• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

Lisa Novianti dan Tri Harso Kayono

Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: sha.lisa20@yahoo.com

ABSTRACT

Green building is a building that has an excess of buildings in general, both from energy efficiency also comfort to the occupants of the building. Thermal comfort research on green building done in office buildings Ministry of Public Works aims to determine whether green building is already providing thermal comfort for occupants.

Descriptive quantitative research methods to analyze the measurement results of the questionnaire and the building using thermal comfort factors such as air temperature (Ta), humidity (Rh), and wind speed (Va). The resulting conclusion that 28 respondents (40%) give the option "0" or neutral (comfortable), 15 respondents (22.9%) chose a cool, 9 respondents (14.29%) chose cool, not cool at all No vote and cold, and 18 respondents (25.71%) chose above neutral (comfortable) which is 12 respondents (17.14%) chose warm, and 6 people (8.57%) of respondents chose the heat. All respondents comfortable in temperatures 26,27ºC, with a comfortable temperature range between 24,46ºC to 28,08ºC, while the average temperature in the building 25.49ºC.

Keywords: Thermal Comfort, Thermal Sensation, Green Building.

ABSTRAK

Bangunan hijau merupakan sebuah bangunan yang memiliki kelebihan dari bangunan pada umumnya, baik dari efisiensi energi juga kenyamanan bangunan tersebut bagi penghuninya. Penelitian kenyamanan termal pada bangunan hijau yang dilakukan di gedung perkantoran Kementrian Pekerjaan Umum betujuan untuk mengetahui apakah bangunan hijau tersebut sudah memberikan kenyamanan suhu terhadap penghuninya.

Metode penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan menganalisis hasil pengukuran dari kuisioner dan bangunan dengan menggunakan faktor-faktor kenyamanan termal seperti suhu udara (Ta), Kelembaban (Rh), dan Kecepatan Angin (Va). Kesimpulan yang dihasilkan yaitu 28 orang responden (40%) memberikan pilihan “0” atau netral ( nyaman ), 15 responden (22,9%) memilih sejuk, 9 responden (14,29%) memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali dan dingin, dan 18 responden (25,71%) memilih diatas netral (nyaman) yang yaitu 12 responden (17,14%) memilih hangat, dan 6 orang (8,57%) responden memilih panas. Seluruh responden nyaman pada suhu 26,27ºC, dengan rentang suhu nyaman antara 24,46ºC sampai 28,08ºC, sementara suhu rata- rata di dalam bangunan 25.49ºC.

Kata Kunci: Kenyamanan Termal, Sensasi Termal, Bangunan Hijau.

1. LATAR BELAKANG

Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan.

Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia

(2)

menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan.

(Rilatupa :2008 ).

Saat ini bangunan dengan konsep “bangunan hijau” menjadi sangat diminati di Indonesia, karena itu beberapa pembangunan gedung perkantoran, apartemen hingga hotel menerapkan konsep tersebut dalam proses pembuatan hingga perawatan bangunan tersebut. Salah satu bangunan yang telah menerapkan konsep “bangunan hijau” yaitu Gedung Kementrian Pekerjaan Umum yang terletak di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.

Bangunan tersebut telah mendapatkan sertifikat GREENSHIP oleh Green Building Council Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis sehingga sangat mempengaruhi kenyamanan suhu termal dalam suatu bangunan pada umumnya, tidak terkecuali pada bangunan berkonsep “bangunan hijau”. Oleh karena itu hal ini sangat menarik untuk sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah suhu pada bangunan hijau sudah memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

Menurut Professor Fanger dari Technical University of Denmark, mendefinisikan kenyamanan termal sebagai istilah keadaan fisik tubuh yang lebih baik daripada keadaan fisik lingkungan, apa yang benar-benar kita rasakan adalah suhu kulit dan bukan suhu udara.

Teori Fanger, Standar Amerika (ANSI/ASHRAE 55-1992) dan Standar Internasional untuk kenyamanan termis (ISO 7730:1994) juga menyatakan bahwa kenyamanan termis yang dapat dirasakan manusia merupakan fungsi dari faktor iklim serta dua faktor individu yaitu

 Suhu Udara (Ta)

 Suhu Radiasi (Tg)

 Kelembaban Udara (Rh)

 Kecepatan Udara (Va)

 Laju metabolism (met)

 Insulasi Pakaian (clo)

Standar kenyamanan termal di Indonesia menurut Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 6390 : 2011 menyatakan untuk memenuhi kenyamanan termal pengguna bangunan kondisi perencanaan gedung yang berada di wilayah dataran rendah (atau pantai) dengan suhu udara maksimum rata2 sekitar 28° C ditetapkan bahwa :

 Ruang kerja : temperatur bola kering berkisar antara 24° C hingga 27° C atau 25,5° C

± 1,5° C, dengan kelembaban relatif 60 % ± 5 %.

 Ruang transit (lobi, koridor) temperatur bola kering berkisar antara 27° C hingga 30°

C atau 28,5° C ± dengan kelembaban relatif 60% ± 10%.

Berdasarkan ISO 7730: 1994, PMV (Predicated Mean Vote) merupakan indeks yang memprediksi nilai rata-rata dari penilaian beberapa orang mengenai lingkungannya. Indeks PMV ini terdiri dari ketentuan 7 point skala kenyamanan termal dari -3 (sangat dingin), -2 (dingin), -1 (sejuk), 0 (nyaman), +1 (hangat), +2 (panas), +3 (panas sekali). Nilai nol adalah netralitas termal tapi bukan berarti kenyamanan termal.

Fungsi dari PPD (Predicated Precentage of Dissatisfied) adalah untuk mengetahui berapa banyak orang yang tidak puas dengan kondisi lingkungan. Semakin besar presentase PPD makin banyak yang tidak puas (ASHRAE, 2004).

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditentukan penyataan masalah yaitu apakah bangunan hijau pada gedung kementrian pekerjaan umum sudah memberikan kenyamanan termal bagi penggunanya, berapakah suhu nyaman dan rentang suhu yang memberikan kenyamanan pada bangunan hijau gedung kementrian pekerjaan umum? dan bagaimanakah persepsi pengguna terhadap kenyamanan termal dalam gedung kementrian pekerjaan umum?. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kenyamanan termal pada bangunan hijau gedung kementrian pekerjaan umum, mengetahui suhu nyaman dan rentang suhu pada bangunan hijau gedung kementrian pekerjaan umum dan untuk mengetahui persepsi pengguna terhadap kenyamanan termal dalam gedung kementrian pekerjaan umum?

(3)

2

METODE

Lokasi penelitian ini adalah Gedung Kementrian Pekerjaan Umum terletak di Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi tersebut karena Green Building Council Indonesia (GBCI) telah menetapkan Gedung Kementrian Pekerjaan Umum sebagai salah satu bangunan hijau dengan memberikan sertifikat GREENSHIP sebagai

“Bangunan Baru” dengan peringkat “PLATINUM” (Agustus 2013 – Agustus 2016).

Gambar 1 Peta Lokasi Gedung Kementrian Pekerjaan Umum Gambar 2 Site Plan Gedung Kementrian Pekerjaan Umum

Penelitian 1 dilakukan pada tanggal 11 sampai 12 Desember 2014, dari jam 10:00 sampai jam 17.00, karena pada tanggal tersebut cuaca cukup panas sehingga diharapkan mendapatkan suhu panas di dalam bangunan kementrian pekerjaan umum agar mendapatkan rentang suhu dan suhu efektif.

Penelitian 2 dilakukan pada tanggal 17 desember 2014, dari jam 14:00 sampai jam 15:30, dilakukan penelitian kedua ini karena jumlah responden yang dilakukan pada penelitian pertama belum maksimal.

Lokasi titik pengukuran:

Gambar 3 Denah Lantai Dasar, Gambar 4 Denah Lantai 5, dan Gambar 5 Denah Lantai 9 3

(4)

Jenis metode penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas yang terdiri suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin, serta variabel terikat yaitu kenyamanan termal pegawai Gedung Kementrian Pekerjaan Umum.

Metode Pengumpulan Data

 Observasi lapangan yaitu melakukan pengukuran langsung ke lokasi studi kasus yaitu gedung kementrian pekerjaan umum. Observasi secara langsung perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik gedung dan keadaan termal pada dalam gedung kementrian pekerjaan umum.

Langkah – langkah pengukuran :

1. Mengukur faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal yaitu : suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara, pengukuran tersebut dilakukan di tengah-tengah ruangan yang telah ditentukan.

2. Pengukuran dilakukan pada lantai dasar, 5 dan 9.

3. Pengukuran dilakukan didalam ruang bekerja staff dan ruang lua

4. Pengukuran tersebut diiringi dengan pembagian kuisioner terhadap responden untuk mengetahui skala termal yang dirasakan responden.

 Kuisioner yaitu memberikan pertanyaan tentang kondisi kenyamanan termal dalam gedung kementrian pekerjaan umum. Kuisioner perlu dilakukan untuk mengetahui pendapat para pegawai yang bekerja tentang kenyamanan suhu dalam gedung kementrian pekerjaan umum.

 Studi literature diperlukan untuk mencari informasi dan data- data tambahan yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan yaitu menganalisa hasil kuisioner responden denganstudi literature dan menganalisa hasil pengkuran dengan menggunakan sebuah software Microsoft Excel “scatter” untuk memberikan perhitungan rata-rata grafik kenyamanan termal dengan menggunakan hasil pengukuran dari beberapa faktor kenyamanan termal yaitu suhu udara (Ta), kecepatan udara ( Va), kelembaban (Rh) yang menghasilkan sebuah grafik dan tabulasi keadaan termal. Software Thermal Comfort Estimator digunakan hanya untuk memperkirakan kenyamanan termal responden hasil kuisioner.

Instrumentasi

Pada penelitian ini akan menggunakan berapa alat ukur yang berhubungan dengan faktor kenyamanan termal untuk mempermudah proses pengukuran.

Sebagai instrumentasi pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut:

Thermometer ruangan yang berfungsi untuk mengukur suhu ruangan dengan perbedaan ketinggian.

Thermo-Hygrometer yang berfungsi untuk mengukur kelembaban relatif udara dan temperatur udara di dalam ruangan.

Anemometer yang berfungsi untuk mengukur kecepatan angin

Kuesioner pribadi (personal questionnairre) yang digunakan untuk mendapatkan informasi pribadi resonden dan psikologi termal responden.

 Daftar pengukuran penilitan yang digunakan untuk mencatat hasil setiap pengukuran.

Gambar 6 Thermo-Hygrometer Digital dan Gambar 7 Thermometer Sling

(5)

Gambar 8 Anemometer dan Gambar Software Thermal Comfort Estimator

Gambar 9 Titik Pengukuran pada Ruangan Lantai Dasar

Gambar 10 Titik Pengukuran pada Ruangan Lantai 5 dan 9 Keterangan :

: Titik Pengukuran dan Pembagian Kuisioner

3 HASIL PEMBAHASAN

Parameter Iklim Dalam Pengukuran

Dalam pengukuran di dalam gedung Kementrian Pekerjaan Umum ini didapat suhu hasil pengukuran yaitu, maksimal suhu pengukuran yang didapatkan sebesar 29.3 ºC, suhu minimal sebesar 23.4ºC, dan suhu rata-rata dari hasil pengukuran sebesar 25.5ºC.

Kelembaban memiliki minimal 47.4 % dengan kelembaban maksimal sebesar 81.4 % dan kelembaban rata –rata 65.1 %. Sedangkan untuk kecepatan angin minimal 0.1 m/s dengan kecepatan maksimal 0.2 m/s dengan kecepatan rata-rata 0.1 m/s.

(6)

Gambar 11 Grafik Pengukuran Dalam Bangunan

Sementara itu, pengukuran di luar gedung Kementrian Pekerjaan Umum tepatnya di luar lobby ini didapat suhu hasil pengukuran yaitu, maksimal suhu pengukuran yang didapatkan sebesar 28.1 ºC, suhu minimal sebesar 25ºC, dan suhu rata-rata dari hasil pengukuran sebesar 26.5ºC. Kelembaban memiliki minimal 67 % dengan kelembaban maksimal sebesar 90 % dan kelembaban rata –rata 80.5 %. Sedangkan untuk kecepatan angin minimal 0.2 m/s dengan kecepatan maksimal 2.4 m/s dengan kecepatan rata-rata 0.8

m/s.

Gambar 12 Grafik Pengukuran pada Lobby Luar Bangunan

Dari table dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa arah letak ruang pada bangunan tidak mempengaruhi keadaan suhu dalam ruangan tersebut karena hasil dari pengukuran menunjukkan titik timur, barat, utara, dan selatan mempunyai suhu rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu berada pada angka 25oC. Sedangkan suhu ruang luar mempunyai suhu rata-rata pada angka 26.5oC.

0 20 40 60 80 100

Suhu (oC) Kelembaban (%) Kecepatan (m/s)

SUHU

FAKTOR KENYAMANAN TERMAL

Hasil Pengukuran

Min Max Rata-rata 23.4

81.4

25.4

65.1 47.4 29.3

0.1 0.2 0.1

0 20 40 60 80 100

Suhu (oC) Kelembaban (%) Kecepatan (m/s)

PARAMETER IKLIM

FAKTOR KENYAMANAN TERMAL

HASIL PENGUKURAN

Min Max Rata -rata 25

28.1 26.5

67

90 80.5

2.4 0.2 0.8

(7)

Gambar 13 Grafik Hasil Pengukuran Suhu Rata-rata Bangunan

Distribusi Sensasi Termal dari Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 70 orang yang terdiri dari 47 pria (67,2

%) dan 23 (32,8 %) wanita, yang dipilih secara acak ( random ), sehingga dapat disimpulkan bahwa pegawai yang bekerja di dalam gedung Kementrian Pekerjaan Umum adalah pria.

Dapat dilihat dalam gambar bahwa 28 orang responden (40%) memberikan pilihan

“0” atau netral ( nyaman ), 15 responden (22,9%) memilih sejuk, 9 responden (14,29%) memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali dan dingin, dan 18 responden (25,71%) memilih diatas netral (nyaman) yang yaitu 12 responden (17,14%) memilih hangat, dan 6 orang (8,57%) responden memilih panas. Data diatas memperlihatkan, secara rata-rata, bahwa lebih banyak responden yang merasakan “nyaman atau netral” dibandingkan merasakan “hangat”, dalam data ini menunjukan suhu di dalam bangunan kementrian pekerjaan umum rata-rata diatas sudah memberikan kenyamanan sensasi termal bagi para pegawai atau penghuni didalam bangunan.

Gambar 14 Hasil pengukuran Sensasi Termal 25.4 25.4

25.3

25.5

26.5

24.6 24.8 25 25.2 25.4 25.6 25.8 26 26.2 26.4 26.6

BARAT TIMUR UTARA SELATAN LOBBY LUAR (TIMUR)

Hasil Pengukuran dalam Bangunan

Suhu Rata -rata

0 9

15 28

12

6 0

0 5 10 15 20 25 30

Sensasi Termal

Sensasi Termal

(8)

Hasil Pengukuran dengan Actual Mean Vote

Tabel 8 Hasil Pengukuran dengan Actual Mean Vote

Sensasi Termal

Dingin

Sekali Dingin Sejuk Nyaman Hangat Panas Panas

Sekali TOTAL Skala

sensasi (A) -3 -2 -1 0 1 2 3

Jumlah responden

(B) 0 9 15 28 12 6 0 70

Hasil (AxB)

0 -18 -15 0 12 12 0 -9

Actual Mean Vote (Hasil (A x B)) : Jumlah Responden ) -0.12857 Hasil dari rata-rata pengukuran ini menunjukan bahwa data diatas hasil perhitungan memiliki nilai Actual Mean Vote (AMV) -0.13 yang berarti angka tersebut masih dikatakan nyaman atau netral karena angka tersebut berada pada rentang -0.5 sampai 0.5.

Suhu Nyaman dan Rentang Nyaman

Penghitungan suhu netral dan batas suhu nyaman dilakukan dengan menggunakan regresi (persamaan) linier dari sensasi termal responden terhadap suhu. Semua regresi linier yang disajikan dalam tulisan ini dihitung dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007, grafik regresi linier dibuat dengan menggunakan program Scatter chart Microsoft Excel 2007. Suhu netral (neutral temperature) didefinisikan sebagai suhu dimana sensasi termal (comfort vote, Y) adalah 0 (nol), dan hubungan (korelasi, r) antara suhu udara dengan kenyamanan termal pengunjung, sedangkan „batas suhu nyaman‟ (comfort range) didefinisikan sebagai selang antara sensasi termal –0.5 (antara sejuk dan nyaman) dan +0.5 (antara hangat dan nyaman).

Hasil Pengukuran Sensasi Kenyamanan Termal Terhadap Suhu Udara Secara Keseluruhan.

Gambar 15 Regresi Linier Sensasi Termal Hasil Penelitian terhadap Suhu Tabel 9 Hasil Pengukuran Sensasi Termal Suhu Udara Secara Keseluruhan

Responden Pegawai Gedung Kementrian Pekerjaan Umum Ta (oC)

Suhu netral 26.3

Batas suhu Nyaman 24.5 to 28.1

Persamaan Regresi y = 0.276x - 7.252

Koefisien Determinasi (r2) 0.0899 = 0.29

y = 0.276x - 7.252 R² = 0.0899

-3 -2 -1 0 1 2 3

22 24 26 28 30

Rentang Suhu Nyaman

Suhu

Sensasi Termal Keseluruhan

Series1 Linear (Series1)

(9)

Tabel diatas memperlihatkan hasil perhitungan sensasi termal responden dan pengukuran suhu di dalam bangunan, bahwa suhu nyaman/netral, dimana keseluruhan responden merasa nyaman, dicapai pada angka 26,3 ºC suhu udara ( Ta ).

Sedangkan rentang suhu nyaman, dimana keseluruhan responden merasa nyaman, dicapai antara 24.5 ºC sampai 28,1ºC. Dan r (regresi) menunjukan angka 0.29 yang berarti memiliki korelasi atau keterkaitan yang rendah atau hampir tidak memiliki keterikatan antara sensasi termal responden dengan keadaan suhu di dalam bangunan.

Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Jevi Ganda dan Yenni Triswanti pada tahun 2014 yang meneliti kenyamanan termal pengunjung museum bank Mandiri dan pasar Puri Indah di jakarta menghasilkan suhu nyaman responden yaitu 27,7ºC dan 27.3 ºC.

Dapat disimpulkan bahwa bangunan yang memiliki konsep green building dengan bangunan pada umumnya memiliki tingkat kenyamanan termal manusia yang berbeda yaitu lebih rendah menjadi 26,3 ºC dari 27,7ºC dan 27.3 ºC atau selisih 1,4ºC. Dan 1,0ºC.

Sedangkan dengan penelitian sebelumnya oleh Tri Harso Karyono tahun 1993 yang meneliti kenyamanan termal karyawati dan karyawan yang bekerja di tujuh bangunan kantor di Jakarta yang menghasilkan suhu nyaman para responden yakni 26,4ºC.

Dapat disimpulkan bahwa tahun 2014 atau 21 tahun sesudah penelitian Tri Harso Karyono kenyamanan manusia menurun menjadi 26,3 ºC dari 26,4ºC atau menurun 0.1 ºC.

Kenyamanan Termal Untuk Pria dan Wanita

Responden yang berpatisipasi dalam penelitian ini, ada 70 orang. Terdiri dari 47 orang pria dan 23 orang wanita. Dari jumlah reponden inilah dianalisa apakah kedua kelompok tersebut memilih suhu netral (nyaman) yang berbeda.

Gambar 16 Regresi Linier Sensasi Termal Hasil Penelitian Terhadap Suhu Udara Berdasarkan Jenis Kelamin Pria

Gambar 17 Regresi Linier Sensasi Termal Hasil Penelitian Terhadap Suhu Udara Berdasarkan Jenis Kelamin Wanita

y = 0.2574x - 6.9537 R² = 0.0929

-4 -2 0 2 4

23 24 25 26 27 28 29 30

Rentang Suhu Nyaman

Suhu

Sensasi Termal Pria

Series1

Linear (Series1)

y = 0.5482x - 13.869 R² = 0.1904

-4 -2 0 2 4

24 25 26 27 28

Rentang Nyaman

Suhu

Sensasi Termal Wanita

Series1

Linear (Series1)

(10)

Perbandingan Hasil Pengukuran Sensasi Termal Terhadap Suhu Udara Pria dan Wanita .

Tabel 10 Sensasi Termal Hasil Penelitian Terhadap Suhu Udara Pria dan Wanita

Responden Pria Ta (oC) Responden Wanita Ta (oC)

Suhu netral ( Tn) 27 Suhu netral ( Tn) 25.3

Batas suhu Nyaman (Tcr) 25.1 to 29.0 Batas suhu Nyaman

(Tcr) 24.4 to 26.2 Persamaan Regresi y = 0.257x - 7.953 Persamaan Regresi y = 0.5482x - 13.869 Koefisien Determinasi

(r2) 0.092 = 0.3 Koefisien Determinasi

(r2) 0.1904 = 0.43

Tabel 10 diatas memperlihatkan hasil pengukuran sensasi termal responden Pria dan Wanita dalam pengukuran suhu di dalam bangunan, bahwa suhu nyaman/netral , dimana keseluruhan responden pria merasa nyaman pada angka 27,0ºC suhu udara ( Ta ), dan keseluruhan responden wanita merasa nyaman pada angka 25,3ºC.

Sedangkan rentang suhu nyaman keseluruhan responden pria merasa nyaman pada suhu 25,1ºC sampai 29,0ºC yang memiliki nilai regresi (korelasi) 0,3. dan rentang suhu nyaman keseluruhan responden wanita merasa nyaman pada suhu 24,4 ºC sampai 26,2ºC yang memiliki nilai regresi (korelasi) sebesar 0,43.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa suhu nyaman responden pria adalah 27,0ºC sementara suhu nyaman responden wanita adalah 25,3 ºC. Suhu nyaman responden wanita adalah 1,71 ºC lebih rendah dibanding dengan suhu nyaman responden pria.

Hasil Pengukuran Kenyamanan Sensasi Termal Dengan Menggunakan Thermal Comfort Estimator

Tabel 11 Hasil Pengukuran Sensasi Termal dengan PMV

Pengukuran T

a

(

o

C) T

mnt

R

h

(%) V

a

(

m

/

s

) Clo Met PMV PPD (%)

Min 24.1 24.1 54 0.1 0.3 1 -0.9 5

Max 28.8 28.8 79 0.1 0.45 1 1.03 27.4

Rata- rata 25.8 25.8 66.76 0.1 0.4 1 -0.15 11.2 Total 1806.4 1806.4 4674 7 28.1 70 -11.1 785.2

Keterangan :

PMV ( Predicted Mean Vote ) prediksi rata-rata sensasi termal responden.

PPD ( Predicted Precentage Dissatisfied ) prediksi presentase ketidak nyamanan.

Ta (Suhu)

Tmnt (Suhu Radiasi)

Rh (Kelembaban)

Va ( kecepatan angin)

Clo (Tahanan Pakaian)

Met (Level Aktivitas).

Hasil dari rata-rata pengukuran ini menunjukan bahwa data diatas hasil perhitungan memiliki nilai PMV -0.15 yang berarti angka tersebut masih dikatakan nyaman atau netral karena angka tersebut berada pada rentang -0.5 sampai 0.5

Nilai PPD 11.35% yang berarti angka ketidaknyamanan responden sangat rendah atau 8 dari 70 responden menyatakan tidak nyaman terhadap suhu dalam bangunan.

Pada Analisis Kenyamanan termal di Gedung Kementrian Pekerjaan Umum dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden merasakan nyaman atau netral dan tingkat ketidaknyamanan sangat rendah.

(11)

Semakin rendah nilai PMV semakin banyak responden yang menyatakan nyaman

Semakin rendah nilai PPD semakin rendah ketidak kenyamanan yang di nyatakan responden.

4

HASIL PEMBAHASAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. 28 orang responden (40%) memberikan pilihan “0” atau netral ( nyaman ), 15 responden (22,9%) memilih sejuk, 9 responden (14,29%) memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali dan dingin, dan 18 responden (25,71%) memilih diatas netral (nyaman) yang yaitu 12 responden (17,14%) memilih hangat, dan 6 orang (8,57%) responden memilih panas.

2. Seluruh responden nyaman pada suhu 26,3ºC, dengan rentang suhu nyaman antara 24,5ºC sampai 28,1ºC, sementara suhu rata-rata di dalam bangunan 25.5ºC.

3. Dibandingkan dengan penelitian Karyono (1993) dengan suhu nyaman 26.4ºC, penelitian di gedung kementrian pekerjaan umum tahun 2014 ini dengan suhu nyaman 26.3 ºC maka suhu nyaman penelitian ini 0.1 ºC lebih rendah. Rentang suhu nyaman tahun 1993 adalah 24.9 ºC sampai 28.0 ºC sedangkan rentang suhu nyaman hasil penelitian saya tahun 2014 sebesar 24.5 ºC sampai 28.1 ºC.

4. Seluruh responden pria nyaman pada suhu 27.0ºC, sedangkan seluruh responden wanita nyaman pada suhu 25.3ºC.

5. Seluruh responden pria memiliki rentang nyaman antara 25.1ºC hingga 29.0ºC, sedangkan responden wanita rentang nyaman pada suhu 24.4ºC hingga 26.2ºC.

6. Dibandingkan penelitian Ganda (2014) pada pengunjung Museum Bank Mandiri seluruh responden pria merasa nyaman pada suhu 27.85ºC, sedangkan seluruh responden wanita merasa nyaman pada suhu 27.57ºC. Seluruh responden pria memiliki rentang suhu nyaman pada suhu 27.15ºC sampai 28.6ºC dan seluruh responden wanita memiliki rentang suhu nyaman pada suhu 26.8ºC sampai 28.3ºC.

Sedangkan penelitian di Gedung Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2014 ini seluruh responden pria nyaman pada suhu 27.0ºC dengan rentang nyaman antara 25.1ºC hingga 29.0ºC, sedangkan seluruh responden wanita nyaman pada suhu 25.3ºC dengan rentang nyaman pada suhu 24.4ºC hingga 26.2ºC.

7. Hasil rata-rata pengukuran menggunakan Actual Mean Vote (AMV) memiliki nilai - 0.13 yang berarti angka tersebut masih dikatakan nyaman atau netral karena angka tersebut berada pada rentang -0.5 sampai 0.5.

8. Pengujian pengukuran hasil kuisioner dengan menggunakan software Thermal Comfort Estimator memiliki nilai PMV -0.15 yang berarti angka tersebut masih dikatakan nyaman atau netral karena angka tersebut berada pada rentang -0.5 sampai 0.5. Hasil ini menunjukan bahwa nilai PMV lebih rendah dibandingkan dengan hasil dari AMV.

9. Pengujian pengukuran hasil kuisioner dengan menggunakan software Thermal Comfort Estimator memiliki nilai PPD 11.21% yang berarti angka ketidaknyamanan responden sangatlah rendah atau 8 dari 70 responden menyatakan tidak nyaman terhadap suhu dalam bangunan.

Saran

Untuk kepentingan pengabdian di bidang arsitektur, terutama di bidang teknologi bangunan dan kenyamanan termal, maka dari hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa hal yaitu :

1. Setting temperature didalam bangunan khususnya pada ruang bekerja staff dinaikkan menjadi 26.3ºC sesuai dengan suhu nyaman hasil pengukuran dengan responden.

2. Untuk tercapainya Kenyaman termal yang optimal dan efisiensi energi , maka disarankan untuk melakukan pengaturan/menata kembali penggunakan AC.

(12)

3. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat menggambil judul yang berkaitan dengan studi analisis kenyamanan termal pada bangunan dengan fungsi seperti yang spesifik dan penelitian tentang bangunan hijau dari segi desain atau material bangunan yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal bangunan tersebut.

5

REFERENSI

Anonymous (1989), Handbook of Fundamental, Chapter 8:Physiological Principles, Comfortand Health, ASHRAE, USA.

EVS-EN ISO 7730:2006 Ergonomics Of The Thermal Environment

Fanger, (1982), Thermal Comfort, Analysis and Aplications in Environmental Enginering, Robert E. Krieger Publishing Company, Malabar.

Ganda, E. 2014. Pengaruh Bukaan Pada Bangunan Museum Mandiri Terhadap Kenyamanan Termal Pengunjung Museum. Universitas Mercu Buana. Jakarta

Karyono, T.H., Thermal Comfort for the Indonesian Workers in Jakarta, Building Research and Information, Vol. 23 No 6, November/December, 1995, pp.317-323, U.K. 1995.

Rilatupa, J., (2008), Aspek Kenyamanan Termal Pada pengkondisian Ruang Dalam. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No. 3.

SNI-14-2011-03 Standar Kenyamanan Termal di Indonesia

Triswanti, Y. 2014. Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pengunjung Pasar Puri Indah Jakarta Barat. Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Gambar

Gambar 1 Peta Lokasi Gedung Kementrian Pekerjaan Umum  Gambar 2 Site Plan Gedung Kementrian Pekerjaan Umum
Gambar 8 Anemometer dan Gambar Software Thermal Comfort Estimator
Gambar 11 Grafik Pengukuran Dalam Bangunan
Gambar 14 Hasil pengukuran Sensasi Termal 25.4 25.4 25.3 25.5 26.5 24.624.82525.225.425.625.82626.226.426.6
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kitab tafsir Zuhaily dan Shobuny penentuan suatu ayat sebagai kinayah didasarkan pada konsep kinayah seperti yang dipahami oleh para pakar balaghah sekarang ini, yaitu

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

Penentuan sektor basis yang akan terjadi pada masa yang akan datang pada sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya serta subsektor pertanian di Propinsi

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu menganalisa data secara argumentasi berdasarkan data-data dan menganalisa data secara statistik

Memperluas jangkauan dan kesempatan bagi anak usia sekolah ke jenjang pendidikan menengah terutama bagi keluarga miskin mengutamakan manajemen pengelolaan pendidikan

- Perencanaan Teknis Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur Th 2011 1 Pkt 75.000.000 - DED Kawasan Jembatan Kota Rengat 1 Pkt 75.000.000 2 Belanja Jasa Konsultansi Pengawasan..

Menyatakan Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

% Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket