• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Garam 2.1.1. Pengertian Garam - Penetapan Kadar Iodium Pada Garam Konsumsi Beriodium Dan Garam Meja Dengan Metode Argentometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Garam 2.1.1. Pengertian Garam - Penetapan Kadar Iodium Pada Garam Konsumsi Beriodium Dan Garam Meja Dengan Metode Argentometri"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Garam

2.1.1. Pengertian Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal

yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida

(>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat,

Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat/karakteristik higroskopis

yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 -

0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801C (Burhanuddin, 2001).

Garam Natrium klorida untuk keperluan masak biasanya diperkaya

dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal

berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, dan bila mengandung MgCl2

menjadi berasa agak pahit, dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu

penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan

untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), sebagai zat pengawet (Mulyono,

2009).

2.1.2. Sumber Garam

Sumber garam yang didapat di alam berasal dari berbagai tempat di bumi,

antara lain :

1. Air laut, air danau asin yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazil,

RRC, Australia, dan Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang

(2)

Serikat (Great Salt Lake), dan Australia yang mencapai produksi ± 20 %

dari total produk dunia.

2. Deposit dalam tanah, tambang garam terdapat di Amerika Serikat,

Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai produksi ± 40 % total produk

dunia.

3. Sumber air dalam tanah sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang

ekonomis maka jarang (sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di

Indonesia terdapat sumber air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah

(Burhanuddin, 2001).

2.1.3. Teknologi Pembuatan Garam

Pembuatan garam menggunakan teknologi tertentu, yakni:

1. Garam dari air laut dan air danau asin, teknologi proses yang digunakan :

a. Penguapan melalui teknologi matahari (solar evaporation).

b. Proses pemisahan NaCl dengan aliran listrik (elektrodialisa).

2. Garam Tambang, teknologi proses yang digunakan langsung dilakukan

pencucuian terhadap hasil penambangan (washing plants), kemudian dilakukan

pengeringan dengan centrifuge sampai mencapai kadar air 3-5% (untuk

menghasilkan garam bahan baku/garam kasar), dilanjutkan proses pengeringan

lanjut (drying). Hasil penambahan dilarutkan dalam air atau dapat juga dicairkan

pada saat masih dibawah permukaan tanah. Kemudian larutan garam tersebut

dijernihkan (sedikit mungkin mengandung kotoran dan senyawa kimia yang

dikehendaki), dan selanjutnya dikristalisasi kembali dalam kolom kristalisasi

(crystallization column), hasil rekristalisasi dikeringkan dan seterusnya seperti

(3)

beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal.

Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh

atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan

kristal, dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai

mencapai energi terendah. Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang

berkaitan dengan pembentukan struktur matriks kristal. Prinsip pembentukan

Kristal adalah sebagai berikut :

1. Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam.

2. Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air dan

lemak.

Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi

lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan

dibawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan

sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi

tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan

membentuk struktur matriks Kristal (Burhanuddin, 2001).

2.2 Jenis dan Kegunaan Garam

Garam sebagai salah satu unsur yang sangat penting memiliki jenis serta

kegunaannya dalam kehidupan.

2.2.1 Garam Industri

Garam dengan kadar NaCl yaitu 97 % dengan kandungan impurities

(sulfat, magnesium, dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil.

Kebutuhan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan

(4)

2.2.2 Garam Konsumsi

Garam dengan kadar NaCl, yaitu 97 % atas dasar bahan kering (dry basis),

kandungan impuritis (sulfat, magnesium, dan kalsium), yaitu 2% dan kotoran

lainnya (lumpur, pasir), yaitu 1% serta kadar air maksimal yaitu 7%. Kelompok

kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri

makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan, dan pengawaten ikan

(Burhanuddin, 2001).

2.2.3 Garam Pengawetan

Garam biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu.

Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang

memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran)

bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu.

Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan

terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme

yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam

berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan

osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan

kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam

biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi

dan enzimatis. Contoh pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar

(pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju (

(5)

2.3 Mineral

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96 % terdiri dari bahan

organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga

dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran,

bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu.

Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda

jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik

antara lain adalah natrium, klor, kalsium, magnesium, dan belerang. Unsur-unsur

ini terdapat pada tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan karenanya disebut

unsur mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi, iodium, mangan,

tembaga, zink, kobalt, dan fluor hanya terdapat pada tubuh dalam jumlah yang

kecil saja, karena itu disebut trace element atau mineral mikro. Mineral iodium

dibutuhkan sejumlah 100-300 μg per hari dan sampai dengan satu mg per hari

mungkin dapat dikonsumsi dengan aman (Winarno, 1997).

2.3.1 Natrium dan Klorida

Natrium dan klorida biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan

makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium terdapat dalam

plasma darah dan dalam cairan di luar sel (ekstraseluler), beberapa diantaranya

terdapat ditulang. Jumlah natrium dalam badan manusia diperkirakan sekitar

100-110 g. Dalam badan seperti halnya dalam makanan, sebagian natrium bergabung

dengan klorida membentuk garam meja, yaitu natrium klorida. Konsumsi garam

tiap orang per hari diperkirakan sekitar 6 – 18 gr NaCl. Klorida juga banyak

terdapat pada plasma darah, serta banyak ditemukan dalam kelenjar pencernaan

(6)

dalam mulut untuk memecahkan pati yang dikonsumsi. Sebagai bagian terbesar

dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida juga membantu mempertahankan

tekanan osmotik, disamping juga membantu menjaga keseimbangan asam dan

basa.

2.3.2 Pengendalian Konsumsi Garam dan Sekresi

Garam khususnya garam dapur (NaCl) merupakan komponen bahan

makanan yang penting. Konsumsi NaCl biasanya lebih banyak diatur oleh rasa,

kebiasaan, dan tradisi daripada keperluan. Di beberapa negara maju, dilakukan

pengaturan konsumsi yang ketat agar konsumsi NaCl berada dibawah 1 g per hari,

angka itu kira-kira memenuhi kebutuhan minimal untuk seorang dewasa dengan

keaktifan normal pada daerah subtropis.

Makanan yang mengandung kurang dari 0,3 % natrium akan terasa

hambar sehingga kurang disukai. Konsumsi natrium bervariasi terhadap suhu dan

daerah tempat tinggal, dengan kisaran dari 2 gram sampai sebanyak 10 gram per

hari. Pengaturan konsentrasi natrium, cairan badan, dan kandungan natrium

dilakukan melalui ginjal. Lebih dari 8 kali jumlah kandungan natrium dalam

badan dan 250 kali konsumsi natrium disaring melalui ginjal setiap hari. Untuk

mempertahankan keseimbangan kira-kira 95,5 % garam natrium klorida yang

telah tersaring disaring oleh tubuh (Winarno, 1997).

2.4 Iodium

Iodium merupakan bagian/unsur penting dari hormon tiroid,

tetraiodotironin (tiroksin), dan triiodotironin. Keadaan defisiensi mengakibatkan

(7)

terjadi di daerah mana tanahnya kurang mengandung iodium dan sering terjadi

sebelum tersedianya garam meja beriodium ( Gunawan, 1995).

Menurut Farmakope, Ed. IV (1994), Iodium mengandung tidak kurang

dari 99,8% dan tidak lebih dari 100,5%.

1. Pemerian : keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan, bau khas, berkilau

seperti metal.

2. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam karbon disulfide,

kloroform, eter, etanol, dan larutan iodide, agak sukar larut dalam gliserin.

3. Identifikasi:

a. Larutan dalam kloroform P (1 dalam 1000), dalam karbon tetraklorida P

dalam karbon disulfida P berwarna lembayung.

b. Pada larutan jenuh, tambahkan kanji kalium iodida LP, terjadi warna biru.

Bila campuran didihkan maka warna akan hilang, tetapi timbul lagi setelah

campuran dingin, kecuali dididihkan dalam waktu lama.

4. Sisa penguapan : tidak lebih dari 0,05 %, lakukan penetapan menggunakan

5,0 gram zat dalam cawan porselen yang telah ditara, panaskan di atas tangas

uap hingga iodium habis menguap, dan keringkan pada suhu 105 C selama 1

jam.

5. Klorida atau bromida : tidak lebih dari 0,028 % dihitung sebagai klorida,

lakukan penetapan sebagai berikut: gerus 250 mg serbuk halus dengan 10 ml

air, saring. Tambahkan tetes demi tetes asam sulfit bebas klorida P, yang

telah diencerkan dengan beberapa bagian volume air, hingga warna iodium

benar-benar hilang. Tambahkan 5 ml ammonium hidroksida 6N, kemudian 5

(8)

nitrat P. larutan yang terjadi tidak lebih keruh dari larutan pembanding yang

dibuat dengan jumlah pereaksi yang sama, ditambah dengan 0,10 ml asam

klorida 0,020N, tanpa penambahan asam sulfit P.

6. Penetapan kadar : serbukkan dan timbang seksama lebih kurang 500 mg

dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara, tambahkan 1 gram kalium

iodida P yang dilarutkan dalam 5 ml air. Encerkan dengan air hingga lebih

kurang 50 ml, tambahkan 1 ml asam klorida 3N. Titrasi dengan natrium

tiosulfat 0,1N LV, menggunakan 3 ml indicator kanji LP. Iodium diserap oleh

usus halus bagian atas dan lambung, dan 1/3 hingga 1/2 ditangkap oleh

kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Ditaksir 95 % iodium

tubuh tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam sirkulasi (0,04 – 0,57%)

dan jaringan. Dalam keadaan keseimbangan (homoeostasis) masukan iodium

sehari dapat diperkirakan dengan mengukur jumlah iodium yang dikeluarkan

air kemih per hari.

WHO, Unicef, dan ICCIDD menganjurkan kebutuhan iodium sehari-hari

sebagai berikut:

- 90 mg untuk anak prasekolah (0 – 59 bulan)

- 120 mg untuk anak sekolah dasar (6 – 12 tahun)

- 150 mg untuk dewasa (diatas 12 tahun)

- 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui

Kadar Iodium dalam tubuh diperiksa dengan cara langsung maupun tidak

langsung. Pemeriksaan langsung dengan cara menganalisis makanan duplikat

yang terdapat dalam makanan seseorang, sedangkan untuk pemeriksaan tidak

(9)

studi kinetik iodium. Hasil observasi di atas jelas menunjukkan bahwa defisiensi

iodium memang merupakan penyebab utama endemik ini, namun pada beberapa

keadaan defisiensi iodium merupakan faktor yang mempermudah (per-missive

factor) bagi terjadinya gondok (Djokomoeljanto, 2006).

Menurut SNI (01-2899-2000), kadar iodium pada garam konsumsi yang

memenuhi persyaratan adalah berkisar antara 30-80 ppm.

2.4.1 Manfaat Iodium

Iodium sebagai unsur penting dalam sintesa hormon tiroksin, yaitu suatu

hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses

pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Iodium juga sebagai pembentukan

hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel

parafoli – kular. Hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium, maka

harus selalu tersedia iodium yang cukup dan berkesinambungan( Djokomoeljanto,

2006).

2.4.2 Sumber Iodium dalam Makanan

Sumber iodium dalam makanan, antara lain : Makanan laut, Susu, Daging,

Telur, Air minum, Garam beriodium.

2.4.3 Sumber Iodium di Alam

Menurut (Djokomoeljanto, 2006), sumber iodium di alam, antara lain :

1. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar paling

tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock 900 µg/kg bahan).

2. Air laut, mengandung sedikit iodium, sehingga kandungan iodium garam

(10)

3. Plankton, ganggang laut, dan organisme laut lain berkadar iodium tinggi

sebab organisme ini mengkonsentrasikan iodium dari lingkungan

sekitarnya.

4. Sumber bahan organik yang terdapat dalam desinfektan, iodophor, zat

warna makanan, dan kosmetik serta vitamin yang beredar di pasaran juga

menambah iodium.

5. Ikan laut, cumi-cumi yang dikeringkan banyak mengandung iodium.

2.5 Garam Beriodium

Garam meja beriodium merupakan sumber iodium yang murah dan

efisien. Selain itu iodium juga banyak didapatkan pada makanan laut. Iodium

yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 1-2 μg/kgBB/hari. Di Amerika Serikat,

kebutuhan harian iodium untuk anak-anak adalah 40-120 μg, dewasa 150 μg,

untuk wanita hamil 220 μg, dan wanita menyusui 270 μg. Makanan yang banyak

mengandung iodium adalah makanan yang berasal dari laut, sedangkan sayuran

dan daging sedikit mengandung iodium. Cara yang praktis untuk memenuhi

kebutuhan iodium terutama untuk mereka yang bertempat tinggal di pegunungan

yang jauh dari laut adalah dengan menambahkan iodida pada garam dapur, yang

sehari-harinya digunakan di meja makan (Gunawan, 1995).

2.5.1 Fortifikasi Iodium Pada Garam

Fortifikasi pangan adalah penambahan satan atau lebih zat gizi (nutrient)

ke pangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat

gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi dan pencegahan

defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya. Iodisasi garam menjadi

(11)

garam digunakan secara luas dan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya

adalah sederhana dan tidak mahal serta stabil dalam “impure salt” pada

penyerapan dan kondisi lingkungan (kelembapan) yang buruk. Penambahan

fortifiksi dalam Kalium Iodida (KI) dan Kalium Iodat (KIO3). Iodat berlebih tidak

mengakibatkan perubahan warna dan ras. Negara-negara yang dengan program

iodisasi garam yang efektif memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan

akan prevalansi GAKI (Albiner, 2003).

Beberapa masalah yang menjadi kendala program ini adalah sebagai

berikut :

a. Sumber garam: sumber yang berbeda, misalnya garam rakyat, garam tambang

yang dikelola secara bisnis, akan menimbulkan beban biaya yang berbeda.

Selanjutnya iodisasi akan memberikan tambahan beban lagi, yang sudah tentu

pada akhirnya menjadi masalah bagi masyarakat.

b. Kualitas garam : kemurnian dan kandungan air akan mempengaruhi proses

iodisasi dan selera konsumen. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi

kualitas iodium.

c. Masalah distribusi: perlu upaya deregulasi, karena prosedur yang rumit akan

meningkatkan beban biaya sehingga harga mahal, dan sasaran tak tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi antara lain:

1. Penyimpanan: teknik penyimpanan yang kurang memadai akan mempengaruhi

kualitas garam beriodium.

2. Pengepakan: pengepakan memerlukan teknik tertentu, menghindari cahaya

(12)

Pengepakan yang baik adalah menggunakan plastik kedap air, sehingga kadar

air dalam garam stabil.

3. Konsumen: umumnya masyarakat mengatakan rasa garam beriodium kurang

enak dan agak pahit serta harganya mahal (Suastika, 1995).

2.6 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Iodium

Iodium sebagai salah satu unsur penting dalam tubuh juga memiliki

dampak positif maupun dampak negatif akibat dari kekurangan atau kelebihan

iodium.

2.6.1 Hipofungsi Tiroid (hipotiroidisme)

Hipotiroidisme yang hebat disebut miksedema, merupakan gangguan

tiroid yang paling umum terjadi hampir di seluruh dunia. Hal ini disebabkan

karena defisiensi iodium pada daerah non-endemik dimana iodium cukup tersedia,

umumnya disebabkan karena tiroiditis auto-imun yang kronik (Tiroiditis

Hashimoto). Penyakit ini ditandai oleh tingginya antibodi terhadap peroksidase

tiroid di sirkulasi, dan mungkin juga dengan kadar trioglubulin yang tinggi mesti

ini lebih jarang terjadi. Dapat juga terjadi hambatan antibodi terhadap reseptor

TSH, terjadi eksaserbasi hipotiroidisme.

Hipotiroidisme dengan goiter terjadi pada tiroiditis Hashimoto, atau bila

ada gangguan sintesis hormon tiroid yang hebat. Bila penyakit ini bersifat ringan,

gejala tidak nyata, sementara progresivitas penyakit dapat berjalan terus sehingga

mengakibatkan gejala yang timbul berlebihan. Gambaran klinis pada pasien

sangat spesifik, antara lain : muka tampak sangat ekspresif, membengkak, pucat,

kulit dingin dan kering, kulit kepala bersisik, rambut kasar, kering dan mudah

(13)

nada rendah, bicaranya lambat, gangguan daya pikir, dan mungkin mengalami

depresi, terjadi gejala gangguan saluran cerna, nafsu makan kurang, motilitas usus

berkurang sehingga sering terjadi distensi abdominal dan konstipasi. Tonus otot

kantung kemih juga berkurang sehingga mudah terjadi retensi urin. Pada pasien

wanita dapat mengalami gangguan haid (Gunawan, 1995).

2.6.2 Konsep Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Gondok endemik hingga kini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting di Indonesia maupun di negara berkembang. Dahulu

hanya terfokus pada gondok endemik saja, sekarang lebih memfokuskan pada

masalah gangguan yang lebih luas yang digabung dalam GAKI atau IDD

(Gangguan Akibat Kekurangan Iodium, Iodine Deficiency Disorders), dimana

akibat defisiensi iodium merupakan satu spektrum luas dan mengenai semua

segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok

hanya sebagian kecil saja dari spektrum GAKI.

Dengan demikian, kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas akibat

desakan mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi

lain yang dapat dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan mental

dan rendahnya IQ, hipotiroidisme, dan kretin endemik. Semua gangguan pada

populasi tersebut akan tercegah dengan masukan iodium cukup pada

penduduknya (Djokomoeljanto, 2006).

2.6.3 Hiperfungsi Tiroid ( Hipertirodisme)

Tiroksikosis adalah keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya hormon

tiroid bebas dalam darah. Sedangkan hipertiroidisme adalah keadaan dimana

(14)

Hampir semua keluhan dan gejala tirotoksikosis terjadi karena pembentukan

panas yang berlebihan, peningkatan aktivitas motorik, dan aktivitas saraf simpilis.

Kulit panas, lembab, otot lemah, dan terlihat tremor, frekuensi denyut nadi dan

jantung cepat juga merupakan akibat dari hiperfungsi tiroid. Semua ini

menyebabkan nafsu makan bertambah, dan bila kebutuhan ini tidak dipenuhi,

maka berat badan akan menurun. Mungkin pasien akan mengeluh sukar tidur,

cemas, dan gelisah, tidak tahan hawa panas, dan peristaltik usus meningkat.

2.7 Titrasi Yang Melibatkan Iodium

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi

langsung ( iodimetri ) dan titrasi tidak langsung ( iodometri ).

a. Titrasi langsung ( Iodimetri )

Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial

oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi

menjadi iodida sesuai dengan reaksi:

I2+ 2e ↔ 2Iˉ

Iodium akan mengoksidasi senyawa yang mempunyai potensial reduksi

lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih

kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.

b. Titrasi tidak langsung ( Iodometri )

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa- senyawa yang bersifat

(15)

direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang

selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rohman, 2009).

Menurut (Harjadi, 1986), titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa

garam dengan cara berdasarkan pemakaiannya:

1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodometri tak langsung.

2. I2 sebagai titran dikenal sebagai titrasi iodometri langsung dan kadang- kadang

dinamakan iodimetri.

3. Suatu oksidator kuat sebagai titran. Diantaranya yang sering dipakai ialah :

a. KMnO4

b. K2Cr2O7

c. Ce (IV)

4. Suatu reduktor kuat sebagai titrant.

2.7.1 Perbedaan Iodimetri dan Iodometri

Menurut basset (1994), metode cara langsung (iodimetri) jarang dilakukan

mengingat iodium merupakan oksidator yang lemah. Cara langsung disebut

iodimetri yang menggunakan larutan iodium untuk mengoksidasi

reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.

Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri yaitu oksidator yang dianalisis

cukup kuat untuk direaksikan sempurna dengan ion iodida berlebih dalam

keadaan sesuai.

Iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium

tiosulfat standar atau asam arsenit. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan

digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial

(16)

yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat

oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan

iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rohman,

2009).

2.7.2 Larutan Standar Na2S 2O3

Standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium thiosulfat.

Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak

boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus

distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk

waktu yang lama (Day & Underwood, 1981).

Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam

metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2. I2 inilah

yang dititrasi dengan Na2S2O3 :

Oksanalat + Iˉ↔ Redanalat + I2

2 S2O3 + I2↔ S4O6 = + 2 Iˉ

Daya reduksi ion iodida cukup besar dan titrasi ini banyak diterapkan.

Reaksi S2O3 dengan I2 berlangsung baik dari segi kesempurnaannya berdasarkan

pada potensial redoks masing-masing:

S4O6 = + 2e ↔ 2 S2O3= EO = 0,08 Volt

I2+ 2e ↔ 2 Iˉ EO = 0,536 Volt

Selain itu, reaksi berjalan cepat dan bersifat unik karena oksidator lain

tidak mengubah S2O3 menjadi S4O6 melainkan menjadi SO3 seluruhnya atau

sebagian menjadi SO4. Daya reduksi ion iodida cukup besar dan titrasi ini banyak

(17)

2.7.3 Indikator Amilum (Kanji)

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang

dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak

tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda, dan seterusnya sampai

akhirnya lenyap. Bila diamati lebih cermat perubahan warna tersebut, maka titik

akhir akan dapat ditentukan dengan cukup jelas. Konsentrasi 5 x 10-6 M iod

masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan penghentian titrasi

dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes iod 0,05 M. Namun lebih mudah dan lebih

tegas bila ditambah amilum ke dalam larutan sebagai indikator .

Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang

sangat jelas sekalipun I2 pada titik akhir iod yang terikat itu hilang bereaksi

dengan titrant sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warna

birunya akan sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod

masih banyak sekali dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini maka

Referensi

Dokumen terkait

Suatu SIM adalah kumpulan dari manusia dan sumber-sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menghasilkan

Identifikasi Kegagalan Prosedur Pada Proses Melting Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis Pada Produk Lingkar Roda XYZ-Series di

: Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

KEY WORDS: Interferogram filtering, phase estimation, sparse coding, l 0 minimization, approximate message

Kes kematian ke-67 merupakan kes ke-5,883 melibatkan seorang lelaki warga tempatan (Sarawak) berumur 66 tahun yang telah dimasukkan ke Hospital Sibu kerana mengalami

Aplikasi kamus penerjemah dengan menggunakan metode binary search dan parsing tree yang dihasilkan bisa digunakan dan dijadikan solusi untuk masyarakat yang ingin

Disebabkan intensitas pemakaian penggunaan sepeda motor sekarang ini yang butuh kecepatan tinggi yang memaksa mesin hingga pada putaran maksimumnya, sehingga dilakukan penelitian

Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran..