• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pancasila Dinamika Demokrasi B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pancasila Dinamika Demokrasi B"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pendidikan Pancasila

DINAMIKA DEMOKRASI BERDASARKAN

PANCASILA DAN UUD 1945, BAIK SEBELUM

MAUPUN SESUDAH DIAMANDEMEN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Tengah Semester 1

Disusun Oleh:

Azka Mufida

EA-B

142160046

Anggota Kelompok 2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi

UPN “Veteran” Yogyakarta

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan Pancasila sangatlah penting. Karena di dalamnya terdapat aturan-aturan, bentuk negara, lambang, lagu kebangsaan, tugas dan wewenang lembaga negara,dan lain-lain. Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan harus peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh anggota legislatif sebelum disahkan menjadi Undang-Undang sebelumnya harus disosialisasikan dahulu dengan rakyat, apakah tidak melanggar norma- norma adat atau melanggar hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar tahun 1945 diamandemen sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 19 Oktober 1999 yang merupakan amandemen pertama, tanggal 18 Agustus 2000 yang merupakan amandemen kedua, tanggal 10 November 2001 yang merupakan amandemen ketiga dan tanggal 10 Agustus 2002 yang merupakan amandemen yang terakhir atau amandemen keempat. Hal ini dilakukan agar isi dari Undang-Undang Dasar tersebut bisa sesuai dengan perkembangan zaman dan memperbaikinya, sehingga dapat menjadi dasar hukum yang baik dan tegas. Dan dalam proses tersebut ada perbedaan antara sebelum amandemen dengan yang setelah amandemen. Beberapa dari perbedaan tersebutakan penulis sampaikan dalam makalah ini. Diantaranya adalah, demokrasi politik sosial masyarakat, pemilihan umum lembaga negara di Indonesia, serta tugas dan wewenang lembaga negara di Indonesia baik sebelum maupun sesudah amandemen.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

2. Apa perbedaan sistem pemilu pada sistem pemerintahan di Indonesia sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945?

(3)

4. Bagaimana perubahan kewenangan lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif sesudah amandemen UUD 1945 dan perbandingannya dengan UUD 1945 sebelum amandemen?

1.3 TUJUAN

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Yogyakarta, yang kemudian penulisan makalah ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat dan bisa memeberikan manfaat baik untuk perguruan tinggi maupun bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Walaupun tulisan ini tidak dapat menguraikan secara lengkap dan detail, namun setidaknya apa yang akan Penulis sampaikan di sini dapat memberikan gambaran tentang perbandingan demokrasi politik sosial masyarakat, pemilihan umum di Indonesia, dan tugas serta wewenang lembaga negara Indonesia baik sebelum maupun setelah amandemen UUD 1945.

1.4 HIPOTESA

a. Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila, yaitu demokrasi yang bersumber pada pandangan hidup atau filsafat hidup bangsa indonesia. Sumber hukum Indonesa yang utama adalah Pancasila dan UUD 1945. Karena perkembangan zaman yang begitu pesat dan untuk menyesuaiakan diri dengan perkembangan tersebut maka pemerintah indonesia melakukan amandemen pada UUD 1945.

b. Dengan diadakannya amandemen terhadap UUD 1945 tentunya akan menimbulkan perbedaan pada sistem pemerintah di Indonesia. Baik di bidang demokrasi politik sosial masyarakat, sistem pemilihan umum di Indonesia, dan tugas wewenang para lembaga negara.

1.5 TINJAUAN PUSTAKA  Demokrasi

(4)

 UUD 1945

UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis, konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini dan disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Secara operasional demokrasi pancasila senantiasa dijiwai dan berpedomankan pada nilai-nilai Pancasila.

Berikut ini merupakan perkembangan demokrasi di Indonesia: Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan

Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :

 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah

menjadi lembaga legislatif.

 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan

Partai Politik.

 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan

sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer.

(5)

Perkembangan Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer, dimana presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :

 Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap

pengelolaan konflik

 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah

 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950  Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan

Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

 Bubarkan konstituante

 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950  Pembentukan MPRS dan DPAS

Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

(6)

 Dominasi Presiden

 Terbatasnya peran partai politik  Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh Pancasila.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang

dipenjarakan

 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan

presiden membentuk DPRGR

 Jaminan HAM lemah

 Terjadi sentralisasi kekuasaan  Terbatasnya peranan pers

 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI, menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan Demokrasi Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:

(7)

 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis  Pengakuan HAM yang terbatas

 Tumbuhnya KKN yang merajalela  Sebab jatuhnya Orde Baru:

 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )  Terjadinya krisis politik

 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba

 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto

untuk turun jadi Presiden.

Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab struktural.

Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)

(8)

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:

 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok

reformasi

 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang

Referandum

 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang

bebas dari KKN

 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan

Presiden dan Wakil Presiden RI

 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah

dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:

 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang

sebelumnya.

 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada

tingkat desa.

 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara

terbuka.

 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan

(9)

2.2 PERBEDAAN PELAKSANAAN PEMILU SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada pemilu 2004.

Berikut perkembangan pemilu di Indonesia:

Pemilu Tahun 1955

Setelah 10 tahun Indonesia merdeka pada tahun 1945, barulah pada tahun 1955 Indonesia berhasil melaksanakan pemilu untuk pertama kalinya. Pemilu yang dilaksankan pada tahun 1955 diikuti oleh 30 partai politik dan dilangsungkan dalam dua periode yakni periode pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR dan periode kedua dilaksnakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante. Dalam pemilu pertama itu, terdapat 5 besar partai politik yang memenangkan pemilu yakni secara berurutan PNI, Masyumi, NU, PKI dan Partai Syarikat Islam Indonesia. Pemilu pertama ini berlangsung dengan sukses.

Pemilu Tahun 1971

(10)

peserta pemilu dan hasil pemilu menunjukkan 5 besar partai politik hasil pilihan rakyat yaitu Golongan Karya (Golkar), NU, Parmusi, PNI dan Partai Syarikat Islam Indonesia. Partai Golkar memenangkan pemilu karena para staf dan pegawai dilingkungan pemerintahan dipaksa untuk memilih Golkar, sehingga Golkar maju sebagai pemenang pada pemilu kedua ini.

Pemilu Tahun 1977

Pemilu ketiga diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 1977, terjadi perpanjangan waktu satu tahun (seharusnya jatuh pada tahun 1976) karena partai-partai politik melakukan fusi (pengelompokan) pada tahun 1976. Dan akibatnya pada pemilu-pemilu berikutnya di masa orde baru hanya ada 3 partai peserta pemilu-pemilu. Partai-partai yang melakukan itu:

1. PNI, Murba, IPKI, Parkindo, dan Partai Katholik bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

2. NU, Partai Muslim Indonesia, Partai Syarikat Indonesia, dan Perti bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

3. Golkar.

Dan yang menjadi pemenangnya Golkar.

Pemilu Tahun 1982

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 1982 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1982-1987.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. PPP

2. Golkar

3. PPDI

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

Pemilu Tahun 1987

(11)

Pemilu Tahun 1992

Pada pemilu ini perolehan suara Golkar menurun, yaitu dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP naik 1 kursi (menjadi 62 kursi) dan PDI meningkat menjadi 56 kursi.

Pemilu Tahun 1997

Pemilu ketujuhh pada tahun 1997 ini, kembali dimenangkan oleh Golkar. Kursinya bertambah menjadi 43 kursi dari hasil pemilu sebelumnya. Suara PPP juga mengalami peningkatan 27 kursi, dan PDI yang mengalami konflik internal perolehan suaranya merosot.

Dengan kemenangan Golkar yang selalu mencolok itu menguntungkan pemerintah. Golkar menguasai suara di MPR dan DPR dan itulah yang memungkinkan Soeharto menjadi presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan.

Pemilu Tahun 1999

Pemilu 1999 adalah pemilu pertama pasca kekuasaan presiden Soeharto. Pemilu ini diadakan di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie. Pemilu ini terselenggara di bawah sistem politik Demokrasi Liberal. Artinya, jumlah partai peserta tidak lagi dibatasi seperti pemilu-pemilu lalu yang hanya terdiri dari Golkar, PPP, dan PDI.

Sebelum menyelenggarakan Pemilu, pemerintahan B.J. Habibie mengajukan tiga rancangan undang-undang selaku dasar hukum dilangsungkannya pemilu 1999, yaitu RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu, dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Ketiga RUU ini diolah oleh Tim Tujuh yang diketuai Profesor Ryaas Rasyid dariInstitut Ilmu Pemerintahan. Setelah disetujui DPR, barulah pemilu layak dijalankan. Pemilu 1999 diadakan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Sesuai pasal 1 ayat (7) pemilu 1999 dilaksanakan dengan menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dengan varian Roget.

(12)

(provinsi) yang merupakan satu daerah pemilihan, sementara pemilihan anggota DPRD II dapilnya Dati II yang merupakan satu daerah pemilihan. Jumlah kursi anggota DPR untuk tiap daerah pemilihan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk Dati I dengan memperhatikan bahwa Dati II minimal harus mendapat 1 kursi yang penetapannya dilakukan oleh KPU.

Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 juga menggariskan bahwa jumlah kursi DPRD I minimal 45 dan maksimal 100 kursi. Jumlah kursi tersebut ditentukan oleh besaran penduduk. Provinsi dengan jumlah penduduk hingga 3.000.000 jiwa mendapat 45 kursi. Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.001 – 7.000.000 mendapat 55 kursi. Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.001 – 7.000.000 mendapat 65 kursi. Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.001 – 9.000.000 mendapat 75 kursi. Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.001 – 12.000.000 mendapat 85 kursi. Sementara itu, provinsi dengan jumlah penduduk di atas 12.000.000 mendapat 100 kursi.

Undang-undang juga mengamanatkan bahwa untuk Dati II (kabupaten/kota) minimal mendapat 1 kursi untuk anggota DPRD I lewat penetapan KPU. Dati II berpenduduk hingga 100.000 mendapat 20 kursi. Dati II berpenduduk 100.001 – 200.000 mendapat 25 kursi. Dati II berpenduduk 200.001 – 300.000 mendapat 30 kursi. Dati II berpenduduk 300.001 – 400.000 mendapat 35 kursi. Dati II berpenduduk 400.001 – 500.000 mendapat 40 kursi. Sementara itu, untuk Dati II berpenduduk di atas 500.000 mendapat 45 kursi. Setiap kecamatan minimal harus diwakili oleh 1 kursi di DPRD II. KPU adalah pihak yang memutuskan penetapan perolehan jumlah kursi.

Jumlah partai yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM adalah 141 partai, sementara yang lolos verifikasi untuk ikut Pemilu 1999 adalah 48 partai. Pemilu 1999 diadakan tanggal 7 Juni 1999. Namun, tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu 1999 mengalami hambatan dalam proses perhitungan suara. Terdapat 27 partai politik yang tidak bersedia menandatangani berkas hasil pemilu 1999 yaitu: Partai Keadilan, PNU, PBI, PDI, Masyumi, PNI Supeni, Krisna, Partai KAMI, PKD, PAY, Partai MKGR, PIB, Partai SUNI, PNBI, PUDI, PBN, PKM, PND, PADI, PRD, PPI, PID, Murba, SPSI, PUMI, PSP, dan PARI.

(13)

Panwaslu adalah, hasil Pemilu 1999 sudah sah, ditambah kenyataan partai-partai yang menolak menandatangani hasil tidak menyertakan point-point spesifik keberatan mereka. Sebab itu, Presiden lalu memutuskan bahwa hasil Pemilu 1999 sah dan masyarakat mengetahui hasilnya tanggal 26 Juli 1999.

Masalah selanjutnya adalah pembagian kursi. Sistem Pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan varian Party-List. Masalah yang muncul adalah pembagian kursi sisa. Partai-partai beraliran Islam melakukan stembus-accord (penggabungan sisa suara) menurut hitungan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) hanya beroleh 40 dari 120 kursi. Di sisi lain, 8 partai beraliran Islam yang melakukan stembus-accord tersebut mengklaim mampu memperoleh 53 dari 120 kursi sisa.

Perbedaan pendapat ini lalu diserahkan PPI kepada KPU. KPU, di depan seluruh partai politik peserta pemilu 1999 menyarank an voting. Voting ini terdiri atas dua opsi. Pertama, pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara stembus-accord. Kedua, pembagian tanpa stembus-accord. Hasilnya, 12 suara mendukung opsi pertama, dan 43 suara mendukung opsi kedua. Lebih dari 8 partai melakukan walk-out. Keputusannya, pembagian kursi dilakukan tanpa stembus-accord. Penyelesaian sengketa hasil pemilu dan perhitungan suara ini masih dilakukan oleh badan-badan penyelenggara pemilu karena Mahkamah Konstitusi belum lagi terbentuk.

Total jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi 9.700.658 atau meliputi 9,17% suara sah. Hasil ini diperoleh dengan menerapkan sistem pemilihan Proporsional dengan Varian Roget. Dalam sistem ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder (sisa kursi diberikan kepada partai-partai yang punya sisa suara terbesar).

(14)

terpilih berdasarkan perolehan suara di Daerah Tingkat II (kabupaten/kota), Pemilu 1999 ini sama dengan metode yang digunakan pada Pemilu 1971.

Dari total 500 anggota DPR yang dipilih, sebanyak 460 orang berjenis kelamin laki-laki dan hanya 40 orang yang berjenis kelamin perempuan. Sebab itu, persentase anggota DPR yang berjenis kelamin perempuan hanya meliputi 8% dari total.

Pemilu 2004

Pemilu 2004 merupakan sejarah tersendiri bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Di pemilu 2004 ini, untuk pertama kali rakyat Indonesia memilih presidennya secara langsung. Pemilu 2004 sekaligus membuktikan upaya serius mewujudkan sistem pemerintahan Presidensil yang dianut oleh pemerintah Indonesia.

Pemilu 2004 menggunakan sistem pemilu yang berbeda-beda, bergantung untuk memilih siapa. Dalam pemilu 2004, rakyat Indonesia memilih presiden, anggota parlemen (DPR, DPRD I, dan DPRD II), serta DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Untuk ketiga maksud pemilihan tersebut, terdapat tiga sistem pemilihan yang berbeda.

Sistem pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka. Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah pemilihan. Jadi, suara yang diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan kursi yang mereka peroleh di parlemen.

Untuk memilih anggota parlemen, digunakan sistem pemilu Proporsional dengan varian Proporsional Daftar (terbuka). Untuk memilih anggota DPD, digunakan sistem pemilu Lainnya, yaitu Single Non Transverable Vote (SNTV). Sementara untuk memilih presiden, digunakan sistem pemilihan Mayoritas/Pluralitas dengan varian Two Round System (Sistem Dua Putaran).

Pemilu Tahun 2009

(15)

Pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 yang diikuti tiga pasang calon presiden/ wakil presiden. Adapun tiga pasang calon presiden dan wakil presiden yaitu:

1. Megawati Soekarnoputri/Prabowo Subianto 2. Susilo Bambang Yudhoyono/Boediono 3. M. Jusuf Kalla/Wiranto

Hasilnya pasangan nomor dua yang keluar sebagai pemenang. Dan SBY maju sebagai presiden untuk kedua kalinya.

Pemilu Tahun 2014

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 (disingkat Pilpres 2014) dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk masa bakti 2014-2019.

Pemilihan umum ini akhirnya dimenangi oleh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan memperoleh suara sebesar 53,15%, mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh suara sebesar 46,85% sesuai dengan keputusan KPU RI pada 22 Juli 2014. Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.

2.3 PERKEMBANGAN UUD DI INDONESIA

Sebelum Amandemen

1. Masa awal kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Sejak disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 belom dilaksanakan sepenuhnya. Ada beberapa hambatan,seperti masuknya Sekutu yang diboncengi oleh Belanda,pemberontakan PKI Madiun, PRRI Permesta dan DI/TII. Hal itu membuat pemerintah dan masyarakat Indonesia memusatkan perhatian untuk mempertahankan NKRI.

(16)

KNIP, maka dikeluarkan maklumat wakil presiden nomor X tanggal 16 Oktober 1945.

Pada tanggal 3 November 1945,dikeluarkan maklumat wakil presiden tentang partai politik. Selanjutnya atas usul KNIP,dikeluarkan maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang isinya merubah cabinet presidensial menjadi parlementer.

Maklumat-maklumat tersebut dikeluarkan untuk menunjukkan kepada dunia internasional terutama Belanda, bahwa Indonesia merupakan Negara merdeka yang demokratis. Indikator Negara demokratis menurut Sekutu adalah adanya multipartai dan sistem parlementer. Maka,sejak 14 November 1945, kekuasaan legislative dipegang oleh perdana menteri,dan menteri-menteri bertanggung jawab kepada KNIP,bukan lagi presiden.

2. Masa UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Sejak diberlakukan UUDS 1950, Indonesia menjadi Negara federal. Tetapi, semangat dan kesetiaan pada NKRI mengakibatkan Negara-negara bagian ini meleburkan diri dan bersatu dengan Negara RI kembali. Maka,17 Agustus 1945, Negara RIS sudah sepenuhnya menjadi Negara RI dengan UUDS 1950.

Dalam rangka memenuhi tugas yang diamanatkan oleh UUDS 1950, maka diadakan pemilu untuk memilih anggota konstituante. Pemilu dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Konstituante dilantik oleh presiden RI tanggal 10 November 1956 dengan amanat presiden “Susunlah konstituante yang benar-benar Res Publica”. Konstituante bersidang di Bandung dengan catatan bahwa sampai bulan Februari 1959 telah menghasilkan butir-butir materi yang akan disusun menjadi materi Undang-Undang Dasar Negara.

Badan konstituante mulai menyusun UUD, tetapi gagal mencapai kata sepakat untuk membuat UUD baru. Maka keluarlah dekrit presiden 1959, yang isinya:

1) Menetapkan pembubaran konstituante

2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali mulai saat tanggal dekrit dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

3) Pembentukan MPRS dan DPAS

(17)

Sejak dekrit presiden 5 Juli 1959, Indonesia sudah berlaku UUD 1945 kembali. Masa itu disebut masa orde lama yang disinyalir banyak penyimpangan yang terjadi. Sistem pemerintahan yang tidak sesuai dengan UUD 1945.

Sebagai hasil pemilu 1955, lahirlah empat partai besar yaitu Masyumi,NU,PNI dan PKI. Besarnya pengaruh PKI mengakibatkan ideology NASAKOM dikukuhkan dan disamakan dengan pancasila. Pada masa ini juga dikenalkan demokrasi terpimpin sehingga menuju kepemimpinan yang otoriter.

Selain itu,masih banyak penyimpangan lain seperti presiden mengeluarkan produk hukum yang setingkat Undang-Undang tanpa persetujuan DPR. Presiden membuarkan DPR pemilu karena tidak menyetujui RAPBN dan presiden membentuk DPR gotong royong,pemimpin lembaga tertinggi Negara dan lembaga tinggi Negara dijadikan menteri Negara. Masa ORLA berakhir dengan adanya pemberontakan G 30 S/PKI.

Rakyat menuntut perbaikan kemudian lahirlah tritura,yaitu bubarkan PKI, bersihkan cabinet dari unsure cabinet,dan turunkan harga. Dalam keadaan kacau itu Presiden Soekarno mengerluarkan surat perintah 11 Maret kepada letjen Soeharto,sehingga Soeharto mengeluarkan surat keputusan presiden no. 1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966 yang isinya pembubaran PKI di seluruh wilayah Indonesia yang berlaku sejak surat tersebut dikeluarkan.

4. Masa Orde Baru

Setelah orde lama runtuh,terbentuklah pemerintahan baru yang disebut Orde Baru. Tekad orba adalah melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Untuk mewujudkan tekad tersebut,maka sidang MPRS tahun 1966 mengeluarkan ketetapan MPRS no. XX/MPRS/1966 yang merupakan koreksi pelaksanaan UUD 1945 dan pancasila selama 1959-1965. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Vberisi tentang memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia yang dikeluarkan pada 5 Juli 1966.

(18)

yang didasarkan pada UU no.15 tahun 1969 tentang pemilu Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat.

Pemerintahan yang dibentuk berdasarkan UUD 1945 menghasilkan lembaga-lembaga Negara dan lembaga pemerintahan yang tidak sementara lagi. MPR menetapkan GBHN,memilih presiden dan wakil presiden dan member mandate kepada presiden terpilih untuk melaksanakan GBHN.

Pada masa ini selain kekuasaan eksekutif,kekuasaan legislative dan yudikatif juga dibawah presiden. Pembangunan di segala bidang dengan prioritas pembangunan ekonomi ini telah menghasilkan ketidakmerataan penghasilan. Segelintir orang Indonesia menguasai sebagian GNP sehingga jaurang antara kaya dan miskin makin dalam. Sementara di pihak lain, pemerintah dan penguasa menjalin kerjasama untuk mendapat keuntungan pribadi dan keluarga pejabat. Krisis moneter 1997 membawa krisis lain seperti krisis kepercayaan dan politik. Rakyat yang diwakili oleh mahasiswa meminta agar Soeharto turun dan gaung reformasi bergema dimana-mana untuk perbaikan kehidupan Negara Indonesia. Setelah demonstrasi dimana-mana,ultimatum MPR dan pengunduran diri empat belas menteri-menterinya,Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden pada 21 Mei 1998.

Saat itu suasana sangat mencekam. Demonstrasi terjadi dimana-mana. Pembakaran dan penjarahan took menjadi pemandangan yang biasa. Anak-anak sampai remaja sudah ikut demo di jalan. Lampu rambu lalu lintas dilempari batu. Para polisi dan aparat sudah tidak dihargai dan digubris oleh para pendemo. Saat itu terjadi krisis kepemimpinan. Mobil dan motor banyak yang dibakar.

Sesudah Amandemen

Jenis Perubahan UUD 1945

Setelah melalui pembicaraan sesuai dengan pasal 92 Peraturan Tata Tertib MPR,telah mengambil putusan perubahan UUD 1945 dengan perincian:

(19)

2) Perubahan kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2000 (tanggalk 7 sampai 18 Agustus 2000)

3) Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2001 (Tanggal 1 sampai 9 November 2001)

4) Perubahan keempat Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2002 (tanggal 1 sampai 11 Agustus 2002)

Setelah disahkannya perubahan keempat UUD 1945,agenda reformasi konstitusi Indonesia telah dianggap tuntas. Perubahan dilakukan secara odendum,setelah dilakukan empat kali perubahan dalam satu rangkaian kegiatan UUD 1945 memiliki susunan:

1) Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 I yang ditetapkan pada rapat panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR

2) Perubahan pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

3) Perubahan kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

4) Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

5) Perubahan keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Untuk mempermudah pemahaman secara sistematis, holistikdan komprehensif, UUD 1945 disusun dalam satu naskah yang berisi pasal-pasal dari naskah asli yang tidak berubah dan pasal-pasal dari empat naskah hasil perubahan.

(20)

Ditinjau dari aspek sistematika, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebelum diubah terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1) Pembukaan 2) Batang tubuh 3) Penjelasan

Setelah diubah,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia terdiri atas dua bagian,yaitu:

1) Pembukaan

2) Pasal-pasal (sebagai ganti istilah batang tubuh)

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang dilakukan mencakup 21 bab,73 pasal,dan 170 ayat,3 pasal aturan peralihan,dan 2 pasal aturan tambahan.

Ditinjau dari bab,pasal,dan ayat Undang-Undang D asar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebelum diubah terdiri atas 16 bab,37 pasal,49 ayat, dan 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan. Setelah diubah, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 terdiri dari 21 bab,73 pasal,dan 170 ayat,3 pasal aturan peralihan,dan 2 pasal aturan tambahan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Sebelum dan Sesudah Perubahan

No. Masa Bab Pasal Ayat Aturan

peralihan

Aturan tambahan

1. Sebelum Perubahan 16 37 49 4 pasal 2 ayat

2. Sesudah perubahan 21 73 170 3 pasal 2 pasal

2.4 TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA NEGARA INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

A. SEBELUM AMANDEMEN

(21)

3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) 4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 6. Mahkamah Agung (MA)

1. MPR

Tugas dan Wewenang MPR Sebelum Perubahan UUD 1945 ada didalam pasal 3 dan pasal 6 UUD 1945 serta pasal 3 Ketetapan MPR No. 1/MPR/ 1983, dan dinyatakan sebagai berikut:

a. menetapkan Undang Undang Dasar

b. menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.

c. memilih (dan mengangkat) presiden dan wakil Presiden.

d. merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR diberi kekuasaan tak terbatas (Super Power). Karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia”

Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain: a. Presiden, sebagai presiden seumur hidup.

b. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut turut.

c. Memberhentikan sebagai pejabat presiden. d. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya. e. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.

f. Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak menduduki kursi di MPR.

2. PRESIDEN/WAPRES

a. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”.

(22)

c. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).

d. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.

e. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

3. DPA

a. memberi masukan atau pertimbangan kepada presiden.

b. DPA dibentuk berdasarkan Pasal 16 UUD 45 sebelum diamendemen. Ayat 2 pasal ini menyatakan bahwa DPA berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah. Dalam penjelasan Pasal 16 disebutkan bahwa DPA berbentuk Council of State yang wajib memberi pertimbangan kepada pemerintah.

4. DPR

a. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden. b. Memberikan persetujuan atas PERPU.

c. Memberikan persetujuan atas Anggaran.

d. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban presiden.

5. BPK

a. memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

b. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.

(23)

6. MA

a. Lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.

b. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

B. SESUDAH AMANDEMEN

1. MPR

Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD Tahun 1945 adalah:

a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;

c. memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar;

d. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya;

e. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

2. DPR

(24)

a. Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.

c. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.

d. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

e. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah.

f. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK. g. Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

h. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

i. Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi, yakni hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak kepada kehidupan bermasyarakat da bernegara. Dan DPR juga memilik hak angket, yakni melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang undangan. Dan menyatakan pendapat diluar institusi, anggota DPR juga memilikimhak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.

3. DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

(25)

Anggota DPD ada dalam setiap provinsi, dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu (lihat kembali Bab Pemilu). Anggota DPD ini bukan berasal dari partai politik, melainkan dari organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomidaerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi lainnya, juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.

b. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas tadi, serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk ditindaklanjuti. DPD ini bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

4. Presiden

Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7 UUD 1945 hasil amendemen).

Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:

a. Presiden sebagai Kepala Negara

Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara (pasal 10 UUD 1945).

2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain dengan persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).

3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945). 4. Mengangkat duta dan konsul.

(26)

6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

b. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.

Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepada DPR. 3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan

undang-undang.

4. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Sesuai dengan fungsinya sebagai badan pemeriksa keuangan, BPK pada pokoknya lebih dekat menjalankan fungsi parlemen, karena itu hubungan kerja BPK dan parlemen sangatlah erat. Bahkan BPK bisa dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR, terutama dalam mengawasi kinerja pemerintahan yang berkenaan dengan soal keuangan, dan kekayaan negara. BPK adalah lembaga negara yanag mempunyai wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. BPK mempunyai tugas dan wewenang yang sangat strategis, karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan anggaran serata keuangan negara yaitu :

a. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPRD, dan DPD.

b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.

c. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara. Dari tugas dan wewenang tersebut, BPK mempunyai tiga fungsi pokok, yakni :

1. Fungsi Operatif: yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penelitian atas penguasaan dan pengurusan keuanga negara.

(27)

3. Fungsi Rekomendatif: yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan keuangan negara.

6. Mahkamah Agung

Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas pertimbangan untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A ayat (1), MA mempunyai tugas dan wewenang:

a. mengadili pada tingkat kasasi;

b. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang

c. wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

7. Mahkamah Konstitusi

Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution). Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di bidang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi dengan wewenang sebagai berikut:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;

b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar;

c. memutus pembubaran partai politik;

d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagaimana yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham negara hukum dalam UUD 1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.Artinya, tidak boleh ada undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

(28)

Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnnya. Dibentuknya komisi yudisial dalam struktur kehakiman di Indonesia, adalah agar warga masyarakat diluar lembaga struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan , penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan , keluhuran martabat, serta prilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Dalam menjalankan tugasnya komisi yudisial melakukan pengawasan terhadap :

1. Hakim Agung dan Mahkamah Agung.

2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada dibawah mahkamah agung, seperti peradilan umum,agama, militer, dan badan peradilan lainnya.

3. Hakim Mahkamah Konstitusi.

(29)

3.1. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan atau amandemen UUD 1945 yang telah dilakukan sebanyak empat kali dari tahun 1999 hingga tahun 2002 tersebut dapat mempengaruhi kehidupan bertata Negara di Indonesia. Contohnya dalam system pelaksanaan pemilu, kedudukan dan kewenangan lembaga tinggi Negara, dan masih banyak lagi.

Perubahan pada amandemen pertama adalah mengurangi kekuatan presiden yang berkuasa. Pada amandemen kedua dijelaskan mengenai memperbesar otonomi daerah. Amandemen ketiga tentang pembentukan lembaga-lembaga baru dan pada amandemen keempat membahas tentang anggaran pendidikan yang diperbanyak sebanyak 20 persen.

3.2. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis masih perlu belajar lagi dalam membuat makalah. Dengan demikian, penulis berharap kepada pembaca dapat memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini. Penulis juga meminta maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca sekalian.

(30)

 Drs. H. R. Warsito, M.Pd. 2012. Pendidikan Pancasila Era Reformasi. Penerbit Ombak: Yogyakarta.

 Drs. M. Taopan. 1989. Demokrasi Pancasila: Analisa Konsepsional Aplikatif. Penerbit Sinar Grafika.

 Muhammad Junaidi, SH.I, MH. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan Pancasila serta

Fungsi sekaligus tujuan negara Indonesia terkandung dalam aline kedua dan keempat Pembukaan UUD 1945. Untuk mewujudkan cita-cita dantujuan bangsa Indonesia, dibentuk

Dasar Pemikiran dan Pengertian Amandemen UUD 1945 Sejak bergantinya pemerintahan orde baru ke reformasi, maka perubahan konstitusi dipandang sebagai kebutuhan yang harus

Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh menyimpang dari sistem perekonomian Indonesia. Dalam pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar

Penyimpangaq yang prinsipil pemerintahan orde baru terhadap UUD 1945 adalah lahirnya produk hukum yang memberikan peluang terhadap aparatur negara untuk melakukan ....

Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD

Dengan beralihnya Era Orde Baru ke Era Reformasi dan terbentuknya MPR Era Reformasi. Maka dilakukan perubahan UUD 1945 karena dianggap tidak cocok lagi dengan tuntutan

Pada masa pemerintahan Bapak Presiden Habibie yang cukup singkat mulai muncul indikasi penerapan demokrasi yang sesuai dengan prinsip kemerdekaan bersuara berbeda ketika masa orde baru,