• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Model Pembelajaran PAUD Kurikulum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul Model Pembelajaran PAUD Kurikulum 2013"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

(2)

i

HALAMAN JUDUL

MODUL

MODEL PEMBELAJARAN

(KURIKULUM)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PENDIDIKAN

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Atas berkat rakhmat dan dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, maka penyusunan Modul dan Model Pembelajaran

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang bersumber dari APBD Jawa

Tengah Tahun Anggaran 2013, berhasil diselesaikan. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Modul dimaksud.

Modul dan Model Pembelajaran PAUD ini disusun sebagai Pedoman bagi para Pendidik, Praktisi dan para Pihak yang menangani langsung dalam proses pembelajaran di masing-masing Lembaga PAUD. Harapannya setiap Lembaga PAUD (baik yang berbentuk layanan Taman Penitipan Anak/TPA, Kelompok Bermain/KB, Taman Kanak-kanak/TK dan Satuan PAUD Sejenis), secara bertahap semakin meningkat dan bermutu dalam proses pembelajarannya. Sehingga kelak Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan benar-benar unggul, sehat, cerdas dan berakhlak mulia.

Perkembangan dan dukungan berbagai pihak dalam rangka peningkatan layanan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Provinsi Jawa Tengah dirasakan sudah tidak hanya di Kota-kota saja, melainkan telah merambah sampai tataran Desa-desa/Kelurahan di Kabupaten. Dampak pentingnya PAUD bagi Masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten/Kota, saat ini telah menyadari bahwa keberadaan Lembaga PAUD dan memberikan stimulasi psikososial, merupakan hal yang sangat penting guna menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) pada masa mendatang.

Meskipun Lembaga PAUD telah dirintis dan sudah bermunculan dimana-mana, namun demikian proses pembelajaran yang bermutu disetiap Lembaga PAUD hasilnya belum seperti yang diharapkan. Oleh karena itu guna mewujudkan peningkatan mutu layanan tersebut, perlu dilakukan peningkatan kualitas terhadap keberadaan Lembaga itu sendiri, termasuk didalamnya adalah peningkatan mutu kepada para Pendidik dan Tenaga Kependidikan, baik melalui

program Magang, Pendampingan, Workshop, Seminar dan program-program

inovatif lainnya. Sebab pada kondisi saat ini, masyarakat sudah mulai cerdas dalam menentukan pilihannya terhadap Lembaga PAUD yang bermutu.

(4)

iii

Akhirnya kami mohon kepada para pengguna Modul dan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini, untuk berbesar hati dalam memberikan saran dan kritik dari berbagai pihak demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua unsur yang telah ikut andil demi tersusunnya Modul ini.

Semarang, Mei 2013

a.n. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Kepala Bidang PNF-PT

Dr. JASMAN INDRADNO, M.Si Pembina Tingkat I

(5)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Hukum ... 2

C. Tujuan ... 4

D. Pengertian-Pengertian ... 4

E. Ruang Lingkup... 5

BAB II LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ... 6

A. Landasan Yuridis ... 6

B. Landasan Filosofis ... 7

C. Landasan Keilmuan ... 7

BAB III HAKIKAT PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI ... 8

A. Pengertian Pembelajaran ... 8

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 9

C. Pembelajaran Terpadu di PAUD ... 9

BAB IV MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI PAUD ... 12

A. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kelompok ... 12

B. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sudut ... 15

C. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Area ... 18

D. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra ... 23

BAB V PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN ... 37

A. Perencanaan Semester ... 37

B. Perencanaan Bulanan ... 37

C. Perencanaan Mingguan ... 37

D. Perencanaan Harian ... 59

BAB VI P E N U T U P ... 87

(6)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.

Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada

pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi

anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004: 4). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan).

(7)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

2

anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua ataupun guru mereka.

Pengembangan pembelajaran merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, yang dituangkan dalam bentuk penyusunan program semester, program rencana kegiatan mingguan (RKM), dan rencana kegiatan harian (RKH), yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan dan karakteristik tumbuh kembang anak.

Buku ini menguraikan tentang pengembangan model pembelajaran di PAUD dan beberapa contoh pelaksanaan model pembelajaran untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD, namun pendidik dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

B. Dasar Hukum

Pembukaan UUD RI 1945, terdapat kutipan yang berbunyi “… kemudian

daripada itu, untuk membentuk suatu persatuan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial,...”. Pendidikan anak usia dini memiliki pandangan bahwa

sesungguhnya dengan mencerdaskan anak secara tidak langsung akan membantu meningkatkan kualitas SDM negara yang pada akhirnya akan menyebabkan negara untuk lebih maju. Mencerdaskan kehidupan bangsa berarti, meningkatkan daripada masyarakat negara itu sendiri untuk menuju pembangunan yang berkualitas. Dan memang semua itu harus dimulai dari anak usia dini yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Hal ini dapat terlihat, bahwa sejak awal kemerdekaan Indonesia, pemerintah sudah benar-benar memikirkan bagaimana caranya untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga tidak dapat dipecah belah dengan mudah oleh bangsa lain. Bangsa yang besar dan kuat dibangun oleh sumber daya manusia yang handal dan berbudi luhur. Hal ini dapat diupayakan melalui jalur pendidikan yang baik sejak dini.

(8)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

3

Tidak ada batasan bagi seorang anak untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya selama kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi terutama kebutuhan akan makanan dan gizi yang baik. Apabila kebutuhan utamanya terpenuhi, maka kebutuhan pendidikannya pun dapat terpenuhi oleh anak sehingga akhirnya anak dapat memperoleh manfaat dari pendidikan itu seperti mendapat pekerjaan yang baik sesuai dengan minat dan kemampuannya sehingga akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Bila seseorang tidak mendapatkan kesempatan, maka dia akan terus berada dalam keterpurukan.

Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya. Berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar dan pendidikan serta manfaatnya haruslah memadai. Berbekal hal tersebut seorang anak kelak dapat membangun dirinya menjadi manusia berguna baik untuk diri sendiri maupun masyarakat.

Undang-undang Perlindungan Anak, dalam Undang-undang RI nomor 23 tahun 2002 tertulis bahwa: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 4); Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9 ayat 1) dan Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki keunggulan juga mendapatkan pendidikan khusus (pasal 9 ayat 2) (Departemen Sosial RI, 2002: 5)

Setiap anak tentu telah dibekali potensi yang luar biasa sejak kecil. Potensi-potensi itu harus dikembangkan dan digali dengan cara pemberian stimulasi yang sesuai. Oleh sebab itu, sebaiknya setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya sesuai dengan minatnya tanpa adanya unsur-unsur paksaan di luar dirinya.

(9)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

4

dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal atau diakui masyarakat. Hendaknya pendidikan juga memperhatikan lingkungan disekitarnya sehingga tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat. Setiap anak membutuhkan rangsangan pendidikan untuk mengoptimalkan potensinya. Melalui pendidikan anak juga diperkenalkan dengan lingkungannya agar dia dapat menyesuaikan diri di lingkungannya.

Sampai pada akhirnya, komitmen yang tinggi pemerintah Indonesia terhadap pengembangan anak usia dini dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 051/0/2001 berisi tentang didirikan Direktorat PAUD (Pendidikan Anak Dini Usia) di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat PAUD didirikan sebagai upaya pemerintah untuk memajukan dan meratakan pendidikan anak usia dini di Indonesia lebih terkonsentrasi. Upaya tersebut mulai terasa sekarang, di mana semua orang mulai mengetahui tentang pentingnya pendidikan anak dimulai sejak usia dini. Selanjutnya Direktorat ini berubah nama menjadi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (Direktorat PAUD).

C. Tujuan

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adapun tujuan penyusunan buku ini adalah sebagai acuan bagi pendidik PAUD agar dapat mengimplementasikan dan mengembangkan model-model pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran di PAUD.

D. Pengertian-Pengertian

Pembelajaran inovatif : merupakan bentuk pembelajaran yang

menarik, menyenangkan, dan dapat memfasilitasi perkembangan dan kebutuhan anak. Bentuk pembelajaran inovatif menggabungkan atau mengkolaborasikan beberapa aspek penting yang dapat memperkaya isi pembelajaran menjadi suatu yang baru.

Model Pembelajaran : suatu desain atau rancangan yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak.

Pembelajaran Terpadu : proses pembelajaran dengan melibatkan/

(10)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

5

E. Ruang Lingkup

(11)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

6

BAB II

LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. Landasan Yuridis

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selanjutnya pada Pasal 28B Ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sedangkan pada Pasal 28 C Ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Selanjutnya berdasarkan UU RI Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa (1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan Anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

(12)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

7

B. Landasan Filosofis

Pendidikan anak usia dini juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh lingkungan disekitarnya yang meliputi faktor budaya, keindahan, kesenian dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang dapat dipertanggungjawabkan.

Merupakan peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan anak yang berbeda satu dengan yang lainnya (individual

differences).

Ontologis, anak sebagai makhluk individu yang mempunyai aspek biologis (adanya perkembangan fisik yang berubah dari waktu ke waktu yang membutuhkan makanan, gizi, dll), psikologis (adanya perasaan-perasaan tertentu yang terbentuk karena situasi, seperti: senang, sedih, marah, kecewa, dihargai, dan sebagainya), sosiologis (anak membutuhkan teman untuk bermain), antropologis (anak hidup dalam suatu budaya dari mana dia berasal).

Epistomologis, pembelajaran pada anak usia dini haruslah menggunakan konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui stimulasi (learning by stimulating).

Aksiologis, isi kurikulum haruslah benar dan dapat dipertanggungja-wabkan dalam rangka optimalisasi seluruh potensi anak (etis) dan berhubungan dengan nilai seni, keindahan dan keselarasan yang mengarah pada kebahagiaan dalam kehidupan anak sesuai dengan akar budaya di mana mereka hidup (estetika) serta nilai-nilai agama yang dianutnya.

C. Landasan Keilmuan

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak. Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neurosains (ilmu tentang perkembangan otak manusia). Dalam mengembangkan potensi belajar anak, harus diperhatikan aspek-aspek pengembangan yang akan dikembangkan sesuai dengan disiplin ilmu yang saling berhubungan dan terintegrasi sehingga diharapkan anak dapat menguasai beberapa kemampuan dengan baik.

(13)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

8

BAB III

HAKIKAT PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Pembelajaran menurut behaviorisme adalah upaya pendidik untuk membantu anak didik melakukan kegiatan belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku pada anak didik (Tulus Tu’u, 2004: 64). Dari definisi tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini maka kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk membantu membimbing anak belajar dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.

Pembelajaran di PAUD pada dasarnya menerapkan esensi bermain karena bermain merupakan dunia kerja anak usia prasekolah. Menurut Anggani Sudono (2000: 1) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi semua aspek perkembangan.

Akan tetapi, prinsip bermain sambil belajar yang diterapkan dalam pembelajaran di PAUD seringkali disalah artikan, dengan menganggap bahwa pembelajaran di PAUD isinya hanya bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas. Sesungguhnya, kegiatan pembelajaran di kelompok bermain didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak belajar dengan tetap mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, bebas, merdeka, voluntir, dan demokratis. Oleh karena itu, kegiatan bermain yang dapat mengembangkan semua aspek perkembangan pada diri anak (baik fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional) yang didesain dalam pembelajaran di PAUD.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey; Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999), ada beberapa ciri kegiatan bermain yaitu :

1. Dilakukan berdasarkan motivasi internal yaitu anak ikut bermain

berdasarkan keinginannya sendiri serta untuk kepentingannya sendiri.

(14)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

9

3. Fleksibilitas yang ditandai dengan mudahnya beralih kegiatan dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain

4. Lebih menekankan proses yang berlangsung daripada hasil akhir. Saat

bermain, perhatian anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung daripada tujuan yang ingin dicapai (tidak memiiki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya). Misalnya anak bermain kartu huruf, ia tidak memiliki tujuan untuk belajar mengenal huruf atau membuat kata. Jika setelah bermain anak mampu mengembangkan kosa kata interaksi dengan huruf, itu adalah persoalan lain. Partisipasi bermain lebih penting daripada tujuan bermain.

5. Bebas memilih kegiatan main

6. Memiliki kualitas pura-pura karena memungkinkan anak bereksperimen

dengan hal-hal baru.

Pendidik PAUD harus kreatif dan inovatif dalam mendesain lingkungan main bagi anak agar esensi bermain mewarnai kegiatan belajar anak. Sebagai contoh untuk mengembangkan kemampuan mengenal warna, guru dapat menata lingkungan main dengan beberapa pilihan kegiatan seperti mewarnai gambar, finger painting, mencap, melukis dengan kelereng, membatik dan menjumput, melukis cermin, ataupun melukis dengan benang. Dengan demikian berarti guru telah memberikan kebebasan pada anak untuk memilih, adanya fleksibilitas untuk beralih dari satu jenis kegiatan ke kegiatan lainnya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, selama proses bereksperimen dengan warna pada kegiatan yang dipilih anak pun mampu mengenal warna.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Bermain sambil belajar; b) Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak; c) Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak; d) Kreatif dan Inovatif; e) Pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif; f) Menggunakan pembelajaran terpadu; g) Pembelajaran mengembangkan keterampilan hidup; h) Pembelajaran berpusat pada anak; i) Demokratis; j) Bermakna.

C. Pembelajaran Terpadu di PAUD

(15)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

10

melibatkan pengalaman langsung (hands on experince), karena hal ini

memungkinkan anak menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilannya dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya (Eliason dan Jenkin, 1994).

Adapun dalam pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut

a. Kedekatan: tema hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat

dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.

b. Kesederhanaan : tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang

sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak. Pendidik dapat menentukan tema yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan fokus

Contoh: tema “Binatang”, menurut Pendidik masih terlalu rumit dan luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sempit misal:

tema “komodo keajaiban alam dunia”.

c. Kemenarikan: tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik

minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. Tema-tema tertentu dapat dibuat lebih menarik dan dibedakan antara Tema-tema KB, TK A maupun TK kelompok B, agar anak didik tertarik dan tidak akan membosankan anak karena pengulangan tema yang sama dengan sub tema yang sama.

Contoh:

Tema pekerjaan

 Sub tema pada anak kelompok bermain (KB): sub tema “ pekerjaan

orang tuaku” (misalnya : dokter, petani, nelayan, polisi, pegawai bank, insiyur, dll), sub tema “cita-cita” (misalnya: pilot, guru, pelaut, arsitek, dokter, dll)

 Sub tema pada TK kelompok A: sub tema “pekerjaan disekitar TK-ku”

(misalnya: guru, satpam, tukang ojek, penjual kue, petugas kebersihan, dll)

 Sub tema pada TK kelompok B: “pekerjaan di kota semarang”

(misalnya: pedagang di kampung pecinan gang baru, pedagang di kauman, pedagang di Pasar Johar, nelayan, dan pedagang ikan di pantai, tukang pos di kantor pos, masinis di Stasiun Tawang, dll)

(16)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

11

Contoh: Sub tema “bunga indah untuk ibu” dalam tema “hari ibu”

Pemilihan tema-tema yang akan dipakai selama satu tahun pelajaran dilakukan sebelum tahun pelajaran di mulai. Tema yang sudah dipilih dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tema. Agar anak didik dan guru (pendidik) dapat melakukan kegiatan eksplorasi kegiatan secara tuntas melalui wahana tema tersebut. Rentang waktu sekitar satu bulan (empat minggu) untuk satu tema, merupakan rentang waktu yang cukup untuk eksplorasi.

Identifikasi tema menjadi sub tema sudah dilakukan pada awal tahun pelajaran tetapi identifikasi sub tema menjadi sub tema yang lebih spesifik lagi dapat digali lagi oleh guru melalui kegiatan percakapan dengan anak pada akhir kegiatan pada tema sebelumnya sehingga sub tema akan dijadikan payung kegiatan benar-benar diperoleh dari sudut pandang peserta didik (focus pada minat anak) bukan dari sudut pandang pendidik. Contoh: tema Binatang ternak, sub tema: ayam.

Sub tema kemudian diidentifikasi menjadi berbagai kegiatan yang terkait dengan sub tema tersebut. Agar lebih mudah pendidik dapat

menggunakan kalimat tanya “5 W 1 H”, yaitu: apa (What); siapa (Who);

kapan (When); dimana (Where); mengapa (Why); dan bagaimana (How).

(17)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

12

BAB IV

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI PAUD

A. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kelompok

Pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak dibagi menjadi (tiga) kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian dengan tuntas. Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka anak tersebut dapat menentukan kegiatan lain sejauh kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia tempat, maka anak tersebut dapat bermain pada tempat tertentu di dalam kelas yang telah disediakan guru yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman sebaiknya disediakan alat-alat yang lebih bervariasi dan sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas.

1. Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas yang meliputi penataan ruangan maupun

pengorganisasian peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dan program yang direncanakan akan membantu pencapaian pembelajaran yang optimal. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah:

a. Penataan perabot di ruangan harus disesuaikan dengan kegiatan yang

akan dilaksanakan.

b. Pengelompokan meja dan kursi anak disesuaikan dengan kebutuhan

sehingga ruang gerak peserta didik leluasa. Susunan meja kursi dapat berubah-ubah. Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.

c. Dinding dapat digunakan untuk menempelkan informasi yang

dipergunakan sebagai sumber belajar dan hasil kegiatan anak, tetapi jangan terlalu banyak sehingga dapat mengganggu perhatian anaak.

d. Peletakan dan penyimpanan alat bermain diatur sedemikian rupa

(18)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

13

Alat bermain untuk kegiatan pengaman diatur dalam ruangan, sehingga dapat berfungsi apabila diperlukan oleh peserta didik.

Gambar 1. Pengelolaan Kelas Model Kelompok dengan Pengaman

2. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan Pendahuluan/ Awal (+ 30 menit)

Kegiatan pendahuluan/awal dilaksanakan secara klasikal artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama. dan sifatnya pemanasan, misalnya berdoa, presensi, bernyanyi sesuai tema, bertepuk tangan, berdiskusi dan tanya jawab tentang tema dan sub tema atau pengalaman yang dialami anak. Jika pada waktu diskusi terjadi kejenuhan diharapkan pendidik membuat variasi kegiatan, misalnya dilanjutkan dengan kegiatan fisik/motorik kasar atau permainan yang melatih pendengaran anak.

b. Kegiatan Inti (+ 60 menit)

(19)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

14

konsentrasi, memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitasnya serta dapat membantu dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik.

Pada kegiatan ini anak terbagi beberapa kegiatan kelompok, artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Pengorganisasian anak saat kegiatan pada umumnya dengan kegiatan kelompok, namun adakalanya diperlukan menggunakan kegiatan klasikal maupun individual.

Sebelum anak dibagi menjadi kelompok, pendidik menjelaskan kegiatan atau hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok secara klasikal. Pada kegiatan inti dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Pendidik bersama anak dapat memberi nama masing-masing kelompok. Anak diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang ada pada kelompok yang diminatinya dan tempat yang disediakan. Semua anak hendaknya secara bergantian mengikuti kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh pendidik. Setelah anak dapat mengikuti secara teratur, maka anak boleh memilih kegiatan sendiri dengan tertib.

Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain. Jika tidak tersedia tempat, anak tersebut dapat melakukan kegiatan di kegiatan pengaman. Fungsi kegiatan pengaman adalah:

1) Sebagai tempat kegiatan anak yang telah menyelesaikan tugasnya

lebih cepat sehingga tidak mengganggu teman lain.

2) Untuk memotivasi anak agar cepat menyelesaikan tugasnya

3) Untuk mengembangkan aspek emosional, sosial, kemandirian,

kerjasama dan kreativitas anak.

4) Sebagai alat peraga

Sebaiknya alat-alat yang disediakan pada kegiatan pengaman lebih bervariasi dan sering diganti disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas.

Pada waktu kegiatan kelompok berlangsung, pendidik tidak berada di satu kelompok saja melainkan juga memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan walaupun peserta didik tersebut berada di kelompok lain.

c. Istirahat/Makan (+ 30 menit)

(20)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

15

misalnya tata tertib makan, jenis makanan bergizi, rasa sosial dan kerjasama. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan di luar kelas yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik.

d. Penutup (+ 30 menit)

Kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan penutup bersifat menenangkan anak dan diberikan secara klasikal, misalnya membaca cerita dari buku, pantomim, menyanyi, atau apresiasi musik dari berbagai daerah. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab mengenai kegiatan yang berlangsung, sehingga anak mengingat dan memaknai kegiatan yang dilaksanakan dan kemudian dilanjutkan dengan pesan-pesan dan doa pulang.

3. Penilaian

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung guru hendaknya mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan pendidik digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian.

B. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sudut

Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran area, karena memperhatikan minat anak. Jumlah sudut yang disediakan 5 sudut dalam penggunaannya disesuaikan dengan program yang direncanakan dengan kisaran 2 samapi 5 sudut. Dalam kondisi tertentu dimungkinkan 1 sudut lebih dari 1 kegiatan. Alat-alat yang disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti, disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas. Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah :

 Sudut Ketuhanan

Alat-alat yang ditempatkan adalah maket tempat ibadah, peralatan ibadah, gambar-gambar, dan alat lainnya yang sesuai dengan keagamaan.

 Sudut Keluarga

(21)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

16

 Sudut Alam Sekitar dan Pengetahuan

Alat-alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dari akuarium, meja/rak untuk benda-benda obyek pengetahuan, kulit kerang, biji-bijian, batu-batuan, kaca pembesar, timbangan, magnet dan alat-alat untuk menyediliki alam sekitar, gambar-gambar tentang alam sekitarnya dan gejala alam.

 Sudut Pembangunan

Alat-alat yang ditempatkan pada sudut ini adalah alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok, keping geometri, alat pertukangan, dan minatur/model berbagai jenis kendaraan, plastisin, pledog, tanah liat.

 Sudut Kebudayaan

Alat-alat yang ditempatkan pada sudut kebudayaan adalah peralatan musik/perkusi, rak-rak buku, buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, simbol-simbol, alat untuk kreativitas, rumah adat, pakaian adat, tokoh-tokoh pewayangan.

Keberadaan sudut-sudut kegiatan tersebut dapat ditempatkan di dalam kelas maupun di ruang sendiri sesuai keadaan dan kondisi PAUD masing-masing. Pada waktu kegiatan di sudut berlangsung, pendidik tidak hanya berada di salah satu sudut saja, tetapi juga memberikan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan atau mengalami kesulitan.

1. Pengelolaan Kelas

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas pada model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan adalah :

a. Pengaturan alat bermain dan perabot di ruangan, termasuk meja,

kursi dan luasnya ruangan, disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya pada sudut-sudut kegiatan.

b. Sumber belajar dan hasil kegiatan anak dapat dipajang di papan atau

didinding ruangan. Hasil karya anak, dapat juga disimpan di laci masing-masing anak sebagai portofolio.

c. Setelah digunakan untuk pembelajaran, alat bermain dirapikan dan

(22)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

17

2. Langkah-langkah Kegiatan

a. Kegiatan Awal (+ 30 menit)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah bernyanyi, berdoa, mengucap salam, membicarakan tema/sub tema, diskusi kegiatan yang akan dilaksanakan, malakukan kegaitan fisik/ motorik.

b. Kegiatan Inti (+ 60 menit) secara individual di sudut-sudut kegiatan

Sebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak

membicarakan tugas-tugas yang diprogramkan di sudut-sudut kegiatan. Setelah itu pendidik menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di setiap sudut kegiatan yang diprogramkan. Sudut yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan sarana/alat pembelajaran yang ada. Kemudian anak dibebaskan untuk memilih sudut kegiatan yang disukai sesuai dengan minatnya. Anak dapat berpindah sudut kegiatan sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh pendidik, pendidik memberi motivasi.

c. Istirahat/Makan (+ 30 menit)

Kegiatan makan bersama menanamkan pembiasaan yang baik, misalnya mencuci tangan, berdoa sebelum dan sesudah makan, berbagi bekal dengan teman, membereskan dan merapikan alat-alat makan dan sebagainya.

Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk bermain di dalam atau di luar kelas.

d. Kegiatan Akhir (+ 30 menit)

Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita, bernyanyi, gotong royong memberikan kelas, diskusi kegiatan sehari yang telah dilakukan, informasi kegiatan esok hari, berdoa, dan mengucapkan salam.

3. Penilaian

(23)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

18

C. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Area

Dalam model ini anak diberi kesempatan untuk memilih/melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keragaman budaya yang menekankan pada prinsip (1) pengalaman pembelajaran pribadi setiap anak, (2) membantu anak membuat pilihan dan keputusan melalui aktivitas di dalam area-area yang disiapkan, dan (3) keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran. Keterlibatan keluarga dalam pembelajaran itu sendiri dapat dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut :

a. Anggota keluarga dilibatkan secara sukarela dalam kegiatan

pembelajaran, misalnya orang tua dilibatkan dalam mempersiapkan pengaturan media pembelajaran atau menjadi model dalam pembelajaran tertentu.

b. Anggota keluarga bermitra dengan PAUD dalam membuat keputusan

tentang anak, misalnya orang tua diminta pertimbangannya perihal kebutuhan layanan khusus individual untuk anak.

c. Anggota keluarga dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di PAUD,

misalnya orang tua diminta membantu persiapan kegiatan tertentu di sekolah.

Dalam menciptakan lingkungan dan bahan ajar yang menunjang pembelajaran, pendidik mendasarkan diri pada pengetahuan yang dimilikinya tentang perkembangan anak. Selain itu, dalam menyusun tujuan pembelajaran pendidik memperhatikan keunikan masing-masing anak, menghargai kelebihan-kelebihan dan kebutuhan-kebutuhan setiap anak, menjaga keingintahuan alami yang dimiliki anak dan mendukung pembelajaran bersama.

(24)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

19

adalah makhluk individu dan unik. Dengan demikian pendidik harus mencermati dan menyimak perbedaan antara keterampilan dan minat tertentu dari anak-anak yang berusia sama. Semua kegiatan dalam pembelajaran ini didasarkan pada minat anak, tingkat perkembangan kognitif dan kematangan sosioemosional, mendorong rasa ingin tahu alamiah anak, kegembiraan terhadap pengalaman-pengalaman panca indera dan keinginan untuk menjelajahi gagasan-gagasan baru anak itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak dan konstruktivisme ini.

Pembelajaran Area menggunakan 10 (sepuluh) area, yaitu: Area Agama, Balok, Bahasa, Drama, Berhitung/Matematika, IPA, Seni/Motorik, Pasir dan Air, Musik, Membaca dan Menulis. Dalam satu hari dapat dibuka minimal 4 area untuk disiapkan alat bermain/alat peraga dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan indicator yang ingin dicapai. Alat bermain untuk area tersebut adalah :

1) Area Agama : maket tempat ibadah dan alat peraga tata cara ibadah

agama-agama di Indonesia, misalnya sebagai berikut :

a) Islam : maket masjid, gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudhu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku

Iqro’, kartu huruf hijaiyah, tasbih, juz’amma, Al-Qur’an, dan

sebagainya.

b) Hindu : maket pura, gambar orang menuju ke Pura, tiruan sesaji.

c) Kristen/katolik : maket gereja, Alkitab, Rosario.

d) Budha : maket pura, maket candi Budha, gambar bikshu.

e) Konghucu : maket klenteng, foto orang sembahyang.

2) Area Balok : balok dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna, leggo,

lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan mainan (kendaraan laut, udara, darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, kubus berbagai ukuran dan warna. Korek api, lidi, tusuk es krim, tusuk gigi, bola dengan berbagai ukuran dan warna, kardus bekas, dan sebagainya.

3) Area Berhitung/Matematika : lambang bilangan, kepingan geometri,

(25)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

20

4) Area IPA: macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar

perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses petumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang batu kali, pasir, bunga karang, magnet, mikroskop, kaca pembesar(lup), pipet, tabung ukur, timbangn kue, timbangan bebek(sebenarnya), gelas ukuran, pencampur warna, nuansa warna, pita meteran, penggaris, benda-benda kasar (batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, kain, kulit kayu, kulit binatang, dan lainnya) benda-benda untuk pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopo asam, cuka, garam, sirup, cabe, dan lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dan lain-lain), pengenalan aroma.

5) Area Musik : Seruling, kastanyet, maracas, organ kecil, tamburin,

kerincingan, triangle kecil, balok kayu, kulintang, angklung, biola, piano, harmonica, gendang, rebana, dan sebagainya dengan menyesuaikan pada keunikan daerah masing-masing.

6) Area Bahasa : buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata,

kartu nama-nama, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, kliping peristiwa dan sebagainya.

7) Area Membaca dan Menulis : buku tulis, pensil warna, pensil, kartu

huruf, kartu kategori, kartu gambar, kertas piano, spidol, ballpoint dan sebagainya.

8) Area Drama : tempat tidur anak (boneka), almari kecil, meja kursi kecil

(meja tamu), boneka-boneka, tempat jemuran, setrika dan meja setrika, baju-baju besar, handuk, bekas make up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan, dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan/cobek,

mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal, rak sepatu, cermin, mixer, blender,

sikat gigi, odol, telepon-teleponan, tiruan baju tentara dan polisi, tiruan baju dokter, dan sebagainya.

9) Area Pasir/ Air : bak pasir/ bak air, akuarium kecil, ember kecil,

gayung, garpu, garu, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan agar-agar berbagai bentuk, penyiram tanaman dan sebagainya.

10) Area Seni dan Motorik : meja gambar, meja kursi anak, krayon,

(26)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

21

11) Area Masak : alat-alat dapur, seperti kompor, panci, meja, piring,

mixer, blender.

1. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas pada model pembelajaran area meliputi pengorganisasian peserta didik, pengaturan area yang diprogramkan, dan peranan pendidik. Untuk itu hal-hal yang diperlukan dalam pengelolaan kelas adalah :

a. Alat bermain, sarana prasarana diatur sesuai dengan area yang

diprogramkan pada hari itu.

b. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan meja kursi, karpet, atau

tikar sesuai dengan alat yang digunakan.

c. Pengaturan area memungkinkan pendidik dapat melakukan pengamatan

sehingga dapat memberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian.

d. Pendidik memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik pada

saat mereka melakukan kegiatan di area.

(27)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

22

2. Langkah-langkah Kegiatan

a. Kegiatan Awal (+ 30 menit)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah melatih pembiasaan, misalnya menyanyi, memberi salam dan berdoa. Bercerita tentang pengalamam sehari-hari dan setiap anak bercerita, 3 atau 4 anak bertanya tentang cerita anak tersebut, membicarakan tema/sub tema, melakukan kegiatan fisik/motorik yang dapat dilakukan di luar atau di dalam kelas.

b. Kegiatan Inti (+ 60 menit) secara individual di area kegiatan

Sebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak

membicarakan tugas-tugas di area yang diprogramkan. Setelah itu peserta didik dibebaskan memilih area yang disukai sesuai dengan minatnya. Pendidik menjelaskan kegiatan-kegiatan di dalam area yang diprogramkan. Area yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indicator yang dikembangkan dan sarana/alat pembelajaran yang ada. Anak dapat berpindah area sesuai dengan mintanya tanpa ditentukan oleh pendidik. Apabila terdapat anak tidak mau melakukan kegiatan di arena yang diprogramkan, pendidik harus memotivasi anak tersebut agar mau melakukan kegiatan. Pendidik dapat melayani anak dengan membawakan tugasnya ke area yang sedang diminatinya

Pendidik melakukan penilaian dengan memakai alat penilaian yang telah disiapkan, tetapi dapat juga untuk mengetahui ke area mana saja minat anak hari itu dengan menggunakan ceklis ( √ ) di setiap area.

Bagi kegiatan yang memerlukan pemahaman atau yang

membahayakan, jumlah anak dibatasi agar guru dapat memperhatikan lebih mendalam proses dan hasil yang dicapai secara maksimal, tanpa mengabaikan anak-anak yang berada di area yang lain.

Orang tua/keluarga dapat dilibatkan untuk berpartisipasi membantu pendidik pada waktu kegiatan pembelajaran, memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan anak.

c. Istirahat/Makan + 30 menit

(28)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

23

sosial (berbagai makanan) dan kerjasama. Melibatkan anak membersihkan sisa makanan dan merapikan alat-alat makan yang telah digunakan. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik. Apabila dianggap waktu untuk istirahat kurang, pendidik dapat menambah waktu istirahat dengan tidak mengambil waktu kegiatan lainnya, misalnya bermain sebelum kegiatan awal atau sesudah kegiatan penutup.

d. Kegiatan Akhir + 30 menit Klasikal

Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita, bernyanyi, cerita dari pendidik atau membaca puisi, dilanjutkan dengan diskusi kegiatan satu hari dan menginformasikan kegiatan esok hari, berdoa, mengucapkan salam dan pulang.

3. Penilaian

Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran area pada hakekatnya tidak berbeda dengan model-model pembelajaran sebelumnya karena selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik maupun program kegiatannya sebagai dasar bagi keperluan penilaian.

D. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra

(29)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

24

Sensorimotor atau Main Fungsional

Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968). Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas seharusnya ditempatkan dalam berbagai cara sepanjang hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak, pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan khusus” mampu memberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam-macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensormotorik. Setiap usaha dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman sensormotorik masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur ayunan dan ayunan luar yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk berayun disamping teman yang tidak dengan kebutuhan khusus. Adapun tahapan main sensorimotor adalah sebagai berikut:

Sensorimotor 1

Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan

pancaindera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan. Contoh: memercikkan air dengan tangan, menepuk pasir, bertepuk atau melambaikan tangan.

Sensorimotor 2

(30)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

25

kedua. Contoh: memukul-mukul sekop dalam pasir, menuang air dari wadah melalui tangan, dan memercikkan sebuah mainan ke dalam air.

Sensorimotor 3

Mengulang-ulang urutan sebab akibat sederhana yang menjadi tujuan pertama yang dipilihnya, kemudian memilih cara untuk mencapainya. Mengosongkan/ mengisi, menyembunyikan/ menemukan, membangun/ merobohkan. Contoh: (1) Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau tangan (anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakan urutan sebab/akibat yang sederhana [misalnya: mengisi sekop dan menuangkannya ke dalam wadah] untuk mencapai tujuan). (2) Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut. (3) Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir. (4) Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali.

Sensorimotor 4

Percobaan coba-coba dan salah. Tema atau tujuan umum main di pertahankan, tetapi perilaku untuk mencapai tujuan sifatnya luwes, cara dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Perilaku mungkin

memiliki perasaan “Saya sedang mencoba mengerti ini”. Contoh: (1) Anak

mengisi keranjang dengan pasir menggunakan sebuah sekop, tetapi menggunakan sekop dengan berbagai cara selama main. (2) Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan berbagai cara sambil mengamati air yang dituang.

Jika anak terlibat main peran, tubuh anak atau benda digunakan dalam berpura-pura. Perencanaan yang melibatkan gerakan atau bahasa, maka digunakan penilaian main peran.

Main Peran (Mikro dan Makro)

(31)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

26

Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah ini:

1) Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling sedikit satu

jam).

2) Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alat-alat

mudah dijangkau, dan paling sedikit empat sampai enam anak dapat bermain dengan nyaman.

3) Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.

4) Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk

meningkatkan keterampilan main peran anak.

Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran pada anak

usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan

khusus maupun tidak. Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman, hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting pada main peran selanjutnya.

Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng.

Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling.

1) Agen Simbolik (Diarahkan pada apa/siapa, siapa yang menerima

tindakan).

2) Pengganti Simbolik (melibatkan alat-alat yang digunakan).

3) Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, main naskah

(32)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

27

Agen Simbolik 1

Anak yang menerima tindakan. Pura-pura melakukan kegiatan dengan diri sendiri seperti benda yang melakukannya. Perilaku harus menunjukkan bahwa anak dirangsang bertindak, tidak hanya mengulangnya. Anak pura, main dengan diri sendiri dalam caranya sendiri. Contoh: (1) Anak pura-pura makan, tidur, atau minum; (2) Anak pura-pura-pura-pura menyisir dengan sisir atau menyikat rambutnya; (3) Anak-anak pura-pura berbicara dengan menggunakan telepon mainan

Agen Simbolik 2

Orang lain menerima tindakan anak-anak pura-pura mengarahkan kegiatan sederhana pada temannya atau benda. Contoh: (1) Anak memberi makan ata u memandikan boneka; (2) Anak meletakkan boneka di tempat tidur; (3) Anak mendorong mobil di lantai.

Agen Simbolik 3

Anak mengambil peran pura-pura secara aktif, tetapi tidak diarahkan orang lain. Anak juga dapat menentukan peran untuk mainan atau benda. Ambil atau berikan ciri-ciri lainnya. Anak tidak memiliki terlalu banyak pernyataan lisan untuk main peran. Mencari petunjuk-petunjuk sesuai yang ditentukan, (Contoh: anak meletakkan stetoskop di telinga dan mendengarkan denyut jantung temannya atau boneka, tetapi tidak berkata “Saya adalah dokter.”) Anak dapat mengambil tanda-tanda atau mengikutinya dengan temannya dalam kelompok main peran. (Contoh: Teman bertindak sebagai pilot pesawat, anak menentukan perannya sebagai penumpang pesawat).

Contoh: (1) Anak-anak pura-pura menjadi seorang guru kepada boneka,

teman lainnya, atau hanya pura-pura seseorang mendengarkan; (2) Pura-pura menjadi binatang; (3) Pura-Pura-pura menjadi sopir mobil; (4) Pura-Pura-pura menjadi kuda kecil berlari ke dalam kandang atau makan rumput kering (peran mikro).

Agen Simbolik 4

(33)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

28

sutradara….. memberitahu anak lainnya atau anak-anak, apa yang harus

dilakukannya.

Pengganti Simbolik – (Menggunakan Alat)

Pengganti Simbolik 1

Anak menggunakan benda nyata, dengan cara yang tepat, untuk menirukan sebuah kegiatan. Contoh: (1) Pura-pura makan dengan sebuah sendok nyata; (2) Menggunakan baju dan sepatu untuk menjadi ibu; (3) Menggunakan telepon sungguhan untuk berbicara.

Pengganti Simbolik 2

Anak menggunakan alat yang sesungguhnya untuk menirukan fungsi benda dengan tepat. Alat dapat seperti benda nyata tetapi biasanya lebih kecil. Contoh: (1) Pura-pura memberi minum boneka dengan botol mainan; (2) Pura-pura menyanyi dan mengayun boneka; (3) Pura-pura memasak lapisan ikan dalam panci penggoreng; (4) Pura-pura sebuah kursi sebagai tempat duduk di bis atau pesawat.

Pengganti Simbolik 3

Anak menggunakan alat atau benda mungkin sama atau tidak dengan benda yang sesungguhnya. Contoh: (1) Menggunakan sebuah batang sebagai sebuah lilin kue; (2) Menggunakan tempat tidur sebagai kendaraan; (3) Menggunakan bola kertas sebagai telur.

Pengganti Simbolik 4

Anak tidak menggunakan benda dalam main peran. Menggunakan alat khayalan yang tidak ada secara fisik. Pura-pura main dengan sesuatu yang tidak ada. Anak berbicara dengan peran pura-pura. Contoh: (1) Minum dari cangkirk khayalan; (2) Berbicara pada telepon khayalan dengan pegangan

tangan ke telinga; (3) Pura-pura makan biskuit atau kue “udara” (yang tidak

nampak); (4) Pura-pura menjadi gajah, menggunakan tangan sebagai belalai.

Kerumitan Simbolik

(34)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

29

Kerumitan Simbolik 1

Satu tindakan/adegan yang terpisah dengan benda, teman, atau diri sendiri. Contoh: (1) Pura-pura minum, makan atau tidur; (2) Pura-pura mengendarai truk di pasir; (3) Pura-pura berbicara pada telepon; (4) Bergaya merangkak pura-pura menjadi kucing/anjing, dll.

Kerumitan Simbolik 2

Satu tindakan/adegan pada dua atau lebih benda atau teman-temannya dengan menggunakan benda atau gagasan yang sama. Tindakan sama

diulang-ulang dengan benda atau teman-teman yang berbeda. Contoh: (1)

Pura-pura makan sendiri, lalu boneka lalu temannya; (2) Pura-pura menyikat rambut sendiri, lalu boneka atau temannya; (3) Pura-pura mengisi air ke dalam beberapa cangkir; (4) Pura-pura mengambil karcis dari beberapa orang.

Kerumitan Simbolik 3

Tindakan/adegan yang berhubungan. Dua atau lebih tindakan yang berhubungan dalam tema main pura-pura yang sama. Anak dapat keluar dan masuk kembali ke dalam peran. Main harus mencakup dua atau lebih tindakan yang berhubungan. Contoh: (1) Pura-pura mengaduk minuman, menuangkan minuman lalu meminumnya; (2) Pura-pura mengisi keranjang dengan pasir, mengeluarkan pasir untuk membentuk “kue ulang tahun”,

meletakkan batang lilin di atasnya dan menyanyi “Selamat Ulang Tahun”; (3)

Pura-pura mencuci baju, membilasnya, dan menjemur di tali jemuran; (4) Pura-pura memakai celemek, memasak makanan di kompor, menaruh makanan di atas piring di atas meja.

Kerumitan Simbolik 4

(35)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

30

Skala Aspek Sosial Main Peran

Menyendiri Anak main terpisah dari anak lainnya dan memberikan

sedikit perhatian atau bahkan tidak memperhatikan anak lainnya.

Menyendiri berdampingan

Anak main cukup dekat dengan anak lainnya, terlibat dalam kegiatan yang sama atau mirip, tetapi tidak terlibat dalam perilaku sosial atau kontak mata. Berdampingan secara fisik tidak disadari.

Berdampingan dengan saling memperhatikan

Anak main cukup dekat dengan anak lainnya, terlibat dalam pengalaman yang sama atau mirip dan terlibat kontak mata dengan temannya, Saling melihat pada kegiatan temannya yang sama.

Sosial sederhana

Anak main berdampingan dengan anak lainnya dengan kegiatan yang sama atau mirip. Terjadi hubungan sosial sederhana (main tidak saling tergantung pada keterlibatan teman).

Melengkapi/ saling berbalas dengan saling menyadari

Anak terlibat dalam tindakan yang menunjukkan kesadaran peran masing-masing dalam kegiatan kelompok main. Peran dapat atau tidak dinyatakan secara lisan oleh anak. Anak-anak melakukan kegiatan bersama dalam sebuah kerjasama dan saling berbalas.

Melengkapi/ saling berbalas sosial

Anak terlibat permainan dengan anak lain menunjukkan perilaku yang saling melengkapi, saling berbalas, dan melibatkan pertukaran sosial secara tetap dengan teman bermain. Anak berbicara dalam perannya (naskah). Bertindak, untuk waktu 30 menit (main tergantung pada keterlibatan orang lain). Anak tetap pada perannya dalam keseluruhan waktu 30 menit. Anak bertukar berita dengan anak lainnya.

Main Pembangunan

Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962) dan

Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main

(36)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

31

paling cair atau messy, seperti air, ke yang paling terstruktur, seperti puzzle. Cat, krayon, spidol, play dough, air, dan pasir, dianggap sebagai bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Balok unit, LegoTM, balok berongga, Bristle BlockTM, dan bahan lainnya dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya, yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak dapat mengekspresikan dirinya dalam bahan-bahan ini. Mengembangkan dari main proses atau main sensorimotor yang kami lihat pada anak usia di bawah tiga tahun ke tahap main simbolik yang kami lihat pada anak usia tiga sampai enam tahun yang dapat terlibat dalam hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.

Penelitian membuktikan (CCCRT, 2002) tahapan untuk menggambar, melukis dan main balok, dapat digunakan untuk menilai hasil karya anak. Bila anak dibolehkan untuk mendapatkan pengalaman di lingkungan main keaksaraan yang kaya, mereka akan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan di sekolah nantinya.

KOSA KATA BALOK

Angka 1 – 100 Fondasi Tiang/Tonggak Besar, terbesar Kata angka satu –

seratus Seimbang Tugu Lebih

Papan Proporsional Ganjil/Genap Kurang

Kerucut Pandangan Bentuk datar, bentuk

geometri padat Ramping

Ruang dalam Sudut pandang Sepadan Mini,

miniatur

Ruang luar Dalam Sama Gerbang

Garis Keliling Luar Beda Pagar

Tinggi, Lebar Samping Sekelompok Lapangan

Dalam Antara Menara Sekeliling

Panjang Atas, Bawah Simetris Puncak

(37)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

32

Dasar Jembatan Lonjong Istana

Stabil Batu bata Tinggi,

Pendek/Rendah Lantai Tidak stabil Papan panjang Kecil, terkecil Langit-langit

Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat untuk bermain, perabotan yang tepat untuk mendukung bermain mereka, dan pijakan dari guru ketika dibutuhkan. Dengan konsep ini dalam pikiran orang dewasa dalam lingkungan anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga jenis permainan, intensitas dan densitas dari pengalaman bermain.

Contoh: Anak dibolehkan untuk memilih dari serangkaian kegiatan bermain setiap hari yang menyediakan kesempatan untuk terlibat dalam bermain peran, pembangunan dan sensorimotor.

Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan agar dapat berperan serta dalam keberhasilan sekolah di kemudian hari.

Contoh: Anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang membolehkan mereka untuk berhubungan dengan bahan pembangunan, sifat cair, yang menyediakan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon. Papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas-kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret ke penciptaan sesuatu yang mewakili wujud nyata dan tahap awal dari corat-coret ke menulis kata dan kemudian kalimat.

Intensitas – sejumlah waktu

yang dibutuhkan anak

untuk pengalaman dalam

tiga jenis main sepanjang

(38)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

33

Konsep dari densitas menekankan pada kegiatan yang berbeda yang disediakan untuk anak oleh orang dewasa di lingkungan anak usia dini. Kegiatan-kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui tiga jenis permainan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.

Contoh: anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya. Untuk melatih keterampilan pembangunan sifat cair. Anak-anak dapat menggunakan balok unit (Pratt), palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan dengan lem tembak, dan LegoTM untuk berlatih keterampilan pembangunan

terstruktur. Kebanyakan tempat main peran hanya untuk “kerumahtanggaan”

yang hanya diminati oleh anak perempuan. Sedangkan pengalaman seperti klinik dokter gigi, tempat bangunan, rumah makan dengan kolam ikan di bagian luar, dan lain-lain, direncanakan sepanjang tahun menarik baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki dalam bermain peran yang terlibat dan densitas dari jenis permainan yang disediakan.

Penelitian dan teori mendukung pengalaman bermain sebagai sebuah dasar untuk program anak usia dini yang bermutu, tetapi semua anak tidak mendapatkan keuntungan secara penuh tanpa rencana, penataan lingkungan, dan pijakan orang dewasa untuk pengalaman. Pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan hati-hati dan diberi pijakan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Empat langkah pijakan berikut ini untuk mencapai mutu pengalaman main (CCCRT, 1999):

1) Pijakan Lingkungan Main

a. Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup

(3 tempat main untuk setiap anak)

b. Merencanakan intensitas dan densitas pengalaman

c. Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main:

sensorimotor, pembangunan dan main peran

d. Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan

e. Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang

positif

Densitas – berbagai macam

cara setiap jenis main yang

disediakan untuk

mendukung pengalaman

(39)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

34

2) Pijakan Pengalaman Sebelum Main

a. Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau

mendatangkan narasumber

b. Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang

mendukung perolehan keterampilan kerja (Standar Kinerja)

c. Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan

d. Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main

e. Menjelaskan rangkaian waktu main

f. Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial

g. Merancang dan menerapkan urutan transisi main

3) Pijakan Pengalaman Main Setiap anak

a. Memberikan anak waktu untuk mengelola dan memperluas

pengalaman main mereka

b. Mencontohkan komunikasi yang tepat

c. Memperkuat dan memperluas bahasa anak

d. Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan pada

hubungan teman sebaya

e. Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan

main anak

4) Pijakan Pengalaman Setelah Main

a. Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan

saling menceritakan pengalaman mainnya

b. Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif

melalui pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat

(40)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

35

Sentra bermain terdiri dari :

(a)Sentra Bahan Alam dan Sains

Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air batu, biji-bijian dan lain-lain.

Sentra ini memfasilitasi anak untuk mengembangkan dan memperluas pengalaman bermain sensorimotor dengan memberikan banyak kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi bahan-bahan alami dalam mengembangkan kematangan motorik halus yang diperlukan dalam proses kesiapan menulis, keterampilan berolahraga dan menstimulasi system kerja otak anak.

(b)Sentra Balok

Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna dan tekstur. Di sini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun/ menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika/berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

(c)Sentra Seni

Bahan-bahan yang diperlukan di sentra ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, dan potongan-potongan bahan/ gambar. Sentra seni menfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.

(d)Sentra Bermain Peran

Sentra bermain peran terdiri dari ; sentra bermain peran makro dapat digunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya

menggunakan boneka, maket meja-kursi, rumah-rumahan dan

sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain peran tergantung dari minat anak pada saat itu. Misal,

Tema “Keluarga”, dengan alat-alat yang dibutuhkan peralatan dapur dan

(41)

Modul Model Pembelajaran PAUD

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah 2013

36

(e)Sentra Persiapan

Bahan yang ada

Gambar

Gambar  1. Pengelolaan Kelas Model Kelompok dengan Pengaman
Gambar  2. Pengelolaan Kelas Model Area
wajah gambar gambar orang wajah orang
Gambar foto Pengalaman diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Guru memberikan anak kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang terkait dengan tema yang didiskusikan. • Anak melakukan kegiatan sesuai minat

menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh dll tentang lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan mengajar guru meliputi persiapan lingkungan belajar, perencanaan proses pembelajaran dengan mengembangkan RPP dan menyesuaikan

Selesai bercerita, anak-anak diminta untuk mengamati ciri-ciri, atribut yang Dikenakan oleh masing-masing tokoh pewayangan sambil bergantian memegang,

Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Prosiding

Kemudian apa itu pembelajaran?.. Pembelajaran merupakan proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada

Terkait dengan pembahasan yang dipaparkan pada bahan ajar di bab 3 ini, maka untuk Untuk memperkuat pemahaman dan ketrampilan pendidik terkait materi penilaian pembelajaran

4 membantu anak usia dini mampu menciptakan sesuatu berdasarkan imajinasinya, dapat diadopsi oleh para guru dan orang tua sebagai sarana pendidikan, terutama anak usia usia dini, dapat