(Penelitian pada siswa kelas XII angkatan 2011/2012 Kompetensi Keahlian Patiseri SMK Negeri 9 Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat dalam Menempuh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Oleh
RAHMAT KURNIAWAN NIM. 0907721
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
DISETUJI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M.Pd
Pembimbing II
Dr. H. Dadang Hidayat Martawijaya, M.Pd
Menyetujui dan Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGARUH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY ENAM
LANGKAH (TF-6M) DAN PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP MINAT WIRAUSAHA” (Penelitian pada siswa kelas XII angkatan 2011/2012 Kompetensi Keahlian Patiseri SMK Negeri 9 Bandung) ini beserta
seluruh isinya adalah benar merupakan karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014
Yang membuat pernyataan,
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (TF-6M) DAN
PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT WIRAUSAHA
Oleh : Rahmat Kurniawan
Model Pembelajaran TF-6M merupakan model pembelajaran terpadu. Pendekatan Model Pembelajaran TF-6M memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih dalam mengembangkan kompetensi personal, sosial, dan kompetensi akademik. Sumber Daya Manusia yang inovatif dan kreatif dapat dilakukan juga melalui peningkatan mutu pendidikan termasuk “pendidikan kewirausahaan”. Pendidikan kewirausahaan merupakan proses pembelajaran penanaman tata nilai kewirausahaan melalui pembiasaan dan pemeliharaan perilaku dan sikap.
Lulusan SMK diupayakan mengubah orientasinya, tidak hanya menyiapkan calon tenaga kerja yang siap bekerja di industri, tetapi juga menyiapkan siswa untuk mencari alternatif menjadi wirausahawan apabila tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya. Penerapan Model Pembelajaran TF-6M yang ditunjang dengan pembelajaran Kewirausahaan diharapkan siswa mempunyai minat untuk berwirausaha. Melalui penerapan Model Pembelajaran TF-6M sebagai pembentukan kompetensi siswa melalui satuan kesatuan lingkungan sekolah dengan berbasis pada industri dan ditunjang dengan pelaksanaan pembelajaran Kewirausahaan dalam pembentukan mental kewirausahaan.
Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha. Objek penelitiannya adalah siswa patiseri kelas XII SMKN 9 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.
Hasil Koefisien Determinasi terlihat bahwa variabel X1 (Penerapan Model Pembelajaran TF-6M) memiliki pengaruh paling besar terhadap Minat Wirausaha yakni 60,7%. Sedangkan variabel X2 (Prestasi Belajar Kewirausahaan) memiliki pengaruh paling kecil yakni sebesar 4,9%. Informasi ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TF-6M memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk mengelola sebuah usaha khususnya usaha bidang patiseri. Pengalaman tersebut yang kemudian menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha.
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata kunci : Pengaruh, Model Pembelajaran TF-6M, Prestasi Belajar Kewirausahaan, Minat wirausaha.
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6M DAN PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP MINAT WIRAUSAHA Oleh : Rahmat Kurniawan
Model Pembelajaran Teaching Factory 6M merupakan model pembelajaran terpadu. Pendidikan kewirausahaan merupakan proses pembelajaran penanaman tata nilai kewirausahaan melalui pembiasaan dan pemeliharaan perilaku dan sikap. Pelaksanaan Model Pembelajaran Teaching Factory yang ditunjang dengan pembelajaran Kewirausahaan diharapkan siswa mempunyai minat untuk berwirausaha. Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory sebagai pembentukan kompetensi siswa melalui lingkungan sekolah berbasis industri dan ditunjang pelaksanaan pembelajaran Kewirausahaan. Penelitian memberikan informasi pengaruh penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6M dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha. Objek penelitiannya adalah siswa patiseri kelas XII SMKN 9 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….… 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah …………..……… 8
C. Tujuan Penelitian ………. 9
D. Manfaat Penelitian ……….………. 9
E. Asumsi ……….. 11
F. Definisi Operasional ………... 13
G. Paradigma Penelitian …….……...………... 18
H. Hipotesisi ………. 19
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Pembelajaran Kewirausahaan ... 47
E. Prestasi Belajar Kewirausahaan ... 50
F. Ruang Lingkup Industri Patiseri ... 55
G. Minat Wirausaha Patiseri ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….. 85
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……...……….. 85
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 86
D. Teknik Pengumpulan Data ………..……… 86
E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………. 87
F. Uji Coba Instrumen ……… 89
G. Analisis Pengolahan Data ……… 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Pengujian Instrumen Variabel ………... 101
B. Penyajian Data ………..……….. 101
C. Uji Persyaratan Analitis ……….. 119
D. Pengolahan Data Penelitian ………. 121
E. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 128
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………. 139
B. Implikasi ………. 141
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Kisi-kisi Instrumen Minat Wirausaha... 88
3.2 Distribusi Indikator Minat Wirausaha dalam Butir Angket ... 89
3.3 Intervasi Koefisien Korelasi ... 96
4.1 Hasil Pengujian Reliabilitas Angket ... 100
4.2 Distribusi Frekuensi Mengenai Persepsi Siswa Tentang TF 6M (X1)... 111
4.3 Karakteristik Persepsi Siswa Tentang TF 6M (X1) ... 112
4.4 Distribusi Frekuensi Mengenai Prestasi Belajar Kewirausahaan (X2) ... 114
4.5 Karakteristik Prestasi Belajar Kewirausahaan (X2) ... 115
4.6 Distribusi Frekuensi Mengenai Minat Wirausaha (Y) ... 117
4.7 Karakteristik Prestasi Minat Wirausaha (Y) ... 118
4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 119
4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas ... 120
4.10 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 121
4.11 Analisis Korelasi... 122
4.12 Analisis Koefisien Determinasi Simultan... 123
4.13 Analisis Koefisien Determinasi Parsial ... 124
4.14 Uji Hipotesis Simultan... 126
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Halaman
1.1 Skema Latar Belakang Penelitian ... 8
1.2 Skema Kerangka Berpikir Penelitian... 18
1.3 Skema Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 18
2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 23
2.2 Alur Pelaksanaan Model Pembelajaran TF 6M ... 39
2.3 Model Pembelajaran Teaching Factory 6M Persiapan Implementasi... 41
2.4 Model Pembelajaran Teaching Factory 6M Implementasi Tahap Pendahuluan... 44
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Halaman
4.1 Frekuensi Mengenai Persepsi Siswa Tentang TF 6M (X1) ... 112
4.2 Frekuensi Mengenai Prestasi Belajar Kewirausahaan (X2) ... 115
4.3 Frekuensi Mengenai Minat Wirausaha (Y) ... 117
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional di segala bidang dipengaruhi oleh manusia yang
berkualitas. Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Visi pendidikan nasional
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menjelaskan manusia yang berkualitas yaitu manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan upaya untuk memperoleh pengetahuan, pengembangan sikap,
dan penguasaan keterampilan sebelum memasuki dunia kerja yang dimiliki
lulusan SMK, perlu dijalani oleh siswa SMK untuk memiliki kemampuan sesuai
dengan tuntutan kehidupan di masyarakat dan dunia kerja. Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 mengemukakan tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, yaitu :
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Proses pendidikan dibutuhkan adanya pedoman pendidikan dengan
memberikan kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya
dalam suatu suasanya belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan
dirinya untuk memiliki kualitas kemampuan pribadi yang disusun dalam suatu
kurikulum.
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar
dan teori pendidikan yang berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal
hasil belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan
tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).
Sementara itu kompetensi mengacu pada Landasan Teoritis Kurikulum 2013
adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pngetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan
lingkungan dimana yang bersangkutan berinteraksi.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan formal sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah
Kejuruan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi pada bidang
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pasal 15 Undang-undang Sisdiknas, menjelaskan tujuan pendidikan menengah
kejuruan sebagai berikut :
1. Menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, ulet, gigih, dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
3. Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Program mata pelajaran di SMK pada prinsipnya terdiri dari tiga kelompok
program mata pelajaran yaitu mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif.
Kemudian disesuaikan dengan perubahan kurikulum 2013, bahwasannya untuk
kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan terdiri atas kelompok mata pelajaran
wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib adalah mata pelajaran
yang harus diikuti oleh peserta didik, sedangkan mata pelajaran pilihan terdiri atas
pilihan akademik dan vokasional yang disesuaikan dengan fungsi satuan
pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.
Kondisi demikian tentunya mengharapkan SMK mampu melaksanakan
pembelajaran secara maksimal, akan tetapi fakta dilapangan tidak semua SMK
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan maksimal. Kondisi ini
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penerapan model pembelajaran yang kurang dapat diterima siswa. Perlu upaya
untuk mengatasi keadaan demikian. Salah satu upaya yang dilakukan dalam
mengatasi kondisi demikian diantaranya melalui pengembangan model
pembelajaran yang sesuai. model pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu adanya
model pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah yang selanjutnya biasa disebut
dengan TF-6M.
Model Pembelajaran TF-6M, yang terdiri dari enam langkah : Menerima
pemberi order, Menganalisis order, Menyatakan kesiapan mengerjakan order,
Mengerjakan order, Melakukan Quality Control, Menyerahkan order. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu. Guru berperan sebagai
assesor dan konsultan dengan upaya membantu siswa dalam pembelajaran,
sedangkan siswa berperan sebagai tenaga kerja layaknya di industri. Pendekatan
Model Pembelajaran TF-6M memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
dalam mengembangkan kompetensi personal, sosial, dan kompetensi akademik.
Model pembelajaran TF-6M di sekolah sehingga siswa mendapatkan pengalaman
langsung melakukan pekerjaan dalam suasana industri. Penerapan Model
Pembelajaran TF-6M dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan
khususnya kondisi sarana yang kurang menunjang dalam proses belajar mengajar
dan sekaligus menggali dan mengembangkan model yang diharapkan dapat
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Model Pembelajaran TF-6M merupakan pengembangan Model
Pembelajaran TF-6M sebagai ekstensi dari kurikulum sekolah kejuruan. Setelah
pendalaman teori dasar di sekolah-sekolah kejuruan, para siswa senior belajar
untuk mengembangkan produk dan jasa dalam kondisi sebenarnya seperti di
industri. Siswa dengan menggunakan model pembelajaran TF-6M diarahkan ke
dalam suasana industri yang sebenarnya, dimana siswa merupakan penggerak
sebuah perusahaan. Siswa memiliki tanggungjawab mulai dari penerimaan produk
hingga kepada penyerahan produk ke pemberi order. Peran guru dalam model
pembelajaran ini sebagai fasilitator atau konsultan dan mengawasi kegiatan siswa.
Penerapan Model Pembelajaran TF-6M diharapkan dapat menunjang dalam
upaya peningkatan Sumber Daya Manusia yang inovatif dan kreatif di era
globalisasi sekarang. Sumber Daya Manusia yang inovatif dan kreatif dapat
dilakukan juga melalui peningkatan mutu pendidikan termasuk “Pendidikan
Kewirausahaan”. Pendidikan kewirausahaan merupakan proses pembelajaran
penanaman tata nilai kewirausahaan melalui pembiasaan dan pemeliharaan
perilaku dan sikap. Pengertian kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri,
dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, 2000).
Lulusan SMK diupayakan mengubah orientasinya, tidak hanya menyiapkan
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu untuk mencari alternatif menjadi wirausahawan apabila tidak mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.
Lowongan pekerjaan yang tersedia saat ini tidak sebanding dengan
peningkatan jumlah pencari kerja, sehingga profesi wirausaha menjadi pilihan
yang cukup menjanjikan untuk masa depan. Kemakmuran suatu negara dapat
diukur dari jumlah wirausahawan, sesuai pendapat David McClelland (Frinces,
2011:4) bahwa “salah satu syarat suatu negara untuk mencapai tingkat
kemakmuran diperlukan 2% dari jumlah penduduknya adalah entrepreneur
(wirausaha)”. Jumlah wirausahawan di Indonesia pada tahun 2010 hanya sekitar
400 ribu orang atau 0,18 % dari jumlah penduduk (Frinces, 2011:4).
Menyikapi kondisi demikian maka perlu upaya yang dilakukan, diantaranya
melalui pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pembinaan kewirausahaan di SMK, guru SMK dididik Kewirausahaan di Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Mesin dan Teknik Industri Bandung (PPPPTK BMTI Bandung). Para guru inilah
yang memiliki kewajiban untuk mengarahkan minat siswa untuk mampu
berwirausaha.
Renstra Mendikdasmen, SMK memproyeksikan lulusannya dapat
menciptakan lapangan pekerjaan (enterpreneurship) sebesar 20%, mendapat
pekerjaan dalam negeri sebesar 50%, mendapat pekerjaan luar negeri sebesar
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kenyataan di lapangan berkaitan dengan kemampuan industri dalam menyerap
lulusan SMK bekerja, tidak sedikit lulusan SMK yang tidak mampu teserap oleh
industri. Solusi dalam menyikapi permasan tersebut diantaranya dengan siswa
diarahkan setelah lulus mampu mendirikan usaha sendiri sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa
perlu dilakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan minatnya.
Perilaku wirausaha tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang telah
memasuki dunia usaha saja atau tibul ketika seseorang telah menjadi pengusaha.
Terdapat beberapa alasan yang membuat seseorang berminat dalam berwirausaha,
yaitu (Alma, 2002 : 3) :
1. Dengan semakin ketatnya persaingan antar pencari kerja maka lowongan pekerjaan akan semakin sempit. Hal ini akan semanik mendorong individu untuk berwirausaha.
2. Perkembangan industri kecil yang pesat berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang semakin meningkat cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh industri kecil mengarah pada keseimbangan.
Pelaksanaan Model Pembelajaran TF-6M yang ditunjang dengan
pembelajaran Kewirausahaan diharapkan siswa mempunyai minat untuk
berwirausaha. “Seseorang yang berminat untuk berwirausaha harus dapat
menerima semua proses yang terjadi dalam wirausaha” (Purnama, 2009 : 39).
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu belajar untuk menguasai beberapa keterampilan yang menunjang dalam
melaksanaan wirausaha. Melalui penerapan Model Pembelajaran Teaching
Factory sebagai pembentukan kompetensi siswa melalui satuan kesatuan
lingkungan sekolah dengan berbasis pada industri dan ditunjang dengan
pelaksanaan pembelajaran Kewirausahaan dalam pembentukan jiwa
kewirausahaan. Latar belakang masalah tersebut, mendorong penulis melakukan
penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
TF-6M dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Minat Wirausaha Siswa
SMK Negeri 9 Bandung (Penelitian pada siswa angkatan 2011/2012 Kompetensi
Keahlian Patiseri SMK Negeri 9 Bandung)”.
Bagan 1.1
Skema Latar Belakang Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6M, meliputi : a. Menerima pemberi
order
b. Menganalisis order c. Menyatakan kesiapan
mengerjakan order d. Mengerjakan order
Prestasi Belajar
Kewirausahaan, meliputi: a. Kemampuan kognitif b. Kemampuan Afektif c. Kemampuan L U L U S A N S M K PBM
Rendahnya daya serap SDM
Wirausaha
UU. No. 20/2003 Pasal 18 dan penjelasan UU Sisdiknas Pasal 15 Minat wirausaha
a. Faktor intrinsik b. Faktor
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat perumusan masalah yaitu : Bagaimana pengaruh penerapan Model
Pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat
wirausaha.
Fokus masalah penelitian berdasarkan pembahasan perumusan masalah
penelitian ini, permasalahan dibatasi pada persoalan-persoalan yang menyangkut
penerapan Model Pembelajaran TF-6M, prestasi belajar kewirausahaan dan minat
wirausaha dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi persepsi siswa tentang model pembelajaran TF-6M,
prestasi belajar Kewirausahaan, minat wirausaha bidang patiseri.
2. Bagaimana pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M terhadap minat
wirausaha siswa.di SMK.
3. Bagaimana pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha
siswa.di SMK.
4. Bagaimana pengaruh keduanya yaitu penerapan Model Pembelajaran TF-6M
dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha siswa.di SMK. Wirausaha
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data yang berkaitan dengan :
1. Persepsi siswa tentang penerapan model pembelajaran TF-6M, prestasi
belajar Kewirausahaan, dan minat wirausaha bidang patiseri.
2. Pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M terhadap minat wirausaha
siswa di SMK.
3. Pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha siswa di
SMK.
4. Pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar
kewirausahaan terhadap minat wirausaha siswa di SMK.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan :
1. Manfaat Teoritis
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritis
berupa pemikiran ilmiah khususnya dalam ilmu pendidikan dan penelitian dapat
dijadikan dasar bagi peneliti lainnya yang merasa tertarik untuk meneliti
mengenai permasalahan yang sama. Penelitian pengaruh penerapan Model
Pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar Kewirausahaan terhadap minat
wirausaha bidang patiseri akan memberikan pemahaman mengenai teori :
a. Pencapaian kompetensi siswa akan menitikberatkan pada pelaksanaan
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Penerapan Model Pembelajaran TF-6M merupakan pembelajaran psikomotor
dengan siswa dihadapkan pada kondisi sebenarnya sebagaimana siswa berada
di industri yang akan mengoptimalkan terhadap pencapain kompetensi siswa.
c. Kegiatan pembelajaran kewirausahaan memberikan pemahaman siswa
mengenai konsep-konsep berwirausaha, yang menunjang pengetahuan siswa
dalam wirausaha.
d. Upaya menumbuhkan minat wirausaha diantaranya dapat dilakukan melalui
pembelajaran kewirausahaan serta dengan proses pembiasaan kegiatan
pembelajaran sebagaimana layaknya siswa berada pada dunia kerja atau
industri, melalui penerapan Model Pembelajaran TF-6M
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan praktis sebagai berikut :
a. Pencapaian sebuah kompetensi maka tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan
praktikum yang mengacu pada kebutuhan dunia kerja yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Guru sebagai fasilitator mampu memberikan arahan bagi
siswanya untuk dapat melakukan kegiatan praktikum dengan benar. Sekolah
dalam upaya ini menyediakan fasilitas praktikum alat dan tempat yang
memadai.
b. Penerapan model pembelajaran TF 6M pada pelaksanaannya siswa
dibiasakan untuk belajar dengan kondisi sebagaimana layaknya di industri.
Siswa diarahkan mampu bekerja mandiri, disiplin, tanggung jawab, yang
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Pengetahuan tentang konsep wirausaha melalui kegiatan pembelajaran
kewirausahaan harus dilakukan oleh siswa, sehingga pencapaian pemahaman
akan dimiliki sebagain bekal dalam menjalankan kegiatan wirausaha
kedepannya.
d. Minat wirausaha yang dimiliki siswa akan tumbuh dengan sendirinya dengan
terbiasa melakukan upaya kegiatan wirausaha melalui model pembelajaran
TF 6M dan melakukan pembelajaran kewirausahaan dengan baik sebagai
bekal pengetahuannya.
E. ASUMSI
Asumsi menurut Arikunto (1992 : 17) mengemukakan asumsi atau
anggapan dasar, yaitu : “Sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk tempat berpikir bagi
peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.” Asumsi dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pembelajaran keterampilan bidang Patiseri dengan menerapkan Model
Pembelajaran TF-6M, diharapkan lulusan mampu menerapkan bekal
pengetahuannya. Termasuk lulusan sekolah menengah kejuruan mampu
menerapkan dalam dunia usaha sesuai dengan bidang Patiseri. Asumsi ini
mengacu pada pendapat Martawijaya dalam makalahnya (2010) “Model
TF-6M terdiri dari dua kelompok kegiatan softskill dan hardskill yang berupaya
mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran produktif
Kompetensi Keahlian”.
2. Pembelajaran kewirausahaan di sekolah merupakan proses transformasi
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang baru untuk menciptakan pemerataan pendapatan. Asumsi ini ditunjang
pendapat Soeharto (1997) pendidikan kewirausahaan diajarkan sebagai suatu
disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena :
a. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan model ilmiah yang lengkap.
b. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan dan perkembangan usaha.
c. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
d. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan.
3. Penyebab seseorang berminat melakukan wirausaha karena semakin ketatnya
persaingan dunia kerja dan semakin pesatnya perintisan industri kecil yang
mampu meningkatkan keuntungan (rate of return) yang didukung dengan
kemampuan kompetensi sumber daya manusia, ini sejalan dengan pendapat
ahli, alasan yang membuat seseorang berminat dalam berwirausaha, yaitu
(Alma, 2002 : 3) :
1. Dengan semakin ketatnya persaingan antar pencari kerja maka lowongan pekerjaan akan semakin sempit. Hal ini akan semanik mendorong para individu untuk berwirausaha.
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dalam penelitian diperlukan untuk menghindari
kesalahan antara pembaca dan penulis sebagai peneliti dalam menafsirkan istilah
yang digunakan dalam penelitian ini. Istilah- istilah tersebut, yaitu :
1. Penerapan
Penerapan, merupakan kemampuan mengabstraksikan dan mengaplikasikan
konsep/ide yang baru, dalam kegiatan sehari-hari, misalnya siswa menerapkan
Model Pembelajaran Teaching Factory dalam kegiatan pembelajaran sebagai
upaya menumbuhkan minat wirausaha. Pendapat ini ditunjang penjelasan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997:1044), penerapan adalah “perihal mempraktekkan”.
Selain itu definisi sejalan dengan pendapat Ali (2002:43) bahwa “Penerapan
adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah
dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi yang kongkrit. Seperti menerapkan
suatu dalil, model, konsep, prinsip atau teori”.
2. Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M)
Martawijaya (2010 : 1) mengemukakan model pembelajaran TF-6M
merupakan “model pembelajaran hasil pengembangan yang bertujuan
meningkatkan kompetensi produktif siswa SMK.” Penerapan model pembelajaran
TF-6M dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melbatkan proses
mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Model Pembelajaran Teaching Factory Enam Langkah atau Model TF-6M
merupakan model pembelajaran hasil pengembangan model pembelajaran Work
Based Learning dan Teaching Factory ke dalam model pembelajaran terpadu.
Model Pembelajaran TF-6M terdiri dari 6 langkah, yaitu :
1) Menerima pemberi order,
2) Menganalisis order,
3) Menyatakan kesiapan mengerjakan order,
4) Mengerjakan order,
5) Melakukan quality control, dan
6) Menyerahkan order.
Sebelum penerapan model ini dilaksanakan, siswa dan guru menyepakati untuk
menciptakan industri di sekolah dan melakukan latihan soft skill termasuk sikap
komunikasi yang baik.
Model Pembelajaran TF-6M bertujuan meningkatkan kompetensi produktif
siswa SMK. Model ini mengupayakan peningkatan kompetensi siswa dalam mata
pelajaran produktif.
3. Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (TF-6M) Penerapan Model Pemebelajaran TF-6M merupakan perpaduan soft skill dan
hard skill yang sejalan dengan pengembangan kegiatan pembelajaran, dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dengan siswa diarahkan
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu lebih aktif belajar melalui pembelajaran dimana siswa diarahkan pada kondisi di
tempat kerja atau industri yang sebenarnya. Penerapan model pembelajaran
TF-6M diupayakan mampu memunculkan minat wirausaha siswa.
Pengumpulan data penerapan model pembelajaran TF-6M diperoleh melalui
angket persepsi siswa tentang model pembelajaran TF-6M dengan mengacu pada
indikator-indikator yang mencerminkan dari penerapan model tersebut melalui
Ageung Nurjanah (2006 : 8) mengemukakan tentang “Persepsi adalah penilaian
pribadi berupa pernyataan dan sikap baik lisan maupun tulisan yang bersifat
positif atau negatif terhadap obyek tertentu dan pernyataan tersebut masih dapat
berubah-ubah”.
4. Prestasi Belajar Kewirausahaan
Prestasi belajar meliputi segala sesuatu yang menyangkut kepada aspek
belajar meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan.
Pendapat ini sejalan dengan penjelasan Makmun (1984 : 7) menyatakan bahwa :
”Prestasi belajar merupakan indikator dari perubahan dan perkembangan perilaku
dalam term-term pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan
(penglaman)”. Perubahan dan perkembanga ini mampu yang positif dan negatif
dan kualifikasinya pun akan terbagi-bagi, seperti tinggi, sedang, rendah, atau
berhasil dan tidak berhasil, lulus atau tidak lulus.
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan siswa dalam mempelajari
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu rentang waktu tertentu, yang terwujud dalam bentuk angka-angka, nilai-nilai yang
diperoleh dari hasil tes atau pengukuran dalam suatu evaluasi.
Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan kurikulum Pendidikan Menengah
Kejuruan, ada dua jenis angka yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa
terhadap suatu mata pelajaran, yaitu hasil evaluasi formatif (ulangan harian) dan
hasil evaluasi sumatif (ulangan umum). Peranan kedua evaluasi itu harus belainan,
karena itu perlu diberikan bobot yang berlainan. Ulangan harian diberi bobot tiga,
sedangkan ulangan umum diberi bobot dua. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak
hanya berusaha waktu ulangan umum saja, tetapi juga memperhatikan setiap ada
ulangan harian.
Data prestasi belajar yang diperlukan dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar Kewirausahaan. Pendidikan Kewirausahaan harus dapat membekali
peserta dengan kecakapan hidup yang memiliki kemampuan berperilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Memiliki keberanian diri kemauan
menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan
kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mangatasinya, dan
mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupannya.
Pendidikan Kewirausahaan diharapkan akan lebih menumbuhkan minat
wirausaha siswa, terutama setelah lulus dari Sekolah. Terlebih jika pendidikan
Kewirausahaan diimbangi dengan model pembelajaran TF-6M, minat siswa untuk
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui studi dokumentasi dengan pihak sekolah khususnya dengan guru
bersangkutan.
5. Minat Wirausaha
Minat adalah keinginan atau dorongan psikologis yang sangat kuat pada diri
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Makin tinggi keinginan makin tinggi
pula minatnya, sebaliknya makin rendah keinginannya makin rendah pula
minatnya. Pengertian ini ditunjag oleh pendapat Minat menurut Slameto (1991 :
182), minat adalah :
Suatu rasa lebih suka dan rasa keterarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat minat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Wirausaha memiliki hakikat yatiu merujuk pada sifat watak dan ciri-ciri
yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemampuan keras untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkan dengan tangguh (Druker, dalam Suryana 1994 : 4).
Minat sebagai kecederungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas
kegiatan yang lainnya. Makin tinggi keinginan makin tinggi pula minatnya,
sebaliknya makin rendah keinginannya makin rendah pula minatnya. Minat
berwirausaha adalah sikap dan motivasi yang membuat seseorang tertarik
mencoba dan berusaha untuk memperoleh keuntungan dengan
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Minat wirausaha seseorang akan terbentuk melalui proses pembiasaan.
Model Pembelajaran TF-6M merupakan upaya pembiasaan siswa belajar pada
situasi dunia kerja yang sebenarnya. Sedangkan Pendidikan Kewirausahaan
memberikan bekal pengetahuan bagi siswa dalam berwirausaha. Pendidikan
kewirausahaan juga memberikan nilai-nilai kepada siswa tentang mental
wirausaha yang baik.
Minat seseorang didapat dengan mengenal aktivitas yang dilakukannya,
pengisian waktu luang, atau dengan menggunakan angket yang telah dirancang
dengan baik. Minat wirausaha diukur dengan memberikan instrument penelitian
yang dapat dijadikan panduan. Tiap butir isian mempunyai 5 nilai
maksimum.dengan kriteria sebagai berikut : nilai 5 memiliki kriteria sangat kuat,
nilai 4 kriteria kuat, nilai 3 kriteria sedang, nilai 2 kriteria rendah, kriteria sangat
rendah,
G. PARADIGMA PENELITIAN
Paradima berpikir dalam penelitian ini perlu ditampilkan dalam upaya
memperjelas arah penelitian dan fokus masalah yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana pengaruh
penerapan Model Pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar kewirausahaan
terhadap minat wirausaha. Untuk lebih jelasnya alur kerangka berpikir penelitian
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 1.2
Skema Kerangka Berpikir Penelitian
Bagan 1.3
Skema Hubungan Antar Variabel Penelitian Penerapan Model
Pembelajaran Teaching Factory 6M, meliputi : a. Menerima pemberi
order
b. Menganalisis order c. Menyatakan kesiapan d. Mengerjakan order e. Melakukan qualiy
control
f. Menyerahkan Order
Prestasi Belajar
Kewirausahaan, meliputi: a. Kemampuan kognitif b. Kemampuan afektif c. Kemampuan
psikomotor
PBM SISWA SMK
UU. No. 20/2003 Pasal 18 dan penjelasan UU Sisdiknas Pasal 15
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. HIPOTESIS
Kerangka pemikiran di atas menjadi bahan untuk menyusun hipotesis
penelitian, yaitu :
1. Terdapat pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M terhadap minat
wirausaha siswa.
2. Terdapat pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat wirausaha
siswa.
3. Terdapat pengaruh penerapan Model Pembelajaran TF-6M dan prestasi
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berkenaan dengan pengaruh penerapan model
pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat
wirausaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan
efektivitas pembelajaran dan peningkatan kemampuan kompetensi siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Analisis
penelitian digunakan studi deskriptif yaitu metode yang diarahkan untuk
memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya
hasil penelitian. Fokus penelitian pada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan teknik analisis statistik inferensial. Sugiono (2004: 170)
mengungkapkan bahwa statistik inferensial adalah teknik statistik yang dipakai
untuk menganalisis data sampel kemudian hasilnya diberlakukan untuk populasi
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji teori, fakta,
mendeskripsikan statistik, dan menunjukkan hubungan antar variabel. Penelitian
bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di SMK Negeri 9 Bandung.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini lebih disebabkan karena peneliti sebagai
tenaga pengajar di lingkungan sekolah tempat penelitian dilakukan. Peneliti lebih
mudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi baik dari kepala sekolah dan
guru yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang dilakukan.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak sekolah sebagai evaluasi dalam melihat pengaruh penerapan model
pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat
wirausaha siswa khususnya di SMKN 9 Bandung dapat lebih baik dan umumnya
di Sekolah Menengah Kejuruan.
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kompetensi keahlian Patiseri
SMKN 9 Bandung yang melaksanakan model pembelajaran TF-6M. Pengambilan
sampel diambil secara acak atau random, hal ini sesuai dengan pendapat
Sukmadinata (2006: 253) mengemukakan bahwa: “Salah satu cara pengambilan
sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel
secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari
sumber pemilik data. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung, yakni
berupa data dari dokumen-dokumen dan informasi lainnya misalnya identitas
responden.
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi (pengamatan
langsung) dan penyebaran angket/kuesioner.
a. Angket (Kuesioner)
“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui” (Suharsimi, 2010: 194). Angket digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai persepsi siswa tentang persepsi sista tentang
TF-6M dan minat wirausaha.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan peneliti menyelidiki benda-benda
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu administrasi pembelajaran dengan model TF-6M, modul pembelajaran, dan
sebagainya (Suharsimi, 2010: 201). Dokumentasi dalam penelitian ini akan
digunakan untuk memperoleh data tes prestasi belajar diperoleh dari leger kelas
XII Kompetensi Keahlian Patiseri SMKN 9 Bandung tahun ajaran 2011/2012.
E. KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Data persepsi siswa tentang TF-6M dan minat wirausaha diperoleh dari
hasil tes skala sikap dengan terlebih dahulu melakukan uji coba instrumen untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Kisi-kisi instrumen yang
[image:35.596.108.533.451.662.2]digunakan untuk menyusun angket minat wirausaha yaitu seperti pada Tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Minat Wirausaha
Indikator Sub Indikator
1. Percaya Diri a. Keyakinan,
b. Ketidaktergantungan,
c. Individualitas,
d. Optimisme
2. Berorientasi Tugas dan Hasil
a. Berorientasi pada prestasi dan laba,
b. Tekun dan tabah,
c. kerja keras,
d. motivasi tinggi,
e. energik,
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Sikap Mengambil
Resiko
a. Mampu mengambil resiko,
b. Suka pada tantangan
4. Kepemimpinan a. Mampu memimpin,
b. Mampu bersosialisasi,
c. Mampu menyerap saran dan kritik
5. Orisinalitas a. Inovatif dan kreatif,
b. Fleksibel,
c. Memiliki pengetahuan tinggi dan serba bisa
6. Berorientasi pada masa depan
a. Memiliki pandangan ke depan,
b. Persepektif yang luas
Distribusi indikator minat wirausaha dalam butir angket dibuat seperti pada
Tabel 3.2 :
Tabel 3.2.
Distribusi indikator minat wirausaha dalam butir angket
INDIKATOR SUB INDIKATOR
BUTIR SOAL (+) BUTIR SOAL (-) Jumlah 1. Percaya Diri a. Keyakinan,
b. Ketidaktergantungan, c. Individualitas, d. Optimisme 1,2 3 80 41,42 74,75 43 44 13,14 4 2 2 4 2. Berorientasi
Tugas dan Hasil
a. Berorientasi pada prestasi dan laba, b. Tekun dan tabah, c. kerja keras, d. motivasi tinggi,
[image:36.596.106.540.113.306.2]Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. energik,
f. inisiatif tinggi
15,16 17,18 55,56 57,58 4 4 3. Sikap Mengambil Resiko
a. Mampu mengambil resiko,
b. Suka pada tantangan
67,68,69 22,23 24,25,26 38,39 6 4 4. Kepemimpinan a. Mampu memimpin,
b. Mampu bersosialisasi, c. Mampu menyerap
saran dan kritik
59,60,61 27,28,29 30,31 64,65,66 19,20,21 34,35 6 6 4
5. Orisinalitas a. Inovatif dan kreatif, b. Fleksibel,
c. Memiliki pengetahuan tinggi dan serba bias
32,33 70,71 36,37 72,73 5,6 76,77 4 4 4 6. Berorientasi pada masa depan
a. Memiliki pandangan ke depan,
b. Persepektif yang luas
62,63 40 78,79 4 4 2
Jumlah 80
F. UJI COBA INSTRUMEN
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas data instrumen,
yaitu apakah instrumen yang digunakan betul-betul mengukur apa yang
seharusnya diukur dan untuk mengetahui reliabilitas data instrumen, yaitu untuk
melihat tingkat konsistensi data tersebut dalam menangkap fenomena dari
sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Uji coba
instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi masing-masing variabel dengan butir/item
pernyataan positif maupun negatif.
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil penelitian yang valid adalah yang memiliki kesamaan antara data
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu
valid. Validitas menunjukan kemampuan instrumen dalam mengukur dengan tepat
atau benar apa yang hendak diukur (Kusnendi 2008: 94).
Mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat
diketahui dengan cara mengkolerasikan antara skor butir dengan skor total
(item-total corelation) atau dengan menggunakan korelasi item (item-total yang dikoreksi
(corrected item-total corelation).
Item pertanyaan atau pernyataan diindikasikan memiliki nilai validitas apabila item tersebut memiliki kesesuaian dengan fungsi kuesioner secara keseluruhan, yaitu mengukur konstruk atau variabel yang diukur (Kusnendi 2008: 94)
Menurut Kusnendi istrumen dikatakan valid jika skor item tersebut memiliki
korelasi positif dan signifikan (nilai P-hitung 0.05). Dalam penelitian itu penulis
menggunakan rumus korelasi Product moment untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh antara variabel model pembelajaran TF-6M dan prestasi belajar
Kewirausahaan (X) terhadap Minat Wirausaha (Y) dengan rumus :
2tot 1 2 tot 1 2 1 2 1 tot 1 1 tot 1 1 X X X X X X X X
n n n rRahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu n = Jumlah Sampel
X = Jumlah skor total untuk item pertanyaan 1
X1total = Jumlah skor total untuk semua item pertanyaan variabel
X1
b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Metode yang dapat di gunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu
instrumen penelitian, dan metode yang paling banyak digunakan adalah metode
Cronbach’s Coefisien Alpha atau Cronbach’s Alpha.
Cronbach’s Coefisien Alpha dihitung dengan rumus yang disarankan oleh
Kusnendi (2008:96)
22 1 1 t i k k Dimana:
α : Cronbach’s Coefisien Alpha
k : jumlah item pertanyaan
Σσi2 : Jumah varians setiap item pertanyaan σt2
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Instrumen penelitian reliabel atau tidak digunakan patokan dari Kaplan dan
Suazo yang dikutip Dyah Kusumawati (2001) yang menentukan besar minimal
yang harus dipenuhi oleh instrumen alat pengumpulan data dalam penelitian sosial
adalah 0,7.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang sahih (valid) adalah distribusi data normal
atau mendekati normal (Santoso, 2001:12).
Sebelum dilakukan uji statistik, perlu diketahui apakah sampel yang
dipergunakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan program SPSS. Deteksi normalitas yang sering digunakan
pada program SPSS adalah dengan melihat grafik distribusi normal, dimana data
yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana
bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng (Santosa dan Ashari, 2005:231-232)
dan dapat dilihat penyebaran data pada grafik Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual (Santoso, 2001:110; Santosa dan Ashari, 2005:232).
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Analisis deskriptif merupakan uraian berupa penggambaran untuk
menjelaskan jawaban responden dalam angket tanpa bermaksud membuat suatu
kesimpulan yang berlaku umum dan ditampilkan dalam bentuk diagram.
Mengetahui bagaimana tanggapan responden tentang Penerapan Model
Pembelajaran TF-6M, Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Minat Wirausaha maka
dilakukan pengkategorian dengan cara menjumlahkan skor seluruh pertanyaan
masing-masing variabel, kemudian dicari panjang interval setiap kelas dengan
rumus sebagai berikut (J.Supranto, 2009:64):
n n
X X c
k
, dimana
c = panjang interval kelas
n
X = Nilai terbesar
1
X = Nilai terkecil
k = banyaknya kelas, dalam hal ini adalah 3 (Tinggi-Sedang-Rendah)
2. Analisis Regresi Linier Ganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan antar
variabel dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga nilai dari variabel Y dapat
ditentukan atau diramalkan apabila nilai dari variabel X diketahui :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Y = Variabel dependen.
X1,X2, …,Xk = Variabel independent.
a = Konstanta atau nilai Y
b1,b2,…,bk = Koefisien regresi linier berganda dari masing- masing
variabel independen.
e = Standar error
Koefisien regresi linier berganda (b) mempunyai arti yaitu jika nilai b positif
(+) menunjukkan bahwa hubungan yang searah antara variabel independen
dengan variabel dependen. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan variabel
independen akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai b negatif (─), maka hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel independen memiliki hubungan yang berlawanan dengan variabel
dependen. Dengan kata lain setiap peningkatan variabel independen akan diikuti
oleh penurunan variabel dependen sebaliknya
3. Analisis Korelasi Ganda
Analisis korelasi digunakan untuk menentukan arah yang dinyatakan dalam
bentuk hubungan positif atau negatif dan tingkat hubungan yang dinyatakan
dengan koefisien korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Koefisien korelasi parsial adalah suatu bilangan yang menyatakan eratnya
hubungan antara dua variabel apabila pengaruh lain diangap konstan. Untuk
menghitng korelasi parsial bisa menggunakan beberapa rumus, salah satu
diantaranya adalah dengan cara matriks invers dari kolerasi, persamaannya
adalah:
2 2 2 2 y y n x x n y x xy n r dimana:r = Koefisien korelasi
n = Jumlah populasi
x = Komponen kinerja keuangan
y = Perubahan harga saham
b. Koefisien Korelasi Berganda.
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mencari hubungan antara dua
variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel
terikat (Y), sehingga akhirnya nanti diketahui arah dan kuatnya hubungan
tersebut. Koefisien kerelasi berganda (R) dengan empat variabel bebas dan satu
variabel terikat dapt dihitung dengan formula sebagi berikut:
1 1 2 2Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dimana :
Ry(12) = Koefisien korelasi ganda
b1 = Nilai Regresi X1
n= Jumlah Variabel Xn dan Y
2Y = Jumlah kuadrat total korelasi
Berdasarkan nilai R yang diperoleh, maka dapat dihubungkan –1<R<1
yaitu:
1) Apabila R = 1 artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel X1, X2
dan variabel Y sempurna positif.
2) Apabila R = -1 artinya terdapat hubungan linier antara variabel X1, X2 dan
variabel Y sempurna negatif.
3) Apabila R = 0 artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel X1, X2
dan variabel Y
Adapun untuk melihat hubungan korelasi, maka penulis menggunakan
pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002 : 183) seperti yang tertera di
bawah ini.
Tabel 3.3
Intervasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Rahmat Kurniawan, 2014
Pengaruh penerapan model pembelajaran Teaching factory 6 langkah (tf-6m) dan Prestasi belajar kewirausahaan Terhadap minat wirausaha (penelitian pada siswa kelas xii angkatan 2011/2012 kompetensi Keahlian patiseri smk negeri 9 bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
c. Analisis Koefisien Determinasi
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung koefisien
determinasi yaitu untuk melihat presentase pengaruh variabel X1 (Model
Pembelajaran Teaching Factory), X2 (Hasil Praktek Kerja Industri), dan Y (Minat
Wirausaha), adapun koefisien determinasi yang digunakan :
Kd = R2 X 100% d. Pengujian Hipotesis
Harga koefisien korelasi yang didapat sebelum dilaksanakan pengambilan
keputusan-keputusan perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian hipotesis ini
dimaksudkan untuk melihat apakah antara variabel-variabel X1, X2, dan Y
terdapat korelasi yang berarti atau tidak.
Pengujian menggunakan hipotesis apabila :
1) H0 : a1, b1 = 0 maka pernyataan ini menunjukkan antara variabel X dan
variabel Y tidak ada hubungan.
2) H0 : a1, b1 0 maka pernyataan ini menunjukkan variabel X dan variabel Y