• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit - Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit - Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Kredit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermansyah, 2008:57).

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (T. Suyatno, 2003:12).

(2)

2.1.2. Jenis – Jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:

1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi

Biasanya digunakan untuk diperlukan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang realtif lebih lama.

b. Kredit Modal Kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasikan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan ruamh tangga, dan kredit konsumtif lainnya. c. Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

(3)

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kredit berkisar 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumstif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jamian, jaminan tersebut dapat berupan barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kedit tanpa Jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama ini. (Kasmir, 2003:103)

2.1.3. Kolektibilitas Kredit

Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:

1. Lancar (pas)

Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan

b. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan

c. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau;

d. Bagian dari kedit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dari atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau

(4)

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

d. Mutasi rekening relatif aktif; atau e. Didukung dengan pinjaman baru. 3. Kurang Lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;

d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. Dokumen pinjaman yang lemah. 4. Diragukan (doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau

bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga;

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (loss)

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angusaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai yang wajar. (Kasmir, 2003: 123)

2.1.4. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

(5)

performing terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet.

“Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tersebut adalah apabila kualitas kredit tergolong pada tingkat kolektibitas kurang lancar, diragukan, atau macet” (Hermansyah, 2008:75).

“Kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak adak pembayaran” (Siswanto, 2007:181).

Rincian Non Performing Loan (NPL) adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, Non Performing Loan (NPL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Non Performing Loan (NPL) = Kredit Bermasalah

Total Kredit × 100% = …. %

Keterangan :

NPL = Non Performing Loan

(6)

2.1.5. Restrukturisasi Kredit

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 1 menyatakan bahwa

Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

a. Penurunan suku bunga Kredit; b. Perpanjangan jangka waktu Kredit; c. Pengurangan tunggakan bunga Kredit; d. Pengurangan tunggakan pokok Kredit; e. Penambahan fasilitas Kredit; dan/atau

f. Konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara Alasan Bank melakukan restrukturisasi kredit dapat diantaranya sebagai berikut:

1. Debitur tidak melakukan pembayaran kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian turutannya dan debitur masih cooperative dengan Bank, yaitu memiliki itikad baik serta kredibilitas managemen tinggi dan mempunyai sikap positif dalam membayar kewajibannya.

2. Restrukturisasi dilakukan oleh karena debitur tidak dapat melakukan pembayaran sesuai dengan yang diperjanjikan akan tetapi usaha debitur masih berjalan dan hanya dapat memberikan pembayaran sebagian kewajiban, sehingga dapat dilakukan restrukturisasi maka debitur tetap masih baik dan masih beroperasi serta berjalan terus.

3. Memperbaiki dokumentasi hukum sehingga dapat memperkuat posisi Bank. Pertimbangan lain dalam melakukan restrukturisasi, yaitu :

a. Apabila ada keyakinan dari Bank bahwa debitur akan melakukan pembayaran kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi kredit.

b. Bank mempunyai keyakinan bahwa prospek usaha dari debitur akan membaik.

(7)

Ketentuan umum restrukturisasi kredit sesuai dengan Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 52 dan 53 yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 52

Bank hanya dapat melakukan Restrukturisasi Kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan / atau bunga Kredit; dan

b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit direstrukturisasi.

Pasal 53

Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit dengan tujuan hanya untuk:

a. Memperbaiki kualitas Kredit; atau

b. Menghindari peningkatan pembentukan PPA tanpa memperhatikan kriteria debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pengaruh restrukturisasi kredit yang telah dilakukan oleh peneleti sebelumnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan

1. Ar Razaq (Non Performing

(8)

No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan

restrukturisasi maka NPL akan dapat berkurang rata-rata 1,02% atau Rp 1.401.305,67 dari jumlah kredit bermasalah

sebelum dilakukannya Loan (NPL) (Studi

Kasus pada

(9)

2.3. Kerangka Konseptual

(10)

yang merupakan variabel X berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) yang merupakan variabel Y.

Berdasarkan hal yang dikemukan diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual yang menjelaskan pengaruh restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah (non performing loan). Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit yaitu jumlah kredit yang direstrukturisasi selama tahun berjalan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Variabel independen adalah jumlah kredit bermasalah (non performing loan) yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet.

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2006 : 51). Sesuai dengan judul penelitian yang diambil maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Kredit Bermasalah (NPL) (Y)

(11)

H0

(non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI : Restrukturisasi kredit tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah

H1

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan pinjam-meminjam tersebut diawali dengan pembuatan kesepakatan antara peminjam (debitur) dan yang meminjamkan (kreditur) yang dituangkan dalam bentuk

Debitur yang bermasalah dalam capacity tidak memiliki kemampuan membayar kembali angsuran sesuai dengan perjanjian kredit karena terjadinya berbagai kesalahan dalam

kredit bermasalah masih terus dilakukan oleh debitur adalah dengan melakukan tagihan untuk pembayaran kembali atas kredit atau eksekusi tarhadap jaminan milik

Pelaksanaan perjanjian Deposito Pihak Ketiga Sebagai Jaminan Kredit dimulai dengan Pembuatan perjanjian kredit yang berisikan hak dan kewajiban debitur serta

Semua dokumen kredit milik debitur tersimpan rapi dan aman pada bagian Administrasi Kredit. Sedangkan untuk pemantauan terhadap kewajiban pembayaran angsuran debitur

Namun dalam pelaksanaanya pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank mengandung risiko kegagalan, yaitu tidak lancarnya pembayaran kembali kredit dengan kata lain

menyatakan bahwa suku bunga Sertifikat BankIndonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia.Ketika SBI naik maka

Perjanjian kredit antara bank dengan de- bitur dilandasi pada kesepakatan antara pi- hak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah debitur, para pihak yang membuat perjanjian