Bab 1
Pendahuluan
1.1Latar belakang
Setiap manusia selalu memiliki dorongan atau keinginan yang kuat
untuk mencapai hasil maksimal dari setiap pekerjaan yang dilakukannya.
Keinginan atau dorongan ini selalu ada dalam setiap tataran manusia,
keinginan atau dorongan yang kuat ini oleh McClelland disebut sebagai
kebutuhan akan prestasi.1Dalam usaha pemenuhan keinginan ini terkadang
tidak cukup hanya dilakukan dengan bekerja dan berdoa. Cara lain yang
dilakukan adalah melalui ritual-ritual tertentu dengan mendatangi
tempat-tempat keramat.Cara-cara ini dipercaya dapat membantu menyelesaikan
masalah atau untuk mewujudkan keinginan. Misalnya, praktik ritual yang
dilakukan oleh para pelaku ekonomi dengan mencari
penglarisanataupesugihandi Gunung Kemukusdi Kabupaten Sragen, Gunung
Kawi di Malang atau Makam Sewu di Parangtritis dan sebagainya.2
Tempat-tempat yang dianggap keramatdanmenjadiTempat-tempat para pelaku ekonomi untuk
melakukan ritual-ritual tertentu. Mitos tempat-tempat keramatmempunyai
daya tarik bagi para pelaku ritual. Sampai saat ini berbagai mitos masih tetap
dihayati kebenarannya oleh masyarakat Jawa. Sepertipendapat Dawamibahwa
sistem berpikir Jawa suka kepada mitos.3Sebagian masyarakat Jawa masih
menghayati cerita dalam mitos, walaupun kisah dalam mitos seringkali tidak
dapat ditemukan kebenarannya. Menurut Tylor, mitos adalah cerita dan
1
Ar if Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ket ig. (Jakart a: Gramedia, 1996), 23. 2
Suw ar di Endarw arsa, M ist ik Kejaw en. (Yogyakart a: Narasi, 2006), 9. 3
peristiwa-peristiwa khayalan dengan kisah hidup seorang tokoh
legenda.4Sebagian besar cerita mitosmenceritakankisah hiduptokoh-tokoh
legenda yangdianggap memiliki kekuatan adikodrati. Tokoh-tokoh dalam
mitos dipercaya berkaitan dengan keberadaan suatu tempat tertentu dan
diyakini sebagai leluhur atau nenek moyang. Misalnya mitos Ratu Pantai
Selatan dengan tokohnya Nyi Roro Kidul,mitosGunung Tidar di Magelang,
mitos CandiSukuh atau mitos Gunung Lawu di Karanganyar dan mitos-mitos
yang lainnya.Meskipun mitos mitos tersebut irasional, namun oleh sebagian
masyrakat tetap dipercaya kebenarannya yang diwujudkan dalam praktik
ritual. Bentuk-bentuk ritual, kepercayaan kepada mitos, hal-hal mistis,
kepercayaan pada roh-roh leluhur,5 merupakan unsur dalam sistem
kepercayaanKejawen.6 Masyarakat Jawa meyakini bahwa ada alam lain di
luar kehidupan manusia yang disebut alam ghaib (alam alus) yang dihuni
oleh makhluk-makhluk dengan kekuatan adikodrati dimana mereka mampu
mempengaruhi kondisi alam manusia.
Bentuk penghayatan mitos oleh sebagian masyarakat Jawa terlihat
darimitosyang seringkali menjadi sandaran hidupdan rujukan atau suatu
dogma yang dianggap suci yang berlaku dimasyarakat tertentuyang
diwujudkan dalam bentuk-bentuk tindakan yang disebut sebagai ritual.
Sebagian masyarakat percaya bahwa ritualmerupakancaraatau sarana
mencapai perubahan keadaan sesorang atau kelompok masyarakat.
Sebagaimana pendapat Victor Turner bahwaritual sebagai arena mengubah
4
Daniel Pals, Seven Theories of Religion. (Yogyakart a: IRCisoD, 2011), 40. 5
Suw ar di Endrasw ara, M ist ik Kejaw en, 75. 6
status.7Selain membawa perubahan keadaan dari profane kedalam keadaan
sacral, ritual juga diharapkan dapat mengubah keadaan yang lebih baik.Salah
satunya adalah ritual “ngalap berkah” (mencari peruntungan) yang masih
dilakukan oleh sebagian masyarakat pada waktu-waktu tertentu. Mereka
mempercayai bahwa roh-roh adikodrati dapat membantu dan mengubah
keadaan seseorang. Seperti praktik ritual “ngalap berkah” yang masih
dilakukanoleh sebagian orang diGunung Kemukus, Sragen, Jawa
Tengah.Sebagian orang mempercayai, bahwa ritual Gunung Kemukus
berkaitan dengan hal-hal mistis yang dapat memberi keberhasilan bagi para
pelaku ritual. Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Sragen menyebutkan bahwa jumlah pengunjung di Gunung
Kemukus mencapai 4.000 sampai 7.000 orang pada hari-hari tertentu. Puncak
kepadatan pengunjung yang akan melakukan ritual di Gunung Kemukus
terjadi pada setiap malam satu Suro, malam Jumaat Pon dan malam Jumat
Kliwon.8 Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Tengah tetapi datang
dari Jawa Barat, Jawa Timur dan daerah lainnya. Melihattingginya jumlah
pengunjung yang datang di Gunung Kemukus tersebut menunjukan bahwa
tempat inisangat menarik bagi pelaku ritual.
Keberadaan Gunung Kemukus sebagai tempat ritual juga tidak dapat
dipisahkan dari mitos yang masih dihayati dan dipercaya oleh sebagian
masyarakat.Gunung Kemukus dipercaya sebagai tempat pemakaman
Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan tokoh dalam mitos danritual
7
Suw ar di Endrasw ara, Kebat inan Jaw a dan Jagad M ist ik Kejaw en. (Yogyakart a: Lem bu Jaw a, 2011), 164.
8
Gunung Kemukus. Menurut cerita dalam mitos, Pangeran Samudro berasal
dari kerajaan Majapahit tapi ada juga yangmenyebutnya berasal dari zaman
Kerajaan Pajang. Diceritakan, Pangeran Samudro menjalin asmaradengan
ibunya sendiri yaitu Dewi Ontrowulan.Ayahnya menjadi murka dan
mengusirnya ketika mengetahui hubungan asmara antara anak dan ibu
tersebut.Setelah diusir ayahnya,Pangeran Samudromelakukan perjalanan
sampai ke Gunung Kemukus, tak lama kemudian sang ibunda menyusul
anaknya ke Gunung Kemukus untuk mencari Pangeran Samudro.Setelah
sekian lama tidak bertemu ibu dan anak yang tengah dilanda asmara ini saling
melepas kerinduan. Namun, sebelum sempat ibu dan anak ini melakukan
hubungan intim, penduduk sekitar memergoki mereka berdua yang kemudian
merajamnya9, yang dilakukan secara beramai-ramai hingga keduanya
meninggal dunia.Kemudian, keduanya dikubur dalam satu liang lahat di
gunung tersebut. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran
Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan bahwa barang siapa saja yang
dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat
terlaksana ditempat iniakan terkabul semua permintaannya.Sampai saat ini,
sebagian dari masyarakat dan pelaku ritual masih menghayati cerita dalam
mitos ini, hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang melakukan ritual di
Gunung Kemukus.
Ritual Gunung Kemukus menjadi salah tempat ritual yang
menarikditengah berbagai pandangan didalam masyarakat luas tentang
9
Anang H. Himaw an, Bukan Salah Tuhan; Ket ika Perzinaan menjadi Berhala Kehidupan. (Solo: Tiga Serangkai, 2007), 36. Tent ang hukuman rajam: merupakan hukum pidana Islam yang
praktik ritual sex yang dipraktikan para pelaku ritual. Konon, ritual hubungan
intim ini wajib dilakukan supaya keinginan tercapai.10 Ritual sex tersebut
dilakukandengan sesama pelaku ritual lainnya yang bukan suaminya atau
istrinya.Ritual sex tersebut harus dilakukansampai tujuh kali pada malam
Jumat Pon dan Jumat Kliwon atau pada hari-hari dan bulan yang diyakini
baik dengan pasangan tetap. Sehingga praktik ritual di Gunung Kemukus
sering mendapat kecaman dari sebagian masyarakat karena memandang
negativekarena dianggap sebagai tindakan asusila.
Sejauh ini telah ada beberapa jurnal penelitian tentang ritual Gunung
Kemukus. Misalnya dalam jurnal Srikandi yang dipublikasikan pada tahun
2003, focus kajian pada hubungan seksualitas sebagai bagian dari proses
ritual.11Kemudian, penelitian yang dilakukan Hadi dari Universitas Malang
terbit pada tahun 2009, dengan fokus kajian manfaat tempat peziarahan
Pangeran Samudro bagi masyarakat sekitarnya.12 Kemudian, penelitian yang
dilakukan oleh Bambang Wiratsasongko pada tahun 2008 dari Universitas
Sebelas Maret, yang fokus pada kajian tentang perilaku dan interaksi para
pelaku ritual di Gunung Kemukus.
Maka pada kesempatan ini, penulis ingin melakukan kajian tentang
ritual Gunung Kemukus dalam persepktif kejawen yang diharapkan dapat
melengkapi karya tulisan yang sudah ada sebelumnya.
10
Wahyana,G. Sajen& Rit ual Orang Jaw a. (Yogyakart a: Narasi,2010), 95.
11
ht t p:/ / id.port algaruda.org/ ?ref=search& mod=docum ent& t ype=advanced& select =tit le& q=rit ual+gunung+
Kem ukus& pub=& but t on=Search
12
Untuk itu, agar mendapatkan pengertian yang jelas mengenai ritual
ngalap berkahGunung Kemukus, maka saya memberikan batasan masalah
mengenai pandangan Kejawen terhadappraktik ritual “ngalap berkah” di
Gunung Kemukus.
Dari latar belakang dan batasan masalah diatas, maka saya akan fokus
pada dua pertanyaan pengarah sebagai rumusan masalah yang akan dijawab
dalam penulisan ini, yaitu:
a. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi seseorang melakukan
praktik ritual di Gunung Kemukus?
b. Bagaimana pandangan kejawen terhadap ritual “ngalap
berkah” di Gunung Kemukus?
Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bentuk praktik ritual
“ngalap berkah” di Gunung Kemukus dan pandanganKejawen terhadap
praktik ritual di Gunung Kemukus.
Melalui penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
temuan baru yang berhubungan dengan praktik ritual “ngalap berkah” yang
masih dilakukan sampai saat ini. Ketika hasil penelitian ini memiliki
akurasi yang tepat dan memiliki kebenaran yang dapat diterima, maka tidak
hanya sekedar sebagai tugas akademis tetapi dapat bermanfaat sebagai
pengetahuan tentang fenomena ritual Gunung Kemukus dalamperspektif
1.2 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Supaya tujuan penelitian ini dapat tercapai seperti dalam tujuan
penulisan, maka Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalahmetode penelitian deskriptif analisis. Jenis penelitian ini merupakan
prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan situasi
saat ini berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya.13Dengan tujuan
mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai ritual Gunung Kemukus dalam perspektif kejawen.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini didasarkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
dengan meneliti berbagai sistem sosial dan individu yang ada dalam tatanan
itu.14 Sehingga peneliti akan mendiskripsikan penelitian ini secara
menyeluruh dengan menganalisis fenomena, peristiwa, sikap, pemikiran dari
orang secara individu maupun kelompok, baik yang diperoleh dari data
wawancara, pengamatan secara langsung maupun dokumentasi.
Guna mendapatkan informasi dan data yang tepat supaya tujuan
penulisan ini tercapai, penulis telah melakukan pra penelitian di Gunung
Kemukus pada tanggal 13 Februari 2015. Dari pra penelitian ini telah
didapatkan gambaran awal mengenai lokasi dan data lapangan yang akan
diambil dan digunakan dalam penulisan. Lokasi ini dipilih karena sesuai
dengan tujuan penulisan dan keunikan ritual di Gunung Kemukus secara
khusus tentang praktik ritual seks yang ada didalamnya dari informasi pra
13
Lexy J. M oleong, M et odologi Penelit ian Kualit at if. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), 12. 14
penelitian sebelumnya. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk mendapatkan keterangan yang lebih mendalam
tentang subyek yang diteliti. Bentuk wawancara yang digunakan adalah
wawancara terstruktur, aitu wawancara yang terarah dan tersetruktur untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan. Sebagaimana dalam tujuan
penelitian, maka wawanacara akan dilakukan terhadap masyarakat
diwilayah sekitar Gunung Kemukus meliputi; warga setempat, tokoh agama
setempat, pejabat lembaga pemerintahan setempat, para pelaku ritual di
Gunung Kemukus dan tokoh-tokoh Kejawen sebagai subyek penelitian.
b. Pengamatan
Pengamatan sangat membantu dalam penelitian untuk mendapatkan data
data yang dibutuhkan melalui metode penafsiran terhadap perilaku tertentu.
Menurutpendekatan ini, pengamatan partisipan(seperti penelitian kualitatif)
dipandu oleh kepekaan terhadapkonsep-konsep tertentuyang terlihat
agakberbeda. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk memperolehinformasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian.Observasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Formal interactions dimana pengamatan dilakkan melalui interaksi
secara resmi baik dalam individu atau lembaga social tetapi dalam
2. Informal interaction, pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan
pedoman observasi, peneliti mengembangkan pengamatannya
berdasarkan perkembangan yang terjadi dilapangan.
3. Social actors interpretations, peneliti mengamati dan bertanya, baik
pertanyaan formal maupun informal dan sebagai alat investigasi
observasi bersama.15
c. Studi Pustaka
Melalui studi pustaka diharapkan dapat menolong penulis untuk
mendapat data yang tepat sesuai dengan topic penulisan ini. Selain itu
studi pustaka bermanfaat dalam menyusun analisa penulisan.
d. Teknik Analisa Data
Setiap data-data hasil penelitian dikelompokan sesuai dengan
tujuan penelitian. Sehingga data yang telah dikelompokan tepat pada sasaran
yang dituju atau relevan dengan penelitian.
1.2Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, saya membagi menjadi lima bagian pokok
bahasan. Pada bagian pertama berisi pendahuluan yang menjelaskan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi
penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika
penulisan. Bagian dua berisi kajian pustaka didalamnya secara garis besar
menjelaskan mengenai mitos, ritual dan sistem kepercayaan Kejawen. Pada
15
bagian tiga berisikan hasil penelitian lapangan yang terdiri: gambaran umum
dan mitos Gunung Kemukus sebagai lokasi penelitian, sistem kepercayaan
masyarakat setempat, bentuk praktik ritual, tujuan praktik ritual, juru kunci
dan mitos pemandu ritual, suburnya praktik prostitusi dan usaha
menggantikan mitos. Pada bagian keempat berisifactor penggerak praktik
ritual dan pandangan Kejawen terhadap praktik ritual di Gunung Kemukus
serta terjadinya pergeseran nilai ritual. Bagian kelima adalah penutup berisi: