• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUAMALAH DLM ISLAM.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MUAMALAH DLM ISLAM.ppt"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KETENTUAN MU’AMALAH

DALAM ISLAM

(2)

2

I.

CAKUPAN AJARAN ISLAM

SKEMA AJARAN ISLAM

ISLAM

AKIDAH

(IMAN) SYARI’AH(ISLAM) AKHLAK(IHSAN)

FIQIH

(3)

2015 3

I.

CAKUPAN AJARAN ISLAM…

SKEMA AJARAN ISLAM

MU’AMALAH DLM ARTI LUAS

(4)

2016 4

II. CAKUPAN AJARAN ISLAM…

(5)

2016 5

I.

PENGERTIAN

Kata mu’amalah berasal dari kata ‘amala yu’amilu mu’amalatan artinya ada kepentingan seseorang dengan yang lainnya.

(6)

2016 6

I.

Pengertian… (Lanjutan

)

Jadi fikih mu’amalah yaitu suatu hukum syari’at yang mengatur segala perilaku manusia dengan berbagai bentuknya dalam masalah kebendaan yang meliputi: jual beli, ijarah, syirkah, wakalah, mudharabah,

‘ariyah, shulh, ji’alah, dll.

Dengan demikian objek kajian fikih mu’amalah yaitu semua masalah yang berkaitan dengan

(7)

2016 7

II. SISTEMATIKA

Klasifikasi dan sistematika fikih mu’amalah ada 4 macam, yaitu:

Mazhab

Hanafi Mazhab Maliki Mazhab Syafi’I Mazhab Hanbal

(8)

2016 8

lanjutan

Mazhab Hanafi Mazhab

(9)

9

III. PRINSIP-PRINSIP MU’AMALAH

Asas suka sama suka (al-taradhi). Prinsip ini dilihat dlm al-Quran surat al-Nisa:28-29 .”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan cara yang batil, kecuali melalui tijarah (usaha ekonomi) yang dilakukan atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, karena Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan siapa yg berbuat demikian, dgn sikap permusuhan dan aniaya, maka (kelak)Kami akan memasukkannya ke dlm neraka. Yg demikian itu amat mudah bagi Allah.”

(10)

2016 10

lanjutan

Keadilan dalam sistem ekonomi tdk semata-mata terletak pada produksi dan cara-cara memperolehnya, tetapi juga pada pendistribusian dan penggunaan/pemanfaatannya.

Asas Saling Menguntungkan dan tidak ada pihak yang dirugikan. Allah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg belum sempat dipungut) jia kamu (benar-benar) sbg orang-orang beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu, (sebab) kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak boleh dirugikan. (QS.2:278-279)

(11)

11

IV. HARTA BENDA (MAL)

1.

Pengertian Harta (al-mal)

(12)

12

2. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta sebagai penunjang semua kehidupan manusia (sandang-pangan-papan)

Harta termasuk ke dalam kebutuhan pokok manusia (al-dharuriyat al-khamsah) yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan), dan harta.

Untuk memelihara harta islam melarang mencuri, menipu, menjalankan dan memakan riba, merusak harta baik milik sendiri maupun milik orang lain.

Untuk memperoleh harta disyariatkan usaha-usaha halal seperti bertani, berdagang, mengelola industri , dll.

(13)

13

3. Macam-macam Harta

1. Dari segi kebolehan pemanfaatannya

1) Halal untuk dimanfaatkan (mal mutaqawwim) misal: binatang ternak, makanan, dsb.

2) Tidak halal untuk dimanfaatkan (mal ghairu mutaqawwim), misal: babi, bangkai, khamar (minuman memabukkan)

2. Dari segi jenis ;

1) Harta yang tidak bergerak (ghair manqul) ; misal kebun, rumah

2) Harta yang bergerak, misal: mobil, binatang,dll.

3. Dari segi pemanfaatannya:

1) Harta yang pemanfaatannya tdk menghabiskan benda tersebut dan tetap utuh (al-isti’mali), misal rumah , lahan pertanian

(14)

14

..lanjutan

2) Harta yang pemanfaatannya, menghabiskan benda tersebut (al-istihlaki) misal: pakaian, makanan, minuman, sabun, dsb

4. Dilihat Dari segi jenis ada atau tidak ada di pasaran, yaitu:

1) Benda yang ada jenisnya (al-mitsliy) misal benda yang dapat ditakar/ditimbang spt :beras, gula, kentang,dsb.

(15)

15

5. Dari status (kedudukan) harta:

1)

Harta yang telah dimiliki (mal

al-mamluk), baik milik pribadi, badan hukum (negara, organisasi, amsyarakat)

2) Harta yang tidak dimilik seseorang (mal al-mubah). Mis: sumber mat aair, kayu di hutan belantara, ikan di laut.

(16)

16

6. Dilihat dari segi bisa dibagi atau tidak harta tsb

1) Harta yang bsa dibagi. Artinya: apabila harta itu dibagi, maka tidak rusak dan manfaatnya tidak hilang. misal:rumah, tanah.

2) Harta yang tida bisa dibagi. Misal: mobil, motor.

7. Dilihat Dari segi berkembang atau tidak

1)

al-ashl, yaitu: harta yang menghasilkan, misal; hewan, pepohonan.

(17)

17

1)

Harta milik pribadi yang bebas digunakan dan

dimanfaatkan pemilik selam atidak merugikan orang lain.

2) Harta milki masyarakat umum yang

pemanfaatannya untuk semua , misal: jalan raya, harta wakaf, tanah-tanah negara

(18)

18

V. KEPEMILIKAN

1. Arti Milik

Milik atau al-milk asal katanya malaka,yamliku, milk. Arti milik menurut bahasa yaitu “menguasai sesuatu dan sanggup bertindak menguasainya. Arti milik menurut syara’ yaitu Suatu kekhususan bagi seseorang yang menghalangi pihak lain menurut syara’ yang membenarkan pemilik bertindak terhadap benda miliknya sekehendak hati kecuali ada penghalang.

2. Macam-macam Hak milik

(19)

19

..lanjutan

b. Milk al-manfaat yaitu hak untuk menfaatkannya

saja.Misal: buku di perpustakaan, mendiami rumah dengan cara sewa atau pinjam.

(20)

20

VI. AKAD (TRANSAKSI)

1.

Pengertian Akad

Akad berasal dari bahasa Arab al-’Aqd yang berarti mengikat dua tepi. Akad menurut syara’ yaitu

perikatan antara ijab (pernyataan melakukan akad) dan qabul (pernyataan menerima akad) sesuai

dengan aturan syara’ yang berpengaruh terhadap obyek akad.

2. Rukun Akad

a.

Shighat al-’aqd (pernyataan untuk mengikatkan diri)

b.

Pihak-pihak yang berakad

(21)

3. Syarat-syarat Umum Akad

Pihak yang bertransaksi dpandang mampu bertindak menurut hukum (mukallaf). Jika tidak mampu

dilakukan oleh wali

Obyek akad: - berbentuk harta, dimiliki seseorang, bernilai harta menurut syara’.

Akad itu tidak dilarang oleh syara’

Akad memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad yg bersangkutan. Mis: syarat jual beli berbeda dgn syarat ijarah (sewa-menyewa)

Akad itu bermanfaat.

Ijab tetap utuh sampai terjadi qabul

Ijab & qabul menggambarkan proses transaksi Tujuan akad diakui oleh syara’

(22)

4. Berakhirnya Suatu Akad

Berakhir masa berlaku akad, jika akad itu memiliki tenggang waktu

Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad

Dalam suatu akad yang mengikat, akad dapat berakhir jika:

1. Akad itu fasid

2. Berlaku khiyar syarat, khiyar ‘aibi

3. Akad tdk dilaksanakan oleh salah satu pihak yg berakad

4. Telah tercapai tujuan akad dgn sempurna

Wafat salah satu pihak yang berakad.

(23)

2015 23

PARADIGMA MU’AMALAH ISLAM (lanjutan)

PILAR KEADILAN: Menghindari:

 Riba

 Gharar

 Dzalim

 Maysir

(24)

24

(lanjutan)

PILAR KESEIMBANGAN: Antara:

 Riil – Financial

 Risk – Return

 Bisnis – Sosial

 Material – Spiritual  Individu – Kolektif

(25)

2012 50

MU’AMALAH ISLAM

PILAR KEMASLAHATAN:

 Agama/Takwa

 Jiwa

 Keturunan

 Akal

(26)

PENJELASAN

 Prinsip dalam transaksi syariah yaitu tidak boleh

mengandung unsur gharar, maysir, riba, zalim, risywah, barang haram dan maksiat

 "Gharar" adalah transaksi yang mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak yang lain dirugikan.

 “Maysir" adalah transaksi yang mengandung unsur

perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang tinggi.  "Riba" adalah transaksi dengan pengambilan tambahan,

baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan ajaran Islam.

”Zalim" adalah tindakan atau perbuatan yang

mengakibatkan kerugian dan penderitaan pihak lain.  "Risywah" adalah tindakan suap dalam bentuk uang,

fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi.

 "Barang haram dan maksiat" adalah barang atau fasilitas yang dilarang dimanfaatkan atau digunakan menurut

hukum Islam.

(27)

YUNANI

ARISTOTELES (384-322SM)

Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange) bukan alat menghasilkan tambahan melalui

Bunga

“..istilah riba yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan kepada pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan orang tua. Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang, cara seperti ini adalah yang paling tidak alami” (Politics, 1258)

•BUNGA DAN RIBA

Dalam Perspektif Sejarah dan Agama •PLATO (427-347SM)

1.Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat

(28)

Kitab Eksodus (Keluaran) 22:25

Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin diantramu, maka janganlah engkau berlaku sbg penagih hutang terhadap dia, janganlag engkau bebankan bunga kepadanya.”

Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23:19

Janglah engkau membungakan uang kepada saudaramu,

baik uang maupun bahan makanan, atau apa pun yg dapat dibungakan.”

Kitab Levicitus (Imamat) 35:7

• Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba

darinya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Jangan engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu jangan lah kau berikan dengan meminta riba.”

(29)

KRISTEN

“Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan mendapat sesuatu

darpadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah

musuhmu dan berbuat baiklah kepada merekadan pinjamkan dengan tidka mengharap balasan, maka

(30)

lanjutan

Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai tanggapan dan tafsirantentang boleh tidaknya

melakukan praktek pembungaan. Pandangan para sarjana Kristen thdp praktek pembungaan terbagi tiga periode, yaitu:

- Pandangan pendeta awal (abad I-XII)

- Pandangan para sarja Kristen (abad XII-XV)

(31)

Kristen

Pandangan pendeta awal (abad I-XII) : Larangan mengambil bunga merujuk kepada Old Testament yang juga diimani oleh orang Kristen.

St Basil ((329-379)

St Gregory dari Nyssa (335-395) St Ambrose

St Augustine

(32)

Larangan yang dikeluarkan gereja dlm bentuk undang-undang (Canon)

Council of Elvira (Spanyol tahun 306) Council of Arles (tahun 314)

First Council of Nicaea (Tahun 325)

Council of Carthage (th 345) & Council of Aix la (789) Council of Latern (1179)

Council of Lyons (1274) Council of Vienne (1311)

+ Kesimpulan pandangan Prndeta Awal (Abad I-XII)

-

Bunga adalah semua bentuk yang diminta sbg imbalan yg melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal

(33)

Lanjutan…

Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa

Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya

(34)

Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV)

Robert of Courcon (1152-1218) William Auxxerre (1160-1220)

St Raymond of Pennafore (1180-1278) St Bonaventure (1221-1274)

St Thomas Aquinas (1225-1274)

Bunga dibedakan menjadi interest dan usury

Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan keadilan

(35)

Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI-th 11836)

John Calvin (1509-1564)

Charles de Moulin (1500-1566) Claude Saumaise (1588-1653) Martin Luther (1483-1546)

Melancthon (1497-1560) Zwingli (1484-1531)

Dosa apabila bunga memberatkan

Uang dapat membiak (kontra dgn Aristoteles)

(36)

ISLAM

Al-Ruum:39

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia bertambah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang melipatgandakannya (pahalanya)

Al-Nisa:160-161

(37)

Lanjutan

Ali Imran :130

‘hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Al-Baqarah:278-279

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg belum sempat

dipungut) jika kamu (benar-benar) sbg orang-orang

beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu, (sebab) kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak

(38)

ISLAM

Jabir berkata bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda:”Merka semuanya sama.” (HR Muslim)

(39)

RIBA

Riba :

- riba dayn (riba dalam pinjaman) - riba ba’i (riba dalam jual beli)

* Riba Ba’i:

-

Riba Fadl: rib akarena pertukaran barang yang sejenis, tapi jumlahnya tidak seimbang

-

Riba nasiah: riba karena pertukaran yang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktu

(40)

Bunga Bank Pandangan Dunia Islam

Dewan Studi Islam al-Azhar Cairo

Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba Rabithah alam islamy

Bunga bank yang berlaku dalam perbankan

konvensional adalah riba yang diharamkan (Keputusan no 6 sidang ke-9, Mekkah 12-19 Rajab 1406 H)

Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam

Seluruh tambahan dan bunga atas pinajman yang jatuh

tempo dan ansabah tidak mampu membayarnya,

demikian pula tamgahan (atau bunga) atas pinajman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan n 10 Majelis Fiqih Islamy, Konferensi OKI ke II, 22-28

(41)

BUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA

Nahdhatul Ulama

Sebagian ulam amengatakan sama dengan riba, sebagian lain mengatakan tidak sama dan sebagia menyatakan syubhat.

Rekomendasi agar PBNU mendirikan bank Islam sengan sistem tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung, 1992)

Muhammadiyah

Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku termasuk perkara mutasyabihat

(42)

BUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA

Majelis ulama Indonesia

1)

Bunga bank sama dengan riba; 2) tidak sama

dengan riba;3)syubhat. MUI harus mendirikan

bank alternatif (Lokakarya Alim Ulama Cisarua

1991)

(43)

Alasan Pihak yang membolehkan

1.

Boleh mengambil bunga karena darurat

2.

Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga dibebankan

3.

Opportunity Lost yang ditanggung pemilik dana disebabkan penggunaan uang oleh pihak lain

4.

Bunga untuk konsumtif dilarang, untuk produktif dibolehkan

5.

Uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya , dan harga uang itu adalah bunga

6.

Bunga sbg penyeimbang laju inflasi

7.

Bunga sebagai upah menunggu

8.

Nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai uang pada masa depan

(44)

UPAYA ULAMA

Istinbath ulama terhadap sumber-sumber syariah merupakan upaya menghindari riba. Diantara

hasilnya adalah produk muamalah:

- Musyarakah, mudharabah (Qiradh), muzara’ah, musaqat, mugharatsah.

- Murabahah, ba’I muajjal, salam, Istisna, Sharf, Jazzaf

(45)

Alasan Jawaban Thdp Kebolehan Bunga

1.

Kebolehan karena darurat lemah, karena ada tempat lain untuk menyimpan uang selain bank. Apakah menyimpan uang di tempat lain selain bank itu menyebabkan darurat?

2.

Bunga boleh jika “wajar” tidak jelas, karena kata wajar itu kualitatif dan terikat pada jangka waktu dan tempat. Jika kita melihat pergerakan suku bunga, dikatakan wajar

menurut siapa?

3.

Opportunity cost (lost) akibat pinjaman unag oleh phak lain sangat lemah. (Apabila uang dipakai sendiri selalu untung) . Penggunaan uang oleh pemilik tidka selalu membawa

keuntungan

4.

Bunga hanya untuk produksi tidka untuk konsumsi tidak jelas, karena produksi pada dasarnya dalah konsumsi

(46)

lanjutan

5. Uang sbg komoditi dan harga uang adalah bunga. Ini ungakpan para bankir. Jika komoditi mengapa harus dikembalikan. Akibat uang sebagai komoditi mengakatkan krisis dahsyat pada dunia.

6. Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi. Jika suku bunga naik, maka produsen pemakai dana pinjaman akan menaikan harga jual, sehingga akan terjadi kenaikan harga. Dengan demikian akan terjadi inflasi.

(47)

lanjutan

tidak akan dipinjamkan kepada orang lain. Untuk apa dipinjamkan jika ia sendiri membutuhkan. Jika menunggu harus dapat imbalan, ada sementara orang menitip dengan membayar . Artinya ada motif lain selain keuntunag yaitu keamanan dan likuiditas. * Nilai uang masa kini lebih tinggi dari nilai uang masa

(48)

lanjutan

(49)

Jual beli dalam bahasa Arab yaitu al-ba’i. Kata al-ba’i secara etimologi berasal dari kata ا&عي&&ب عيب&&ي عا&&ب

ا&عيب&مو artinya ئيش&&ب ئي&&ش ةل&باق&م ( tukar-menukar

suatu barang dengan barang lainnya) Rumusan jual beli menurut istilah yaitu:

َلُداَبَت َدْيِفُيِل ِلاَمْلا ِةَلَداَبُم ِساَسَأَ ىَلَع ُمْوٌقَي ٌدْقَع ِماَوَّدلا ىَلَع ِتاَّيِكْلِمْلا

“Aqad yang berdiri atas dasar penukaran harta dengan harta lalu terjadilah penukaran milik secara tetap.”

(50)

1 al-Qur'an surat al-Baqarah /2:275

اَب ِّرلا َم َّرَحَو َعْيَبْلا ُهللا َّلَحَأََو

Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba

2. al-Qur'an surat al-Nisa /4:29

َّلاِإِ ِلِطاَبْلاِب مُكَنْيَب مُكَلاَوْمَأَ اوُلُكْأَْتَلا اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّيَأَاَي َّنِإِ ْمُكَسُفنَأَ اوُلُتْقَتَلاَو ْمُكنِّم ٍضاَرَت نَع ًةَراَجِت َنوُكَت ْنَأَ

{ اًميِح َر ْمُكِب َناَك َهللا 29

}

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

(51)

Al-Sunnah, antara lain:

Hadis Nabi riwayat Abu Sa'id al-Khudry bahwa

Rasulullah saw. bersabda:

هجام نباو ىقهيبلا ه&اور( ضارت نع عيبلا امنإِ

) نابح نبا هححصو

"

Sesungguhnya jual

beli itu harus dilakukan atas dasar kerelaan

".

Ijma' . Mayoritas ulama menghalalkan jual beli

(52)

Rukun jual beli ada empat: penjual, pembeli, shighat (ijab & qabul), dan barang (ma’qud ‘alaih).

Ijab yaitu ungkapan dari orang yang memiliki barang (penjual) walaupun diucapkan terakhir. Sedangkan qabul yaitu ungkapan dari orang yang akan memiliki barang (pembeli) walaupun diucapkan di awal.

(53)

1) Syarat Orang yang beraqad : Berakal , kehendak sendiri.

2) Syarat akad; ijab dan qabul harus sesuai, dilakukan dalam satu majlis akad.

3) Objek akad/barang yang diperjualbelikan: harta yang bermanfaat , diketahui kriterianya, milik sendiri,

(54)

1.

Jaul Beli Salam ( ملسل&&ا دقع )

Secara etimologi, kata salam berarti al-isti’jậl artinya minta disegerakan, atau al-salaf wa al-isti’jậl. Ba’i

Salam disebut juga ba’i salaf atau ba’i mafậlis. Menurut al-Mawardi, ba’i salam merupakan istilah yang

digunakan oleh ulama Hijaz dan al-salaf digunakan oleh

ulama Irak. Dinamakan salam karena penyerahan uang

di majlis akad, dan disebut salaf karena penyerahan uang didahulukan.

(55)

Dalam keterangan lain, salaf artinya orang yang memiliki uang dan menyerahkan uangnya terlebih

dahulu kepada penjual, sedangkan barang yang dijual diserahkan setelah proses penuaian atau selesai fase produksi. Kata salam menurut pendapat lain terbatas pada jual beli, sedangkan salaf terkadang digunakan

maknanya menjadi pinjaman (qardh).

(56)

QS.2/al-Baqarah ;282

ىًّمَسُّم ٍلَجَأَ ىَلِإِ ٍنْيَدِب ْمُتنَياَدَت اَذِإِ اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّيَأَآَي :ةرقبلا(.... ِلْدَعْلاِب ٌبِتاَك ْمُكَنْيَّب بُتْكَيْلَو ُهوُبُتْكاَف 282

)

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar… waktunya harus jelas.

(57)

Ayat tersebut menurut Ibnu Abbas mengandung hukum jual beli salam yang ketentuan waktunya harus jelas. Nabi bersabda:

نزوو مولعم ليك ىف فلسيلف ئيش ىف فلسأَ نم

)ملسمو ىراخبلا هاور مولعم لجا ىلا مولعم(

“Siapa saja yang melakukan jual beli salam (salaf), maka lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu dan waktu tertentu.” (HR Bukhari Muslim)

(58)

1.

Penyerahan uang di majlis akad

2.

Sifat barang yang disebutkan sesuai dengan harga

barang

3.

Barang dapat diserahterimakan

4.

Akad salam tidak dikaitkan dengan sesuatu

5.

Tidak melakukan akad salam terhadap makanan

(59)

1.

Syarat terkait dengan modal/harga, harus jelas dan terukur berapa harga barangnya, berapa uang

mukanya, dan berapa lama sampai pembayaran terakhirnya.

2.

Yang berkaitan dengan objek salam yaitu harus jelas

jenis, ciri-cirinya, kualitas, dan kuantitasnya.

3.

Akad harus jelas, tidak dikaitkan dengan sesuatu.

(60)

( ( عانصت&سلإ&&ا دقعKata istishna’ secara etimologi berasal dari bahasa Arab ا&عن&&ص عنص&&ي عن&&ص artinya

membuat. Kata istishna’ adalah bentuk mashdar dari

kata istashna’a yang artinyaة=عنصل==ا بل=ط (tuntutan

permintaan membuatkan sesuatu). Menurut istilah, istishna’ adalah:

ةمذلا ىف نيعم ئيش لمع ىلع عناص عم دقع

Suatu perjanjian atau akad dengan pekerja untuk

mengerjakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggungan shậni’.

(61)

1.

Pihak-pihak yang berakad yaitu mustashni’ (pemesan)

dengan shậni’ (pekerja). Mereka harus cakap hukum

dan mumayyiz

2.

Adanya shighat ijab dan qabul yang harus disebutkan

secara jelas.

3.

Objek yang diakadkan yang terdiri atas mashnǔ

(barang pesanan) dan tsaman (harga jual). Barang

yang akan dibuat harus dijelaskan bentuknya, kadar dan sifatnya, tipe serta jenis, kualitas dan

kuantitasnya.

(62)

Seorang pekerja (shậni’) mendapatkan upah karena pekerjaannya, tetapi yang menjadi objek jual adalah barang (al’ain) bukan pekerjaannya.

(63)

Kata al-sharf menurut bahasa artinya tambahan.

Sedangkan menurut istilah yaitu tukar- menukar uang

dengan uang sejenis atau berbeda jenisnya. Seperti tukar-menukar emas dengan emas, perak dengan perak, atau emas dengan perak secara tunai.

b. Syaratnya yaitu serah terima sebelum berpisah antara pihak yang berakad, objek akad harus serupa, tidak ada khiyar, dan tunai (tidak diutangkan).

(64)

Ba’i al-Jizậf yaitu jual beli suatu barang tanpa ukuran,

timbangan, dan perhitungan melainkan dengan perkiraan setelah melihat barang yang akan dibeli. Istilah al-jazf

asalnya bermakna mengambil dengan banyak. Istilah tersebut dinamakan jual beli jizậf oleh al-Syaukani yakni sesuatu yang tidak diketahui ukurannya secara pasti.

(65)

Kata al-murabahah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari kata al-ribh ( ح=برل=ا ) dan al-ribah ((ُحَ=بِّرل=ا dengan bentuk َحِ=ب َ=ر

اَحاَب َ=رَو اًحَ=ب َ=رَو اًحْ=بِ=ر ُحَ=بْر َ==ي artinya beruntung atau memberikan

keuntungan. Al-Ribh dengan kasrah ra' bentuk jamaknya

حاب=را ; suatu keuntungan yg diperoleh. Al-Ribh juga berarti suatu kelebihan yg diperoleh dari produksi atau modal

(profit). Sedangkan murabahah menurut istilah yaitu jual beli benda dengan alat tukar disertai tambahan laba yang telah ditentukan (resale with a stated profit).

(66)

Menurut al-Nawawi murabahah yaitu:

عم لولأا عيبلا نمث ىلع هيف نمثلا ينب دقع

ةدايز

“Suatu akad harga barang merupakan harga pembelian (pertama) disertai adanya tambahan.”

(67)

1.

Penjual memberi tahu harga barang kepada pembeli.

2.

Laba yang diperoleh dan disepakati harus diketahui

secara pasti

3.

Barang yang dijual jelas

4.

Kejujuran penjual. Dalam hal ini penjual tidak boleh menyembunyikan hal-hal yang berkaitan dengan identitas dan kualitas produk serta harga.

(68)

Hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti

memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang

berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan

(69)

Utang piutang hkmnya boleh

ِناَوْدُعْلاَو ِ مْثِلإِاىَلَع ْاوُنَواَعَت َ لاَوىَوْقَّتلاَو ِّربْلا ىَلَع ْاوُنَواَعَتَو

“… (Dan) tolong-menolonglah kamu dalam

mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat (pelanggaran) …” (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 2)

(70)

Sedangkan secara terminologis (istilah syar’i), makna Al-Qardh ialah menyerahkan harta (uang) sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan

(71)

Hutang piutang hukumnya boleh. Dasarnya adalah al-Quran surat 02:245

: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)

(72)

diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Nabi Sholallohu'alaihiwasallam pernah meminjam seekor unta kepada seorang lelaki. Aku datang menemui beliau membawa seekor unta dari sedekah. Beliau menyuruh Abu Rafi’ untuk mengembalikan unta milik lelaki tersebut. Abu Rafi’ kembali kepada beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah! Yang kudapatkan hanya-lah sesekor unta ruba’i terbaik?” Beliau bersabda, “Berikan saja kepadanya. Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam mengembalikan hutang.” (HR.

Bukhari dalam Kitab Al-Istiqradh, baba istiqradh Al-Ibil

(no.2390), dan Muslim dalam kitab Al-musaqah, bab Man

(73)

1. Dituliskan atau dipersaksikan

2. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh

mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang

3. Mengembalikan hutang dg cara yg baik

4. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya

(74)

Akad-Akad Kerjasama (Syirkah)

Kata

syirkah

dalam bahasa Arab berasal dari

kata

syarika

(

fi’il

mâdhi

),

yasyraku

(

fi’il

mudhâri’

), dan

mashdar

(kata dasar)nya ada

tiga

wazn

(timbangan), boleh dibaca dengan

salah satunya, yaitu:

syirkatan

/

syarikatan

/

(75)

Musyarakah

menurut istilah para ulama fikih, syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusydi II/253).

(76)

Dasar Hukum Syirkah

A. Al-Qur’an:

Firman Allah Ta’ala: “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari

orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka

berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad: 24)

Dan firman-Nya pula: “Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’: 12)

Kedua ayat di atas menunjukkan perkenanan dan pengakuan Allah akan adanya perserikatan dalam

kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An-Nisa’ ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis karena waris,

sedangkan dalam surat Shaad ayat 24 terjadi atas dasar akad (transaksi).

(77)

Dasar Syirkah

B. Hadits:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya

Allah azza wa jalla berfirman: “Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak

mengkhianati pihak lainnya. Kalau salah satunya

berkhianat, Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim no.2322).

C. Ijma’:

Ibnu Qudamah berkata: “Kaum muslimin telah

berkonsensus terhadap legitimasisyirkah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.” (Al-Mughni V/109).

(78)

Rukun syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu:

Menurut mayoritas ulama fikih, bahwa rukun syirkah itu ada 3 (tiga), yaitu:

(1) akad (ijab-kabul), disebut juga shighat; (2) dua pihak yang berakad (al–‘âqidâni), syaratnya harus

memiliki kecakapan melakukan tasharruf(pengelolaan

harta); (3) obyek akad, disebut juga al–ma’qûd ‘alaihi,

yang mencakup pekerjaan (al–amal) dan atau modal

(al–mâl). (Al-Fiqhu ‘Alal Madzahibi al-Arba’ah, Abdurrahman al-Jaziri).

Adapun syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek

akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli; (2) obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah),

agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha).

(79)

Macam-macam Syirkah

Pertama: Syirkah Amlaak (Hak Milik)

Yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan, barang bergerak atau barang berharga. Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam

bentuk syirkahseperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seijin rekannya. (Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah Al-Bassam IV/601).

Misalnya; si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang keduanya, atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua

berserikat dalam kepemilikan mobil tersebut. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/ 258, dan Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/794) Kedua : Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak)

Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya.

Dalam syirkahseperti ini, pihak-pihak yang berkongsi berhak menggunakan barang syirkahdengan kuasa masing-masing. Dalam hal ini, seseorang

bertindak sebagai pemilik barang, jika yang digunakan adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang dipergunakan adalah milik rekannya.

(80)

Macam-Macam Syirkah Uquud

(Transaksional/kontrak):

(1) syirkah al- inân; (2) syirkah al-abdân; (3) syirkah al-mudhârabah; (4) syirkah al-wujûh; dan (5)syirkah al-mufâwadhah.

Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inân,abdân, mudhârabah, dan wujûh.

Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam, yaitu: syirkah inân, abdan, dan mudhârabah. Menurut

ulama Syafi’iyah dan Zhahiriyah, yang sah hanya syirkah

inân dan mudhârabah. Sedangkan menurut Hanafiyah

semua bentuk syirkah boleh/sah bila memenuhi

syarat-syaratnya yang telah ditetapkan. (Al-Fiqh al-Islâmî wa

Adillatuhu,Wahbah Az-Zuhaili, IV/795).

(81)

[1]. Syirkah al-‘Inaan

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dengan harta

masing-masing untuk dikelola oleh mereka sendiri, dan keuntungan dibagi di antara mereka, atau salah seorang sebagai pengelola dan mendapat jatah keuntungan lebih banyak daripada rekannya.

hukum syirkah ini diperbolehkan berdasarkan konsensus para ulama, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu al-Mundzir. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/796).

Contoh syirkah inân: A dan B keduanya dokter . A dan B sepakat

menjalankan bisnis dengan membuka jasa pengobatan. Masing-masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.

Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd); sedangkan barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modalsyirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya pada saat akad.

(82)

MACAM-MACAM SYIRKAH

[2]. Syirkah al-Mudharabah, Yaitu, seseorang sebagai pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada

pihak pengelola (mudharib) untuk diperdagangkan, dan dia

berhak mendapat prosentase tertentu dari keuntungan. [3]. Syirkah al-Wujuuh, Yaitu kerja sama antara dua

orang atau lebih yang memiliki reputasi dan nama baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit

(hutang) dari suatu perusahaan dan menjual barang

tersebut secara tunai, lalu keuntungan yang didapat dibagi

bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka. (Bada-i’u

ash-Shana-i’, karya al-Kasani VI/77)

(83)

Syirkah wujuuh dibolehkan menurut kalangan

hanafiyah dan hanbaliyah, namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Zhahiriyah. (

Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/801)

Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada

kedudukan, ketokohan, atau keahlian seseorang di tengah masyarakat. Tak seorang pun memiliki modal, namun mereka memiliki nama baik, sehingga mereka membeli barang secara hutang dengan jaminan

nama baik tersebut.

(84)

Macam-macam syirkah

Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya

pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujûh, dengan cara

membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C)

secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual

barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).

Dalam syirkah wujûh ini, keuntungan dibagi berdasarkan

kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang

dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan

kesepakatan.

(85)

Macam-macam syirkah

[4]. Syirkah al-Abdaan (syirkah usaha), Yaitu kerja sama antaradua orang atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, yakni

masing-masing hanya memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi modal (mâl), seperti kerja sama sesama dokter di klinik, atau sesama arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk

menerima order pembuatan seragam sekolah.

Syirkah ini kadang-kadang disebut juga dengan Syirkah al-A’maal dan ash-Shanaa-i’.

Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdan terdiri dari beberapa tukang kayu dan tukang besi. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/260). Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal.

Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk).

Contohnya: A dan B. keduanya adalah dokter, bersepakat membuka praktik bersama untuk pengobatan. Mereka sepakat pula, jasa usaha parktik akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Syirkah ‘abdan hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah. Dari Abdullah binMas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah berserikat dengan

(86)

[5]. Syirkah al-Mufawadhah

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak

membagi keuntungan dan kerugian secara sama.

Syirkah Mufawadhah merupakan syirkah komprehensif yang dalamsyirkah itu semua anggoga sepakat melakukan aliansi dalam semua jenis kerja sama, seperti ‘inan, abdan dan wujuh.

masing-masing menyerahkan kepada pihak lain hak untuk mengoperasikan segala aktivitas yang menjadi komitmen kerja sama tersebut, seperti jual beli,

penjaminan, penggadaian, sewa menyewa, menerima tenaga kerja, dan sejenisnya. Atau syirkah ini bisa pula diartikan kerja sama dalam segala hal. Namun tidak termasuk dalam syirkah ini berbagai hasil sampingan yang didapatkannya, seperti barang temuan, warisan dan sejenisnya. Dan juga masing-masing tidak menanggung berbagai bentuk denda, seperti mengganti barang yang dirampas, ganti rugi syirkah , mengganti barang-barang yang dirusak dan sejenisnya.

(87)

lanjutan

Dalam syirkah mufawadhah harus ada kesamaan Dana (modal) yang diberikan, kerja, tanggung jawab,

beban utang dibagi oleh masing-masing pihak, dan agama. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya

Wahbah Az-Zuhaily IV/798, dan Fiqhus

Sunnah, Sayyid Sabiq III/259-260).

(88)

Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru artinya ialah al-iwadh (ganti dan upah). Arti ijarah Sedangkan menurut terminologinya

ة=حابلإِاو لذبلل ة=لباق ة=حابم ة=مولعم ةدو=صقم ة=عفنم ى=لع د=قع مولعم ضوعب

Artinya : “Akad atas suatu kemanfaatan yang

mengandung maksud tertentu Dan mubah , serta

menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.

(89)

Ijarah diartikan pula jual beli jasa yaitu mengambil manfaat tenaga manusia. Misal, mempekerjakan tukang, atau

menyewa tenaga ahli. Ijarah juga bermakna sewa

menyawa, yakni mengambil manfaat dari barang. Misal, rental mobil. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa

ijarah itu menjual manfaat dimana barangnya harus berupa sesuatu yang boleh disewakan dengan mengambil

manfaatnya.

(90)

1.

al-Quran surat al-Baqarah/02: 233

مُتْمَّل َ==س اَذِإِ ْ==مُكْيَلَع َ==حاَنُج َلاَف ْ==مُكَدَلاْوَأَ اوُعِضْرَت ْ==سَت ن َ==أَ ْ==مُتْدَرَأَ ْ==نِإَِو َ=نوُلَمْعَت ا=َمِب َ=هللا =َّنَأَ اوُمَلْعاَو َ=هللا اوُقَّتاَو ِ=فوُرْعَمْلاِب م=ُتْيَتاَءآَّم

{ ُُريِصَب 233

}

Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Qs. Al Baqarah 233

(91)

ُ=نيِمَ لأَْا =ُّيِوَقْلا َتْرَجْأَْتْ=سا ِ=نَم َرْيَخ =َّنِإِ ُهْرِجْئَْتْ=سا ِ=تَبَأَآَي ا=َمُهاَدْحِإِ ْ=تَلاَق

{ 26 }

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

(92)

:

هرجأَ ر&يجلأا اوُطْعَأَ لاق ،مل&سو ه&يلع ه&للا ىل&ص ،يب&نلا ن&أَ هُق َرَع َّفجي ْنأَ لبق

Berilah upah pekerja sebelum keringatnya jering. (HR Ibnu Majah dari Ibn Umar)

(93)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Tiga orang yang

Aku menjadi musuhnya pada hari kiamat ialah:

Orang yang memberi perjanjian dengan nama-Ku

kemudian berkhianat, orang yang menjual orang

merdeka lalu memakan harganya, dan orang yang

mempekerjakan seorang pekerja, lalu pekerja itu

bekerja dengan baik, namun ia tidak memberikan

upahnya." Riwayat Muslim

3. Ijma’ . Ulama sepakat ijarah sebagai suatu akad yang dibolehkan

(94)

Aqid ( orang yang aqad )

Shighat akad

Ujrah ( Upah )

Manfaat

Aplikasi di bank syari’ah:

Mua’jjir : bank sebagai pemilik barang modal.

Musta’jjir.: Nasabah sebagai pihak yang menyewa

barang modal dari Bank ( Mua’jjir)

Ma’ jur: objek atau barang modal yang dipersewakan.

Ajran atau Ujrah: sewa barang modal yang harus

dibayar penyewa ( Musta’jjir).

(95)

1) Syarat terjadinya akad

Syarat in’inqad ( terjadinya akad ) berkaitan dengan aqid, zat akad, dan tempat akad.

2) Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz )

Agar ijarah dapat terlaksanakan, barang harus dimiliki oleh aqid, atau dia memiliki kekuasaan penuh untuk akad

( ahliyah )

(96)

Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan aqid ( orang yang aqad ), ma’qud alaih ( barang yang menjadi obyek aqad ), ujrah ( upah ), Dan zat akad ( nafs al-aqad )

d) Kemanfaatkan benda di bolehkan menurut syara’ e) Tidak menyewa untuk pekerjaan yang di wajibkan

ke padanya

f) Tidak mengambil manfaat dari diri orang yang di sewa

(97)

4) Syarat Kelaziman

Syarat kelaziman ijarah terdiri atas dua hal yaitu :

– Ma’qud Alaih ( barang sewaan ) terhindar dari cacat – Tidak ada udzur yang dapat membatalkan akad

(98)

Hukum sewa menyewa

 Sewa Rumah

Jika seseorang menyewa rumah, di perbolehkan untuk memanfaatkannya sesuai kemanfaatannya, bahkan

boleh di sewakan lagi atau di pinjamkan pada orang lain. Sewa Tanah

Sewa tanah di haruskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan di tanam atau bangunan apa yang di bangun.

(99)

Sewa Kendaraan

Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan

lainnya harus di jelaskan ssalah satu di antara dua hal waktu Dan tempatnya. Juga harus di jelaskan barang yang akan di bawa atau benda yang akan di angkut.

Perbaikan barang sewaan

Menurut ulama’ Hanafiyah, jika barang yang di sewakan

rusak seperti pintu rusak, atau dinding jebol Dan lain-lainnya maka pemiliknya yang wajib memperbikinya.

Kewajiban penyewa setelah habis masa sewa

Di antara kewajibanpenyewa setelah masa sewa habis

adalah

– Menyerahkan kunci jika yang di sewakan rumah

– Jika yang di sewakan kendaraan, ia harus menyimpan kembali di tempat asalnya

(100)

Upah mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa. Biasanya berlaku dalam beberapa hal, seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, dan lain-lain, ijarah ‘ala al-a’mal terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Ijarah Khusus

Ijarah Khusus adalah ijarah yang di lakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh

bekerja selain dengan orang yang telah memberikan upah. 2) Ijarah Musytarik

Ijarah Musyatarik adalah ijarah yang di lakukan secara bersama-sama atau melalui kerja sama hukumnya di perbolehkan bekerja sama dengan orang lain.

(101)

1.

Memberikan kemudahan bagi masyarakat

2.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup

3.

Terjadinya tolong-menolong

4.

Menghidnari terjadinya kesulitan dan kesempitan

5.

Memberikan peluang bagi pengembangan

(102)

Secara bahasa, ariyah adalah diambil dari kata (راع)

yang berarti datang dan pergi. Ariyah juga bisa seakar dengan kata (روا=عتل==ا ) yang artinya saling menukar dan mengganti yakni dalam tradisi pinjam meminjam

Menurut istilah ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada yang lain untuk diambil

manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya, agar zat barang itu dapat dikembalikan.

(103)

( ;

مل&سو ه&يلع ه&للا ىل&ص &َّيِبَّنلَا &َّنَأَ َ&ةَّيَمُأَ ِ&نْب َناَوْف َ&ص ْ&نَعَو

?ُدَّمَحُم ا&َي ٌب ْ&صَغ َأَ َ&لاَقَف ٍنْيَنُح َ&مْوَي ًاعوُرُد ُ&هْنِم َراَعَت ْ&سِا : . ,ُّيِئِا َ&سَّنلاَو َدُواَد و&ُبَأَ ُ&هاَو َر ,   &ةَنوُمْضَم ٌٌ &ةَيِراَع ْ&لَب &لاَق :َ

ُمِكاَحْلَا ُهَحَّحَصَو

Dari Shofwan Ibnu Umayyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminjam darinya beberapa baju besi sewaktu perang Hunain. Ia bertanya: Apakah ia rampasan, wahai Muhammad. beliau menjawab: "Tidak, ia pinjaman yang ditanggung." Riwayat Abu Dawud, Ahmad, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim

(104)

Mu’ir (yang meminjamkan) Musta’ir (yang meminjam) Mu’ar (yang dipinjamkan) Shigat (ijab-qabul)

(105)

 Peminjam boleh membayar dengan barang yang lebih baik dari apa yang dipinjamnya. Karena sebaik-baiknya orang yang

meminjam adalah orang yang membayar dengan lebih dari apa yang dipinjamnya. Dalam hadits nabi disebutkan bahwa:

ه=للا ىلص يبنلا تيتا لاق هنع هللا يضر رباج ن=عو

يندازو يناضقف نيد هيلع يل ناكو ملسو هيلع

“Dan dari Jabir, ia berkata: Aku pernah datang ke tempat Nabi s.a.w, sedang Nabi s.a.w mempunyai pinjaman kepadaku, kemudian ia membayarku dan menambah kepadaku”.

(106)

Peminjam menanggung harga barang jika terjadi

kerusakan apabila dia menggunakannya tidak sesuai dengan izin yang diberikan pemilik walaupun tanpa disengaja. Namun, apabila barang tersebut

digunakan sesuai dengan izin pemilik, peminjam tidak menanggungnya ketika terjadi kerusakan

(107)

Mempererat persaudaraan untuk saling menolong dan kerjasama

Menghilangkan kesulitan sesama

Memberikan pemenuhan kebutuhan bagi yang membutuhkan

(108)

108

مكيلع ملاسلاو

Referensi

Dokumen terkait

Akad musyarakah adalah Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan

Fatwa DSN tentang Pembiayaan Musyarakah termasuk syirkah amw ā l karena mengharuskan masing-masing pihak untuk berkontribusi dana dan tergolong syirkah 'inan karena

musyarakah, yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi

Mekanisme Pembiayaan Syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah Musyarakah / syirkah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih.. untuk menjalankan suatu usaha tertentu

Makna akad secara bahasa (etimologi) ini berkembang menjadi makna istilah (terminologi) dalam hukum Islam. Makna akad menurut istilah ulama secara umum berarti : “segala

Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak

Ibn Rusyd mengartikan syirkah atau Musyarakah itu sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana setiap pihak memberikan

Sedangkan menurut istilah fikih, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata Arab yaitu al-uqud al-murakkabah yang berarti akad ganda (rangkap). Multi akad