KETENTUAN MU’AMALAH
DALAM ISLAM
2
I.
CAKUPAN AJARAN ISLAM
SKEMA AJARAN ISLAM
ISLAM
AKIDAH
(IMAN) SYARI’AH(ISLAM) AKHLAK(IHSAN)
FIQIH
2015 3
I.
CAKUPAN AJARAN ISLAM…
SKEMA AJARAN ISLAM
MU’AMALAH DLM ARTI LUAS
2016 4
II. CAKUPAN AJARAN ISLAM…
2016 5
I.
PENGERTIAN
Kata mu’amalah berasal dari kata ‘amala yu’amilu mu’amalatan artinya ada kepentingan seseorang dengan yang lainnya.
2016 6
I.
Pengertian… (Lanjutan
)
Jadi fikih mu’amalah yaitu suatu hukum syari’at yang mengatur segala perilaku manusia dengan berbagai bentuknya dalam masalah kebendaan yang meliputi: jual beli, ijarah, syirkah, wakalah, mudharabah,
‘ariyah, shulh, ji’alah, dll.
Dengan demikian objek kajian fikih mu’amalah yaitu semua masalah yang berkaitan dengan
2016 7
II. SISTEMATIKA
Klasifikasi dan sistematika fikih mu’amalah ada 4 macam, yaitu:
Mazhab
Hanafi Mazhab Maliki Mazhab Syafi’I Mazhab Hanbal
2016 8
lanjutan
Mazhab Hanafi Mazhab
9
III. PRINSIP-PRINSIP MU’AMALAH
•
Asas suka sama suka (al-taradhi). Prinsip ini dilihat dlm al-Quran surat al-Nisa:28-29 .”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan cara yang batil, kecuali melalui tijarah (usaha ekonomi) yang dilakukan atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, karena Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan siapa yg berbuat demikian, dgn sikap permusuhan dan aniaya, maka (kelak)Kami akan memasukkannya ke dlm neraka. Yg demikian itu amat mudah bagi Allah.”2016 10
lanjutan
Keadilan dalam sistem ekonomi tdk semata-mata terletak pada produksi dan cara-cara memperolehnya, tetapi juga pada pendistribusian dan penggunaan/pemanfaatannya.
• Asas Saling Menguntungkan dan tidak ada pihak yang dirugikan. Allah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg belum sempat dipungut) jia kamu (benar-benar) sbg orang-orang beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu, (sebab) kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak boleh dirugikan. (QS.2:278-279)
11
IV. HARTA BENDA (MAL)
1.
Pengertian Harta (al-mal)12
2. Kedudukan dan Fungsi Harta
Harta sebagai penunjang semua kehidupan manusia (sandang-pangan-papan)
Harta termasuk ke dalam kebutuhan pokok manusia (al-dharuriyat al-khamsah) yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan), dan harta.
Untuk memelihara harta islam melarang mencuri, menipu, menjalankan dan memakan riba, merusak harta baik milik sendiri maupun milik orang lain.
Untuk memperoleh harta disyariatkan usaha-usaha halal seperti bertani, berdagang, mengelola industri , dll.
13
3. Macam-macam Harta
1. Dari segi kebolehan pemanfaatannya
1) Halal untuk dimanfaatkan (mal mutaqawwim) misal: binatang ternak, makanan, dsb.
2) Tidak halal untuk dimanfaatkan (mal ghairu mutaqawwim), misal: babi, bangkai, khamar (minuman memabukkan)
2. Dari segi jenis ;
1) Harta yang tidak bergerak (ghair manqul) ; misal kebun, rumah
2) Harta yang bergerak, misal: mobil, binatang,dll.
3. Dari segi pemanfaatannya:
1) Harta yang pemanfaatannya tdk menghabiskan benda tersebut dan tetap utuh (al-isti’mali), misal rumah , lahan pertanian
14
..lanjutan
2) Harta yang pemanfaatannya, menghabiskan benda tersebut (al-istihlaki) misal: pakaian, makanan, minuman, sabun, dsb
4. Dilihat Dari segi jenis ada atau tidak ada di pasaran, yaitu:
1) Benda yang ada jenisnya (al-mitsliy) misal benda yang dapat ditakar/ditimbang spt :beras, gula, kentang,dsb.
15
5. Dari status (kedudukan) harta:
1)
Harta yang telah dimiliki (malal-mamluk), baik milik pribadi, badan hukum (negara, organisasi, amsyarakat)
2) Harta yang tidak dimilik seseorang (mal al-mubah). Mis: sumber mat aair, kayu di hutan belantara, ikan di laut.
16
6. Dilihat dari segi bisa dibagi atau tidak harta tsb
1) Harta yang bsa dibagi. Artinya: apabila harta itu dibagi, maka tidak rusak dan manfaatnya tidak hilang. misal:rumah, tanah.
2) Harta yang tida bisa dibagi. Misal: mobil, motor.
7. Dilihat Dari segi berkembang atau tidak
1)
al-ashl, yaitu: harta yang menghasilkan, misal; hewan, pepohonan.17
1)
Harta milik pribadi yang bebas digunakan dandimanfaatkan pemilik selam atidak merugikan orang lain.
2) Harta milki masyarakat umum yang
pemanfaatannya untuk semua , misal: jalan raya, harta wakaf, tanah-tanah negara
18
V. KEPEMILIKAN
1. Arti MilikMilik atau al-milk asal katanya malaka,yamliku, milk. Arti milik menurut bahasa yaitu “menguasai sesuatu dan sanggup bertindak menguasainya. Arti milik menurut syara’ yaitu Suatu kekhususan bagi seseorang yang menghalangi pihak lain menurut syara’ yang membenarkan pemilik bertindak terhadap benda miliknya sekehendak hati kecuali ada penghalang.
2. Macam-macam Hak milik
19
..lanjutan
b. Milk al-manfaat yaitu hak untuk menfaatkannya
saja.Misal: buku di perpustakaan, mendiami rumah dengan cara sewa atau pinjam.
20
VI. AKAD (TRANSAKSI)
1.
Pengertian AkadAkad berasal dari bahasa Arab al-’Aqd yang berarti mengikat dua tepi. Akad menurut syara’ yaitu
perikatan antara ijab (pernyataan melakukan akad) dan qabul (pernyataan menerima akad) sesuai
dengan aturan syara’ yang berpengaruh terhadap obyek akad.
2. Rukun Akad
a.
Shighat al-’aqd (pernyataan untuk mengikatkan diri)b.
Pihak-pihak yang berakad3. Syarat-syarat Umum Akad
Pihak yang bertransaksi dpandang mampu bertindak menurut hukum (mukallaf). Jika tidak mampu
dilakukan oleh wali
Obyek akad: - berbentuk harta, dimiliki seseorang, bernilai harta menurut syara’.
Akad itu tidak dilarang oleh syara’
Akad memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad yg bersangkutan. Mis: syarat jual beli berbeda dgn syarat ijarah (sewa-menyewa)
Akad itu bermanfaat.
Ijab tetap utuh sampai terjadi qabul
Ijab & qabul menggambarkan proses transaksi Tujuan akad diakui oleh syara’
4. Berakhirnya Suatu Akad
Berakhir masa berlaku akad, jika akad itu memiliki tenggang waktu
Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad
Dalam suatu akad yang mengikat, akad dapat berakhir jika:
1. Akad itu fasid
2. Berlaku khiyar syarat, khiyar ‘aibi
3. Akad tdk dilaksanakan oleh salah satu pihak yg berakad
4. Telah tercapai tujuan akad dgn sempurna
•
Wafat salah satu pihak yang berakad.2015 23
PARADIGMA MU’AMALAH ISLAM (lanjutan)
PILAR KEADILAN: Menghindari:
Riba
Gharar
Dzalim
Maysir
24
(lanjutan)
PILAR KESEIMBANGAN: Antara:
Riil – Financial
Risk – Return
Bisnis – Sosial
Material – Spiritual Individu – Kolektif
2012 50
MU’AMALAH ISLAM
PILAR KEMASLAHATAN:
Agama/Takwa
Jiwa
Keturunan
Akal
PENJELASAN
Prinsip dalam transaksi syariah yaitu tidak boleh
mengandung unsur gharar, maysir, riba, zalim, risywah, barang haram dan maksiat
"Gharar" adalah transaksi yang mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak yang lain dirugikan.
“Maysir" adalah transaksi yang mengandung unsur
perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang tinggi. "Riba" adalah transaksi dengan pengambilan tambahan,
baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan ajaran Islam.
”Zalim" adalah tindakan atau perbuatan yang
mengakibatkan kerugian dan penderitaan pihak lain. "Risywah" adalah tindakan suap dalam bentuk uang,
fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi.
"Barang haram dan maksiat" adalah barang atau fasilitas yang dilarang dimanfaatkan atau digunakan menurut
hukum Islam.
YUNANI
ARISTOTELES (384-322SM)
Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange) bukan alat menghasilkan tambahan melalui
Bunga
“..istilah riba yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan kepada pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan orang tua. Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang, cara seperti ini adalah yang paling tidak alami” (Politics, 1258)
•BUNGA DAN RIBA
Dalam Perspektif Sejarah dan Agama •PLATO (427-347SM)
1.Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat
Kitab Eksodus (Keluaran) 22:25
Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin diantramu, maka janganlah engkau berlaku sbg penagih hutang terhadap dia, janganlag engkau bebankan bunga kepadanya.”
Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23:19
“Janglah engkau membungakan uang kepada saudaramu,
baik uang maupun bahan makanan, atau apa pun yg dapat dibungakan.”
• Kitab Levicitus (Imamat) 35:7
• Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba
darinya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Jangan engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu jangan lah kau berikan dengan meminta riba.”
KRISTEN
“Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan mendapat sesuatu
darpadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah
musuhmu dan berbuat baiklah kepada merekadan pinjamkan dengan tidka mengharap balasan, maka
lanjutan
Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai tanggapan dan tafsirantentang boleh tidaknya
melakukan praktek pembungaan. Pandangan para sarjana Kristen thdp praktek pembungaan terbagi tiga periode, yaitu:
- Pandangan pendeta awal (abad I-XII)
- Pandangan para sarja Kristen (abad XII-XV)
Kristen
Pandangan pendeta awal (abad I-XII) : Larangan mengambil bunga merujuk kepada Old Testament yang juga diimani oleh orang Kristen.
St Basil ((329-379)
St Gregory dari Nyssa (335-395) St Ambrose
St Augustine
Larangan yang dikeluarkan gereja dlm bentuk undang-undang (Canon)
Council of Elvira (Spanyol tahun 306) Council of Arles (tahun 314)
First Council of Nicaea (Tahun 325)
Council of Carthage (th 345) & Council of Aix la (789) Council of Latern (1179)
Council of Lyons (1274) Council of Vienne (1311)
+ Kesimpulan pandangan Prndeta Awal (Abad I-XII)
-
Bunga adalah semua bentuk yang diminta sbg imbalan yg melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awalLanjutan…
Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa
Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV)
Robert of Courcon (1152-1218) William Auxxerre (1160-1220)
St Raymond of Pennafore (1180-1278) St Bonaventure (1221-1274)
St Thomas Aquinas (1225-1274)
Bunga dibedakan menjadi interest dan usury
Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan keadilan
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI-th 11836)
John Calvin (1509-1564)
Charles de Moulin (1500-1566) Claude Saumaise (1588-1653) Martin Luther (1483-1546)
Melancthon (1497-1560) Zwingli (1484-1531)
Dosa apabila bunga memberatkan
Uang dapat membiak (kontra dgn Aristoteles)
ISLAM
Al-Ruum:39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia bertambah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang yang melipatgandakannya (pahalanya)
Al-Nisa:160-161
Lanjutan
…
Ali Imran :130
‘hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Al-Baqarah:278-279
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg belum sempat
dipungut) jika kamu (benar-benar) sbg orang-orang
beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu, (sebab) kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak
ISLAM
Jabir berkata bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda:”Merka semuanya sama.” (HR Muslim)
RIBA
Riba :
- riba dayn (riba dalam pinjaman) - riba ba’i (riba dalam jual beli)
* Riba Ba’i:
-
Riba Fadl: rib akarena pertukaran barang yang sejenis, tapi jumlahnya tidak seimbang-
Riba nasiah: riba karena pertukaran yang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktuBunga Bank Pandangan Dunia Islam
Dewan Studi Islam al-Azhar Cairo
Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba Rabithah alam islamy
Bunga bank yang berlaku dalam perbankan
konvensional adalah riba yang diharamkan (Keputusan no 6 sidang ke-9, Mekkah 12-19 Rajab 1406 H)
•
Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam•
Seluruh tambahan dan bunga atas pinajman yang jatuhtempo dan ansabah tidak mampu membayarnya,
demikian pula tamgahan (atau bunga) atas pinajman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan n 10 Majelis Fiqih Islamy, Konferensi OKI ke II, 22-28
BUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Nahdhatul Ulama
Sebagian ulam amengatakan sama dengan riba, sebagian lain mengatakan tidak sama dan sebagia menyatakan syubhat.
•
Rekomendasi agar PBNU mendirikan bank Islam sengan sistem tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar Lampung, 1992)•
Muhammadiyah•
Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku termasuk perkara mutasyabihatBUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Majelis ulama Indonesia
1)
Bunga bank sama dengan riba; 2) tidak sama
dengan riba;3)syubhat. MUI harus mendirikan
bank alternatif (Lokakarya Alim Ulama Cisarua
1991)
Alasan Pihak yang membolehkan
1.
Boleh mengambil bunga karena darurat2.
Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga dibebankan3.
Opportunity Lost yang ditanggung pemilik dana disebabkan penggunaan uang oleh pihak lain4.
Bunga untuk konsumtif dilarang, untuk produktif dibolehkan5.
Uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya , dan harga uang itu adalah bunga6.
Bunga sbg penyeimbang laju inflasi7.
Bunga sebagai upah menunggu8.
Nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai uang pada masa depanUPAYA ULAMA
Istinbath ulama terhadap sumber-sumber syariah merupakan upaya menghindari riba. Diantara
hasilnya adalah produk muamalah:
- Musyarakah, mudharabah (Qiradh), muzara’ah, musaqat, mugharatsah.
- Murabahah, ba’I muajjal, salam, Istisna, Sharf, Jazzaf
Alasan Jawaban Thdp Kebolehan Bunga
1.
Kebolehan karena darurat lemah, karena ada tempat lain untuk menyimpan uang selain bank. Apakah menyimpan uang di tempat lain selain bank itu menyebabkan darurat?2.
Bunga boleh jika “wajar” tidak jelas, karena kata wajar itu kualitatif dan terikat pada jangka waktu dan tempat. Jika kita melihat pergerakan suku bunga, dikatakan wajarmenurut siapa?
3.
Opportunity cost (lost) akibat pinjaman unag oleh phak lain sangat lemah. (Apabila uang dipakai sendiri selalu untung) . Penggunaan uang oleh pemilik tidka selalu membawakeuntungan
4.
Bunga hanya untuk produksi tidka untuk konsumsi tidak jelas, karena produksi pada dasarnya dalah konsumsilanjutan
5. Uang sbg komoditi dan harga uang adalah bunga. Ini ungakpan para bankir. Jika komoditi mengapa harus dikembalikan. Akibat uang sebagai komoditi mengakatkan krisis dahsyat pada dunia.
6. Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi. Jika suku bunga naik, maka produsen pemakai dana pinjaman akan menaikan harga jual, sehingga akan terjadi kenaikan harga. Dengan demikian akan terjadi inflasi.
lanjutan
tidak akan dipinjamkan kepada orang lain. Untuk apa dipinjamkan jika ia sendiri membutuhkan. Jika menunggu harus dapat imbalan, ada sementara orang menitip dengan membayar . Artinya ada motif lain selain keuntunag yaitu keamanan dan likuiditas. * Nilai uang masa kini lebih tinggi dari nilai uang masa
lanjutan
Jual beli dalam bahasa Arab yaitu al-ba’i. Kata al-ba’i secara etimologi berasal dari kata ا&عي&&ب عيب&&ي عا&&ب
ا&عيب&مو artinya ئيش&&ب ئي&&ش ةل&باق&م ( tukar-menukar
suatu barang dengan barang lainnya) Rumusan jual beli menurut istilah yaitu:
َلُداَبَت َدْيِفُيِل ِلاَمْلا ِةَلَداَبُم ِساَسَأَ ىَلَع ُمْوٌقَي ٌدْقَع ِماَوَّدلا ىَلَع ِتاَّيِكْلِمْلا
“Aqad yang berdiri atas dasar penukaran harta dengan harta lalu terjadilah penukaran milik secara tetap.”
1 al-Qur'an surat al-Baqarah /2:275
اَب ِّرلا َم َّرَحَو َعْيَبْلا ُهللا َّلَحَأََو
Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba
2. al-Qur'an surat al-Nisa /4:29
َّلاِإِ ِلِطاَبْلاِب مُكَنْيَب مُكَلاَوْمَأَ اوُلُكْأَْتَلا اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّيَأَاَي َّنِإِ ْمُكَسُفنَأَ اوُلُتْقَتَلاَو ْمُكنِّم ٍضاَرَت نَع ًةَراَجِت َنوُكَت ْنَأَ
{ اًميِح َر ْمُكِب َناَك َهللا 29
}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Al-Sunnah, antara lain:
Hadis Nabi riwayat Abu Sa'id al-Khudry bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
هجام نباو ىقهيبلا ه&اور( ضارت نع عيبلا امنإِ
) نابح نبا هححصو
"
Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan atas dasar kerelaan
".
Ijma' . Mayoritas ulama menghalalkan jual beli
Rukun jual beli ada empat: penjual, pembeli, shighat (ijab & qabul), dan barang (ma’qud ‘alaih).
Ijab yaitu ungkapan dari orang yang memiliki barang (penjual) walaupun diucapkan terakhir. Sedangkan qabul yaitu ungkapan dari orang yang akan memiliki barang (pembeli) walaupun diucapkan di awal.
1) Syarat Orang yang beraqad : Berakal , kehendak sendiri.
2) Syarat akad; ijab dan qabul harus sesuai, dilakukan dalam satu majlis akad.
3) Objek akad/barang yang diperjualbelikan: harta yang bermanfaat , diketahui kriterianya, milik sendiri,
1.
Jaul Beli Salam ( ملسل&&ا دقع )Secara etimologi, kata salam berarti al-isti’jậl artinya minta disegerakan, atau al-salaf wa al-isti’jậl. Ba’i
Salam disebut juga ba’i salaf atau ba’i mafậlis. Menurut al-Mawardi, ba’i salam merupakan istilah yang
digunakan oleh ulama Hijaz dan al-salaf digunakan oleh
ulama Irak. Dinamakan salam karena penyerahan uang
di majlis akad, dan disebut salaf karena penyerahan uang didahulukan.
Dalam keterangan lain, salaf artinya orang yang memiliki uang dan menyerahkan uangnya terlebih
dahulu kepada penjual, sedangkan barang yang dijual diserahkan setelah proses penuaian atau selesai fase produksi. Kata salam menurut pendapat lain terbatas pada jual beli, sedangkan salaf terkadang digunakan
maknanya menjadi pinjaman (qardh).
QS.2/al-Baqarah ;282
ىًّمَسُّم ٍلَجَأَ ىَلِإِ ٍنْيَدِب ْمُتنَياَدَت اَذِإِ اوُنَماَء َنيِذَّلا اَهُّيَأَآَي :ةرقبلا(.... ِلْدَعْلاِب ٌبِتاَك ْمُكَنْيَّب بُتْكَيْلَو ُهوُبُتْكاَف 282
)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar… waktunya harus jelas.
Ayat tersebut menurut Ibnu Abbas mengandung hukum jual beli salam yang ketentuan waktunya harus jelas. Nabi bersabda:
نزوو مولعم ليك ىف فلسيلف ئيش ىف فلسأَ نم
)ملسمو ىراخبلا هاور مولعم لجا ىلا مولعم(
“Siapa saja yang melakukan jual beli salam (salaf), maka lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu dan waktu tertentu.” (HR Bukhari Muslim)
1.
Penyerahan uang di majlis akad2.
Sifat barang yang disebutkan sesuai dengan hargabarang
3.
Barang dapat diserahterimakan4.
Akad salam tidak dikaitkan dengan sesuatu5.
Tidak melakukan akad salam terhadap makanan1.
Syarat terkait dengan modal/harga, harus jelas dan terukur berapa harga barangnya, berapa uangmukanya, dan berapa lama sampai pembayaran terakhirnya.
2.
Yang berkaitan dengan objek salam yaitu harus jelasjenis, ciri-cirinya, kualitas, dan kuantitasnya.
3.
Akad harus jelas, tidak dikaitkan dengan sesuatu.( ( عانصت&سلإ&&ا دقعKata istishna’ secara etimologi berasal dari bahasa Arab ا&عن&&ص عنص&&ي عن&&ص artinya
membuat. Kata istishna’ adalah bentuk mashdar dari
kata istashna’a yang artinyaة=عنصل==ا بل=ط (tuntutan
permintaan membuatkan sesuatu). Menurut istilah, istishna’ adalah:
ةمذلا ىف نيعم ئيش لمع ىلع عناص عم دقع
Suatu perjanjian atau akad dengan pekerja untuk
mengerjakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggungan shậni’.
1.
Pihak-pihak yang berakad yaitu mustashni’ (pemesan)dengan shậni’ (pekerja). Mereka harus cakap hukum
dan mumayyiz
2.
Adanya shighat ijab dan qabul yang harus disebutkansecara jelas.
3.
Objek yang diakadkan yang terdiri atas mashnǔ(barang pesanan) dan tsaman (harga jual). Barang
yang akan dibuat harus dijelaskan bentuknya, kadar dan sifatnya, tipe serta jenis, kualitas dan
kuantitasnya.
Seorang pekerja (shậni’) mendapatkan upah karena pekerjaannya, tetapi yang menjadi objek jual adalah barang (al’ain) bukan pekerjaannya.
Kata al-sharf menurut bahasa artinya tambahan.
Sedangkan menurut istilah yaitu tukar- menukar uang
dengan uang sejenis atau berbeda jenisnya. Seperti tukar-menukar emas dengan emas, perak dengan perak, atau emas dengan perak secara tunai.
b. Syaratnya yaitu serah terima sebelum berpisah antara pihak yang berakad, objek akad harus serupa, tidak ada khiyar, dan tunai (tidak diutangkan).
Ba’i al-Jizậf yaitu jual beli suatu barang tanpa ukuran,
timbangan, dan perhitungan melainkan dengan perkiraan setelah melihat barang yang akan dibeli. Istilah al-jazf
asalnya bermakna mengambil dengan banyak. Istilah tersebut dinamakan jual beli jizậf oleh al-Syaukani yakni sesuatu yang tidak diketahui ukurannya secara pasti.
Kata al-murabahah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari kata al-ribh ( ح=برل=ا ) dan al-ribah ((ُحَ=بِّرل=ا dengan bentuk َحِ=ب َ=ر
اَحاَب َ=رَو اًحَ=ب َ=رَو اًحْ=بِ=ر ُحَ=بْر َ==ي artinya beruntung atau memberikan
keuntungan. Al-Ribh dengan kasrah ra' bentuk jamaknya
حاب=را ; suatu keuntungan yg diperoleh. Al-Ribh juga berarti suatu kelebihan yg diperoleh dari produksi atau modal
(profit). Sedangkan murabahah menurut istilah yaitu jual beli benda dengan alat tukar disertai tambahan laba yang telah ditentukan (resale with a stated profit).
Menurut al-Nawawi murabahah yaitu:
عم لولأا عيبلا نمث ىلع هيف نمثلا ينب دقعةدايز
“Suatu akad harga barang merupakan harga pembelian (pertama) disertai adanya tambahan.”1.
Penjual memberi tahu harga barang kepada pembeli.2.
Laba yang diperoleh dan disepakati harus diketahuisecara pasti
3.
Barang yang dijual jelas4.
Kejujuran penjual. Dalam hal ini penjual tidak boleh menyembunyikan hal-hal yang berkaitan dengan identitas dan kualitas produk serta harga.Hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti
memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang
berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan
Utang piutang hkmnya boleh
… ِناَوْدُعْلاَو ِ مْثِلإِاىَلَع ْاوُنَواَعَت َ لاَوىَوْقَّتلاَو ِّربْلا ىَلَع ْاوُنَواَعَتَو …
“… (Dan) tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat (pelanggaran) …” (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 2)
Sedangkan secara terminologis (istilah syar’i), makna Al-Qardh ialah menyerahkan harta (uang) sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan
Hutang piutang hukumnya boleh. Dasarnya adalah al-Quran surat 02:245
: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)
diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Nabi Sholallohu'alaihiwasallam pernah meminjam seekor unta kepada seorang lelaki. Aku datang menemui beliau membawa seekor unta dari sedekah. Beliau menyuruh Abu Rafi’ untuk mengembalikan unta milik lelaki tersebut. Abu Rafi’ kembali kepada beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah! Yang kudapatkan hanya-lah sesekor unta ruba’i terbaik?” Beliau bersabda, “Berikan saja kepadanya. Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam mengembalikan hutang.” (HR.
Bukhari dalam Kitab Al-Istiqradh, baba istiqradh Al-Ibil
(no.2390), dan Muslim dalam kitab Al-musaqah, bab Man
1. Dituliskan atau dipersaksikan
2. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh
mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang
3. Mengembalikan hutang dg cara yg baik
4. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya
Akad-Akad Kerjasama (Syirkah)
Kata
syirkah
dalam bahasa Arab berasal dari
kata
syarika
(
fi’il
mâdhi
),
yasyraku
(
fi’il
mudhâri’
), dan
mashdar
(kata dasar)nya ada
tiga
wazn
(timbangan), boleh dibaca dengan
salah satunya, yaitu:
syirkatan
/
syarikatan
/
Musyarakah
menurut istilah para ulama fikih, syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusydi II/253).
Dasar Hukum Syirkah
A. Al-Qur’an:Firman Allah Ta’ala: “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad: 24)
Dan firman-Nya pula: “Maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’: 12)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenanan dan pengakuan Allah akan adanya perserikatan dalam
kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An-Nisa’ ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis karena waris,
sedangkan dalam surat Shaad ayat 24 terjadi atas dasar akad (transaksi).
Dasar Syirkah
B. Hadits:Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
Allah azza wa jalla berfirman: “Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak
mengkhianati pihak lainnya. Kalau salah satunya
berkhianat, Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim no.2322).
C. Ijma’:
Ibnu Qudamah berkata: “Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasisyirkah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.” (Al-Mughni V/109).
Rukun syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu:
Menurut mayoritas ulama fikih, bahwa rukun syirkah itu ada 3 (tiga), yaitu:
(1) akad (ijab-kabul), disebut juga shighat; (2) dua pihak yang berakad (al–‘âqidâni), syaratnya harus
memiliki kecakapan melakukan tasharruf(pengelolaan
harta); (3) obyek akad, disebut juga al–ma’qûd ‘alaihi,
yang mencakup pekerjaan (al–amal) dan atau modal
(al–mâl). (Al-Fiqhu ‘Alal Madzahibi al-Arba’ah, Abdurrahman al-Jaziri).
Adapun syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek
akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli; (2) obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah),
agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha).
Macam-macam Syirkah
Pertama: Syirkah Amlaak (Hak Milik)
Yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan, barang bergerak atau barang berharga. Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam
bentuk syirkahseperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seijin rekannya. (Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah Al-Bassam IV/601).
Misalnya; si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang keduanya, atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua
berserikat dalam kepemilikan mobil tersebut. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/ 258, dan Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/794) Kedua : Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak)
Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya.
Dalam syirkahseperti ini, pihak-pihak yang berkongsi berhak menggunakan barang syirkahdengan kuasa masing-masing. Dalam hal ini, seseorang
bertindak sebagai pemilik barang, jika yang digunakan adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang dipergunakan adalah milik rekannya.
Macam-Macam Syirkah Uquud
(Transaksional/kontrak):
(1) syirkah al- inân; (2) syirkah al-abdân; (3) syirkah al-mudhârabah; (4) syirkah al-wujûh; dan (5)syirkah al-mufâwadhah.
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inân,abdân, mudhârabah, dan wujûh.
Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam, yaitu: syirkah inân, abdan, dan mudhârabah. Menurut
ulama Syafi’iyah dan Zhahiriyah, yang sah hanya syirkah
inân dan mudhârabah. Sedangkan menurut Hanafiyah
semua bentuk syirkah boleh/sah bila memenuhi
syarat-syaratnya yang telah ditetapkan. (Al-Fiqh al-Islâmî wa
Adillatuhu,Wahbah Az-Zuhaili, IV/795).
[1]. Syirkah al-‘Inaan
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dengan harta
masing-masing untuk dikelola oleh mereka sendiri, dan keuntungan dibagi di antara mereka, atau salah seorang sebagai pengelola dan mendapat jatah keuntungan lebih banyak daripada rekannya.
hukum syirkah ini diperbolehkan berdasarkan konsensus para ulama, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu al-Mundzir. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/796).
Contoh syirkah inân: A dan B keduanya dokter . A dan B sepakat
menjalankan bisnis dengan membuka jasa pengobatan. Masing-masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.
Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd); sedangkan barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modalsyirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya pada saat akad.
MACAM-MACAM SYIRKAH
[2]. Syirkah al-Mudharabah, Yaitu, seseorang sebagai pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada
pihak pengelola (mudharib) untuk diperdagangkan, dan dia
berhak mendapat prosentase tertentu dari keuntungan. [3]. Syirkah al-Wujuuh, Yaitu kerja sama antara dua
orang atau lebih yang memiliki reputasi dan nama baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit
(hutang) dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai, lalu keuntungan yang didapat dibagi
bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka. (Bada-i’u
ash-Shana-i’, karya al-Kasani VI/77)
Syirkah wujuuh dibolehkan menurut kalangan
hanafiyah dan hanbaliyah, namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Zhahiriyah. (
Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/801)
Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada
kedudukan, ketokohan, atau keahlian seseorang di tengah masyarakat. Tak seorang pun memiliki modal, namun mereka memiliki nama baik, sehingga mereka membeli barang secara hutang dengan jaminan
nama baik tersebut.
Macam-macam syirkah
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya
pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujûh, dengan cara
membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C)
secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual
barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
Dalam syirkah wujûh ini, keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang
dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan
kesepakatan.
Macam-macam syirkah
[4]. Syirkah al-Abdaan (syirkah usaha), Yaitu kerja sama antaradua orang atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, yakni
masing-masing hanya memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi modal (mâl), seperti kerja sama sesama dokter di klinik, atau sesama arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk
menerima order pembuatan seragam sekolah.
Syirkah ini kadang-kadang disebut juga dengan Syirkah al-A’maal dan ash-Shanaa-i’.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdan terdiri dari beberapa tukang kayu dan tukang besi. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/260). Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal.
Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk).
Contohnya: A dan B. keduanya adalah dokter, bersepakat membuka praktik bersama untuk pengobatan. Mereka sepakat pula, jasa usaha parktik akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Syirkah ‘abdan hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah. Dari Abdullah binMas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah berserikat dengan
[5]. Syirkah al-Mufawadhah
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Syirkah Mufawadhah merupakan syirkah komprehensif yang dalamsyirkah itu semua anggoga sepakat melakukan aliansi dalam semua jenis kerja sama, seperti ‘inan, abdan dan wujuh.
masing-masing menyerahkan kepada pihak lain hak untuk mengoperasikan segala aktivitas yang menjadi komitmen kerja sama tersebut, seperti jual beli,
penjaminan, penggadaian, sewa menyewa, menerima tenaga kerja, dan sejenisnya. Atau syirkah ini bisa pula diartikan kerja sama dalam segala hal. Namun tidak termasuk dalam syirkah ini berbagai hasil sampingan yang didapatkannya, seperti barang temuan, warisan dan sejenisnya. Dan juga masing-masing tidak menanggung berbagai bentuk denda, seperti mengganti barang yang dirampas, ganti rugi syirkah , mengganti barang-barang yang dirusak dan sejenisnya.
lanjutan
Dalam syirkah mufawadhah harus ada kesamaan Dana (modal) yang diberikan, kerja, tanggung jawab,
beban utang dibagi oleh masing-masing pihak, dan agama. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya
Wahbah Az-Zuhaily IV/798, dan Fiqhus
Sunnah, Sayyid Sabiq III/259-260).
Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru artinya ialah al-iwadh (ganti dan upah). Arti ijarah Sedangkan menurut terminologinya
ة=حابلإِاو لذبلل ة=لباق ة=حابم ة=مولعم ةدو=صقم ة=عفنم ى=لع د=قع مولعم ضوعب
Artinya : “Akad atas suatu kemanfaatan yang
mengandung maksud tertentu Dan mubah , serta
menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
Ijarah diartikan pula jual beli jasa yaitu mengambil manfaat tenaga manusia. Misal, mempekerjakan tukang, atau
menyewa tenaga ahli. Ijarah juga bermakna sewa
menyawa, yakni mengambil manfaat dari barang. Misal, rental mobil. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa
ijarah itu menjual manfaat dimana barangnya harus berupa sesuatu yang boleh disewakan dengan mengambil
manfaatnya.
1.
al-Quran surat al-Baqarah/02: 233مُتْمَّل َ==س اَذِإِ ْ==مُكْيَلَع َ==حاَنُج َلاَف ْ==مُكَدَلاْوَأَ اوُعِضْرَت ْ==سَت ن َ==أَ ْ==مُتْدَرَأَ ْ==نِإَِو َ=نوُلَمْعَت ا=َمِب َ=هللا =َّنَأَ اوُمَلْعاَو َ=هللا اوُقَّتاَو ِ=فوُرْعَمْلاِب م=ُتْيَتاَءآَّم
{ ُُريِصَب 233
}
Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Qs. Al Baqarah 233
ُ=نيِمَ لأَْا =ُّيِوَقْلا َتْرَجْأَْتْ=سا ِ=نَم َرْيَخ =َّنِإِ ُهْرِجْئَْتْ=سا ِ=تَبَأَآَي ا=َمُهاَدْحِإِ ْ=تَلاَق
{ 26 }
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
:
هرجأَ ر&يجلأا اوُطْعَأَ لاق ،مل&سو ه&يلع ه&للا ىل&ص ،يب&نلا ن&أَ هُق َرَع َّفجي ْنأَ لبق
Berilah upah pekerja sebelum keringatnya jering. (HR Ibnu Majah dari Ibn Umar)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Tiga orang yang
Aku menjadi musuhnya pada hari kiamat ialah:
Orang yang memberi perjanjian dengan nama-Ku
kemudian berkhianat, orang yang menjual orang
merdeka lalu memakan harganya, dan orang yang
mempekerjakan seorang pekerja, lalu pekerja itu
bekerja dengan baik, namun ia tidak memberikan
upahnya." Riwayat Muslim
3. Ijma’ . Ulama sepakat ijarah sebagai suatu akad yang dibolehkan
Aqid ( orang yang aqad )
Shighat akad
Ujrah ( Upah )
Manfaat
Aplikasi di bank syari’ah:
Mua’jjir : bank sebagai pemilik barang modal.
Musta’jjir.: Nasabah sebagai pihak yang menyewabarang modal dari Bank ( Mua’jjir)
Ma’ jur: objek atau barang modal yang dipersewakan.
Ajran atau Ujrah: sewa barang modal yang harusdibayar penyewa ( Musta’jjir).
1) Syarat terjadinya akad
Syarat in’inqad ( terjadinya akad ) berkaitan dengan aqid, zat akad, dan tempat akad.
2) Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz )
Agar ijarah dapat terlaksanakan, barang harus dimiliki oleh aqid, atau dia memiliki kekuasaan penuh untuk akad
( ahliyah )
Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan aqid ( orang yang aqad ), ma’qud alaih ( barang yang menjadi obyek aqad ), ujrah ( upah ), Dan zat akad ( nafs al-aqad )d) Kemanfaatkan benda di bolehkan menurut syara’ e) Tidak menyewa untuk pekerjaan yang di wajibkan
ke padanya
f) Tidak mengambil manfaat dari diri orang yang di sewa
4) Syarat Kelaziman
Syarat kelaziman ijarah terdiri atas dua hal yaitu :
– Ma’qud Alaih ( barang sewaan ) terhindar dari cacat – Tidak ada udzur yang dapat membatalkan akad
Hukum sewa menyewa
Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah, di perbolehkan untuk memanfaatkannya sesuai kemanfaatannya, bahkan
boleh di sewakan lagi atau di pinjamkan pada orang lain. Sewa Tanah
Sewa tanah di haruskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan di tanam atau bangunan apa yang di bangun.
Sewa Kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraanlainnya harus di jelaskan ssalah satu di antara dua hal waktu Dan tempatnya. Juga harus di jelaskan barang yang akan di bawa atau benda yang akan di angkut.
Perbaikan barang sewaan
Menurut ulama’ Hanafiyah, jika barang yang di sewakanrusak seperti pintu rusak, atau dinding jebol Dan lain-lainnya maka pemiliknya yang wajib memperbikinya.
Kewajiban penyewa setelah habis masa sewa
Di antara kewajibanpenyewa setelah masa sewa habisadalah
– Menyerahkan kunci jika yang di sewakan rumah
– Jika yang di sewakan kendaraan, ia harus menyimpan kembali di tempat asalnyaUpah mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa. Biasanya berlaku dalam beberapa hal, seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, dan lain-lain, ijarah ‘ala al-a’mal terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Ijarah Khusus
Ijarah Khusus adalah ijarah yang di lakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh
bekerja selain dengan orang yang telah memberikan upah. 2) Ijarah Musytarik
Ijarah Musyatarik adalah ijarah yang di lakukan secara bersama-sama atau melalui kerja sama hukumnya di perbolehkan bekerja sama dengan orang lain.
1.
Memberikan kemudahan bagi masyarakat2.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup3.
Terjadinya tolong-menolong4.
Menghidnari terjadinya kesulitan dan kesempitan5.
Memberikan peluang bagi pengembanganSecara bahasa, ariyah adalah diambil dari kata (راع)
yang berarti datang dan pergi. Ariyah juga bisa seakar dengan kata (روا=عتل==ا ) yang artinya saling menukar dan mengganti yakni dalam tradisi pinjam meminjam
Menurut istilah ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada yang lain untuk diambil
manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya, agar zat barang itu dapat dikembalikan.
( ;
مل&سو ه&يلع ه&للا ىل&ص &َّيِبَّنلَا &َّنَأَ َ&ةَّيَمُأَ ِ&نْب َناَوْف َ&ص ْ&نَعَو
?ُدَّمَحُم ا&َي ٌب ْ&صَغ َأَ َ&لاَقَف ٍنْيَنُح َ&مْوَي ًاعوُرُد ُ&هْنِم َراَعَت ْ&سِا : . ,ُّيِئِا َ&سَّنلاَو َدُواَد و&ُبَأَ ُ&هاَو َر , &ةَنوُمْضَم ٌٌ &ةَيِراَع ْ&لَب &لاَق :َ
ُمِكاَحْلَا ُهَحَّحَصَو
Dari Shofwan Ibnu Umayyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminjam darinya beberapa baju besi sewaktu perang Hunain. Ia bertanya: Apakah ia rampasan, wahai Muhammad. beliau menjawab: "Tidak, ia pinjaman yang ditanggung." Riwayat Abu Dawud, Ahmad, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim
Mu’ir (yang meminjamkan) Musta’ir (yang meminjam) Mu’ar (yang dipinjamkan) Shigat (ijab-qabul)
Peminjam boleh membayar dengan barang yang lebih baik dari apa yang dipinjamnya. Karena sebaik-baiknya orang yang
meminjam adalah orang yang membayar dengan lebih dari apa yang dipinjamnya. Dalam hadits nabi disebutkan bahwa:
ه=للا ىلص يبنلا تيتا لاق هنع هللا يضر رباج ن=عو
يندازو يناضقف نيد هيلع يل ناكو ملسو هيلع
“Dan dari Jabir, ia berkata: Aku pernah datang ke tempat Nabi s.a.w, sedang Nabi s.a.w mempunyai pinjaman kepadaku, kemudian ia membayarku dan menambah kepadaku”.
Peminjam menanggung harga barang jika terjadi
kerusakan apabila dia menggunakannya tidak sesuai dengan izin yang diberikan pemilik walaupun tanpa disengaja. Namun, apabila barang tersebut
digunakan sesuai dengan izin pemilik, peminjam tidak menanggungnya ketika terjadi kerusakan
Mempererat persaudaraan untuk saling menolong dan kerjasama
Menghilangkan kesulitan sesama
Memberikan pemenuhan kebutuhan bagi yang membutuhkan
108