• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kalimat Bermakna Statif Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kalimat Bermakna Statif Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

序論

ヴェーハー (2006:243) 文 意味 動詞 表 意味 た 述 た

日本語 い そ こ 同様 あ あ 文 意味 そ 文 あ 動詞 意味

た こ 論文 い 筆者 日本語 い 動詞 た状態

いう意味 持 文 いうテーマ た 日本語 い 単語 分類 意味論的 意味

基 く そ 状態動詞 あ

辻村 1996:314 状態動詞 固定的 意味 持 動詞 あ 変化

動的 動 関わ い あ こ 種類 動詞 ~ い 刑 変え い こ

種類 動詞 例 ::

あ い 要 話 見え あ

久野 述 た理論 状態動詞 普通目的語 助詞 付く 示

状態動詞 目的語 使わ 少数 他動詞 分 要

全 他動詞的 形容詞 欲 い 食 たい 及 他動詞的 形容動詞 好

苦手 “

久野, 1990 : 55

状態 意味 持 文 状態動詞 形成 わけ い 次

う 形容詞及 形容動詞 形成 こ :

(2)

い う い う い

形容動詞: た う くい い う

(久野 1997 : 90-1)

筆者 こ 研究 行う目的 :

1. 種類 動詞 日本語文 い 状態 意味 作 こ こ 分

2. う 要素 日本語 文 い 状態 意味 作 こ こ 分

う 本論 :

以下 動詞 形容詞及 形容動詞 形成 状態 意味 持 文 例 あ :

動詞 形成 状態 意味 持 文

1. え 猫語 わ

こ 文 え 猫語 分 こ 表 た 動 及

変化 洗わ い 逆 わ 状態 示

形容詞 形成 状態 意味 持 文

2. オ 神 力 ほ い( )!

こ 文 神 力 欲 い いう主語 一 望 表 こ 文 状態

意味 持 こ こ 文 述語 あ 意志 あ た あ そ た 動 及 変

化 表 い

(3)

3. マイケ こ 男 嫌い

こ 文 主語 目的語 嫌い状況 表 こ 文 状態 意味 持 こ 文

状態 あ た 動 及 変化 あ こ 表 い

結論

筆者 こ 研究 こ 結論 判断 こ そ 結論 状態 意

味 持 文 状態動詞 形成 わけ く 形容詞及 形容動詞 状態 意味

持 文 形成 こ 可能 あ そ ほ あ 文 い 助詞 状態 意味 持

文 表 一 あ 筆者 行 た研究 状態文 い いう助詞

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………...i

Daftar Isi ………...iii

Bab I :PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………....…1

1.2Rumusan Masalah ……….6

1.3Tujuan Penelitian ………..6

1.4Metode dan Teknik Penelitian………..……….7

1.4.1 Metode Penelitian……….7

1.4.2 Teknik Penelitian………..7

1.5Organisasi Penelitian ………8

Bab II : KAJIAN TEORI 2.1 Sintaksis ………..…...9

2.2 Semantik……….…………...…….…12

2.2.1Makna Leksika……..l………...13

2.2.2 Makna Gramarikal………13

2.2.3 Kategori Semantik Verba……….……...14

(5)

Bab III : ANALISIS

3.1 Analisis Kalimat Bermakna Statif Yang Terbentuk Oleh 動詞………22

3.2 Analisis Kalimat Bermakna Statif Yang Terbentuk Oleh 形容詞……….48

3.3 Analisis Kalimat Bermakna Statif Yang Terbentuk Oleh 形容動詞………..64

Bab IV : KESIMPULAN

4.Kesimpulan ...73

SINOPSIS

(6)

LAMPIRAN 1

Kalian semua benar-benar sangat suka kucing,ya.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

44. 神 力 ほ い( )!

Apakah yang mulia Kanata dapat berbicara bahasa Prini?

(14)

LAMPIRAN 2

KORPUS

Kalimat bermakna statif yang terbentuk oleh 動詞

4. さ 猫語 わ

Oneesan wa nekogo ga wakarunone…

Kakak mengerti bahasa kucing kan?…

(WM vol.8 : 54)

9. 頭 上 あ

Atama no ue ni haro ga arimasu.

Diatas kepala ada halo

(MT : 54)

21. 僕 金 い

Boku ha okane ga nai.

Saya tidak ada uang.

(N vol 1: 3)

34. 前そ 知っ い

Omae sonna koto ga shitte iruka.

Kamu Tahu nggak hal seperti itu

(KHA:44)

31. 人 刑務所 い

Kono hitotachi wa keimusho ni irunda

Orang-orang ini ada di dalam penjara

(15)

15. 中 い

Izanami wa kono naka ni iru.

Izanami ada di dalam sini.

(KJ:38

24. ー 場 い

Lee ha doujou ni iru.

Lee berada di dalam perguruan.

(16)

46. ク 魂 食

Apakah yang mulia Kanata dapat berbicara bahasa Prini?

(17)

37. 私 祖母 ート 乗

Terdengar suara tangisan dari kuburan

(18)
(19)
(20)

14. 私( )物語 書 い

Kalimat bermakna statif yang terbentuk oleh 形容動詞

(21)

19. 海 中っ

Umi no naka tte kirei.

Dalam laut itu indah, ya.

KJ :241

13. え !

Ore….omae ga suki nanda!

Aku…. suka kamu!

MS : 45

26. 先生 料理 ょ ( )

Gai sensei ga ryouri ga joozu.

Gai sensei pandai memasak.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang memiliki makna, meskipun suatu

kalimat hanya terdiri dari suatu kata, pasti di dalamnya terkandung suatu makna yang

ingin disampaikan. Verhaar (2006:243) mengemukakan bahwa makna kalimat ditentukan

dari makna yang diungkapkan oleh verba, misalnya dalam bahasa Indonesia makna

kalimat dapat berupa makna yang menunjukkan permulaan, penyelesaian,

keberlangsungan, pengulangan, kebiasaan, keadaan dan statif.

Perhatikan contoh-contoh kalimat di bawah ini:.

1. Saya akan menyelesaikan pekerjaan ini besok.

2. Dia telah berbicara dengan adiknya kemarin.

3. Ibu sedang memasak air.

4. Warga memukuli pencopet yang tertangkap itu.

5. Setiap pagi ayah membaca koran.

6. Di atas meja ada buku.

Pada contoh kalimat 1 kalimat tersebut menyatakan dimulainya apa yang

diartikan oleh verba yang menunjukkan sebuah permulaan yang ditandai dengan kata

akan. Pada contoh kalimat 2 kalimat tersebut menyatakan selesai tidaknya suatu tindakan

atau berlaku tindakan secara definitif1 yang menunjukkan sebuah penyelesaian yang

(23)

berlangsungnya sebuah tindakan atau sebuah proses yang menunjukkan keberlangsungan.

Contoh kalimat 4 kalimat tersebut mengungkapkan sesuatu yang terjadi secara berulang

kali yang menunjukkan sebuah pengulangan yang ditandai dengan kata memukuli. Pada

contoh kalimat 5 terkandung makna yang menyatakan sebuah kebiasaan dengan ditandai

dengan kata setiap dan pada contoh kalimat 6 mengandung makna yang menyatakan

sebuah keadaan yang tidak berubah, tanpa proses dan tanpa ada yang dihasilkan.

Dari contoh kalimat di atas dapat dipahami bahwa makna kalimat dapat

ditentukan dari makna verba yang terdapat dalam kalimat itu sendiri .

Begitu pula dalam bahasa Jepang, makna dalam sebuah kalimat ditentukan oleh

makna verba dalam kalimat itu sendiri. Perhatikan contoh berikut :

1. a. 本 読む。

Hon wo yomu.

Membaca buku

b.本 読 だ。

Hon wo yonda.

Telah membaca buku

c.本 読 いる。

Hon wo yondeiru.

Sedang membaca buku.

Dari ketiga contoh di atas dapat dilihat bahwa memang benar dalam bahasa

Jepang pun makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna verba dalam kalimat itu sediri.

Dalam bahasa Jepang terdapat pengklasifikasian makna verba yang disebut

(24)

pengklasifikasian ini adalah verba statif. Verba statif menurut Kindaichi (Tsujimura,

1996 : 314) adalah verba yang maknanya statis dan tidak dapat diubah ke dalam bentuk

~ いる /~ い る ,sebagai penanda makna “sedang berlangsung”. Untuk

memperjelas kutipan Kindaichi perhatikan contoh-contoh kalimat berikut:

2. a.机 上に本 ある。

Tsukue no ue ni hon ga aru.

Di atas meja terdapat buku

*b.机 上に本 あっ いる。

* Tsukue no ue ni hon ga atteiru.

* Di atas meja terdapat buku.

Untuk menunjukkan adanya sebuah buku di atas meja, keberadaan benda tersebut

ditunjukkan dengan kata kerja „aru‟ saja tidak dengan „atteiru’ walaupun memang

keadaan buku tersebut „sedang‟ berada di atas meja.

3. a.お父さ 日本にいる。

Otousan wa nihon ni iru.

Ayah sedang berada di Jepang.

*b.お父さ 日本にい いる。

*Otousan wa nihon ni iteiru.

*ayah sedang berada di Jepang.

Seperti contoh kalimat 1, karena kalimat ini menunjukkan sebuah keberadaan

maka cukup mengunakan kata kerja „iru‟ saja tidak dapat menggunakan kata kerja „iru’

yang diikuti dengan konstruksi ~teiru yang menjadi iteiru‟. Walaupun keadaan dalam

(25)

Selain „aru‟ dan „iru‟, Kindaichi dalam Tsujimura pun mengemukakan bahwa

verba dalam bentuk kanoukei dapat digolongkan ke dalam verba statif, sehingga tidak

dapat digabungkan dengan –teiru, seperti contoh berikut :

4. a.日本語 話せる。

Nihongo ga hanaseru.

Dapat berbicara bahasa Jepang.

*b.日本語 話せ います。

*Nihongo ga hanasete imasu.

*Sedang dapat berbahasa Jepang

Pada contoh kalimat 3 ini kata kerja hanaseru tidak dapat digabungkan dengan

konstruksi ~teiru menjadi hanaseteiru karena kata kerja hanaseru termasuk ke dalam

verba statif. Sesuai dengan pernyataan Kindaichi verba dalam contoh kalimat ini

berbentuk kanoukei, yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam berbahasa Jepang

bukan berarti kemampuan seseorang yang „sedang dapat‟ berbahasa Jepang. Karena

verba bentuk kanoukei termasuk dalam verba statif maka tidak dapat digabungkan

dengan –teiru.

Pemilahan yang dilakukan oleh Kindaichi ini didasarkan pada makna aspektual2

verba tersebut dengan menggabungkannya pada konstruksi ~te/deiru yang bermakna

aspektual imperfektif (progresif, kontinuatif, duratif).

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa verba statif tidak dapat memiliki

makna aspektual imperfektif (progresif, kontinuatif, duratif), seperti contoh berikut ini :

(26)

5. a.太郎 数学 よく る。

Taroo wa suugaku ga yoku dekiru

Taro sangat menguasai matematika.

*b.太郎 数学よく いる。

*Taroo wa suugaku yoku dekiteiru.

Taro sangat menguasai matematika.

Pada contoh kalimat 4 kata kerja dekiru tidak dapat digabungkan dengan

konstruksi ~teiru menjadi dekiteiru karena pada pemilahan yang dilakukan oleh

Kindaichi dijelaskan bahwa verba statif tidak dapat memiliki makna aspektual

imperfektif (progresif, kontinuatif, durative), maka tidak tepat apabila pada contoh

kalimat ini menggunakan kata kerja dekiru yang digabungkan dengan konstruksi ~teiru

menjadi dekiteiru, karena makna dalam kalimat ini menunjukkan bahwa Taro sangat

menguasai matematika bukan Taro „sedang‟ sangat menguasai matematika dan

kemampuan yang dimiliki oleh Taro bersifat statif

Sementara itu verba statif menurut Kuno (1976):”these verbs refers to state

rather than action, and hence they are often called stative predicates.” Verba ini lebih

menunjukan keadaan daripada perlakuan sehingga sering disebut dengan verba statif.

Berdasarkan pernyataan Kuno tersebut, dapat dipahami bahwa verba statif akan

memunculkan makna statif. Makna statif sebuah kalimat pun dapat ditimbulkan oleh

kategori semantik verba yang lain. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:

5. ジョン ここに住 いる。

John wa koko ni sundeiru.

(27)

Pada contoh kalimat 5 ini verba 住む termasuk pada kategori semantik verba

kontinuatif, namun setelah digabungkan dengan konstruksi ~teiru/~deiru maka maknanya

berubah menjadi statif karena pada kalimat tersebut tidak melibatkan adanya pergerakan

atau perubahan, sehingga menjadikan kalimat di atas menunjukkan keadaan yang statif,

bahwa John tinggal disini.

Banyak hal yang dapat memunculkan makna statif dalam kalimat bahasa

Jepang,hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai

kalimat dalam bahasa Jepang yang bermakna statif

1.2 Rumusan Masalah

Dari dua contoh kalimat di atas penulis merasa tertarik untuk menganalisa tentang

kalimat statif ini yang mencakup:

1. Jenis verba apa saja yang dapat membentuk makna statif dalam kalimat

bahasa Jepang?

2. Unsur apa yang dapat membentuk makna statif dalam kalimat bahasa

Jepang?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Mendeskripsikan jenis verba apa saja yang dapat membentuk makna statif

(28)

2. Mendeskripsikan unsur apa yang dapat membentuk makna statif dalam

kalimat bahasa Jepang.

1.4 Metode & Teknik Penelitian

1.4.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang

bertujuan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data-data, sifat-sifat

serta hubungan fenomena yang diteliti. Dengan metode ini akan diperoleh data secara

alamiah. (Djajasudarma, 1993 : 8-9)

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi pustaka. Studi pustaka yaitu

mencari dan mencatat data dan teori-teori yang dibutuhkan sesuai dengan topik yang

akan dianalisis dari buku-buku yang terdapat di perpustakaan.

Langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. studi kepustakaan yaitu mencari teori-teori yang kemudian disesuaikan

dengan data yang ada.

2. mencari data yang dibutuhkan sesuai topik yang akan diteliti.

3. mencatat data yang dibutuhkan sesuai dengan topik yang akan diteliti.

4. menganalisis data yang sesuai teori yang ada.

5. menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis.

1.4.2 Teknik Penelitian

1. Teknik Analisis IC (Immediate Constituent Analysis), yaitu teknik yang membagi

kalimat ke dalam dua bagian besar, yakni subjek dan predikat, kemudian kedua

(29)

Dalam bahasa Jepang teknik ini disebut 直接構成要素分析 (chokusetsu kousei

youso bunseki)

6. 太郎 花子 好 。

Tarou ga Hanako ga suki.

Tarou menyukai Hanako

NP

NP NP

太郎 NP AP

花子 好 Dengan menggunakan teknik IC, penguraian kata perkata pada contoh kalimat 6

terlihat jelas, sehingga lebih mudah dalam menentukan subjek, objek, dan predikat.

Dalam kalimat ini yang berperan sebagai subjek adalah 太郎,lalu yang berperan sebagai

objek adalah 花子dan yang berperan sebagai predikat adalah 好 ,

1.5Organisasi Penulisan

Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang

menjelaskan mengenai latar belakang masalah dan disertai pembatasan masalah,

tujuan penelitian dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bab II

dijelaskan mengenai kajian teori yang membahas mengenai teori semantik, sintaksis

dan teori mengenai verba staif. Bab III berisi analisis data-data yang dikelompokan

menjadi beberapa bagian yaitu, data yang merupakan kalimat bermakna statif dengan

(30)

menggunakan verba statif. Bab IV merupakan kesimpulan dari hasil analisis data-data

(31)

BAB IV

KESIMPULAN

Setelah penulis menganalisis kalimat bermakna statif dalam bahasa Jepang,

penulis dapat menarik kesimpulan unsure-unsur apa saja yang dapat membentuk

sebuah kalimat itu menjadi bermakna statif,berikut pemaparannya:

1) Makna statif ditentukan dari makna predikat dalam kalimat itu sendiri. Predikat

yang membentuk makna statif antara lain adalah:

 Verba statif, yang sudah pasti memiliki makna statif yang tentunya

akan membentuk sebuah kalimat dengan makna statif pula.

 Penulis juga menemukan verba yang merupakan verba instantaneous

dapat membentuk kalimat statif, dengan merubahnya kedalam

konstruksi - いる,

Contohnya sebagai berikut :

-死ぬ yang digabungkan dengan konstruksi - いる menjadi 死ん

い る yang bermakna mati bukan ‘sedang’ mati, walaupun

konstruksi - いる ini menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan.

 Kata sifat juga dapat membentuk sebuah kalimat menjadi statif, kata

sifat yang dapat membentuk kalimat bermakna statif adalah 形容詞

(32)

2) Partikel dalam sebuah kalimat juga menjadi salah satu pendukung dalam sebuah

kalimat bermakna statif, dari analisis yang penulis lakukan kalimat statif ditandai

(33)

DAFTAR PUSTAKA

o Alwi, Hasan ,dkk.1998 .Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka

o Aoi, Hiragi. 1996. Mimi Wo Sumaseba. Tokyo : Shuueisha, Ribon Mascot Comic

o Bloomfield, Leonard. 1933. Language. London : George Allen & Unwin

o Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

o CLAMP, 1996. Kyou ha Arashi. Tokyo : Kodansha

o Djajasudarma, T.Fatimah. 1993. Semantik I Pengantar ke Arah Ilmu Makna.

Bandung : PT.Eresco

o Inoue, Takehiko. 1998. Hammerin Hero. Tokyo : Kodansha

o Kishimoto, Masashi. 1997. Naruto. Tokyo : Shuueisha

o Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :

Gramedia

o Kuno, Susumu. 1973. The Structure of The Japanese Language. Cambridge : The

MIT Press

(34)

o Makoto, Kobayashi. 1989. What’s Michael Tokyo : Wide KC Morning

o Miyazaki, Hayao. 1989 Majo no Tatsukyubin Japan : Studio Ghibli

o Muraki, Shinjiro. 1996. Nihongo Doushi no Shosou. Tokyo : Hitsuji Shobou

o Sakaguchi, Hironobu. 1999. Kojiki. Japan : Kumon Shuppan

o Tagashi, Yoshihiro. 1994. Yuuyuu Hakusho. Tokyo : Shuueisha

o Tsujimura, Natsuko. 1997. An Introduction to Japanese Linguistic. Oxford :

Blackwell Publisher

o Uematsu, Nobuo. 2010. Trinity Universe. Tokyo : ATLUS

o Urasawa, Naoki. 2003. Pluto. Tokyo : Shogakukan

o Verhaar, J. W. M. 2002. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada

(35)

DAFTAR KAMUS

o Ikegami, Makiko. 1998. Nihongo Kyoiku Juyo Yogo 1000. Tokyo : Baberu Puresu

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terdapat tiga menu utama yaitu menu untuk memasukan jam aktual, menu untuk mengatur kapan waktu aka dilakukan proses pemanasan kemudian ada menu untuk menentukan lama

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA..

Bagaimana strategi segmenting, targeting, dan positioning yang dilakukan oleh PT Guwatirta Sejahtera untuk produk Utra kemasan 19 liter dibandingkan dengan persepsi

Menurut Gottman (1997) remaja yang belajar mengenali dan menguasai emosinya akan menjadi lebih percaya diri, lebih sehat secara fisik dan psikis, dan cenderung akan menjadi orang

Selain merencanakan konsep dan ide acara, penulis dan rekan-rekan kreatif diberi kepercayaan untuk Mendesain Logo dan poster pada acara tersebut.. Dalam pembuatan desain

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengaplikasikan pigmen antosianin dari kulit buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl)