• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penalaran Logika dan penalaran hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penalaran Logika dan penalaran hukum"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Penalaran Logika

Penyusun:

(2)

Materi

Penalaran Induktif

(3)

Bentuk dan Isi Argumen

Dilihat dari sisi bentuk dan isi suatu argumen maka

logika dapat dibagi dua yaitu logika formal dan logika

material.

Dalam bagian ini kita hanya akan membahas logika

formal.

(4)
(5)
(6)
(7)

Apakah penalaran

induktif dan bagaimana

(8)

Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai

kesi pula u u erdasarka dari o ser asi o toh‐

contoh khusus.

Penalaran induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari

sekumpulan contoh fakta spesifik menuju

kesimpulan umum.

Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji

untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek

(9)

Contoh : Penalaran Induktif

Hari ini matahari

terbit di Timur

Besok matahari

terbit di Timur

Lusa matahari

terbit di Timur

Matahari selalu

terbit di Timur

10 tahun lagi

matahari terbit

di Timur

(10)

Berpikir Induktif dalam Kehidupan Sehari-hari

Hari ini Budi tiba di kantor pukul 7.30 dan

menemukan bahwa tidak ada lagi tempat

parkir mobil untuknya.

Keesokan harinya dia memutuskan untuk tiba

di kantor pukul 7.00. Ternyata ia mendapat

tempat parkir di dekat gedung kantornya.

Kejadian ini berlangsung selama tiga hari.

(11)

Catatan

Hasil kesimpulan dari dua contoh sebelumnya tidak

berlaku mutlak untuk setiap orang. Artinya

kesimpulan hanya berlaku lokal.

Sebagai contoh kesimpulan bahwa matahari terbit di

timur berlaku untuk seluruh Indonesia tetapi tidak

tepat untuk penduduk yang bermukim di Kutub

Utara.

Kesimpulan bahwa Budi harus tiba pukul 7.30

(12)

Badai yang menyerang tahun 2005

Dunia dikejutkan dengan serangan angin topan dahsyat, sekelas Katrina

dan Wilma yang melanda kawasan cukup luas di Atlantik Utara. Badai

sangat ganas atau topan (hurricane) yang menerjang kawasan Amerika

Serikat itu berasal dari badai tropis (tropical storm). Badai yang awalnya

berkekuatan rendah, dalam perjalanannya menjadi semakin kuat dengan

daya hancur tinggi. Badai Katrina telah memporakporandakan sebagian

wilayah Amerika Serikat (AS) bulan Agustus lalu.

http:// ediaa aki do esia. ordpress. o /

/ / /topa ‐da ‐ adai‐ e gga as‐

kare a‐ ua a‐ekstri ‐aki at‐pe a asa ‐glo al/

Data tekanan udara di tahun 2005

(sumber :http://en.wikipedia.org/wiki/Hurricane_Wilma)

Wilma : 882 mBar

(13)

Contoh : Penalaran Induktif

Badai Katrina mengakibatkan kerusakan masal

Badai Katrina

Badai besar

dengan tekanan

udara sekitar

900 mbar dapat

mengakibatkan

kerusakan masal

Tekanan udara 902

mbar

Badai Rita

Tekanan udara 895

mbar

Badai Wilma

(14)

Bentuk Penalaran Induktif

Bentuk penalaran induktif yang menyimpulkan sebuah

klaim mengenai apa yang akan terjadi di masa depan,

berdasarkan observasi masa lalu atau saat ini.

Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan diambil

mengenai suatu kelompok berdasarkan pengetahuan

mengenai beberapa kasus dalam kelompok tersebut.

Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan

mengenai suatu akibat dari suatu keadaan dibuat

berdasarkan sebab yang diketahui (atau sebaliknya).

(15)

Contoh Penalaran Induktif Bentuk Prediksi

Bali Bakal Terendam dan Nusa Dua akan Terpisah pada 2050

Berdasarkan proyeksi curah hujan jangka pendek dan jangka panjang untuk daerah

Jakarta hingga tahun 2030. Pada proyeksi curah hujan jangka pendek, terdapat sedikit

perubahan pada pola sebaran curah hujan, meski belum ada perubahan nilai curah hujan

maksimum dari tahun ke tahun yaitu tetap 340 mm.

“Pada proyeksi jangka pendek memperlihatkan terjadinya kenaikan jumlah curah hujan

di Jakarta, khususnya bagian selatan. Curah hujan pun akan semakin mengalami

peningkatan sebesar 20 milimeter setiap lima tahun,” papar ahli perubahan iklim dari Institut

Teknologi Bandung, Dr. rer.nat. Armi Susandi, MT, dalam orasi ilmiah yang dilakukan pada

peresmian penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2010/2011 di Sasana Budaya

Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Selasa (3/8) pagi.

Sedangkan pada proyeksi curah hujan jangka panjang, terjadi penyebaran peningkatan

curah hujan ke arah utara. Sehingga Jakarta Pusat dan sebagian Jakarta Selatan, akan kerap

terjadi banjir bandang yang jauh lebih besar pada tahun-tahun sesudah 2030.

Anomali cuaca dan iklim ini akan menimbulkan dampak yang lebih dramatis seperti

yang akan terjadi pada Pulau Bali.

Luas Pulau Bali kini 5.632 kilometer persegi, pada 2050

akan terendam seluas 489 kilometer persegi. Rendamannya akan semakin luas pada 2070,

hingga mencapai 557 kilometer persegi.

(16)

Contoh Penalaran Induktif Bentuk Generalisasi

Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia

dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam

struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah.

Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering

dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran,

radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat

dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya

juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang

terjaga baik. Fakta-fakta di atas

menunjukkan bahwa pengajaran

bahasa Indonesia perlu ditingkatka

n.

(17)

Contoh Penalaran Induktif Bentuk Sebab-Akibat

pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan

yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang

peranan utama dalam kehidupan manusia.

Pengetahuan

adalah

kekuasaan.

Siapa

yang

memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.

(18)

Contoh Penalaran Induktif Bentuk Analogi

Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki

gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang

licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang

sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila

menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti

kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya.

Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi,

menuntut ilmu sama halnya

dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.

(19)

Apakah penalaran

deduktif dan bagaimana

(20)

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses pembuktian

suatu kesimpulan dari satu atau beberapa

pernyataan.

Kesimpulan yang terbukti benar berdasarkan

penalaran deduktif disebut teorema .

Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta

yang umum ke fakta yang spesifik. Dengan kata lain,

(21)

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif biasa digunakan untuk

membuktikan suatu pernyataan, baik berupa

teorema matematika, argumen legal, atau teori

saintifik.

Penalaran deduktif membawa pada suatu

pernyataan yang benar,

di erika pre is‐pre is

(22)

Pembahasan

Pernyataan

Negasi dari Suatu Pernyataan

Pernyataan Majemuk

Negasi dari Pernyataan Majemuk

Kontrapositif, Konvers, dan Invers dari Suatu Pernyataan

Bersyarat

Pernyataan Terkuantifikasi

Argumen Deduktif

Modus Ponens

(23)

Contoh 1 : Penalaran Deduktif

Seorang pemain scrable mengatakan kepada

te a ya: Ka u harus e i dahka keli a huruf itu.

Kamu tak dapat menggunakan kata

Depok

untuk sebuah

kata.

Pernyataan umum

:

Semua nama tidak boleh digunakan dalam

permainan

scrable

.

Kesimpulan

:

Depok

adalah sebuah nama. Maka

Depok

(24)

Contoh 2: Penalaran Deduktif

Premis

Semua manusia akan meninggal

dunia.

Socrates adalah manusia.

Premis

Kesimpulan

Socrates akan meninggal

dunia.

(25)
(26)

Pernyataan

Sebuah

pernyataan

adalah sebuah kalimat yang

benar atau salah, tapi tidak keduanya.

Contoh :

Pernyataan

Bukan

Pernyataan

Ibukota Indonesia adalah Jakarta. (

benar

)

Kota hujan adalah julukan untuk Jakarta.

(

salah

)

Mengapa Malaysia dapat mengalahkan

Indonesia 3-0 dalam leg pertama final AFF

tahun 2010?

(27)

Negasi dari pernyataan

Pernyataan asli

Negasi dari pernyataan P

: P

:

tidak

P

(dinotasikan (~P))

P

~P

“Penggunaan teknologi yang sesuai untuk

mengkontrol gas rumah kaca pada pada

kota New York akan menyelamatkan 64000

jiwa selama 20 tahun ke depan.”

“Penggunaan teknologi yang sesuai untuk

(28)

P

~P

B

S

S

B

P dan ~P memiliki nilai kebenaran yang

berlawanan.

Apabila P benar maka ~P salah.

Apabila P salah maka ~P benar.

(29)

Pernyataan Majemuk

Pernyataan majemuk adalah kombinasi dari

pernyataan sederhana.

Pernyataan sederhana tersebut dihubungkan

melalui penghubung logika (

logical connector)

,

(30)

Pernyataan Majemuk

(lanjutan)

Misalkan, P dan Q adalah pernyataan sederhana.

Konjungsi

(31)

P

Q

P Q

B

B

B

B

S

S

S

B

S

S

S

S

P dan Q (dinotasikan P

Q)

(32)

P

Q

P

Q

B

B

B

B

S

B

S

B

B

S

S

S

B : Benar

S : Salah

(33)

P

Q

P

Q

B

B

B

B

S

S

S

B

B

S

S

S

Jika P, maka Q (dinotasikan P

Q)

P

Q

(34)

P

Q

Saya lapar dan saya kedinginan.

P

Kedua usaha ini akan menyediakan penghapusan denda

untuk keluarga berpenghasilan menengah ke bawah dan

akan memberikan keuntungan untuk keluarga

Q

berpenghasilan tinggi.

(35)

Contoh P atau Q

Malam ini saya akan belajar untuk ujian sejarah atau

P

(36)

P

Q

Contoh Jika P, maka Q

Jika saya sakit maka saya merasa lemah.

P

Q

Jika penghasilan untuk perorangan dalam perusahaan XYZ

adalah Rp 6,000.000

maka

penghasilan untuk pasangan yang

(37)

Negasi dari pernyataan majemuk

Negasi dari pernyataan P dapat diekspresikan sebagai

tidak erlaku P

((dinotasikan ~P).)

• tidak (P dan Q) ekivalen dengan (tidak P) atau (tidak Q).

• tidak (P atau Q) ekivalen dengan (tidak P) dan (tidak Q).

• tidak (Jika P, maka Q) ekivalen dengan P dan (tidak Q).

(38)

P

Q

~P

~Q

P

Q

~(P

Q)

(~P )

(~Q)

B

B

S

S

B

S

S

B

S

S

B

S

B

B

S

B

B

S

S

B

B

S

S

B

B

S

B

B

tidak (P dan Q) ≡ (tidak P) atau (tidak Q)

B : Benar

S : Salah

Contoh:

Hari ini hujan dan udara dingin.

Negasinya adalah

(39)

P

Q

~P

~Q

P

Q

~ (P

Q)

(~P)

(~ Q)

B

B

S

S

B

S

S

B

S

S

B

B

S

S

S

B

B

S

B

S

S

S

S

B

B

S

B

B

tidak (P atau Q) ≡ (tidak P) dan (tidak Q)

Contoh:

Stefi belajar untuk ujian Matematika atau mengerjakan tugas IPA.

Negasinya adalah

(40)

P

Q

~Q

P

Q

~(P

Q)

P

(~Q)

B

B

S

B

S

S

B

S

B

S

B

B

S

B

S

B

S

S

S

S

B

B

S

S

tidak (Jika P, maka Q) ≡ P dan (tidak Q)

Contoh:

Jika Dita mendapat nilai baik, maka akan diberi hadiah.

Negasinya adalah

(41)

Kontrapositif dan Konvers dari

Pernyataan Bersyarat

Jika P, maka Q

P

Q

Kontrapositif :

Jika (tidak Q), maka (tidak P)

(~Q)

(~P)

Konvers

:

Jika Q, maka P

Q

P

:

Invers

Jika (tidak P), maka (tidak Q)

(~P)

(~Q)

Kontrapositif memiliki nilai kebenaran yang ekivalen dengan

pernyataan awal.

(42)

Contoh

Jika hujan turun, maka Jakarta banjir.

Kontrapositif

Jika Jakarta tidak banjir, maka hujan tidak turun.

Konvers

Invers

Jika Jakarta banjir, maka hujan turun.

(43)

Pernyataan

Quantified

Quantifier

Universal Quantifier (

)

o Semua (

all

)

o Setiap (

every

)

Existential Quantifier

(

)

o Tidak ada (

no

)

(44)

Pernyataan

Quantified

Semua warga negara

dapat memilih di

pemilihan umum.

Universal Quantifier (

)

(45)

Bagaimana

menggunakan semua

dasar argumentasi

(46)

Argumentasi Deduktif

Dua elemen kunci untuk pernyataan deduktif yang

baik:

1. Premis (hipotesis atau asumsi) yang benar

(47)

Argumentasi Deduktif

Tiga bentuk pemikiran deduktif yang valid:

1.

penalaran langsung (

Modus Ponens)

Apa ila per yataa Jika P,

aka Q

benar, dan P benar,

maka Q benar.

2.

penalaran tidak langsung (

Modus Tollens)

Apa ila per yataa Jika P,

aka Q

benar dan Q salah,

maka P salah.

3.

silogisme

Apa ila per yataa Jika P,

aka Q

benar,

da Jika Q,

(48)

Modus Ponens

Contoh :

Premis 1 : Jika saya mengantuk, maka

saya tidur.

Premis 2 : Saya mengantuk.

(49)

Modus Tollens

Contoh :

Premis 1 : Jika saya mengantuk maka

saya tidur.

Premis 2 : Saya tidak tidur.

(50)

Silogisme

Premis 1 : Jika saya mengantuk, maka saya tidur.

Premis 2 : Jika saya tidur, maka saya memejamkan

mata.

Kesimpulan : Jika saya mengantuk, maka saya

memejamkan mata.

(51)

Contoh Argumentasi Deduktif yang

Premis 1 : Jika saya lapar maka saya makan.

Premis 2 : Saya tidak lapar.

Kesimpulan :

Saya tidak makan.

Premis 1 : Jika saya lapar maka saya makan.

Premis 2 : Jika saya saya makan, maka saya

kenyang.

Kesimpulan : Jika saya lapar, maka saya kenyang.

(52)

Contoh pertama merupakan argumentasi deduktif

yang salah karena argumentasi tidak memenuhi

modes ponens, modus tollens, maupun silogisme.

Contoh kedua merupakan argumentasi yang salah

karena dalam silogisme yang digunakan R = ~P.

Persyaratan dalam silogisme

Premis 1 : P

Premis 2 : Q

Q

R

menghasilkan Kesimpulan :

P

R

(53)
(54)

Tipe Penalaran Deduktif

Penalaran dengan penyisihan

(55)

Penalaran dengan penyisihan

Kesimpulan penalaran diperoleh dengan menyingkirkan

berbagai kemungkinan yang berbeda hingga tersisa hanya

satu kemungkinan

Penalaran berdasarkan

matematika

Kesimpulan penalaran berdasarkan hasil perhitungan

matematika

Penalaran berdasarkan definisi

(56)

Penalaran dengan penyisihan

Seorang mahasiswa lupa akan ruang yang akan digunakan

untuk kuliah. Apakah ruang A, ruang B, atau Ruang C?

Ruang A bukan

adalah ruang kuliahnya

Ruang C adalah ruang

kuliahnya

(57)

Penalaran berdasarkan

matematika

Kita dapat mendapatkan informasi mengenai tinggi badan

B tanpa mengetahui secara langsung berapa tinggi B

(58)

Penalaran berdasarkan definisi

Arif adalah seorang ayah

premis

Semua ayah

adalah laki‐laki

premis

Kesimpulan:

Arif adalah seora g laki‐laki

(59)

Kaitan antara penalaran

induktif dan penalaran

(60)

Penalaran

Observasi lanjutan dan/atau

eksperimen

Teori

(61)

Kesimpulan :Perbandingan antara Penalaran

Induktif dan Deduktif

Mengambil kesimpulan

dari o toh‐ o toh

yang spesifik.

Kesimpulannya belum

tentu bbenar.

Mengambil kesimpulan

berdasarkan

teori/prinsip umum.

(62)

Latihan

1. Tentukanlah jenis penalaran (deduktif atau

induktif) yang digunakan dalam pernyataan berikut

ini.

(63)

Latihan 1

Kinan mempelajari beberapa

gunung berapi di Hawai.

Data yang diperoleh digunakan untuk

memprediksi potensi bahaya yang

diakibatkan oleh letusan gunung api yang

serupa di pulau Galapagos.

(64)

Latihan 2

(65)

Daftar Pustaka

Blitzer, R.,

Thinking Mathematically

, New Jersey, Pearson Prentice Hall, 4Ed, 2008.

Boss, J. A.,

Think

, McGraw-Hill, Int Ed, 2010

Botkin, D.B. dan Keller, E.A.,

Environmental Science

, Asia, John Wiley and Sons,

2010

Meliono,I, Hayon, Y.P., Syamtasiah, I., Poerbasari A.S., Suhartono,

Logika, Filsafat

Ilmu, dan Pancasila,

Buku Ajar 1: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Terintegrasi, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

Miller C. D., Heeren V. E., Hornsby J.S.,

Mathematical Ideas

, Pearson, 11Ed, 2008.

Pirnot, T.,

Mathematics All Around

, Boston, Addison Wesley, 3Ed, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran I Perhitungan Konversi Satuan Kemiringan Tebing Galian Lampiran J Perhitungan Persentase Kerusakan Jalan. Lampiran K Perhitungan Parameter Kerusakan Lahan Lampiran

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji faktor-faktor penentu yang menentukan ”value” produk Telkom Flexi yang ditawarkan dari perusahaan kepada pelanggan, Bagaimana strategi

kasasi Terdakwa terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Semarang dalam Perkara Narkotika telah sesuai ketentuan Pasal 256 jo Pasal 193 ayat (1) KUHAP, Mahkamah Agung

Pada bab III, penulis telah menjelaskan secara rinci pendapat Imam Syafi’i tentang wasiat untuk anak dalam kandungan, secara ringkas dapat diulas kembali untuk kemudian

Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) yang disebabkan oleh Bovine herpesvirus-1 (BHV-1) diketahui telah menyerang ternak sapi di Indonesia dengan sebaran penyakit

Panjang dan diameter tunas bibit kentang Hasil analisis statistik pengaruh penyimpanan bibit 1 bulan di gudang gelap (A1) tidak menun- jukkan perbedaan nyata panjang tunas dengan di

Dari 9 (sembilan) tahun terakhir nilai Z-score terendah ada pada tahun 2010 dan itu termasuk pada kondisi rawan, Kondisi tersebut disebabkan karena rendahnya

Pada tahap ini dibuat suatu konsep yang diterjemahkan dalam pengembangan ruang dan jalur sirkulasi wisata untuk memenuhi tujuan studi ini yaitu pelestarian dan pengembangan