• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK : Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK : Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Mega Devi Supriyani, 2014

KONTRIBUSI INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

MEGA DEVI SUPRIYANI 0806878

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Mega Devi Supriyani, 2014

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==================================================================

KONTRIBUSI INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA

TERHADAP KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

Oleh

Mega Devi Supriyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mega Devi Supriyani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Mega Devi Supriyani, 2014

LEMBAR PENGESAHAN

KONTRIBUSI INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Mega Devi Supriyani NIM 0806878

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Agus Taufiq, M.Pd. NIP. 19580816 198503 1 007

Pembimbing II

Dra. Hj. Aas Saomah, M.Si. NIP. 19610317 198703 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Mega Devi Supriyani, 2014

Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Mega Devi Supriyani, 0806878 (2013). Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta didik (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

Perkembangan kemandirian remaja dapat berkembang melalui hubungan dalam keluarga, hubungan dengan teman sebaya serta hubungan dengan orang di luar keluarga. Interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi remaja dalam perkembangan kemandirian remaja. Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebaya dan menjadi sosok yang mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) gambaran interaksi sosial teman tebaya peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung, (2) gambaran kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung, (3) kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Secara umum, gambaran interaksi sosial teman sebaya peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung berada pada kategori tinggi, (2) Secara umum, gambaran kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung berada pada kategori tinggi, (3) terdapat kontribusi yang signifikan sebesar 44,8% antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik.

(5)

Mega Devi Supriyani, 2014

Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Mega Devi Supriyani, 0806878 (2013). Contributions Peer Social Interaction To Student Autonomy (Study Of The Grade VIII SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency In Academic Year 2013/2014)

The development of adolescent autonomy can evolve through relationships within the family, relationships with peers and relationship with people outside the family. Peer social interaction in adolescents can be one of the sources of support for adolescents in the development of adolescent autonomy. Adolescents have a strong motivation to gather with peers and becoming an autonomous person. This study aimed to obtain (1) description of peer social interaction the grade VIII student SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency, (2) description of student autonomy the grade VIII SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency, (3) contributions peer social interaction to student autonomy the grade VIII SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency. The research approach using a quantitative approach. The method used is descriptive study. The results showed that (1) Generally, description of peer social interaction the grade VIII student SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency in high category, (2) Generally, description of student autonomy the grade VIII SMP Muhammadiyah 4 Bandung Regency in high category, (3) There is a significant contribution of 44,8% between peer social interaction to student autonomy.

(6)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK TENTANG INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN KEMANDIRIAN A. Konsep Remaja ... 9

1. Definisi Remaja ... 9

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 10

3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja... 12

B. Konsep Interaksi Sosial ... 13

1. Definisi Interaksi Sosial ... 13

2. Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 15

3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 15

4. Faktor-faktor Penyebab Interaksi Sosial ... 16

5. Teori Hubungan Interaksi Sosial ... 17

(7)

Mega Devi Supriyani, 2014

C. Konsep Kemandirian ... 21

1. Definisi Kemandirian ... 21

2. Tipe-tipe Kemandirian ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 26

4. Karakteristik Perkembangan Kemandirian Pada Remaja ... 28

D. Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian ... 30

E. Konsep Bimbingan Dan Konseling Untuk Mengoptimalkan Peran Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Peningkatan Kemandirian ... 33

F. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 41

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ... 42

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

1. Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 44

2. Kemandirian ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Proses Pengembangan Instrumen... 48

1. Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya………. 48

a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 48

b) Uji Kelayakan Instrumen ... 49

c) Uji Keterbacaan ... 50

d) Uji Validitas ... 50

e) Uji Reliabilitas ... 51

2. Instrumen Kemandirian ... 53

a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 53

b) Uji Validitas ... 55

c) Uji Reliabilitas ... 56

(8)

Mega Devi Supriyani, 2014

1. Verifikasi Data... 59

2. Pengelompokkan Data ... 59

G. Uji Korelasi ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

1. Interaksi Sosial Teman Sebaya……….. 64

a. Gambaran Umum Interaksi Sosial Teman Sebaya…….. 64

b. Gambaran Aspek-aspek Interaksi Sosial Teman Sebaya……….. 66

c. Gambaran Indikator-indikator Interaksi Sosial Teman Sebaya………...…... 69

2. Kemandirian Siswa ... 77

a. Gambaran Umum Kemandirian Peserta Didik ... 77

b. Gambaran Aspek-aspek Kemandirian ... 78

c. Gambaran Sub Aspek Kemandirian ... 81

d. Gambaran Indikator-indikator Kemandirian ... 89

3. Kontribusi Interaksi Sosial Terhadap Kemandirian ... 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

1. Gambaran Interaksi Sosial Teman Sebaya Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 91

a. Gambaran Umum Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 91

b. Gambaran Aspek-aspek Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 92

2. Gambaran Kemandirian Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 95

a. Gambaran Umum Kemandirian ... 95

(9)

Mega Devi Supriyani, 2014

3. Kontribusi Interaksi Sosial Terhadap Kemandirian Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kab

Bandung ... 100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 103 B. Rekomendasi ... 104

DAFTAR RUJUKAN……….106

(10)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian Siswa Kelas VIII

SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung... ... 42

3.2 Rentang Skala Likert Interaksi Sosial Teman Sebaya dan Kemandirian... 48

3.3 Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba). 49

3.4 Hasil Judgement Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya………. 50

3.5 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya……. 51

3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya…………. 52

3.7 Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)… 52

3.8 Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Sebelum Uji Coba) ... 54

3.9 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemandirian ... 56

3.10 Tingkat Reliabilitas Instrumen Kemandirian ... 57

3.11 Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Setelah Uji Coba)……… 57

3.12 Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus Ideal ... 59

3.13 Kategorisasi Interaksi Sosial Teman Sebaya………. 60

3.14 Kategorisasi Kemandirian Siswa ... 60

3.15 Kualifikasi Interaksi Sosial Teman Sebaya……… 61

3.16 Kualifikasi Kemandirian Siswa ... 62

4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 64

4.2 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek Inklusi……… 66

4.3 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek Kontrol ... 67

4.4 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek Afeksi……… 68

4.5 Gambaran Indikator-indikator Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 69

4.6 Rekapitulasi Kategorisasi Kemandirian Siswa ... 77

4.7 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek Kemandirian Emosi………... 79

4.8 Rekapitulasi Kategorisasi Kemandirian Perilaku ... 80

4.9 Rekapitulasi Kategorisasi Aspek Kemandirian Nilai ... 80

(11)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Desain Penelitian Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya

(12)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Gambaran Umum Interaksi Sosial Teman Sebaya Peserta Didik SMP

Muhammadiyah 4 Kab Bandung………... 65

4.2 Gambaran Aspek Interaksi Sosial Teman Sebaya………. 66

4.3 Gambaran Indikator Aspek Inklusi.……….. 73

4.4 Gambaran Indikator Aspek Kontrol……….. 75

4.5 Gambaran Indikator Aspek Afeksi ……….. 77

4.6 Gambaran Kemandirian Peserta Didik SMP Muhammadiyah 4 Kab Bandung………... 78

4.7 Gambaran Aspek Kemandirian ………...……… 81

4.8 Gambaran Sub Aspek Kemandirian Emosi ... 85

4.9 Gambaran Sub Aspek Kemandirian Perilaku ... 87

(13)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Administrasi Penelitian ... 110

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 114

Lampiran C Hasil Judgement Instrumen ... 139

Lampiran D Pengolahan Data ... 142

Lampiran E Hasil Uji Validitas ... 175

Lampiran F Hasil Uji Korelasi ... 185

Lampiran G Kartu Bimbingan ... 188

Lampiran H Dokumentasi Kegiatan ... 190

Lampiran I Sosiometri ... 191

(14)

Mega Devi Supriyani, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap individu dilahirkan dengan mempunyai karakter unik yang berbeda. Setiap individu memerlukan pergaulan dengan individu lain untuk dapat membentuk dirinya karena faktor lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat membentuk pribadi individu. Yusuf dan Nurihsan (2008: 19) keluarga adalah lingkungan pertama yang dapat mempengaruhi pribadi individu karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi individu, individu banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga dan para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian individu. Faktor lingkungan sosial lainnya selain keluarga yang dapat mempengaruhi pribadi individu adalah lingkungan teman sebaya.

Dalam kehidupan sehari-hari individu senantiasa berhubungan dengan lingkungannya untuk dapat memacu perkembangannya yaitu dengan cara penyesuaian diri. Penyesuaian individu dengan lingkungan yaitu dapat dengan cara mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ruang lingkup lingkungan tersebut dapat meliputi lingkungan fisik (alam benda-benda yang kongkret), lingkungan psikis (jiwa raga orang-orang) serta lingkungan rohaniah (keyakinan-keyakinan, ide-ide, filsafat) yang terdapat di lingkungan individu tersebut (Gerungan, 2004: 59).

Salah satu bentuk hubungan antara individu yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah interaksi sosial. Osears, et al. (1991: 207) mengemukakan bahwa “social interaction occurs when two or more people influence each other- verbally, physically, or emotionally”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan interaksi sosial terjadi ketika dua individu atau lebih saling mempengaruhi secara verbal, fisik atau emosional.

(15)

Mega Devi Supriyani, 2014

sosial individu ikut berkembang dari lingkungan rumah kepada lingkungan yang lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya. Memasuki masa remaja, individu mulai mengalami perubahan fisik, kognitif dan sosial sehingga membuat remaja merasa lebih mendapatkan kenyamanan untuk dapat melewati perubahan-perubahan yang terjadi dengan banyak menghabiskan waktu bersama individu lain yang turut merasakan perubahan yang sama sehingga dalam berinteraksi dengan individu lain, remaja mulai beralih dengan lebih mendekatkan diri kepada teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua.

Seiring dengan terjadi perubahan dalam berbagai aspek pada remaja maka terjadilah petentangan-pertentangan remaja terhadap nilai-nilai, otoritas dan harapan-harapan orang tua terhadap remaja yang dapat mengakibatkan konflik antara orang tua dengan remaja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Freud (Steinberg, 1993: 290) pubertas pada remaja dapat menyebabkan konflik dalam keluarga. Akibat dari konflik dalam keluarga maka remaja awal didorong untuk memisahkan diri secara emosional dari orang tua (mandiri) dan secara emosional dapat lebih berhubungan dengan teman sebaya.

Konflik antara orang tua dan remaja dapat dipandang sebagai langkah remaja dalam menuju kemandirian. Hal ini diungkapkan Steinberg (1993: 290) perkembangan kemandirian emosional remaja dimulai dari proses perubahan hubungan emosional antara remaja dengan orang-tuanya. Remaja mulai mengambil jarak dalam berinteraksi dengan orang-tua, tetapi tidak putus hubungan. Meskipun memiliki sedikit konflik, remaja merasa bebas mengemukakan pendapatnya, dapat berdiskusi dan saling menyayangi. Hubungan tersebut akan berubah secara berulang-ulang dan diperbarui terus-menerus selama masa remaja.

(16)

Mega Devi Supriyani, 2014

menciptakan konflik berat antara orang tua dan remaja. Ini sesuai dengan yang diungkapkan Papalia dan Olds (2008: 612) konflik antara orang tua dan remaja sangat bergantung kepada kepribadian remaja dan pola asuh orang tua terhadap remaja.

Dalam beberapa hal di dalam kehidupannya, remaja tidak seutuhnya selalu berpegang kepada pendapat dan anggapan teman-teman sebayanya. Hal ini diungkapkan Steinberg (1993: 299) secara umum, penelitian tentang pengaruh teman sebaya menunjukkan dalam beberapa situasi, remaja lebih berpengaruh terhadap pendapat teman sebaya sedangkan pada beberapa situasi lain, pendapat orang tua lebih mempengaruhi remaja. Secara khusus, remaja lebih cenderung untuk menyesuaikan diri dengan pendapat teman-teman sebaya dalam jangka pendek, sehari-hari, dan masalah sosial. Sedangkan remaja lebih cenderung untuk menyesuaikan diri dengan pendapat orang tua ketika dihadapkan mengenai rencana jangka panjang seperti pendidikan atau pekerjaan, agama dan etika. Hal ini senada yang diungkapkan Hurlock (1980: 213) pada remaja pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga pada sikap, pembicaraan, minat dan penampilan.

Interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menghasilkan pengaruh positif dan negatif (Zimmer-Gembeck, 2001: 82). Interaksi sosial teman sebaya dapat memiliki pengaruh positif bagi remaja yaitu remaja dapat saling mendukung untuk dapat berprestasi di sekolah, remaja dapat membuat rencana masa depan, dan remaja dapat memiliki tanggung jawab. Selain itu interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi remaja dalam perkembangan kemandirian remaja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Zimmer-Gembeck (2001: 82) yaitu:

In fact, autonomy can flourish during interactions with friends. Autonomy also develops when young people maintain valued conections to friends by expressing their opinions and attitudes, recognize that their friends’ opinions may differ from their own, learn how to negotiate differencences, and practice joint decision making.

(17)

Mega Devi Supriyani, 2014

tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan harus dihadapai secara optimal agar kelak dapat menjadi seorang dewasa yang sempurna. Remajapun akan beralih dari sangat bergantung terhadap keluarga menjadi bagian dari kelompok teman sebaya dan berusaha bertahan sendiri untuk memasuki masa dewasa. Hurlock (1980: 220) mengemukakan keinginan yang kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja dan mencapai puncaknya menjelang periode ini berakhir.

Hill dan Holmbeck (Zimmer-Gembeck, 2001: 79) menyatakan bahwa orang tua, teman sebaya, sekolah dan masyarakat memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian. Berdasarkan hasil penelitian Pratiwining (2011) dan hasil penelitian Nurrochim (2012) dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian.

Studi pendahuluan yang dilakukan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK serta wawancara kepada peserta didik pada tanggal 22 Juli 2013 tentang fenomena yang tekait dengan interaksi sosial dengan kemandirian yaitu terdapat perbedaan antara kemandirian peserta didik yang sering berinteraksi dengan semua teman kelasnya dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya yaitu beberapa peserta didik populer dapat lebih percaya diri saat tampil di depan kelas dan percaya diri saat berdiskusi dalam kegiatan berkelompok, peserta didik populer dapat lebih bertanggung jawab atas semua pilihannya dan tidak selalu mengandalkan orang tua saat memiliki masalah dibandingkan dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya.

(18)

Mega Devi Supriyani, 2014

B. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja adalah belajar bergaul dengan teman sebaya dan orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dicapai yaitu mencapai kemandirian. Pentingnya memiliki kemandirian oleh remaja agar remaja tidak bergantung kepada orang lain, mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri, berani bertanggung jawab atas semua keputusan yang diambilnya, dapat melaksanakan segala sesuatunya dengan sendiri serta mengetahui yang benar dan yang salah dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Remaja yang kurang berinteraksi dengan teman sebayanya akan terus bergantung kepada orang tua dan tidak akan menjadi individu yang mandiri yang akan mempersulit dirinya dalam menghadapi masa depan. Sedangkan pada masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan harus dihadapai secara optimal agar kelak dapat menjadi seorang dewasa yang sempurna. Beberapa hasil penelitian mengemukakan bahwa remaja yang dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman sebayanya maka akan dapat dengan mudah mencapai kemandiriannya (Hurlock, 1980; Santrock, 2002) namun kenyataan yang terjadi di lapangan masih ada peserta didik yang sedikit dan jarang berinteraksi sosial dengan teman sebayanya dengan berbagai faktor.

(19)

Mega Devi Supriyani, 2014 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

Dari rumusan masalah tersebut diturunkan menjadi tiga pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran interaksi sosial teman sebaya peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimanakah gambaran kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ? 3. Seberapa besar kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap

kemandirian peserta didik kelas VIII SMP SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini yaitu memperoleh gambaran kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Memperoleh gambaran interaksi sosial teman sebaya kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

2. Memperoleh gambaran kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

(20)

Mega Devi Supriyani, 2014 D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini akan menambah dan memperkaya khazanah dalam pengembangan keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya mengenai kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung.

2. Secara Praktis

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung, untuk memberikan informasi mengenai gambaran kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik kelas VIII.

b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi dan bahan pertimbangan dalam merancang suatu program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai interaksi sosial teman sebaya dan gambaran kemandirian peserta didik serta dapat membuat rancangan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik d. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan masukan dan menambah informasi mengenai gambaran kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik kelas VIII SMP.

E. Metode Penelitian

(21)

Mega Devi Supriyani, 2014

dan akan diproses melalui pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 melalui metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana dan Ibrahim, 2007: 64). Melalui metode ini diharapkan diperoleh gambaran interaksi sosial teman sebaya peserta didik dan kemandirian peserta didik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik korelasi yaitu ukuran statistik yang menunjukkan arah dan besarnya hubungan antara dua variabel (Subino, 1982: 65). Teknik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi interaksi sosial teman sebaya peserta didik terhadap kemandirian peserta didik. Serta menyatakan besar-kecilnya derajat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket tertutup dengan menggunakan skala likert untuk mengungkap interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian peserta didik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(22)

Mega Devi Supriyani, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung yang bertempat di Jl. Kopo Sayati No. 337 Margahayu Bandung 40228. Pemilihan lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung berdasarkan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena yang berhubungan dengan interaksi sosial terhadap kemandirian peserta didik yaitu terdapat perbedaan antara kemandirian peserta didik yang sering berinteraksi dengan semua teman kelasnya dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya yaitu beberapa peserta didik populer dapat lebih percaya diri saat tampil di depan kelas dan percaya diri saat berdiskusi didalam kelompok, dapat lebih bertanggung jawab atas semua pilihannya dan tidak selalu mengandalkan orang tua saat memiliki masalah dibandingkan dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya.

Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002: 6).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pemilihan populasi terhadap Kelas VIII berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

1. Peserta didik Kelas VIII SMP berada pada rentang usia 13-14 tahun, dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada masa ini individu memasuki masa remaja awal. Pada masa remaja awal terdapat penyesuaian-penyesuaian baru yang terjadi pada peserta didik ketika telah melalui masa akhir anak-anak.

(23)

Mega Devi Supriyani, 2014

3. Peserta didik Kelas VIII SMP secara umum sedang mengembangkan jati diri dan melalui proses pencarian identitas diri. Sehubungan dengan itu pula rasa tanggung jawab dan kemandirian mengalami proses perkembangan.

4. Belum ada yang meneliti mengenai kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian di Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian sensus. Jumlah populasi dan sampel penelitian ditampilkan dalam tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung

No. Kelas Anggota Populasi

1. VIII A 35

2. VIII B 35

3. VIII C 35

4. VIII D 36

5. VIII E 36

Total 177

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

(24)

Mega Devi Supriyani, 2014

kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 melalui metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana dan Ibrahim, 2007: 64). Melalui metode ini diharapkan diperoleh gambaran interaksi sosial teman sebaya siswa dan kemandirian peserta didik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik korelasi yaitu ukuran statistik yang menunjukkan arah dan besarnya hubungan antara dua variabel (Subino, 1982: 65). Teknik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi interaksi sosial teman sebaya siswa terhadap kemandirian peserta didik. Serta menyatakan besar-kecilnya derajat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian peserta didik.

Gambar 3.1

Desain Penelitian Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik

Tahap I adalah tahap persiapan, meliputi: (a) penyusunan proposal skripsi; (b) penyusunan skripsi; dan (c) pembuatan surat izin penelitian yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Tahap II adalah tahap pengumpulan data, meliputi: (a) penyusunan dan pengembangan instrumen berupa angket interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian kepada peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung; (b) judgment instrumen oleh para ahli sebelum instrumen disebar ke

Tahap II: Pengumpulan Data Tahap I: Persiapan

(25)

Mega Devi Supriyani, 2014

lapangan; (c) penyebaran angket ke lapangan. Tahap III adalah tahap pengolahan data, meliputi: (a) verifikasi data; (b) penyekoran data; (c) pengelompokkan data dan (d) analisis data. Tahap IV adalah tahap penyelesaian, meliputi penyusunan hasil-hasil pengolahan data dan menyelesaikan penulisan skripsi.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut.

1. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Dalam penelitian ini, interaksi sosial teman sebaya merujuk pada konsep interaksi sosial yang dikemukakan Osears, et al. (1991: 207) dan Setiadi dan Kolip (2011: 64). Osears, et al (1991: 207) mengemukakan bahwa “social interaction occurs when two or more people influence each other- verbally,

physically, or emotionally”. Setiadi dan Kolip (2011: 64) mengungkapkan bahwa interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok dalam bentuk kerjasama, persaingan maupun pertikaian. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis peserta didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 antara peserta didik dan peserta didik, antara peserta didik dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok yang dapat saling mempengaruhi, merubah atau memperbaiki peserta didik yang lainnya atau sebaliknya secara verbal, fisik maupun secara emosional dalam bentuk inklusi, kontrol serta afeksi yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat sehingga terjalin interaksi sosial yang baik di lingkungan sekolah.

Sub aspek interaksi sosial yang diungkap mengacu pada teori Schutz (Sarwono, 2010) yaitu teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) atau (Orientasi Dasar Dari Hubungan-hubungan Antar Pribadi). Pola

(26)

Mega Devi Supriyani, 2014

dasar pada individu sehubungan dengan ketertarikan individu untuk masuk ke dalam sebuah kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Inklusi (keikutsertaan)

Tahap inklusi yaitu tahap awal dimana peserta didik dapat memulai interaksi dan memiliki rasa untuk ikut saling memiliki dalam situasi kelompok. Hubungan yang mendasari adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Aspek pada tahap ini meliputi: menjalin hubungan yang hangat dengan teman, bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya, ikut terlibat dalam aktivitas kelompok, dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok.

b. Kontrol

Tahap kontrol yaitu aspek pembuatan keputusan dalam hubungan antar pribadi. Pada tahap ini kebutuhan yang mendasarinya adalah keinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam kaitannya dengan wewenang dan kekuasaan. Aspek pada tahap ini meliputi: memberi pengarahan kepada teman, menjadi pemimpin kelompok, mendapat pengarahan dari teman, mematuhi peraturan di dalam kelompok. c. Afeksi (keterlibatan emosional)

Tahap afeksi adalah tahap mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain. Kebutuhan dasar pada tahap ini yaitu keinginan untuk disukai dan dicintai. Aspek pada tahap ini meliputi: kemampuan berempati, keinginan diperhatikan oleh teman, memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman.

2. Kemandirian

(27)

Mega Devi Supriyani, 2014

Kemandirian emosi ditandai de-idealized, parent as people, non-dependency dan individuation, kemandirian perilaku ditandai kemampuan pengambilan keputusan,

tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain dan perubahan rasa percaya diri, kemandirian nilai ditandai abstrack belief, principal belief dan independent belief. Sub aspek kemandirian yang diungkap adalah:

a. Kemandirian emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu terutama orang tua. Kemandirian emosi ditandai dengan empat aspek, yaitu:

1) De-idealized, yaitu tidak menganggap orang tuanya sebagai sosok yang sempurna.

2) Parent as people, yaitu mampu melihat orang tuanya seperti orang lain pada umumnya.

3) Non-dependency, yaitu kemampuan untuk tidak bergantung kepada orang tua dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil

4) Individuation, yaitu remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda dengan orang tuanya dan remaja menjaga privasi

b. Kemandirian perilaku adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya atau melaksanakannya tanpa terlalu bergantung kepada bimbingan orang lain. Kemandirian perilaku ditandai tiga aspek yaitu:

1) Kemampuan mengambil keputusan, yaitu dengan mampu menemukan akar masalah, sadar akan resiko yang akan diterima, dan merubah keputusan yang akan diambil berdasarkan informasi baru.

2) Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain, yaitu memiliki ketegasan diri dan tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.

(28)

Mega Devi Supriyani, 2014

c. Kemandirian nilai adalah kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan tidak penting. Kemandirian nilai ditandai dengan tiga aspek, yaitu:

1) Abstrack belief, yaitu remaja dapat memaknai seperangkat prinsip tentang benar- salah dan keyakinan terhadap nilai keagamaan.

2) Principal belief, yaitu remaja bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai.

3) Independent belief, yaitu keyakinan- keyakinan remaja menjadi semakin bertambah tinggi sesuai keyakinan pada nilai sendiri.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang terdiri dari angket interaksi sosial teman sebaya untuk mengungkap tingkat interaksi sosial teman sebaya dan angket kemandirian untuk mengungkap tingkat kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan nyata yang dirasakan peserta didik mengenai interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian. Peserta didik diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda checklist (√). Setiap jawaban diberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan.

(29)

Mega Devi Supriyani, 2014

(Riduwan, 2011: 38). Pilihan jawaban setiap item pernyataan memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan alternatif jawaban pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Rentang Skala Likert

Interaksi Sosial Teman Sebaya dan Kemandirian

Alternatif Jawaban Pemberian Skor

(+) (-)

Sangat Sesuai (SS) 5 1 Sesuai (S) 4 2

Kurang Sesuai (KS) 3 3

Tidak Sesuai (TS) 2 4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

E. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri atas dua macam angket yaitu interaksi sosial teman sebaya dan angket kemandirian. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen pengungkap data variabel interaksi sosial dikembangkan oleh peneliti dari teori Schutz yaitu teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) atau (Orientasi Dasar Dari

Hubungan-hubungan Antar Pribadi) serta modifikasi pengembangan indikator beserta item pernyataan dari Sukaesih (2010).

(30)

Mega Devi Supriyani, 2014

teman serta penambahan item pernyataan. Perumusan kisi-kisi instrumen ditampilkan dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Sebelum Uji Coba)

b) Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen interaksi sosial yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen. Uji kelayakan instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan angket dari segi isi, konstruk, maupun bahasa dari setiap item pernyataan. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan

No Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1. Inklusi 1. Menjalin hubungan yang hangat dengan teman

1,2,3,6 4,5,7 7

2. Bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya

8,11,13 9,10,12 6

3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,18,20 15,16,17, 19

7

4. dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok

21,24,26,27 22,23,25 7

2. Kontrol 1. Memberi pengarahan kepada teman 30,31,32,33 28,29,34 7

2. Menjadi pemimpin kelompok 37,39,40,41 35,36,38 7

3. Mendapat pengarahan dari teman 44,45 42,43,46, 47

6

4. Mematuhi peraturan di dalam kelompok 49,50,51,53 48,52,54 7

3. Afeksi 1. Kemampuan Berempati 56,57,59 54,55,58, 60

7

2. Keinginan diperhatikan oleh teman 61,62,64,66, 67

63,65 7

3. Memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman

69,71,72,73 68,70,74 7

(31)

Mega Devi Supriyani, 2014

bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) yaitu Dr. Hj. Nani .M Sugandhi, M.Pd., Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., Hasil judgment angket interaksi sosial teman sebaya yaitu ditampilkan pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Hasil Judgment Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Memadai 1,2,3,4,6,7,8,9,12,14,16,17,20,22,23,24,25,26,27,28, 31,32,33,34,36,37,39,43,45,46,47,48,50,52,53,54,56, 57,58,59,60,62,63,64,69,72

46

Revisi 5,10,11,13,15,18,19,21,29,30,35,38,40,41,42,44,51,55 ,61,65,66,67,68,70,71,73,75

27

Buang 49,74 2

c) Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana instrumen interaksi sosial teman sebaya dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami oleh peserta didik kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

d) Uji Validitas

(32)

Mega Devi Supriyani, 2014

Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda

menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,36,37,39,40,4 1,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58 ,59,60,61,63,64,65,68,69,70,71,72,73

69

Tidak Valid 35,62,66,67 4

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 73 item pernyataan dari angket interaksi sosial teman sebaya terdapat 69 item pernyataan yang valid dan 4 item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

e) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan atau ketetapan alat ukur. Alat ukur dapat dianggap memiliki reliabilitas baik jika hasil pengukuran dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama berulang kali menunjukkan hasil atau skor yang relatif sama. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang

koefisien reliabilitas (Sugiyono, 2011: 257) sebagai berikut: 0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

(33)

Mega Devi Supriyani, 2014

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

Hasil pengujian menggunakan SPSS for Windows Versi 16.0 adalah

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Cronbach’s Alpha 0,900 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan instrumen interaksi sosial teman sebaya dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumul data mengenai interaksi sosial teman sebaya. Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen interkasi sosial teman sebaya mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)

3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,15,16,17, 18,19,20

14,15,16, 17,18,19, 20

(34)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Interaksi Sosial Teman Sebaya (Setelah Uji Coba)

1. Instrumen Kemandirian

a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen pengungkap data variabel kemandirian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang telah dikembangkan oleh Iklima (2012) baik secara konsep, konstruk maupun pengukurannya dengan merujuk pada konsep kemandirian yang dikemukakan Steinberg (1993). Perumusan kisi-kisi instrumen ditampilkan dalam tabel 3.8 berikut ini.

No Aspek Indikator Nomor

Valid

Nomor Item Baru

1. Inklusi 3. Ikut terlibat dalam aktivitas kelompok 14,15,16,17, 18,19,20

14,15,16, 17,18,19, 20

7

4. dapat berintegrasi dengan semua anggota kelompok

2. Kontrol 1. Memberi pengarahan kepada teman 28,29,30,31, 32,33,34

28,29,30, 31,32,33 34

7

2. Menjadi pemimpin kelompok 36,37,38,39, 40,41

35,36,37, 38,39,40

6

3. Mendapat pengarahan dari teman 42,43,44,45, 46,47

41,42, 43,44,45, 46

6

4. Mematuhi peraturan di dalam kelompok 48,49,50,51, 52,53

47,48, 49,50,51, 52

6

3. Afeksi 1. Kemampuan Berempati 54,55,56,57, 58,59,60

53,54,55, 56,57,58, 59

7

2. Keinginan diperhatikan oleh teman 61,63,64,65 60,61,62, 63

4

(35)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1. Kemandirian Emosi

1. De-idealized a. Remaja memandang orang tua bukan orang

(36)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

1. Abstrack belief a. Remaja mampu membedakan yang

Setelah uji keterbacaan item dilakukan, langkah selanjutnya yaitu menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah intrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2011: 267). Pengujian validitas instrumren pada penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya

(37)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemandirian

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 3,5,8,9,10,11,12,13,14,15,17,20,23,24,25,26,27,29,30, 32,33,34,35,36,37,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,5 0,51,52,53,54,55,56,57,58,

59,60,61,63,63,64,65,66

54

Tidak Valid 1,2,4,6,7,16,18,19,21,22,28,31 12

Berdasarkan tabel hasil uji validitas menunjukkan dari 66 item pernyataan dari angket kemandirian terdapat 54 item pernyataan yang valid dan 12 item pernyataan yang tidak valid (hasil pengujian validitas terlampir).

c) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan atau ketetapan alat ukur. Alat ukur dapat dianggap memiliki reliabilitas baik jika hasil pengukuran dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama berulang kali menunjukkan hasil atau skor yang relatif sama. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Sebagai tolok ukur, digunakan klasifikasi rentang

koefisien reliabilitas (Sugiyono, 2011: 257) sebagai berikut: 0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(38)

Mega Devi Supriyani, 2014

Berdasarkan tabel didapatkan koefisien Cronbach’s Alpha 0,838 yang berada pada tingkat kategori keterandalan sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan instrumen kemandirian dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumul data mengenai kemandirian. Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai dengan ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen kemnadirian mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

1. De-idealized a. Remaja memandang orang tua bukan orang

4. Individuation a. Remaja merasa sebagai individu yang memiliki pemikiran dan

(39)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.11

Kisi-kisi Instrumen Kemandirian (Setelah Uji Coba)

No. Aspek Subaspek Indikator Nomor Valid Nomor Item

Baru

23,24,25,26,27 13,14,15,16,17 5

b. Remaja sadar akan

33,34,35,36,37 21,22,23,24,25 5

(40)

Mega Devi Supriyani, 2014 F. Pengolahan Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data yaitu suatu langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul.

b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

d. Melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Pengelompokkan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pengelompokkan lima kategori tersebut dilakukan dengan mengkoversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal dengan cara menjumlahkan jawaban setiap peserta didik kemudian mencari rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian didapatkan rumusan kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3.12

Konversi Skor Mentah Menjadi Matang dengan Batas Lulus Ideal

Kategori Rentang Skor

(41)

Mega Devi Supriyani, 2014 Keterangan:

X = skor subjek μ = rata-rata baku σ = deviasi standar baku

Berdasarkan hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas, maka dapat dilakukan penentuan kategorisasi interaksi sosial teman sebaya yang ditampilkan pada tabel 3.13 berikut ini.

Tabel 3.13

Kategorisasi Interaksi Sosial Teman Sebaya

No Interval Kategori

1. 310 Sangat tinggi

2. 242 – 309 Tinggi

3. 173 – 241 Sedang

4. 104 – 172 Rendah

5. 103 Sangat Rendah

Adapun untuk penentuan kategorisasi kemandirian peserta didik berdasarkan konversi skor mentah menjadi matang dengan batas lulus ideal yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.14

Kategorisasi Kemandirian Peserta Didik

No Interval Kategori

1. 243 Sangat tinggi

2. 190 – 242 Tinggi

3. 136 – 189 Sedang

4. 82 – 135 Rendah

5. 81 Sangat Rendah

(42)

Mega Devi Supriyani, 2014

Tabel 3.15

Kualifikasi Interaksi Sosial Teman Sebaya

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

310 Sangat tinggi

Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai interaksi sosial pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

242 – 309 Tinggi

Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain hampir dalam setiap keadaan.

173 – 241 Sedang

Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi kemampuan peserta didik untuk dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik dapat saling memiliki dalam situasi kelompok, peserta didik berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain pada beberapa keadaan.

104 – 172 Rendah

(43)

Mega Devi Supriyani, 2014

orang lain.

103 Sangat Rendah

Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat interaksi sosial yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah yang meliputi peserta didik tidak dapat memulai interaksi dengan orang lain, peserta didik tidak memiliki kemampuan untuk saling memiliki dalam situasi kelompok, tidak adanya keinginan peserta didik untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta peserta didik tidak dapat mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain.

Adapun kualifikasi kemandirian peserta didik berdasarkan rentang skor dan kategori yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.16

Kualifikasi Kemandirian Peserta Didik

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

243 Sangat tinggi

Pada kategori sangat tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

190 – 242 Tinggi

Pada kategori tinggi berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian pada hampir setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai hampir dalam setiap keadaan.

136 – 189 Sedang

Pada kategori sedang berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sedang pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dalam kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai pada beberapa keadaan.

82 – 135 Rendah

(44)

Mega Devi Supriyani, 2014

81 Sangat Rendah

Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik mencapai tingkat kemandirian yang sangat rendah pada setiap aspeknya, yang ditampilkan oleh peserta didik di sekolah dengan tidak adanya kemampuan terhadap pengelolaan diri meliputi emosi, perilaku dan nilai.

G. Uji Korelasi

Penelitian ini merupakan penelitian sensus artinya penelitian yang menggunakan populasi penelitian sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan selanjutnya dapat langsung dilakukan analisis korelasi terhadap variabel interaksi sosial teman sebaya dan variabel kemandirian peserta didik. Data dalam penelitian ini merupakan data ordinal maka analisis korelasi terhadap variabel interaksi sosial teman sebaya dan kemandirian menggunakan rumus Spearman Rank Order Correlation (rho), Riduwan (2012: 135) mengemukakan yaitu sebagai berikut.

ρ = 1-

Keterangan:

ρ = Nilai Korelasi Spearman Rank ∑d² = Total kuadrat selisih antar ranking n = Jumlah sampel penelitian

Untuk menentukan nilai kontribusi antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik, dilakukan dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD), menurut Sarwono (2007: 29) menggunakan rumus sebagai berikut.

(45)

Mega Devi Supriyani, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka penelitian mengenai kontribusi interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian peserta didik dengan subjek penelitian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum, gambaran interaksi sosial teman sebaya peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik dapat memulai interaksi dengan orang lain; saling memiliki dalam situasi kelompok; berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain; mengembangkan keterikatan emosional dengan orang lain; bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya; ikut terlibat dalam aktivitas kelompok; berintegrasi dengan semua anggota kelompok; dapat memberikan pengarahan kepada teman; memberikan pujian atas kelebihan yang dimiliki teman; menjadi pemimpin kelompok; serta mematuhi peraturan di dalam kelompok secara optimal. 2. Secara umum, gambaran kemandirian peserta didik kelas VIII SMP

(46)

Mega Devi Supriyani, 2014

massa dalam mengambil keputusan; memiliki ketegasan diri; tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas; yakin terhadap potensi yang dimiliki; mampu membedakan yang benar dan yang salah,; memiliki keyakinan terhadap nilai keagamaan; bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan; bertindak sesuai dengan keyakinan dalam nilainya sendiri secara optimal.

3. Interaksi sosial teman sebaya peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kemandirian peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan rekomendasi bagi pihak terkait sebagai berikut.

1. Bagi Guru Bimbingan Dan Konseling

Interaksi sosial teman sebaya memiliki kontribusi signifikan terhadap peningkatan kemandirian peserta didik, sehingga guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan bimbingan pribadi-sosial dengan mengoptimalkan peran interaksi sosial teman sebaya yang positif untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta didik. Langkah-langkah strategis guru BK yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

(47)

Mega Devi Supriyani, 2014

menjelaskan akan pemahamannya mengenai materi yang telah disampaikan kepada guru BK.

b. Melaksanakan bimbingan kelompok kepada siswa. Adapun langkah-langkah yang dapat dilaksanakan oleh guru BK yaitu: 1) guru BK menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu untuk mendiskusikan mengenai materi pencapaian interaksi sosial teman sebaya yang baik seperti kiat dalam menjaga hubungan sehat dan langgeng, cara mudah untuk disenangi, menghargai orang lain, cara membina hubungan yang positif, kiat sukses dalam pergaulan, dan keterampilan hubungan antar pribadi agar dapat mengoptimalkan kemandirian peserta didik; 2) guru BK membentuk peserta didik ke dalam beberapa kelompok; 3) peserta didik berdiskusi dengan anggota kelompoknya mengenai materi yang disampaikan dan semua anggota kelompok bersama guru BK dapat membahas semua pembahasan secara bersama-sama; 4) guru BK mereview dan memberikan penjelasan mengenai inti dari materi yang didiskusikan; 5) guru BK menutup sesi diskusi.

c. Melaksanakan konseling individual dan kelompok apabila ada peserta didik yang masih mengalami kesulitan dan mengalami hambatan dalam pencapaian interaksi sosial teman sebaya yang optimal. Melaksanakan konseling individual atau kelompok dapat membantu peserta didik untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alterantif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(48)

Mega Devi Supriyani, 2014

DAFTAR RUJUKAN

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional.

Ahmadi, A. (2003). Ilmu Sosial Dasar Mata Kuliah Umum. Bandung: PT Rineka Cipta.

Ali, M. dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: PT Ghalia Indonesia.

Beckert, T.E. (2005). Fostering Autonomy In Adolescents: A Model Of Cognitive Autonomy And Self-Evaluation. [Online]. Tersedia: http://resilnet.uiuc.edu/library/beckert.html. [2 Februari 2013]

Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Damayanti, N. dan Ibrahim I. (2011). “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi

Dengan Kemandirian Santri Madrasah Tsanawiah”. Jurnal Riset Aktual

Psikologi Universitas Negeri Padang. vol. 2, 153-161. Davidson, H. (2009). Peer Pressure. [Online]. Tersedia

http://www.education.com/reference/article/peer-relationships/[3 Maret 2013] Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Fleming, M. (2005). “Adolescent Autonomy: Desire, Achievement and

Disobeying Parents between Early and Late Adolescence”. Australian Journal

of Education and Developmental Psychology. vol. 5, 1- 16.

Geldard, K. dan Geldard, D. (2004). Counselling Adolescents: Second Edition. California : Sage Publication

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT Rafika Aditama

(49)

Mega Devi Supriyani, 2014

Nazsir, N.R. (2008). Sosiologi (Kajian Lengkap dan Teori Sosiologi Sebagai Ilmu Sosial. Bandung: Widya Padjajaran

Nebguide. (2002). Develpoment Of Autonomy in Adolescence. [Online]. Tersedia: http://extension.unl.edu/publications. [10 Oktober 2012]

Nunung, M.F. et al. (2009). Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motif Berkompetensi Pada Siswa Kelas Vii Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. [Online].Tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad =rja&ved=0CCoQFjAA&url= d.bmk. [12 Januari 2013]

Nurihsan, J.A. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : PT Refika Aditama.

Nurihsan, J.A. dan Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan dan Bimbingan. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurrochim. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Siswa Kelas IV, V, Dan VI Sd Sonosewu Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi pada PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Osears, D. et al. (1991). Social Psychology-Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Papalia, D.E. dan Olds, S.W. (1995). Human Development. New York: Mc Graw-Hill Inc.

Pratiwining, I. (2011). Hubungan Tingkat Kemandirian dengan Kemampuan Berinteraksi Sosial Pada Anggota Pramuka Kelompok Penggalang Di SMPN 13 Malang. Skripsi pada Psikologi UIN Malang.

Rahman, S. (2008). “Perkembangan Sosial Remaja Dalam Aspek Kemandirian”.

Jurnal Insight Jurusan Psikologi. vol. 1, 126-141

Riduwan. (2011). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Santoso, M. D. dan Hawadi, K. S. (2008). “ Hubungan Antara Peer Group Dan

(50)

Mega Devi Supriyani, 2014

Keterbakatan dan Kreativitas Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. vol. 2, 116-127.

Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama Santrock, W.J. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa

Hidup)-Edisi Kelima. Alih bahasa : Juda Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga

Santrock, W.J. (2007). Remaja-Jilid Dua Edisi Kesebelas. Alih bahasa : Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga

Sarwono, W.S. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta :

C.V Andi.

Sarwono, W.S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setiadi, M.E. dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya). Jakarta: PT Prenada Media Group

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sopian, Iklima. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa SMP. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan

Sprinthall, A.N. dan Collins, W.A. (1995). Adolescent Psychology: A Developmental View Third Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Steinberg, L. (1993). Adolesence-Third Edition. New York : Mc.Graw- Hill, Inc

Steinberg, L., & Monahan, K. (2007). “Age Difference In Resistance To Peer Influence”. Journal Developmental Psychology. vol. 6, 1531–1544. Subino. (1982). Bimbingan Skripsi. Bandung: STBA Yapari

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

(51)

Mega Devi Supriyani, 2014

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanttatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Madani Sukaesih. (2010). Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian

Remaja Siswa SMK. Skripsi Jurusan PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan

Winkel, W.S. (1982). Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.

Yusuf LN, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf LN, S. dan Nurihsan, J.A. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Yusuf LN, S. dan Nurihsan, J.A. (2008).Teori Kepribadian. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zimmer-Gembeck, M.J. (2001). “Autonomy in adolescence” In Adolescence in

America: An Encyclopedia. [Online]. Tersedia:

http://www.sdrs.info/publications.php . [12 Oktober 2012]

Gambar

Tabel
Grafik
gambaran mengenai interaksi sosial teman sebaya dan gambaran
Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Solidaritas Kelompok Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) tingkat kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Grogol tergolong sedang, (2) intensitas interaksi sosial dengan teman sebaya siswa

Hubungan Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Tingkat Kemandirian Anak Usia Prasekolah di TK ABA Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember; Yense Eldiana Dhita, 072310101050;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Teman sebaya sangat berperan dalam membantu peserta didik autis saat menilai lingkungan secara tepat (2) teman sebaya sangat berperan

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Spica (2008: 64) tentang perilaku prososial ditinjau dari empati dan dukungan sosial teman sebaya

Sedangkan mengenai siswa mengikuti pengaruh yang tidak baik dari teman sebaya dalam mendorong proses interaksi sosial diantaranya pada kelas VIII A, yaitu

Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai konformitas peserta didik pada perilaku sosial teman sebaya di MTsN Talaok Bayang Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari

Pertentangan (Pertikaian) Berdasarkan hasil pengolahan data profil kemampuan interaksi sosial peserta didik dengan teman sebayaterhadap pertentangan (pertikaian), yang mana