secara menyeluruh (holistik/kaffah)

(Suroso AY, 2008 dengan penambahan) ……… 54

2.3 Ruang Lingkup dan Sasaran Pembelajaran Fisika Bermuatan Karakter/Nilai untuk

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ……… 55

2.4 Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Sains dengan Pengembangan Keterampilan

dan Proses Berpikir ………. 56

2.5 Posisi Berpikir pada Kemampuan Intelektual Menurut J.P Guilford (dalam

Woolever dan Scoot, 1993: 312) ……… 78

2.6 Metode Instruksional Keterampilan Berpikir Kritis Berjenjang (diterjemahkan dari

Winocur dalam Costa, 1985:89) ……… 85

1.1 Prosedur Penelitian ……….. 104

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Pendidikan Nilai Fisika

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa

Lampiran 4. Pedoman Observasi

Lampiran 5. Lembar Observasi Keaktifan Siswa

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak usia SMP yang tergolong sebagai remaja awal memiliki segudang peranan yang sangat signifikan dalam rangka mengisi kemerdekaan dan mendukung kelancaran pembangunan nasional. Masa depan sebuah bangsa dapat dilihat dari bagaimana kondisi remajanya saat ini. Mereka merupakan sumber daya manusia yang potensial untuk meneruskan cita-cita perjuangan bangsa. Tersedianya SDM seperti itu, memerlukan pembinaan secara berkelanjutan. Pembinaan terhadap mereka tidak saja secara fisik, tetapi juga mental dan spiritual, serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan generasi muda di masa mendatang.

Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat dari segala aspek, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Pada perkembangan aspek kognitif, periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu lebih kurang sama dengan usia siswa SMP, merupakan „period of formal operation‟(Piaget,1970). Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu:(1) kecerdasan

(18)

untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri), kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).

Berdasarkan tahap kemampuan kognitif (berfikir), anak usia SMP sangat potensial dalam mengoptimalkan kemampuan intelektualnya. Intelektual merupakan suatu kecerdasan yang dimiliki seorang individu yang dapat dikembangkan melalui proses belajar. Sebagai generasi penerus bangsa, anak usia SMP diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya tersebut melalui belajar, baik melalui buku, pengalaman, lingkungan sekitarnya dan melalui media-media yang dapat menunjang proses belajar tersebut.Dengan mengembangkan ketrampilan intelektual remaja dapat berfikir secara kritis. Berfikir kritis adalah kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berfikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMP telah mencapai tahap berpikir formal. Meskipun demikian perlu diingat bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi juga oleh lingkungannya. Hal ini dapat menjelaskan ketidakmerataan perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan hasil pengamatan melalui

tes CFIT (Cultural Fair Intelligence Test) antara tahun 2000-2002 pada beberapa SD dan SMP di Jawa Barat, diperoleh data bahwa masih banyak siswa SMP yang belum mencapai tahap berpikir formal. Ada sebagian siswa baru mencapai tahap berpikir konkret akhir, bahkan sebagian baru mencapai tahap berpikir konkret awal. Pola perkembangan berpikir ini makin tinggi di daerah perkotaan dan makin rendah di daerah pedesaan yang terpencil, baik daerah pantai maupun pegunungan (Hinduan dan Liliasari, 2002:10).

(19)

Dalam proses pembelajaran, nilai-nilai patut ditanamkan kepada siswa agar mereka menjadi pribadi yang berkarakter. Megawangi (2004:2) mengelompokkan karakter ke dalam 9 pilar, yakni 1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; 2) tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian; 3) kejujuran/amanah dan arif; 4) hormat dan santun; 5) dermawan, suka menolong dan gotongroyong/kerjasama; 6) percaya diri, kreatif dan pekerja keras; 7) kepemimpinan dan keadilan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Nilai-nilai yang tertuang dalam 9 Pilar Karakter sangat tepat digunakan sebagai pembentukan dasar kepribadian, pengembangan, dan pembentukan kepribadian siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maxwell (2001: 13) yang mengatakan bahwa karakter bukan anugerah, melainkan dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian, usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup.

Fenomena sosial yang sering diperlihatkan, baik melalui media cetak maupun media elektronik dapat berpengaruh dalam proses internalisasi nilai-nilai. Contohnya adalah peristiwa perkelahian di lembaga terhormat seperti di DPR-RI. Sungguh tidak

dapat diterima akal sehat bahwa para wakil rakyat yang terhormat itu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang tidak terhormat, dan tidak dapat berpikir kritis. Jika peristiwa tersebut berulangkali ditayangkan di televisi akan berdampak buruk bagi pemirsa yang sebagian besar adalah anak remaja. Kalaulah anugerah tentang

“berpikir kritis” dimanfaatkan dengan baik, tentu hal-hal yang sifatnya negatif tak perlu

terjadi, karena berpikir kritis dapat membantu melihat dan menemukan suatu permasalahan dari berbagai sumber sehingga berbagai alternatif solusi dapat dikembangkan lebih jauh.

(20)

Dalam pembelajaran IPA setiap siswa diharapkan dapat berpikir kritis terhadap materi yang disampaikan oleh guru, jadi siswa tidak hanya menerima yang disampaikan oleh guru tetapi dapat menganalisis sendiri dengan data yang ada sehingga dapat menarik kesimpulan. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa, karena keterampilan berpikir kritis dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi persaingan ditingkat dunia dan menghadapi ketidakpastian di masa depan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang dan merupakan bagian fundamental dari kematangan manusia yang harus dilatihkan seiring dengan pertumbuhan intelektual seseorang (Ibrahim, 2007: 3).

Berdasarkan penelaahan literatur, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilatihkan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model pembelajaran inkuiri. Hal ini dipertegas oleh Oemar Hamalik (2001: 220), inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student based teaching) dimana siswa dihadapkan ke dalam suatu isu atau permasalahan, kemudian mencari jawaban-jawaban

terhadap isu tersebut melalui suatu proses penyelidikan.

Senada dengan hal tersebut, Liliasari (2010: 2) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pengembangan keterampilan proses sains melalui pembelajaran inkuiri. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

(21)

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Jenjang pendidikan SMP merupakan bagian dari pendidikan dasar yang berfungsi membekali para siswa dengan pengetahuan sains untuk semua warganegara (science for all). Ciri pembekalan pengetahuan sains dalam kerangka tersebut adalah pengetahuan sains untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pencapaian tujuan tersebut pembelajaran sains bukan ditekankan pada pemahaman konsep sains semata, melainkan lebih diarahkan pada efek iringan pembelajaran yang salah satunya adalah keterampilan berpikir. Keterampilan tersebut sangat penting dikembangkan, karena akan mengarahkan pola bertindak setiap individu dalam masyarakatnya kelak (Liliasari, 2010:1).

Senada dengan hal itu, Muchtar Buchori (Cholisin, 2007) menyatakan bahwa kondisi sekolah selama ini hanyalah memberi kemampuan untuk menghafal dan bukan untuk berpikir. Hasilnya pendidikan kita tidak mempunyai makna. Oleh karena itu, sekolah harus memenuhi tiga aspek, diantaranya pengetahuan, skill, dan pembentukan

karakter. Aspek pengetahuan yang dikembangkan seharusnya dapat menopang kebutuhan skill yang terus berubah. Pentingnya materi yang dikuasai siswa harus bisa menjadi bekal guna mengikuti perkembangan kehidupan, kapan dan dimanapun.

Untuk meningkatkan kualitas terutama budaya berpikir kritis dalam pembelajaran Sains, perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Karena suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh sangat besar terhadap keberhasilan kegairahan belajar siswa. Wahab (2007: 85) menyatakan bahwa kualitas dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru memilih serta menggunakan model pembelajaran.

(22)

pada pola satu arah. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered), menguasai kelas, sehingga aktivitas siswa terlihat kurang aktif.

Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran atau pendidikan sains, Islam mengajarkan bahwa semestinya setiap pembelajaran didasarkan atas nama Tuhan (Allah), sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling

Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).

Kata “Bacalah” (“Iqra”) dalam ayat tersebut mengandung makna yang sangat mendalam, karena bukan hanya dituntut untuk mampu membaca hal-hal yang bersifat lahiriah saja, tetapi juga dituntut untuk mampu mengenal sifat-sifat Allah, dan mengambil hikmah dari segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Ayat tersebut mengisyatkan kepada manusia agar setiap kegiatan pembelajaran didasarkan atas nama Tuhan (Allah) yang menciptakan alam semesta ini, dan manusia dapat belajar dari kalam-kalam Ilahi yang tersebar di alam ini untuk menggali nilai-nilai yang

dikandungnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Albert Enstein dalam Yudianto (2005: 48) bahwa sains mengandung nilai-nilai, yaitu nilai religi, nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik, dan nilai pendidikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, model pembelajaran inkuiri sains bagi siswa sekolah menengah pertama yang terfokus pada pengembangan keterampilan proses sains dan menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis, merupakan bagian penting dalam penciptaan sumber daya manusia unggul dan berkualitas. Pembiasaan untuk berpikir kritis merupakan salah satu kunci penting yang akhirnya menunjukkan kemampuan berpikir siswa untuk menghadapi jenjang sekolah berikutnya. Oleh karena itu, sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, maka judul penelitian ini adalah “Internalisasi nilai-nilai berpikir kritis melalui model pembelajaran inkuiri sains di SMP Istiqamah Bandung”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

(23)

nilai berpikir kritis melalui model pembelajaran inkuiri sains pada siswa SMP Istiqamah Bandung?”

Selanjutnya, masalah utama yang harus segera dijawab dalam penelitian ini dijabarkan secara operasional dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kekhasan SMP Istiqamah Bandung sebagai sekolah yang berwawasan Islam dibandingkan dengan sekolah lain dalam penyelenggaraan program pendidikan?

2. Bagaimanakah kondisi nyata pembelajaran IPA saat ini yang berkaitan dengan perancangan pembelajaran, kinerja guru, serta aktivitas belajar siswa?

3. Bagaimanakah proses pembelajaran IPA di SMP terkait dengan model pembelajaran inkuiri sains dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis?

4. Bagaimana tanggapan guru dan siswa tentang keseluruhan proses pembelajaran model inkuiri sains dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu produk tentang model pembelajaran inkuiri sains pada siswa SMP yang terkait dengan internalisasi nilai-nilai berpikir kritis. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Mengungkapkan dan mendeskripsikan kekhasan SMP Istiqamah Bandung sebagai sekolah yang berwawasan Islam dibandingkan dengan sekolah lain dalam penyelenggaraan program pendidikan.

2. Mengungkapkan dan mendeskripsikan kondisi nyata pembelajaran IPA saat ini yang berkaitan dengan perancangan pembelajaran, kinerja guru, serta aktivitas belajar siswa.

3. Mengungkapkan dan mendeskripsikan proses pembelajaran IPA pada siswa SMP terkait dengan model pembelajaran inkuri sains dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis.

(24)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak : 1. Memberikan kontribusi keilmuan bagi Pendidikan Umum. Pada tataran konseptual, penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam mengkonstruk atau menyusun muatan nilai yang idealnya tercakup pada program Pendidikan Umum. Kemudian pada tataran praktikal, model yang dihasilkan melalui penelitian ini diharapkan bisa membantu proses dan cara-cara melakukan pembelajaran pada pelaksanaan Pendidikan Umum.

2. Menambah wawasan dan keterampilan para praktisi pendidikan, khususnya di SMP Istiqamah Bandung, untuk menerapkan model inkuiri dalam pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan nilai-nilai berpikir kritis dan memperluas pengalaman belajar siswa.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan kepada kajian interpretatif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif, karena masalah yang dikaji menyangkut model pembelajaran Inkuiri sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, karena masalah yang dicermati adalah suatu realitas yang abstrak, dimana indikatornya dapat diketahui melalui ucapan, sikap moralitas dan perilaku atau tindakan. Upaya untuk menjaring informasi akan lebih efektif bila dilakukan secara komunikatif. Dalam metode kualitatif dapat memberikan pemaparan secara luas dan mendalam serta memuat penjelasan tentang proses atau aktivitas yang terjadi dalam keseharian.

Sebagai sebuah pendekatan dalam studi, menurut Bogdan and Biklen (dalam Sugiyono, 2010: 9), penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and

researcher is the key instrument, yaitu penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi

yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of

pictures rather than number, yaitu penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.

Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes

or products, yaitu penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada

produk atau outcome.

4. Qualitative research tend to analyze their data inductively, yaitu penelitian

kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

(26)

Mengingat bahwa penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri yang aplikatif dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai berpikir kritis kepada siswa melalui mata pelajaran IPA (sains). Berkaitan dengan hal itu maka penemuan-penemuan selama proses penelitian akan dipaparkan secara naratif dan mendalam.

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada upaya untuk mengkaji suatu proses dan fenomena secara menyeluruh dan saling terkait. Oleh karena itu pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif. Dalam suatu pembahasan mendalam tentang pendekatan Kualitatif, McMillan dan Sehumacher (2001: 398) mengungkapkan bahwa penelitian Kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan sesuatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi dan didalamnya terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Dengan demikian, jelas bahwa penelitian Kualitatif meyakini bahwa realitas sesungguhnya merupakan suatu konstruksi sosial ketika individu atau kelompok menemukan atau memproses sejumlah makna dalam satu kesatuan yang spesifik, dari beberapa peristiwa, orang, proses atau tujuan. Lebih lanjut Cresswell

(1994: 145) mengatakan bahwa pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam suatu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses daripada dampak atau hasil.

Penelitian Kualitatif sering disebut penelitian naturalistik (Naturalistic Inquiri) karena penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alamiah dan wajar atau “Natural

Setting” (Lincoln dan Guba, 1985: 189) bukan situasi buatan. Disebut Natural Setting karena kelas yang merupakan fenomena kajian dalam penelitian ini, hanya akan bermakna apabila ditelaah manusianya (yaitu guru dan para siswa). dunia kelasnya secara kontekstual (Lincoln dan Guba, 1985: 189) .

Konstruksi realitas kelas tidak dapat dipisahkan dari pengalaman para siswa dan guru yang terlibat didalamnya. Oleh karenanya observasi yang dilakukan terhadap berbagai kegiatan pembelajaran di kelas, sangat terikat oleh konteks dan waktu (time and context dependent). Penelitian naturalistik termasuk ke dalam tradisi Kualitatif

(27)

The researcher build’s a complex, holistic, picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a naturaly setting.

Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian Kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Atas dasar pertimbangan beberapa pendapat di atas, maka metode penelitian naturalistik/kualitatif lebih tepat digunakan dalam penelitian ini karena apa yang diteliti berkaitan dengan kegiatan dan perilaku kehidupan manusia.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Berkaitan dengan metode studi kasus Creswell (1994: 12) menjelaskan sebagai berikut:

Case Studies in which the researcher explores a single entity or phenomenon (the case) bounded by time and activity (a program event process institution or social group) and collect detailed information by using a variety of data collection procedures during a sustained period or time.

(28)

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan

dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2003:54), peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama dalam penelitian Naturalistik. Instrumen utama turun ke lapangan serta berusaha untuk mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara.

Sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985:35), peneliti merupakan satu-satunya instrumen (the sole instrument), karena penelitian menurut penelitian alamiah secara mendalam yang langsung dihadapi oleh peneliti dan peneliti sebagai satu-satunya instrumen dalam dunia yang kompleks memiliki skils/keterampilan yang: 1) resposif; 2) adaptif; 3) menekankan aspek holistic; 4) memiliki “tacit knowledge” pengolahan berimbang; 5) mampu memproses data langsung; 6) mampu memberikan sintesis dan klarifikasi data langsung (Lincoln dan Guba:194).

Dengan demikian dalam penelitian mengenai Pengembangan Model Inkuiri

Berbasis Sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA ini, peneliti mengadakan observasi dan wawancara mendalam dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden. Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan pengalamannya di lapangan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

(29)

dengan kemajuan, keberhasilan dan hambatan selama proses pembelajaran dengan Model Inkuiri Berbasis Sains untuk meningkatkan berpikir kritis.

Menurut Lincoln dan Guba (1985), terdapat tiga klasifikasi dalam observasi, yaitu: 1) Pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan; 2) observasi dapat dilakukan terus terang (overt) atau disamarkan (covert), walaupun secara etis dianjurkan secara terus terang kecuali untuk keadaan tertentu yang memerlukan penyamaran; 3) menyangkut latar penelitian.

Dari observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat diambil beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan oleh Patton (1998:124-126) bahwa manfaat pengamatan adalah: 1) dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh; 2) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada di lingkungan itu, karena dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan diungkapkan dalam wawancara; 3) peneliti dapat menemukan hal-hal yang seandainya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin

ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga; 4) peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komperehensif; 5) dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang terfokus.

Dengan keberadaan di lapangan, maka dapat diperoleh data yang kaya untuk dijadikan bahan analisis dasar yang akurat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non sistematis yaitu tidak menggunakan pedoman baku yang berisi sebuah daftar, akan tetapi pengamatan dilakukan secara spontan, dengan cara mengamati apa adanya pada saat guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas dengan inkuiri berbasis sains.

b. Wawancara

(30)

dan tindakan dari guru dan siswa dapat terungkap oleh peneliti secara akurat. Data yang ditempatkan, melalui wawancara yang dilakukan peneliti ada yang bersifat verbal adapun yang bersifat non verbal. Data verbal diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab yang ditulis dan direkam dengan persetujuan responden sendiri.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada: 1) guru-guru IPA SMP Istiqamah Bandung, siswa kelas VIII SMP Istiqamah Bandung; 2) Kepala sekolah SMP Istiqamah Bandung; 3) Wakasek.

c. Studi Dokumentasi

Studi hasil pengumpulan data didokumentasikan dalam catatan lapangan atau field notes. Selain itu didokumentasikan dan direkam yang relevan dengan tema

penelitian, bersama-sama dengan hasil wawancara, termasuk informasi penting yang juga didokumentasikan, Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa:

Sumber informasi yang berupa dokumen dan rekaman cukup bermanfaat, karena antara lain: 1) merupakan sumber data yang stabil dan kaya; 2) berguna sebagai pengujian; 3) bersifat alamiah; 4) relatif murah dan mudah diperoleh; 5) tidak reaktif.

Dokumen-dokumen itu adalah: 1) buku catatan kasus; 2) buku catatan piket guru; 3) buku kurikulum SMP Istiqamah Bandung; 4) arsip-arsip lain di sekolah yang diperlukan. Dokumentasi dilakukan untuk mengungkap data berupa administrasi serta bagian-bagian data yang terdokumentasi. Menurut S. Nasution (2003:85), bahwa dokumentasi merupakan sumber bukan manusia “non human resources” yang dapat dimanfaatkan karena banyak memberikan keuntungan yaitu, bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan tanpa biaya.

Dokumentasi ini sangat berguna untuk memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dan dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, disamping itu juga digunakan pula catatan lapangan atau field notes yang sangat diperlukan dalam menjaring data kualitatif. Berkaitan dengan catatan

lapangan ini, Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan bahwa, catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, diilhami, dan dipikirkan

(31)

Dokumen ini digunakan hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang telah diperoleh melalui sumber data primer, akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, menguji, menafsirkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.

d. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Istiqamah

Bandung yang terletak di Jalan Pahlawan Kecamatan Sukasenang Kelurahan Cibeunying Kaler Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Status sekolah Swasta. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Istiqamah Bandung merupakan salah satu sekolah Islam terpadu yang memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat. Sebagai SMP Islam Terpadu, SMP ini tidak hanya menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), tetapi juga menggunakan pendekatan ke-Islaman serta mengintegrasikannya ke dalam setiap mata pelajaran termasuk IPA (Sains). Hal itulah yang menjadi karakteristik atau kekhasan SMP Istiqamah sehingga menurut peneliti layak untuk dijadikan tempat penelitian.

2. Subyek Penelitian

(32)

umumnya seluruh civitas akademik sekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran di SMP Istiqamah Bandung.

Dalam penelitian ini yang diamati sebagai sumber data adalah manusia, peristiwa, dan situasi (Nasution, 2003: 9). Manusia yang dimaksud adalah semua orang yang terlibat dalam penelitian, terdiri dari guru IPA (sains), siswa dan peneliti. Peristiwa yang dimaksud adalah semua kejadian yang diamati selama kegiatan uji coba pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi adalah latar atau gambaran yang menyangkut keadaan atau kondisi ketika berlangsungnya pengamatan terhadap pengembangan pembelajaran guru. Peneliti berusaha memperoleh berbagai macam data yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut dapat diperoleh dari semua perkataan, tindakan, situasi dan peristiwa yang dapat diamati oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran.

3. Kehadiran Peneliti di Lapangan

Salah satu persyaratan pokok dalam penelitian Kualitatif adalah Keberadaan Peneliti di lapangan. Menurut Merriam (1988) dalam penelitian kualitatif peneliti

merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data. Demikian juga yang dikemukakan oleh Schumacher (2001) bahwa peneliti sebagai Key instrument atau instrument kunci dalam penelitian.

(33)

Perpanjangan waktu dalam pengumpulan data di lapangan, peneliti lakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian kualitatif. Namun untuk kepentingan penelitian ini, aktivitas perpanjangan waktu dalam pengumpulan data lapangan juga dilakukan dengan menyesuaikan waktu berdasarkan alokasi waktu pembelajaran yang ada di SMP Istiqomah. Dengan demikian, secara metodologis diupayakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam penelitian kualitatif, namun pelaksanaan penelitian ini juga tidak sampai merubah prosedur pembelajaran yang diberlakukan di SMP Istiqomah.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Agar lebih mudah dalam melakukan penelitian ini, terutama dalam pengaturan waktu penelitian, maka disusun jadwal penelitian sehingga peneliti dapat dengan mudah mengevaluasi pelaksanaan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan selama Sembilan bulan.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan meliputi kegiatan pra survey, pembuatan usulan penelitian dan konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan seminar usulan penelitian, perbaikan

dan perizinan selama kurang lebih 3 bulan. 2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama 6 bulan yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Tahap Orientasi

Kegiatan ini dilakukan di sekolah secara langsung oleh peneliti di SMP Istiqamah. Kegiatan yang dilakukan selama orientasi adalah mempelajari dokumen-dokumen yang dibuat oleh guru, latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar guru, jadwal mengajar, persiapan-persiapan yang dilakukan guru, lingkungan sekolah serta dokumen tentang siswa. Sehingga melalui kegiatan orientasi ini diperoleh gambaran umum untuk mempertegas masalah yang disusun peneliti dan sebagai bahan yang dapat digunakan untuk tindak lanjut penelitian.

b. Tahap Eksplorasi

(34)

penampilan dalam proses pembelajaran, pedoman wawancara tidak disusun secara terstruktur karena sampel kualitatif dilakukan secara purfosif, dengan kemungkinan jumlahnya bertambah dalam proses. Sampel akan berubah sesuai dengan kebutuhan penelitian selama di lapangan, dengan demikian wawancara dilakukan secara terbuka karena data yang diperoleh melalui wawancara bertujuan mengungkap aktivitas yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang tidak terungkap atau terekam dalam format observasi.

c. Tahap Member Check

Tahap ini dilakukan dengan lebih meningkatkan pada upaya memperoleh tingkat kredibilitas hasil penelitian. Esensinya bahwa setiap informasi yang diperoleh semestinya mendapatkan pembenaran dari sumber informasinya atau sumber lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tahap member check ini dapat menentukan kualitas dari penelitian. Untuk itu pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Informasi yang terkumpul data catatan lapangan melalui wawancara dikonfirmasi secara langsung kepada respondennya. Dalam hal ini

kepada guru-guru fisika SMP Istiqamah, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah serta siswa.

2. Kegiatan berikutnya mengkonfirmasikan hasil penelitian sementara kepada sumber data untuk memperoleh kebenaran data dan informasi serta untuk mendekati ketuntasan bagi pengolahan data selanjutnya. 3. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dilakukan bila data yang masuk telah dianggap cukup, analisis data sudah tepat, pertanyaan penelitian telah terjawab, temuan teoritis dan praktis telah diperoleh serta dianalisis dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Strategi Pengumpulan Data

(35)

karenanya tidak disebut sebagai prosedur tetapi strategi pengumpulan dan analisa data.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan prinsip dan kelaziman tahapan-tahapan kegiatan penelitian kualitatif, dilakukan dari awal hingga akhir secara “sirkuler”.

6. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan Analisis data hasil penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan berdasarkan analisis secara logis, kemudian ditafsirkan dalam konteks keseluruhan permasalahan penelitian.

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2010: 88) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam pengolahan dan analisis data, peneliti berusaha untuk memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh. Untuk itu maka pengolahan dan analisis data dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh.

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti mengadaptasi analisa data kualitatif sebagaimana yang disarankan oleh McMillan dan Schumacher (dalam Sulistyarini, 2011: 113), yaitu:

1. Inductive analysis, yaitu proses analisis data yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah Cyclical untuk mengembangkan topik, kategori dan pola-pola data guna memunculkan sebuah sintesa deskriptif yang lebih abstrak.

(36)

Setelah itu peneliti mengembangkan topik ke dalam sejumlah kategori. Kemudian menganalisis hubungan antara kategori. Hubungan antara kategori yang telah dibuat untuk memunculkan pola-pola data. Proses pemolaan dilakukan dengan pertimbangan asumsi-asumsi teoritis.

2. Interim analysis, yaitu melakukan analisis yang sifatnya sementara selama pengumpulan data menurut McMillan dan Schumacher (dalam Sulistyarini, 2011: 114) hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat berbagai keputusan dalam pengumpulan data dan mengidentifikasi topik dan pola-pola yang muncul secara berulang. Dalam analisis ini teknik yang digunakan adalah mengadopsi strategi yang disarankan oleh McMillan dan Schumacher (dalam Sulistyarini, 2011: 114) yaitu:(1) meninjau semua data yang telah dikumpulkan yang berkaitan dengan topik, (2) mencermati makna-makna yang berulang yang bisa dijadikan sebagai tema atau pola-pola utama. Tema-tema bisa didapatkan dari bahasan dan percakapan dalam latar social, aktivitas yang berulang, perasaan, dan apa-apa yang dikatakan orang untuk membuat tema peneliti memberi komentar terhadap temuan dalam catatan pengamatan, mengelaborasi hasil

wawancara dan merefleksikan rekaman data, (3) berfokus kembali pada penelitian disini peneliti mempersempit fokus untuk analisis data secara intensif.

7. Validitas dan Objektivitas Data

Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi

(37)

yang diperoleh dari sumber lain. Berkaitan dengan triangulasi, Sugiyono (2010: 125) menyatakan bahwa triangulasi terdiri dari triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

2. Member check

Yaitu suatu kegiatan dimana peneliti mengecek kebenaran dan kesalahan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan (Nasution, 2003: 117-118) atau informasi tentang seluruh pelaksanaan pembelajaran. Dalam proses ini data atau informasi tentang seluruh proses pelaksanaan pembelajaran di kelas dikonfirmasikan kebenarannya kepada seluruh guru IPA melalui dialog setelah akhir pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Audit Trail

Yaitu mendiskusikan kebenaran hasil penelitian dengan membicarakan dan mendiskusikan hasil penelitian dengan guru lain yang mengajar mata pelajaran sejenis, pembimbing, peneliti senior dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini

dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi tinggi.

E. Definisi Konseptual

Pada prinsipnya berpikir kritis melihat sesuatu untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan yang ada yang kemudian informasi tersebut dijadikan sebagai bahan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan menghindari kesalahpahaman dalam mempersepsi beberapa konsep, maka perlu dikemukakan definisi konseptual yang menyangkut istilah kunci yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Nilai

Menurut Allport (dalam Marmawi, 2013:33), nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya’. Selanjutnya Rokeach (1973:5) menyatakan bahwa nilai adalah:

“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of

(38)

Sedangkan menurut Mulyana seperti dikutip dalam Marmawi (2013:33), “nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, serta digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

Frankel (Marmawi, 2013:36), mengungkapkan nilai dapat diartikan sebagai “an idea a concept about what someone thinks is important in life”. Dalam pengertian itu,

nilai adalah gagasan atau konsep tentang segala sesuatu yang diyakini seseorang penting dalam kehidupan. Sejalan dengan pandangan tersebut, Hakam (2000:43) menyatakan bahwa “nilai adalah kepercayaan-kepercayaan yang digeneralisasi yang berfungsi sebagai garis pembimbing untuk menyeleksi tujuan yang akan dipilih untuk dicapai”. Jadi nilai menunjukkan sesuatu yang berharga, penting dan menjadi keyakinan bagi seseorang dalam kehidupan.

2. Pendidikan Nilai

Definisi pendidikan nilai menurut Aspin (Marmawi, 2013:36) adalah “pendidikan nilai sebagai bantuan untuk mengembangkan dan mengartikulasikan kemampuan pertimbangan nilai atau keputusan moral yang dapat melembagakan kerangka tindakan manusia”. Lebih lanjut, Sumantri (1993:16) menegaskan:

Pendidikan nilai merupakan suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, karena penentuan nilai merupakan aktivitas yang harus kita pikirkan dengan cermat dan mendalam, maka hal itu merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai moral individu dan masyarakat.

(39)

beberapa pandangan di atas dapat dinyatakan bahwa pendidikan nilai menjadi penting untuk dilaksanakan baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.

Pendidikan Umum (Nilai) bertujuan membina manusia seutuhnya, yakni manusia yang memiliki keseimbangan antara kemampuan berpikir, kesadaran dan keterampilan atau menyiapkan peserta didik sebagai pribadi yang memiliki kecerdasan pikirannya, kelembutan hatinya dan keterampilan fisik motoriknya. Peserta didik ini nantinya diharapkan menjadi pribadi yang dalam hidup kesehariannya selalu menyatu-ragakan pikiran, perasaan dan perbuatan sesuai dengan kaidah norma, nilai, moral dan hukum yang berlaku.

3. Internalisasi Nilai

Menurut Hornby (1995:624), internalisasi merupakan “… to make attitudes,

feelings, beliefs, etc fully part of one’s personality by absorbing them through repeated experience of or exposure to them”. Sedangkan menurut Kalidjernih (2010a) menyatakan bahwa internalisasi adalah suatu proses dimana individu belajar dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan

norma-norma sosial dari perilaku suatu masyarakat. Sedangkan menurut pendapat Tafsir (Marmawi, 2013: 39), internalisasi merupakan “upaya memasukkan pengetahuan (knowing), dan keterampilan melaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi”. Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui. Pengetahuan itu masih berada di pikiran dan masih berada di daerah ekstern. Begitu juga keterampilan melaksanakan masih berada di daerah ekstern. Upaya memasukkan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan itulah yang disebut internalisasi.

(40)

dilakukan pakar situasionisme, yakni bahwa karakter seseorang sangat bergantung kepada konteks situasi (Kalidjernih, 2010b).

Proses internalisasi lazim lebih cepat terwujud melalui keterlibatan peran-peran model (role-models). Individu mendapatkan seseorang yang dapat dihormati dan dijadikan panutan sehingga dia dapat menerima serangkaian norma yang ditampilkan melalui keteladanan. Proses ini lazim dinamai sebagai identifikasi (identifikasi), baik dalam psikologi maupun sosiologi. Sikap dan perilaku ini terwujud melalui pembelajaran atau asimilasi yang sub-sadar (subconscius) dan nir-sadar (unconscious). Internalisasi membantu seseorang mendefinisikan siapa dirinya melalui nilai-nilai di dalam dirinya dan dalam masyarakatnya yang sudah tercipta dalam bentuk serangkaian norma dan praktik.

Jadi internalisasi nilai adalah sebuah proses menanamkan nilai-nilai tertentu yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya tersebut. Internalisasi nilai merupakan proses penanaman dari diri sendiri. Akan tetapi, stimulasi dari proses penanaman nilai dari diri sendiri dapat dilakukan melalui pintu institusional yakni melalui pintu-pintu kelembagaan yang ada misalnya sekolah, keluarga, dan

wadah-wadah kemasyarakatan yang dibentuk sendiri oleh anggota masyarakat. Internalisasi juga dapat dilakukan melalui pintu personal yakni melalui pintu perorangan khususnya para pelajar. Selanjutnya dapat pula melalui pintu material yakni pintu materi pembelajaran atau melalui kurikulum.

3. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan dan keyakinan (Spliter, 1992).

(41)

Berarti pemikiran kritis adalah pemikiran yang merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata. Pertimbangan mengambil keputusan rasional untuk bersikap terhadap sesuatu.Dalam penelitian ini, berpikir kritis dimaknakan sebagai suatu kemampuan berpikir siswa yang dapat membuat suatu kritik atau keputusan, gagasan/pendapat/ide-ide secara rasional didasari oleh nilai-nilai sains.

5. Pengertian Model Inkuiri

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan model inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) Penyajian masalah (confrontation with the problem) berupa penjelasan prosedur inkuiri (explain inquiry procedursi) dan

masalah (present discrepant event); (2) pengumpulan dan verifikasi data (data gathering-verification) berupa pembuktian hakikat objek dan kondisi (verify the nature

of object and condition) dan penyelidikan situasi masalah (verify the occurrence of the

problem situation); eksperimen dan pengumpulan data (data gathering-experimentation) berupa memisahkan variabel yang relevan, mengadakan hipotesis dan

uji hubungan sebab akibat; (4) merumuskan penjelasan (organizing, formulating and explanation) dengan menyusun penjelasan (formulate rulesor explanation); (5)

(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini mengkaji tentang “Internalisasi Nilai-Nilai Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Sains di SMP Istiqamah Bandung”. Dari hasil analisis dan pembahasan, dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut.

A. Kesimpulan Umum

Kegiatan penelitian ini telah menghasilkan rancangan Model Inkuiri Sains yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Sains (Fisika-Kimia-Biologi). Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dari setiap tahap dan proses, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Satu, Pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA di SMP Istiqamah saat ini sudah

mulai berorientasi pada siswa (students center), namun masih memerlukan perbaikan dan peningkatan agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan belajar siswa. Perbaikan dan peningkatan tersebut menyangkut tujuan, materi, model, dan metode pembelajaran

sehingga mampu mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru IPA di SMP Istiqamah Bandung selama ini secara tidak disadari telah menerapkan model inkuiri dalam proses pembelajarannya, hanya saja masih dalam format yang sederhana. Hal ini berarti embrio dari model inkuiri sudah ada di sekolah tersebut.

Kedua, Model Pembelajaran Inkuiri Sains yang dikembangkan melalui

penelitian ini adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri jawaban atas suatu masalah yang dirumuskan sebagai upaya memahami materi pelajaran IPA serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam penerapannya, model ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar serta menempatkan guru sebagai fasilitator, penanya, motivatos serta administrator belajar bagi siswa.

(44)

jawab dengan siswa. Siswa diberi keleluasaan untuk mengajukan pertanyaan serta menjawab pertanyaan atas pertanyaan guru; (2) Tahap Merumuskan Masalah; Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan mengajak siswa untuk mampu mengajukan permasalahan atau pertanyaan, dimana permasalahan tersebut mengandung konsep-konsep yang sudah jelas atau telah dipahami dan dimengerti oleh siswa; (3) Tahap Mengajukan Hipotesis; Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan membawa siswa untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas masalah yang diajukan; (4) Tahap Pengumpulan Data; Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan mengajak siswa untuk memperoleh informasi atau data-data sebagai landasan yang kuat untuk menarik kesimpulan; (5) Tahap Pengujian Hipotesis; Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan agar siswa mampu menentukan jawaban yang dianggap benar, yaitu jawaban yang sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh pada proses pengumpulan data; dan (6) Tahap Menarik Kesimpulan; Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membawa siswa mampu menjabarkan temuan yang telah mereka peroleh berdasarkan hasil uji hipotesis. Pada tahap ini, karena perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, maka satu sama lain saling memperhatikan. Melalui tahapan tersebut situasi

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mendorong aktivitas siswa sebagai subyek belajar dalam mengelola informasi serta mengembangkan potensinya.

Tiga, Guru-Guru IPA dan siswa kelas VIII-A di SMP Istiqamah Bandung

(45)

baik karena mereka tidak merasa tertekan sehingga mereka lebih berani bertanya, mengemukakan pendapat/ide/gagasan dan memiliki rasa percaya diri yang lebih baik.

B. Kesimpulan Khusus

Adapun kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada berbagai aspek, salah satunya adalah model pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi peserta didik sehingga dapat mengoptimalisasi potensi yang dimilikinya dalam mempelajari materi ajar yang disajikan.

2. Proses pembelajaran melalui Model inkuiri sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Proses pembelajaran yang menyenangkan menjadi sesuatu yang didambakan oleh siswa agar suasana pembelajaran tidak monoton.

4. Proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk berpikir masih perlu dikembangkan agar siswa mempunyai keberanian dan keterampilan dalam mengemukakan gagasan atau ide pikiran.

5. Sains sebagai wahana Pendidikan Umum berperan dalam mengembangkan berbagai

kemampuan dan sikap seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis).

C. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan tersebut diajukan rekomendasi sebagai berikut.

Pertama, Model Pembelajaran Inkuiri ini merupakan salah satu model yang

dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan untuk peningkatan pemahaman konsep-konsep. Sebaiknya para guru menjadikan model Inkuiri ini sebagai salah satu model yang perlu diterapkan dalam pembelajaran. Untuk keberhasilan penerapannya, guru hendaknya memposisikan siswa sebagai subjek belajar, perlu adanya kemauan, kesanggupan yang kuat untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran.

Kedua, Para Pembina dan Pengelola SMP Istiqomah Bandung diharapkan dapat

(46)

atau lokakarya dengan mendatangkan para ahli bidang pengembangan pembelajaran untuk siswa SMP bidang Pendidikan IPA (Sains).

Ketiga, Para Pembina dan Pengelola SMP Istiqomah Bandung diharapkan dapat

memberikan motivasi kepada para guru untuk melakukan inovasi. Selain itu perlu adanya dukungan ketersediaan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang memadai guna terlaksananya proses pembelajaran yang optimal.

Keempat, Proses pembelajaran Sains pada jenjang SMP perlu dicermati kembali

agar pengembangan kemampuan berpikir dan pembentukan karakter siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kurikulum. Sosialisasi dan peningkatan kemampuan para guru dalam bidang Sains untuk jenjang SMP perlu ditingkatkan. Hal ini agar guru tidak hanya mengikuti apa yang sudah tersedia dalam kurikulum, tetapi juga ikut berpikir secara kreatif untuk mengembangkan pembelajaran agar dicapai hasil yang optimal. Rancangan model pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk diujicobakan pada kalangan guru-guru jenjang SMP; dan, jika perlu, dicobakan dengan melibatkan jumlah guru dalam jumlah yang lebih besar.

Kelima, Bagi peneliti lebih lanjut, perlu dilakukan penelitian secara mendalam

(47)

Gambar

Tabel  2.2  Tahap Pembelajaran Inkuiri …………………………………………………… 44
Gambar 2.1   Hubungan antara Peranan Pengajar dan Peserta Belajar ……………………….. 29

Referensi

Dokumen terkait

Pereaksi lain yang sering digunakan seperti pereaksi Wagneriodium dalam kalium iodida, asam silikotungstat 5 %, asam tanat 5 %, dan pereaksi Dragendorff kalium

Karena selisih kurs yang terjadi antar dua mata uang yang berbeda akan menyebabkan terjadinya eksposur transaksi dalam kegiatan ekspor yang dilaksanakan, sehingga hal

Proses produksi alkil poliglikosida dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) secara langsung yaitu dengan satu tahap berupa tahap asetalisasi dengan bahan baku dekstrosa

auditor tidak dipengaruhi oleh independen, relativisme, pengalaman, dan intensitas moral yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini, dan hanya variabel

Penelitian ini menggunakan model Technology Acceptance Model dan metode Structural Equation Modelling dengan mengadopsi variabel yang digunakan pada

kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Darusy Syahadah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam pendidikan agama Islam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Kantor Bank Indonesia Medan mempunyai misi yaitu berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter,

Diagram keputusan yang lengkap selain memuat alternatif tindakan dengan kejadian tak pasti yang melingkupinya juga memuat nilai kemungkinan atau probabilitas untuk