• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN AGAMA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN AGAMA ANAK"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP TINGKAT

PENDIDIKAN AGAMA ANAK

( Deskriptif Tentang Pendidikan Agama Anak Berdasarkan Fungsi Sosial

Orang Tua Studi di Kelurahan Sumber, Kecamatan Bamjarsari, Kota

Surakarta )

SKRIPSI

Disusun Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

Oleh :

INDIRA PRAMITA

D0304045

▸ Baca selengkapnya: pidato tentang sholat adalah tiang agama untuk anak sd

(2)

commit to user

SURAKARTA

2011

MOTTO

Nasehat itu seperti salju, semakin lembut ia jatuh, semakin lama ia bertahan, dan semakin dalam merasuk kedalam pikiran.

(Kahlil Gibran)

Pengalaman membuat aku mampu untuk mengenal sebuah kesalahan bilamana aku melakukannya lagi dan lagi.

(Indira Pramita)

Jangan takut akan hidup, percayalah bahwa hidup amatlah berharga, dan kepercayaanmu akan membantu menciptakan kenyataan.

(Jalaludin Rumi)

Cinta membuat jalan keras menjadi lunak dan membalikkan kegelapan menjadi cahaya, serta kehormatan yang berada di hadapan jiwa mengalahkannya dari

gairah dan keinginannya.

(3)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Mama dan Papiku yang tidak henti-hentinya memberikan dos dan motivasi agar cepat terselesainya skripsi ini

Tito Iswara, SE dan Dwi Nuryanti, SE, kakak dan kakak iparku yang selalu memberi dorongan agar aku menjadi orang yang bisa menjadi banggaan

orang tua

Galih Handoko, A.md “Si Tonggoz” makasih buat doa dan supportnya, akhirnya aku jadi sarjana nie, jangan ngejek lagi yaaa….

Wibi “Ndutz” Putra Pratama makasih sudah mau menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah, saran dan kritik mu yang selalu menjadi pembelajaran

buat aku…

(4)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Atas ijin Allah SWT sehigga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini tahap demi tahap. Tidak ada kata yang pantas

selain memanjatkan syukur kehadirat-Nya. Tidak lupa pula shalawat kepada

Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa kita tunggu syafaatnya hingga akhir

zaman. Sungguh semua ini semata-mata untuk mendapatkan mardhatillah.

Karya sederhana ini berjudul:

“FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN AGAMA ANAK”

(Deskriptif tentang Religiusitas Anak Berdasarkan Fungsi Sosial Orang Tua Studi di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta)

Skripsi ini merupakan sebagian kecil yang dapat digali oleh penulis

untuk memaparkan mengenai fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam

meningkatkan pemahaman keagamaan dalam realitas kehidupan sehari-hari

kepada anak di wilayah Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota

Surakarta. Semoga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang

mengambil tema yang sama.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih

kami haturkan kepada:

1. Prof. Drs. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.

2. Dr. Bagus Haryono, M. Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS

Surakarta.

3. Drs. Jefta Leibo, SU selaku Pembimbing Akademik selama penulis

berada di bangku kuliah.

4. Prof. Dr. RB. Soemanto, MA selaku Pembimbing Skripsi. Terima

kasih untuk kesabaran Bapak dalam membimbing dan mengarahkan

(5)

commit to user

5. Seluruh staf pengajar Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu yang

telah penulis dapatkan dari Bapak/Ibu sekalian.

6. Seluruh staf Kelurahan Sumber yang telah memberikan ijin penelitian

untuk skripsi penulis.

7. Para pengajar TPA dan Pengurus Masjid Rohmah di Kelurahan

Sumber yang telah memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi

ini.

8. Bambang Warsono beserta Mis Irianti, orang tua yang tidak pernah

lelah, dengan kesabaran dan ketulusan hati memanjatkan doa dan

memberikan seluruh fasilitas demi terciptanya karya sederhana ini.

9. Tito Iswara, SE dan Dwi Nuryanti, SE untuk support dan doanya.

10. Galih Handoko, Amd yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi penulis baik dalam bentuk moril maupun materiil.

11. Wibi Putra Pratama, anak sekolahan yang mau mendengarkan segala

keluh kesah dan memberikan semangat penulis disaat sedang tidak

bergairah dalam membuat karya ini.

12. Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2004, semoga kita dipertemukan

lagi di forum yang lain.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih

buat semuanya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik

dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa depan,

demi terciptanya masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah SWT. Semoga

dapat menjadi sumbangan referensi bagi ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2011

(6)

commit to user

ABSTRAK

Indira Pramita, D0304045, FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP

PENDIDIKAN AGAMA ANAK (Deskriptif tentang Religiusitas Anak Berdasarkan Fungsi Sosial Orang Tua Studi di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta), Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Agama mengandung manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia yang menganutnya, walaupun masih banyak didapati orang-orang yang tidak mepedulikan kehidupannya. Mereka cenderung melakukan hal-hal yang menyenangkan dirinya tanpa memikirkan orang lain walau perbuatannya itu merugikan orang lain. Keluarga sebagai institusi sosial terkecil merupakan fondasi untuk membangun kehidupan sosial/bermasyarakat secara luas menjadi lebih baik. Keluarga juga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya. Peran penting keluarga dalam memberikan pemahaman keagamaan tentu sangatlah besar bagi sang anak.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam meningkatkan pemahaman keagamaan dalam realitas kehidupan sehari-hari kepada anak di wilayah Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

(7)

commit to user

dokumentasi. Proses validitas data dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada dasarnya keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan religiusitas anak. Keluarga (orang tua) juga sangat efektif didalam memberikan contoh perilaku tentang pemahamaan keagamaan seperti dengan mengajarkan sholat atau mengikutsertakan anak dalam kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) misalnya. Selain itu, ada faktor eksternal maupun internal yang menjadikan kendala orang tua dalam memberikan pemahaman keagamaan.

ABSTRACT

Indira Pramita, D0304045, FUNGSI SOSIAL KELUARGA TERHADAP

PENDIDIKAN AGAMA ANAK (Deskriptif tentang Religiusitas Anak Berdasarkan Fungsi Sosial Orang Tua Studi di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta), Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

commit to user

This study aims to explain the social function of families especially parents in improving religious understanding in the reality of everyday life to children in the area of Village Resources, District Banjarsari, Surakarta.

This study uses qualitative research methods with interactive analysis model. Retrieval techniques informants using purposive sampling. From each of these techniques sequentially obtained goals of this study, children aged 7-15 years in the Village of sources, parents of these children, and other parties associated with increased religiosity of children. Data collection techniques using in-depth interviews, observation, and documentation. Data validation process by comparing the observed data with data from interviews, and comparing the results of interviews with the contents of a document related.

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Landasan Teori ... 12

G. Kerangka Pemikiran ... 23

H. Metodologi Penelitian ... 26

1. Lokasi Penelitian ... 26

(10)

commit to user

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Keadaaan Geografis ... 34

2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur .... 36

3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 39

5. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 41

6. Penduduk WNI Keturunan dan WNA ... 42

7. Sarana dan Prasarana ... 43

C. Kondisi Kelurahan Sumber dan Kegiatan Keagamaannya ... 45

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sosialisasi Nilai Agama dari Orang Tua Kepada Anak ... 51

B. Pengaruh Religiusitas dari Orang Tua Kepada Anak ... 76

(11)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel I. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 37

Tabel II. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

Tabel III. Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 40

Tabel IV. Penduduk Menurut Agama ... 41

Tabel V. Penduduk WNA dan WNI Keturunan ... 42

Tabel VI. Daftar Kategori Informan ... 51

Tabel VII. Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Orang Tua ... 60

Tabel VIII. Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Tokoh Masyarakat ... 65

Tabel IX. Matrik Sosialisasi Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Anak ... 71

Tabel X. Matrik Fungsi Religi dari Sudut Pandang Orang Tua ... 82

Tabel XI. Matrik Fungsi Religi dalam Sudut Pandang Tokoh Masyarakat ... 89

(12)

commit to user

Tabel XIII. Matrik Kendala Pemberian Teladan dari Sudut Pandang Orang Tua .. 106

Tabel XIV. Matrik Kendala-Kendala yang dihadapi Tokoh Masyarakat

dalam Memberi Teladan Bagi Anak ... 109

Tabel XV. Matrik Fungsi Sosial Keluarga terhadap Tingkat Religiusitas Anak ... 116

DAFTAR BAGAN

(13)

commit to user

BAB I

(14)

commit to user

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Agama mengandung manfaat yang begitu besar dalam kehidupan

manusia yang menganutnya, tetapi masih banyak didapati orang-orang

yang tidak mempedulikan kehidupannya. Mereka cenderung untuk

melakukan hal-hal yang membuat dirinya senang tanpa memikrkan orang

lain sekalipun ia sudah menggangu kepentingan orang lain tersebut. Ini

dapat dilihat dari masih banyaknya tindakan-tindakan kriminal yang ada

dalam masyarakat yang tidak sedikit melibatkan orang-orang yang

beragama.

Lembaga agama merupakan sistem keyakinan dan praktek

keagamaan penting dari masyarakat yang telah dibakukan dan dirumuskan

serta yang dianut secara luas dan dipandang sebagai perlu dan benar.

Asosiasi agama merupakan kelompok orang yang terorganisasi yang

secara bersama-sama menganut keyakinan dan menjalankan praktek suatu

agama. Agama atau religi dapat didefinisikan sebuah sistem keyakinan dan

praktek sebagai sarana bagi sekelompok orang untuk menafsirkan dan

menaggapi apa yang mereka rasakan sebagai pengada adikodrati

(supranatural) dan kudus. (Johnstone, 1975, hal.20)

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

” Ada empat indikator kebahagiaan keluarga seseorang, yaitu ketika ia

(15)

commit to user

yang shaleh, dan rizki yang ada dekat dengan keluarganya” (HR.

Ad-Daelami dari Ali bin Abi Thalib ra). Hadits tersebut dapat dimaknai bahwa

sebuah keluarga dapat bahagia penuh kasih sayang manakala anggota

keluarganya bapak/ibu, anak, sahabat dan yang terkait dengannya saleh

penuh keberkahan. Keluarga yang seperti inilah yang akan mampu

melahirkan karakter bangsa yang mandiri.

Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan

investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan

bermasyarakat secara luas menjadi lebih baik. Sebab, di dalam keluarga

internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial jauh lebih efektif

dilakukan ketimbang melalui institusi lainnya di luar keluarga. Lembaga

yang paling ampuh dalam proses internalisasi prinsip-prinsip tersebut

adalah keluarga. Melalui keteladanan dan pembiasaan dalam keluarga,

segala prinsip itu dapat ditanamkan. Keteladanan dan pembiasaan ini

merupakan metode utama dalam pembentukan karakter anak, terutama

dalam keluarga.

Di keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman

langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari

melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual. Karena anak

ketika baru lahir tidak memiliki tata cara dan kebiasaan (kebudayaan) yang

begitu saja terjadi sendiri secara turun temurun dari satu generasi ke

generasi yang lain, oleh karena itu harus dikondisikan suatu hubungan

(16)

commit to user

keluarga lain) dan lingkungan yang mendukungnya baik dalam keluarga

atau lingkungan yang lebih luas.

Keluarga merupakan unsur sentral dalam ajaran Islam. Sebab unit

keluarga memang merupakan sendi utama masyarakat. Atas landasan

unit-unit keluarga yang sehat akan berdiri tegak bangunan masyarakat yang

sehat.

Keluarga adalah sebuah institusi yang minimal memiliki

fungsi-fungsi sebagai berikut. 1) Fungsi religius, yaitu keluarga memberikan

pengalaman keagamaan kepada anggota-anggotanya; 2) Fungsi afektif,

yakni keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan; 3)

Fungsi sosial, keluarga memberikan prestise dan status kepada semua

anggotanya; 4) Fungsi edukatif, keluarga memberikan pendidikan kepada

anak-anaknya; 5) Fungsi protektif, keluarga melindungi

anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis, dan psiko-sosial; dan 6) Fungsi

rekreatif, yaitu bahwa keluarga merupakan wadah rekreasi bagi

anggotanya.

Melihat beragamnya fungsi keluarga tersebut dapat disimpulkan

bahwa keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan

agama (value transmitter). Artinya, keluarga merupakan tempat pertama

dan utama bagi seorang anak mulai belajar mengenal nilai-nilai yang

berlaku di lingkungannya, dari hal-hal yang sangat sepele, seperti

menerima sesuatu dengan tangan kanan sampai pada hal-hal yang sifatnya

(17)

commit to user

tentang berbagai interaksi manusia. Suatu keluarga akan menjadi kokoh,

bilamana keenam fungsi yang disebutkan tadi berjalan harmonis.

Sebaliknya, bila pelaksanaan fungsi-fungsi di atas mengalami hambatan

akan terjadi krisis keluarga. Keluarga juga akan mengalami konflik, bila

fungsi-fungsi itu tidak berjalan secara memadai. Misalnya, jika fungsi

edukatif tidak berjalan efektif maka kemungkinan hubungan anak dan

orangtua akan mengalami ketidakteraturan (disorder).

Pendidikan sangat penting bagi perkembangan psikologi dan

tingkah laku anak. Orang tua yang tidak memberikan pendidikan yang

benar kepada anaknya, dan tidak mendidiknya dengan sopan santun serta

akhlak yang mulia, tidak akan memetik hasil, kecuali seorang anak yang

berperilaku berani dan bermusuhan dengan orang tuanya. Perkembangan

manusia secara psikis terjadi perubahan-perubahan dalam diri seseorang

untuk tercapainya kepribadian yang sempurna.

Sebagai penerus utama nilai-nilai, dalam lingkungan keluarga juga

berlangsung mekanisme pemilihan tokoh identifikasi. Anak meniru pola

perilaku orang dewasa di dalam keluarga. Yang ditiru dapat berupa

perilaku, gaya bicara atau sifat-sifat khasnya. Ditinjau dari perspektif

gender, keluarga merupakan laboratorium dimana sejak anak dilahirkan ia

belajar dan mengenal perilaku yang terkait pada gender seseorang (gender

related behavior). Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan

pertama dan utama bagi seorang individu, maka nilai-nilai agama dan

(18)

commit to user

keadilan, kejujuran, kebenaran, keberanian mengatakan yang benar,

penghargaan dan penghormatan kepada sesama manusia, nilai-nilai

persamaan, persaudaraan dan kebebasan hendaknya ditanamkan sejak usia

dini. Dalam konteks ini orang tua, ayah dan ibu memiliki peran yang amat

penting untuk mengajarkan anak-anaknya rasa saling mengasihi,

kepedulian, keindahan, kebersihan, ketertiban, dan kedisiplinan.

Maksud dan tujuan orang tua adalah mereka ingin membekali

anak-anaknya dengan kepandaian secara rohani atau spiritual sehingga

diharapkan tingkah laku anak-anak mereka akan menjadi baik dan sesuai

dengan norma-norma dalam masyarakat serta mempunyai tingkat

moralitas yang tinggi.

Menurut Moeslim Abdurrahman (1997), kita mungkin berasumsi

bahwa penanaman dasar-dasar pendidikan agama sebagai kerangka

pembentukan watak dan sikap kepribadian, telah dilaksanakan dengan

intensif pada tingkat dasar yang mungkin diteruskan pada tingkat

menengah dan perguruan tinggi. Namun di tingkat mana pun, sebaiknya

pendidikan agama harus lebih berorientasi untuk menumbuhkan wawasan

keagamaan dalam kaitan dengan membangun intelektualitas keagamaan

(religius intelectual building).

Peran lembaga pendidikan. Dalam paradigma baru, pendidikan

agama-agama lebih ditekankan kepada moral improvement. Bila dalam

(19)

commit to user

emosional dan sering kurang jujur melihat agama-agama lain, maka dalam

paradigma baru yang perlu dikembangkan adalah metode kebijaksanaan

(hikmah, wisdom), keteladanan (mauizhah hasanah), dan dialog (jadal bil

ahsan). Karena itu, pemaksaan, indoktrinasi, dan debat tidak mendapat

tempat dalam paradigma baru ini.

Agama merupakan elemen dasar perkembangan anak. Harus

dipahami pula bahwa untuk mengajarkan agama pada tingkat dini

dibutuhkan banyak metode. Orang tua harus sedapat mungkin aktif

menggali informasi serta menerapkan metode pengajaran agama yang

sudah teruji. Dalam mengajarkan sesuatu kepada anak, kita harus

menyertakan hati, telinga dan mata. Orang tua harus memberikan contoh

yang nyata, bukan sekadar nasihat atau perintah. anak-anak memerlukan

keteladanan agar nilai yang hendak disampaikan menjadi lebih bermakna.

Menjadi orang tua yang baik dan bijak bukanlah suatu hal yang

mudah. Dibutuhkan kesabaran dan toleransi yang tinggi agar kita dapat

mengembangkan potensi putra-putri kita dengan lebih baik. Terlebih saat

ini banyak orang tua yang sibuk mencari nafkah bagi keluarga, sehingga

menyebabkan anak-anak sering kurang mendapatkan perhatian dan

penasuhan serius dari orang tuanya. Bagi keluarga muslim, mendidik anak

bukanlah semata-mata dorongan alami dan kodrati melainkan suatu

kewajiban orang tua terhadap anak dan merupakan sarana untuk

mewujudkan generasi yang tangguh dan kuat. Selain itu, dalam Islam anak

(20)

commit to user

pertanggungan jawab oleh Allah SWT di akhirat kelak. Membiasakan

anak sejak usia dini untuk mengetahui dan melaksanakan berbagai

aktivitas keagamaan tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan

kenyamanan emosi, fisik dan spiritual anak, jika orang tua dapat

memfasilitasi ketiganya, maka proses pembelajaran agama akan berjalan

dengan baik.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam

meningkatkan pemahaman keagamaan didalam realitas kehidupan

sehari-hari kepada anak di wilayah Kelurahan Sumber ? “

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan antara lain:

Menjelaskan fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam

meningkatkan pemahaman keagaman dalam realitas kehidupan sehari-hari

kepada anak di Kelurahan Sumber.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap :

(21)

commit to user

teladan bagi anak khususnya dalam memberikan pemahaman religiusitas

secara mendalam agar terbentuk perilaku yang baik sesuai dengan ajaran

agama.

· Bagi Pembaca,

Dapat memberikan pengetahuan dan wacana yang baru mengenai

pemahaman religiusitas pada anak, sehingga dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menyikapi dan mengatasinya.

· Bagi Penulis,

Karya ini semakin melatih kepekaan penulis dalam menemukan

permasalahan sosial dalam masyarakat khususnya dalam suatu keluarga

terutama fungsi sosial orang tua dalam meningkatkan religiusitas anak

agar tercermin baik dalam realitas kehidupan sehari-hari baik di

lingkungan formal maupun informal.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Lembaga dalam arti sosiologi adalah suatu sistem norma untuk

mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang

penting, atau secara formal dapat disebut sebagai sekumpulan kebiasaan

dan tata kelakuan pada suatu kegiatan pokok manusia. (Horton & Hunt,

1999:244)

Lembaga tidak mempunyai anggota tetapi mempunyai pengikut,

dimana pengikut ini bergabung menjadi satu yang disebut asosiasi.

(22)

commit to user

beberapa tujuan bersama. (Horton & Hurt, 1999:263)

Setiap lembaga mempunyai asosiasinya dan melalui asosiasi itulah

norma-norma lembaga dilaksanakan. Dalam kaitannya dengan Fungsi

Sosial keluarga terhadap Tingkat Religiusitas Anak, keluarga sebagai

lembaganya dan Orang Tua serta Anak sebagai asosiasinya yang

terorganisir dan menjalankan tugasnya masing-masing.

Dalam Jurnal Internasional, penelitian mengenai tingkat

pendidikan agama anak yang pernah dilakukan oleh Allison James,

Thomas Nigel dan Woodhead Martin (2005). Dengan judul Method of Teaching Religion in Children (Metode Pengajaran Agama untuk Anak). Penelitian ini membahas mengenai metode mengajarkan agama pada anak.

Penelitian tersebut dilakukan oleh tiga komunitas di Negara Inggris yang

menganalisis penelitian Pendidikan agama sebenarnya telah dimulai sejak

anak lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Anak usia balita atau 0-5

tahun belum termasuk usia sekolah. Dengan demikian ia lebih banyak

bersama dan berinteraksi di lingkungan keluarga terutama orang tuanya.

Maka orang tua adalah segala-galanya bagi anak. Oleh karena itu, setiap

orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah

sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih ketrampilan anak

dalam melaksanakan ibadah. pendidikan agama menyangkut manusia

seutuhnya. Agar agama itu dalam tumbuh dalam jiwa anak dan dapat

dipahami nantinya, maka harus ditanamkan semenjak kelahiran bayi.

(23)

commit to user

dalam mengajarkan agama pada anak. Adapun metode yang dimaksud

adalah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik. Mengajar

adalah termasuk upaya mendidik metode mengajarkan agama pada anak

(balita). Selanjutnya adalah metode percakapan dalam hal ini perlu

dipahami bahwa objeknya adalah anak balita. Anak pada umumnya mulai

pandai berbicara pada umur dua tahun. Meskipun pada dasarnya bayi yang

berumur satu tahun pun sudah dapat diajak berinteraksi dengan bahasa

isyarat. Oleh karena itu, dianjurkan ketika anak mulai pandai bercakap,

diajarkan kata-kata yang baik dan benar. (Allison James, Thomas Nigel

dan Woodhead Martin Volume 20, Issue 2, April 2005)

Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga

lainnya berkembang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan

lembaga-lembaga itu penting. Keluarga mempunyai suatu sistem norma

dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting.

Selain itu Keluarga juga merupakan salah satu tempat untuk proses

sosialisasi atau menyebarkan fungsi-fungsi sosial bagi anggotanya.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang dianggap penting dalam

perkembangan kepribadian seseorang. Melalui sosialisai seseorang akan

dapat memahami pola kehidupan kelompoknya. Dan dengan sosialisasi

seseorang dapat diterima dalam kelompoknya.

Keluarga merupakan kelompok primer (primary group) yang

pertama dari seseorang anak dan dari situlah perkembangan kepribadian

(24)

commit to user

primer lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah

ditanamkan secara kuat. Jenis kepribadiannya sudah diarahkan dan

terbentuk. Dengan demikian hal tersebut telah menegaskan bahwa

keluarga adalah faktor penentu utama bagi sosialisasi anak.

Definisi agama dalam sosiologi adalah definisi yang empiris yaitu

definisi menurut pengalaman yang kongkret sekitar agama yang

dikumpulkan dari masa lampau maupun kejadian sekarang.

Religi atau agama merupakan sebuah sistem keyakinan dan praktek

sebagai sarana bagi sekelompok orang untuk menafsirkan dan menanggapi

apa yang mereka rasakan sebagai pengada adikodrati (supranatural) dan

kudus (Johnstone 1975:20)

Lain halnya dengan Joachim Wach yang melihat agama dari tiga

unsure pengertian, yaitu : pertama unsur teoritis-nya, bahwa agama adalah

suatu sistem kepercayaan, kedua unsur praktis-nya, yang berupa sistem

kaidah yang mengikat penganutnya, ketiga unsur sosiologis-nya, bahwa

agama mempuyai sistem perhubungan dan interaksi sosial. Apabila salah

satu unsur tidak terdapat maka orang tidak dapat bicara tentang agama,

tetapi hanya kecenderungan religius. (Hendropuspito, 2000:34-35)

Kehadiran anak di dunia ini merupakan amanah ilahi.

Kehadirannya bisa menjadi penoreh bahagia bagi keluarga, pun sebaliknya

anak bisa menjadi bebean keluarganya di dunia maupun di akherat.

Memenuhi hak-haknya merupakan perintah Allah SWT. Agar bisa

(25)

commit to user memperdalam ilmu agama bagi orang tua.

Untuk bisa memenuhi hak-hak anak secara optimal, hal itu

dibutuhkan kesadaran tinggi meluruskan niat dan menyempurnakan

ikhtiar. Tanpa kesadaran tinggi, orang tua bisa tergelincir melanggar

hak-hak anak. Selain itu, dibutuhkan akhlak mulia dalam mengiringi kewajiban

pemenuhan hak-hak anak seperti sikap sabar, penyayang, bijaksana,

pantang menyerah, optimis, selalu berdoa kepada Allah SWT dn lainnya.

Pasalanya, banyak ujian dan godaan selama pemenuhan hak-hak anak

tersebut. Selama anak masih belum bisa mandiri, selama itu pula masih

ada tanggung jawab orang tua untuk memenuhi hak anaknya khususnya

hak atas kebutuhan hidup.

Disamping itu, ilmu agama tidak hanya didalami para orang tua,

namun juga anak-anak mereka. Anak perlu dididik soal hak dan

kewajibannya sebagai anak sehingga ada keseimbangan di pemenuhannya.

F. LANDASAN TEORI

Pendekatan Weber

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana

dalam penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian suatu pernyataan

sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari

data dan diuji secara empiris. Dapat dikatakan bahwa teori dalam metode

ini berfungsi untuk membantu menghubungkan antara peneliti dan data

(26)

commit to user

Tujuan penelitian ini adalah ingin menggambarkan keteladanan

orang tua dalam mensosialisasikan dan memberikan pemahaman nilai-nilai

agama yang ditujukan untuk anaknya dengan menggunakan salah satu

paradigma dari buku karangan George Ritzer, yaitu paradigma definisi

sosial yang diambil dari karya Weber.

Paradigma definisi soial dipiliih dalam penelitian ini didasarkan

pada pemahaman peneliti bahwasanya tindakan untuk menentukan atau

memilih dan menerapkan proses sosialisasi nilai-nilai agama adalah

sebuah tindakan sosial yang dilakukan oleh sekelompok orang tua kepada

anak-anaknya.

Tindakan sosial yang dimaksudkan disini adalah tindakan individu

sepanjang tindakannya itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi

dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. (Ritzer, 1985 : 48)

Tindakan tersebut mempunyai makna atau arti subyektif yaitu

menentukan dan memilih strategi yang tepat untuk mensosialisasikan

nilai-nilai agama pada anak di wilayah Kelurahan Sumber. Dalam strategi

ini juga melibatkan orang lain yaitu : pekerja di Kelurahan, pengajar TPA

masjid Rohmah yang terletak di Sumber.

Penelitian ini mengacu pada disiplin ilmu sosiologi. Sosiologi

menurut Pitirin Sorokin didefinisikan sebagi suatu ilmu yang mempelajari:

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara macam gejala-gejala sosial

(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral

(27)

commit to user sebagainya).

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala-gejala non sosial (misalnya gejala-gejala geografis, biologis dan sebagainya).

3. Ciri-ciri semua jenis gejala sosial (Soekanto,1990:21).

Secara umum obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang

dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari

hubungan antar manusia dalam masyarakat. Mac Iver dan Page menjelaskan

bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari

wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongannya,

dari pengawasan dan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu

berubah (Soekanto, 1990:26).

Secara definitif Max weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu

yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding)

tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan

kausal. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya, pertama, konsep

tindakn sosial, kedua, konsep tentang penafsiran dan pemahaman.

Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian

teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi

atau simpatik reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri (Ritzer,

2002:53-54).

Melalui rasionalitas sebagai konsep dasar Max weber melakukan

(28)

commit to user 1. Rasionalitas instrumental (Zwerk Rasionalitas)

Tingkat rasionalitas yang tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan

yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang

dipergunakan untuk mencapainya. Sesudah tindakan itu dilaksanakan

orang dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan

dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (werkrasionalitas)

Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas yang

berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan

obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan sudah ada dalam

hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau

merupakan nilai akhir baginya.

3. Tindakan tradisional

Tindakn tradisional merupakan tipe tindakn sosial yang bersifat non

rasional. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang karena

meningkatnya rasionalitas instrumental.

4. Tindakan afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar (Johnson. 1986 :

219-222).

Selain konsep tindakan sosial, Weber juga mengemukakan konsep

tentang antar hubungan sosial (social relationship). Ia mendefinisikannya

(29)

commit to user

itu mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan kepada orang

lain.

Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan soial itu Weber

mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi,

yaitu :

1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang

subyektif, meliputi tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat

subyektif.

3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan

yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara

diam-diam.

4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa

individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada

orang lain. (Ritzer, 1985:45)

Ada tiga teori yang termasuk ke dalam paradigma definisi sosial ini

yaitu teori aksi, teori interaksi simbolik dan fenomenologi. Di dalam

penelitian ini, peneliti mengambil teori aksi. Dalam teori aksi terdapat

beberapa asumsi fundamental yang dikemukakan oleh Hinkle dengan

merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons, sebagai berikut :

1. Tindakan manusia mucul dari kesadarannya sendiri sebagi subyek dan

(30)

commit to user

2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu, jadi tindakan manusia bukan merupakan tujuan.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik prosedur, metode

serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan

tersebut.

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang

tidak dapat diubah dengan sendirinya.

5. Manusia memilih untuk menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan

yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan.

6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan

timbul pada saat pengambilan keputusan.

7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik

penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi,

sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri.

(Ritzer, 1985:53)

Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan

karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagaipemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

(31)

commit to user

berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan

oleh individu. Misalnya tradisi.

5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan

berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan

menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.

(Ritzer, 1985:56-57)

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma

mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai

tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau

alat tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan

ini oleh Parsons disebut sebagai voluntarisme Singkatnya voluntarisme

adalah :

Kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan

cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka

mencapai tujuannya. (Ritzer, 1985:87).

Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan Teori Aksi

kedalam paradigma definisi sosial. Aktor menurut konsep voluntarisme ini

adalah pelaku akif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan

memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai

kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih

berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi

dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya kebebasan aktor.

(32)

commit to user

Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa :

Tindakan sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam

pengambilan keputusan subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai

tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi

kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk

norma-norma, ide-ide dan nilai sosial. (Ritzer, 1985:58)

Didalam menghadapi situasi yang bersifat kendala baginya itu,

aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas.

Jika kita terapkan teori aksi dalam penelitian dapat dilihat bahwa

tindakan sosial tercermin dalam proses sosialisasi pemahaman nilai-nilai

agama pada anak yang diberikan oleh orang tua, dimana mereka harus

dapat memilih startegi atau cara yang tepat dan sesuai yang digunakan

untuk mencapai tujuan ini.

TEORI SOSIALISASI KELUARGA

Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak

menerima pendidikan dan pembinaan. Meskipun diakui bahwa sekolah

mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan, namun sekolah tidak

mulai dari “ruang hampa”(Hery Noer Aly, 2000). Sekolah menerima anak

setelah melalui berbagai pengalaman dan sikap serta memperoleh banyak

pola tingkah laku dan keterampilan yang diperolehnya dari lembaga

keluarga. Keluarga menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi yang

berfungsi dalam pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu,

(33)

commit to user

mengalami atau selalu menyaksikan praktek keagamaan yang baik, teratur

dan disiplin dalam rumah tangganya, maka anak akan senang meniru dan

menjadikan hal itu sebagai adat kebiasan dalam hidupnya, sehingga akan

dapat membentuknya sebagai makhluk yang taat beragama. Dengan

demikian, agama tidak hanya dipelajari dan diketahui saja, tetapi juga

dihayati dan diamalkan dengan konsisten (Imam Barnadib, 1983).

Keluarga memegang peranan penting dalam meletakkan

pengetahuan dasar keagaman kepada anak–anaknya. Untuk melaksanakan

hal itu, terdapat cara–cara praktis yang harus digunakan untuk menemukan

semangat keagamaan pada diri anak, yaitu : (a) memberikan teladan yang

baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang

teguh kepada ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam

waktu tertentu, (b) membiasakan mereka melaksanakan syiar-syiar agama

semenjak kecil sehingga pelaksanaan itu menjadi kebiasaaan yang

mendarah daging, dan mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan

merasa tentram sebab mereka melaksanakannya, (c) menyiapkan suasana

agama dan spritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada, (d)

membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan

memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhlukNya untuk

menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan

keagungan-nya, (e) menggaklakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama

dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya dalam berbagai macam bentuk

(34)

commit to user

Fungsi Sosial keluarga sangat penting dalam memberikan

pemahaman agama kepada anak dengan cara orang tua wajib mendidik

anak-anaknya mengenal dan mengamalkan akhlak-akhlak terpuji kepada

yang berhak, baik akhlak kepada Allah SWT, nabi, dan rasul Allah SWT,

orang tua, hingga tumbuhan, dan binatang.

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak dalam keluarga, dapat

memberikan implikasi-implikasi sebagai berikut : Anak memiliki

pengetahuan dasar-dasar keagamaan. Kenyataan membuktikan bahwa

anak-anak yang semasa kecilnya terbiasa dengan kehidupan keagamaan

dalam keluarga, akan memberikan pengaruh positif terhadap

perkembangan kepribadian anak pada fase-fase selanjutnya. Oleh karena

itu, sejak dini anak seharusnya dibiasakan dalam praktek-praktek ibadah

dalam rumah tangga seperti ikut shalat jamaah bersama dengan orang tua

atau ikut serta ke mesjid untuk menjalankan ibadah, mendengarkan

khutbah atau ceramah-ceramah keagamaan dan kegiatan religius lainnya.

Hal ini sangat penting, sebab anak yang tidak terbiasa dalam keluarganya

dengan pengetahuan dan praktek-praktek keagamaan maka setelah dewasa

mereka tidak memiliki perhatian terhadap kehidupan keagamaan

(Hasbullah, 1999). Pentingnya keluarga dalam proses sosialisasi menjadi

jelas jika dampaknya dibandingkan dengan dampak dari pengaruh yang

lain. Oleh karena itu pernyataan tesebut telah menegaskan bahwa keluarga

adalah faktor penentu utama bagi sosialisasi anak.

(35)

commit to user

Definisi agama dalam sosiologi adalah definisi yang empiris yaitu

definisi menurut pengalaman kongkret sekitar agama yang dikumpulkan

dari masa lampau maupun kejadian sekarang

Hendropuspito mendefinisikan agama sebagai suatu jenis sistem

sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada

kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya

untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas

umumnya.

Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus

diberikan kepada anak sejak dini ketika masih muda. Hal tersebut

mengingat bahwa Pribadi anak pada usia kanak-kanak masih muda untuk

dibentuk dan anak didik masih banyak berada dibawah pengaruh

lingkungan rumah tangga. Mengingat arti startegis lembaga keluarga

tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu

harus dimulai dari suatu keluarga oleh orang tua.

Pendidikan agama dan spiritual termasuk termasuk bidang-bidang

pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap

anak-anaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan

kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada

anak-anak. Demikian pula, memberikan kepada anak bekal pengetahuan agama

dan nilai-nilai budaya agama yang sesuai dengan umurnya sehingga dapat

menolongnya kepada pengembangan sikap agama yang benar.

(36)

commit to user

kedalam jiwa anak , untuk pelaksanaan hal itu secara maksimal hanya

dapat dilaksanakan dalam rumah tangga. Harun Nasution menyebutkan

bahwa pendidikan agama, dalam arti pendidikan dasar dan konsep agama

adalah pendidikan moral. Pendidikan budi pekerti luhur yang berdasarkan

agama inilah yang harus dimulai oleh orang tua di lingkungan keluarga.

Disinilah harus dimulai pembinaan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam

diri anak. Lingkungan keluargalah yang dapat membina pendidikan ini,

karena anak usia dini lebih banyak berada di lingkungan keluarga daripada

di luar, karena perilaku beragama seorang anak bergantung pada

penerimaan nilai-nilai agama melalui sosialisasi yang ada pada lingkungan

keluarga terutama fungsi sosial orang tua. (Harun Nasution, 1995:70)

G. KERANGKA PEMIKIRAN

Pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus

diberikan kepada anak sejak dini ketika masih muda. Hal tersebut

mengingat bahwa pribadi anak pada usia kanak-kanak masih muda untuk

dibentuk dan anak didik masih banyak berada di bawah pengaruh

lingkungan rumah tangga. Mengingat arti strategis lembaga keluarga

tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu

harus dimulai dari rumah tangga oleh orang tua.

Sosialisasi ini meninjau peranan keluarga dalam membentuk

kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak

(37)

nilai-commit to user

nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan pribadinya.

Perubahan masyarakat telah mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi sosial

keluarga. Fungsi-fungsi sosial yang mengalami perubahan itu antara lain

ialah: Fungsi Pendidikan, Fungsi Keagamaan, Fungsi rekreasi, Fungsi

Perlindungan.

Pada hakikatnya orang tua dalam keluarga memiliki banyak peran,

namun yang terpenting adalah mengetahui maksud mengaplikasikannya,

bukan hanya mengetahuinya saja. Guna mengetahui pengetahuan orang

tua terkait dengan fungsi keluarga, maka peneliti melakukan kroscek

dengan informan lain yang berasal dari kategori yang sama, yakni dari

kategori orang tua, maka informan tersebut menambahkan bahwa keluarga

juga memiliki peranan yakni memberikan perlindungan kepada anak dari

setiap bahaya. Selain itu keluarga juga berkewajiban memberikan kasih

sayang dan menumbuhkan rasa saling asih, asah dan asuh.

Fungsi-fungsi tersebut harus terwujud agar keluarga yang

terbentuk bisa menjadi sebuah keluarga yang harmonis. Artinya keluarga

yang tahan banting terhadap setiap permasalahan yang dihadapi oleh

keluarga. Ini ditentukan oleh kesigapan keluarga dalam menghadapi

masalah. Keluargalah yang menjadi kontrol bagi anggota keluarganya

sehingga peran orang tua sangat penting, dan ajaran agama menjadi salah

satu pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

Sebuah kendala merupakan hal yang mampu menyeimbangkan

(38)

commit to user

nyawa pada sebuah proses perbaikan. Bayangkan saja kalau hidup ini tidak

pernah ada hal yang sulit, pastinya kehidupan akan terasa hambar. Selain

itu manusia tidak akan memikirkan suatu hal dalam memecahkan masalah

tersebut. Kendala juga menjadikan manusia berkreasi dalam memilih jalan

keluar mana yang paling dilpilih dalamm mengatasi sebuah permasalahan.

Begitu juga dengan permasalahan orang tua dalam memberikan teladan

kepada anaknya. Pastinya ada beberapa hambatan yang menghadang

dalam memberikan pembelajaran agama kepada anak. Alurnya sebagai

berikut :

H. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Sumber, Surakarta dengan Pendidikan

Agama Anak

Sosialisasi Nilai

Agama Orang Tua

Kepada Anak

Pengaruh

Religiusitas

Kendala-kendala yang

(39)

commit to user

alamat Jl. Kahuripan Utama No. 8, dengan alasan di lokasi ini sangat

strategis untuk memudahkan peneliti mendapatkan data yang diinginkan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang

mempunyai tujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan

frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan

tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Sesuai

dengan tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan keteladanan orang tua

dalam memberikan pemahaman agama kepada anak.

Penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar

variabel yang ada, tidak dimksudkan untuk menarik generalisasi yang

menjelskan variabel anteseden yang menyebabkan suatu gejala atau

kenyataan sosial, tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian

pada hipotesis, tidak dimaksudkan untuk membangun dan

mengembangkan perbendaharaan teori.

3. Sumber Data

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data Primer

Data Primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu maupun perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer

(40)

commit to user

adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan

dihadapi dan bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder, adalah merupakan data primer yang telah diolah

lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer

atau oleh pihak lain, misal dalam bentuk tabel atau diagram .

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara (interview)

Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik

wawancara mendalam (indepth interview). Dengan demikian

wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open ended”

dan mengarah pada kedalaman informasi. Hal ini dilakukan guna

menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang

sangat bermanfaat untuk menjadi dasar pada penggalian informasi

secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini subjek yang diteliti

posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai responden.

(HB. Sutopo, 2002 : 59). Wawancara ini dilakukan dalam waktu dan

kondisi yang paling tepat guna mendapatkan kejelasan tentang

fungsi-fungsi sosial keluarga terutama orang tua dalam meningkatkan

religiusitas kepada anak.

b. Pengamatan (Observasi)

(41)

commit to user

langsung di lapangan (di Kelurahan Sumber) untuk mengumpulkan

bahan keterangan tentang fungsi sosial keluarga terutama orang tua

dalam memberikan pemahaman keagamaan kepada anak.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan

cara melihat kembali berbagai literatur, foto, dokumentasi yang relevan

dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik tertentu. Sampel yang akan diambil menyesuaikan

dengan kebutuhan peneliti selama di lapangan guna memperoleh data

yang selengkapnya.

Dalam penelitian kualitatif sampel bukan mewakili populasi

sebagaimana dalam penelitian kuantitaif, tetapi sampel berfungsi untuk

menggali berbagai informasi penting.

Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah menentukan sampel

yang sevariatif mungkin dan berikutnya dapat dipilih lagi memperluas

dan menambah informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga

dapat sering mengisi.

Teknik Pengambilan Sampel Menurut Lexy J. Moleong (2005 : 224)

dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor

kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring

(42)

commit to user

bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci

kekhususan yang ada dalam ramuan konteks unik. Maksud kedua dari

sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari

rancangan dan teori yang muncul.

Oleh karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka

pengambilan sampel dilakukan secara selektif dengan menggunakan

pertimbangan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan serta tujuan

penelitian (Lindayani 2005 : 46). Oleh sebab itu, pada penelitian

kualitatif tidak ada sample acak, tetapi sample yang bertujuan (purposive

sampling) (Lexy J. Moleong 2005 : 224). Dalam purposive sampling ini

peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengetahui

permasalahan secara lengkap dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber

data.

Beberapa pedoman yang perlu dipertimbangkan dalam

mempergunakan cara ini adalah :

1. Pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.

2. Jumlah dan ukuran sampel tidak dipersoalkan.

3. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria tertentu

yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. (Sukandarrumidi,

2002 : 65)

Pada penelitian ini akan menggunakan informan untuk

pengambilan data yang diperlukan dengan kriterianya adalah :

(43)

commit to user Kelurahan Sumber.

2. Orang tua dari anak tersebut yang bertempat tinggal di wilayah

Kelurahan Sumber.

3. Pihak Luar yang juga berperan dalam memberikan pemahaman

keagamaan.

6. Validitas Data

Dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh

peneliti benar-benar terjadi di lapangan. Untuk menguji validitas data

peneliti menggunakan metode trianggulasi dimana untuk mendapatkan

data tidak hanya diambil dari satu sumber data saja melainkan beberapa

sumber. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memenfatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik validitas data

yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal tersebut akan

dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

(44)

commit to user

d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan. (Moleong, 1995 : 178)

7. Teknik Analisa Data

Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif artinya data yang

dihimpun dan disusun secara sistematis kemudian diinterpretasikan,

dianalisa sehingga dapat menjelaskan pengertian dan pemahaman

tentang gejala yang diteliti. Menurut Miles & Huberman, ada tiga

komponen pokok dalam tahap analisis data, yaitu :

a. Reduksi Data

Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote.

Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang

kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, penyusunan

pertanyan penelitian, dan juga waktu menentukan cara pengumpulan

data yang akan digunakan. Dengan kata lain reduksi data adalah bagian

dari proses analisis yang mempertegas, memeperpendek, membuat

fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data

sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

(45)

commit to user dapat dilakukan.

Sajian data merupakan komponen analisis kedua yang penting

sehingga kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk matriks bagi data

kualitatif dalam bentuknya yang khusus sudah membawa peneliti

memasuki daerah analisis penelitian. Kedalaman dan kemantapan hasil

analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan simpulan dilakukan setelah proses pengumpulan data

benar-benar selesai. Dan hasil kesimpulan tersebut perlu diverifikasi

agar cukup mantap dan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

Verifikasi dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengulangan-pengulangan dengan cepat dengan tujuan untuk pemantapan,

penelusuran data kembali. Dapat juga dilakukan dengan diskusi atau

memeriksa antar teman, bila dilakukan secara kelompok untuk

mengembangkan ketelitian. Pada dasarnya makna data harus diuji

validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih

bisa dipercaya.

Berikut akan digambarkan diagram model analisis data yang

(46)

commit to user

(HB. Sutopo, 2002 : 96)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ Verivikasi

(47)

commit to user

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada

anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal hubungan sosial

pertama-tama dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi anggota keluarga

yang satu dengan keluarga yang lain menyebabkan seorang anak menyadari akan

dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Dengan lokasi penelitian di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota

Surakarta. Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa didalam wilayah

penelitian ini terdapat penerapan pendidikan keluarga, khususnya dalam

pendidikan, akhlak yang harus dibina dari kecil dengan pembiasaan-pembiasaan

dan contoh teladan dari keluarga terutama kedua orang tua. Dalam bab ini akan

diberikan gambaran umum Kelurahan Sumber sebagai lokasi penelitian.

A. Keadaan Geografis

1. Letak Daerah

Kelurahan Sumber salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan

Banjarsari. Letaknya sanagt strategis karena berdekatan dengan pusat

pemerintahan dan perdagangan di Kota Surakarta. Kelurahan Sumber

berada di sebelah timur pusat pemerintahan Kota Surakarta dan di sebelah

selatan pusat pemerintahan Kecamatan Banjarsari.

2. Batas Wilayah

Secara administratif, wilayah Kelurahan Sumber berbatasan

dengan:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Banyuanyar

(48)

commit to user b. Sebelah Selatan : Kelurahan Kerten

c. Sebelah Barat : Desa Baturan, Colomadu

d. Sebelah Timur : Kelurahan Nusukan

3. Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Sumber adalah 13.330 Ha, yang terdiri

atas 75 Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Sedangkan dalam

waktu wilayah ini terdapat beberapa kampung yang meliputi:

a. Kampung Jetis

b. Kampung Trakilan

c. Kampung Krajan

d. Kampung Bregan

e. Kampung Jambalan

f. Kampung Sumber Baru

g. Kampung Pajajaran

h. Kampung Kahuripan

i. Kampung Kutai

B. Keadaan Penduduk

(49)

commit to user

Jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Sumber adalah 16.538

jiwa, meliputi 8.180 jiwa laki-laki dan 8.358 jiwa perempuan dari jumlah

keseluruhan penduduk yang meliputi 4.300 kepala keluarga (KK).

2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur

Dengan melihat komposisi penduduk dalam bagian ini, maka dapat

diketahui dalam golongan manakah sebagaian besar masyarakat Kelurahan

Sumber. Secara garis besar, komposisi penduduk menurut umur

dikelompokkan dalam 3 kategori:

a. Usia muda/ angkatan belum produktif, yaitu usia 0-14 tahun

b. Usia dewasa/ angkatan kerja produktif, yaitu usia 15-59 tahun

c. Usia tua/ angkatan tidak produktif, yaitu 60 tahun keatas

Secara lebih jelasnya komposisi penduduk menurut umur

dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

Tabel. I

(50)

commit to user

Sumber : Laporan Monografi Dinamis, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, kota Surakarta, Triwulan ke-3, bulan September 2008

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kategori penduduk usia

belum produktif adalah 3.329 jiwa dan kategori usia tidak produktif

sebesar adalah penduduk usia produktif sebesar 11.747 jiwa. Jadi dapat

dinyatakan bahwa sebagaian besar penduduk Kelurahan Sumber termasuk

dalam angkatan kerja produktif kondisi ini akan sangat berpenagruh dalam

perkembangan wilayah itu sendiri.

(51)

commit to user

Pendidikan merupakan suatu prosess dimana seorang individu

dapat memahami dan memberikan makna dalam kehidupan social serta

dinamika sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk mengetahui tingkat

pendidikan pendidikan penduduk di Kelurahan Sumber, dapat kita lihat

dalam tabel dibawah ini:

Sumber : Laporan Monografi Dinamis, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, kota Surakarta, Triwulan ke-3, bulan September 2008

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar

penduduk Kelurahan Sumber masih dalam tingkat pendidikan yang

rendah. Tingkat pendidikan rendah ini dihitung dari jumlah keseluruhan

penduduk yang tamat SD sampai dengan tidak sekolah sebanyak 5.624

jiwa atau 35,76%. Sedangkan jumlah penduduk yang termasuk dalam

tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SLTP sampai dengan tamat

(52)

commit to user

penduduk Keseluruhan Sumber yang termasuk dalam pendidikan tinggi

atau tamat Akademi / PT adalah rendah, yaitu 2.629 jiwa atau 16,72%.

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Dengan lokasinya yang berada di pusat Kota Surakarta, maka dapat

dipastikan bahwa penduduk Kelurahan Sumber tidak ada yang mempunyai

pekerjaan sebagai nelayan. Mata pencaharian penduduk Kelurahan

Sumber terbagi dalam berbagai pekerjaan seperti pengusaha, petani, buruh,

pedagang, pengangkutan, pegawai negeri, maupun pensiunan. Tetapi

sebagian besar penduduk Kelurahan Sumber tercatat sebagai golongan

lain-lain. Untuk memperjelasnya, dapat dilihat dalam tabel penggolongan

(53)

commit to user

Tabel III

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(Dihitung berdasarkan penduduk berumur 10 tahun keatas)

No Mata Pencaharian Jumlah %

Sumber: Laporan Monografi Dinamis, Keluran Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Triwulan ke-3, bulan September 2008

Dari data di atas dapat diketahui bahwa penduduk yang tercatat

golongan lain-lain yaitu sebesar 10.521 atau 72,80%. Golongan lain-lain

ini adalah mereka yang mempunyai pekerjaan tidak tetap dan mereka yang

mempunyai pekerjaan di luar seperti apa yang disebutkan dalam tabel di

atas. Sedangkan penduduk dengan mata pencaharian di luar golongan

lain-lain terbagi secara merata dan jumlah masing-masing pekerjaannya sangat

kecil. Hal ini dapat dilihat dalam jumlah penduduk dengan mata

(54)

commit to user

moral dan tingkah laku dalam kehidupan manusia. Perbedaan agama yang

menimbulkan keserasian dslam masyarakat adalah selalu diharapkan setiap

anggota-anggotanya. Dikelurahan Sumber, jumlah dari masing –masing

pemeluk agama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel. IV

Sumber: Laporan Monografi Dinamis, kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Triwulan ke-3, blan September 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas agama penduduk

(55)

commit to user

dari jumlah keseluruhan penduduk. Penganut agama Kristen katholik

berjumlah 1.136 jiwa atau 6,87%, sedang jumlah penganut agama yang

terkecil adalah penagnut agama Budha yaitu 5 jiwa atau hanya 0, 30%.

Sedangkan sampai saat ini penganut agama Konghucu, masih dimasukkan

dalam Kategori agama budha.

6. Penduduk WNI Keturunan dan WNA

Pengakuan adanya warga keturunan sebagai WNI, dalam

masyarakat Indonesia masih sangat sulit dan membingungkan. Terkadang

seorang warga keturunan masih dianggap orang asing (WNA) dan bukan

merupakan bagian dari warga negara Indonesia. WNA adalah mereka yang

berwarga negara asing dan belum mengalami naturalisasi, meninggalkan

status kewarganegaraannya dan menjadi WNI. Secara terperinci, penduduk

WNA dan WNI keturunan di Kelurahan Sumber dapat kita lihat dalam

tabel dibawah ini:

Tabel. V

Penduduk WNA dan WNI Keturunan

No Kewarganegaraan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. WNI Keturunan 8.180 8.358 16.538

2. WNA - - -

(56)

commit to user

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa warga Kelurahan Sumber

tidak ada yang berketurunan Warga Negara Asing (WNA). Seluruh

penduduk Kelurahan Sumber tergolong dalam Warga Negara Indonesia

dan beretnik jawa yang berjumlah 16.538 jiwa atau 4.300KK.

7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu bagian yang vital

dalam membantu pertumbuhan masyarakat di suatu wilayah tertentu.

Dalam bagian ini akan dikemukakan adanya sarana dan prasarana

kampung yang meliputi sarana pendidikan dan peribadatan serta prasarana

organisasi sosial.

Terdapat empat buah sarana pendidikan di dalam wilayah

Kelurahan Sumber yaitu Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, dengan perincian:

a. Enam buah Taman Kanak-kanak

b. Tujuh buah Sekolah Dasar

c. Empat buah Sekolah Menengah Pertama

d. Lima buah Sekolah Menengah Atas

Sedangkan sarana peribadatan dibagi dalam:

a. Dua puluh buah masjid

b. Satu buah musholla

(57)

commit to user

Sedangkan sarana olah raga/ kesenian kebudayaan dan social dibagi

dalam:

a. Sembilan buah jembatan

Sedangkan sarana komunikasi dibagi dalam:

a. Tiga jenis sarana komunikasi

b. Seribu tujuh ratus buah sarana komunikasi

Sedangkan sarana kesehatan dibagi dalam:

a. Enam buah klinik KB

b. Tujuh belas buah posyandu

c. Satu buah puskesmas

d. Sembilan orang dokter praktek

Dari sarana yang tersebut diatas juga didukung oleh adanya prasarana

organisasi sosial sebagai wadah penyuluhan aspirasi masyarakat.

Prasarana organisasi sosial dibagi atas:

a. Karang Taruna

Gambar

Tabel XV.  Matrik Fungsi Sosial Keluarga terhadap Tingkat Religiusitas Anak  ...  116
Tabel. II
Tabel III
Tabel. IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Organisasi PDAM Kota Denpasar telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemaparan Asap

Mungkin istilah kering, lebih digunakan untuk penderita Diabetes dengan kadar gula darah yang terkontrol, tidak tinggi, sehingga meskipun terjadi luka, luka akan.

Perusahaan harus menjaga semua aspek yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, dalam penelitian ini citra merek, kualitas layanan dan harga harus sesuai dengan

Berdasarkan pada fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam memilih pembiayaan syari’ah dan faktor-faktor yang

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada

Bahwa perbuatan Tergugat V dan Tergugat VI dan terus melakukan kegiatan diatas tanah milik Penggugat adalah suatu perbuatan melawan hukum atas hak orang lain yang menimbulkan