J
urnalAKP
46
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016PENGETAHUAN IBU TENTANG PENERAPAN TOILET TRAINING
PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN
Erwin Yektiningsih, Widi Fitri Infanteri
Bidang Keperawatan, Akademi Keperawatan Pamenang Pare – Kediri
ABSTRAK
Pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training pada anak usia 2-3 tahun sangatlah penting di ajarkan untuk melatih kemandirian, psikologis, dan intelektual pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training pada anak usia 2-3 tahun Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Tahun 2014.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya adalah semua ibu yang memiliki anak usia 2-3 tahun di Posyandu Anggrek dengan jumlah 17 ibu dengan sampel 17 responden diambil dengan teknik total sampling. Variabel penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training posyandu anggrek dikumpulkan dengan menggunakan koesioner dengan jumlah 20 pertanyaan. Data yang dihasilkan diolah dengan cara editing, coding, scoring, tabulating dan dianalisis secara prosentase. Data disajikan dalam bentuk diagram dan tabel.
Dari hasil penelitian didapatkan hampir setengah responden memiliki pengetahuan yang cukup bagus mengenai penerapan toilet training khususnya di posyandu anggrek ditinjau dari ibu responden (65%) pengetahuan baik, (29%) pengetahuan cukup, dan (6%) berpengetahuan kurang dari total17 responden.
Untuk meningkatkan Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Di Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten Kediri sudah dinilaicukup baik. Disarankan agar pelayanan yang ada tetap di pertahankan selain itu juga memberikan penyuluhan kesehatan terbaru dan ibu supaya lebih aktif mandiri dalam mencari informasi kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Anak Usia 2-3 Tahun, Toilet Training ABSTRACT
Mother's knowledge about implementation of toilet training to the 2-3 years old children is taught to train independency, psychology and intellectual to the children. The purpose of this research is to identify description of mother's knowledge about implementation of toilet training to the 2-3 years old children at Anggrek Integrated Health Post in Lamong Village Badas Kediri Regency in 2014
Research design was decriptive. Population were all mothers who had 2-3 years old children at Anggrek Integrated Health Post namely 17 mothers with sample size consisted of 17 respondents taken by using total sampling technique. Variable in this research was mother's knowledge about implementation of toilet training at Anggrek Integrated Health Post collected by using questionnaire of 20 questions. Then data was processed by editing, coding, scoring, tabulating and analyzed in percentage. Data was presented inform of diagram and table.
From research result showed that almost half of respondents had fair knowledge about implementation of toilet training especially at Anggrek Integrated Health Post observed from 65% respondents had good knowledge; 29% respondents had fair knowledge, and 6% respondents had low knowledge from total 17 respondents.
J
urnalAKP
47
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016The efforts to increase mother's knowledge about implementation of toilet training to the 2-3 years old children at Anggrek Integrated Health Post in Lamong Village Badas Kediri Regency have been implemented well. It is suggested that health service must be maintained and give the newest health guidance and mothers to be more active and independent in looking for health information.
Key words: Knowledge, Infant age 2-3 years, Toilet Training
PENDAHULUAN
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet
training efektif bisa diajarkan pada anak usia
mulai dari 24 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 24 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari anak adalah menirukan orang tuanya (Asti, 2008). Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Ibu kurang informasi tentang pengetahuan toilet training sehingga mengesampingkan pengenalan dini untuk penerapan toilet training. Usia yang tepat untuk diajarkan hal ini adalah saat anak berusia 2 tahun. Karena jika anak pada usia tersebut belum siap diajarkan maka orang tua tidak perlu untuk memaksakan anak mereka karena dapat berdampak negatif bagi hubungan batita dan orang tua di kemudian hari. Mengajari anak untuk menggunakan toilet membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran yang paling penting di ingat adalah orang tua tidak bisa mengharapkan dengan cepat si anak langsung bisa menggunakan toilet. Toilet training sebaiknya di ajarkan dengan santai dan tanpa kemarahan.
Pada kesempatan wawancaran sebagian ibu pada saat Posyandu Anggrek 10 Februari di dapatkan data bahwa 17 ibu telah memberikan diapres pada anaknya (58,8% dalam prosentase) dengan alasan ibu lebih praktis, sebagian ibu membiarkan anak untuk buang air kecil di tanah atau di tempat sempit / gang (11,7% dalam
prosentase) dengan alasan ibu berada jauh dengan toilet . Lingkungan sosial ibu dan faktor dari keadaan ekonomi orang tua mempengarui dari toilet training. Motivasi adalah kunci utamnya, jika di anak menunjukkan hasratnya untuk pergi dan mengenal kamar mandi, sebagai bagian dari hasrat peniruan perilaku orang-orang dewasa sekitarnya, maka dari itu waktunya bagi orang tua untuk merespon dan mengajarkan pada anak cara metode toilet training.
Menurut American Accademy of Pediatric, tak ada batasan usia yang tepat, karena semuanya tergantung dari kesiapan fisik dan psikis si anak. Beberapa ahli berpendapat bahwa ada usia tertentu dimana seorang anak harus diajarkan
toilet training. Usia yang tepat untuk diajarkan
hal ini adalah saat anak berusia 2 tahun. Karena jika anak pada usia tersebut belum siap diajarkan maka orang tua tidak perlu untuk memaksakan anak mereka karena dapat berdampak negatif bagi hubungan batita dan orang tua di kemudian hari. Mengajari anak untuk menggunakan tolilet membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran yang paling penting di ingat adalah orang tua tidak bisa mengharapkan dengan cepat si anak langsung bisa menggunakan toilet. Toilet training sebaiknya di ajarkan dengan santai dan tanpa kemarahan, karena orang tua khususnya peran ibu merupakan sebagai fasilitator dalam mengajarkan si anak untu membuang hajatnya di kamar mandi (toilet training). Setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda-beda dan unik. Beberapa batita sudah siap dengan toilet training dari kecil. Mungkin anak 2 tahun, anak sudah dapat belajar menggunakan toilet, tetapi ada beberapa anak yang belum siap dan memerlukan waktu yang lebih lama, misalnya setelah ia berumur 3 tahun. Bila anak sudah dapat
J
urnalAKP
48
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 mengganti diapers atau dapat membuka celanasendiri pada saat mereka buang air kecil, belum tentu anak siap untuk belajar dengan metode
toilet training. Seorang anak memerlukan
perkembangan fisik dan emosional yang baik untuk dapat belajar hal ini.
Data yang diperoleh dari jumlah pengunjung Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten Kediri dengan ibu yang mempunyai anak berumur 2–3 tahun sebanyak 17 anak (Buku Daftar Pengunjung
Posyandu Anggrek, 2013). Kurangnya pengetahuan ibu untuk toilet training maka peneliti memberikan penyuluhan untuk ibu dan memberikan contoh penerapan toilet training pada anak. Dengan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Anak Usia 2 – 3 Tahun.
METODE
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten Kediri
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 2-3 tahun yang memanfaatkan fasilitas Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten Kediri, yang jumlahnya adalah 17 orang. Sampel penelitian terdiri atas 17 orang yang ditentukan dengan teknik total sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner penelitian yang disusun oleh peneliti. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif.
HASIL
1. Umur Responden
Dengan penelitian ini, umur responden bervariasi dengan umur < 20 tahun sampai dengan umur > 30 tahun. Distribusi umur
responden dapat dilihat pada gambar di berikut: 11% 26% 26% 37% < 20 20 - 25 25 - 30 > 30
Gambar 1. Diagram Pie Distribusi Umur Responden
Dari diagram pie diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok usia> 30 tahun sebanyak 7 responden atau 41 % dan yang terkecil ada pada kelompok usia 20 – 25 tahun dan 25 – 30 tahun masing – masing sebanyak 5 orang responden atau 29% – 30 %.
2. Pendidikan Responden
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden memiliki variasi yang beragam, mulai dari pendidikan SD sampai pendidikan SMA. Secara lengkap distribusi pendidikan responden dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
J
urnalAKP
49
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 Gambar 2. Diagram Pie Distribusi TingkatPendidikan Responden
Dari diagram batang diatas dapat dilihat bahwa distribusi tingkat pendidikan responden ada pada kelompok pendidikan SMP sebanyak 9 responden 53%, sedangkan yang paling sedikit pada kelompok tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 1 responden atau 6%.
3. Pekerjaan Responden
Hasil dari penelitian didapatkan hasil bahwa pekerjaan responden bervariasi, yaitu pada kelompok ibu rumah tangga, wiraswasta dan tani. Distribusi selengkapnya tentang pekerjaan responden dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Diagram 3 Diagram Pie Distribusi Pekerjaan Responden
Dari diagram batang diatas dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan responden terbanyak ada pada kelompok ibu rumah tangga sebanyak 8 responden atau 50%, sedangkan distribusi terkecil ada pada kelompok pekerja negeri sipil sebanyak 0 responden atau 0%.
4. Penggunaan Diapers
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada yang menggunakan diapers dan ada yang tidak. Distribusi selengkapnya
tentang data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. Diagram Pie Distribusi Penggunaan Diapers
Dari diagram batang diatas dapat dilihat bahwa distribusi jumlah anak responden terbanyak pada anak tidak memakai diapres sebanyak 13 anak atau 76%, sedangkan yang memakai deapres sebanyak 4 anak atau 24%. 5. Data Khusus
Dari data hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pengetahuan responden terhadap apa itu pentingnya toilet training sangat bervariasi dan tiap indikator perkembangan anak usia 2-3 tahun memiliki pengetahuan yang berbeda. Secara mendetail pengetahuan responden terhadap toilet trainingpada anak usia 2-3 tahun dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
J
urnalAKP
50
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 Gambar 5. Diagram Pie DistribusiPengetahuan Toilet Training Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 65% memiliki pengetahuan baik.
PEMBAHASAN
Berdasarkan diagram pie distribusi pengetahuan toilet training di Posyandu Anggrek Desa Lamong Kecamatan Badas Kabupaten kediri di atas diketahui sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang toilet training dengan baik yaitu dengan katagori baik 17 ibu responden (65%) pengetahuan baik, (29%) pengetahuan cukup, dan (6%) pengetahuan kurang. Distribusi selengkapnya berhubungan dengan jumlah anak yang datang dalam posyandu dengan tidak memakai deapres sebanyak 13 anak atau (76%), sedangkan yang memakai deapres sebanyak 4 anak atau (24%) sehingga dapat disimpulkan sebanyak 4 anak atau (24%) dari 17 responden tidak berhasil dalam melakukan toilet
training.
Toilet training adalah usaha untuk melatih
anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar dan juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training
diharapkan terjadi pengaturan impuls rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air kecil dan bauang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepas keteganggan dan latihan ini diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan. Dengan memiliki pengetahuan tentang
toilet training, ibu dengan anak usia 2-3 tahun
yang memiliki sifat ketergantuan dengan memberikan diapres pada anak dapat menggunakan kosep dan tujuan dari penerapan
toilet training. Secara fisik, psikologis, dan
intelektual memberikan pengetahuan tentang
toilet training dapat di mengerti oleh ibu-ibu
responden dengan baik.
Penggunaan teknik toilet training, yaitu dengan teknik lisan yaitu memberikan intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah bab dan bak dan teknik modelling yaitu dalam melakukan bab dan bak atau memberikan contoh sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa ibu responden, tetapi mereka tidak mengatahui bahwa cara tersebut merupakan salah satu teknik
toilet training, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan pasien tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah umur, pendidikan, dan pekerjaan. Faktor pendidikan tidak sepenuhnya mempengaruhi anak untuk mengerti toilet
training. Meskipun responden berpendidikan
rendah, tapi sedikitnya mereka pertah tahu lewat media elektronik tentang toilet training. Faktor pekerjaan responden sangat mempengaruhi terjadinya anak ketergantungan pada diapres, karena semakin sedikit waktu luang untuk memperhatikan perkembangan anak. Selain itu bertambahnya usia juga mempengaruhi pengetahuannya. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa ibu responden paling banyak adalah usia 25-30 tahun dan >30 tahun. Faktor pekerjaan juga sangat mempengaruhi terjadinya adak gagal dalam pelatihan toilet training, berdasarkan data diatas paling banyak terjadi pada responden yang bekerja swasta di pasar. Sedangkan faktor pendidikan juga sangat mempengaruhi sukses dan gagalnya pelatihan
toilet training. Berdasarkan data diatas separuh
lebih dari responden berpendidikan SMP.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Didapatkan hasil dari keseluruhan responden yang memiliki pengetahuan tentang toilet training dengan katagori (65%) pengetahuan baik.
KEPUSTAKAAN
Anonim, (2013).
Ibu.Http://id.m.wikipedia.org/wiki/ibu.
J
urnalAKP
51
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 Asti.Toilet Training Sejak Dini.Http://Keluargasehat.wordpress.com/2008/0 4/02/toilet-training-sejak-dini.html
Aziz Abdul A H. 2011. Toilet Training Pada
Anak. Http:www.Melindcare:
ToiletTraining pada anak. Html. (download:
24 Oktober 2013)
Maya Fida (2012), Dasar dan Teori
Perkembangan Anak, Gunung Mulia,
Jakarta
Notoatmodjo,soekidjo (2007). Promosi kesehatan
& ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam (2003). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Tamsuri , Anas (2006). Buku Ajar Riset
Keperawatan Edisi Revisi1.
Pare:Pamenang Press
Tamsuri Anas.(2006). Pedoman Penulisan Karya
Tulis Ilmia Edisi Revisi3. Pare: Pamenang
Press
Wong, D.L (1995), Nursing Care Of Infants And
Children “Toilet Training”, St. Louis
Mosby
Wong, D.L (2000), Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba
Medika